Anda di halaman 1dari 107

i

EFEK PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH SAYURAN


TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L.)

SKRIPSI

Oleh

BAIQ ELITA MANDALINI


NIM. E1A016008

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam


Melakukan Penelitian Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl.Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp.(0370)623873

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


Yang bertanda tangan dibawah ini:
a. Nama : Baiq Elita Mandalini
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : E1A016008
d. ProgramStudi : Pendidikan Biologi
e. Jurusan : Pendidikan MIPA
f. Telepon/HP : 087856448930
g. Alamat Rumah : Ketara, Kec.Pujut, Lombok Tengah

dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul “Efek Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.)” memang benar karya Saya dan bukan jiplakan dari
karya orang lain. Bila mana dikemudian hari ditemukan ketidak
sesuaian dengan pernyataan ini, Saya bersedia dituntut dan diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk


digunakan sebagaimana mestinya.

Mataram, Agustus 2022

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Mahasiswa yang
bersangkutan

(Dr.Didik Santoso,M.Sc.) Baiq Elita Mandalini


NIP.196702091993031001 E1A016008
iii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl.Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp.(0370)623873

PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi berjudul: “Efek Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran


terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.)”. Yang disusun oleh:

Nama : Baiq Elita Mandalini


NIM : E1A016008

Prog.Studi : Pendidikan Biologi

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Mataram, Agustus 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Prapti Sedijani, M.Sc., Ph.D.) (Drs. Ahmad Raksun, M.Si)


NIP.19620811 198703 2 001 NIP.19641231 199203 1 029

Menyetujui:
Kaprodi Pendidikan

(Dr. Didik Santoso, M. Sc.)


NIP.19670209 199303 1 001
iv

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl.Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp.(0370)623873

PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi berjudul: “Efek Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran


terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.)”. Yang disusun oleh:

Nama : Baiq Elita Mandalini


NIM : E1A016008

Prog.Studi : Pendidikan Biologi

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Mataram, Agustus 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Prapti Sedijani, M.Sc., Ph.D.) (Drs. Ahmad Raksun, M.Si)


NIP.19620811 198703 2 001 NIP. 19641231 199203 1 029

Menyetujui:

Ketua Jurusan Pendidikan MIPA,

(Dr. Ahmad Harjono, M.Pd.)


NIP.19671123 199403 1 002
v

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl.Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp.(0370)623873

PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi berjudul : “Efek Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran
terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens
L.)” disusun oleh:

Nama : Baiq Elita Mandalini


NIM : E1A016008

Program Studi : Pendidikan Biologi


Dewan Penguji

Ketua,

(Dr. Prapti Sedijani, M.Sc., Ph.D)


NIP:19620811 198703 2 001
AnggotaI, AnggotaII,

(Drs. Ahmad Raksun, M.Si) (Prof.Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc)


NIP:19641231 199203 1 029 NIP:196401231 198803 1 002

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

(Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc.)


NIP.19621225 198703 1 001
vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

.Allah tidak membebani seseorang itu melainkan

sesuai dengan kesanggupannya..

(QS Al Baqarah : 286)

Barang siapa menempuh jalan untuk

mendapatkan ilmu, Allah akan memudahkan

baginya jalan menuju surga

(HR. Ibnu Majah no. 224)

Persembahan

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta (Bapak L. Akmaludin dan Ibu Nuriati ) yang selalu

memberikan kasih sayang, doa, waktu, semangat maupun materi sampai sejauh

ini. Terima kasih telah berjuang dan berkorban untuk mendukungku hingga

mencapai titik ini dan terima kasih atas cinta yang tulus tanpa pamrih.

2. Keluargaku. L. Noval Urbaya dan Baiq. Kholis Sabilaa terimakasih sudah

menjadi saudara terbaik. Terimakasih sudah menjadi penyemangat dan

penghibur yang luar biasa.

3. Sahabatku. Qarina Asriani dan Nur Intan Malysa yang baik hati, selalu menjadi

tempat untuk segala sedih dan bahagia. Kalian terbaik!


vii

4. Teman-teman (Wahyudi Kurniawan, Rifan Ely, Ni Putu Dita M, Riska

Apriyanti) yang selalu memberikan dukungan dan telah membantu dalam

penelitian,terima kasih telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya.

5. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angkatan 2016, khususnya Bio

16 B yang telah memberikan banyak pelajaran selama duduk dibangku

perkuliahan.
viii

UCAPAN TERIMKASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah membawa umat islam ke jalan yang diridhoi Allah

SWT.

Penyusunan skripsi ini memperoleh banyak dukungan, bantuan dan kritik

yang membangun dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang ikut dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., selaku Dekan FKIP, Universitas

Mataram.

2. Bapak Dr. Ahmad Harjono, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA,

FKIP, Universitas Mataram.

3. Bapak Dr. Didik Santoso, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi FKIP, Universitas Mataram.

4. Ibu Dr. Prapti Sedijani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, nasihat dan bimbingan selama

studi dan penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Ahmad Raksun, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan dukungan dengan sabar dalam membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Prof. Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi.


ix

7. Semua staf pengajar, staf administrasi dan staf laboratorium Pendidikan Biologi

FKIP, Universitas Mataram yang sudah memberikan ilmu, pengalaman

berharga dan kelancaran administrasi sehingga skripsi ini dapat diuji dan

disetujui.

8. Keluarga, sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan

motivasi dan dukungan dari segi moril dan materi, serta doa yang tak putus.

9. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penelitian.

Mataram, Agustus 2022

Penulis
x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Pupuk

Organik Cair Limbah Sayuran Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai

Rawit (Capsicum frutescens L.)”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana

(S1) Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas

Mataram. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang

tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu yang terkait dengan bahasan yang penulis angkat sebagai

skripsi.

Mataram, Agustus 2022

Penulis,
xi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI....................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI....................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI......................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

ABSTRAK ....................................................................................................... xvii

BAB 1: PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

1.5 Lingkup Penelitian ................................................................................ 6

1.6 Definisi Operasional ............................................................................ 7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

2.1 Pupuk .................................................................................................. 9


xii

2.1.1 Definisi Pupuk .......................................................................... 9

2.1.2 Klasifikasi Pupuk...................................................................... 9

2.1.3 Fungsi Pupuk………………………........................................ 11

2.2 Limbah Sayuran ................................................................................. 12

2.3 Kandungan Nutrient dan Standar Kualitas Pupuk Organik Cair…… 12

2.3.1 Fosfor ....................................................................................... 13

2.3.2 Nitrogen .................................................................................... 14

2.3.3 Kalium ...................................................................................... 15

2.4 Pengomposan Pupuk Organik Cair .................................................... 16

2.5 Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L.)…………………... 18

2.5.1 Asal dan Klasifikasi Tanaman Cabai………………………… 18

2.5.2 Morfologi Cabai Rawit……………………………………… 19

2.5.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit……………………… 20

2.5.4 Budidaya Tanaman Cabai Rawit……………………………. 21

2.6 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 23

2.7 Kerangka Berfikir…………………………………………………..... 25

2.8 Hipotesis……………………………………………………………... 28

BAB III: METODE PENELITIAN................................................................. 29

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 29

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 29

3.3 Variabel Penelitian .............................................................................. 29

3.4 Alat dan Bahan..................................................................................... 30

3.4.1 Alat ............................................................................................ 30


xiii

3.4.2 Bahan ......................................................................................... 30

3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................. 31

3.5.1 Pembuatan Pupuk Organik Cair ................................................. 31

3.5.2 Penanaman Cabai Rawit ............................................................ 33

3.6 Rancangan Penelitian ........................................................................... 35

3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36

3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 37

3.9 Alur Penelitian ..................................................................................... 38

BAB IV: HASIL PENELITIAN....................................................................... 40

4.1 Tinggi Tanaman .................................................................................. 40

4.2 Jumlah Daun ........................................................................................ 42

4.3 Berat Basah Tanaman .......................................................................... 44

BAB V: PEMBAHASAN................................................................................. 49

BAB VI: PENUTUP......................................................................................... 57

6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 57

6.2 Saran ................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59


xiv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar Mutu Pupuk Organik Cair…………………………………... 16

Tabel 2.2 Penlitian yang Relevan ........................................................................ 23

Tabel 3.1 Alat Penelitian...................................................................................... 30

Tabel 3.2 Bahan Penelitian... .............................................................................. 30

Tabel 3.3 Denah Hasil Pengacakan Unit Percobaan…………………………... 36

Tabel 4.1 Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap

Tinggi Tanaman Cabai Rawit ……..................................................... 41

Tabel 4.2 Hasil Uji Duncan Antar Konsentrasi Terhadap Tinggi Tanaman

Cabai Rawit……………..…………………………………………..... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap

Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit.................................................... 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Duncan Antar Konsentrasi Terhadap Jumlah Daun

Tanaman Cabai Rawit.......................................................................... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap

Berat Basah Tanaman Cabai Rawit…………………………………. 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Duncan Antar Konsentrasi Terhadap Berat Basah

Tanaman Cabai Rawit ......................................................................... 46

Tabel 4.7 Rata-Rata Kondisi pH Tanah……………………………................... 47


xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ............................................................... 27

Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................. 39

Gambar 4.1 Pengaruh Pemberian Perlakuan POC terhadap Rata-Rata Tinggi

Tanaman Cabai Rawit ...................................................................... 40

Gambar 4.2 Pengaruh Pemberian Perlakuan POC terhadap Rata-rata

Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ................................................ 43

Gambar 4.3 Pengaruh Pemberian Perlakuan POC terhadap Berat Basah

Tanaman Cabai Rawit ...................................................................... 45

Gambar 4.4 Suhu lingkungan .............................................................................. 48


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian ………………………………………….. 64

Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan…………………………………………… 77

Lampiran 3. Hasil Uji KandunganN, P dan K POC Limbah Sayuran………… 80

Lampiran 4. Data Pengukuran Faktor Lingkungan…………………………….. 81

Lampiran 5. Hasil Uji Anova POC Limbah Sayuran terhadap

Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit…………………………........ 82

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji DMRT Taraf 5% Tinggi Tanaman (cm)……... 85

Lampiran 7. Hasil Analisis Uji DMRT Taraf 5% Jumlah Daun (helai)………. 87

Lampiran 8. Hasil Analisis Uji DMRT Taraf 5% Berat Basah (gram)………... 89


xvii

EFEK PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH SAYURAN


TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frutescens L.)

ABSTRAK
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran di Indonesia. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman
cabai rawit dilakukan pemupukan dengan cara organik maupun anorganik.
Penggunaan pupuk anorganik berlebih akan mengganggu keseimbangan jumlah
zat hara dalam tanah yang berakibat pada metabolisme tumbuhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek pemberian pupuk organik cair limbah sayuran
terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit. Metode penelitian menggunakan
desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 taraf perlakuan (0 ml, 20 ml,
40 ml, 60 ml, 70 ml dan 80 ml), masing-masing 4 kali pengulangan dan 4 kali
pemupukan. Variabel pertumbuhan tanaman yang diamati pada penelitian ini
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan Anova dan uji lanjut menggunakan Uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 0,05. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan pupuk organik cair limbah sayuran berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman cabai rawit. Konsentrasi 80 ml pupuk organik cair
memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
basah terbatas pada konsentasi yang diaplikasikan.

Kata kunci: Pupuk organik cair limbah sayuran, cabai rawit, pertumbuhan cabai
rawit.
xviii

THE EFFECTS OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER OF


VEGETABLE WASTE ON THE GROWTH OF CAYENNE
PEPPER PLANTS (Capsicum frutescens L.)

ABSTRAC

Cayenne pepper (Capsicum frustescens L.) is one of the commodities in


Indonesia. The agricultural sector still relies on organic fertilizers to increase the
productivity of Cayenne pepper plants. Excessive use of inorganic fertilizers will
disrupt the balance of the amount of nutrients in the soil which results in plant
metabolism. This study aims to determine the effect of liquid organic fertilizer
from vegetable waste on the growth of cayenne pepper plants a completely
randomized design (RAL) with 6 levels of treatment (0 ml, 20 ml, 40 ml, 60 ml,
70 ml and 80 ml), was used plants each with 4 repetitions and 4 fertilization times.
The plant growth variables observed in this study includ plant height, number of
leaves and wet weight. The data obtained were analyzed using one way Anova
and further test using Duncan Multiple Range Test (DMRT) at a test level of 0.05.
The results showed that the liquid organic fertilizer treatment of vegetable waste
had a significant effect on the growth of cayenne pepper plants. Concentration of
80 ml of liquid organic fertilizer gave the best effect on plant height, number of
leaves and wet weight among the concentrasi applied.
\Keywords: Organic fertilizer liquid waste vegetables, cayenne pepper, the
growth of pepper.
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sudah berhasil mengekspor komoditas sayuran ke berbagai

Negara yang dapat mengharumkan nama Indonesia dimata dunia, salah satunya

adalah cabai (Kusuma dkk, 2015). Jenis tanaman cabai ada bermacam-macam,

diantaranya cabai hijau, cabai gendot, cabai rawit, paprika, cabai merah, cabai

jalapeno dan lain-lain. Menurut Supriadi dkk (2018) terdapat dua jenis tanaman

cabai yang umumnya dibudidayakan di Indonesia yaitu, cabai merah besar

(Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

Tanaman cabai rawit adalah cabai dengan rasa buah yang pedas sehingga

manfaat utama bagi konsumen yaitu sebagai bumbu masakan yang dapat

meningkatkan cita rasa dan selera makan. Cabai rawit banyak diperdagangkan

dengan harga yang lebih stabil dibandingkan dengan harga cabai merah besar.

Budidaya cabai rawit lebih menguntungkan dibandingkan cabai merah karena

produksi cabai merah yang terlalu tinggi menyebabkan harga cabai di pasar

langsung anjlok, hal ini tidak terjadi pada cabai rawit (Jamilah dkk, 2018).

Secara umum tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan

produksi yang baik. Tanpa ketersediaan unsur hara yang cukup dalam tanah maka

pertumbuhan tanaman akan terlambat dan produksinya akan berkurang. Agar

tanaman cabai tumbuh dengan optimal, maka pemupukan yang tepat dan benar

sangat diperlukan. Pemupukan adalah salah satu paket teknologi yang mampu
2

menaikkan produksi tanaman dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan

produksi tanaman (Makmur dan Magfirah, 2018). Raksun dkk (2019) mengatakan

bahwa pemupukan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia

maupun pupuk organik.

Pupuk anorganik merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan

kimia anorganik yang dibuat oleh pabrik (Amini dan Syamdidi, 2006).

Sedangkan, pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,

kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah

melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan

mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara

dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah

(Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011).

Menurut Hartatik (2015) peranan pupuk organik terhadap sifat kimia tanah

adalah sebagai (a) penyedia hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan mikro (Zn,

Cu, Mo, Co, B, Mn dan Fe), (b) meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)

tanah, (c) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam beracun seperti

Al, Fe dan Mn sehingga logam-logam ini tidak meracuni. Peranan pupuk organik

terhadap sifat fisika tanah antara lain adalah (a) memperbaiki struktur tanah (b)

memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water holding

capacity) tanah menjadi lebih baik dan pergerakan udara (aerase) di dalam tanah

juga menjadi lebih baik, dan (c) mengurangi (buffer) fluktuasi suhu tanah.

Peranan pupuk organik terhadap sifat biologi tanah adalah sebagai sumber energi

dan makanan bagi mikro dan meso fauna tanah. Dengan terpenuhinya bahan
3

organik maka aktivitas organisme tanah meningkat yang juga meningkatkan

ketersediaan hara, siklus hara tanah, dan pembentukan pori mikro dan makro

tanah oleh makroorganisme seperti cacing tanah, rayap, colembola.

Pupuk organik dan anorganik mempunyai perbedaan masing-masing, salah

satunya yaitu penyerapan unsur hara dari pupuk organik tergolong lambat

dibandingkan pupuk anorganik sehingga pengaruh yang ditimbulkan oleh pupuk

organik terhadap pertumbuhan yang terjadi pada tanaman berlangsung dengan

lambat dibandingkan pupuk anorganik yang berlangsung cepat (Nurahmi dkk,

2011). Akan tetapi, Simanjuntak dkk (2013) menjelaskan bahwa penggunaan

pupuk anorganik dalam jangka panjang menyebabkan kadar bahan organik tanah

menurun, struktur tanah rusak, dan pencemaran lingkungan. Penggunaan pupuk

anorganik berlebih akan mengganggu keseimbangan jumlah zat hara dalam tanah

yang berakibat pada metabolisme tumbuhan. Tumbuhan akan mengalami berbagai

macam penyakit akibat dari kelebihan maupun kekurangan zat hara tertentu.

Dengan demikian, penggunaan pupuk anorganik harus diimbangi dengan

pemberian pupuk organik supaya tidak merusak struktur tanah dan mengurangi

aktivitas biologi tanah.

Kombinasi pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik dapat

menciptakan kondisi tanah terpelihara dengan baik sehingga meningkatkan

produktivitas tanaman dan efisien dalam penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk

organik dan anorganik digunakan dengan dosis yang sesuai agar kebutuhan hara

tanaman dapat terpenuhi. Penggunaan pupuk organik diharapkan dapat menekan

atau meminimalkan efek negatif dari penggunaan pupuk anorganik sehingga


4

penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi pupuk organik cair (POC)

masih perlu dilakukan (Pupspadewi dkk, 2016).

Pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu jenis pupuk organik yang

berbentuk cair atau larutan dari hasil fermentasi limbah organik. Pupuk organik

cair lebih mudah diserap oleh tanaman karena pengaplikasiannya dengan cara

disemprotkan pada daun dan batang sehingga bisa meresap langsung melalui pori-

pori pada permukaan batang atau stomata pada daun. Pupuk organik cair (POC)

mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan

kesehatan tanaman. Unsur hara tersebut terdiri dari unsur nitrogen (N) untuk

pertumbuhan tunas, batang dan daun, unsur fosfor (P) berguna untuk merangsang

pertumbuhan akar, buah dan biji, unsur kalium (K) meningkatkan ketahanan

tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Purwendro, 2009).

Limbah sayuran dapat diproses menjadi pupuk organik cair (POC) karena

mengandung banyak unsur hara makro maupun mikro. Limbah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah limbah sayuran sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat

dan tauge. Pemilihan limbah sayuran diatas dalam penelitian ini dikarenakan

sayuran tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak sehingga akan

baik dijadikan sebagai pupuk serta mudah diperoleh dari limbah rumah tangga

maupun pasar lokal.

Limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga jika diolah

secara tepat akan menghasilkan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan dalam

bidang pertanian yang berkelanjutan karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan aktivitas biologi tanah. Dengan memproses limbah rumah tangga dapat
5

menjadi tambahan sumber pendapatan keluarga, sekaligus mengurangi biaya

produksi pertanian, serta membantu mengurangi permasalahan limbah.

Pemanfaatan limbah rumah tangga merupakan upaya/kegiatan yang sejalan

dengan Rencana Kerja Kementerian Pertanian Tahun 2018, yakni pengembangan

infrastruktur dan penguatan investasi untuk percepatan peningkatan produksi dan

ekspor pangan melalui salah satu kebijakan operasionalnya yakni percepatan

pengembangan pertanian organik (Eliyani dkk, 2018).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Efek pupuk organik cair limbah sayuran

terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).


6

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efek pupuk organik cair limbah sayuran terhadap pertumbuhan

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pupuk organik cair limbah

sayuran terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa, dapat menjadi sebuah informasi atau bahan referensi

tambahan serta sebagai salah satu bahan acuan penelitian selanjutnya tentang

efektifitas pupuk organik cair dari limbah sayuran terhadap pertumbuhan

tanaman cabai rawit.

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi tentang pembuatan pupuk

organik cair dari limbah rumah tangga sehingga masyarakat sadar akan

pentingnya menjaga lingkungan sekitar dengan mengolah sampah menjadi

sesuatu yang bermanfaat.

3. Bagi Dunia Pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan

menambah ilmu pengetahuan dan referensi tentang pembuatan pupuk kompos

cair dari limbah sayuran.

1.5 Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan utama

penelitian dan juga agar penelitian dapat lebih akurat. Adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :


7

1. Pemberian pupuk organik cair dari limbah sayuran pada tanaman cabai rawit

dengan 6 konsentrasi yaitu 0 ml, 20 ml, 40 ml, 60 ml, 70 ml dan 80 ml.

2. Limbah sayuran yang digunakan yaitu sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan

tauge.

3. Parameter pertumbuhan yang diukur yaitu: Tinggi tanaman, Jumlah daun dan

Berat basah.

1.6 Definisi Oprasional

1. Efek

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003,

halaman 284 yang disusun oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan

Nasional, Efek mempunyai arti pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud Efek dalam penelitian ini

adalah pengaruh pupuk organik cair limbah sayuran terhadap pertumbuhan

tanaman cabai rawit.

2. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari

hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk

produknya berupa cairan (Febriyantiningrum dkk, 2018).

Pupuk Organik Cair yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pupuk

organik cair dari limbah rumah tangga yaitu limbah sayuran.

3. Limbah Sayuran

Limbah atau sampah sayuran merupakan bahan buangan yang

biasanya dibuang secara bebas tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan
8

meninggalkan gangguan lingkungan dan bau tidak sedap (Jalaludin dkk, 2016).

Limbah sayuran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sawi putih, sawi

hijau, kubis, tauge dan tomat.

4. Pertumbuhan

Pertumbuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

tumbuh yang berarti perkembangan (kemajuan dan sebagainya). Berdasarkan

definisi tersebut, maka pertumbuhan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah proses bertambah besar dan tinggi batang serta jumlah daun tanaman

cabai rawit.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk

Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur untuk

meningkatkan pH tanah yang asam dan pemberian benah tanah (soil conditioner)

untuk memperbaiki sifat fisika pada tanah. Demikian pula pemberian urea pada

tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua

usaha-usaha tersebut dinamakan dengan pemupukan. Dengan demikian bahan-

bahan seperti kapur, urea, pembenah tanah disebut dengan pupuk. Namun dalam

arti khusus pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara

tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2011).

2.1.1 Klasifikasi pupuk berdasarkan asalnya:

1. Pupuk alam, yaitu pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam

tanpa proses yang berarti. Misalnya, pupuk kompos, pupuk kandang, guano,

pupuk hijau dan pupuk batuan.

2. Pupuk buatan, yaitu pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, TSP, urea,

rustika, NPK dan nitroposka. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah

sumber daya alam melalui proses fisika ataupun kimia.

2.1.2. Klasifikasi pupuk berdasarkan fasa-nya

1. Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan beragam mulai

yang mudah larut air sampai yang sukar larut air.


10

2. Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaannya dilarutkan

terlebih dahulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan kedaun. Karena

mengandung banyak hara baik makro maupun mikro, harga pupuk ini relative

mahal. Pupuk amoniak merupakan pupuk yang memiliki kadar N sangat tinggi,

yakni sekitar 83%. Penggunaan pupuk ini lewat tanah dengan cara diinjeksikan

dari tangki bertekan.

2.1.3 Klasifikasi pupuk berdasarkan cara penggunaannya

1. Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukan dilarutkan terlebih dahulu

dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan daun.

2. Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan ke dalam tanah

disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.

2.1.4 Klasifikasi pupuk berdasarkan reaksi fisiologisnya

1. Pupuk yang mempunyai fisiologis asam, yakni pupuk yang bila diberikan

kedalam tanah menjadi lebih asam (pH menjadi lebih rendah). Miaslnya ZA

dan Urea.

2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basa, yakni pupuk yang bila diberikan

ke dalam tanah menyebabakan pH tanah cendrung naik, mislanya pupuk chili

saltpeter, calnitro dan kalsium sianida (Rosmarkam dan Yuwono, 2011).

2.1.5 Klasifikasi pupuk berdasarkan senyawanya

1. Menurut Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011), Pupuk organik adalah

pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan

dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk

padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang
11

bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

2 . Pupuk anorganik merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan kimia

anorganik yang dibuat oleh pabrik. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua

berdasarkan kemurniannya, yaitu: pupuk anorganik teknisis yang merupakan

pupuk buatan, yaitu pupuk oraganik yang dibuat oleh pabrik dari bahan kimia

anorganik seperti urea, NPK dan TSP dan pupuk organik pro analis (Amini dan

Syamdidi (2006).

2. 1.6 Fungsi pupuk

Pupuk merupakan zat atau unsur hara yang diberikan baik melalui

daun maupun tanah dengan tujuan untuk menambah hara bagi pertumbuhan

tanaman dan dapat berupa berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Hara

tanaman umumnya sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman

selain air dan kondisi agroklimat. Oleh karenanya petani sering menambahkan

pupuk dengan tujuan untuk menambah hara bagi tanaman. Kegiatan pemupukan

khususnya pupuk anorganik disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Hal ini

dimaksudkan agar terjadi efisiensi pemupukan karena tidak semua unsur hara

akan menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan konsep

yang dijelaskan dalam hukum Minimum Liebig, maka pemberian pupuk/unsur

hara yang efektif dalam meningkatkan hasil tanaman adalah unsur hara yang

ketersediaannnya paling minimum/kritis di dalam tanah (Atmaja, 2017).


12

2.2 Limbah Sayuran

Sampah sayur-sayuran merupakan bahan buangan yang biasanya dibuang

secara bebas tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan meninggalkan

gangguan lingkungan dan bau tidak sedap. Limbah sayuran mempunyai

kandungan gizi rendah, yaitu protein kasar sebesar 1-15% dan serat kasar 5-

38% 9 (Siboro, 2013). Hampir semua sayuran akan mengalami fermentasi asam

laktat, yang biasanya dilakukan oleh berbagai jenis bakteri Streptococcus,

Leuconostoc, Lactobacillus, serta Pediococcus. Mikroorganisme ini akan

mengubah gula pada sayuran terutama menjadi asam laktat yang akan membatasi

pertumbuhan organisme lain (Utama dkk, 2017). Jenis limbah sayuran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan

tauge.

2.3 Kandungan nutrient dan standar kualitas pupuk organik cair

Wenda dkk (2017) mengatakah bahwa pupuk organik cair merupakan

salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk Organik Cair

kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar

yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu,

Fe, Mn dan bahan organik). Menurut Marpaung dkk (2014) pupuk organik cair

mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat mendorong dan meningkatkan

pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman

leguminosae, sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan

penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga

tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
13

kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang

pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal

buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. Pupuk organik cair

diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon

tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah .

Unsur hara makro banyak sekali terdapat pada limbah sayuran dalam

pembuatan pupuk organik cair. Berikut ini uraian fungsi unsur hara makro yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman:

2.3.1 Fosfor (P)

Fosfor merupakan bagian dari inti sel, sehingga penting dalam

pembelahan sel dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Dengan

demikian fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman muda,

mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. Selain itu juga

sebagai penyusun lemak dan protein. Fungsi utama fosfor dalam tanaman adalah

sebagai bahan pembangunan nukleoprotein yang dijumpai dalam setiap inti sel

dan pembentukan sel-sel baru tanaman. Selain itu, Fosfor mengaktifkan

pertumbuhan tanaman, pertumbuhan bunga, mempercepat pematangan buah dan

tanaman. Fosfor merangsang pertumbuhan akar, terutama akar lateral dan akar

rambut (Zubaidah, 2007).

Atmaja (2017) menjelaskan bahwa fosfor diperlukan dalam pembentukan

ATP dan energi yang dihasilkan dari ATP tersebut berperan penting dalam

penyerapan unsur hara lain seperti P, K dan Cu. Hal ini disebabkan karena
14

penyerapan hara tersebut berlangsung melalui proses difusi, dimana pergerakan

hara dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah membutuhkan energi ATP.

Pengamatan secara visual tanaman yang kekurangan unsur hara P akan

menunjukkan gejala berupa daun tua akan berwarna ungu atau kemerahan. Hal ini

disebabkan karena terbentuknya pigmen antosisanin karena terjadinya akumulasi

gula pada daun sebagai akibat dari terhambatnya proses sintesa protein.

2.3.2 Nitrogen (N)

Pemupukan menggunakan pupuk kandungan nitrogen (N) tinggi ternyata

dapat menurunkan pH tanah sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu,

penggunaan pupuk kandungan N tinggi harus diimbangi dengan pengapuran yang

tepat. Nitrogen (N) merupakan bagian utuh dari struktur klorofil, warna hijau

pucat atau kekuningan disebabkan oleh N. Jika berlebihan unsur N akan

merangsang pertumbuhan vegetatif, laju fotosintesis tinggi, penggunaan CH 2O

juga tinggi, akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan menjadi

sukulen, tanaman rebah, mudah terserang penyakit (Yuliani dkk, 2017).

Unsur ini sangat penting bagi tumbuhan dan dapat disediakan manusia

melalui pemupukan. Bentuk N yang diadsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Unsur

hara NH4+ dan NO3- mempengaruhi kualitas tanaman sehingga ada tanaman yang

lebih baik tumbuh bila diberi NH4+, ada yang lebih baik bila diberi NO3- dan

adapula tanaman yang tidak berpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini. Nitrogen yang

diserap dalam tanaman dirubah menjadi -N, -NH- dan -NH2. Bentuk reduksi ini

kemudian dirubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi
15

protein. Pemberian N menyebabkan pertumbuhan vegetatif sangat hebat sekali

dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur

tanaman dan memperlambat proses kematangan karena tidak seimbang dengan

unsur lain seperti P, K, dan S (Ninggolan dkk, 2009).

2.3.3 Kalium (K)

Solihin dkk (2019) mengatakan bahwa kalium tergolong unsur yang

berpengaruh dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun

dalam xylem dan floem. Kalium mempunyai pengaruh sebagai penyeimbang

keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini meningkatkan sintesis dan

translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan

kekuatan batang. Kalium terdapat di dalam tanaman berupa kation K+ yang

berperan penting bagi proses respirasi dan fotosintesis.

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman melalui pupuk organik cair harus

cukup untuk tanaman tersebut dan harus sesuai dengan standar kualitas pupuk

organik cair. Menurut peraturan Menteri Pertanian tentang standar kualitas pupuk

organik cair No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 dapat dilihat sebagai berikut:


16

Tabel 2.1 Standar Mutu Pupuk Organik Cair

No PARAMETER SATUAN STANDAR MUTU


1 C-organik % Min 6
2 Bahan ikutan: % Maks 2
(plastic,kaca,krikil)
3 Logam berat:
-As ppm Maks 2,5
-Hg ppm Maks 0,25
-Pb ppm Maks 12,5
-Cd ppm Maks 0,5

4 Ph 4-9
5 Hara makro:
N, P2O5,K2O % 3-6
6 Mikroba kontaminan:
E. Colli dan Salmonella sp MPN/ml Maks 102

7 Hara mikro:
-Fe total atau Ppm 90-900
-Fe tersedia Ppm 5-50
-Mn, Cu, Zn Ppm 250-5000
-B Ppm 125-2500
-Co Ppm 5-20
-Mo Ppm 2-10
8 Unsur lain:
-La dan Ce Ppm 0

2.4 Pengomposan pupuk organik cair

Pupuk organik cair limbah sayuran dilakukan dengan cara fermentasi

atau pengomposan. Irawan (2014) mengatakan pengomposan merupakan salah

satu contoh proses pengolahan buangan (sampah) secara aerobik dan anaerobik,

dimana kedua proses terserbut akan berjalan saling menunjang dan menghasilkan

pupuk organik yang disebut kompos. Berjuta-juta ton senyawa organik dihasilkan

oleh tanaman dari proses fotosintesa dalam bentuk daun, batang, biji, buah-

buahan, umbi-umbian dan sebagainya, kemudian didegradasi oleh mikroba. Hasil

degradasi tersebut tersimpan di dalam tanah dalam bentuk humus. Proses


17

degradasi berjalan lambat secara aerobik dan anaerobik dengan memerlukan

persyaratan lingkungan tertentu dan secara keseluruhan proses disebut

“dekomposisi”.

Menurut Irawan (2014) proses dekomposisi senyawa organik oleh

mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang bersifat heterogen,

bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air atau

sumber lainnya, dan di dalamnya akan terjadi proses mikrobiologis. Beberapa

persyaratan yang diperlukan agar proses tersebut berjalan lancar, menyangkut

masalah bandingan sumber nitrogen dan karbon (C/N-rasio) di dalam bahan,

kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH dan jenis mikroba yang

berperan di dalamnya. Seperti pula di dalam proses pengolahan air buangan yang

mengandung senyawa organik, maka di dalam sampah sekalipun kehadiran dan

aktivitas mikroba di dalamnya akan menggunakan senyawa tersebut untuk

keperluan aktivitasnya. Hasil lainnya akan berbentuk buangan, yang secara

keseluruhan dinamakan kompos, dengan komposisi lengkap. Karena proses

dekomposisi senyawa organik berjalan pada temperature di atas 37 oC serta

perubahan pH yang berbeda, maka kandungan mikroba di dalamnya akan tersusun

oleh sejumlah bacteria, aktinomiset, jamur, mikroalge serta jasad-jasad lain seperti

protozoa, nematode, cacing, virus dan sebagainya.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos pupuk organik cair

yaitu limbah sayuran (sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan tauge), hasil

fermentasi tersebut akan menghasilkan kandungan unsur hara yang berfungsi

sangat baik bagi tumbuhan. Pupuk organik mengandung unsur karbon dan
18

nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi dan imbangan unsur tersebut sangat

penting dalam mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Selain itu

pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur tumbuh

yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Proses fermentasi pupuk organik

cair dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam Effectiv Microorganisme

(EM4) untuk memepercepat pembentukan pupuk cair. Waktu pembentukan pupuk

cair tersebut adalah 2-3 minggu.

2.5 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

2.5.1 Asal dan klasifikasi tanaman cabai

Gustia dan Rosdiana (2019) mengatakan bahwa tanaman cabai berasal

dari Meksiko, pada abad ke-15 berkembang di Eropa dan menyebar ke Amerika

serta berbagai negara tropik. Pusat penyebaran cabai di Indonesia antara lain

daerah Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang dan Bengkulu.

Menurut Dirjen Hortikultura (2015) dalam Rosdiana (2019) kontribusi produksi

cabe besar di Indonesia tahun 2014 berada pada urutan keempat, yaitu sebesar

1,074,602 ton (sekitar 9.02%) terhadap produksi sayuran nasional. Berikut

merupakan klasifikasi tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens L):

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheabionta

Division : Spermatophyta

Sub division : Magnoliophyta

Classing : Magnolipsida
19

Sub classis : Asteredae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum L. (pepper)

Species : Capsicum frustescens L

2.5.2 Morfologi cabai rawit

1. Daun

Pada helai daun berbentuk bulat telur sampai berbentuk hati, ujung

runcing, pangkal runcing, tepi rata dan pertulangan daun menyirip sehingga

dapat dikatakan bahwa setiap pengamatan bentuk daun keseluruhannya

memiliki karakter yang sama (Effendi dkk, 2018).

2. Batang

Batang berwarna hijau gelap berbentuk bulat dan memiliki struktur

yang keras dan berkayu. Bentuk percabangan menggarpu dengan posisi daun

berselang-seling, percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai

ketinggian berkisar 30-45 cm. Cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas

ditumbuhi daun dan tunas/cabang. Pertambahan panjang cabang diakibatkan

oleh pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus menerus. Pertumbuhan

semacam ini disebut pertumbuhan simpodial (Effendi dkk, 2018).


20

3. Bunga

Bunga cabai rawit berbentuk seperti terompet atau bintang dengan

warna bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis cabai yang memiliki

warna bunga ungu. Bunga tanaman cabai rawit berada pada ketiak daun,

dengan mahkota berwarna kuning kehijauan atau hijau keputihan dengan

bentuk seperti bintang dan anter memili warna biru. Penyerbukan bunga

termasuk kedalam penyerbukan sendiri (self pollinated crop) atau dapat juga

terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56% (Effendi dkk, 2018).

4. Buah

Buah cabai rawit memiliki keanekaragaman dalam hal bentuk dan ukuran.

Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat/pendek dengan ujung runcing atau

berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi berdasarkan pada jenisnya. Pada

cabai rawit kecil mempunyai ukuran antara 2 cm - 2,5 cm dan lebar 5 mm

sedangkan cabai rawit yang cenderung besar memiliki ukuran panjang

mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm. Bagian ujung buah meruncing,

mempunyai permukaan yang licin dan mengkilap, posisi buah menggantung

pada cabang tanaman. Buah cabai rawit mempunyai bentuk dan warna yang

beragam, namun setelah masak besar berwarna merah (Effendi dkk, 2018).

2.5.3 Syarat tumbuh tanaman cabai rawit

Selama budidaya, tanaman cabai membutuhkan syarat-syarat untuk

menunjang keberhasilan usaha tani, pertumbuhan tanaman yang sehat merupakan


21

harapan petani cabai. Untuk itu pengetahuan tentang syarat tumbuh tanaman cabai

perlu diketahui, seperti berikut:

1. Tanah tempat penanaman cabai harus gembur dengan kisaran pH 6,5-6,8.

2. Tanaman cabai memerlukan air cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman.

Air berfungsi sebagai pelarut unsur hara, pengangkut unsur hara ke organ

tanaman, pengisi cairan tanaman cabai, serta membantu proses fotosintesis dan

respirasi selama proses budidaya berlangsung. Tetapi pemberian air tidak boleh

berlebihan.

3. Iklim dengan angin sepoi-sepoi cocok untuk menanam cabai. Curah hujan

tinggi berpengaruh terhadap kelebihan air. Intensitas sinar matahari sangat

dibutuhkan tanaman cabai, berkisar antara 10–12 jam per hari. Sedangkan suhu

optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai 24°C- 28° (Yahwe dkk, 2016 )

2.5.4 Budidaya tanaman cabai rawit

1. Persiapan media tanam dan bibit

Media tanam harus memenuhi syarat: dapat menyediakan ruang bagi

perkembangan akar tanaman, gembur agar akar tanaman lebih mudah

berkembang dan menyerap nutrisi untuk tanaman; dapat menyimpan kebutuhan

air bagi tanaman dan memiliki pembuangan air yang baik saat ketersediaan air

berlebih; mengandung humus / unsur hara sebagai kebutuhan nutrisi tanaman;

tidak mengandung benih penyakit / hama yang dapat menyerang tanaman di

kemudian hari. Media tanam yang baik terdiri atas campuran tanah, kompos,
22

arang sekam/kulit padi dengan komposisi 1:1:1 (v/v). Jenis tanah yang baik

untuk bertanam cabai adalah tanah yang mengandung pasir, keadaan tanah

subur, gembur, bahan mengandung banyak organik (humus), sirkulasi udara

dan tata air dalam tanah baik (Ariyanto dan Wisuda, 2019).

2. Pemeliharaan Tanaman Cabai rawit

Pemberian pupuk, pupuk yang baik untuk tanaman cabai adalah jenis

pupuk kompos, tetapi perlu juga diberikan pupuk buatan seperti NPK dengan

dosis satu sendok/polybag setiap bulan. Apabila ingin membudidayakan

tanaman organik makan pemupukan bisa diganti dengan menyemprotkan

pupuk organik pada masa pertumbuhan daun dan buah.

Penyiraman, Untuk menjaga kesegaran pada tanaman cabai sebaiknya

dilakukan penyiraman setiap 3 hari sekali. Tetapi bila suhu panas sebaiknya

dilakukan penyiraman setiap hari sekali (Ariyanto dan Wisuda, 2019).

3. Panen

Kiteria cabai yang siap untuk dipanen sangat bervariasi, tergantung

dengan jenis varietas dan lingkungan. Waktu yang tepat untuk memanen cabai

adalah ketika cabai berwarna merah dan masih ada garis hijau pada buahnya.

Cabai dengan ciri tersebut memiliki bobot maksimal dan bisa bertahan 1 – 2

harian. Waktu yang tepat untuk panen cabai adalah pagi hari agar kesegaran

cabai tetap terjaga hindari panen di siang atau malam hari (Ariyanto dan

Wisuda, 2019).
23

2.6 Penelitian yang relevan

Tabel 2.2 Penelitian yang relevan

No Peneliti Judul Hasil


1 Makmur dan Respon pemberian Pada perlakuan pupuk organik
Magfirah berbagai dosis pupuk cair 70 ml memberikan hasil
(2018) organik cair terhadap tertinggi terhadap tinggi tanaman
pertumbuhan dan dengan nilai 41,8 cm; dan
perkembangan parameter jumlah daun dengan
cabai merah nilai 191,8 helai, terhadap
pertumbuhan tanaman
2. Driyunitha dkk Pengaruh konsentrasi Konsentrasi pupuk organik cair
(2015) pupuk organik cair yang 80 ml/l air
didekomposisi (K4) memberikan hasil yang
Dengan trichoderma sp terbaik terhadap
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang
dan produksi tanaman yang terbentuk
Cabe besar (Capsicum dan umur berbunga. Hal ini
sp) var. Lokal toraja menunjukkan
bahwa pada konsentrasi tersebut
pupuk cair
sudah dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia dan
biologi tanah.
3. Yunita dkk (2016) Pengaruh Pemberian Pada penelitian ini diperoleh data
Pupuk Organik Cair hasil tinggi tanaman yang
(POC) Limbah Sayuran terendah dari semua perlakuan
terhadap Pertumbuhan adalah perlakuan X0 (kontrol)
dan Produksi Cabai yaitu sebesar 61.80 cm,
Merah (Capsicum sedangkan tinggi tanaman
Annuum L.) tertinggi diperoleh pada
perlakuan X3 (POC 10%) yaitu
sebesar 70.68 cm. Jumlah daun
yang terendah dari semua
perlakuan adalah perlakuan X0
(kontrol) yaitu sebesar 61.00
helai, sedangkan jumlah daun
tertinggi diperoleh pada
perlakuan X3 (POC 10%) yaitu
sebesar 85.00 helai. Perbedaan
rerata tinggi tanaman dan jumlah
daun antar setiap perlakuan
menunjukkan bahwa dengan
perlakuan pemberian konsentrasi
POC yang berbeda-beda pada
tanaman dapat menyebabkan
perbedaan tinggi tanaman cabai
merah.
24

Penelitian ini sama dengan penelitian Makmur dan Magfirah (2018) pupuk

yang digunakan sama yaitu pupuk organik cair. Pada penelitian Makmur dan

Magfirah (2018) menggunakan cabai merah (Capsicum annuum L.) sedangkan

pada peneliitian ini menggunakan cabai rawit (Capsicum frutescens L). Penelitian

Makmur dan Magfirah (2018) menggunakan lima perlakuan pemberian pupuk

organik cair yaitu 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, dan 90 ml. Hasil rata-rata jumlah

buah cabai merah menunjukkaan bahwa hasil tertinggi pada perlakuan dengan

dosis 80 ml pupuk organik cair\per liter air dengan nilai 187 gr, diikuti perlakuan

70 ml, 90 ml, 50 ml dan 60 ml serta terendah pada kontrol dengan nilai 97 gr, ini

terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis yang berbeda

memberikan pula respon hasil yang berbeda. Hasil rata-rata jumlah buah cabai

merah menunjukkaan bahwa hasil tertinggi pada perlakuan dengan dosis 80 ml

pupuk organik cair per liter air dengan nilai 187 gr, diikuti perlakuan 70 ml, 90

ml, 50 ml dan 60 ml serta terendah pada kontrol dengan nilai 97 gr, ini terlihat

bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis yang berbeda memberikan

pula respon hasil yang berbeda. Penelitian ini juga mengguanakan lima perlakuan

pemberian pupuk organik cair yaitu 20 ml, 40 ml , 60 ml,70 ml dan 80 ml.

Penelitian ini juga sama dengan penelitian Driyunitha dan Rahmawati

(2015) akan tetapi, pada penelitian Driyunitha dan Rahmawati (2015)

menggunakan pupuk kandang dengan tambahan Trichoderma sp sedangkan pada

penelitian ini menggunakan limbah sayuran dengan bantuan mikroorganisme

EM4/Effective Microorganism. Penelitian Driyunitha dan Rahmawati (2015)

menggunakan 4 perlakuan pemberian pupuk organik cair yaitu 20 ml, 40 ml, 60


25

ml, dan 80 ml. Konsentrasi pupuk organik cair 80 ml/l air (K4) memberikan hasil

yang terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang yang terbentuk dan umur

berbunga. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut pupuk cair sudah

dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kandungan unsur hara

terutama N, P dan K pada pupuk organik cair mampu meningkatkan kandungan

unsur hara tanah sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Pada penelitian ini

menggunakan perlakuan yang kurang lebih sama dengan penelitian Driyunitha

dan Rahmawati (2015).

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Yunita dkk (2016)

akan tetapi penelitian Yunita dkk menggunakan cabai merah sedangkan penelitian

ini menggunakan cabai rawit. Pada penelitian Yunita dkk menggunakn 6

perlakuan yang terdiri atas tanpa POC (Kontrol); POC 6%; POC 8%; POC 10%;

POC 12%; dan POC 14%. Pemberian POC limbah sayuran dengan konsentrasi

8% merupakan perlakuan yang paling baik diantara perlakuan dalam

meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai merah.

2.7 Kerangka berfikir

Produksi sayuran di Indonesia sangat banyak dapat dilihat dari luasnya

daerah pertanian yang ada di Indonesia. Tidak semua sayuran yang diperoleh

dipakai atau dikonsumsi maka sayur tersebut akan menjadi limbah sehingga

limbah sayur harus dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah limbah sayuran menjadi pupuk

organik cair karena limbah sayuran memiliki unsur hara N, P, K yang dibutuhkan
26

tanman. Pupuk cair dipilih karena dapat diserap dengan cepat oleh tanaman.

Febrianna dkk (2018) mengatakan bahwa penyerapan unsur hara pupuk cair lebih

cepat terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurlarut.

Kelebihan dari pupuk cair adalah kandungan haranya bervariasi yaitu

mengandung hara makro dan mikro.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pupuk organik dengan bahan

dasar sayuran seperti sawi putih, sawi hijau, kubis, tomat dan tauge. Konsentrasi

pupuk organik cair yang digunakan sebanyak 6 konsentrasi yaitu 0 ml, 20 ml, 40

ml ,60 ml,70 ml dan 80 ml. Pupuk akan diaplikaskan pada tanaman cabai

(Capsicum Frutescens L) karena peminat masyarakat akan tanaman cabai sangat

tinggi sehingga mempermudah masyarakat untuk membudidayakan tanaman

cabai. Penggunaan pupuk organik bagi tanaman dapat membantu pertumbuhan

tanaman dan menjaga kesuburan tanah. Bahan-bahan yang digunakan dalam

pemuatan pupuk organik juga tergolong murah dibandingkan dengan

menggunakan pupuk kimia.


27

Memperbaiki struktur Ketersediaan unsur


tanah hara

Pemupukan

Limbah sayur EM4

Pupuk organik

N = 837,19 Ppm

P = 75,83 Ppm

K = 11,87 Ppm

Pertumbuhan tanaman

Cabai Rawit

Gambar 2.1 Skema kerangka berfikir


28

2.8 Hipotesis

Untuk mengarahkan jalannya penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai

berikut:

H0 : Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran dengan dosis yang berbeda

tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit

(Capsicum frutescens L.).

Ha : Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran dengan dosis yang berbeda

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum

frutescens L.).
29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penielitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode eksperimen. Pendekatan kuantitatif adalah suatu

pendekatan penelitian yang bersifat objektif mencakup pengumpulan dan analisis

data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan dan

Yusran, 2017).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Mei 2021.

Penelitian dilakukan di Greenhouse Punia di Jalan Punia, Mataram, NTB.

Analisis kandungan pupuk organik cair dilakukan di Labaoratorium Kimia Tanah,

Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pupuk organik limbah

sayuran dan variabel tergantung yang digunakan adalah pertumbuhan tanaman

cabai meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah.


30

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Alat Penelitian

No Alat Fungsi
1. Ember Plastik Untuk wadah fermentasi
2. Blender Untuk menghaluskan limbah sayuran
3. Sprayer Untuk menyemprotkan larutan POC
4. Termometer Untuk mengukur suhu limbah fermentasi
5. Indikator universal Untuk mengukur pH limbah fermentasi
6. Kayu pengaduk Untuk mengaduk limbah fermentasi
7. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
8. Gelas ukur Untuk mengukur cairan POC
9. Camera digital Untuk dokumentasi
10. Meteran jahit Untuk mengukur tinggi dan diameter
batang tanaman
11. Polybag Untuk tempat media tanam
12. Seperangkat alat uji kandungan Untuk menganalisis kandungan N, P, dan
POC K pada POC limbah sayuran
13. Timbangan manual Untuk menimbang berat limbah
14. Digital tester meter Untuk mengukur pH tanah

15. Timbangan analitik digital Untuk menimbang berat kering dan berat
basah
16. Oven Untuk mengeringkan tanaman cabai rawit
17. Pisau Untuk memotong limbah sayuran

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Bahan Penelitian

No Bahan Fungsi
1. Limbah sayuran Sebagai pembuatan POC
2. Air Sebagai pelarut POC, menyiram tanaman
3. Tanah Sebagai media tanam
4. Saringan Untuk menyaring POC
5. Kertas label Sebagai penanda setiap polibag dengan
konsentasi berbeda
31

6. Benih cabai rawit Untuk pembibitan tanaman


7. EM4 Starter mikroorganisme dalam pembuatan
POC
8. Gula merah Sebagai pengaktif EM4

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan Pupuk Organik Cair

Menurut Jalaludin dkk (2016), adapun cara kerja pembuatan Pupuk

Organik Cair sebagai berikut:

1. Persiapkan alat dan bahan.

2. Timbang limbah sayuran yang akan digunakan sebanyak 6 kg.

3. Cuci limbah sayuran supaya tidak terkontaminasi.

4. Memotong limbah sayuran yang sudah dicuci hingga menjadi potongan-

potongan yang cukup kecil dengan menggunakan pisau supaya lebih mudah

diblender.

5. Memasukkan limbah sayuran yang telah dipotong-potong ke dalam blender

untuk dihaluskan.

6. Masukkan limbah sayuran ke dalam ember plastik sebagai tempat fermentasi.

7. Tambahkan cairan bioaktivator EM4 (effective microorganisme) yang

berfungsi membantu mempercepat proses pembusukkan sebanyak 30 ml.


32

8. Tambahakan larutan gula merah yang sudah dilarutkan yang berfungsi untuk

mengaktifkan EM4.

9. Aduk campuran limbah sayuran tersebut dengan menggunakan kayu pengaduk

selama 5 menit hingga larutan menjadi homogen.

10. Tambahkan air sumur secukupnya, kemudian aduk kembali hingga larutan

menjadi homogen.

11. Setelah semuanya tercampur merata, ukur pH awal kompos menggunakan

indicator universal dan catat hasil pengamatan.

12. Setelah selesai tutup ember plastik dan isi botol plastik air ± 300 ml agar

selang bisa terendam oleh air dan tutup botol plastik. Cara tersebut bisa

disebut juga anaerob yang berfungsi untuk menstabilkan suhu akibat reaksi

adonan pupuk organik yang ada dalam ember plastik.

13.Pupuk organik cair yang sudah mengalami fermentasi 14 hari ditandai dengan

bau yang tidak sedap dan warna tua kecoklatan.

14. Pupuk organik cair yang telah difermentasikan kemudian ditutup rapat dan

disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung .

15. Setelah terfermentasi, saring pupuk organik cair dengan menggunakan

penyaringan untuk memisahkan pupuk cair dengan ampasnya.


33

16. Masukkan pupuk organik cair kedalam botol. Sebelum diaplikasikan pupuk

organik cair tersebut diencerkan dengan konsentrasi 10%. Pupuk organik cair

siap digunakan.

3.5.2 Penanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L)

1. Persiapan benih

Benih cabai rawit yang digunakan adalah benih yang dibeli dari toko

UD. Sinta, Sweta, Mataram, NTB. Sebelum penanaman dilakukan perendaman

benih cabai rawit yang akan disemaikan terlebih dahulu dalam air selama 12

jam untuk mempercepat proses perkecambahan. Benih yang tenggelam adalah

benih yang digunakan untuk disemaikan, sedangkan benih yang terapung

dibuang karena memiliki kualitas yang kurang baik.

2. Persiapan Media Tanam

Media tanaman yang digunakan berupa tanah sawah yang diambil di Jl.

Lingkar Selatan Tanjung Karang, Sekarbele, Mataram, Lombok Tengah, NTB.

Tanah yang digunakan adalah tanah yang diambil dengan kedalaman 15 cm,

kemudian dihaluskan dan dicampur dengan sekam dengan perbandingan 2:1.

Setelah itu, dimasukkan ke dalam polybag yang berukuran 30 cm x 40 cm

sebanyak 24 buah polybag dan masing-masing polybag diisi dengan tanah

sawah sebanyak 6 kg, lalu diletakkan sesuai dengan denah percobaan

dilapangan.
34

3. Penanaman dan Pemeliharaan

Sehari sebelum penanaman, dilaksanakan penyiraman media tanam

terlebih dahulu. Setelah itu, benih disemai di dalam polybag sebanyak 10-15

biji/polybag dan disiram. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari

dimana matahari tidak terlalu terik untuk menghindari stress pada tanaman,

selanjutnya pemberian label pada setiap media tanaman secara acak sesuai

denah percobaan. Setelah tumbuh, dilakukan penjarangan pada tanaman cabai

rawit. Tanaman cabai rawit yang digunakan adalah tanaman yang

pertumbuhannya bagus dan homogen.

Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiraman 1 kali sehari yaitu

pada pagi hari dan membersihkan rumput liar jika ada yang tumbuh.

4. Pemberian Perlakuan

Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran diberikan pada tanaman

cabai rawit seminggu sekali sesuai dosis perlakuan pada setiap tanaman.

Pemberian pupuk organik cair mulai diaplikasikan setelah tanaman berumur 18

HST sampai pada umur 45 HST karena pada penelitian ini hanya mengukur

sampai pertumbuhan vegetatif. Perlakuan pupuk organik cair diberikan dengan

cara disemprotkan pada permukaan batang dan permukaan daun. Pemberian

perlakuan dilakukan setelah pengairan dengan interval 7 hari sekali pada pagi

hari.
35

5. Pengukuran Kondisi Lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan setiap 7 hari sekali untuk

mengetahui kondisi lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi

lingkungan diamati dengan cara melakukan pengukuran terahadap pH tanah

dengan menggunakan digital tester meter dan terhadap suhu lingkungan

dengan menggunakan thermometer.

6. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang

menggambarkan variabel yang akan diamati baik itu dengan cara rekaman

gambar maupun catatan. Pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Pengukuran pertumbuhan tanaman cabai rawit seperti tinggi

tanaman dan jumlah daun dapat dilakukan dengan cara non-destruktif yaitu

dapat dihitung atau diukur secara langsung tanpa merusak bagian tanaman.

3.6 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 6 taraf perlakuan dan 4 kali pengulangan, sehingga unit percobaan yang

digunakan sebanyak 24 tanaman. Faktor percobaaan yaitu pupuk organik cair

limbah sayuran yang terdiri dari X0= 0 ml (kontrol), X1= 20 ml, X2= 40 ml, X3=

60 ml, X4= 70 ml dan X5= 80 ml.


36

Penerapan perlakuan pada unit percobaan dalam RAL dilaksanakan

secara acak lengkap terhadap seluruh unit percobaan. Begitu juga untuk setiap

ulangan mempunyai peluang yang sama besar untuk menempati setiap unit

percobaan. Pengacakan dilakukan dengan cara pengundian pada nomer petak

sehingga di dapatkan denah hasil pengacakan unit percobaan pada tabel 3.3

sebagai berikut :

Tabel 3.3 Denah Hasil Pengacakan Unit Percobaan

X0Y1 X2Y3 X3Y2 X4Y2 X5Y3 X1Y3


X1Y2 X2Y4 X2Y1 X5Y1 X3Y1 X4Y1
X2Y2 X1Y1 X0Y3 X3Y3 X1Y4 X5Y2
X4Y4 X0Y2 X5Y4 X0Y4 X4Y3 X3Y4

Keterangan : X0 : Pupuk organik cair 0 ml (kontrol)

X1 : Pupuk organik cair 20 ml

X2 :Pupuk organik cair 40 ml

X3 : Pupuk organik cair 60 ml

X4 : Pupuk organik cair 70 ml

X5 : Pupuk organik cair 80 ml

Yn : Menunjukkan ulangan ke-n

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan atau

observasi. Syamsudin (2014) mengatakan bahwa observasi adalah aktivitas

mencatat sesuatu gejala/peristiwa dengan bantuan alat atau instrumen untuk

merekam atau mencatatnya guna tujuan ilmiah atau tujuan lainnya. Dengan

demikian data yang diperoleh merupakan data primer yaitu data yang berasal dari
37

pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman

cabai rawit. Pengukuran pertumbuhan tanaman cabai rawit meliputi :

1. Tinggi tanaman cabai rawit

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang

utama cabai. Pengukuran dimulai dari batang yang berada di atas permukaan

media tumbuh sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan setiap

seminggu setelah pemberian pupuk organik cair dimulai saat tanaman cabai

rawit berumur 25 HST dengan menggunakan penggaris atau meteran jahit.

Pengukuran dilakukan setiap 7 hari sekali .

2. Jumlah daun (helai) cabai rawit

Dihitung seluruh daun yang terbentuk setiap 7 hari sekali. Pengukuran

dilakukan saat tanaman cabai rawit berumur 25 HST.

3. Berat basah tanaman cabai rawit

Dalam menghitung berat basah, satu persatu tanaman cabai rawit

ditimbang menggunakan timbangan anaitik digital. Data yang diperoleh

kemudian diakumulasikan agar mendapat jumlah total berat basah tanaman

cabai rawit dalam setiap perlakuan pada 4 kali pengulangan.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis mengunakan uji Anova (Analysis of

Variance) satu arah untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Syarat untuk menggunakan uji

Anova adalah data mempunyai varians yang sama (homogen) untuk

membandingkan taraf signifikansi pada Sig. dengan nilai signifikasi yang


38

digunakan. Kriteria yang dipakai yaitu apabila Sig. > 0,05 maka data mempunyai

varians yang sama, sebaliknya jika Sig. < 0,05 maka data mempunyai varians

yang berbeda. Uji lanjut dapat dilakukan apabila F hitung > F tabel atau nilai P

(Sig) < 0,05 berarti perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon

yang diamati. Uji lanjutan dilakukan untuk mengetahui perlakuan mana yang

dapat memeberikan respon pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum

frutescens L.) terbaik. Uji lanjutan setelah Anova yang digunakan yaitu Uji Jarak

Duncan (UJD = DMRT, Duncan Multiple Range Test) (Harsojuwono dkk, 2011).

Analisis data dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS statistic versi 24.

3.9 Alur Penelitian

Alur penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 3.1
39

Persiapan bibit dan


media tanam

Persiapan

Pengomposan
pupuk organik cair Penambahan
limbah syuran EM4
Penanaman bibit cabai
rawit pada media
tanam

Pemberian dosis Dosis 0 ml,20


pupuk organik cair ml,40 ml,60
Pemberian limbah sayuran ml,70 ml dan
perlakuan 80 ml

Waktu pemupukan 18
HST dengan interval
waktu 7 hari sekali

Pengukuran kondisi pH tanah ( digital taster mater)


lingkungan dan suhu lingkungan
(Termometer)

Tinggi tanaman, Jumlah


daun dan Berat basah.
Pengumpulan data

Analisis data

Gambar 3.1. Alur Penelitian


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Pengukuran Parameter Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L.)

Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun dan berat

basah. Keempat parameter tersebut lebih mudah diamati dan diukur dibandingkan

dengan parameter lain.

1. Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang

utama cabai dimulai dari batang yang berada di atas permukaan media tumbuh

sampai titik tumbuh tertinggi. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC)

terhadap rata-rata tinggi tanaman cabai rawit pada pengamatan 45 hari setelah

tanaman (HST) disajikan pada Gambar 4.1.

50,00
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 70 ml 80 ml
Konsentrasi Pupuk Organaik Cair

Gambar 4.1 Diagram Pengaruh Perlakuan Pupuk Organik Cair (POC)


terhadap Tinggi Tanaman Cabai Rawit pada 45 HST
41

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk organik cair

yang diberikan maka semakin tinggi diagram tinggi tanaman cabai rawit.

Pemberian perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) dengan dosis 80 ml lebih tinggi

dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 45,70

cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah ditunjukkan pada perlakuan kontrol (0

ml POC) yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 10 cm. Hasil uji One-way

ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan tinggi tanaman setelah pemberian

perlakuan. Nilai signifikansi data sampel menunjukkan angka 0,000 lebih kecil

dari 0,05 (α = 5%). Hasil uji Anova disajikan pada pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Tinggi
Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) 45 HST.

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


Between Groups 3441.472 5 688.294 21.188 .000*
Within Groups 584.728 18 32.485
Total 4026.200 23

Keterangan* : Berpengaruh Signifikan pada taraf uji 5%

Hasil uji One Way Anova terhadap tinggi tanaman menunjukkan nilai

signifikasi lebih kecil dari 0.05 (P<0.05) artinya perlakuan pupuk organik limbah

sayuran berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman. Hal ini membuktikan

adanya pengaruh dari pupuk organik cair limbah sayuran terhadap tinggi tanaman

cabai rawit. Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Jarak

Nyata Duncan (BJND) taraf 5% untuk menentukan perbedaan nyata tiap

perlakuan. Adapun hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada tabel 4.2
42

Tabel 4.2. Hasil Uji Duncan antar Konsentrasi terhadap Tinggi Tanaman Cabai Rawit

Kode Dosisi Perlakuan Rata-Rata


Tinggi Tanaman (cm)
X0 0 ml POC/ liter air 10,00 a
X1 20 ml POC/ liter air 17,50 ab
X2 40 ml POC/ liter air 22,30 b
X3 60 ml POC/ liter air 31,43 c
X4 70 ml POC/ liter air 36,75 c
X5 80 ml POC/ liter air 45,70 d

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada
Uji Jarak Duncan taraf 5%

Hasil uji BJND 5% pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan X5 yang

berbeda nyata dengan perlakuan lain merupakan dosis optimum terhadap tinggi

tanaman terbatas pada penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

X5 bermutu lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya terhadap tinggi tanaman

cabai rawit.

2. Jumlah Daun

Penghitungan jumlah helai daun dilakukan setiap satu minggu sekali.

Pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) terhadap rata-rata jumlah daun

tanaman cabai rawit pada pengamatan 45 hari setelah tanam (HST) disajikan

pada Gambar 4.2.


43

20
18
Rata-rata Jumlah Daun (helai)

16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 70 ml 80 ml
Konsentrasi Pupuk Organik Cair

Gambar 4.2. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) terhadap rata-rata
jumlah daun tanaman cabai rawit pada 45 HST

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan Pupuk Organik

Cair (POC) dengan dosis 80 ml membentuk diagram jumlah daun lebih tinggi

dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata jumlah daun 17,50

helai. Sedangkan diagram jumlah daun terendah ditunjukkan pada perlakuan

kontrol (0 ml POC ) yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 6,00 helai. Hasil uji

One-way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan jumlah daun setelah

pemberian perlakuan. Nilai signifikansi data sampel menunjukkan angka 0,000

lebih kecil dari 0,05 (α = 5%). Hasil uji Anova disajikan pada pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Jumlah Daun
Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) 45 HST.

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


Between Groups 419.375 5 83.875 27.829 .000
Within Groups 54.250 18 3.014
Total 473.625 23

Keterangan*: Berpengaruh signifikan pada taraf uji 5%


44

Hasil uji One Way Anova terhadap jumlah daun menunjukkan nilai

signifikasi lebih kecil dari 0.05 (P<0.05) artinya perlakuan pupuk organik limbah

sayuran berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun. Hal ini membuktikan

adanya pengaruh dari pupuk organik cair limbah sayuran terhadap jumlah daun

tanaman cabai rawit. Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji

Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf 5% untuk menentukan perbedaan nyata

tiap perlakuan . Adapun hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Uji Duncan antar Konsentrasi terhadap Jumlah Daun Tanaman Cabai
Rawit

Kode Dosis Perlakuan Rata-Rata Jumlah Daun


( helai)
X0 0 ml POC/ liter air 6,00 a
X1 20 ml POC/ liter air 6,75 a
X2 40 ml POC/ liter air 7,50 a
X3 60 ml POC/ liter air 12,75 b
X4 70 ml POC/ liter air 13,25 b
X5 80 ml POC/ liter air 17,50 c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada Uji
Jarak Duncan taraf 5%

Hasil uji BJND 5% pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa perlakuan X5 yang

berbeda nyata dengan perlakuan lain merupakan dosis optimmnum terhadap

jumlah daun terbatas pada penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan X5 bermutu lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya terhadap jumlah

daun tanaman cabai rawit.

3. Berat Basah Tanaman

Penentuan berat basah tanaman dilakuakan dengan cara penimbangan

tanaman cabai rawit menggunakan timbangan anaitik digital. Pengaruh pemberian


45

pupuk organik cair (POC) terhadap rata-rata berat basah tanaman cabai rawit

pada pengamatan 45 hari setelah tanam (HST) disajikan pada Gambar 4.3.

18,00
16,00
Rata-rata Berat Basah (gram)

14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 70 ml 80 ml
Konsentrasi Pupuk Organik Cair

Gambar 4.3. Diagram Pengaruh Perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Berat
Basah Tanaman Cabai Rawit pada 45 HST

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk organik cair

yang diberikan maka semakin tinggi diagram berat basah tanaman cabai rawit.

Pemberian perlakuan Pupuk Organik Cair (POC) dengan dosis 80 ml lebih tinggi

dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rata-rata berat basah tanaman

16,96 gram. Sedangkan berat basah tanaman terendah ditunjukkan pada perlakuan

kontrol (0 ml POC ) yaitu dengan rata-rata 2,88 gram. Hasil uji One-way ANOVA

menunjukkan terdapat perbedaan berat basah setelah pemberian perlakuan. Nilai

signifikansi data sampel menunjukkan angka 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α =

5%). Hasil uji Anova disajikan pada pada tabel 4.5.


46

Tabel 4.5. Hasil Uji Anova Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Berat Basah
Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L) 45 HST.

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


Between Groups 592.282 5 118.456 12.442 .000
Within Groups 171.367 18 9.520
Total 763.649 23

Keterangan*: Berpengaruh Signifikan pada taraf uji 5%

Hasil uji One Way Anova terhadap berat basah tanaman menunjukkan

nilai signifikasi lebih kecil dari 0.05 (P<0.05) artinya perlakuan pupuk organik

limbah sayuran berpengaruh signifikan terhadap berat basah tanaman. Hal ini

membuktikan adanya pengaruh dari pupuk organik cair limbah sayuran terhadap

berat basah tanaman cabai rawit. Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan

menggunakan uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf 5% untuk menentukan

perbedaan nyata tiap perlakuan . Adapun hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada

tabel 4.6

Tabel 4.6. Hasil Uji Lanjut Duncan antar Konsentrasi terhadap Berat Basah Tanaman
Cabai Rawit

Kode Dosis Perlakuan Rata-Rata Berat Basah

X0 0 ml POC/ liter air 2,88 a


X1 20 ml POC/ liter air 3,60 a
X2 40 ml POC/ liter air 5,89 a
X3 60 ml POC/ liter air 10,91 b
X4 70 ml POC/ liter air 11,36 b
X5 80 ml POC/ liter air 16,96 c

Hasil uji BJND 5% pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa perlakuan X5 yang

berbeda nyata dengan perlakuan lain merupakan dosis optimum terhadap berat
47

basah tanaman terbatas pada penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan X5 bermutu lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya terhadap berat

basah tanaman cabai rawit.

2. Data Pendukung Penelitian

Faktor lingkungan pada tempat penelitian diukur sebagai data penunjang

penelitian. Faktor yang diamati yaitu pH tanah dan suhu lingkungan. Pengukuran

dilakukan seminggu sekali dimulai sejak tanaman berumur 25 HST sampai

penelitian selesai. Hasil pengukuran rata-rata kondisi pH tanah disajikan dalam

tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.7 Rata-Rata Kondisi pH Tanah

Ph Tanah

Dosis Pupuk 25 HST 32 HST 39 HST 45 HST


X0Y1 7,0 7,0 7,0 7,0
X0Y2 7,0 7,0 7,0 7,0
X0Y3 7,0 7,0 7,0 7,0
X0Y4 7,0 7,0 7,0 7,0
X1Y1 7,0 6,5 6,5 6,5
X1Y2 7,0 6,5 6,5 6,0
X1Y3 7,0 6,5 6,5 6,0
X1Y4 7,0 6,5 6,5 6,0
X2Y1 7,0 6,5 6,5 6,0
X2Y2 7,0 6,5 6,0 5,8
X2Y3 7,0 6,5 6,5 6,0
X2Y4 7,0 6,5 6,5 5,2
X3Y1 7,0 6,5 6,0 6,0
X3Y2 7,0 6,5 6,5 58
X3Y3 7,0 6,5 6,5 60
X3Y4 7,0 6,5 6,5 5,8
X4Y1 7,0 6,5 6,0 6,0
X4Y2 7,0 6,5 6,5 6,0
X4Y3 7,0 6,5 6,5 6,0
X4Y4 7,0 6,5 6,2 6,0
X5Y1 7,0 6,5 6,5 6,2
48

X5Y2 7,0 6,5 6,5 6,0


X5Y3 7,0 6,5 6,5 6,0
X5Y4 7,0 6,5 6,5 6,0

Kondisi pH tanah diukur pada pagi hari. Pengukuran dilakukan setiap

selesai pemberian pupuk organik cair. Kondisi pH tanah pada minggu pertama

untuk semua perlakuan mencapai pH 7,0. Sedangkan pH tanah pada minggu

kedua berkisar antara pH 6,5-7,0. Selanjutnya, pada minggu ketiga berkisar antara

pH 6,0-6,5 dan pH tanah pada minggu keempat berksiar dari pH 5,2-6,5.

Suhu lingkungan (0C) pada tempat penelitian diukur dua kali dalam sehari

yaitu pada pagi dan sore hari karena terdapat perbedaan suhu ( 0C) dalam dua

waktu tersebut. Suhu lingkungan tempat penelitian pada pagi hari mencapai 30 0C-

310C, sedangkan pada sore hari suhu lingkungan berkisar dari 280C-290C. Kondisi

suhu lingkungan disajikan pada gambar 4.4.

31,5
31
30,5
30
Suhu Lingkungan

29,5
29
pagi
28,5
sore
28
27,5
27
26,5
25 HST 32 HST 39 HST 45 HST
Waktu Pengukuran

Gambar 4.4. Diagram Suhu Lingkungan (0C) Tempat Penelitian


49

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan pada

penelitian tentang pengaruh pupuk organik cair limbah sayuran terhadap

pertumbuhan tanaman cabai rawit memberikan pengaruh yang berbeda-beda

terhadap 24 sampel tanaman dari masing-masing perlakuan dalam jangka waktu

45 hari setelah tanam dengan konsentrasi pupuk organik cair yang digunakan

yaitu 0 ml, 20 ml, 40 ml, 60 ml, 70 ml dan 80 ml.

Hasil uji kandungan pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk

organik cair limbah sayuran mengandung unsur hara N ( 837,19 Ppm), P (75,83

Ppm) dan K (11,87 Ppm) (Lampiran 3). Menurut Peraturan Menteri Pertanian

Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2011, standar mutu untuk pupuk organik

cair harus mengandung unsur N, P, K masing-masing 3-6% atau setara dengan

300-600 Ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa pupuk organik cair limbah sayuran

memiliki kandungan N yang melebihi kriteria mutu yang ditetapkan, sedangkan P

dan K memiliki kandungan yang tidak sesuai kriteria mutu yang ditetapkan

sehingga proses pembuatan pupuk organik cair masih perlu diperbaiki. Menurut

Nur dkk 2016, Semakin lama proses pengomposan dan semakin besar

penambahan volume EM4 akan meningkatkan kandungan N, P dan C akan tetapi

cendrung menurunkan kadar K.

Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan ketersediaan akan unsur

hara serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemupukan dengan
50

pupuk organik akan meningkatkan kehidupan organisme dalam tanah karena

memanfaatkan bahan organik sebagai nutrisi yang dibutuhkan (Hariyadi dkk,

2015). Dilihat dari kandungannya, pupuk organik memiliki kandungan nutrisi

yang lebih lengkap baik makro maupun mikro, sedangkan pupuk kimia sintetis

hanya memiliki beberapa kandungan nutrisi saja. Namun, takaran unsur hara

pupuk organik lebih sedikit dan komposisinya tidak pasti (Kurnia, 2014).

Hasil uji Anova pada perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap

pertumbuhan tanaman cabai rawit menunjukkan jumlah nilai P-Value (Nilai

Signifikan) ≤ 0.05. Kemudian setelah itu dilakukan dengan uji lanjut

menggunakan Uji Jarak Duncan dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk kelompok

dan perlakuan yang dilakukan pada penelitian. Kenyataan ini dapat dikatakan

bahwa pemberian pupuk organik cair limbah sayuran berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman cabai rawit terutama pada parameter yang diteliti yaitu

tinggi batang dan jumlah daun dan berat basah. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi yang berbeda memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman cabai (Lampiran 2).

Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan semakin baik pertumbuhan dan

produksi tanaman. Keadaan tersebut membuktikan bahwa pemberian pupuk

organik cair dapat menciptakan lingkungan tumbuh/media tanam yang lebih baik

yang dapat menstimulir pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Driyunita

dkk, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair 80

ml diperoleh rata-rata pertumbuhan tanaman cabai rawit tertinggi dibandingkan

perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Driyunita dkk (2015), bahwa
51

pada konsentrasi tersebut pupuk cair sudah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia

dan biologi tanah. Tekstur tanah yang lebih remah memungkinkan pertumbuhan

dan perkembangan akar yang lebih baik sehingga meningkatkan fungsi akar

dalam menyerap air dan unsur hara. Kandungan unsur hara terutama N, P dan K

pada pupuk organik cair mampu meningkatkan kandungan unsur hara tanah

sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

Kekurangan unsur hara esensial akan mengganggu pembelahan sel

sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan kerdil (Sofyan dkk, 2019).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kontrol (tanpa POC) diperoleh rata-rata

pertumbuhan tanaman cabai rawit terendah, hal ini dikarenakan tanaman

kekurangan unsur hara sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Munandar,

(2019) mengatakan kekurangan unsur hara dapat menyebabkan terganggunya

metabolisme pada tanaman. Gejala yang ditimbulkan akan menghambat

pertumbuhan akar, batang dan daun.

Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat akan mampu mencukupi

kebutuhan hara bagi tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus

berada dalam kondisi yang berimbang sehingga penyerapan hara oleh tanaman

lebih efektif. Ralahalu dkk (2013), menyatakan bahwa pemberian konsentrasi

pupuk organik cair yang terlalu tinggi akan menekan pertumbuhan tanaman dan

sebaliknya jika konsentrasi yang diberikan terlalu rendah juga akan menekan

pertumbuhan atau tidak memacu pertumbuhan tanaman baik dalam fase vegetatif

maupun fase generatif.


52

Unsur hara (N, P, K) adalah unsur hara makro yang esensial artinya unsur

hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan tidak dapat

digantikan oleh unsur yang lainnya pada berbagai proses selama pertumbuhan

tanaman (Lingga dan Marsono, 2013). Ketersediaan nitrogen (N) dapat

merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun yang sangat

berguna dalam proses fotosintesis. Penyerapan hara nitrogen dapat meningkatkan

pembentukan dan pertumbuhan daun pada tanaman. unsur nitrogen yang

tersedianya dalam jumlah yang cukup pada tanaman akan melancarkan proses

metabolisme pada tanaman dan memengaruhi pertumbuhan organ-organ pada

tanaman seperti daun, batang dan akar. Ketersediaan nitrogen dan fosfor yang

cukup didalam tanah akan diserap oleh akar tanaman cabai dan dapat memberikan

pertumbuhan jumlah daun yang optimal bagi tanaman tersebut (Mufida, 2013).

Unsur fosfor (P) berperan dalam membantu perkembangan akar muda, tanaman

membutuhkan akar yang subur agar dapat memperkuat berdirinya tanaman dan

dapat meningkatkan penyerapan unsur hara. Keseluruhan unsur hara yang diserap

tanaman saling mempengaruhi satu sama lain sehingga pupuk organik cair

mendukung pertumbuhan tinggi tanaman, dan adanya pembelahan dan

perpanjangan sel mengakibatkan meningkatnya tinggi tanaman (Haryadi et al.,

2015). Selain itu, unsur K berperan dalam mengatur turgor (tegangan sel)

sehingga tanaman memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit. Selain itu

unsur K juga berperan dalam mengatur peralihan dari masa vegetatif ke masa

generatif, sehingga bunga dan bakal buah tidak gugur, serta warna buah merata

(Rahman, 2014). Indrawati et al. (2012) menambahkan bahwa pemberian kadar


53

fosfor yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena terjadi

ikatan N-P yang menyulitkan tanaman menyerap unsur nitrogen, sedangkan

kelebihan unsur kalsium mempengaruhi pH tanah sehingga tanaman menjadi

kerdil, daun menguning, dan tanaman rendah.

Peningkatan berat basah tanaman berkaitan dengan kemampuan tanaman

dalam menyerap air dari media tanam, dimana semakin banyak jumlah daun pada

tanaman, maka semakin tinggi berat basahnya. Semakin subur tanaman, maka

berat basah tanaman akan semakin meningkat (Zaenal dkk, 2013). Hal ini sejalan

dengan Haryadi (2013) yang mengatakan bahwa luas daun memegang peranan

penting, karena laju fotosintesis berlangsung mengikuti dengan perkembangan

luas daun. Weier (1982) menambahkan bahwa jumlah akar yang tumbuh, panjang

akar, serta adanya bulu akar berpengaruh terhadap luas bidang penyerapan.

Semakin luas bidang penyerapan maka akan semakin banyak air dan unsur hara

yang diserap sehingga akan mempengaruhi berat basah dan berat kering tanaman.

Adanya ketidakseimbangan ion dalam tanah yang menyebabkan menurunnya

kemampuan akar dalam menyerap air dapat menurunkan jumlah air dalam

tanaman sehingga menyebabkan pengurangan nilai parameter berat kering.

Gardner et al. (1991), menyatakan bahwa penurunan jumlah air akan

menyebabkan penurunan kemampuan fotosintesis sehingga ketersedian

karbohidrat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan akan menurun. .

Hasil uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) taraf 5% menunjukkan bahwa

pengaruh berbagai dosis POC limbah sayuran berbeda nyata meningkatkan per

tumbuhan tanaman cabai rawit. Hal ini karena unsur N, P, dan K serta unsur lain
54

yang terkandung di dalam POC limbah sayuran dapat diserap oleh tanaman cabai

rawit sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lebih optimal. Menurut Prasetya

(2014), dengan semakin dewasanya tanaman maka sistem perakaran telah

berkembang dengan baik dan lengkap sehingga tanaman semakin mampu

menyerap unsur hara yang mengandung N, P, dan K sehingga pertumbuhan dan

perkembangan tanaman semakin meningkat. Penelitian ini menunjukkan bahwa

pengaruh perlakuan terbaik ditunjukkan pada perlakuan dosis yang lebih tinggi

dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai rawit. Hasil Uji Jarak Duncan

(UJD) taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, berat basah dan berat kering adalah perlakuan 80 ml, sehingga

secara ekonomi pupuk organik cair lebih efisien dalam meningkatkan

pertumbuhan tanaman cabai rawit.

Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai

rawit seperti Ph tanah dan suhu lingkungan. Yahwe dkk 2016, menjelaskan

bahwa tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai adalah 6-7. Cabai dapat

tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 6,5 - 6,8. Hal tersebut tidak sesuai

dengan hasil pengukuran pH tanah pada penelitian ini yang tergolong dalam

kondisi pH kurang optimal dengan kisaran sekitar 5,2-7,0 (Tabel 4.9). Pada pH

>7,0 tanaman cabai seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil

dan daun menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada pH < 5,5 tanaman

cabai juga akan tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunan

Al dan Mn. Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini yaitu tanaman cabai rawit

dengan pH <5,5 menunjukkan tanaman yang tumbuh kerdil dan daun menguning
55

yaitu pada perlakuan X2Y4. Selain itu, suhu lingkungan juga berpengaruh untuk

pertumbuhan tanaman cabai rawit. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan

tanaman cabai adalah 25-270C pada siang hari dan 18-200C pada malam hari.

Suhu malam di bawah 160C dan suhu siang hari di atas 320C dapat menggagalkan

pembuahan (Prabaningrum dkk, 2016). Tim bina karya tani (2009) menambahkan

bahwa rata-rata suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah antara

21-280C. Hal tersebut berbeda dengan hasil pengukuran suhu lingkungan pada

penelitian ini, karena hasil pengamatan menjukkan suhu lingkungan yang berkisar

sekitar 27-310C. Sumarni (2005) menjelaskan bahwa suhu udara yang lebih tinggi

menyebabkan buahnya sedikit. Suhu tinggi dan kelembaban udara yang rendah

menyebabkan transpirasi berlebihan, sehingga tanaman kekurangan air. Akibatnya

bunga dan buah muda gugur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian lain.

Pemberian pupuk organik cair limbah sayuran berpengaruh nyata terhadap tinggi

batang, diameter batang, jumlah daun, jumlah umbi, berat basah tanaman dan

berat basah umbi bawang merah (Sepriyaningsih dkk, 2019). Pemberian pupuk

organik cair limbah sayuran berpegaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah

daun dan berat basah tanaman sawi hijau (Kuruseng dkk, 2017). Konsentrasi

pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tananam, jumlah

buah, jumlah akar dan panjang akar, kecuali saat berbnga dan umur saat panen

dengan pola pengaruh bersifat linear positif (Wasis dan Ubad, 2018).

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang baik terhadap

pengaruh pertumbuhan tanaman cabai rawit. Makmur dan Magfirah (2018)


56

menjelaskan bahwa penggunaan pupuk organik bermanfaat bagi peningkatan

produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran

lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan

pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

dapat mencegah degradasi lahan. Sutedjo (2002) menambahka bahwa pupuk

organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang

berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah. Hal ini sejalan dengan Syukur (2016), bahwa

pemberian pupuk organik diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah yang

berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi

tanaman.
57

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) limbah sayuran dapat meningkatkan

tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman cabai

rawit.

2. Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) limbah sayuran dengan konsentrasi

80 ml merupakan perlakuan yang paling baik diantara perlakuan dalam

meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai rawit terbatas pada

konsentrasi yang diaplikasikan .

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran

yakni:

1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan bagi mahasiswa biologi dapat

memanfaatkan hasil penelitian dalam bentuk modul, video dan poster

pembelajaran, sebagai penunjang matakuliah fisiologi tumbuhan.

2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan sampai fase pertumbuhan generatif

dan masa panen sehingga data yang dibutuhkan untuk menentukan adanya

pengaruh perlakuan semakin beragam.


58

3. Pertimbangan dalam memperoleh pertumbuhan tanaman cabai rawit yang

baik untuk model budidaya dalam greenhouse dan polibag

direkomendasikan untuk mengaplikasikan pupuk organik cair dengan

konsentrasi 80 ml dengan taraf pemupukan satu minggu sekali.


59

DAFTAR PUSTAKA
Agustina E Marpaung.2017. Pemanfaatan Jenis Dan Dosis Pupuk Organik Cair
(POC) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kubis.
Jurnal Agroteknosains. Vol. 1 (02):117-123.

Amini, S., dan Syamdidi, 2006. Konsentrasi Unsur Hara pada Media dan
Pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan Pupuk Anorganik Teknis dan
Analis. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.). Vol. 8 (2): 201-206.

Ariyanto, S. E., N. L. Wisuda, 2019. Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui


Penerapan Teknologi Budidaya Cabe di Pekarangan. Jurnal Layanan
Masyarakat. Vol. 1 (1): 10-16.

Atmaja, I. S. W., 2017. Pengaruh Uji Minus One Test pada Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Mentimun. Jurnal Logika. Vol. 19 (8): 63-68.

Driyunitha dan R. Pairi, 2015. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair yang
didekomposisi dengan Trichoderma Sp terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabe Besar (Capsicum Sp) Var. Lokal Toraja. Jurnal
Kip. Vol. 4 (2): 853-878.

Effendi, M. A., H. Asyari, T. Gultom, 2018. Identifikasi Keragaman Species


Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Berdasarkan Karakter Morfologi di
Kabupaten Deli Serdang. Prosiding Seminar Nasional Biologi dan
Pembelajarannya Universitas Negeri Medan. Medan.

Eliyani, Susylowati, A. P. D. Nazari, 2018. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga


sebagai Pupuk Organik Cair pada Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa
Var. Ascalonicum L.). Jurnal Agrifor. Vol. 17 (2): 249-262.

Febrianna, M., S. Prijono, N. Kusumarini, 2018. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair


Untuk Meningkatkan Serapan Nitrogen Serta Pertumbuhan dan Produksi
Sawi (Brassica Juncea L.) Pada Tanah Berpasir. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Vol. 5 (2): 1009-1018.

Febriyantiningrum, K., N. Nurfitria, A. Rahmawati, 2018. Studi Potensi Limbah


Sayuran Pasar Baru Tuban Sebagai Pupuk Organik Cair. Prosiding
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
III Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Vol. 3 (1): 221-224

Gardner, F. P., R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan
Budidaya, Universitas Indonesia Press.
60

Gustia, H., dan Rosdiana, 2019. Kombinasi Media Tanam dan Penambahan
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabe.
Jurnal Agrosains dan Teknolog. Vol. 4 (2): 71-78.

Hartatik, W., Husnain, dan L. R. Widowati, 2015. Peranan Pupuk Organik dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya
Lahan. Vol. 9 (2):107-120

Haryadi, D., Yetti, H., & Yoseva, S. (2015). Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis
Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica
alboglabra L.). Jom Faperta, 2(2), 99–102.

Hermawan, A., dan H. L. Yusran, 2017. Penelitian Bisnis Pendekatan


Kuantitatif. PT Desindo Putra Mandiri. Kencana Depok.

Harsojuwono, B.A., Arnata, I. W. dan Puspawati, G.A. 2011. Rancangan


Percobaan: Teori, Aplikasi SPSS dan Excel. Lintas Kata
Publishing:Malang. Hal:7.

Indrawati R., Indradewa D. dan Utami S. N. H., 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum). Skripsi. Universitas Udayana Bali.

Irawan, B. TA., 2014. Pengaruh Susunan Bahan Terhadap Waktu Pengomposan


Sampah Pasar pada Komposter Beraerasi. Jurnal Metana. Vol. 10 (1) : 18-
24.

Jalaluddin, Z. A., Nasrul dan R. Syafrina, 2016. Pengolahan Sampah Organik


Buah- Buahan Menjadi Pupuk dengan Menggunakan Effektive
Mikroorganisme. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Vol. 5 (1): 17-29

Jamilah, H. Nusri, Zahanis, M. Ernita, 2018. Penetapan Konsentrasi Pupuk


Organik Cair Unitas Super yang Tepat pada Tanaman Cabai Rawit Lokal
(Capsicum frutescens L.). EnviroScienteae. Vol. 14 (1): 33-37.

KBBI, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Pusat Bahasa: Dapertemen


Pendidikan Nasional

Kurnia, I. G. A. 2014. Dinas Pertanian Daerah Buleleng.

Kuruseng, M. A., Khairuddin dan Supoyo. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair
Limbah Sayuran Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi
Hijau (Brassica juncea L.). Jurnal Agrisistem. Vol. 13 (2): 122-126.

Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar


Swadaya. Hal: 57.
61

Makmur dan Magfirah, 2018. Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik
Cair Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Merah. Jurnal
Galung Tropika. Vol. 7 (1): 1-10.

Mufida, L. 2013. Pengaruh penggunaan konsentrasi FPE (Fermented Plant


Extract) Kulit pisang terhadap jumlah daun, kadar klorofil dan kadar
kalium tanaman seledri (Apium graveolens). IKIP PGRI Semarang.
Semarang.

Ninggolan, G. D., Suwardi, dan Darmawan, 2009. Pola Pelepasan Nitrogen dari
Pupuk Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer) Urea-Zeolit-Asam
Humat. Jurnal Zeolit Indonesia. Vol. 8 (2): 89-96.

Nur, T., A. R. Noor., dan M. Elma, 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Sampah Organik Rumah Tangga dengan Bioaktivator EM4 (Effective
Microorganisms). Jurnal Konversi. 5 (2) : 44-5.

Nurahmi, E., T. Mahmud, dan S. Rossiana, 2011. Efektivitas Pupuk Organik


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Floratek. 6 (1) : 158-
164.

Purwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah: untuk Pupuk dan Pestisida organik.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Prasetya M. E. 2014. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara Dan Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting
Varietas Arimbi (Capsicum annuum L.). Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian
dan Kehutanan, Vol 13(2): 191-198.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Standar Kualitas Pupuk Organik
Cair.

Rahman, A. 2014. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)
dengan Pemberian Mikroorganisme Lokal (mol) dan Pupuk Kandang
Ayam. Jurnal Agrisistem. Vol 10 (1).

Raksun, A., L. Japa, I. G. Mertha, 2019. Aplikasi Pupuk Organik dan NPK untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Buah Terong Hijau.
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA). Vol 5 (2): 159-164

Ralahalu, M. A., L. Hehanussa dan L. L. Oszaer. 2013. Respons Tanaman Cabai


Besar (Capsicum Annuum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik
Hormon Tanaman Unggul. Agrologia. Vol 2 (2): 144-150
62

Rosmarkam, A., dan N. W Yuwono, 2011. Ilmu Kesuburan Tanah, Kanisius,


Yogyakarta.

Sepriyaningsih, Ivoni, S., dan Eka, L. 2019. Pengaruh Pupuk Cair Limbah
Organik Terhadap Pertumbihan dan Produktivitas Bawang Merah (Allium
ascalonicus L.). Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. Vol 6 (1): 32-35

Sofyan, E. T., Yulianti, M., Hilma, Y dan Ganjar H. 2019. Penyerapan Unsur
Hara N, P Dan K Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt)
Akibat Aplikasi Pupuk Urea, Sp-36, Kcl Dan Pupuk Hayati Pada Fluventic
Eutrudepts Asal Jatinangor. Jurnal Agrotek Indonesia. Vol 4 (1): 1-7

S. Puspadewi., W. Sutari , Ku sumiyati, 2016. Pengaruh Konsentrasi Pupuk


Organik Cair (POC) dan Dosis Pupuk N, P, K Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var Rugosa Bonaf) Kultivar
Talenta. Jurnal Kultivasi. Vol. 15(3): 208-216.

Siboro, E. S., E. Surya dan N. Herlina, 2013. Pembuatan Pupuk Cair dan Biogas
dari Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 2 (3): 40-
43.
Solihin, E., R. Sudirja, dan N. N. Kamaludin, 2019. Aplikasi Pupuk Kalium
dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea
mays L.). Jurnal Agrikultura. Vol. 30 (2): 40-45.

Sutedjo, M. M. (2002). Pupuk Dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta. Jakarta

Supriadi, D. R., A. D. Susila, dan E. Sulistyono. 2018. Penetapan Kebutuhan Air


Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) dan Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.). Jurnal Hort. Indonesia. Vol. 9 (1): 38-46.

Syamsudin, A., 2014. Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal)


untuk Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Anak. Vol. 3 (1): 403-413.

Syukur, A dan Nur I. 2006.Kajian Pengaruh Pemberian Macam Pupuk Organik


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan. Vol 6 (2) : 124-131.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Cabai. Bandung Yarma.

Wasis dan Ubad Bahharudin. 2018. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Terung
(Solanum melongena L). Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 14 (1): 10-15.
63

Weier, T. E. 1982. Botany. Jhon Willey and Sons Publishing.Canada.

Wenda, M., S. Hidayati , S. Purwanti, 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair dan
Komposisi Media Tanam Terhadap Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa
L). Journal Gontor Agrotech Science. Vol. 3 (2): 99-118.

Yahwe, C. P., Isnawaty , L .M. F. Aksara, 2016. Rancang Bangun Prototype


System Monitoring Kelembaban Tanah Melalui Sms Berdasarkan Hasil
Penyiraman Tanaman “Studi Kasus Tanaman Cabai Dan Tomat”.
Semantic. Vol. 2 (1): 97-110.

Yuliani.S., Daniel, dan M. Achmad, 2017. Analisis Kandungan Nitrogen Tanah


Sawah Menggunakan Spektrometer. Jurnal AgriTechno. 10 (2): 188-202.

Yunita, Febrianti., Damhuri., dan Hittah Wahi S.(2016). Pengaruh pemberian


pupuk organik cair (poc) limbah sayuran terhadap pertumbuhan dan
produksi cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Ampibi. (3): 47-55.

Zaenal A, Wijaya dan Siti Wahyuni, 2013. Pengaruh Takaran Pupuk Nitrogen dan
Pupuk Organik Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin
(Brassica juncea L.). Jurnal Agrijati. Vol 24 (1).

Zubaidah, Y., dan R. Munir, 2007. Aktifitas Pemupukan Fosfor (P) pada Lahan
Sawah Dengan Kandungan P-Sedang. Journal Solum. Vol. 4 (1):11-4.
64

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Persiapan Media Tanam

(Pengambilan tanah sawah) (Sekam bakar)

(Pencampuran tanah dan sekam) (Penimbangan media tanam)

(Media Tanam)
65

Pemeliharaan Tanaman

(Penyiraman) (Pemberian POC) (Penyiangan)

Pengukuran Kondisi Lingkungan

Pengukuran pH Tanah

(Minggu ke- 1) (Minggu ke- 2)


66

(Minggu ke- 3) (Minggu ke- 4)

Pengukuran Suhu Lingkungan

Minggu ke-1 Minggu ke-2

(Pagi) (Sore) ( Pagi) (Sore)


67

Minggu ke-3 Minngu ke-4

(Pagi) (Sore) (Pagi) (Sore)

Pengukuran Parameter Pertumbuhan

Mengukur Menghitung Menimbang

Tinggi Tanaman Jumlah Daun Berat Basah


68

Persiapan Benih

(Perendaman benih 12 jam) (Benih terapung dibuang)

Penanaman Benih

(Disemai sebanyak 15-20 benih)

Penjarangan Tanaman

(Dipilih satu yang homogen) (Sudah dilakukan penjarangan)


69

Pembuatan Pupuk Organik Cair

(6 kg sayuran) (Dipotong kecil-kecil)

(Diblender) (Ditambahkan EM4)

(Ditambahkan larutan gula merah) (Di aduk)


70

(Di ukur pH) (Fermentasi)

( Larutan POC awal ) ( Setelah 14 hari fermentasi)

Pengujian Kandungan POC Limbah Sayuran

(Pengujian unsur nitrogen) (Pengujian unsur fosfor) (Pengujian unsur kalium)


71

Tempat Penelitian

(Tampak depan) (Tampak belakang)

Tanaman Cabai Minggu ke-1

Tanaman Cabai Minggu ke-2

( 0 ml POC ) ( 20 ml POC ) ( 40 ml POC )


72

( 60 ml POC ) ( 70 ml POC ) ( 80 ml POC )

Tanaman Cabai Minggu ke-3

( 0 ml POC )

( 20 ml POC )
73

( 40 ml P0C )

( 60 ml POC )
74

( 70 ml POC )

( 80 ml POC )
75

Tanaman Cabai Rawit Minggu ke-4

( 0 ml POC )

( 20 ml POC )

( 40 ml POC)
76

( 60 ml POC)

( 70 ml POC )

(80 ml POC)
77

Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan

Data Pengukuran Tinggi Tanaman Cabai Rawit

Minggu Minggu Minggu Minggu Total Rata-rata


Kode Perlakuan 1 2 3 4 (cm) (cm)
X0Y1 0 ml POC 5 6 6.2 7.5 24,7 6,17
X0Y2 0 ml POC 5.2 7 8 9.5 29,7 7,42
X0Y3 0 ml POC 4.9 7 7.5 8 27.4 6.85
X0Y4 0 ml POC 5 8 12 15 40 10
X1Y1 POC 20 ml 5.4 9.4 13 20 47.8 11.95
X1Y2 POC 20 ml 5 10.3 16 21 52.3 13.07
X1Y3 POC 20 ml 5.2 7 7.5 10 29.7 7.42
X1Y4 POC 20 ml 5.2 10.7 15 20 50.9 12.72
X2Y1 POC 40 ml 6 12.6 19 25 62.6 15.65
X2Y2 POC 40 ml 6 14 19 25.2 64.2 16.05
X2Y3 POC 40 ml 5.7 14 21 28 68.7 17.17
X2Y4 POC 40 ml 6 7.5 9.2 11 33.7 8.425
X3Y1 POC 60 ml 7 16 27 36 86 21.5
X3Y2 POC 60 ml 6.8 17.2 26 35 85 21.25
X3Y3 POC 60 ml 6 15 24 35 80 20
X3Y4 POC 60 ml 7 10 14 19.7 50.7 12.67
X4Y1 POC 70 ml 8.8 18 25 35 86.8 21.7
X4Y2 POC 70 ml 9 20 25 31 85 21.25
X4Y3 POC 70 ml 9.2 20.8 34 41 105 26.25
X4Y4 POC 70 ml 8 20 26 40 94 23.5
X5Y1 POC 80 ml 10 21 34 42 107 26.75
X5Y2 POC 80 ml 10.3 21 33.8 43 108.1 27.02
X5Y3 POC 80 ml 11 25 36 50 122 30.5
X5Y4 POC 80 ml 10.7 21 34 47.8 113.5 28.37
78

Data Pengukuran Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

Minggu Minggu Minggu Minggu Total Rata-rata


Kode Perlakuan 1 2 3 4 (cm) (cm)

X0Y1 0 ml POC 5 5 6 6 22 5.5


X0Y2 0 ml POC 4 4 5 5 18 4.5
X0Y3 0 ml POC 5 6 6 7 24 6
X0Y4 0 ml POC 4 5 6 6 21 5.25
X1Y1 POC 20 ml 5 5 6 7 23 5.75
X1Y2 POC 20 ml 5 5 6 7 23 5.75
X1Y3 POC 20 ml 5 5 6 7 23 5.75
X1Y4 POC 20 ml 5 5 6 6 22 5.5
X2Y1 POC 40 ml 6 6 7 8 27 6.75
X2Y2 POC 40 ml 6 6 8 9 29 7.25
X2Y3 POC 40 ml 6 6 7 8 27 6.75
X2Y4 POC 40 ml 4 4 4 5 17 4.25
X3Y1 POC 60 ml 6 9 12 14 41 10.25
X3Y2 POC 60 ml 6 8 11 13 38 9.5
X3Y3 POC 60 ml 6 7 11 13 37 9.25
X3Y4 POC 60 ml 5 5 8 11 29 7.25
X4Y1 POC 70 ml 6 10 10 10 36 9
X4Y2 POC 70 ml 6 10 11 12 39 9.75
X4Y3 POC 70 ml 6 9 12 14 41 10.25
X4Y4 POC 70 ml 6 11 13 17 47 11.75
X5Y1 POC 80 ml 6 9 13 16 44 11

X5Y2 POC 80 ml 6 12 13 18 49 12.25


X5Y3 POC 80 ml 6 9 12 16 43 10.75
X5Y4 POC 80 ml 7 12 15 20 54 13.5
79

Data Hasil Pengukuran Berat Basah Tanaman Cabai Rawit

Kode Perlakuan Berat Basah

X0Y1 0 ml POC 2.24


X0Y2 0 ml POC 3.23
X0Y3 0 ml POC 2.72
X0Y4 0 ml POC 3.31
X1Y1 POC 20 ml 3.87
X1Y2 POC 20 ml 7.26
X1Y3 POC 20 ml 0.95
X1Y4 POC 20 ml 2.3
X2Y1 POC 40 ml 6.27
X2Y2 POC 40 ml 8.84
X2Y3 POC 40 ml 7.13
X2Y4 POC 40 ml 1.3
X3Y1 POC 60 ml 15.44
X3Y2 POC 60 ml 11.91
X3Y3 POC 60 ml 10.99
X3Y4 POC 60 ml 5.29
X4Y1 POC 70 ml 9.49
X4Y2 POC 70 ml 14.33
X4Y3 POC 70 ml 11.53
X4Y4 POC 70 ml 10.09
X5Y1 POC 80 ml 19.45
X5Y2 POC 80 ml 10.88
X5Y3 POC 80 ml 19.13
X5Y4 POC 80 ml 18.39
80

Lampiran 3. Hasil Uji Kandungan N, P dan K POC Limbah Sayuran


81

Lampiran 4. Data Pengukuran Faktor Lingkungan

Suhu
Lingkungan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pagi 30 30 31 30
Sore 29 28 29 29

Dosis pH Tanah
Pupuk

Minggu Minggu Minggu Minggu


ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 Rata-rata
X0Y1 7,0 6,5 6,5 6,5 6,6
X0Y2 7,0 6,5 6,5 6,5 6,6
X0Y3 7,0 6,5 6,5 6,5 6,6
X0Y4 7,0 6,5 6,5 6,5 6,6
X1Y1 7,0 6,5 6,5 6,5 6,6
X1Y2 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X1Y3 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X1Y4 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X2Y1 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X2Y2 7,0 6,5 6,0 5,8 6,2
X2Y3 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X2Y4 7,0 6,5 6,5 5,2 6,3
X3Y1 7,0 6,5 6,0 6,0 6,3
X3Y2 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X3Y4 7,0 6,5 6,5 5,2 6,3
X4Y1 7,0 6,5 6,5 5,8 6,4
X4Y2 7,0 6,5 6,0 6,0 6,3
X4Y3 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X4Y4 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X5Y1 7,0 6,5 6,2 6,2 6,4
X5Y2 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X5Y3 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
X5Y4 7,0 6,5 6,5 6,0 6,5
82

Lampiran 5. Hasil Uji Anova POC Limbah Sayuran terhadap Pertumbuhan


Tanaman Cabai Rawit

Analisi Anova Tinggi Tanaman Cabai Rawit

ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 1)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
94.788 5 18.958 149.338 .000
Groups
Within Groups 2.285 18 .127
Total 97.073 23

ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 2)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
685.002 5 137.000 28.955 .000
Groups
Within Groups 85.168 18 4.732
Total 770.170 23

ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 3)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
1858.053 5 371.611 21.318 .000
Groups
Within Groups 313.765 18 17.431
Total 2171.818 23
83

ANOVA
Tinggi Tanaman (Minggu 4)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
3441.472 5 688.294 21.188 .000
Groups
Within Groups 584.728 18 32.485
Total 4026.200 23

Analisis Anova Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit

ANOVA
Jumlah Daun ( Minggu 1)
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
8.500 5 1.700 5.564 .003
Groups
Within Groups 5.500 18 .306
Total 14.000 23

ANOVA
Jumlah Daun (Minggu 2)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
125.208 5 25.042 18.212 .000
Groups
Within Groups 24.750 18 1.375
Total 149.958 23
84

ANOVA
Jumlah Daun (Minggu 3)
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
209.333 5 41.867 26.442 .000
Groups
Within Groups 28.500 18 1.583
Total 237.833 23

ANOVA
Jumlah Daun (Minggu 4)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
419.375 5 83.875 27.829 .000
Groups
Within Groups 54.250 18 3.014
Total 473.625 23

Analis Anova Berat Basah Tanaman Cabai Rawit

ANOVA
Berat Basah
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
592.282 5 118.456 12.442 .000
Groups
Within Groups 171.367 18 9.520
Total 763.649 23
85

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji DMRT Taraf 5% Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman Minggu 1


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5
Kontrol 4 5.0250
POC 20 4 5.2000
POC 40 4 5.9250
POC 60 4 6.7000
POC 70 4 8.7500
POC 80 4 10.5000
Sig. .496 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Tinggi Tanaman Minggu 2


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
Kontrol 4 7.0000
POC 20 4 9.3500 9.3500
POC 40 4 12.0250 12.0250
POC 60 4 14.5500
POC 70 4 19.7000
POC 80 4 22.0000
Sig. .144 .099 .118 .152
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
86

Tinggi Tanaman Minggu 3


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5
Kontrol 4 8.4250
POC 20 4 12.8750 12.8750
POC 40 4 17.0500 17.0500
POC 60 4 22.7500 22.7500
POC 70 4 27.5000
POC 80 4 34.4500
Sig. .149 .174 .069 .125 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Tinggi Tanaman Minggu 4


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
Kontrol 4 10.0000
POC 20 4 17.7500 17.7500
POC 40 4 22.3000
POC 60 4 31.4250
POC 70 4 36.7500
POC 80 4 45.7000
Sig. .070 .274 .203 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
87

Lampiran 7. Hasil Analisis Uji DMRT Taraf 5% Jumlah Daun (helai)

Jumlah Daun Minggu 1


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Kontrol 4 4.5000
POC 20 4 5.0000 5.0000
POC 40 4 5.5000 5.5000
POC 60 4 5.7500 5.7500
POC 70 4 6.0000
POC 80 4 6.2500
Sig. .217 .085 .094
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Jumlah Daun Minggu 2


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Kontrol 4 5.0000
POC 20 4 5.0000
POC 40 4 5.5000
POC 60 4 7.2500
POC 70 4 10.0000
POC 80 4 10.5000
Sig. .576 1.000 .554
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
88

Jumlah Daun Minggu 3


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Kontrol 4 5.7500
POC 20 4 6.0000
POC 40 4 6.5000
POC 60 4 10.5000
POC 70 4 11.5000 11.5000
POC 80 4 13.2500
Sig. .436 .276 .065
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Jumlah Daun Minggu 4


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Kontrol 4 6.0000
POC 20 4 6.7500
POC 40 4 7.5000
POC 60 4 12.7500
POC 70 4 13.2500
POC 80 4 17.5000
Sig. .262 .689 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
89

Lampiran 8. Hasil Analisis Uji DMRT Taraf 5% Berat Basah (gram)

Berat Basah
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Kontrol 4 2.8750
POC 20 4 3.5950
POC 40 4 5.8850
POC 60 4 10.9075
POC 70 4 11.3600
POC 80 4 16.9625
Sig. .208 .838 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Anda mungkin juga menyukai