SKRIPSI
Oleh
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl.Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp.(0370)623873
dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul “Efek Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.)” memang benar karya Saya dan bukan jiplakan dari
karya orang lain. Bila mana dikemudian hari ditemukan ketidak
sesuaian dengan pernyataan ini, Saya bersedia dituntut dan diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Mahasiswa yang
bersangkutan
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl.Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp.(0370)623873
PERSETUJUAN SKRIPSI
Menyetujui:
Kaprodi Pendidikan
PERSETUJUAN SKRIPSI
Menyetujui:
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi berjudul : “Efek Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran
terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens
L.)” disusun oleh:
Ketua,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
Motto
Persembahan
Dengan segala hormat dan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta (Bapak L. Akmaludin dan Ibu Nuriati ) yang selalu
memberikan kasih sayang, doa, waktu, semangat maupun materi sampai sejauh
ini. Terima kasih telah berjuang dan berkorban untuk mendukungku hingga
mencapai titik ini dan terima kasih atas cinta yang tulus tanpa pamrih.
3. Sahabatku. Qarina Asriani dan Nur Intan Malysa yang baik hati, selalu menjadi
perkuliahan.
viii
UCAPAN TERIMKASIH
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa umat islam ke jalan yang diridhoi Allah
SWT.
yang membangun dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., selaku Dekan FKIP, Universitas
Mataram.
2. Bapak Dr. Ahmad Harjono, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA,
3. Bapak Dr. Didik Santoso, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
4. Ibu Dr. Prapti Sedijani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
5. Bapak Drs. Ahmad Raksun, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
6. Bapak Prof. Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc., selaku Dosen Penguji yang telah
7. Semua staf pengajar, staf administrasi dan staf laboratorium Pendidikan Biologi
berharga dan kelancaran administrasi sehingga skripsi ini dapat diuji dan
disetujui.
motivasi dan dukungan dari segi moril dan materi, serta doa yang tak putus.
Penulis
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Pupuk
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
Mataram. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu yang terkait dengan bahasan yang penulis angkat sebagai
skripsi.
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
2.8 Hipotesis……………………………………………………………... 28
BAB V: PEMBAHASAN................................................................................. 49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar Mutu Pupuk Organik Cair…………………………………... 16
Tabel 4.1 Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap
Tabel 4.2 Hasil Uji Duncan Antar Konsentrasi Terhadap Tinggi Tanaman
Cabai Rawit……………..…………………………………………..... 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap
Tabel 4.4 Hasil Uji Duncan Antar Konsentrasi Terhadap Jumlah Daun
Tabel 4.5 Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap
Tabel 4.6 Hasil Uji Duncan Antar Konsentrasi Terhadap Berat Basah
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ............................................................... 27
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran di Indonesia. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman
cabai rawit dilakukan pemupukan dengan cara organik maupun anorganik.
Penggunaan pupuk anorganik berlebih akan mengganggu keseimbangan jumlah
zat hara dalam tanah yang berakibat pada metabolisme tumbuhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek pemberian pupuk organik cair limbah sayuran
terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit. Metode penelitian menggunakan
desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 taraf perlakuan (0 ml, 20 ml,
40 ml, 60 ml, 70 ml dan 80 ml), masing-masing 4 kali pengulangan dan 4 kali
pemupukan. Variabel pertumbuhan tanaman yang diamati pada penelitian ini
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan Anova dan uji lanjut menggunakan Uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 0,05. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan pupuk organik cair limbah sayuran berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman cabai rawit. Konsentrasi 80 ml pupuk organik cair
memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
basah terbatas pada konsentasi yang diaplikasikan.
Kata kunci: Pupuk organik cair limbah sayuran, cabai rawit, pertumbuhan cabai
rawit.
xviii
ABSTRAC
BAB I
PENDAHULUAN
Negara yang dapat mengharumkan nama Indonesia dimata dunia, salah satunya
adalah cabai (Kusuma dkk, 2015). Jenis tanaman cabai ada bermacam-macam,
diantaranya cabai hijau, cabai gendot, cabai rawit, paprika, cabai merah, cabai
jalapeno dan lain-lain. Menurut Supriadi dkk (2018) terdapat dua jenis tanaman
Tanaman cabai rawit adalah cabai dengan rasa buah yang pedas sehingga
manfaat utama bagi konsumen yaitu sebagai bumbu masakan yang dapat
meningkatkan cita rasa dan selera makan. Cabai rawit banyak diperdagangkan
dengan harga yang lebih stabil dibandingkan dengan harga cabai merah besar.
produksi cabai merah yang terlalu tinggi menyebabkan harga cabai di pasar
langsung anjlok, hal ini tidak terjadi pada cabai rawit (Jamilah dkk, 2018).
produksi yang baik. Tanpa ketersediaan unsur hara yang cukup dalam tanah maka
tanaman cabai tumbuh dengan optimal, maka pemupukan yang tepat dan benar
sangat diperlukan. Pemupukan adalah salah satu paket teknologi yang mampu
2
produksi tanaman (Makmur dan Magfirah, 2018). Raksun dkk (2019) mengatakan
Pupuk anorganik merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan
kimia anorganik yang dibuat oleh pabrik (Amini dan Syamdidi, 2006).
Sedangkan, pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,
kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
Menurut Hartatik (2015) peranan pupuk organik terhadap sifat kimia tanah
adalah sebagai (a) penyedia hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan mikro (Zn,
Cu, Mo, Co, B, Mn dan Fe), (b) meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
tanah, (c) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam beracun seperti
Al, Fe dan Mn sehingga logam-logam ini tidak meracuni. Peranan pupuk organik
terhadap sifat fisika tanah antara lain adalah (a) memperbaiki struktur tanah (b)
memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water holding
capacity) tanah menjadi lebih baik dan pergerakan udara (aerase) di dalam tanah
juga menjadi lebih baik, dan (c) mengurangi (buffer) fluktuasi suhu tanah.
Peranan pupuk organik terhadap sifat biologi tanah adalah sebagai sumber energi
dan makanan bagi mikro dan meso fauna tanah. Dengan terpenuhinya bahan
3
ketersediaan hara, siklus hara tanah, dan pembentukan pori mikro dan makro
satunya yaitu penyerapan unsur hara dari pupuk organik tergolong lambat
pupuk anorganik dalam jangka panjang menyebabkan kadar bahan organik tanah
anorganik berlebih akan mengganggu keseimbangan jumlah zat hara dalam tanah
macam penyakit akibat dari kelebihan maupun kekurangan zat hara tertentu.
pemberian pupuk organik supaya tidak merusak struktur tanah dan mengurangi
organik dan anorganik digunakan dengan dosis yang sesuai agar kebutuhan hara
Pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu jenis pupuk organik yang
berbentuk cair atau larutan dari hasil fermentasi limbah organik. Pupuk organik
cair lebih mudah diserap oleh tanaman karena pengaplikasiannya dengan cara
disemprotkan pada daun dan batang sehingga bisa meresap langsung melalui pori-
pori pada permukaan batang atau stomata pada daun. Pupuk organik cair (POC)
kesehatan tanaman. Unsur hara tersebut terdiri dari unsur nitrogen (N) untuk
pertumbuhan tunas, batang dan daun, unsur fosfor (P) berguna untuk merangsang
pertumbuhan akar, buah dan biji, unsur kalium (K) meningkatkan ketahanan
Limbah sayuran dapat diproses menjadi pupuk organik cair (POC) karena
mengandung banyak unsur hara makro maupun mikro. Limbah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah limbah sayuran sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat
dan tauge. Pemilihan limbah sayuran diatas dalam penelitian ini dikarenakan
sayuran tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak sehingga akan
baik dijadikan sebagai pupuk serta mudah diperoleh dari limbah rumah tangga
Limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga jika diolah
secara tepat akan menghasilkan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan dalam
bidang pertanian yang berkelanjutan karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan aktivitas biologi tanah. Dengan memproses limbah rumah tangga dapat
5
melakukan penelitian dengan judul Efek pupuk organik cair limbah sayuran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pupuk organik cair limbah
tambahan serta sebagai salah satu bahan acuan penelitian selanjutnya tentang
organik cair dari limbah rumah tangga sehingga masyarakat sadar akan
3. Bagi Dunia Pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
Lingkup penelitian ini dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan utama
penelitian dan juga agar penelitian dapat lebih akurat. Adapun pembatasan
1. Pemberian pupuk organik cair dari limbah sayuran pada tanaman cabai rawit
2. Limbah sayuran yang digunakan yaitu sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan
tauge.
3. Parameter pertumbuhan yang diukur yaitu: Tinggi tanaman, Jumlah daun dan
Berat basah.
1. Efek
Nasional, Efek mempunyai arti pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud Efek dalam penelitian ini
Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari
Pupuk Organik Cair yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pupuk
3. Limbah Sayuran
biasanya dibuang secara bebas tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan
8
meninggalkan gangguan lingkungan dan bau tidak sedap (Jalaludin dkk, 2016).
Limbah sayuran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sawi putih, sawi
4. Pertumbuhan
adalah proses bertambah besar dan tinggi batang serta jumlah daun tanaman
cabai rawit.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk
Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
meningkatkan pH tanah yang asam dan pemberian benah tanah (soil conditioner)
untuk memperbaiki sifat fisika pada tanah. Demikian pula pemberian urea pada
tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua
bahan seperti kapur, urea, pembenah tanah disebut dengan pupuk. Namun dalam
arti khusus pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara
1. Pupuk alam, yaitu pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam
tanpa proses yang berarti. Misalnya, pupuk kompos, pupuk kandang, guano,
2. Pupuk buatan, yaitu pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, TSP, urea,
rustika, NPK dan nitroposka. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah
1. Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan beragam mulai
2. Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaannya dilarutkan
terlebih dahulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan kedaun. Karena
mengandung banyak hara baik makro maupun mikro, harga pupuk ini relative
mahal. Pupuk amoniak merupakan pupuk yang memiliki kadar N sangat tinggi,
yakni sekitar 83%. Penggunaan pupuk ini lewat tanah dengan cara diinjeksikan
1. Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukan dilarutkan terlebih dahulu
2. Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan ke dalam tanah
1. Pupuk yang mempunyai fisiologis asam, yakni pupuk yang bila diberikan
kedalam tanah menjadi lebih asam (pH menjadi lebih rendah). Miaslnya ZA
dan Urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basa, yakni pupuk yang bila diberikan
pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan
dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk
padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang
11
bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta
2 . Pupuk anorganik merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan kimia
anorganik yang dibuat oleh pabrik. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua
pupuk buatan, yaitu pupuk oraganik yang dibuat oleh pabrik dari bahan kimia
anorganik seperti urea, NPK dan TSP dan pupuk organik pro analis (Amini dan
Syamdidi (2006).
Pupuk merupakan zat atau unsur hara yang diberikan baik melalui
daun maupun tanah dengan tujuan untuk menambah hara bagi pertumbuhan
tanaman dan dapat berupa berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Hara
selain air dan kondisi agroklimat. Oleh karenanya petani sering menambahkan
pupuk dengan tujuan untuk menambah hara bagi tanaman. Kegiatan pemupukan
dimaksudkan agar terjadi efisiensi pemupukan karena tidak semua unsur hara
akan menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan konsep
hara yang efektif dalam meningkatkan hasil tanaman adalah unsur hara yang
kandungan gizi rendah, yaitu protein kasar sebesar 1-15% dan serat kasar 5-
38% 9 (Siboro, 2013). Hampir semua sayuran akan mengalami fermentasi asam
mengubah gula pada sayuran terutama menjadi asam laktat yang akan membatasi
pertumbuhan organisme lain (Utama dkk, 2017). Jenis limbah sayuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan
tauge.
salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk Organik Cair
kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar
yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu,
Fe, Mn dan bahan organik). Menurut Marpaung dkk (2014) pupuk organik cair
tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
13
buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. Pupuk organik cair
diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon
Unsur hara makro banyak sekali terdapat pada limbah sayuran dalam
pembuatan pupuk organik cair. Berikut ini uraian fungsi unsur hara makro yang
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. Selain itu juga
sebagai penyusun lemak dan protein. Fungsi utama fosfor dalam tanaman adalah
sebagai bahan pembangunan nukleoprotein yang dijumpai dalam setiap inti sel
tanaman. Fosfor merangsang pertumbuhan akar, terutama akar lateral dan akar
ATP dan energi yang dihasilkan dari ATP tersebut berperan penting dalam
penyerapan unsur hara lain seperti P, K dan Cu. Hal ini disebabkan karena
14
menunjukkan gejala berupa daun tua akan berwarna ungu atau kemerahan. Hal ini
gula pada daun sebagai akibat dari terhambatnya proses sintesa protein.
dapat menurunkan pH tanah sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu,
tepat. Nitrogen (N) merupakan bagian utuh dari struktur klorofil, warna hijau
Unsur ini sangat penting bagi tumbuhan dan dapat disediakan manusia
hara NH4+ dan NO3- mempengaruhi kualitas tanaman sehingga ada tanaman yang
lebih baik tumbuh bila diberi NH4+, ada yang lebih baik bila diberi NO3- dan
adapula tanaman yang tidak berpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini. Nitrogen yang
diserap dalam tanaman dirubah menjadi -N, -NH- dan -NH2. Bentuk reduksi ini
kemudian dirubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi
15
dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur
berpengaruh dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun
keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini meningkatkan sintesis dan
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman melalui pupuk organik cair harus
cukup untuk tanaman tersebut dan harus sesuai dengan standar kualitas pupuk
organik cair. Menurut peraturan Menteri Pertanian tentang standar kualitas pupuk
4 Ph 4-9
5 Hara makro:
N, P2O5,K2O % 3-6
6 Mikroba kontaminan:
E. Colli dan Salmonella sp MPN/ml Maks 102
7 Hara mikro:
-Fe total atau Ppm 90-900
-Fe tersedia Ppm 5-50
-Mn, Cu, Zn Ppm 250-5000
-B Ppm 125-2500
-Co Ppm 5-20
-Mo Ppm 2-10
8 Unsur lain:
-La dan Ce Ppm 0
satu contoh proses pengolahan buangan (sampah) secara aerobik dan anaerobik,
dimana kedua proses terserbut akan berjalan saling menunjang dan menghasilkan
pupuk organik yang disebut kompos. Berjuta-juta ton senyawa organik dihasilkan
oleh tanaman dari proses fotosintesa dalam bentuk daun, batang, biji, buah-
“dekomposisi”.
bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air atau
kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH dan jenis mikroba yang
berperan di dalamnya. Seperti pula di dalam proses pengolahan air buangan yang
oleh sejumlah bacteria, aktinomiset, jamur, mikroalge serta jasad-jasad lain seperti
yaitu limbah sayuran (sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan tauge), hasil
sangat baik bagi tumbuhan. Pupuk organik mengandung unsur karbon dan
18
nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi dan imbangan unsur tersebut sangat
pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur tumbuh
dari Meksiko, pada abad ke-15 berkembang di Eropa dan menyebar ke Amerika
serta berbagai negara tropik. Pusat penyebaran cabai di Indonesia antara lain
cabe besar di Indonesia tahun 2014 berada pada urutan keempat, yaitu sebesar
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Classing : Magnolipsida
19
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
1. Daun
Pada helai daun berbentuk bulat telur sampai berbentuk hati, ujung
runcing, pangkal runcing, tepi rata dan pertulangan daun menyirip sehingga
2. Batang
yang keras dan berkayu. Bentuk percabangan menggarpu dengan posisi daun
3. Bunga
warna bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis cabai yang memiliki
warna bunga ungu. Bunga tanaman cabai rawit berada pada ketiak daun,
bentuk seperti bintang dan anter memili warna biru. Penyerbukan bunga
termasuk kedalam penyerbukan sendiri (self pollinated crop) atau dapat juga
terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56% (Effendi dkk, 2018).
4. Buah
Buah cabai rawit memiliki keanekaragaman dalam hal bentuk dan ukuran.
Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat/pendek dengan ujung runcing atau
mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm. Bagian ujung buah meruncing,
pada cabang tanaman. Buah cabai rawit mempunyai bentuk dan warna yang
beragam, namun setelah masak besar berwarna merah (Effendi dkk, 2018).
harapan petani cabai. Untuk itu pengetahuan tentang syarat tumbuh tanaman cabai
Air berfungsi sebagai pelarut unsur hara, pengangkut unsur hara ke organ
tanaman, pengisi cairan tanaman cabai, serta membantu proses fotosintesis dan
respirasi selama proses budidaya berlangsung. Tetapi pemberian air tidak boleh
berlebihan.
3. Iklim dengan angin sepoi-sepoi cocok untuk menanam cabai. Curah hujan
dibutuhkan tanaman cabai, berkisar antara 10–12 jam per hari. Sedangkan suhu
optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai 24°C- 28° (Yahwe dkk, 2016 )
air bagi tanaman dan memiliki pembuangan air yang baik saat ketersediaan air
kemudian hari. Media tanam yang baik terdiri atas campuran tanah, kompos,
22
arang sekam/kulit padi dengan komposisi 1:1:1 (v/v). Jenis tanah yang baik
untuk bertanam cabai adalah tanah yang mengandung pasir, keadaan tanah
dan tata air dalam tanah baik (Ariyanto dan Wisuda, 2019).
Pemberian pupuk, pupuk yang baik untuk tanaman cabai adalah jenis
pupuk kompos, tetapi perlu juga diberikan pupuk buatan seperti NPK dengan
dilakukan penyiraman setiap 3 hari sekali. Tetapi bila suhu panas sebaiknya
3. Panen
dengan jenis varietas dan lingkungan. Waktu yang tepat untuk memanen cabai
adalah ketika cabai berwarna merah dan masih ada garis hijau pada buahnya.
Cabai dengan ciri tersebut memiliki bobot maksimal dan bisa bertahan 1 – 2
harian. Waktu yang tepat untuk panen cabai adalah pagi hari agar kesegaran
cabai tetap terjaga hindari panen di siang atau malam hari (Ariyanto dan
Wisuda, 2019).
23
Penelitian ini sama dengan penelitian Makmur dan Magfirah (2018) pupuk
yang digunakan sama yaitu pupuk organik cair. Pada penelitian Makmur dan
pada peneliitian ini menggunakan cabai rawit (Capsicum frutescens L). Penelitian
organik cair yaitu 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, dan 90 ml. Hasil rata-rata jumlah
buah cabai merah menunjukkaan bahwa hasil tertinggi pada perlakuan dengan
dosis 80 ml pupuk organik cair\per liter air dengan nilai 187 gr, diikuti perlakuan
70 ml, 90 ml, 50 ml dan 60 ml serta terendah pada kontrol dengan nilai 97 gr, ini
terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis yang berbeda
memberikan pula respon hasil yang berbeda. Hasil rata-rata jumlah buah cabai
pupuk organik cair per liter air dengan nilai 187 gr, diikuti perlakuan 70 ml, 90
ml, 50 ml dan 60 ml serta terendah pada kontrol dengan nilai 97 gr, ini terlihat
bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis yang berbeda memberikan
pula respon hasil yang berbeda. Penelitian ini juga mengguanakan lima perlakuan
ml, dan 80 ml. Konsentrasi pupuk organik cair 80 ml/l air (K4) memberikan hasil
yang terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang yang terbentuk dan umur
berbunga. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut pupuk cair sudah
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kandungan unsur hara
unsur hara tanah sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Pada penelitian ini
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Yunita dkk (2016)
akan tetapi penelitian Yunita dkk menggunakan cabai merah sedangkan penelitian
perlakuan yang terdiri atas tanpa POC (Kontrol); POC 6%; POC 8%; POC 10%;
POC 12%; dan POC 14%. Pemberian POC limbah sayuran dengan konsentrasi
daerah pertanian yang ada di Indonesia. Tidak semua sayuran yang diperoleh
dipakai atau dikonsumsi maka sayur tersebut akan menjadi limbah sehingga
limbah sayur harus dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah limbah sayuran menjadi pupuk
organik cair karena limbah sayuran memiliki unsur hara N, P, K yang dibutuhkan
26
tanman. Pupuk cair dipilih karena dapat diserap dengan cepat oleh tanaman.
Febrianna dkk (2018) mengatakan bahwa penyerapan unsur hara pupuk cair lebih
dasar sayuran seperti sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan tauge. Konsentrasi
pupuk organik cair yang digunakan sebanyak 6 konsentrasi yaitu 0 ml, 20 ml, 40
ml ,60 ml,70 ml dan 80 ml. Pupuk akan diaplikaskan pada tanaman cabai
Pemupukan
Pupuk organik
N = 837,19 Ppm
P = 75,83 Ppm
K = 11,87 Ppm
Pertumbuhan tanaman
Cabai Rawit
2.8 Hipotesis
berikut:
H0 : Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran dengan dosis yang berbeda
Ha : Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran dengan dosis yang berbeda
frutescens L.).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Yusran, 2017).
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Mei 2021.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pupuk organik limbah
3.4.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
No Alat Fungsi
1. Ember Plastik Untuk wadah fermentasi
2. Blender Untuk menghaluskan limbah sayuran
3. Sprayer Untuk menyemprotkan larutan POC
4. Termometer Untuk mengukur suhu limbah fermentasi
5. Indikator universal Untuk mengukur pH limbah fermentasi
6. Kayu pengaduk Untuk mengaduk limbah fermentasi
7. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
8. Gelas ukur Untuk mengukur cairan POC
9. Camera digital Untuk dokumentasi
10. Meteran jahit Untuk mengukur tinggi dan diameter
batang tanaman
11. Polybag Untuk tempat media tanam
12. Seperangkat alat uji kandungan Untuk menganalisis kandungan N, P, dan
POC K pada POC limbah sayuran
13. Timbangan manual Untuk menimbang berat limbah
14. Digital tester meter Untuk mengukur pH tanah
15. Timbangan analitik digital Untuk menimbang berat kering dan berat
basah
16. Oven Untuk mengeringkan tanaman cabai rawit
17. Pisau Untuk memotong limbah sayuran
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2.
No Bahan Fungsi
1. Limbah sayuran Sebagai pembuatan POC
2. Air Sebagai pelarut POC, menyiram tanaman
3. Tanah Sebagai media tanam
4. Saringan Untuk menyaring POC
5. Kertas label Sebagai penanda setiap polibag dengan
konsentasi berbeda
31
potongan yang cukup kecil dengan menggunakan pisau supaya lebih mudah
diblender.
untuk dihaluskan.
8. Tambahakan larutan gula merah yang sudah dilarutkan yang berfungsi untuk
mengaktifkan EM4.
10. Tambahkan air sumur secukupnya, kemudian aduk kembali hingga larutan
menjadi homogen.
12. Setelah selesai tutup ember plastik dan isi botol plastik air ± 300 ml agar
selang bisa terendam oleh air dan tutup botol plastik. Cara tersebut bisa
disebut juga anaerob yang berfungsi untuk menstabilkan suhu akibat reaksi
13.Pupuk organik cair yang sudah mengalami fermentasi 14 hari ditandai dengan
14. Pupuk organik cair yang telah difermentasikan kemudian ditutup rapat dan
16. Masukkan pupuk organik cair kedalam botol. Sebelum diaplikasikan pupuk
organik cair tersebut diencerkan dengan konsentrasi 10%. Pupuk organik cair
siap digunakan.
1. Persiapan benih
Benih cabai rawit yang digunakan adalah benih yang dibeli dari toko
benih cabai rawit yang akan disemaikan terlebih dahulu dalam air selama 12
Media tanaman yang digunakan berupa tanah sawah yang diambil di Jl.
Tanah yang digunakan adalah tanah yang diambil dengan kedalaman 15 cm,
dilapangan.
34
terlebih dahulu. Setelah itu, benih disemai di dalam polybag sebanyak 10-15
biji/polybag dan disiram. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari
dimana matahari tidak terlalu terik untuk menghindari stress pada tanaman,
selanjutnya pemberian label pada setiap media tanaman secara acak sesuai
pada pagi hari dan membersihkan rumput liar jika ada yang tumbuh.
4. Pemberian Perlakuan
cabai rawit seminggu sekali sesuai dosis perlakuan pada setiap tanaman.
HST sampai pada umur 45 HST karena pada penelitian ini hanya mengukur
perlakuan dilakukan setelah pengairan dengan interval 7 hari sekali pada pagi
hari.
35
menggambarkan variabel yang akan diamati baik itu dengan cara rekaman
utama dalam melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
tanaman dan jumlah daun dapat dilakukan dengan cara non-destruktif yaitu
dapat dihitung atau diukur secara langsung tanpa merusak bagian tanaman.
dengan 6 taraf perlakuan dan 4 kali pengulangan, sehingga unit percobaan yang
limbah sayuran yang terdiri dari X0= 0 ml (kontrol), X1= 20 ml, X2= 40 ml, X3=
secara acak lengkap terhadap seluruh unit percobaan. Begitu juga untuk setiap
ulangan mempunyai peluang yang sama besar untuk menempati setiap unit
sehingga di dapatkan denah hasil pengacakan unit percobaan pada tabel 3.3
sebagai berikut :
merekam atau mencatatnya guna tujuan ilmiah atau tujuan lainnya. Dengan
demikian data yang diperoleh merupakan data primer yaitu data yang berasal dari
37
utama cabai. Pengukuran dimulai dari batang yang berada di atas permukaan
seminggu setelah pemberian pupuk organik cair dimulai saat tanaman cabai
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Syarat untuk menggunakan uji
digunakan. Kriteria yang dipakai yaitu apabila Sig. > 0,05 maka data mempunyai
varians yang sama, sebaliknya jika Sig. < 0,05 maka data mempunyai varians
yang berbeda. Uji lanjut dapat dilakukan apabila F hitung > F tabel atau nilai P
(Sig) < 0,05 berarti perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon
yang diamati. Uji lanjutan dilakukan untuk mengetahui perlakuan mana yang
frutescens L.) terbaik. Uji lanjutan setelah Anova yang digunakan yaitu Uji Jarak
Duncan (UJD = DMRT, Duncan Multiple Range Test) (Harsojuwono dkk, 2011).
Analisis data dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS statistic versi 24.
Alur penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 3.1
39
Persiapan
Pengomposan
pupuk organik cair Penambahan
limbah syuran EM4
Penanaman bibit cabai
rawit pada media
tanam
Waktu pemupukan 18
HST dengan interval
waktu 7 hari sekali
Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
basah. Keempat parameter tersebut lebih mudah diamati dan diukur dibandingkan
1. Tinggi tanaman
utama cabai dimulai dari batang yang berada di atas permukaan media tumbuh
sampai titik tumbuh tertinggi. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC)
terhadap rata-rata tinggi tanaman cabai rawit pada pengamatan 45 hari setelah
50,00
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 70 ml 80 ml
Konsentrasi Pupuk Organaik Cair
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk organik cair
yang diberikan maka semakin tinggi diagram tinggi tanaman cabai rawit.
Pemberian perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) dengan dosis 80 ml lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 45,70
ml POC) yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 10 cm. Hasil uji One-way
perlakuan. Nilai signifikansi data sampel menunjukkan angka 0,000 lebih kecil
dari 0,05 (α = 5%). Hasil uji Anova disajikan pada pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Tinggi
Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) 45 HST.
Hasil uji One Way Anova terhadap tinggi tanaman menunjukkan nilai
signifikasi lebih kecil dari 0.05 (P<0.05) artinya perlakuan pupuk organik limbah
adanya pengaruh dari pupuk organik cair limbah sayuran terhadap tinggi tanaman
cabai rawit. Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Jarak
perlakuan. Adapun hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada tabel 4.2
42
Tabel 4.2. Hasil Uji Duncan antar Konsentrasi terhadap Tinggi Tanaman Cabai Rawit
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada
Uji Jarak Duncan taraf 5%
Hasil uji BJND 5% pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan X5 yang
berbeda nyata dengan perlakuan lain merupakan dosis optimum terhadap tinggi
tanaman terbatas pada penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
cabai rawit.
2. Jumlah Daun
Pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) terhadap rata-rata jumlah daun
tanaman cabai rawit pada pengamatan 45 hari setelah tanam (HST) disajikan
20
18
Rata-rata Jumlah Daun (helai)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 70 ml 80 ml
Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Gambar 4.2. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) terhadap rata-rata
jumlah daun tanaman cabai rawit pada 45 HST
Cair (POC) dengan dosis 80 ml membentuk diagram jumlah daun lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata jumlah daun 17,50
kontrol (0 ml POC ) yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 6,00 helai. Hasil uji
lebih kecil dari 0,05 (α = 5%). Hasil uji Anova disajikan pada pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Jumlah Daun
Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) 45 HST.
Hasil uji One Way Anova terhadap jumlah daun menunjukkan nilai
signifikasi lebih kecil dari 0.05 (P<0.05) artinya perlakuan pupuk organik limbah
adanya pengaruh dari pupuk organik cair limbah sayuran terhadap jumlah daun
tanaman cabai rawit. Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji
Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf 5% untuk menentukan perbedaan nyata
tiap perlakuan . Adapun hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Uji Duncan antar Konsentrasi terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai
Rawit
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada Uji
Jarak Duncan taraf 5%
Hasil uji BJND 5% pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa perlakuan X5 yang
jumlah daun terbatas pada penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pupuk organik cair (POC) terhadap rata-rata berat basah tanaman cabai rawit
pada pengamatan 45 hari setelah tanam (HST) disajikan pada Gambar 4.3.
18,00
16,00
Rata-rata Berat Basah (gram)
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 70 ml 80 ml
Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Gambar 4.3. Diagram Pengaruh Perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Berat
Basah Tanaman Cabai Rawit pada 45 HST
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk organik cair
yang diberikan maka semakin tinggi diagram berat basah tanaman cabai rawit.
Pemberian perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) dengan dosis 80 ml lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata berat basah tanaman
16,96 gram. Sedangkan berat basah tanaman terendah ditunjukkan pada perlakuan
kontrol (0 ml POC ) yaitu dengan rata-rata 2,88 gram. Hasil uji One-way ANOVA
signifikansi data sampel menunjukkan angka 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α =
Tabel 4.5. Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Berat Basah
Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) 45 HST.
Hasil uji One Way Anova terhadap berat basah tanaman menunjukkan
nilai signifikasi lebih kecil dari 0.05 (P<0.05) artinya perlakuan pupuk organik
limbah sayuran berpengaruh signifikan terhadap berat basah tanaman. Hal ini
membuktikan adanya pengaruh dari pupuk organik cair limbah sayuran terhadap
berat basah tanaman cabai rawit. Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf 5% untuk menentukan
perbedaan nyata tiap perlakuan . Adapun hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada
tabel 4.6
Tabel 4.6. Hasil Uji Lanjut Duncan antar Konsentrasi terhadap Berat Basah Tanaman
Cabai Rawit
Hasil uji BJND 5% pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa perlakuan X5 yang
berbeda nyata dengan perlakuan lain merupakan dosis optimum terhadap berat
47
basah tanaman terbatas pada penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penelitian. Faktor yang diamati yaitu pH tanah dan suhu lingkungan. Pengukuran
Ph Tanah
selesai pemberian pupuk organik cair. Kondisi pH tanah pada minggu pertama
kedua berkisar antara pH 6,5-7,0. Selanjutnya, pada minggu ketiga berkisar antara
Suhu lingkungan (0C) pada tempat penelitian diukur dua kali dalam sehari
yaitu pada pagi dan sore hari karena terdapat perbedaan suhu ( 0C) dalam dua
waktu tersebut. Suhu lingkungan tempat penelitian pada pagi hari mencapai 30 0C-
310C, sedangkan pada sore hari suhu lingkungan berkisar dari 280C-290C. Kondisi
31,5
31
30,5
30
Suhu Lingkungan
29,5
29
pagi
28,5
sore
28
27,5
27
26,5
25 HST 32 HST 39 HST 45 HST
Waktu Pengukuran
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan pada
45 hari setelah tanam dengan konsentrasi pupuk organik cair yang digunakan
organik cair limbah sayuran mengandung unsur hara N ( 837,19 Ppm), P (75,83
Ppm) dan K (11,87 Ppm) (Lampiran 3). Menurut Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2011, standar mutu untuk pupuk organik
300-600 Ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa pupuk organik cair limbah sayuran
dan K memiliki kandungan yang tidak sesuai kriteria mutu yang ditetapkan
sehingga proses pembuatan pupuk organik cair masih perlu diperbaiki. Menurut
Nur dkk 2016, Semakin lama proses pengomposan dan semakin besar
hara serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemupukan dengan
50
yang lebih lengkap baik makro maupun mikro, sedangkan pupuk kimia sintetis
hanya memiliki beberapa kandungan nutrisi saja. Namun, takaran unsur hara
pupuk organik lebih sedikit dan komposisinya tidak pasti (Kurnia, 2014).
Hasil uji Anova pada perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap
menggunakan Uji Jarak Duncan dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk kelompok
dan perlakuan yang dilakukan pada penelitian. Kenyataan ini dapat dikatakan
pertumbuhan tanaman cabai rawit terutama pada parameter yang diteliti yaitu
tinggi batang dan jumlah daun dan berat basah. Hal ini menunjukkan bahwa
organik cair dapat menciptakan lingkungan tumbuh/media tanam yang lebih baik
dkk, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair 80
perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Driyunita dkk (2015), bahwa
51
pada konsentrasi tersebut pupuk cair sudah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Tekstur tanah yang lebih remah memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan akar yang lebih baik sehingga meningkatkan fungsi akar
dalam menyerap air dan unsur hara. Kandungan unsur hara terutama N, P dan K
pada pupuk organik cair mampu meningkatkan kandungan unsur hara tanah
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan kerdil (Sofyan dkk, 2019).
kebutuhan hara bagi tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus
berada dalam kondisi yang berimbang sehingga penyerapan hara oleh tanaman
pupuk organik cair yang terlalu tinggi akan menekan pertumbuhan tanaman dan
sebaliknya jika konsentrasi yang diberikan terlalu rendah juga akan menekan
pertumbuhan atau tidak memacu pertumbuhan tanaman baik dalam fase vegetatif
Unsur hara (N, P, K) adalah unsur hara makro yang esensial artinya unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan tidak dapat
digantikan oleh unsur yang lainnya pada berbagai proses selama pertumbuhan
tersedianya dalam jumlah yang cukup pada tanaman akan melancarkan proses
tanaman seperti daun, batang dan akar. Ketersediaan nitrogen dan fosfor yang
cukup didalam tanah akan diserap oleh akar tanaman cabai dan dapat memberikan
pertumbuhan jumlah daun yang optimal bagi tanaman tersebut (Mufida, 2013).
Unsur fosfor (P) berperan dalam membantu perkembangan akar muda, tanaman
membutuhkan akar yang subur agar dapat memperkuat berdirinya tanaman dan
dapat meningkatkan penyerapan unsur hara. Keseluruhan unsur hara yang diserap
tanaman saling mempengaruhi satu sama lain sehingga pupuk organik cair
2015). Selain itu, unsur K berperan dalam mengatur turgor (tegangan sel)
unsur K juga berperan dalam mengatur peralihan dari masa vegetatif ke masa
generatif, sehingga bunga dan bakal buah tidak gugur, serta warna buah merata
dalam menyerap air dari media tanam, dimana semakin banyak jumlah daun pada
tanaman, maka semakin tinggi berat basahnya. Semakin subur tanaman, maka
berat basah tanaman akan semakin meningkat (Zaenal dkk, 2013). Hal ini sejalan
dengan Haryadi (2013) yang mengatakan bahwa luas daun memegang peranan
luas daun. Weier (1982) menambahkan bahwa jumlah akar yang tumbuh, panjang
akar, serta adanya bulu akar berpengaruh terhadap luas bidang penyerapan.
Semakin luas bidang penyerapan maka akan semakin banyak air dan unsur hara
yang diserap sehingga akan mempengaruhi berat basah dan berat kering tanaman.
kemampuan akar dalam menyerap air dapat menurunkan jumlah air dalam
Hasil uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf 5% menunjukkan bahwa
pengaruh berbagai dosis POC limbah sayuran berbeda nyata meningkatkan per
tumbuhan tanaman cabai rawit. Hal ini karena unsur N, P, dan K serta unsur lain
54
yang terkandung di dalam POC limbah sayuran dapat diserap oleh tanaman cabai
rawit sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lebih optimal. Menurut Prasetya
pengaruh perlakuan terbaik ditunjukkan pada perlakuan dosis yang lebih tinggi
dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai rawit. Hasil Uji Jarak Duncan
jumlah daun, berat basah dan berat kering adalah perlakuan 80 ml, sehingga
rawit seperti Ph tanah dan suhu lingkungan. Yahwe dkk 2016, menjelaskan
bahwa tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai adalah 6-7. Cabai dapat
tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 6,5 - 6,8. Hal tersebut tidak sesuai
dengan hasil pengukuran pH tanah pada penelitian ini yang tergolong dalam
kondisi pH kurang optimal dengan kisaran sekitar 5,2-7,0 (Tabel 4.9). Pada pH
>7,0 tanaman cabai seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil
dan daun menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada pH < 5,5 tanaman
cabai juga akan tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunan
Al dan Mn. Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini yaitu tanaman cabai rawit
dengan pH <5,5 menunjukkan tanaman yang tumbuh kerdil dan daun menguning
55
yaitu pada perlakuan X2Y4. Selain itu, suhu lingkungan juga berpengaruh untuk
pertumbuhan tanaman cabai rawit. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan
tanaman cabai adalah 25-270C pada siang hari dan 18-200C pada malam hari.
Suhu malam di bawah 160C dan suhu siang hari di atas 320C dapat menggagalkan
pembuahan (Prabaningrum dkk, 2016). Tim bina karya tani (2009) menambahkan
bahwa rata-rata suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah antara
21-280C. Hal tersebut berbeda dengan hasil pengukuran suhu lingkungan pada
penelitian ini, karena hasil pengamatan menjukkan suhu lingkungan yang berkisar
sekitar 27-310C. Sumarni (2005) menjelaskan bahwa suhu udara yang lebih tinggi
menyebabkan buahnya sedikit. Suhu tinggi dan kelembaban udara yang rendah
Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran berpengaruh nyata terhadap tinggi
batang, diameter batang, jumlah daun, jumlah umbi, berat basah tanaman dan
berat basah umbi bawang merah (Sepriyaningsih dkk, 2019). Pemberian pupuk
organik cair limbah sayuran berpegaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun dan berat basah tanaman sawi hijau (Kuruseng dkk, 2017). Konsentrasi
pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tananam, jumlah
buah, jumlah akar dan panjang akar, kecuali saat berbnga dan umur saat panen
dengan pola pengaruh bersifat linear positif (Wasis dan Ubad, 2018).
pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang
fisika, kimia, dan biologi tanah. Hal ini sejalan dengan Syukur (2016), bahwa
berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi
tanaman.
57
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman cabai
rawit.
6.2 Saran
yakni:
dan masa panen sehingga data yang dibutuhkan untuk menentukan adanya
DAFTAR PUSTAKA
Agustina E Marpaung.2017. Pemanfaatan Jenis Dan Dosis Pupuk Organik Cair
(POC) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kubis.
Jurnal Agroteknosains. Vol. 1 (02):117-123.
Amini, S., dan Syamdidi, 2006. Konsentrasi Unsur Hara pada Media dan
Pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan Pupuk Anorganik Teknis dan
Analis. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.). Vol. 8 (2): 201-206.
Atmaja, I. S. W., 2017. Pengaruh Uji Minus One Test pada Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Mentimun. Jurnal Logika. Vol. 19 (8): 63-68.
Driyunitha dan R. Pairi, 2015. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair yang
didekomposisi dengan Trichoderma Sp terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabe Besar (Capsicum Sp) Var. Lokal Toraja. Jurnal
Kip. Vol. 4 (2): 853-878.
Gardner, F. P., R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan
Budidaya, Universitas Indonesia Press.
60
Gustia, H., dan Rosdiana, 2019. Kombinasi Media Tanam dan Penambahan
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabe.
Jurnal Agrosains dan Teknolog. Vol. 4 (2): 71-78.
Hartatik, W., Husnain, dan L. R. Widowati, 2015. Peranan Pupuk Organik dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya
Lahan. Vol. 9 (2):107-120
Haryadi, D., Yetti, H., & Yoseva, S. (2015). Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis
Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica
alboglabra L.). Jom Faperta, 2(2), 99–102.
Indrawati R., Indradewa D. dan Utami S. N. H., 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum). Skripsi. Universitas Udayana Bali.
Kuruseng, M. A., Khairuddin dan Supoyo. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair
Limbah Sayuran Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi
Hijau (Brassica juncea L.). Jurnal Agrisistem. Vol. 13 (2): 122-126.
Makmur dan Magfirah, 2018. Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik
Cair Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Merah. Jurnal
Galung Tropika. Vol. 7 (1): 1-10.
Ninggolan, G. D., Suwardi, dan Darmawan, 2009. Pola Pelepasan Nitrogen dari
Pupuk Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer) Urea-Zeolit-Asam
Humat. Jurnal Zeolit Indonesia. Vol. 8 (2): 89-96.
Nur, T., A. R. Noor., dan M. Elma, 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Sampah Organik Rumah Tangga dengan Bioaktivator EM4 (Effective
Microorganisms). Jurnal Konversi. 5 (2) : 44-5.
Purwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah: untuk Pupuk dan Pestisida organik.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Prasetya M. E. 2014. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara Dan Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting
Varietas Arimbi (Capsicum annuum L.). Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian
dan Kehutanan, Vol 13(2): 191-198.
Rahman, A. 2014. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)
dengan Pemberian Mikroorganisme Lokal (mol) dan Pupuk Kandang
Ayam. Jurnal Agrisistem. Vol 10 (1).
Raksun, A., L. Japa, I. G. Mertha, 2019. Aplikasi Pupuk Organik dan NPK untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Buah Terong Hijau.
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA). Vol 5 (2): 159-164
Sepriyaningsih, Ivoni, S., dan Eka, L. 2019. Pengaruh Pupuk Cair Limbah
Organik Terhadap Pertumbihan dan Produktivitas Bawang Merah (Allium
ascalonicus L.). Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. Vol 6 (1): 32-35
Sofyan, E. T., Yulianti, M., Hilma, Y dan Ganjar H. 2019. Penyerapan Unsur
Hara N, P Dan K Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt)
Akibat Aplikasi Pupuk Urea, Sp-36, Kcl Dan Pupuk Hayati Pada Fluventic
Eutrudepts Asal Jatinangor. Jurnal Agrotek Indonesia. Vol 4 (1): 1-7
Siboro, E. S., E. Surya dan N. Herlina, 2013. Pembuatan Pupuk Cair dan Biogas
dari Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 2 (3): 40-
43.
Solihin, E., R. Sudirja, dan N. N. Kamaludin, 2019. Aplikasi Pupuk Kalium
dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea
mays L.). Jurnal Agrikultura. Vol. 30 (2): 40-45.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Cabai. Bandung Yarma.
Wasis dan Ubad Bahharudin. 2018. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Terung
(Solanum melongena L). Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 14 (1): 10-15.
63
Wenda, M., S. Hidayati , S. Purwanti, 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair dan
Komposisi Media Tanam Terhadap Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa
L). Journal Gontor Agrotech Science. Vol. 3 (2): 99-118.
Zaenal A, Wijaya dan Siti Wahyuni, 2013. Pengaruh Takaran Pupuk Nitrogen dan
Pupuk Organik Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin
(Brassica juncea L.). Jurnal Agrijati. Vol 24 (1).
Zubaidah, Y., dan R. Munir, 2007. Aktifitas Pemupukan Fosfor (P) pada Lahan
Sawah Dengan Kandungan P-Sedang. Journal Solum. Vol. 4 (1):11-4.
64
(Media Tanam)
65
Pemeliharaan Tanaman
Pengukuran pH Tanah
Persiapan Benih
Penanaman Benih
Penjarangan Tanaman
Tempat Penelitian
( 0 ml POC )
( 20 ml POC )
73
( 40 ml P0C )
( 60 ml POC )
74
( 70 ml POC )
( 80 ml POC )
75
( 0 ml POC )
( 20 ml POC )
( 40 ml POC)
76
( 60 ml POC)
( 70 ml POC )
(80 ml POC)
77
Suhu
Lingkungan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pagi 30 30 31 30
Sore 29 28 29 29
Dosis pH Tanah
Pupuk
ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 1)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
94.788 5 18.958 149.338 .000
Groups
Within Groups 2.285 18 .127
Total 97.073 23
ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 2)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
685.002 5 137.000 28.955 .000
Groups
Within Groups 85.168 18 4.732
Total 770.170 23
ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 3)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
1858.053 5 371.611 21.318 .000
Groups
Within Groups 313.765 18 17.431
Total 2171.818 23
83
ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 4)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
3441.472 5 688.294 21.188 .000
Groups
Within Groups 584.728 18 32.485
Total 4026.200 23
ANOVA
Jumlah Daun ( Minggu 1)
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
8.500 5 1.700 5.564 .003
Groups
Within Groups 5.500 18 .306
Total 14.000 23
ANOVA
Jumlah Daun (Minggu 2)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
125.208 5 25.042 18.212 .000
Groups
Within Groups 24.750 18 1.375
Total 149.958 23
84
ANOVA
Jumlah Daun (Minggu 3)
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
209.333 5 41.867 26.442 .000
Groups
Within Groups 28.500 18 1.583
Total 237.833 23
ANOVA
Jumlah Daun (Minggu 4)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
419.375 5 83.875 27.829 .000
Groups
Within Groups 54.250 18 3.014
Total 473.625 23
ANOVA
Berat Basah
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
592.282 5 118.456 12.442 .000
Groups
Within Groups 171.367 18 9.520
Total 763.649 23
85
Berat Basah
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Kontrol 4 2.8750
POC 20 4 3.5950
POC 40 4 5.8850
POC 60 4 10.9075
POC 70 4 11.3600
POC 80 4 16.9625
Sig. .208 .838 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.