OLEH :
SRIYANTI
1590122049
Disusun oleh :
SRIYANTI
15901220
Menyetujui
Preseptor Pembimbing
Assalamualaikaum Warahmatullahhiwabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan kasus
ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan mata kuliah praktek asuhan kebidanan
kehamilan pada kasus anemia ringan.
Laporan kasus ini dapat diselasaikan dengan baik atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu selaku ketua prodi pendidikan propesi bidan program propesi yang telah
membantu proses pelaksanaan perkuliahan berjalan lancar.
2. Ibu selaku sekretaris prodi pendidikan propesi bidan program propesi yang
telah membantu proses pelaksanaan perkuliahan berjalan lancar.
3. Ibu selaku pembimbing lahan yang telah membimbing penulis dalam
menyusun laporan kasus.
4. Ibu selaku perseptor yang telah membimbing penulis selama praktek
berlangsungdan dalam menyusun laporan kasus.
5. Bapak/ Ibu kepala UPTD Puskesmas Peusangan yang telah mengizinkan
penulis praktek ditempat/ lahan Bapak/ibu pimpin
6. Kami sangat mengharapkan makalah ini sekiranya dapat berguna dalam
penanganan kebidanan pada kasus Demam Pada Balita di UPTD PKM
Peusangan.
Akhir kata penulis berharap allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu.
Walaikumsalam Warahmatullahhiwabarakatuh.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................................
B. TUJUAN.................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI.................................................................................................
B. KARANGKA TEORI..............................................................................................
BAB III METODE LAPORAN KASUS
A. LOKASI DAN WAKTU..........................................................................................
B. SUBYEK LAPORAN KASUS................................................................................
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS................................................................................................
B. PEMBAHASAN......................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN........................................................................................................
B. SARAN....................................................................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi atau
anak. Anak dikatakan demam apabila suhu tubuh anak lebih dari 37 ℃. Suhu
tubuh normal pada manusia berkisar antara 36-37 ℃. Suhu tubuh anak yang terus
meningkat sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi orang tua
(Ismoedijanto, 2016).
Angka kejadian demam di Amerika Serikat tahun 2012 berkisar antara
0,8% sampai 1,2% setiap 1000 bayi per tahun dari semua kejadian 1,5% per bulan
mengalami kejang. Kejadian demam meningkat pada bayi kurang bulan
dibandingkan bayi cukup bulan. Survei Kesehatan Nasional (2011) menunjukkan
angka kesakitan bayi dan balita dikisaran 49,1% (0-1 tahun), dan 54,8% balita (1-
4 tahun). Umur 0-4 tahun ditemukan prevalensi demam sebesar 33,4%, batuk
28,7%, napas cepat 17% dan diare 11,4%.
Menurut Badan Pusat Statistik (2012), anak demam sebanyak 90.245 anak,
tahun 2013 sebanyak 112.511 anak (Doloksaribu dan Siburian, 2016). Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan AKABA 32 per
1.000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demam pada balita
2. Apa saja yang menjadi resiko dari demam pada balita
3. Apa penyebab demam pada balita
4. Apa saja gejala demam pada balita
5. Bagaimana cara mendiagnosis demam pada balita
6. Bagaimana cara pencegahan demam pada balita
7. Bagaimana cara penanganan demam pada balita
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Pengertian demam pada balita
Demam pada anak atau balita adalah kondisi demam yang dialami oleh
anak-anak. Demam terjadi ketika suhu tubuh anak melebihi batas normal, yaitu di
atas 37,2 derajat Celsius, apabila pengukuran dilakukan dari ketiak dan 37,8
derajat Celsius saat diukur melalui mulut. Sementara jika pengukuran suhu
dilakukan melalui dubur atau anus, dikatakan demam jika lebih dari 38 derajat
Celsius. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal. Pada kebanyakan kasus,
hal ini bukan kondisi berbahaya. Sebab, bisa jadi tanda bahwa tubuh anak sedang
aktif melawan infeksi. Namun, demam pada anak juga bisa terjadi akibat penyakit
serius yang tidak boleh disepelekan.
2. Faktor risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan demam pada balita, antara lain:
Kebanyakan demam pada anak atau balita disebabkan oleh infeksi atau
penyakit tertentu. Suhu tubuh yang tinggi dapat mempersulit bakteri dan virus
penyebab infeksi untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, bisa jadi demam pada
anak atau balita merupakan bentuk pertahanan tubuh yang berarti baik. Namun,
penting juga untuk tetap waspada.
Beberapa kemungkinan penyebab demam pada anak adalah:
Virus roseola.
Infeksi ginjal.
Batuk rejan.
Disentri.
Tifus.
Cacar air.
Demam berdarah.
Malaria.
Demam pada anak atau balita terjadi ketika suhunya naik di atas kisaran
normal, yaitu 36,5–37 derajat Celsius. Bergantung pada apa yang menyebabkan
demam, tanda dan gejala lainnya yang dapat dirasakan anak saat mengalami
gangguan ini, antara lain:
Mengalami kejang.
Merasa lebih panas atau lebih dingin daripada orang lain di ruangan
yang terasa nyaman.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis demam pada
anak atau balita adalah melakukan sentuhan pada dahi anak. Namun, cara ini tidak
akan memberikan pengukuran yang akurat. Cara lainnya yaitu dengan
menggunakan thermometer digital. Demam adalah saat suhu tubuh anak berada
pada atau diatas salah satu dari indikator berikut ini:
Jika demam disertai dengan berbagai gejala lain, pemeriksaan oleh dokter
diperlukan. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik pada anak, hingga
pemeriksaan penunjang, seperti tes darah dan rontgen. Ini tergantung pada kondisi
dan gejala yang dialami anak.
Orang tua bisa mencegah demam pada anak atau balita dengan
mengajarkan anak beberapa metode untuk menjaga kebersihan diri, antara lain:
Membiasakan mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama sebelum
makan, setelah menggunakan toilet, dan setelah berada di dekat orang
sakit.
Usahakan bawa hand sanitizer saat bepergian untuk berjaga-jaga bila
tidak ada air dan sabun.
Biasakan selalu menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk.
7. Penanganan
Penanganan pada peningkatan suhu tubuh bisa dilakukan dengan
farmakologis, non farmakologis ataupun gabungan farmakologis dan non
farmakologis.
Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan terapi fisik
yaitu dengan memberi tindakan atau perlakuan tertentu secara mandiri. Tindakan
paling sederhana dengan mengusahakan anak istirahat, memberi minum, memberi
aliran udara yang baik, membuka pakaian atau selimut, dan pemberian kompres
hangat.
Kompres tidak dianjurkan sebagai terapi utama karena hanya menurunkan
panas melalui evaporasi dari permukaan tubuh, tetapi tidak memberi efek pada
pusat termoregulasi. Kompres alkohol, kompres dingin dan membuka pakaian
tidak direkomendasikan karena ada beberapa kasus penyerapan sistemik alkohol.
Kompres dingin dapat meningkatkan pusat pengatur suhu hipotalamus dan
mengakibatkan vasokonstriksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan suhu
tubuh.
Terapi fisik lain dapat berupa tirah baring karena aktivitas tinggi dapat
meningkatkan suhu tubuh anak dengan atau tanpa demam. Memaksakan anak
demam untuk tirah baring terbukti kurang efektif, menimbulkan ketidaknyamanan
dan mengganggu secara psikologis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa tirah
baring tidak menurunkan suhu secara signifikan.
Penggunaan farmakologis yang sering digunakan adalah antipiretik seperti
paracetamol, ibuprofen, ataupun aspirin. Penggunaan antipiretik sesuai dosis yang
direkomendasikan ditambah dengan kompres hangat sudah terbukti lebih efektif
untuk menurunkan demam pada anak terutama di 30 menit pertama.
B. KERANGKA TEORI
Berdasarkan Teori yang telah dibahas, maka kerangka teori dapat
dijabarkan sebagai berikut :
TINJAUAN KASUS
A. Subjektif
1. Identitas balita
Nama anak : “U”
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Alamat : Pulo pisang kec. Peusangan kab. Bireuen
Orang tua :
Ayah : Tn. H
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : SI
Pekerjaan : PNS
Alamat : Pulo pisang kec. Peusangan kab. Bireuen
Ibu : Ny. R
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pulo Pisang kec. Peusangan kab.bireuen
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya panas ± 3 hari, sudah dikompres tapi belum ada
diberi obat.
3. Riwayat prenatal
a. Kehamilan ke :2
b. Tempat ANC : BPM
c. Imunisasi : lengkap
d. Obat yang diminum selama hamil : fe, kalk, B6, B12
e. Penerimaan ibu terhadap kehamilannya : baik dan senang
f. Keluhan/masalah yang dialami ibu saat hamil
4. Riwayat Intranatal
a. Persalinan ke :3
b. Tempat dan penolong persalinan : RS/Dokter
c. Cara persalinan : SC
d. Lama
1)Kala I :-
2)Kala II : ± 5 menit
3)Kala III : ± 5 menit
e. Keadaan bayi saat lahir : Hidup
f. Segera menangis/tidak : Menangis
g. BB lahir/PB lahir : 3200 gr/50 cm
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan anak
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, asma dan Diabetes, tidak pernah menderita penyakit kronis
seperti jantung, tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan
TBC
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, asma dan Diabetes, tidak pernah menderita penyakit kronis
seperti jantung, tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan
TBC
6. Status imunisasi
Jenis Umur
No Tempat pelayanan
Imunisasi diberikan
1 Hepatitis B1 1 bulan Puskesmas
2 Hepatitis B2 2 bulan Puskesmas
3 Hepatitis B3 6 bulan Puskesmas
4 BCG 1 bulan Puskesmas
5 Polio 1 2 bulan Puskesmas
6 Polio 2 4 bulan Puskesmas
7 Polio 3 6 bulan Puskesmas
8 DPT 1 2 bulan Puskesmas
9 DPT 2 3 bulan Puskesmas
10 DPT 3 4 bulan Puskesmas
11 Campak 9 bulan Puskesmas
B. OBJEKTIF DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda vital : Respirasi: 29 x/menit Nadi: 89x/menit Suhu: 37,9 0C
2. Pemeriksaan Antopometri
a. BB : 10 kg
b. PB : 80 cm
c. Lingkar Kepala : tidak dilakukan
d. Lingkar Dada : tidak dilakukan
e. LILA : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada massa, kening panas
Muka : Simetris, tidak ada paralisis pada wajah, tampak pucat
Mata : Simetris,tidak ada odem pada kelopak mata, konjungtiva
tampak pucat,sklera tidak ikterik
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada pengeluaran sekret
Mulut : Warna bibir merah, tidak ada kelainan seperti
Labioskizis/labiopalatozkisis, tidak ada sariawan, tidak ada
peradangan gusi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : Simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi
Mamae : Simetris
Perut : Tidak ada nyeri tekan dan tida ada pembengkakan pada
Perut
Ekskremitas atas: simetris, tidak ada polidaktil dan sindaktil, aksila panas,
akral dingin
Ekskremitas bawah: simetris, tidak ada polidaktil dan sindaktil varises, tidak
ada oedem, akral dingin
Genetalia : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan perkembangan anak
Tidak dilakukan
5. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan
Rontgen : tidak dilakukan
CT Scan : tidak dilakukan
USG : tidak dilakukan
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa kebidanan : Anak dengan febris
2. Masalah : Tidak ada
3. Kebutuhan : Konseling dan health education
D. PLANNING
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya yaitu Respirasi: 29 x/menit
Nadi: 89x/menit, Suhu: 37,9 0C.
“ibu sudah mengetahui keadaan anaknya”
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya menderita demam. Menganjurkan
ibu untuk mengompres bagian kening anak dengan menggunakan handuk
atau kain yang dibasahi dengan air hangat dan menjaga hidrasi atau
pemenuhan cairan anak dengan cara sering memberikan minum.
“Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan”
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan bergizi seperti
nasi,sayur,ikan,susu,dan air putih yang cukup. Anak sebaiknya menjauhi
makanan yang dingin seperti es krim dan snack. Untuk sementara anak
dianjurkan untuk mengkonsumsi bubur.
“ibu bersedia memberikan makanan bergizi”
4. Menganjurkan pada ibu untuk menjga personal hygiene anaknya dengan
baik.
“Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan”
5. Menganjurkan ibu untuk mengistirahatkan anak dirumah sampai panasnya
turun dan anak kembali sehat.
“Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan”
6. Memberitahu ibu tanda-tanda anak sakit,yaitu :
a. selalu memuntahkan makanan yang dimakan
b. malas minum atau bahkan tidak mau minum
c. kejang-kejang
“ibu sudah mengetahui tanda anak sakit”
7. Memberikan terapi
Sanmol sirup 5 ml, 3-4 kali sehari sebagai penurun panas
Apabila dalam 2 hari setelah konsumsi obat demamnya tidak hilang, ibu
sebaiknya kembali ke bidan atau ke tenaga kesehatan terdekat.
“Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan”
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah persepsi ambang batas suhu normal anak sering menjadi penyebab
overtreatment kasus demam pada anak. Pada umumnya demam pada anak atau
balita adalah kondisi demam yang dialami oleh anak-anak. Demam terjadi ketika
suhu tubuh anak melebihi batas normal, yaitu di atas 37,2 derajat Celsius, apabila
pengukuran dilakukan dari ketiak dan 37,8 derajat Celsius saat diukur melalui
mulut. Sementara jika pengukuran suhu dilakukan melalui dubur atau anus,
dikatakan demam jika lebih dari 38 derajat Celsius.
Untuk mencegah demam pada anak atau balita orang tua dapat
mengajarkan anak beberapa metode untuk menjaga kebersihan diri yaitu berupa :
membiasakan mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama sebelum makan,
setelah menggunakan toilet, dan setelah berada di dekat orang sakit, usahakan
bawa hand sanitizer saat bepergian untuk berjaga-jaga bila tidak ada air dan
sabun, biasakan selalu menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk, hindari
menyentuh mulut, hidung, atau mata dengan tangan yang kotor, tidak berbagi alat
makan dan minum dengan orang lain.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar
menyampaikan kepada masyarakat lainnya akan pentingnya menjaga kebersihan
tubuh balita sebagai bentuk pencegahan demam pada balita dengan cara
menjelaskan faktor resiko yang bisa menyebabkan balita demam.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Rizenna sitiatavia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Jogjakarta: D-Medika
Rukiyah, Aiyeyeh & Yulianti Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Jakarta: Trans Info
Aisa Sitti, dkk. 2018. Panduan Penulisan Catatan Soap Dalam Pendokumentasian
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Karyati, M. R., 2014. Penanganan Demam pada Anak. IDAI : Artikel. Dikutip
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/penanganan-demampada-anak
Sari . 2017. Asuhan Kebidanan Balita Sakit An. D Umur 4 Tahun Dengan Febris di
Klinik Pratama Rawat Inap An-Nuur Colomadu Karanganyar. Program Studi
Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
HusadaSurakarta. Sari Wenny I.P.E, Kurniyati. 2022. Dokumentasi Kebidanan.
Jaw
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/23/anak-demam-dan-cara-
mengatasinya 22 januari 2022
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/1750/2/Asuhan%20Kebidanan
%20Neonatus%2C%20Bayi%2C%20Balita.pdf