Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN HASIL KEGIATAN PKK III MAHASISWI

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH MUARA


BUNGO DI PUSKESMAS BUNGO II
TANGGAL: 22 NOVEMBER -19 DESEMBER

DOSEN PEMBIMBING:

Yocy Efrarianti, S,SST,M,Kes

Lilis Kholisah, S, Tr, Keb, MKM

DISUSUN OLEH:

Rexa Dova (2115210005)

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH MUARA BUNGO

TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Hasil Kegiatan PKK III (PUSKESMAS) Mahasiswi

Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo Tahun 2023/2024

DILAKSANAKAN : Tanggal 22 November – 19 Desember 2023

Muara Bungo, Desember 2023

Kepala Puskesmas Bungo II Ketua Pelaksana

Yulianty,Am.Keb,SKM. Lilis Kholisah,S.Tr.Keb.M.K.M

CI Lapangan CI Akademik

Desma Wahyunita,S.ST Yocy Efrarianti S,SST, M,Kes,

Mengetahui,

Direktur Akbid Amanah Muara Bungo

Sefryani Nursari SM, SST, M.KES


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
waktu. Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan PKK III di
Puskesmas Bungo II, sebagai rasa hormat penulis mengucapkan rasa terimakasih
kepada :

1. Sefryani Nursani SM, SST, M.Kes selaku Direktur Akbid Amanah Muara
Bungo.
2. Lilis Kholisah, S.Tr.Keb, M.K.M selaku ketua pelaksana PKK III beserta staf
pendidikan.
3. Yocy Efrarianti S,SST,M,Kes selaku pembimbing Akademik Akbid Amanah
Muara Bungo.
4. Yulianty,Am.Keb, SKM selaku Kepala Puskesmas Sungai arang
5. Desma Wahyunita SST selaku CI Lapangan.
6. Bapak dan ibu staf puskesmas Bungo II
7. Serta dukungan teman- teman yang telah memberi semangat dan motivasi
dalam pembuatan laporan kegiatan PKK III Puskesmas Bungo II.
penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari
penyusun, maka penulis dengan senang hati menerima kritikan serta saran-saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Dan harapan penulis sebagai penyusun adalah semoga hasil dari
penyusunan laporan ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya
mahasiswi D-III Kebidanan Amanah Muara Bungo. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terimaksih.

i
Muara Bungo, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
SAP I MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6
2.1 Pengertian MPASI...............................................................................6
2.2 Tujuan Pemberian MPASI...................................................................6
2.3 Syarat Pemberian MPASI....................................................................7
2.4 Cara dan Pola Pemberian MPASI........................................................7
2.5 Jenis-jenis yang boleh dikonsumsi oleh bayi.......................................8
2.6 Jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh bayi.......................9
2.7 Dampak Pemberian MPASI dini bagi bayi........................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................11
3.2 Saran...................................................................................................11
SAP II ASI EKSLUSIF
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................15
1.1 Latar Belakang....................................................................................15
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................15
1.3 Tujuan.................................................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................17
2.1 Pengertian ..........................................................................................17
2.2 Kandungan..........................................................................................17
2.3 Manfaat...............................................................................................18
BAB III PENUTUP.......................................................................................23

iii
3.1 Kesimpulan.........................................................................................23
3.2 Saran...................................................................................................23
SAP III KB IUD
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................27
1.1 Latar Belakang.....................................................................................27
1.2 Rumusan Masalah................................................................................28
1.3 Tujuan..................................................................................................28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................29
2.1 Pengertian ..........................................................................................29
2.2 Cara Kerja ..........................................................................................29
2.3 Efek samping......................................................................................29
2.4 Keuntungan.........................................................................................31
2.5 Kerugian..............................................................................................31
BAB III PENUTUP.......................................................................................32
3.1 Kesimpulan.........................................................................................32
3.2 Saran...................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

iv
SAP I MPASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Januari 2023


Jam/Waktu : 09.30 WIB
Pokok Bahasan : MPASI (Makanan Pendamping ASI)
Sub Bahasan : -MPASI
-Tujuan MPASI
-Syarat Syarat pemberian MPASI
-Cara Dan pola pemberian MPASI
-Jenis jenis makanan yang boleh di Komsumsi oleh bayi
-Jenis makanan yang tidak boleh di Komsumsi Oleh bayi
-Dampak pemberian MPASI
Sasaran : Ibu yang memiliki bayi
Penyuluhan : Individu
Tempat : Posyandu

I. Tujuan Instruktur Umum (TIU)


Memberikan penyuluhan kepada Ibu yang memiliki bayi tentang MPASI
(Makanan Pendamping ASI)
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
-MPASI
-Tujuan MPASI
-Syarat Syarat pemberian MPASI
-Cara Dan pola pemberian MPASI
-Jenis jenis makanan yang boleh di Komsumsi oleh bayi
-Jenis makanan yang tidak boleh di Komsumsi Oleh bayi
-Dampak pemberian MPASI

1
III. Garis Besar Mandiri
MPASI bayi diatas 6 bulan
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

2
V. Kegiatan
No. Materi Kegiatan
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam dan menjelaskan maksud
pertemuan.
2. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus
penyuluhan.
2. Proses 1. Isi Materi
a. Agar Ibu yang memiliki bayi mengetahui
tentang MPASI (Makanan Pendamping
ASI)
b. Agar Ibu yang memiliki bayi mengetahui
masalah tentang MPASI dini (Makanan
Pendamping ASI)
3. Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan
tentang MPASI
2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
3. Seluruh peserta penyuluhan yang hadir mengerti
seluruh materi yang telah dipaparkan
4. Penutup 1. Penyuluh mengucapkan terimakasih atas perhatian
dari peserta
2. Mengucapkan salam penutup

VI. Materi Penyuluhan


Meteri penyuluhan tentang MPASI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian Makanan Pendamping ASI terlalu dini dapat mengakibatkan
ganngguan sistem pencernaan dan masih sering terjadi di masyarakat. Fakta yang
masih sering di temui di masyarakat adalah masih banyak praktik pemberian
makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi yang berumur kurang dari enam
bulan, pemberian MPASI ini secara bertahap sehingga saluran pencernaan bayi
akan beradaptasi dengan jenis makanan yang semula cair, lunak, lumat, padat
(Bennu, 2012). Pemberian makanan pendamping ASI sebelum anak berumur 6
bulan dapat mengakibatkan resiko penyakit Diare (BKKBN, 2013).
Pemberian MPASI yang dini masih sering terjadi di berbagai negara di
dunia. Berdasarkan data dari WHO (2011) menyatakan bahwa hanya 40% bayi di
dunia yang mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 60% bayi lainnya telah
diberikan MPASI pada usia dibawah 6 bulan. Hal yang sama ditemukan di
beberapa Negara yang sudah diberikan MPASI di bawah umur 4 bulan seperti di
Australia ada 44% bayi, Selandia Baru ada 45% bayi, Finlandia 63% bayi, dan di
Kanada yaitu 70% serta di Skotlandia sekitar 40% bayi (Jane dkk, 2012).
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak yang
berusia lebih dari 6 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari ASI. Hal
ini dikarenakan ASI hanya mampu memenuhi duapertiga kebutuhan bayi pada
usia 6-9 bulan, dan pada usia 9-12 bulan memenuhi setengah dari kebutuhan bayi
(Medise dkk, 2011).
Dalam pemberian MP-ASI, yang perlu diperhatikan adalah usia pemberian
MP-ASI, jenis MPASI, frekuensi dalam pemberian MP-ASI, porsi pemberian
MP-ASI, dan cara pemberian MP-ASI pada tahap awal. Pemberian MP-ASI yang
tepat tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang
keterampilan makan dan merangsang rasa percaya diri pada bayi. 6 Pemberian
makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair kebentuk bubur

4
kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya
makanan padat (Diah dkk, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis menegakkan rumusan masalah
tentang bagaimana MPASI yang baik.

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana tentang MPASI yang baik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian MPASI


Beberapa para ahli mendefinisikan tentang MPASI yang dapat dijelaskan
sebagai berikut. Makanan pendamping ASI (MPASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi
berusia 6-12 bulan (Monika, 2014). MPASI merupakan makanan bayi kedua
menyertai ASI dengan struktur dan kepadatan sesuai kemampuan cerna bayi. Usia
0-4 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga
kerap diistilakan sebagai periode emas. Periode dapat diwujudkan apabila masa
ini memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
Makanan pendamping ASI hanya boleh di berikan pada bayi yang berusia diatas 6
bulan (Sitompul, 2014).
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. ASI
hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan.
Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik
gizinya. Oleh sebab itu pada usia enam bulan keatas bayi membutuhkan tambahan
gizi lain yang berasal dari MP-ASI (Mufida dkk, 2015).

2.2 Tujuan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)


Pada paragraf menjelaskan tentang tujuan pemberian makanan
pendamping ASI oleh beberapa para ahli sebagai berikut. Tujuan pemberian
makanan pendamping ASI yaitu untuk menambah energi serta zat-zat gizi yang
diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus
menerus (Pontoh, 2015).
Selain itu pemberian MPASI juga untuk melengkapi asupan ASI yang
sudah berkurang, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengembangkan kemampuan

6
bayi untuk mengunyah dan menelan serta mencoba adaptasi terhadap makanan
yang mengandung kadar energi tinggi (Damayanti 2014).

2.3 Syarat-Syarat Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)


Syarat-syarat pemberian Makanan Pendamping ASI yang dijelaskan
menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut. Menurut Lestari, dkk (2014)
anak yang diberikan MPASI saat usia ≥ 6 bulan memiliki status gizi yang lebih
baik dibandingkan dengan anak yang telah diberikan MPASI dini. Hal ini karena
pada saat bayi berusia 6 - 8 bulan keatas sistem pencernaannya sudah relative
sempurna dan siap untuk menerima makanan padat. Syarat pemberian MPASI
yang cukup, baik kualitas dan kuantitasnya dapat memberikan jaminan terhadap
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak selanjutnya.
Menurut Nurmayanti dan gulo (2015) syarat universal yang harus dipenuhi
MPASI antara lain adalah, mempunyai komposisi sesuai kebutuhan, baik zat gizi
makro (energi, protein, dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral),
MPASI harus mempunyai kepadatan zat gizi yang tinggi, yaitu volume kecil
tetapi jumlah zat gizi optimal, mutu biologis zat gizi tinggi, mudah dicerna dan
diabsorbsi, dan higienis dan mudah disiapkan. Syarat pemberian MPASI yaitu
hanya kepada bayi yang berusia diatas 6 bulan dengan komposisi yang sesuai bagi
kebutuhan bayi.

2.4 Cara dan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)


Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi for
Infant and Young Child Feeding, World Healt Organization (WHO)
merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir, kedua memberikan ASI secara eksklusif 9 sampai bayi berusia 6 bulan,
ketiga memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai bayi berusia 24 bulan dan keempat meneruskan ASI sampai anak
berusia 2 tahun (Depkes RI, 2013).

7
Cara pemberian MPASI harus di berikan secara berhati-hati dan
memperkenalkan makanan satu persatu sampai bayi benar-benar menerimanya.
Dalam pemberian makanan pendamping ASI terdapat beberapa pola pemberian
MPASI yang di jelaskan menurut para ahli sebagai berikut. Pemberian makanan
pendamping ASI hanya bisa diberikan pada saat anak berusia 6 tahun keatas, pada
usia 6 bulan diberikan jenis makanan yang lumat dan halus (bubur tepung beras)
yang dibuat encer dan disaring dengan frekuensi makan 2-3 kali sehari, pada usia
7-9 bulan diberikan makanan lembut (bubur dari beras utuh) yang di lumatkan
dengan cairan dengan frekuensi makan 2-3 kali sehari ditambah cemilan atau
makanan selingan sehat 1-2 kali, pada usia 10-12 bulan diberikan makanan lembut
yang lebih padat (nasi) biasanya dilembutkan dengan frekuensi makan 3-4 kali
sehari dapat ditambah cemilan atau selingan sehat 1-2 kali, pada usia 12 bulan - 2
tahun diberikan makanan yang dimakan keluarga dengan bumbu yang tidak
terlalu tajam, bila perlu dihaluskan dengan frekuensi 3 - 4 kali di tambah makanan
selingan 1 - 2 kali (Zahrial P dan Mangiri Y, 2015).

2.5 Jenis – Jenis Makanan yang Boleh di Konsumsi Oleh Bayi


Selain pola pemberian MPASI pada paragraf ini akan membahas tentang
makanan yang boleh di konsumsi dikonsumsi bayi. Syarat-syarat makanan bayi
yang sehat yaitu jenis makanan bayi harus memenuhi cakupan energi seperti
bahan-bahan masakan (beras, buah, daging, gula dll), makanan harus memenuhi
semua zat gizi yang di butuhkan bayi, porsi makan harus disesuaikan dengan
kemampuan makan bayi, memperhatikan kebersihan individu dan lingkungan,
kebersihan bayi harus dijaga agar bayi tidak terkena penyakit (Anggraini, 2010).
Pemberian MPASI dengan tepat dan benar akan mendukung tumbuh
kembang bayi baik kognitif psikomotorik dan menumbuhkan kebiasaan makan
yang baik (Muthmainnah,2010).
Pemberian MPASI harus dilihat sesuai jenis makanan bayi yang sesuai
dengan cakupan energi bayi, ketepatan waktu serta usia bayi. Pemberian makanan
pada bayi usia 0 - 6 bulan yaitu hanya ASI tanpa makanan atau minuman
tambahan lain, pada bayi usia 6 bulan diberikan makanan lumat seperti bubur

8
saring dengan frekuensi 2 - 3 kali sehari dengan jumlah 2 - 3 sendok makan (30 -
45 ml) setiap aktu makan, pada bayi 7 - 9 bulan di berikan makanan lembut
seperti bubur dari beras utuh, 11 bubur atau kentang kukus dilumutkan dengan
cairan dengan frekuensi makan 2 - 3 kali sehari bisa ditambah cemilan atau
makanan selingan sehat 1 - 2 kali dengan jumlah 2 - 3 sendok makan setiap waktu
makan, pada bayi usia 10 - 12 bulan di berikan makanan lembut yang lebih padat
seperti nasi tim biasa yang dilembutkan dan ditambah cemilan sehat seperti
biskuit dengan frekuensi makan 3 - 4 kali sehari, cemilan 1 - 2 kali sehari dan
pada bayi 12 - 24 bulan diberikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga
dengan bumbu yang tidak terlalu tajam dan dihaluskan seperlunya dengan
frekuensi makan 3 - 4 kali sehari ditambah selingan cemilan sehat 1 - 2 kali sehari
( Zahrial P dan Mangiri Y).

2.6 Jenis Makanan yang Tidak Boleh di Konsumsi Oleh Bayi


Selain makanan yang boleh dikonsumsi bayi menurut beberapa para ahli
ada juga makanan-makanan yang harus dihindari oleh bayi. Makanan Pendamping
ASI yang tidak di bolehkan untuk dikonsumsi yaitu makanan yang terlalu
berlemak, manis, asin, memakai banyak penyedap rasa, pewarna, pengawet,
makanan terlalu pedas dan buah – buahan yang mengandung gas seperti durian dll
(Fanny, 2012).
Bayi yang mengkonsumsi makanan mengandung banyak protein akan
mengalami masalah pada ginjalnya, sebab makanan yang tidak sesuai dengan
kandungan gizi dan usia bayi akan memperberat kerja ginjal bayi, selain itu
makanan laut seperti udang, ikan, cumi-cumi, lobster atau litam jenis makanan ini
tidak di anjurkan sebab makanan ini berpotensi menimbulkan alergi pada bayi,
susu sapi murni juga tidak di anjurkan untuk dikonsumsi 12 oleh bayi, sebab
pencernaan bayi belum mampu menerima protein serta kafein yang terkandung
dalam susu sapi, (Anggraini, 2011).

9
2.7 Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Bagi Bayi
Dampak memberikan MPASI terlalu dini pada bayi. Apabila bayi
diberikan MPASI terlalu cepat misal pisang atau nasi bisa menyebabkan
gangguan usus, misal tersumbat atau melintir. Dinding usus berisi jonjot – jonjot
usus yang didalamnya berisi enzim dengan fungsi mengolah makanan yang masuk
ke dalam saluran usus, maka makanan padat yang masuk tidak diolah, cuma
memberi rasa kenyang tetapi tidak diserap, karena enzim yang bertugas mencerna
masih kurang. Apabila bayi diberikan susu formula secara salah, misal bayi
kurang dari enam bulan sudah diberi susu full cream maka bayi bisa mengalami
diare karena usus belum bisa mencerna kadar laktosa yang terlalu tinggi
(Purnomo, 2011).
Selain itu dapat mengakibatkan munculnya berbagai penyakit seperti
gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat dan mungkin gangguan
terhadap selera makan. Apabila bayi diberikan makanan pendamping ASI yang
tidak baik akan mempengaruhi proses pertumbuhan pada bayi dan juga
menyebabkan kerusakan pada organ-organ bayi (Pudjiadi, 2000).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
MPASI merupakan makanan bayi kedua menyertai ASI dengan struktur
dan kepadatan sesuai kemampuan cerna bayi . Usia 0 - 4 bulan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilakan sebagai
periode emas. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI yaitu untuk
menambah energi serta zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat
memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus (Pontoh, 2015).
Syarat universal yang harus dipenuhi MPASI antara lain adalah,
mempunyai komposisi sesuai kebutuhan, baik zat gizi makro (energi, protein, dan
lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral), MPASI harus mempunyai
kepadatan zat gizi yang tinggi, yaitu volume kecil tetapi jumlah zat gizi optimal,
mutu biologis zat gizi tinggi, mudah dicerna dan diabsorbsi, dan higienis dan
mudah disiapkan. Syarat pemberian MPASI yaitu hanya kepada bayi yang berusia
diatas 6 bulan dengan komposisi yang sesuai bagi kebutuhan bayi. Dari
penyuluhan yang di lakukan oleh puskesmas di Desa Pulau pekan masih banyak
ibu yang tidak mengetahui cara pemberian MPASI sesuai umur anaknya karna
pemberian MPASI yang baik akan berpengaruh untuk mencapai tumbuh kembang
secara optimal. Dari penyuluhan yang di lakukan ibu mau mendengarkan dan
melaksanakan arahan dari bidan.

3.2 Saran
Diharapkan orang tua dapat meningkatkan pengetahuan tentang MP-ASI
baik secara formal atau informal dengan mengikuti penyuluhan di kelurahan
ataupun kegiatan posyandu, sehingga ibu dapat menyiapkan menu makanan bagi
anak yang memenuhi kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak sesuai dengan
tahap usia anak.

11
DOKUMENTASI PENYULUHAN MP-ASI DI SUNGAI ARANG

12
SAP II ASI EKSLUSIF
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : Rabu/08 Februari 2023


Jam/Waktu : 10.15 WIB
Pokok Bahasan : ASI ekslusif
Sub Bahasan : Pengertian ASI Ekslusif
Kandungan ASI Ekslusif
Manfaat ASI Ekslusif

Sasaran : Ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan


Penyuluhan : Individu
Tempat : Posyandu

I. Tujuan Instruktur Umum (TIU)


Memberikan penyuluhan kepada ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan
tentang ASI ekslusif

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Pengertian ASI Ekslusif
Kandungan ASI Ekslusif
Manfaat ASI Ekslusif

III. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

13
IV. Kegiatan
No. Materi Kegiatan
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam dan menjelaskan maksud
pertemuan.
2. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus
penyuluhan.
2. Proses 1. Isi Materi
Agar ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan
mengetahui tentang ASI ekslusif
3. Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan kepada peserta
penyuluhan tentang ASI ekslusif
2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
3. Seluruh peserta penyuluhan yang hadir mengerti
seluruh materi yang telah dipaparkan
4. Penutup 1. Penyuluh mengucapkan terimakasih atas perhatian
dari peserta
2. Mengucapkan salam penutup

V. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan tentang ASI ekslusif

14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian ASI ekslusif tidak hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga bagi
ibu yang menyusui. Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi
kemungkinan ibu mengalami kanker payudara, kanker rahim dan kanker indung
telur. Selain itu, menyusui mampu mengurangi perdarahan dan mempercepat
penurunan lemak tubuh ibu setelah melahirkan (Prameseti, 2011).
Organisasi-organisasi internasional menganjurkan pemberian ASI secara
ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Food and Agriculture
Organization (FAO) memberikan gambaran nyata bahwa ASI esklusif mampu
menyelamatkan bayi di negara-negara yang kekurangan pangan. Di sisi lain,
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pemberian ASI ekslusif
selama 6 bulan adalah cara optimal memberikan makanan pada bayi. Sementara
itu, The United Nations Children’s Fund (UNICEF) mengatakan bahwa
pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan mampu menurunkan resiko diare sebesar
53% dan infeksi saluran pernapasan sebesar 27% (Toto sudargo, 2021).
Di negara-negara berkembang, praktik pemberian ASI telah berhasil
menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun dari kematian dan kesakitan. Atas
dasar tersebut WHO merekomendasikan untuk pemberian ASI Ekslusif sampai
bayi usia 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.0000 bayi di Indonesia dan 1,3
juta bayi di dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan pemberian ASI
Ekslusif. Dan dapat disimpulkan bahwa bayi yang disusui secara ekslusif sampai
6 bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan lebih
sedikit mengalami gangguan pertumbuhan (Ramadhan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis menegakkan rumusan masalah
tentang bagaimana MPASI yang baik.

15
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana tentang MPASI yang baik.

16
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melalui proses menyusui dan ASI juga memiliki komposisi gizi
yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat
yang sangat besar maka pemberian ASI ekslusif sangat dianjurkan. Ibu menyusui
harus cermat dalam menyusun pola makan. Selain pola makan yang seimbang, ibu
menyusui juga harus cermat dalam memilih bahan makanan yang dapat
memperlancar produksi ASI. Ibu menyusui sebaiknya memperbanyak konsumsi
sayuran dan buah-buahan. Status gizi ibu menyusui memegang peranan penting
untuk keberhasilan menyusui yang indikatornya diukur dari durasi, ASI ekslusif,
pertumbuhan bayi dan status gizi ibu pasca menyusui (Mariana, 2021).
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah
memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun
bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi
berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,
bersifat ilmiah (Aryotochter, 2018).

2.2 Kandungan
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro
dan mikro nutrien. Makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Setiap komponen ASI
memiliki manfaatnya tersendiri untuk pertumbuhan bayi. Sekitar 88% dari ASI
adalah air (Giting, 2020).
Air ini berguna untuk melarutkan zat yang ada di dalamnya. ASI merupakan
sumber air yang secara metabolik adalah aman, Air yang relatif tinggi dalam ASI
ini akan meredakan rangsangan rangsangan haus dari bayi. ASI Eksklusif untuk
bayi yang diberikan ibu ternyata mempunyai peranan penting, yakni

17
meningkatkan ketahanan tubuh bayi. karenanya bisa mencegah bayi terserang
berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan bayi. Selain itu manfaat ASI
Eksklusif paling penting adalah bisa menunjang sekaligus membantu proses
perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6
bulan seorang bayi tentu sama sekali belum diizinkan mengkonsumsi nutrisi
apapun selain ASI. Oleh karenanya, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang
diberikan pada sang buah hati tentu saja memberikan dampak yang besar pada
pertumbuhan otak dan fisik bayi selama kedepannya. Sedangkan manfaat
memberikan ASI bagi ibu adalah untuk menghilangkan trauma selepas
melahirkan. Selain membuat kondisi kesehatan dan mental ibu menjadi lebih
stabil, ASI eksklusif juga bisa meminimalkan timbulnya resiko kanker payudara.
sebab salah satu pemicu kanker payudara pada ibu menyusui ialah kurangnya
pemberian ASI Eksklusif untuk bayi mereka sendiri (Hidayah, 2021).

2.3 Manfaat ASI Ekslusif


Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air susu
ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Perbup
Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif, 2015)
1. Manfaat ASI bagi bayi :
a) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi ASI adalah cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindugi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
b) ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
c) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang Kontak kulit dini akan
berpengaruh terhadap perkebangan bayi. Walaupun seorang ibu dapat
memberikan kasih saying dengan memberikan susu formula, tetapi
menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar.
Perasaan aman sangat penting untuk membangun dasar kepercayaan

18
bayi yaitu dengan mulai mempercayai orang lain (ibu), maka
selanjutnya akan timbul rasa percaya diri pada anak.
d) Mengupayakan pertumbuhan yang baik 8 Bayi yang mendapat ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal yang baik dan mengurangi kemungkinan
obesitas.Frekuensi menyusu yang sering juga dibuktikan bermanfaat
karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan
berat badan bayi hanya sedikit.
2. Manfaat Menyusui bagi Ibu
a) Mengurangi kejadian kanker payudara Pada saat menyusui hormone
esterogen mengalami penurunan, sementara itu tanpa aktivitas
menyusui, kadar hormone esterogen tetap tinggi dan inilah yang
menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya
keseimbangan hormone esterogen dan progesterone.
b) Mencegah perdarahan pasca persalinan Perangsangan pada payudara
ibu oleh hisapan bayi akan diteruskan ke otak dank e kelenjar hipofisis
yang akan merangsang terbentunya hormone oksitosin. Oksitosin
membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah terjadinya
perdarahan paca persalinan.
c) Mempercepat pengecilan kandungan Sewaktu menyusui terasa perut
ibu mulas yang menandakan kandungan berktraksi dan dengan
demikian pengecilan kandunga teradi lebih cepat
d) Dapat digunakan sebagai metode KB sementara 9 Meyusui secara
eksklusif dapat mejarangkan kehamilan. Ratarata jarak kelahira ibu yag
meyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyusui adalah 11
bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekera meekan hrm untuk
ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. ASI yang
digunakan sebagai meted KB sementara dengan syarat : bayi belum
berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali da ASI diberikan secara
eksklusif

19
e) Mempercepat kembali ke berat badan semula Selama hamil, ibu
meimbun lemak dibawak kulit. Lemak ini akan terpakai utuk membetuk
ASI, sehigga apabila ibu tidak menyusui, lemak tersebut akan tetap
tertimbu di dalam tubuh.
f) Steril, aman dari pencemaran kuman
g) Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi
h) Megandung antibody yang dapat menghambat pertumbuhan virus
i) Tidak ada bahaya alergi

3. Bagi Ekonomi (Keluarga)


Ibu yang memberikan ASI Esklusif biyayanya lebih murah karna tidak
ada untuk membeli susu pormula dan hanya untuk pembelian pempers dan
pompa susu. Secara ekonomi memberikan ASI Esklusif aman, memberi
manpaat kesehatan gratis dan rama lingkungan.
4. Bagi Negara
a) Menghemat devisa Negara karena karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lain untuk persiapannya. Asi dapat di katakan
sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat
menghemat devisa sebesar 8,6 milyar rupiah yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu pormula
b) Menurunkan angka kematian dan kesakitan anak. Adanya Faktor
protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizibayi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian
epidiemologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi minsalnya: diare, otitis media, dan infeksi saluran
pernapasan
c) Bayi sehat meningkat kualitas generasi penerus bangsa. Anak yang
mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin
d) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Subsidi untuk rumah sakit
berkurang, karena gawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu

20
dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan mengurangi biaya
yang diperlukan untuk perawatan anak yang sakit
5. Tanda bayi cukup ASI
a) Berat badan naik sesuai kurva pertumbuhan pada kartu menuju sehat
(KMS).
Bayi baru lahir kemungkinan kehilangan sedikit berat badan pada
beberapa hari kelahiran, biasanya bayi akan mulai bertambah berat
badannya pada akhir minggu pertama, berat badan akan kembali seperti
pada usia 2 minggu. Bayi yang mulai menyusu satu jam pertama
kelahiran dan terus menyusu secara esklusif dan tidak di batasi, sering
kali mencapai berat lahir sebelum dua minggu. Bayi yang kehilangan
berat badan lebih dari 10% dari berat lahir dua minggu pertama atau
pada usia 2 minggu beratnya kurang dari berat lahir berarti tidak cukup
pertambahan beratnya. Bayi perlu di periksa dan di rujuk untuk
mengetahui adanya infeksi atau penyakit lain. Jika bayi di timbang pada
3-4 hari dan bayi kehilangan 8% dari berat lahir maka mereka
membutuhkan dukungan lebih untuk menyusui dalam 1-2 hari.
b) Buang air kecil bayi baru lahir
Sebelum usia 6 hari, bayi mungkin buang air kecil dari 6 kali sehari,
biasanya memakai aturan 5 jari, yaitu: 1 kali dalam 24 jam, 2 kali hari
kedua, 3 kali hari ke3, 4, kali hari ke4, dan 5 kali hari ke5. Pada usIA 6
hari normalnya bayi mengeluarkan air seni 6 kali atau lebih dalam
sehari. Jika telah berusia lebih dari 4 minggu, tanyakan pada ibu
apakah air seninya kuning gelap atau berbau tajam. Jika bayi
mengeluarkan banyak air seni yang pekat dan kurang dari 6 kali sehari
dan jika bayi berusia lebih dari 4 minggu air seninya pekat maka bayi
kekurangan ASI.
c) Frekuensi buang ari besar
Frekuensi buang ari besar pada bayi sangat bervariasi, dalam 3-4 hari
pertama bayi mengeluarkan feses meconium hijau gelap. Jika bayi
mengeluarkan meconium pada hari ke 4-5 mungkin ia tidak

21
mendapatkan ASI yang cukup. Mulai hari ke 4 saat ASI mulai datang
maka feses berubah menjadi coklat atau kuning bayi mengeluarkan 2-3
feses setiap hari, seringkali hanya sedikit feses setiap selesai menyusui.
Setelah 3-4 minggu bayi mulai jarang mengeluarkan feses, mungkin
hanya BAB 3-4 hari sekali, kadang seminggu atau lebih. Hal ini masih
normal, namun demikian jika bayi mengeluarkan biasanya besar dan
agak cair. Feses yang kecil kecil dan kering kemungkinan tanda bayi
kurang ASI. Bayi mengeluarkan feses agak cair 8 kali atau lebih dalam
sehari hal ini masih normal, namun biasanya disalahartikan dengan
diare, bila bayi diare maka fesesnya akan sangat cair.
6. Cara pemberian ASI Ekslusif pada ibu pekerja
Pengurus tempat kerja berkewajiban untuk: 1. menyediakan fasilitas
khusus untuk menyususi dan/memerah ASI sesuai dengan kondisi
kemampuan perusahaan. 2. Memberikan kesempatan kepada ibu yang
bekerja untuk memberikan ASI Eksklusifkepada bayi atau memerah ASI
selama waktu kerja di tempat kerja, 3. membuat peraturan internal yang
mendukung keberhasilan program pemberian ASI Ekslusif.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melalui proses menyusui dan ASI juga memiliki komposisi gizi
yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat
yang sangat besar maka pemberian ASI ekslusif sangat dianjurkan. Ibu menyusui
harus cermat dalam menyusun pola makan. Seperti halnya nutrisi pada umumnya,
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Makronutrien adalah
karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan
mineral. Setiap komponen ASI memiliki manfaatnya tersendiri untuk
pertumbuhan bayi, sekitar 88% dari ASI adalah air.
Dari penyuluhan yang di lakukan oleh puskesmas di Desa Pulau pekan
masih banyak ibu yang tidak mengetahui apa itu ASI Ekslusif dan manfaatnya,
dimana yang mereka ketahui ASI Ekslusif hanyalah memberikan ASI pada anak
0-6 bulan dan tidak apa-apa memberikan tambahan madu, kurma, air teh dan lain-
lainnya. Oleh, karena itu, penyuluh memberitahukan bahwa ASI Ekslusif itu
merupakan pemberian ASI pada bayi dari 0-6 bulan tanpa diberikan makanan
tambahan selain ASI. Manfaat ASI Ekslusif bagi bayi yaitu, meningkatkan daya
tahan tubuh bayi, sebagai nutrisi, ASI meningkatkan jalinan kasih sayang,
mengupayakan pertumbuhan yang baik. Dan bagi ibu manfaatnya yaitu
mengurangi kejadian kanker payudara, mencegah perdarahan pasca melahirkan,
mempercepat pengecilan kandungan, digunakan sebagai metode KB alami serta
mempercepat kembali ke berat badan semula Selama hamil.

3.2 Saran
Saran yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca bahwa hal yang
paling penting bagi ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan yaitu menjaga
kesehatan anaknya agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan oleh ibu
pada anaknya salah satunya dengan cara memberikan ASI ekslusif.

23
DOKUMENTASI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF DI SUNGAI ARANG

24
SAP III KB IUD
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Januari 2023


Jam/Waktu : 11.30 WIB
Pokok Bahasan : KB IUD
Sub Bahasan : -Pengertian IUD
-Cara Kerja IUD
-Efek Samping IUD
-Keuntungan IUD
-Kerugian KB IUD
Sasaran : Wanita usia subur
Penyuluhan : Individu
Tempat : Posyandu
VII. Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Memberikan penyuluhan kepada Ibu tentang KB IUD
VIII. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
-Pengertian IUD
-Cara Kerja IUD
-Efek Samping IUD
-Keuntungan IUD
-Kerugian KB IUD

IX. Garis Besar Mandiri


Wanita usia subur (WUS)
X. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

25
XI. Kegiatan
No. Materi Kegiatan
1. Pembukaan 3. Mengucapkan salam dan menjelaskan maksud
pertemuan.
4. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus
penyuluhan.
2. Proses 2. Isi Materi
c. Agar Ibu yang memiliki bayi mengetahui
tentang MPASI (Makanan Pendamping
ASI)
d. Agar Ibu yang memiliki bayi mengetahui
masalah tentang MPASI dini (Makanan
Pendamping ASI)
3. Evaluasi 4. Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan
tentang MPASI
5. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
6. Seluruh peserta penyuluhan yang hadir mengerti
seluruh materi yang telah dipaparkan
4. Penutup 3. Penyuluh mengucapkan terimakasih atas perhatian
dari peserta
4. Mengucapkan salam penutup

XII. Materi Penyuluhan


Meteri penyuluhan tentang KB IUD

26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan
hakhak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan
yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal,
mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan
membina ketahanan serta kesejahteraan anak. (Puji Ati dkk., 2019).
IUD atau Spiral adalah salah satu alat kontrasepsi yang direkomendasikan
pada program Keluarga Berencana di Indonesia, merupakan salah satu jenis alat
kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya mencegah kehamilan, terbuat
dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung
hormon dan dimasukan ke dalam rahim melalui vagina, mempunyai beberapa
jenis dan lama pemakaian. Alat kontrasepsi IUD sangat efektif untuk menekan
angka kematian ibu dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk karena 2
tingkat efektifitas penggunaan sampai 99,4% dan IUD dapat digunakan untuk
jangka waktu 3-5 tahun (jenis hormon) dan 5-10 tahun (jenis tembaga).
Data WHO menunjukan bahwa pengguna alat kontrasepsi Implant di
seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, kondom dan IUD,
terutama di Negaranegara berkembang. Presentasi penggunaan alat kontrasepsi
suntik yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan Implant dibawah 10%
yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7%. Pada saat ini diperkirakan
memakai IUD/AKDR, 30% terdapat di Cina, 13% di Eropa, 5% di Amerika
Serikat, 6,7% di Negara-negara berkembang lainnya (Nurmalita Sari dkk., 2020).
Data Kemenkes RI menyatakan pada tahun 2017 di Indonesia peserta KB aktif
dengan penggunaan IUD sebesar 397.996 (7,75%), merupakan angka terendah
dari jenis KB lainnya. Propinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi
adalah Bengkulu 85.5%, Bali 85,1%, dan DKI Jakarta 82%. Strategi peningkatan

27
penggunaan IUD, terlihat kurang berhasil, terbukti dengan jumlah peserta KB
IUD yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Salanti, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis menegakkan rumusan masalah
tentang KB IUD.

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah untuk
mendeskripsikan apa itu KB IUD

28
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IUD


IUD (Intra Uterin Device) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN, 2014).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rahim (AKDR)
terbuat dari bahan polyethylene, dilengkapi dengan benang nylon dan telah
digunakan selama lebih dari 30 tahun. Dikemas bersama pipa insersi dalam
keadaan steril untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan reversibel bagi
wanita tertentu yang tidak pernah terjangkit penyakit menular seksual dan sudah
pernah melahirkan (Putri, 2016).

2.2 Cara Kerja IUD


IUD memiliki cara kerja yang:
a. menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba falopii
b. mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. mencegah sperma dan ovum bertemu karena jalannya terhalangi
d. memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.3 Efek Samping IUD


Efek samping penggunaan IUD antara lain (Putri, 2016):
a. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah di antara siklus menstruasi, spotting
akan muncul jika sedang kelelahan dan stress. Wanita yang aktif sering
mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi IUD.
b. Perubahan siklus menstruasi Setelah pemasangan IUD, siklus
menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih

29
cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid tiga
sampai tujuh hari, biasanya siklus haid akan berubah menjadi 21 hari.
c. Amenorhea Tidak didapat tanda-tanda haid selama tiga bulan atau
lebih. Penanganan efek samping amenorhea adalah memeriksa apakah
sedang hamil atau tidak.
d. Dismenorhea
Munculnya rasa sakit menstruasi tanpa penyebab organik. Penanganan
dismenorhea adalah memastikan dan menegaskan adanya penyakit
radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari kram otot perut, serta
menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
e. Menorrhagia
Perdarahan berat secara berlebihan selama haid atau menstruasi (masa
haid lebih dari delapan hari). Memastikan dan menegaskan adanya
infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
patologis, perdarahan bekelanjutan serta perdarahan hebat, maka
lakukan konseling dan pemantauan.
f. Flour Albus
Penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis bakterial yaitu
keadaan abnormal pada eksoistem vagina yang disebabkan
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob
menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi
sebagai flora normal vagina
g. Perdarahan post seksual
Perdarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang IUD yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
perdarahan akan tetapi perdarahan yang muncul ini jumlahnya hanya
sedikit

30
2.4 Keuntungan KB IUD
Keuntungan dari penggunaan kontrasepsi ini, antara lain:
a. Segera efektif saat terpasang di Rahim
b. Tidak memerlukan kunjungan ulang
c. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
d. Tidak memiliki efek samping hormonal
e. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan
g. catatan tidak terjadi infeksi
h. Membantu mencegah kehamilan ektopik
i. Tidak ada interaksi dengan obatobatan
j. Dapat digunakan hingga menopause.

2.5 Kerugian KB IUD


Kekurangan dari penggunaan IUD antara lain:
a. Perubahan siklus haid
b. Periode haid lebih lama
c. Perdarahan atau spotting antar menstruasi
d. Nyeri saat haid

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IUD (Intra Uterin Device) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. IUD memiliki cara kerja
yang: menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba fallopiI,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, mencegah sperma
dan ovum bertemu karena jalannya terhalangi ,memungkinkan untuk mencegah
implantasi telur dalam uterus.
Dari penyuluhan yang di lakukan oleh puskesmas di Desa Pulau pekan
tentang KB IUD, diketahui banyak WUS (Wanita Usia Subur) yang tidak mau
menggunakan KB ini karena tidak tahu secara detail pemasangannya dimana, efek
samping, keuntungan dan kerugiannya apa. Sehingga, banyak isu-isu negatif
tentang KB IUD seperti: IUD bisa menembus sampai ke jantung, saat
berhubungan suami-istri akan terasa sakit, kalau saat halangan nyeri dan banyak
lainnya. Setelah diberi penyuluhan tentang KB IUD dan mengklarifikasi isu-isu
tersebut, WUS mulai paham tentang KB IUD dan mulai tertarik akan mencoba
KB IUD.

3.2 Saran
Diharapkan orang tua dapat meningkatkan pengetahuan tentang KB IUD
sehingga dapat memilih kb yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan ibu.

32
DOKUMENTASI PENYULUHAN KB IUD DI SUNGAI ARANG

33
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2010). Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Aryotochter, A. A. M., Prameswari, G. N., Azinar, M., Fauzi, L., & Nugroho, E.
(2018). Association between Exclusive Breastfeeding with Health Belief Model
in Working Mothers. Indian Journal of Public Health Research &
Development, 9(12).

BKKBN. (2013). Laporan BKKBN Tahun 2013. Jakarta: BKK

Damayanti, Diana, dkk. 2012. 365 Hari MP – ASI Plus edisi 1. Jakarta : Kompas
Media Nusantara

Depkes RI (2013). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu


Ibu (MPASI) Lokal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Diah, et al. 2001. Menyiapkan makanan pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara.

Fanny (2012). Makanan Pendamping pertama bayi. Jakarta: Sumber medika.

Ginting, L. M. B., & Besral, B. (2020). Pemberian ASI Ekslusif dapat


Menurunkan Risiko Obesitas pada Anak Balita. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1).

Gulo dan Nurmiyati (2014). Pemberian MP ASI dengan Status Gizi Bayi.
Tangerang

Hidayah, A., Siswanto, Y., & Pertiwi, K. D. (2021). Riwayat Pemberian MP-ASI
dan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(1), 76-83.

Idawati, dkk. 2021. Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif. Jateng: Lakeisha dan
Anggota IKAPI.

Lestari, M., Lubis, G., dan Pertiwi, D. 2014. Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun di Kota
Padang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan. 3(2) : 188-190.

Mariana. 2021. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif Pada


Anak Stunting Umur 6 – 24 Bulan Dari Keluarga Petani Di Kabupaten Pidie.
Universitas Sumatera Utara: Sumut.

Medise BE. 2011. Sekartini R. Buku pintar bayi. Jakarta: Puspa Swara.
Mufida, L., Widyaningsih, T. D., & Maligan, J. M. (2015). Prinsip Dasar MPASI
Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4,
hlm.1646-1651, September 2015 , 1646-1649.

Mutmainnah F. (2010). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan


Ibu Dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu Di Puskesmas
Pamulan.

Numalitasari, Dkk.2020. Factors Relating to the interestof use MKJP (IUD and
Implant) in the Village of Perigi Mekar, Ciseeng. Bogor.

Puji, Ati, dkk. 2019. modul kader matahariku (informasi tambahan


kontrasepsiku).

Putri, R, dkk. 2016. Efektivitas intra uterine device (IUD) sebagai alat
kontrasepsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: Lampung.

Pontoh, A.H. 2015. Tingkat Asupan Energi dan Protein Dengan Status Gizi Bayi
Usia 6 – 24 bulan. Jurnal Penelitian : Akademi Kebidanan Griya Husada,
Surabaya.

Salanti, P. 2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penilihan alat


kontrasepsi IUD pada ibu di RSIA Resti Mulya Jakarta Timur 2018.

Sitompul, Ewa M., AM.keb. 2014. Buku Pintar MPASI: Bayi 6 Bulan sampai
dengan 1 Tahun. Arena kids.

Sudargo Toto dan Nur Aini Kusmayanti. 2021. Pemberian ASI Ekslusif. D.I.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Anggota IKAPI dan APPTI.

Zahrial.P dan Mangiri Y. (2015). MPASI perdana Cihuy Pedoman Makanan


Pendamping ASI Usia 6-12 Bulan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai