Anda di halaman 1dari 81

STUDI LITERATUR

EFEKTIFITAS TEKNIK BREASTFEEDING DAN KOMPRES


HANGAT TERHADAP SKALA NYERI BAYI SAAT
IMUNISASI

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
ALLYA ALLEN LOMBAN
NIM : 181030300025

JURUSAN D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES)
WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS TEKNIK BREASTFEEDING DAN KOMPRES HANGAT


TERHADAP SKALA NYERI BAYI SAAT IMUNISASI

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Disetujui Dan Diperiksa Untuk Dipertahankan


Dihadapan Penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah Jurusan D III Kebidanan STIKes
Widya Dharma Husada Tangerang.

Tangerang, 03 Mei 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Putri Handayani S, SST., M.Kes Andriyani


RahmaF.,S.Far,.M.Farm NIDN : 04290558702 NIDN : 0429058901

Mengetahui,
Ketua Jurusan D III Kebidanan

Junaida Rahmi, S.ST., M.Keb


NIDN : 0412049002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIFITAS TEKNIK BREASTFEEDING DAN KOMPRES HANGAT


TERHADAP SKALA NYERI BAYI SAAT IMUNISASI

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :
ALLYA ALLEN LOMBAN
181030300025

Telah dipertahankan di hadapan


penguji Tangerang, 03 Mei 2021

Penguji I Penguji II

Holidah, SST., M.Kes Desy Darmayanti, SST., M.Kes

NIDN: 0408077401 NIDN: 0317107603

Mengetahui,
Ketua
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Ns. Riris Andrianti, S.Kep., M.Kep


NIDN: 0429058702

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Allya Allen Lomban

Nim 181030300025

Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 25 agustus 2000

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “efektifitas teknik

breastfeeding dan kompres hangat terhadap skala nyeri pada bayi saat imunisasi”

adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagai mana pun keseluruhan,

kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian pertanyaan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pertanyaan ini

tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Tangerang Selatan, 03 Mei 2021

Allya Allen Lomban


NIM : 181030300025

iv
DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
KARYA TULIS ILMIAH

ALLYA ALLEN LOMBAN


NIM :181030300025

EFEKTIFITAS TEKNIK BREASTFEEDING DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP


SKALA NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI
V BAB + 83 Halaman + 2 Tabel + 2 Bagan+ 7 Lampiran

ABSTRAK
Latar belakang: Walapun cakupan imunisasi meningkat tetapi masih ada ibu yang tidak
membawa bayinya. Dalam setahun pertama bayi mendapatkan imunisasi rutin dilkakukan dan
sebagai besar diberikan dengan prosedur penyuntikan. Selama prosedur penyuntikan tentunya
akan menimbulkan rasa nyeri yang menyebabkan ketidaknyamanan kepada bayi saat proses
penyuntikan imunisasi. Tujuan penelitian: Mengetahui perbedaan efektifitas teknik breasfeeding
dan kompres hangat terhadap skala nyeri pada bayi saat imunisasi. Metode penelitian:
menggunakan desain kepustakaan atau literature review. Penelitian yang sesuai kriteria inklusi dan
ekslusi yaitu: 8 jurnal pengungumpulan dan mengunakan teknik purposive sampling.
Kesimpulan: Pemberian teknik breastfeeding dan kompres hangat efektif dalam menurunkan
skala nyeri pada imunisasi karna termasuk kategori non farmakologi. Saran: diharapkan peneliti
selanjutnya untuk dapat mengembangkan lebih mengenai penelitian efektifitas teknik
breastfeeding dan kompres hangat.

Kata Kunci : Teknik Breasfeeding, Kompres Hangat, Skala


nyeri Referensi : 11 buku, 8 jurnal, 1 website
Tahun : 2011-2020

v
DIPLOMA III MIDWIFERY
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SCIENTIFIC PAPERS

ALLYA ALLEN LOMBAN


NIM :181030300025

EFFECTIVENESS OF BREASTFEEDING TECHNIQUES AND WARM COMPRESSION


ON PAIN SCALE IN IMMUNIZED BABIES
V Chapter + 83 Pages+ 2 Tables + 2 Charts+ 7 Attachment

ABSTRACT

Background: Although immunization coverage has increased, there are still mothers who do not
bring their babies. In the first year, babies receive routine immunazations, which are mostly done
by injection process, of course, it will cause pain which causes discomfort to the baby during the
injection process Imunization. Research Objective : To determine the differences in the
effectiveness of breasfeeding techniques and warm compresses on pain scales in infants during
immunization. Research Methods: the research method uses a literature study design or literature
review. Research that fits the inclusion and exclusion criteria, namely: 8 journals collected and
used purposive sampling technique. Conclusion : the provision of breasfeeding techniques and
warm compresses was effective in reducing the pain scale on immunization because it was
included in the non-pharmacological category.
Suggestion: it is hoped that the next researchers will be able to develop more research on the
effectiveness of breastfeeding techniques and warm compresses.

Key words : Breastfeeding Technique, Warm Compress, Pain Scale, Immunization


References : 11 book, 8 journals, 1 website
Years : 2011-2020

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji serta syukur hanya kepada Allah SWT yang telah

memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan berjudul “Efektifitas Teknik Breastfeeding Dan

Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi Pada Saat Imunisasi” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar diploma tiga (DIII) Jurusan Kebidanan

STIKes Widya Dharma Husada.

Dalam proses penyusanan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari

bantuam dan motivasi dari berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya

Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan menyampaikan ucapan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Darsono, Selaku Ketua Yayasan Widya Dharma Husada Tangerang.

2. Ns Riris Andrianti, S.Kep. M.Kep Selaku Ketua STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang .

3. M. Zulfikar Adha, SKM, MKL. Selaku Wakil Ketua 1 Stikes Widya Dharma

Husada

4. Siti Novy Romlah, S.ST.,M.Epid. Selaku Wakil Ketua III Stikes Widya

Dharma Husada Tangerang

5. Ida Listiana, S.ST, M.Kes Selaku Wakil Ketua III STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang

6. Junaida Rahmi, S.ST., M.Keb Selaku Ketua Jurusan Kebidanan STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang.

vii
7. Putri Handayani ,SST., M.Kes Dosen Pembimbing 1 Karya Tulis Ilmiah

Yang Telah Menyediakan Waktu, Tenaga Dan Pikiran Untuk Membimbing

Saya Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

8. Andriyani Rahmah Fahriati, S. Far., M.Farm Dosen Pembimbing II Karya

Tulis Ilmiah Yang Telah Menyediakan Waktu, Tenaga Dan Pikiran Untuk

Membimbing Saya Dalam Menyusun Karya TulisIilmiah.

9. Holidah, SST., M.Kes. Selaku Penguji I Yang Sudah Memberikan Waktu

Dan Masukan Pada Karya Tulis Ilmiah Ini.

10. Desy Darmayanti, SST., M.Kes Selaku Penguji II Karya Tulis Ilmiah yang

Sudah Memberikan Waktu Dan Masukan Pada Karya Tulis Ilmiah.

11. Seluruh Dosen Stikes Widya Dharma Husada Tangerang Yang Telah Banyak

Memberikan Bekal Ilmu Dan Pengetahuan Yang Sangat Bermanfaat

Sehingga Dapat Digunakan Dalam Penyusan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Terima kasih kepada mamah saya Siti jaojah bapak saya Agus Lomban dan

adik saya Alfira yang selalu ada dalam keadaan susah maupun senang, selalu

memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

13. Bidan Indah, SST yang telah memberikan ilmu yang bermanfat yang sudah

memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah.

14. Terimakasih kepada teman-teman saya Mila, Fadia, dan Erika dan pihak yang

lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas bantuannya secara

langsung maupun tidak langsung sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik.

viii
Ilmiah jauh dari kata sempurna, maka dengan segala kekurangan penulisan

mengarapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Tangerang Selatan, 03 Mei 2021

Allya Allen Lomban

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................................iv

ABSTRAK.................................................................................................................v

KATA PENGANTAR..............................................................................................vii

DAFTAR ISI..............................................................................................................x

DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii

TABEL GAMBAR..................................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan masalah.................................................................................4

C. Tujuan penelitian..................................................................................4

D. Manfaat................................................................................................5

E. Sistematika Penulisan..........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi.........................................................................................8

B. Imunisasi............................................................................................10

C. Reaksi Suntikan Imuniasi...................................................................19

D. Respon Nyeri......................................................................................23

E. Dampak Nyeri....................................................................................26

F. Penatalaksaan Nyeri...........................................................................27

G. Tabel skala nyeri Flacc.......................................................................31

H. Skala numeric (Numerical Rating Scales)..........................................32

I. Konsep Teknik Breastfeeding.............................................................33

J. Konsep Kompres Hangat....................................................................37

K. Efektifitas Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri............................40


x
L. Kerangka Teori...................................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...................................................................................43

B. Tahapan Literatur Review..................................................................43


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil...................................................................................................51

B. Pembahasan........................................................................................53
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................59

B. Saran...................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel skala nyeri flacc.............................................................................32

xii
TABEL GAMBAR

Gambar 2.1 (Pemberian Imunisasi HB 0)...................................................13

Gambar 2.2 (Pemberian Imunisasi BCG)....................................................15

Gambar 2.3 (Pemberian Imunisasi Polio)....................................................16

Gambar 2.4 (Pemberian Imunisasi DPT).....................................................18

Gambar 2.5 (Pemberian Imunisasi Campak)...............................................19

Gambar 2.6 (Skala Nyeri Numerik).............................................................34

Gambar 2.7 (Skala Oucher )........................................................................34

Gambar 2.8 (Teknik Breastfeeding).............................................................37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 CV
Lampiran 2 bimbingan
Lampiran 3 link jurnal penelitian

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu dasar unsur kesenjahteraan umum

yang harus diwujudkan dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945 melalui pembangunan nasional.

Upaya kesehatan yang dilakukan bersetujuan meningkatkan mutu kesehatan

bagi masyarakat yang setingi-tingginya di perlukan upaya untuk pencegahan

terjadi nya suatu penyakit melalui imunisasi. Imunisasi yang dilaksanakan

terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI Nomor 12

tahun 2017 tentang penyelengaran imunisasi).

Hasil cakupan imunisasi secara nasional terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan Evaluasi Program Imunisasi selama 2015-2017, cakupan

imunisasi dasar lengkap pada bayi mencapaian 86,54% pada tahun 2015,

pada tahun 2016 sebesar 91,58%, dan pada bayi tahun 2017 sebesar 91,12%

(Kemenkes, 2018).

Walapun cakupan imunisasi meningkat tetapi masih ada ibu yang tidak

membawa bayinya. Dalam setahun pertama bayi mendapatkan imuniasi rutin

dilakukan dan sebagai besar diberikan dengan prosedur penyuntikan. Selama

prosedur penyuntikan tentunya akan menimbukan rasa nyeri yang

menyebabkan ketidaknyamana kepada bayi saat proses penyuntikan

imunisasi, namun penangangan nyeri masih belum diperhatikan oleh petugas

1
2

kesehatan, hal inilah yang membuat para ibu tidak mau membawa bayi

imunisasi, diantaranya ketidak mampuan dalam menyampaikan rasa nyeri,

karena takut akan efek samping yang timbul serta kesalahan penafsiran

ekpresi nyeri sebagai ekspresi rasa takut dan perhatian nyeri saat imunisasi

adalah penyakit dasarnya (Clara, 2015).

Petugas kesehatan tentunya harus meningkatkan pelayanan imunisasi

untuk meningkatkan kenyaman ada bayi saat diberikan imunisasi salah

satunya dengan menimimalkan nyeri penyuntikan pada imunisasi. Apabila

nyeri pada bayi pada saat penyuntikan imunisasi. Apabila nyeri pada bayi

tidak segera ditangani makan akan menimbulkan efek merugikan seperti

peningkatan irama jantung, peningkatan tekanan darah, respirasi cepat dan

dangkal, penurunan saturasi oksigen, kulit pucat atau panas, diaphoresis dan

berkeringkat serta peningkatan tonus otot dapat dialami oleh bayi. Nyeri

penyuntikan imunisasi tentunya bukan hanya menimbulkan trauma pada anak

namun juga menimbulkan kecemasan pada orang tua dan petugas kesehatan,

karena itu di perlukan prinsip atraumatic care untuk menimalkan rasa nyeri

tersebut Fikri, 2011.

Rasa nyeri saat imunisasi adalah satu cara yang menjadi penghalang

dalam imunisasi sehingga nyeri yang timbul saat imunisai ini menjadikan

orang tua tidak patuh terhadap jadwal imunisasi anaknya. Pengalaman

terhadap nyeri atau tindakan yang dapat menimbulkan trauma pada bayi harus

di cegah dan diminimalkan nyeri atau cedera. Tindakan yang dapat dilakukan
3

yaitu secara farmakologis mapun non farmakologis. (Wong, 2009 dalam

Meidini, 2018).

Telah terdapat beberapa penelitian mengenai menimalkan nyeri secara

non farmalogis yaitu dengan cara kompres hangat, kompres dingin,

breasfeeding, pemberian oral sukrosa. Pemberian kompres hangat dapat

menimbulkan efek hangat serta efek stimulasi kutaneus berupa sentuhan yang

dapat menyebabkan terlepasnya endporphin, sehingga memblok trasmisi

stimulus nyeri, kompres hangat juga akan menghasilkan efek fisologis untuk

tubuh yaitu efek vasodilatasi, peningkatan metabolisme sel dan

merelaksasikan otot sehingga nyeri yang dirasa berkurang (Perry, 2010 dalam

Meidin, 2018).

Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari

suatu intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung dan menyeluruh

ketika kebutuhan fisik, psikospritual, sosial, dan limgkungan terpenuhi.

Tindakan yang dilakukan sebagai bentuk kenyamanan dan sebagai upaya

pencegahan nyeri secara non farmakologis selama ini penelitian ini terbatas.

Karena mengetahui efektifitas teknik breasfeeding dan kompres hangat dalam

menurunkan skala nyeri pada saat imunisasi.

Hasil penelitian Atikah ddk, (2018) yang melakukan uji korelasi regresi

dan independ T-test dapat disimpulkan hasil P value dari masing-masing

variabel < 0,25. Terhadap 54 pada saat imunisasi. Berdasarkan penelitian

teori diatas dapat di simpulkan bahwa pemberian asi memang peranan


4

penting dalam Asuhan Kebidanan yang dapat membantu mengalihkan rasa

nyeri, menimbulkan rasa nyaman dan mengurangi stress pada bayi.

Hasil penelitian Yuni, dkk (2015) yang melakukan uji (T-test

independen) bahwa P Value < 0,05 (0,00 < 0.05) terhadap 40 responden bayi.

Menunjukan adanya pengaruh pemberian kompres hangat terhadap respon

nyeri pada bayi. Saat imunisasi dengan pemberian kompres hangat pada

tempat penyuntikan sebelum dilakukan imunisasi dapat mengurangi respon

nyeri yang dirasakan oleh bayi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan studi literature dengan judul “Efektifitas Teknik

Breastfeeding Dan Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Pada Bayi Saat

Imunisasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diambil

suatu rumusan masalah dalam studi literature ini yaitu “Adakah Efektifitas

Teknik Breastfeeding Dan Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi Saat

Imunisasi?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untung mengetahui efektifitas teknik breastfeeding dan kompres hangat

terhadap skala nyeri bayi saat imunisasi.


5

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui efektifitas teknik breastfeeding untuk menurunkan skala

nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi.

b. Mengetahui efektifitas kompres hangat untuk menurunkan skala

nyeri pada bayi saat di lakukan imunisasi.

c. Mengetahui perbedaan efektifitas teknik breastfeeding dan kompres

hangat terhadap skala nyeri bayi saat imunisasi.

D. Manfaat

1. Bagi Instanti Pendidikan

Penelitian ini di harapkan sebagai pengembangan mata kuliah Asuhan

Neonatus dalam pembelajaran STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang jurusan kebidanan.

2. Bagi Masyarakat

Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat menjadikan

masukan dan memberikan wawasan bagi masyarakat dapat

memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai pengaruh yang

didapatkan dari teknik breastfeeding dan kompres hangat terhadapat

skala nyeri imunisasi pada bayi dan dapat diaplikasikan saat

imunisasi.

3. Bagi Bidan

Hasil penelitian ini dapat menambah beberapa pengetahuan penting

bidan tentang pengaruh yang didapatkan dari teknik breastfeeding dan


6

kompres hangat terhadap skala nyeri bayi saat imunisasi dan dapat

diaplikasikan dalam asuhan kebidanan.

4. Bagi peneliti Lain

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, sehingga diharapkan untuk

penelitiannya selanjutnya dapat menggunakan teknik ekperimen

dalam teknik breastfeeding dan kompres hangat terhadap skala nyeri

bayi saat imunisasi.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah gambaran tentang Karya Tulis Imilah, maka penulis

membuat sistematika laporan penelitian yang terdiri dari empat bab, sebagai

berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini memutar latar belakang rumusan masalah, tujuan,

manfaat, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini manfaat ulasan teoritis dari berbagai literatur atau pustaka

yang bisa di pertangung jawaban, serta hasil-hasil penelitian yang

revalen dan terbaru yang disesuikan dengan tema/judul yang

diambil.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat jenis penelitian dan tahapan literature review

meliputi menyusun background and purpose, research question


7

searcing for the literature, selection criteria & practial screen,

quality checklist and procedures, data extraction strategy, dan data

sythesis strategy

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini pembahasan ini membandingkan topik bahasan yang

diangkat dengan teori-teori terkini yang ada.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang harus

operasional/aplikatif, mengacu pada manfaat penelitian, dan

apabila ada keterbatasan pada bab V diberikan saran untuk

penelitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi

1. Definisi Bayi

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat di sertai dengan perubahan

dan kebutahan gizi. Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada

perawatan dan pemberian makan oleh ibunya. (Notoatmodjo,2007 dalam

D Rahmadanty, 2020).

Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi

akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi

darah, serta berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus

bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry, dkk 2005

dalam D Rahmadanty, 2020).

Bayi merupkan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan,

namun tidak ada batasan pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode

perkambangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan.

Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.

(Marmi, dkk, 2015).

2. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan pada bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga bayi tetap

hangat, membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali

8
9

telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali

pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberikan

salep mata, memberi imunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan

fisik (Syaputra, 2014).

3. Perkembangan dan pertumbuhan bayi

Perkembangan adalah bertambah nya sempurna fungsi alat tubuh

yang dapat dicapai melalui tubuh, tumbuh kematangan dan belajar, terdiri

dari kemampuan bergerak kasar dan halus, pendengaran, bicara, emosi-

emosi, kemandirian integensia dan perkembangan moral (Muslihatun,

2011).

Pertumbuhan adalah perubahan dari tubuh yang berhubungan

dengan bertambahnya ukuran-ukuran tubuh (Maryunani, 2012).

Perkembangan bayi menurut Dwienda (2012), tahap perkembangan

adalah :

a. Masa pralahir

Terjadinya pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan

tubuh.

b. Masa neonatus

Terjadi karena penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim dan

hampir sedikit aspek dalam perubahan.


10

B. Imunisasi

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tersebut tidak

akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Peremenkes RI, 2017).

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

terhadap suatu penyakit dengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak

berbahaya namun cukup menyiapkan imun, sehingga apabila kelak

terpajan pada penyakit tersebut ia tidak akan menjadi sakit (Ranuh,

2017).

Imunisasi adalah suatu cara suatu proses untuk membuat sistem

pengetahuan tubuh kebal terhadap invasi mikrooganisme (Bakteri atau

virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut

memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. (Marmi, 2015).

2. Tujuan Imunisasi

Menurut Maryunani, (2013) Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara

lain :

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit terentu di dunia.

b. Untuk melindungi pencegahan penyaki-penyakit menular yang

sangat berbahaya bagi bayi dan anak.


11

c. Diharapkan anak akan menjadi kebal terhadap penyakit sehingga

dapat menurunkan angka morbiditas, moralitas serta dapat

mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

d. Untuk menurunkan morbiditas, moralitas, dan cacat serta bila

mungkin di dapat Eradikasi suatu penyakit dari suatu negeri.

e. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan bahkan menyebabkan kematian pada

penderitanya. Beberapa penyakit dapat di hindari dengan

imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejen,

hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.

f. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari

imunisasi seperti cacar pada imunisasi.

3. Manfaat Imunisasi

Menurut Proverati (2010) dalam Wardhani (2017), manfaat

imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat

di cegah dengan imunisasi, tetapi dirasakan oleh :

a. Anak, yaitu mencegah penderita yang disebabkan oleh

penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya

pengobatan bila anak sakit, mendorong pembentukan


12

keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani

masak kanak–kanak yang nyaman.

c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan

pembangunanan negara

4. Jenis-jenis Imunisasi

Program imunisasi dasar lengkap menurut peraturan menteri

Kesehatan RI, (2013) wajib diberikan imunisasi pada bayi

berusia satu tahun yang terdiri dari:

a. Vaksin Hepatitis B

1) Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinasi yang telah

dinatifikasi dan bersifat infectious, berasal dari HBsAg yang

telah dihasilkan dalam sel ragi (Hansula Polymorph)

mengunakan teknologi DNA rekombinan.

2) Pemberian dan dosis

a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

b) Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan

secara intamuskuler sebagainya pada anterolateral paha.

c) Pemberian sebanyak 3 dosis

d) Dosis pertama di berikan pada usia 0-7 hari, dosis

berikutnya denga cara interval minimum 4 minggu (1

bulan).
13

Gambar 2.1 Imunisasi HB 0

1) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan virus Hepatitis B.

2) Kontraindikasi

Hipersentif terhadap komponen vaksin, sama hal seperti

vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada

penderita penyakit infeksi berat seperti Kejang.

3) Efek Samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan

disekitar tempat penyuntikan. Rekasi bersifat ringan dan

biasanya hilang setelah 2 hari (Departemen RI, 2008 dalam

Wardhani, 2017).

b. Vaksin BCG (Bacilus Calmet Guerin)

1) Bacillus Calmet Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacteriumbovis yang berkembangbiak berulang selama 1-3

tahun sehingga didapatkan hasil tidak tetapi masih mempunyai

imunogenitas. Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas, tidak

mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi resiko


14

terjadinya tuberkulosis berat seperti Meningitis dan Tubercolusis

(Ranuh, 2010 dalam Wardhani, 2017).

2) Cara Pemberian Dosis

a) Sebelum disuntikan BCG harus dilarutkan terlebih dahulu

melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril Auto

Distruct Schering (ADS) 5 Ml.

b) Dosis pemberian 0,05 ml.

c) Disuntikan secara intakutan didaerah lengan kanan atas

(Insertion Musculus Deltoideus). Dengan mengunakan Auto

Distruct Scherering (ADS) 0,05 ml.

d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum 3

jam lewat.

Gambar 2.2 Imunisasi BCG

Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.


15

3) Kontraindikasi

a) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti :

eksim, furunkolusis dan sebagainya.

b) Mereka yang sedang menderita TBC.

4) Efek Samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat

umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul

indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah

menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka menjadi luka

tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan

meninggalkan tanda parut.

c. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)

1) Vaksin oral polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense

virus poliomyelittistipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah

dilemahkan, dibuat dibiakan jaringan ginjal dan distabilkan

dengan sukrosa

2) Cara pemberian

a) Diberi secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua)

sebanyak 4 kali (dosis) pemberian 4 minggu.

b) Setiap pembuka vial harus mengunakan penates (droper)

yang baru.
16

Gambar 2.3 Pemberian Polio

3) Indikasi

Untuk memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

4) Kontraindikasi

Pada individu yang menderita “Immune Deficiency” tidak ada

efek yang berbahaya yang timbul akibat pemeberian polio

pada anak yang sedang sakit, namun jika keraguan, misalnya

sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan

setelah sembuh.

5) Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping, berupa paralis

yang disebabkan oleh vaksin yang sangat jarang terjadi

(Debpatrmen RI 2006 dalam Wardhani, 2017).

d. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

1) Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang

terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta


17

bakteri partusis yang telah diinaktivasi (Departemen RI, 2006;

Wardahani, 2017).

2) Cara pemberian dan dosis

a) Sebelum mengunakan vaksin harus dikocok terlebih

dahalu agar supsensi menjadi homogen.

b) Disuntik secara intamuskuler dengan dosis pemberian 0,5

ml sebanyak 3 dosis.

c) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis

selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4

minggu (1 bulan). (Depertemen RI, 2006 dalam

Wardahani, 2017).

Gambar 2.4 Imusisasi DPT

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan secara stimulasi terhadap difteri,

pertussis, dan tetanus.


18

4) Kontraindikasi

Gejala – gejala ke abnormal otak pada periode bayi baru lahir

atau gejala serius keabnormal pada syaraf merupakan

kontaindikasi pertussis.

5) Efek Samping

Gejala – gejala yang bersifat sementara : Demam tinggi,

iribitas, dan meracau yang biasa terjadi 24 jam setelah

imunisasi (Depertemen RI,2006 dalam Wardhani,2017).

e. Vaksin Campak

1) Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup dilemahkan.

Setiap dosis (0,5 ml) mengandung virus campak hidup yang

dilemahkan strain CAM 70 tidak kurang dari 1000 CCID50,

vial 20 dosis, vial dosis 10 k.

2) Cara Pemberian Dosis

a) Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus

dilarutkan dengan peralut steril yang telah tersedia yang

berisi 5 ml cairan peralut.

b) Dosis pertama 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada

lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan, dan ulangan

(Boster) pada usia 6-7 tahun (Kelas 1 SD) setelah captcup

campaigh campak pada anak sekolah dasar klas 1-6.


19

Gambar 2.5 Imunisasi Campak

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

4) Kontraindikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif individu yang menghidap

penyakit immune deficiency atau individu yang diduga

menderita ganguan imun karena leukemia.

5) Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan

kemerahan selama 3 hari yang terjadi 8-12 hari setelah di

vaksinasi (Depertemen RI, 2006 dalam Wardahani, 2017).

C. Reaksi Suntikan Imuniasi

Semua gejala klinis akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung

maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi kejadian ikutan pasca

imunisasi (KIPI). Reaksi suntikan langsung yaitu nyeri, bengkak, dan

kemerahan pada area suntikan. Efek tidak langsung berkaitan dengan status

psikolgis bayi itu merasa ketakutan dan ketidaknyaman yang di

manifestasikan dengan tangisan, gerakan, hiperventilasi, mual dan bahkan


20

sebagai bentuk ganguan dari ganguan psikologis akibat reaksi suntikan

imuniasi (IDAI, 2018).

Menurut telah Pokja KIPI Depkes RI, penyebab timbulnya KIPI

sebagai besar kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi dasar

faktor kebetulan, pengunan menurut rekomendasi IDAI dalam pencegaahan

KIPI akibat reaksi suntikan, dengan menganjurkan menggunakan teknik

penyuntikan yang benar, menciptakan suasana ruangan tempat penyuntikan

yang tenang, serta mengetasi rasa takut yang muncul pada anak yang lebih

besar (IDAI, 2018).

Agar imunisasi bila di terima oleh orang tua dapat melalui metode

pencegahan KIPI bahwa memberika intruksi kepada orang tua bagaimana

cara menurunkan nyeri pada anak, dapat menurunkan respon nyeri pada anak

saat menerima suntikan imuniasi, sehingga anak orang tua kembali membawa

anaknya untuk imunisasi selanjutnya (Sarimin, 2016).

1. Pengertian Nyeri

Pada bayi, sistem neurologi belum berkembang sempurna, ketika bayi

dilahirkan, sebagaian besar perkembangan otak, menstimulasi sistem

saraf pusat dan perifer, terjadi selama tahun pertama kehidupan, beberapa

reflek primitif sudah ada pada saat dilahirkan, termasuk reflek menarik

diri. Ketika mendapat stimulasi nyeri, bayi dapat merespon dengan cara

menangis dan mengerakan seluruh tubuh. Kemampuan itu berkembang

seiring dengan tingkat mielinisasi (Rospond (2008) dalam Yulia (2019).


21

2. Fisologi Nyeri

Teori bagaimana nyeri ditransmisikan dan di persepsikan masih belum

dapat dipahami sepenuhnya. Kapan nyeri dirasakan sampai berapa

derajat bergantung pada interaksi antar sistem analgesik tubuh dan

trasmisi sistem saraf interprestasi stimulus. Mekanisme timbulnya rasa

nyeri dimulai dari implus yang disampai ke otak melalui nervus ke

kormus dorsalin pada spinal cord, kemudian pesan diterima oleh talamus

sebagai pusat sensori pada otak, implus dikirimkan ke korteks dimana

intesitas dan lokasi otak, turun melalui spinal cord, pada cornusdorsalin

zat kimia seperti endporphin akan dikeluarkan untuk menurunkan rasa

nyeri (Betz and Sowden,2015). Fisiologi menurut Kozier (2016) sistem

saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang kusus mendeteksi adanya

kerusakan jaringan yang menimbulkan sesuai sentuhan, panas, dingin,

nyeri, dan tekanan. Reseptor nyeri atau nosiseptor ini dapat dieksitasi

oleh stimulus mekanis, suhu, atau kimia. Proses fisologi yang

berhubungan denagn presepsi nyeri yang di gambarkan sebagai nosiepsi.

a. Transduksi

Selama fase tranduksi, stimulus berbahaya (cedera jaringan) memicu

pelepasan mediator biokimia (seperti prostaglandin, bardikim,

serotonim, histamin, zat P) yang memsentisari noisiseptor. Stimulasi

menyakitkan atau berbahaya juga menyebabkan pergerkan ion- ion

menembus membran sel, yang membangkitkan nosiseptor. Obat

nyeri dapat bekerja selama fase ini menghambat produksi


22

potaglandin (seperti ibu pofen) atau dengan menurunkan pergerkan

ion-ion menembus membran sel (seperti anastesi lokal) yaitu

transduksi trasmisi, perspsi, dan modulasi (Kozier, 2010 dalam Yulia

Rizky, 2019).

b. Transmisi

Proses nosepsi kedua, trasmisi nyeri meliputi tiga segmen. Selama

segmen pertama, implush nyeriberjalan dari saraf tepi ke medulla

spinalis. Zat P bertindak sebagai neurotransmiter, yang meningatkan

pergerkan implus menyebrangi sinaps saraf dari neuron aferen

primer ke kornu dorsalin medulla spinalis yaitu serabut C yang

menstrasmiskan nyeri tumpul yang berkepanjangan dan serabut A-

delta yang mentrasmisikan nyeri tajam dan lokal. Segmen kedual

adalah trasmisi dari medulla spinalis dan asendens, melalui tractus

spiotalamikus ke batang otak dan thalamus. Segmen ketiga

melibatkan trasmisi sinyal antara thamalus ke kotreks sensorik

somatic tempat terjadi nya perspsi nyeri. Kendali nyeri dapat terjadi

selama proses trasmisi kedua ini. Misalnya opioid (narkotika)

menghambatat pelepasan neutrasmiter, terutma zat P yang

menghentikan nyeri ditangkal spinal.

c. Persepsi

Proses ketiga ini adalah Ketika klien menyadari rasa nyeri.

diyakini bahwa perspsi nyeri terjadi dalam struktur ortikal, yang

memungkinan strageti kognitif perilaku yang bebeda yang dipakai


23

untuk mengurangi kompenen sensorik dan afektif nyeri. Misalnya

interfensi non farmakolgi seperti distraksi, berimajinasi terbimbing,

dan musik dapat membantu mengalihkan perhatian klien pada nyeri.

d. Modulasi

Seringkali digambarkan sebagai tanda “system desendens”. Proses

keempat ini terjadi saat neuron dibatang otak mengirimkan sinyal

menuruni kornu dorsalis medulla spinalis. Serabut desendens ini

akan melepaskan zat opioid endogen, serotonin, dan norepinemprin,

dimana zat tersebut akan mengahambat naiknya implus berbahaya

atau menyakitkan dikornu dorsalis. Namun neuorotransmiter ini

diambil kembali oleh tubuh, yang membatasi kegunaan

analgesiknya. Klien yang mengalami nyeri kronik dapat diberikan

resep antidepresan trisiklik, yang menghambatan ambilan kembali

norepinemprin dan serotonin.

D. Respon Nyeri

Menurut Wong et all (2019) bayi secara sempurna bergantung kepada

tenaga medis untuk mengkaji untuk mengakaji nyeri yang dirasakan dan

mengintensikan nyeri. Respon nyeri terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Respon perilaku seperti meringis, menangis, dia menahan, menghindar.

2. Respon psikologis, seperti peningkatan denyut nadi, pernapasan, peri

perdingin, ketegangan otot dan kaku. Menurut Tamsuri (2012) dalam

Yulia Rizky ,2019. Respon nyeri yang dapat muncul terbagi menjadi 2,

yaitu :
24

a. Respon Perilaku

1) Verbal, seperi menangis, mengadu, menggeletukan gigi, serta

mengigit bibir.

2) Ekpresi wajah, seperti menyeringai, mata, seperti di peras, alis

mengerut, bibir mengerut kedalam, ataupun mulut terbuka.

3) Gerakan tubuh, seperti gelisah, ketegangan otot, dan peningatan

gerakan jari dan tangan maupun kaki.

4) Interaksi sosial, seperti menghindari percakapan, mengindari

kontak sosial, maupun fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri

Faktor yang mempengaruhi psikologis

a. Stimulasi simpatik, terjadinya pada nyeri ringan, moderat, dan

superpisial. Respon yang ditunjukan seperti dilatasi saluran brochial,

peningkatan frekuensi pernapasan peningkatan denyut jantung,

penyempitan pembuluh darah periper, peningatkan tekanan darah,

peningakatan kadar gula darah, diaphoresis, peningkatan ketegangan

otot, dilatasi pupil, serta penurunan motilitasi usus.

b. Stimulasi parasimpatik, terjadi respon ketika nyeri berat atau nyeri

dalam. Respon yang akan ditimbulkan dapat berupa pucat pada

wajah, ketegangan otot, penurunan frekuensi denyut jantung dan

tekanan darah, pernafasan menjadi cepat dan tidak teratur, mual dan

dapat terjadi muntah, serta dapat menyebabkan keletihan.


25

c. Faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri Pety (2016) menjelaskan

analis faktor – faktor mempengaruhi perpsepsi nyeri pada bayi

sebaga berikut :

(1) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

pengkaji respon nyeri pada anak, pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi.

(2) Kebudayaan

Anak akan belajar dari budaya orang tuanya, bagaimana

seharusnya dirinya memberi respon terhadap nyeri misalnya tidak

pantas laki-laki mengeluh nyeri, sedangkan wanita boleh

mengeluh nyeri.

(3) Ansietas

Cemas dan perasaan tidak nyaman dapat meningkatkan persepsi

terhdapat nyeri dan nyeri bisa menyebakna seseorang cemas dan

tidak nyaman.

(4) Keletihan

Rasa kelehan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan koping.
26

(5) Pengalaman sebelumnya

Mengatasi rasa nyeri tergantung pada pengamanan di masa lalu

bagimana mengatasi nyeru. Adanya pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu bahwa individu tersebut akan datang

setiap individu belajar nyeri dari pengalaman sebelumnya,

apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama dan

berulang-ulang dan nyeri tersebut berhasil dihilangkan akan

membuat individu lebih menginterpretasikan sensasi nyeri.

(6) Dukungan sosial dan keluarga

Anggota keluarga dan orang terdekat akan menerikan dukungan

dan perlindungan.

E. Dampak Nyeri

Menurut Wong, et al, dalam Yulia Rizky 2019 nyeri akan

mengakibatkan dampak akut dan dampak jangka panjang pada bayi yang

masih dalam penelitian oleh banyak peneliti. Akan tetapi pengetahuan yang

ada memperlihatkan adanya pontensi terjadinya dampak buruk yang serius

dari nyeri yang tidak ditangani. Dampak tersebut antara lain:

1. Dampak akut

Dampak akut yang ditimbulkan pada bayi berupa pendarahan

ventruler/intraventrikuler, peningkatkan pelepasan kimia dan hormon,

pemecehan cadangan lemak dan karbohidrat, hiperglikemia

berkepanjangan peningkatan morbilitas di NICU, memori kejadian


27

memanjang, intervasi korda spinalis yang tidak tepat, dan penurunan

ambang nyeri.

2. Dampak Jangka panjang

Potensi jangka panjang yang terdapat pada nyeri bayi antara lain:

peningkatan keluhan somatic tanpa sebab yang jelas peningkatan keluhan

somatil tanpa sebab yang jelas, peningkatan pravelansi defisit neurologi,

masalah psikososial, penolakan terhadap kontak manusia. Dampak yang

dapat diamati antara lain keterlambatan perkembangan, ganguan

neurobehavioral penurunan kognitif, ganguan belajar, kinerja motorik

menurun, maslah perilaku, defisit perhatian tingkah laku adaptif buruk,

ketidakmampuan menghadapi situasi baru, masalah dengan impulsivitas

dan kontrol sosial, perubahan tempramen emosi pada masa bayi dan

kanak- kanak, dan peningkatan stres hormonal di kehidupannya kelak.

F. Penatalaksaan Nyeri

Menurut Kozier et al (2015) dan Taddio et al. (2016) intervensi untuk

mencegah terjadinya trauma karena nyeri imunisasi pada bayi dilakukan

dengan penatalaksanan nyeri pada bayi yang mendapatkan suntikan imunisasi

dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologi, sebagai berikut:

1. Farmakologi

a. Anestesi topikal, eutectic mixture of local anasthetics (EMLA)

cream.

b. Anastesi sistemik atau non steroid antiinflammatory drugs

(NSAIDs) misalnya paracetamol, opioids, dan morphin.


28

c. Anastesi regional, seperti blok saraf perifer dan blok saraf sentral

(spinal, epidural). Teknik ini harus dilakukan dengan hati- hati oleh

tenaga profesional dan memerlukan obervasi ketat.

2. Non farmakologi

a. Sweet solution

Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan saat prosedur imunisasi bagi

bayi yang berusia kurang dari 12 bulan yang tidak menyusu atau

lebih dari 12 bulan dapat di rekomendasikan pemberian sweet

solution. Sweet solution dapat berupa larutan manis seperti laktosa,

glukosa, atau sukrosa yang diberikan kepada bayi sebelum prosedur

penyuntikan imuniasai baik secara langsung di oleskan pada mulut

bayi atau melalui media pacifier.

b. Breastfeeding/pemberian ASI

Rasa manis yang terdapat dalam ASI dapat menginduksi opioid

endogen, meyusui juga berpengaruh terhadap respon nyeri adanya

kontak badan bayi dan ibu sehingga bayi merasa nyaman dan

terlindungi. Pada usia 0-12 bulan fase perkembangan bayi

merupakan fase oral, dimana segala kesenangan berpusat pada

mulutnya, sehingga pada saat menyusui, rasa nyeri yang dialami

ketika imunisasi akan teralihkan pusat oral activity (kurniawan,

2013).
29

c. Non nutritive sucking

Memberikan dot slikon kedalam mulut bayi tanpa pemberian ASI

atau susu formula yang di gunakan pada bayi untuk mengihasap.

Ketika NNS dimasukan kedalam mulut bayi makan terdapat

stimulasi dari orotaktil dan mekanoresptor yang akan mengurangi

nyeri pada bayi (Mariya, 2011).

d. Terapi es

Memberikan es pada area kulit yang akan di suntik dapat

menyebabkan sensasi mati rasa. Akan tetapi pemberian es di area

sutikan pada anak usia dibawah 3 tahun, tidak memahami peran

sensasi dingin dalam menurunkan nyeri dan menyebabkan perhatian

anak terfokus pada prosedur (Sarimi, 2015).

e. Kompres Hangat

Pembetian kompres hangat dapat menimbulkan efek hangat serta

efek stimulasi kutaneus berupa sentuhan yang dapat menyebabkan

terlepasnya endroprhin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri

(Runiari&Suriani, 2012). Kompres air hangat jika akan

menghasilkan efek fislogi untuk tubuh yaitu efek vasodilatasi,

peningkatan metabolisme sel dan menghasilkan otot sehingga nyeri

yang dirasa berkurang (Maria, 2013 dalam Yulia Rizky, 2019).

f. Skin to skin contact

Pemberian metode kanguru dapat menurunkan nyeri pada bayi baru

lahir. Metode ini dilakukan sebelum dan selama prosedur


30

penyuntikan dan membuat bayi lebih tenang selama dilakukan

tindakan penyuntikan dengan meletakan bayi di dada ibu dengan

posisi tegak langsung kekulit ibu sehingga kulit bayi ibu sering

bersentuhan (Sotinjak, 2010).

g. Humor orang tua

Orang tua memberi dukungan pada anak selama prosedur,

mengunakan bantuan alat mainan, orang tua bersuara dan

mengoyang-goyangkan anak. Teknik ini dapat dilakukan pada segala

usia anak.

h. Teknik distraksi

Intervensi ini berupa upaya mengalihkan perhatian anak terhadap

nyeri baik dilakukan oleh anak sendiri, orang tua maupun perawat.

Teknik yang dilakukan oleh anak sendiri seperti mendengarkan

musik atau mainan, oleh orang tua dengan memimpin distraksi

dengan memberikan instruksi, atau dengan menggunakan mainan

dan kata-kata yang di ungkapkan secara verbal yang dapat dilakukan

juga oleh perawat (Sarimin, 2012).

i. Posisi anak

Intervensi ini dilakukan degan cara mengendong bayi menghadap

kepala ibu dengan posisi kepala lebih tinggi dari estremitas bayi

(Sarimi, 2012).
31

G. Tabel skala nyeri FLACC (Face, Leg, Acktivity, Cry, Cansability)

Lembar obervasi respon nyeri bayi yang telah terstandar yang

bersumber dari buku lewis tahun 2011. Skala valid digunakan usia 2 bulan

sampai 7 tahun. Skala FLACC memiliki nilai 0 (tidak nyeri), 1-3 nyeri

ringan, 4-6 (nyeri sedang), 7-10 (nyeri berat).

Tabel 2.1 Tabel Skala FLACC


SKOR
No Kategori
1 2 3 NILAI
1. Face Tidak ada Ekpresi Menyeingai, Dahu gemetaran
(wajah) Khusus Mengerutkan dahi Gigi gemerlak
Senyum tampak (Sering)
Tidak tertarik
(Kadang-kadang)
2. Leg (Kaki) Normal, rileks Gelisah, tegang Menendang,
Kaki tertekuk
3. Activity Berbaring, tenang, Mengeliat tidak Kaku atau
(aktivitas) posisi normal, diam, tegang kejang
gerakan mudah

4. Cry Tidak menangis Merintih, Terus,


(Menangis) merengek, kadang- menangis,
kadang berteriak sering,
mengeluh

5. Cansability Rileks Dapat ditegang Sulit dirujuk


contabilitas dengan sentuhan
pelukan, bujukan,
dapat dialihkan
SKOR TOTAL

1. Wajah (N = nilai; 0 = tidak ada perubahan ekpresi wajah, 1 = merintis

atau menarik diri atau tidak tertarik, 2 = rahang terkatup atau dagu

gemetar).

2. Kaki (nilai 0 = tidak ada perubahan gerak kaki, 1 = kaki, cemas, gelisah,

tegang 2 = menendang atau menarik kaki).


32

3. Aktivitas (Nilai 0 = tidak ada perubahan aktivitas, 1 = menegeliat/

tegang, 2 = melengkung/kaku/menyentak.

4. Tangisan (nilai 0 = tidak menangis, 1 = mengerang/merintis, 2 =

menangis dengan beretriak/ menangis dengan mengeluh).

5. Konsabilitaas (nilai 0 = normal, 1 = mudah di alihkan dengan

sentuhah/pelukan/ diajak bicara, 2 = sulit untuk dihibur atau di buat

nyaman).

Yang dikategorikan terdiri dari 3 yaitu

1. Nyeri ringan (1-3)

2. Nyeri sedang (4-7)

3. Nyeri berat (8-10)

H. Skala numeric (Numerical Rating Scales)

Skala numeric merupakan skala yang digunakan untuk mengukur nyeri

pada anak usia prasekolah yang tidak mengalami ganguan komunikasi,

remaja dan orang dewasa. Skala ini mengunakan skala 0-10 untuk

menunjukan tingkat nyeri yang di alami.

1. Skala nyeri menurut baurbanis

Gambar 2.6 skala nyeri Numerik


33

2. Skala Oucher

Skala oucher skala khusus ysng digunakan untuk mengukur skala

nyeri anak-anak. Skala ini terdiri dari skala dengan nilai 0-10 pada sisi

sebelah kiri untuk anak – anak yang lebih besar dan skala fotografik

enam gambar sisi sebelah kanan untuk anak- anak yang lebih kecil.

Gambar 2.7 Skala Oucher

I. Konsep Teknik Breastfeeding

1. Definisi Teknik Breastfeeding

Menurut Hidajati, (2012) menyusui adalah proses pemberian susu

ibu (ASI) kepala bayi sejak lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi

diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa nemambahkan dan

menganti dengan makanan dan minuman lainya merupakan proses

menyusui eksklusif. Menyusui eksklusif dapat melindungi bayi dan

anaknya terhadap penyakit berbahaya dan memperat ikatan kasih sayang

(bounding) antara ibu dan anak, proses menyusui secara alami akan
34

membuat bayi mendapatkan asuhan gizi yang cukup dan limpahan kasih

sayang yang berguna untuk perkembangan.

Menurut Khasah, (2011) ASI adalah cairan putih yang dihasilkan

oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi

dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk kedalam

saluran penampungan ASI dekat puting susu (Ductus), dan sementara

akan dalam penampungan sampai tiba saatnya bagi menghisap melalui

putting payudara.

Menurut Laksmi, (2010) dalam Devi, (2018) menyusui merupakan

proses fisologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal.

Tidak ada hal yang bernilai dalam kehidupan seorang anak selain

memperoleh nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan

perkembangan bayi secara optimal.

2. Manfaat Pemberian Teknik Breastfeeding

Menurut Kurniawan, (2013) manfaat pemberian Teknik

Breasfeeding menurunkan skala nyeri pada saat dilakukan imunisasi

salah satu nya dengan cara teknik breastfeeding atau menyusui

mengandung rasa manis yang terdapat dalam ASI dapat menginduksi

opiopid endogen, menyusui juga berpengaruh terhadap respon nyeri

adanya kontak pada badan bayi dan ibu sehingga bayi merasa nyaman

dan terlindungin. Pada usia 0-12 bulan fase perkembangan bayi

merupakan fase oral, dimana segala kesenangan berpusat pada mulutnya,


35

sehingga pada saat menyusui, rasa nyeri yang dialami ketika imunisasi

akah teralihkan oleh pusat oral activity.

3. Efek pemberian Teknik Breastfeeding

Menurut Dharma (2011), menyusui merupakan proses fisologi

untuk memberikan proses fisologi untuk memberikan nutrisi kepada bayi

secara optimal. ASI adalah jenis psikologis, sosial, maupun spiritual.

Efek pemberian teknik breasfeeding saat menyusui terjadi kontak kulit

ibu dengan kontak kulit bayi yang dapat memberikan kehangatan pada

bayi. Interaksi antara ibu dengan bayi saat menyusui menimbulkan rasa

aman, nyaman dan hangat bagi bayi. Perasaan itu mengingatkan bayi

akan nyamannya berada di dalam rahim ibu, sehingga bayi menikmatin

kegiatan menyusui.

Gambar 2.8 Teknik Breastfeeding

4. Efektivitas Terapi Breastfeeding Untuk Mengatasi Nyeri

Efektifitas Teknik Breastfeeding untuk mengatasi nyeri

mengindentifikasi efektifitas pemberian si terhadap tingakat nyeri dalam

tangisan bayi saat penyuntikan imunisasi. Hasil penelitian menunjukan

bahwa tingkat nyeri bayi yang diukur dengan skala FLACC (p=0,0001)
36

dan skala RIPS (P=0,001) saat penyuntikan imunisasi pada bayi yang

diberi perlakuan pemberian ASI 2 menit sebelum tindakan penyuntikan

imunisasi ASI lebih rendah di bandingkan pada bayi yang tidak diberi

ASI. Sedangkan lama tangisan bayi saat penyuntikan imunisasi pada bayi

yang diberi ASI lebih singkat dibandingkan bayi yang tidak di beri ASI

(p=0,0001).

Menurut penelitian Arief, (2015) “Pengaruh teknik breasfeeding

terhadap respon nyeri menurut pada bayi saat imunisasi di Puskesmas

Kasihan 2 Yogyakarta”. Hasil penelitian rata-rata tingkat nyeri pada bayi

kelompok intervensi adalah 4.53. Sedangkan pada kelompok kontrol

rata-rata nyerinya adalah 7.93. Hasil uji statistic menunjukan tingkat

signifikasi 95% didapatkan nilai p=0,000, rata-rata tingkat nyeri pada

bayi kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan baik

kelompok control saat tindakan.

Menurut penelitian Indah Permatasari, (2012). “Pengaruh

Pemberian ASI dengan cara menyusui Terhadap Tingkat Nyeri Bayi saat

mendapat imunisasi Pentavalen di Puskesmas Sleman Yogyakarta”. Hasil

penelitian menunjukan rata-rata tingkat nyeri bayi kelompok intervensi

lebih rendah dibandingkan tingakat nyeri bayi kelompok control

(p=0,000). Mengunakan metode Randomized Controlled Trial (RCT)

yang memberikan suatu macam itervensi pada subjek, dengan teknik

block random dan analisa data mengunakan Chi-square.


37

J. Konsep Kompres Hangat

1. Definisi Kompres Hangat

Menurut Arovah, (2010) dalam Meidin, (2018) Kompres hangat

adalah salah satu pengobatan tradisonal yang dapat meredakan rasa sakit

dan nyeri. Tetapi panas yang disebut juga dengan istilah thermotherapy

yaitu memberikan aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi nyeri.

Tetapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan

ketegangan otot, tetapi ini adalah terapi sederhana yang secara efektif

mengurangi rasa nyeri atau sakit.

Menurut Kozier, (2010) dalam Meidin, (2018) Kompres hangat

adalah cara untuk menimbulkan hangat atau dingim bagian tubuh yang

bertujuan untuk melakukan pemeliharan suhu tubuh.

Menurut Perry, (2015) kompres hangat dapat memberikan rasa

hangat pada klien dengan mengunakan cairan atau alat yang

menimbulkan hangat pada tubuh yang memperlukanya. Kompres hangat

adalah suatu metode dalam pengunaan suhu hangat yang menimbulkan

beberapa efek fisiologis.

2. Manfaat pemberian kompres

hangat Menurut Fauziyah, (2013)

a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah

dalam jaringan tersebut.

b. Pada otot, pada kompres hangat yang akan menyebabkan panas

memiliki efek menurunkan ketegangan.


38

c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi

peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang

mengakibatkan sirkulas darah serta peningakatn kapiler. Tekanan 02

dan c02 didalam darah akan meningkatkan sedangkan ph akan

mengalami penurunan.

3. Efek fisologis Kompres Hangat

Efek kompres hangat berkerja thermotherapy pada dasarnya adalah

meningkat aktivitas molekuler (sel) dengan metode pengaliran energi

melalui dengan empat cara yaitu : konduksi (pengeliran lewat medium

cair atau gas). Koversi (perubahan bentuk energi) dan radiasi

(Pemancaran energi. (Perry,2010 dalam Meidin 2018).

Pemancaran respon tubuh tergantung pada jenis panas, intertitas

panas, lama pemberian panas, dan rspon jaringan terhadap panas. Pada

dasarnya setelah panas terabsorbsi pada jaringan tubuh, panas akan

disebarkan di daerah sekitar. supaya tujuan terapeutik dapat tercapai

jurnal energi panas yang diberikan harus sesuai untuk mengindari resiko

kerusakan jaringan (Arovah, 2010 dalam Meidin, 2018).

Pemberian kompres hangat dapat juga mengakibatkan respon

sitemetik sehingga suhu yang dapat diberikan pada bayi yang dapat

ditoleransi oleh kulit bayi adalah suhu berkiras 36oC sampai 41oC

sehingga tidak dapat mencederai jaringan kulit bayi. Kompres hangat

yang diberikan pada bayi hanya selama 1 menit sebelum pemberian

imunisasi menunjukan keefektivitas kompres hangat yang diberikan tidak


39

memperlukan waktu yang dalam menurunkan respon nyeri. Penyuntikan

yang dilakukan secara cepat dan tepat sesudah kompres hangat diberikan

akan lebih efektif dibandingkan penyuntikan yang diberi jeda setelah

kompres hangat (Maria, 2015).

Pemberian kompres hangat dapat menimbulkan efek hangat serta

efek stimulasi kutaneus berupa sentuhan yang dapat menyebabkan

terlepasnya endporphin Seningga memblok trasmisi stimulus nyeri.

(Runiari, 2012).

Gambar 2.9 Kompres Hangat

4. Metode Kompres Kering

a. Metode kompres hangat

Merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres

hangat basah yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan rasa

nyaman. Tindakan ini di lakukan pada klien yang mengalami nyeri,

resiko terjadinya infeksi luka, dan kerusakan fisik pada klien

(mobilitas). Kompres hangat basah digunakan pada permukaan

jaringan tertutup (bengkak) dan tidak memerlukan prinsip steril.

Tujuan pemberian kompres hangat basah adalah antara lain untuk


40

memperbaiki sirkulasi, menghilangkan edema, meningkatkan

draines pus, dan mengurangi rasa nyeri.

b. Kompres hangat kering

Kompres panas kering dapat menggunakan beberapa alat,

diantaranya adalah sebagai berikut ;

1) Buli-buli panas (WWZ)

2) Bantal listrik

3) Busur lampu, cahaya, solux, fohn

Tujuan dari penggunaan kompres panas kering dengan

menggunakan buli-buli adalah mengurangi atau membebaskan rasa

nyeri spasmus otot, peradangan atau kongenstin, dan memberikan

rasa hangat. Kompres hangat dengan bantalan listrik di lakukan ada

klien dengan sakit perut atau pada keadaan tertentu pasien

merasakan kedinginan.

K. Efektifitas Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri

Metode Kompres Hangat untuk menurunkan skala nyeri Hasil

penelitian Yuni, dkk (2015) yang melakukan uji (T-test independen)

bahwa P Valuve < 0,05 (0,00<0.05) terhadap 40 responden bayi.

Menunjukan adanya pengaruh pemberian kompres hangat terhadap

respon nyeri pada bayi. Saat imunisasi dengan pemberian kompres

hangat pada tempat penyuntikan sebelum dilakukan imunisasi dapat

mengurangi respon nyeri yang dirasakan oleh bayi.


41

Metode Kompres hangat untuk menurunkan skala nyeri hasil

penelitian Devi, (2017) yang melakukan penelitian quasi experiment,

dengan model rancangan post test only non equivalent control group

bahwa P Valuve 0.000 terhadap 36 orang. Kompres hangat berpengaruh

dalam menurunkan skala nyeri bayi saat penyuntikan imunisasi.

Direkomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan kompres

hangat sebelum penyuntikan imunisasi dilakukan agar mendapatkan efek

yang lebih baik dan respon nyeri yang lebih rendah.


42

L. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Injeksi
Imunisasi
Skala Nyeri
Tidak nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri
Nyeri berat

Faktor yang mempengaruh:


usia Menejemen nyeri
kebudayan Farmakologi
ansietas Non farmakologi
keletihan Sweet solution
pengalaman sebelumnya Brestfeeding
dukungan keluarga dan Non Nutrive
sosial Sucking
Terapi Es
Kompres Hangat
Skin to Skin Contact
Humor orang Tua

Sumber : di modifikasi dari Ismanto (2011), Taddio et all (2010) dan Potter& Perry

(2006) dalam Yulia, 2019.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan ( library research)

atau bisa disebut dengan Literatur Review yaitu serangkaian penelitian yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang

objek penelitianya diambil melalui beragam informasi kepustakaan (buku,

jurnal ilmiah, dokumen, website). Literatur Review memiliki sifat sistematik,

jelas, menyeluruh, dan mengindentifikasi, menganalisa, mengevaluasi melalui

pengumpulan data yang sudah ada dengan pencarian yang jelas dan

melibatkan proses telah kritis dalam pemilihian study. Tujuan mengetahui

bagaimana risetnya akan memberi kontribusi keilmuan pada topik isu yang

teliti.

B. Tahapan Literatur Review

1. Menyusun Background and purpose (Latar Belakang)

Walapun cakupan imunisasi meningkat tetapi masih ada ibu yang

tidak membawa bayinya. Dalam setahun pertama bayi mendapatkan

imuniasi rutin dilakukan dan sebagai besar diberikan dengan prosedur

penyuntikan. Selama prosedur penyuntikan tentunya akan menimbukan

rasa nyeri yang menyebabkan ketidaknyamana kepada bayi saat proses

penyuntikan imunisasi, namun penangangan nyeri masih belum

43
44

diperhatikan oleh petugas kesehatan, hal inilah yang membuat para ibu

tidak mau membawa bayi imunisasi, diantaranya ketidak mampuan

dalam menyampaikan rasa nyeri, karena takut akan efek samping yang

timbul serta kesalahan penafsiran ekpresi nyeri sebagai ekspresi rasa

takut dan perhatian nyeri saat imunisasi adalah penyakit dasarnya.

Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini dijelaskan latar belakang dengan

penetapan tujuan yaitu untuk mengtahui efektifitas teknik breatfeeding

dan kompres hangat terhadap skala nyeri bayi saat imunisasi

2. Reasearch Question (Indentifikasi masalah)

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji permasalahan melalui jurnal

penelitian yang berasal dari laporan hasil penelitian terdahulu. Masalah

penelitian ini adalah Efektifitas Teknik Breastfeeding Dan Kompres

Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi Saat Imunisasi. Pencarian google

scholar Teknik Breasfeeding (n = 1240) screening (n = 1140), Kompres

Hangat (n =1200) screening (n = 1110) akhir yang dapat di analisa sesuai

rumusan masalah (n 8).

a. Jurnal yang dapat di terbitkan dalam rentan waktu 10 tahun (2011-

2020).

b. Tipe jurnal (research

articles) Kriteria inklusi :

1) Jurnal yang membahas tentang efektifitas teknik breastfeeding dan

kompres hangat terhadap skala nyeri saath imunisasi.


45

2) Penelitian ini yang mengunakan 10 responden 8 penelitian

tenntang Efektifitas Teknik Breastfeeding Dan Kompres Hangat

Terhadap Skala Nyeri Imunisasi Pada Bayi.

3. Searching For the literature (Pencarian data )

Dalam penelitian ini, penelitian melakukan pencarian data melalui

website portal jurnal yang dapat dengan mudah diakses di Google

Scholar. Berdasarkan tema yang di ambil penelitian tentang Efektifitas

Teknik Breastfeeding Dan kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Pada

Bayi Saat Imunisasi maka peneliti melakukan pencarian jurnal

mengunakan kata kunci “Efektifitas Teknik Breastfeeding Dan Kompres

Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi Saat Imunisasi”. Jurnal yang

didapatkan pada tahap artikel jurnal Teknik Breasfeeding 1240 dan

Kompres Hangat 1200.

4. Selection Criteria & Practical Screen (Pemilihan sesuai kriteria dan

memiliah)

Topik yang di teliti dalam penelitian yaitu efektifitas teknik

breastfeeding dan kompres hangat terhadap skala nyeri bayi saat

imunisasi. Dengan topik tersebut, literatur yang diakses dalam proses

penelitian ini di-screening berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Jurnal diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun (2011-2020).

b. Tipe jurnal (research articles).


46

5. Quality Checklist and Procedure (Penilaian kualitas)

Penilaian kualitas dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan

eksklusi dan inklusi terhadap penelitian yang akan dimasukan dalam

literature review bersadarkan kualitas. Kriteria tersebut dapat

membatalkan jurna yang sudah dapat untuk dianalisis lebih lanjut.

Penilan dilakukan pada jurnal diterbitkan dengan waktu yang sudah

ditetapkan yaitu 2011-2020, apakah topik permasalahan dalam jurnal

yaitu Efektifitas teknik breastfeeding dan Kompres hangat Terhadap

Skala Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi, dan mengunakan respon lebih dari

10 orang. Jurnal yang sudah dilakukan screening sejumlah Teknik

Breasfeeding 1140 dan Kompres Hangat 1110 jurnal terbitan 5 tahun

terakhir dengan kata kunci Teknik Breastfeeding saat imunisasi,

Kompres Hangat kemudian jurnal yang dapat di akses secara penuh

sejumlah 543. Teknik Breasfeeding 1240 dan Kompres Hangat 1200

jurnal selanjutnya di ekslusi dan inklusi dengan topik teknik

breasfeeding, kompres hangat imunisasi, skala nyeri hingga diperoleh 8

jurnal.

6. Data Extraction Strategy (Ekstraksi data)

Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah

memenuhi syarat diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah

proses screening dilakukan maka hasil ekstraksi data ini dapat diketahui

pasti beberapa yang masih memenuhi syarat untuk selanjutnya di analisis

lebih jauh. Melakukan ekstraksi dari studi individual untuk mendapatkan


47

temuan pentingnya. Dalam literature review ini ekstraksi data dilakukan

dengan melihat secara keseluruhan ke-8 artikel publikasi yang telah

dipilih kemudian dituliskan temuan-temuan penting dari artikel tersebut

sehingga dari hasil ekstraksi ini kemudian dapat dilanjutkan ketahap

selanjutnya yaitu sintesis data.

7. Data Synthesis Strategy (Sintesis data)

Melakukan sintesis hasil dengan teknik metaanalis (forest plot) atau

teknik naratif (metasintesis). Naratif merupakn metode yang digunakan

dalam mensintesis penelitian ini, metode ini mengelompokan data yang

telah dietkstraksi. Dalam tahap ini dilakukan pengelompokan data

penting kemudian dikaji secara mendalam dengan data, fakta dan

informasi yang diperoleh dari artikel penelitian tersebut sehingga

selanjutnya dapat diambil kesimpulan yang dapat menjawab tujuan.


48

Diagram PRISMA

Bagan 3.1 Diagram PRISMA

Pencarian di Google scholar Teknik Breastfeeding


(n = 1240)
Kompres Hangat (n = 1200)

Screening Teknik Breastfeeding (n


=1140)
Kompres Hangat (n = 1110) Jurnal ditertibkan dalam waktu 10 tahun
Tipe jurnal (research articles)

Jurnal yang dapat di akses secara penuh


(n=543)

Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi : Jurnal yang membahas tentang efektifitas tekni
Artikel penelitian yang tidak dapat di akses secara penuh (full text).
Penelitian yang mengunakan besar sempel lebi
Artikel penelitian yang di tertibkan sebelum tahun 2011.

Jurnal akhir yang dapat dianalisa sesuai rumusan masalah


(n = 8)
49

8. Polulasi, Sampel, dan Teknik sampling

a. Populasi

Polulasi dalam penelitian ini adalah seluruh subjek yang memenuhi

kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah jurnal nasional dan internasional yang

berkaitan dengan Efektifitas Teknik Breastfeeding dan Kompres

Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi Saat Imunisasi.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 8 artikel penelitian, yang

berkaitan dengan judul Efektifitas Teknik Breastfeeding Dan

Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi Saat Imunisasi.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara ataupun metode yang digunakan

oleh peneliti dalam melakukan pengambilan sampel. Sebagai contoh

teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sempel dengan

menetapkan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti, misalnya berdasarkan karakteristik populasi

yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria inklusi

a) Artikel yang berhubungan dengan topic kasus yaitu

Efektifitas Teknik Breastfeeding dan Kompres Hangat

Terhadap Skala Nyeri Bayi Saat Imunisasi .


50

b) Artikel penelitian yang terbitan dalam rentan waktu 10

tahun terakhir. (2011-2020).

c) Tipe artikel penelitian ( review articles, research articles).

d) Koresponden lebih dari 10.

1) Kriteria eksklusi

a) Artikel penelitian yang tidak dapat di akses secara penuh

(full text).

b) Artikel dan Jurnal penelitian yang tidak berhubungan

dengan permasalahan penelitian tentang efektifitas teknik

breastfeeding dan kompres hangat terhadap skala nyeri bayi

saat imunisasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Desain, Studi, Hasil


Penulisan dan Sampel, Faktor Ringkasan
Tahun Variabel, Analisis
instrument, Analisis
Teknik Breastfeeding
Yuni, dkk 2017 Desain : quasi Bayi baru Hasil penelitian
ekperiment lahir, jenis didapatkan bahwa rata-
Sample : 30 orang, kelamin, rata tingkat nyeri ketika
Variable : pengaruh usia bayi menyusui pada saat
menyusui terhadap imunisasi suntik adalah
skala nyeri imunisasi 5.3, dengan SD 1,03.
Instrument : lembar Rata-rata tingkat nyeri
obervasi ketika bayi menyusui
Analisis : uji t- pada saat imunisasi
Independen suntik adalah 3,7 dengan
SD 0,98 Hasil uji statistic
didapatkan nilai p =
0,000 (p hitung < a), arti
pada a = 5% dapat
diartikan ada pengaruh
menyusu terhadap
penhilang rasa nyeri pada
penyuntikan imunisasi.

Sri Intan Desiain: quasi Bayi, skala Hasil penelitian ini ini
Rahayuningsih, eksperimental nyeri menunjukan bahwa
2012 Sampel : 88 orang, tingkat nyeri bayi di ukur
Variable : efek skala FLACC (p=0,0001)
pemberian asi dan skala RIPS
terhadap tingkat (p=0,001) saat
nyeri saat imunisasi penyuntikan imunisai
Instrument : static pada bayi yang diberikan
group comparasion ASI lebih rendah
Analisis : Indpendent dibandingkan bayi yang
sample t- Test tidak diberi ASI saat
penyuntikan imunisasi.

51
52

Indah,dkk Desain : Randomized Bayi, jenis Hasil penelitian


2020 Controlled and kelamin menunjukan tingkat
Consolability nyeri kelompok
Sampel : 70 bayi intervensi lebih rendah
Variable : penurunan dibandingkan tingkat
tingkat nyeri bayi nyeri kelompok kontrol
saat imunisasi dengan (p=0,000; a=0,05), bayi
pemberian ASI yang diberi ASI dengan
Instrument : Teknik cara menyusui saat
block random diimunisasi dapat
Analisis : post-test menurunkan resiko
design terjadinya nyeri berat
(skala 7-10) sebesar
80%.
Putri Sinta, Desain: quasy Bayi, umur , Bahwa ada pengaruh
2018 eskperimen skala nyeri teknik breasfeeding
Sampel : 58 terhadap respon nyeri
responden pada bayi imunisasi
Variable : Teknik
breasfeeding terhadap
respon nyeri imunisasi
Instrument : obervasi
secara struktur, skala
FLACC
Analisis : Uji man
Whitney
Nur Aini dkk, Desiain: descriptive Bayi, skala Penerapan teknik
2019 analytical nyeri breasfeeding dan
Sampel : 10 bayi kompres hangat
Variable : Teknik mengurangi nyeri pasca
Breasfeeding dan imunisasi, skor nyeri
kompres hangat pada bayi pemberian
terhadap skala nyeri teknik sesudah dan
imunisasi sebelum mengalami
Instrument : tabel nyeri sedang,
FLACC
Analisis : deskriptif
analatik
Kompres Hangat
Yuni dkk, 2015 Desain : quasi Bayi, skala Hasil penelitian ini
experimental design nyeri menunjukan bahwa
Sampel : 20 imunisasi respon nyeri sesudah
responden diberikan kompres
Variable : pengaruh hangat lebih rendah
kompres hangat dibandingkan dengan
terhadap respon nyeri respon nyeri bayi
53

bayi saat imunisasi sesudah diberikan


Instrument : pre-post kompres hangat (P =
Analisis : uji T-Test 0,000) dan kompres
hangat memberi
pengaruh dalam
menurunkan respon nyeri
pada saat imunisasi (p =
0,000).
Reza, dkk 2019 Desain : pra- Balita, Kompres dingin lebih
eksperimental umur,paritas efektif dalam
Sampel : 66 balita menurunkan skala nyeri
Variable : efektifitas imunisasi. Kompres
pengunaan kompres dingin denga suhu 15 0 C
hangat terhadap nyeri yangdapat dilakukan
imunisasi sebagai menejemen nyeri
Instrument : lembar non farmakologi untuk
skala FLACC menurunkan tingkat
Analisis : Mann- nyeri pada balita pasca
whitney imunisasi.
Devi, dkk 2018 Desain : quasy Bayi, Kompres hangat
experimental design paritas, berpengaruh dalam
Sampel : 30 bayi jenis menurunkan respon nyeri
Variable : kompres kelamin bayi yang diberikan
hangat menurunkan imunisasi.
skala nyeri
Instrument :
consecutive sampling
Analisis : post test
only non equivalent.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan dengan mengunakan google scholar, hasil

google scholar yang didapatkan teknik breasfeeding (n=12400) screening

(n=1140). Kompres hangat (n= 1200) screening (n=1110) jurnal yang dapat

di akses penuh dengan kata kunci “Teknik Breasfeeding Dan Kompres

Hangat Terhadap Skala Nyeri Bayi’’ jurnal yang diakses penuh (n=543)

jurnal akhir yang dapat dianalisis sesuai kriteria inklusi dan eksklusi (n=8).
54

Pembahasan menjelaskan beberapa hal seperti :

1. Efektifitas teknik breastfeeding terhadap skala nyeri

Berdasarkan hasil penelitian Yuni dkk, 2017 didapatkan bahwa

rata-rata tingkat nyeri ketika bayi menyusui pada saat imunisasi suntik

adalah 5.3, dengan SD 1,03. Rata-rata tingkat nyeri ketika bayi

menyusui pada saat imunisasi suntik adalah 3,7 dengan SD 0,98 Hasil

uji statistic didapatkan nilai p = 0,000 (p hitung < a), arti pada a = 5%

dapat diartikan ada pengaruh menyusu terhadap penghilang rasa nyeri

pada penyuntikan imunisasi. Teknik breasfeeding terdapat perbedaan

skala nyeri, pada bayi yang tidak diberi perlakuan. Banyak manfaat

yang didapatkan pada saat menyusui , selain rasa manis yang dapat

menginduksi opiopid endogen, menyusui juga berpengaruh terhadap

respon nyeri karena adanya kontak kulit. Pada usia 0-12 bulan fase

perkembangan bayi berada dalam fase oral, dimana segala kesenangan

berpusat di mulutnya. Sehingga pada saat menyusui, rasa nyeri yang

dialami ketika imunisasi akan teralihkan dan perpusat pada oral

aktivitas.

Berdasarkan hasil penelitian Sri Intan Rahayuningsih, 2012 Hasil

penelitian ini ini menunjukan bahwa tingkat nyeri bayi di ukur skala

FLACC (p=0,0001) dan skala RIPS (p=0,001) saat penyuntikan

imunisai pada bayi yang diberikan ASI lebih rendah dibandingkan

bayi yang tidak diberi ASI saat penyuntikan imunisasi. Pemberian ASI

saat penyuntikan imunisasi dapat menurunkan skala nyeri dan bayi


55

merasa aman didekat ibu nya karena merasa aman .Berdasarkan hasil

penelitian Indah ddk, 2020 Hasil penelitian menunjukan tingkat nyeri

kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan tingkat nyeri

kelompok kontrol (p=0,000; a=0,05), bayi yang diberi ASI dengan

cara menyusui saat diimunisasi dapat menurunkan resiko terjadinya

nyeri berat (skala 7-10) sebesar 80%. Implementasi pemberian ASI

secara menyusui terbukti efektif dalam menenurunkan respon nyeri

bayi selama tindakan invasif.

Berdasarkan penelitian Indah, dkk 2020 Hasil penelitian

menunjukan tingkat nyeri kelompok intervensi lebih rendah

dibandingkan tingkat nyeri kelompok kontrol (p=0,000; a=0,05), bayi

yang diberi ASI dengan cara menyusui saat diimunisasi dapat

menurunkan resiko terjadinya nyeri berat (skala 7-10) sebesar 80%.

Berdasarkan penelitian Putri Sinta, 2018 Bahwa ada pengaruh

teknik breasfeeding terhadap respon nyeri pada bayi imunisasi karena

mengurangi rasa nyeri saat dilakukan imunisais pada bayi/

Berdasarkan Nur aini ddk, 2019 hasil penelitian Penerapan teknik

breasfeeding dan kompres hangat mengurangi nyeri pasca imunisasi,

skor nyeri pada bayi pemberian teknik sesudah dan sebelum

mengalami nyeri sedang. Pemberian ASI dengan cara menyusui dapat

mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi. Beberapa penelitian

menunjukan bahwa menyusui bukan hanya memberikan manfaat

tetapi juga merupakan tataklasana untuk nyeri yang cukup efektif.


56

Dapat kesimpuan peneliti tersebut menyimpulkan bahwa terlihat

berbeda signifikat yaitu rata-rata tingkat ASI lebih rendah

dibandingkan yang tidak di beri ASI saat penyuntikan imunisasi.

Teori ini juga dikatakan Menurut Khasah, (2011) ASI adalah cairan

putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses

menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut,

kemudian ASI masuk kedalam saluran penampungan ASI dekat puting

susu (Ductus), dan sementara akan dalam penampungan sampai tiba

saatnya bagi menghisap melalui putting payudara.

Asumsi penelitian dalam beberapa hasil penelitiah adalah terdapat

bahwa ASI memiliki peranan penting untuk tubuh bayi, selain

memberikan rasa manis, sangat aman diberikan pada bayi oleh ibunya,

sehingga dapat meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi. Maka cara

menangani rasa tidak nyaman setelah imunisasi atau mengurangi rasa

nyeri setelah imunisasi ibu bisa memberikan ASI kepada bayi untuk

mengurangi rasa kurang nyaman setalah penyuntikan imunisasi.

2. Efektifitas kompres hangat terhadap skala nyeri

Berdasarkan penelitian Yuni dkk, 2015 Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa respon nyeri sesudah diberikan kompres hangat lebih

rendah dibandingkan dengan respon nyeri bayi sesudah diberikan

kompres hangat (P = 0,000) dan kompres hangat memberi pengaruh

dalam menurunkan respon nyeri pada saat imunisasi (p = 0,000). Pada


57

penelitian ini, kompres hangat menjadi salah satu pilihan tindakan yang

mudah dan praktis dalam menurunkan nyeri saat imunisasi.

Berdasarkan penelitian Reza dkk, 2019 Kompres dingin lebih efektif

dalam menurunkan skala nyeri imunisasi. Kompres dingin denga suhu

150C yang dapat dilakukan sebagai menejemen nyeri non farmakologi

untuk menurunkan tingkat nyeri pada balita pasca imunisasi.

Berdasarkan penelitian Devi ddk, 2018 kompres hangat menurunkan

skala nyeri pada saat diimunisasi karena pemberian kompres hangat

bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah kebagian cedera dengan

baik melalui mekanisme penghilang panas (vasodilitas).

Teori ini juga dikatakan Arovah, 2010 dalam Meidin, 2018

Kompres hangat adalah salah satu pengobatan tradisonal yang dapat

meredakan rasa sakit dan nyeri. Tetapi panas yang disebut juga dengan

istilah thermotherapy yaitu memberikan aplikasi panas pada tubuh untuk

mengurangi nyeri. Tetapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang

berhubungan dengan ketegangan otot, tetapi ini adalah terapi sederhana

yang secara efektif mengurangi rasa nyeri atau sakit.

Asumsi penelitian dalam beberapa hasil penelitian di atas

pemberian kompres hangat dapat menunjukan bahwa, pemberian

kompres hangat dapat menimbulkan efek hangat serta efek stimulasi

kutaenus berupa sentuhan yang dapat menyebabkan terlepasnya

endorphin, sehingga memblok stimulasi nyeri. Kompres hangat juga

akan menghasilkan efek vasodilatasi, peningkatan metabolisme sel dan


58

merelaksasi otot sehingga nyeri yang dirasakan berkurang maka bayi

lebih merasakan sedikit nyeri dibandingkan bayi yang tidak melakukan

kompres hangat setelah imunisasi.


BAB V

KESIMPULAN DAN

SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai

“Efektifitas Teknik Breasfeeding Dan Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri

Bayi Saat Imunisasi “ dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Efektivitas Teknik Breatfeeding Untuk Mengatasi Nyeri Imunisasi

Didapatkan bahwa teknik breastfeeding dapat mengurangi respon nyeri

terhadap perosedur yang menyakitkan dan merupakan saranan bagi

orangtua untuk mengalihkan perhatian dan menenagkan bayi setelah

dilakukan imunisasi.

2. Efektivitas Kompres Untuk Mengatasi Nyeri

Kompres hangat memiliki pengaruh respon nyeri pada bayi saat

imunisasi, dan berguna sebagai intervensi untuk mengurangi rasa

sakit, kecemasan dan meningkatkan relaksasi.

3. Efektifitas dari hasil perbandingan antara teknik breastfeeding dan

kompres hangat efektif dalam menurunkan skala nyeri pada saat

imunisasi karna termasuk non farmakologi.

B. Saran

Adapun saran yang akan dilakukan diberikan sehubungan dengan

penelitian ini.

59
60

1. Bagi Instanti Pendidikan

Penelitian ini di harapkan sebagai pengembangan mata kuliah Asuhan

Neonatus dalam pembelajaran STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang jurusan kebidanan.

2. Bagi Masyarakat

Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat menjadikan

masukan dan memberikan wawasan bagi masyarakat dapat

memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai pengaruh yang

didapatkan dari teknik breastfeeding dan kompres hangat terhadapat

skala nyeri imunisasi pada bayi dan dapat diaplikasikan saat

imunisasi.

3. Bagi Bidan

Hasil penelitian ini dapat menambah beberapa pengetahuan penting

bidan tentang pengaruh yang didapatkan dari teknik breastfeeding dan

kompres hangat terhadap skala nyeri bayi saat imunisasi dan dapat

diaplikasikan dalam asuhan kebidanan.

4. Bagi peneliti Lain

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, sehingga diharapkan untuk

penelitiannya selanjutnya dapat menggunakan studi ekperimen dalam

teknik breastfeeding dan kompres hangat terhadap skala nyeri bayi

saat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Atikah P, 2010. Imunisasi dan vaksinasi, Bantul, Yogyakarta: Nuha Medika.

Clara,L.A.,Sulastri, & Susilaningsih,E.Z.(2015). Pengaruh pemberian Glukosa

oral 40% terhadap respon nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi

Pentavalen Dipuskesmas Baki Sukoharjo, Naskah Publikasi. Surakarta :

Universitas Muhammadiyah Surakrta. URL :

http://v2.eprint.ums.ac.id/archive/etd/34683/2/4.

Fikri,R., & Khusnal, E.2011. Pengaruh kompres dingin terhadap intentitas nyeri

pada bayi saat imunisasi dipuskesmas piyungan Bantul. Diakses dari

digilibi unisa yogyatanggal 14 desember 2018.

Ikatan Dokter Anak Indonesia 2011. Pedoman imunisasi Indonesia (ed.4) Jakarta

: IDAI.

Ismanto, A, Y. 2011. Studi Komparatif Pemberian Asi dan Topika anstesi

Terhadap Respon Nyeri imunisasi pada Bayi di Puskesmas Bahu Manado.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2018 . data dan informasi Profil

Kesehatan Indonesia Tahun 2017.

Kozier. 2010. Buku Ajaran Fundamental Keperawatan : Konsep,proses dan

praktik. Jakarta: EGC.

Kozier,b.,Erb, G., Berman,.A.,& Snyder,S.J. 2011. Buku ajaran fundamental

keperawatan konsep, proses, & Praktik.in E. Wahyuningsih, D. Yulianti Y.

Yuningsih, & A. Lusyana (EDS). Buku Ajra (7th ed). Jakrta: EGC.
Kurniawan, A.D. 2013. Pengaruh breasfeeding terhadap penurunan nyeri pada

bayi yang dilakukan imunisasi dipuskesmas kasihan 2. Yogyakarta.

Maria, Y. 2015 Pengaruh kompres hangat terhadap tempat penyuntikan terhadap

respon nyeri pada bayi saat imunisasi dipuskesmas tanawangko kabupaten

minahasa. Diakses dari ejurnal unsrat pada tanggal 14 november 2018.

Maryunani, A. 2013. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: TIM.

Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakrta : Rineka Cipta.

Petty, P. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Potter, P. A.,& Perry, A.G .2006. Buku Ajaran fundamental keperawatan: konsep,

proses, dan praktok, in M. Ester, D. Yulianti, & Intanparulian (Eds), buku

Ajar (4TH ED., PP. 1154-1970). Jakarta : ECG.

Proverawati, A., & Andhini, C. S. D. 2010. Imunisasi dan vaksinasi Yogyakarta:

Nuha Offset.

Pusdiklatnakes Kementrian Kesehatan RI. 2014 Buku ajaran imunisasi (2 nded).

(M.S.-C. dr Erna Mulati, m.k. Reza Isfan, SKM, M. K. Dr. Oos Fatihamah

Rohayi, & M. Yuyun Widyaningsih, s.kp., Eds).. Jakarta : Pusdiklatnakes

Kementrian kesehatan RI.

Rahayuningsih, S.I. 2012. Efek pemberian ASI terhadap tingakat nyeri bayi saat

penyuntikan imunisasi dikota depok. Diakses dari jurnal unyiah tanggal 14

Desember 2018.

Runiari, N., & Surinati, I.D.A. 2012. Pengaruh pemberian komnpres panas

terhadap intensitas nyeri pembengkan payudara pada ibu post partum di


wilayah kerja puskesmas pembantu dauh puri. Diakses dari ojs unud tanggal

30 september 2014.

Respond, RM 2008. Penilaian Nyeri. Penerjemah. D. Lyrawati (2009).

Sarimin, D. S. 2012. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: CV

Sagungan Sagung seto.

Sitinjak,M. 2010. Efektifitas metode kanguru mengurangi rasa nyeri pada

penyuntikan intar muskuler pada bayi baru lahir RS ST. Elisabeth Medan.

Univeritas Sumatera Utara.

Tamsuri, A. 2012. Konsep dan penalataksanaan nyeri. Jakarta : EGC.

Wong, D.I. 2009. Buku ajar perawatan pediatrik. Jakarta : EGC.

Wade, C. & tavris, C. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan jilid 1. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

Nama : Allya Allen Lomban

Nim 18103030025

Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 25 Agustus 2000

Alamat : Kp Manukung RT07/04 Desa Rancabuaya

Insitusi : STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Angkatan XV

Biografi :

1. TK – Husein : 2005 - 2006

2. SD Negeri 2 Jambe II : 2006 – 2012

3. SMP Negeri 6 Rangkas Bitung : 2012 - 2015

4. SMA Negeri 10 Kabupaten Tangerang : 2015 -2018

5. DIII Kebidanan STIKes WDH : 2018 – Saat ini


LAMPIRAN 2

Jurnal yang menjadi sampel:

A. Jurnal Teknik Breasfeeding

1. Judul: (pengaruh menyusui terhadap rasa nyeri pada penyuntikan HB 0

bayi di BPS wiharayu,Amd.keb Bandar Lampung Tahun

2017).http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/viewFile

/632/566

2. Judul : (Pemberian ASI Terhadap Tingakt Nyeri Bayi Saat Penyuntikan

Imunisasi Dikota Depok).

http://e-repository.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/1584

3. Judul : (Penurunan Tingkat Nyeri Saat Imunisasi Pentavelen Dengan

Pemberian ASI Secara Menyusui).

http://www.ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/JKep/article/view/3

58

4. Judul : ( Pengaruh Teknik Breasfeeding Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi

Saat Imunisasi Diesa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang).

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1239/

5. Judul : (Implementation of Combinations for Giving Warm Compress and

Breastfeeding to Reduce Post Immunization Pain DPT-HB (DPT

COMBO) Independent Midwifery Clinic of Midwife Diana Yulita Aryani

at Alian, Kebumen Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong).

http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/587
B. Jurnal Kompres Hangat

1. Judul : ( Pengaruh Kompres Hangat Pada Tempat Penyuntikan Terhdap

Respon Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi Di puskesmas Tanawangko

Kabupaten Mihasa).

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/6692

2. Judul : (Efektifitas Pengunaan Kompres Hangat Dan Kompres Dingin

Terhadap Tingakat Nyeri Pada Balita Pasca Imunisasi Ori Difteri).

http://repository.unair.ac.id/id/eprint/84111

3. Judul : (Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Respon Nyeri Bayi Yang

Diberi Penyuntikan Imunisasi Kombinasi DPT-HB-HIB DI

PUSKESMAS KARANG ASAM TAHUN 2018).

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/837/

Anda mungkin juga menyukai