Disusun Oleh:
DINA RENATA
1
KATA PENGANTAR
Dina Renata
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar.....................................................................................................2
Daftar isi ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5
D. Manfaat.....................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................................7
B. Tanda Dan Gejala........................................................................................7
C. Penyebab...................................................................................................8
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi................................................................8
E. Patway......................................................................................................10
F. Patofisiologis..........................................................................................11
G. Etiologi....................................................................................................11
H. Klasifikasi...............................................................................................12
I. Fase-Fase Terjadinya.................................................................................13
J. Pencegahan..............................................................................................13
K. Pengobatan...............................................................................................14
L. Penatalaksanaan.......................................................................................14
M. Kompilasi.................................................................................................15
N. Pengkajian...............................................................................................16
I. Identitas Pasien..................................................................................16
II. Keluhan Utama.....................................................................................16
III. Riwayat Kesehatan Sekarang............................................................17
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu................................................................18
V. Riwayat Kesehatan Keluarga..................................................................18
VI. Pemeriksaan Fisik................................................................................19
VII. Analisis Data..................................................................................19
3
BAB III PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................21
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aides Aigepty dimana nyamuk ini juga biasa berkembangbiak dalam cuaca yang berganti-
ganti antara hujan dan terik matahari, dan apabila seseorang terjangkit Dengue Hemoragic
Fever dapat menimbulkan berbagai gejala seperti demam, lemah, napsu makan berkurang,
nyeri pada anggota badan pendarahan dibawah kulit yang apabila tidak ditangani segera
dapat menimbulkan komplikasi seperti Ensefalitis, Hipotermia,Syok Hipovolemik bahkan
kematian ( Ngastiyati, 2013).
Wabah Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016 sudah menyebar diseluruh dunia.
4
Daerah di wilayah Amerika melaporkan lebih dari 2,38 juta kasus pada tahun 2016, dimana
Brasil sendiri melaporkan sedikitnya kurang dari 1,5 juta kasus, kira-kira 3 kali lebih tinggi
dari pada tahun 2014. Dari 1,5 juta kasus terdapat 1032 kasus kematian akibat Demam
Berdarah Dengue yang terjadi di wilayah tersebut. Wilayah pasifik barat melaporkan lebih
dari 375.000 kasus dugaan Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016, dimana Filipina
melaporkan 176.411 kasus dan Malaysia 100.028 kasus, yang menjadi penyakit dengan
angka kejadian tertinggi sama dengan tahun sebelumnya untuk kedua Negara tersebut.
Kepulauan Solomon melaporkan wabah Demam Berdarah Dengue terdapat lebih dari 7.000
kasus. Wilayah Afrika, Burkina Faso melaporkan wabah Demam Berdarah Dengue tedapat
1.061 kasus yang terjadi (WHO, 2018).
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menjalankan Asuhan Keperawatan pada Pasien anak yang terinfeksi virus
Dengue atau Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Peningkatan Suhu Tubuh : Hipertermi ?
C. TUJUAN
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada An. A yang terinfeksi virus Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu
Tubuh : Hipertermi di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto.
D. MANFAAT
1) Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
demam berdarah dengue (DBD) serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan.
2) Bagi Keluarga
Sebagai masukan untuk mendapat informasi dan pengetahuan keluarga dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan dirumah, dan meningkatkan kemandirian
serta sebagai acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga
yang mengalami peningkatan suhu tubuh : Hipertermi akibat demam berdarah
dengue (DBD).
3) Bagi Institusi Pendidikan
5
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dan sebagai referensi bagi semua
siswa-siswi Jurusan Asisten Keperawatan di SMK Hayam Wuruk Gondang.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidak mampuan
tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi
karena adanya ketidak mampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi
panas yang berlebihan, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39°C . Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan hipertermi juga
didasarkan dengan nilai normal individu tersebut.
Dampak yang ditimbulkan hipertermi dapat berupa penguapan cairan tubuh yang
berlebihan, sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang. Hipertermi berat (suhu lebih dari
41°C) dapat juga menyebabkan hipotensia, kegagalan organ multipel, koagulopati, dan
kerusakan otak yang irreversible. Hipertermi menyebabkan peningkatan metabolisme seluler
6
dan konsumsi oksigen. Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh.
Menurut Tamsuri (2007), Suhu tubuh dibagi menjadi 4,yaitu :
1) Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2) Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36°C - 37,5°C
3) Febris/Pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5°C – 40°C
4) Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
7
panas. Bila terlindungi dari lingkungan yang ekstrim, suhu tubuh bayi
dipertahankan pada 35,5%. Produksi panas akan mengikat seiring dengan
pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak sampai mencapai masa
pubertas. Rentang suhu normal turun secara drastis berangsur sampai
seseorang mendekati masa lansia.
2) Irama Sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5% sampai 1°C selama periode 24 jam.
Bagaimana pun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia, suhu
tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan 04.00 dini hari.
Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai akhir sekitar pukul 18.00 dan
kemudian turun pada dini hari.
3) Stres
Stres fisik dan emosi meningkat suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya
akan lebih tinggi.
4) Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme- mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh
akan naik.
8
E. PATWAY PENINGKATAN SUHU TUBUH : HIPERTERMI
9
F. PATOFISIOLOGIS
Arbovirus masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegypti pada tubuh manusia yang beredar
dalam aliran darah sehingga terjadi infeksi virus dengue (viremia) yang menyebabkan
pengaktifan sistem komplemen (zat anafilatoksin) yang membentuk dan melepaskan zat
C3a, C5a, dan merangsang PGE2 (prostagelandin 2) yang selanjutnya akan meningkatkan
seting poin suhu di hipotalamus. Kenaikan seting poin ini akan menyebabkan perbedaan
antara suhu seting poin dengan suhu tubuh, dimana suhu seting poin lebih tinggi dari pada
suhu tubuh. Untuk menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan
terjadi hipertermi. Hipertermi menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga
permeabilitas membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran menyebabkan
cairan dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma.
Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume plasma sehingga terjadi
hipotensi dan kemungkinan akan berakibat terjadinya syok hipovolemik.
G. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody yang terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain
yang sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut.
seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia.
10
H. KLASIFIKASI
Menurut WHO DBD dibagi dalam 4 derajat, yaitu :
11
I. FASE-FASE TERJADINYA PENINGKATAN SUHU TUBUH : HIPERTERMI
PADA DBD
1) Fase Demam
Fase gejala demam DBD pertama terjadi adalah mengalami demam.
Seseorang yang terserang virus dari gigitan nyamuk akan mengalami demam
hingga 40°C. Demam ini akan terjadi sekitar 3-4 hari dan tidak dapat
disembuhkan dengan mengonsumsi obat panas biasa. Selain mengalami
demam tinggi, pengidapnya juga akan merasakan tubuh yang lemah, sakit
kepala, serta nyeri sendi dan otot. Orang yang terserang gangguan ini juga
akan mengalami penurunan nafsu makan, serta timbulnya rasa mual dan
muntah.
2) Fase Krisis
Fase gejala DBD selanjutnya adalah terjadinya masa krisis yang berlangsung
selama 2 hari. Seseorang akan mengalami demam yang mereda, padahal
tidak terkait penyembuhan. Padahal, momen ini adalah masa yang berisiko
paling tinggi saat demam berdarah terjadi. Fase ini menyebabkan pembuluh
darah mengalami kebocoran, sehingga gejala perdarahan pada kulit dan
organ timbul. Gejala yang terjadi seperti mimisan, dan perdarahan pada
saluran cerna.
3) Fase Penyembuhan
Setelah melewati fase krisis, seseorang yang melewati periode krisis selama
48 jam akan merasakan Kekuatannya kembali. Orang tersebut akan
merasakan suhu yang normal, denyut nadi yang menguat, dan perbaikan
pada fungsi tubuh lainnya. Selain itu, pengidapnya akan merasakan nafsu
makan kembali dan menghilangnya bintik merah pada kulit.
12
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan
diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetasol atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya pendarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
Pantau Tanda Vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) setiap 6 jam.
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh
kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
13
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36 – 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian Yang terlalu sedikit.
M. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau syndrome syok dengue (SSD).
Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang
lemah dan cepat sampai tidak teraba. Tekanan nadi menurun dibawah 80 mmHg atau
sampai 0, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung,
telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria.
N. PENGKAJIAN
a. Tanggal Masuk : 13 Februari 2022
b. Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2022
c. Ruangan : Ruang Walisongo Rumah Sakit Islam Sakinah
d. No. Kamar : B2
e. No. Register : RM236878
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. A
b. Umur : 4 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
f. Pendidikan : Play Group
g. Pekerjaan : Belum Bekerja
h. Alamat : Kabelan Barat 7-A 008/002 Krembang
i. Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan trombosit 16.000
sel/mikroliter
j. Penanggung Jawab : Yani
14
II. KELURAHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh 39°C , panas tidak
turun-turun selama 3 hari, kejang, dan muntah terus menerus.
15
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit Yang Pernah Dialami
Ibu pasien mengatakan An. A pernah mengalami kejang demam atau penyakit
step.
B. Pengobatan/Tindakan Yang Dilakukan
Ibu pasien mengatakan jika An. A mengalami demam langsung mengukur suhu
tubuh dengan menggunakan termometer dan mengompres.
C. Pernah Dirawat/Dioperasi
Ibu pasien mengatakan bahwa An. A pernah dirawat di rumah sakit karena
kejang demam atau penyakit step.
D. Lama Dirawat
Ibu pasien mengatakan An. A saat dirawat di rumah sakit selama 3 hari.
E. Alergi
Ibu pasien mengatakan bahwa An. A tidak memiliki alergi terhadap makanan,
minuman, obat, dan debu.
F. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan imunisasi yang diberikan pada An. A lengkap sejak dia
lahir.
16
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Sehubungan dengan
kasus yang saya ambil pada karya tulis ilmiah adalah pasien An. A dengan usia 4 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, beragama islam, tinggal di Kabelan Barat 7-A 008/002. Pada
tanggal 15 Februari 2022 dilakukan pengkajian pukul 15.45 WIB. Pasien menderita demam
sudah berlangsung selama 3 hari, pasien rewel suhu tubuh 39◦C, dan pernah mengalami
riwayat kejang. Keluhan utama pasien yaitu ibu pasien mengatakan An. A mengalami
peningkatan suhu tubuh yang disebabkan karena proses infeksi virus dengue yang terjadi di
17
dalam tubuh, suhu tubuh An. A pernah sampai 40◦C, ibu pasien sudah membawa berobat ke
puskesmas terdekat dan pasien kesulitan untuk makan. Untuk meminimalisasikan masalah
pada diagnosa prioritas dan diagnosa keperawatan Penulis menginplementasikan intervensi
yang telah direncanakan oleh penulis 3x24 jam. Diagnosa prioritas yang diangkat oleh
peneliti teratasi sesuai dengan target.
B. SARAN
1) Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif
mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan prioritas
kebutuhan dasar yaitu hipertermi secara optimal pada pasien kelolaan.
2) Bagi Pendidikan
Sebaiknya pendidikan di Jurusan Asisten Keperawatan SMK Hayam Wuruk Gondang
lebih meningkatkan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan
kepada siswa-siswi, serta meningkatkan ilmu pengetahuan, dan memberikan
keterampilan yang lebih kepada siswa-siswi.
3) Bagi Pasien Dan Keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama proses pemberian
asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri, keluarga maupun
lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
18
Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Potter and Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC
Suratun dan Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: TIM
19