Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fakultas Teknologi Industri (FTI) Teknik Elektro S-1 ITN Malang, sebagai salah satu
pendidikan profesional mempunyai misi menghasilkan tenaga terampil yang menunjang
kegiatan ekonomi, harus dapat menempatkan diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
sektor industri jasa maupun industri manufaktur, Program pendidikan Fakultas Teknologi
Industri diharapkan dapat mempersiapkan dasar yang kuat untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dalam menghadapi era revolusi indsutri, sumber daya yang mampu
berkembang dan tanggap. Lulusan ITN Malang harus mencakup aspek kompetensi
profesional (profesional competence) serta aspek tingkah laku profesional (profesional
attitude). Kedua sikap tersebut dibentuk melalui proses pendidikan baik yang diselenggarakan
dalam kampus maupun diluar kampus. Salah satu pelaksanaan pendidikan diluar kampus
adalah Kerja Praktek ( KP ). Dari Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan dapat menerapkan
ilmu yang telah diperoleh di kampus dan dapat mengenal dunia kerja yang sesungguhnya.
Pelaksanaan Kerja Praktek ( KP ) sebagai perwujudan kebijaksanaan dari “link and match”
dalam proses dilaksanakan pada dua tempat yaitu di bangku kuliah dan dunia usaha / industri.
Upaya ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu lulusan Institut Teknologi Nasional
Malang dalam mencapai tujuan relevansi pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu wujud kerja sama antara pihak Perusahaan atau
Instansi dan lembaga pendidikan seperti Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Nasional Malang. Dengan adanya usaha kerja sama ini diharapkan nanti akan timbul adanya
suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan masing-masing pihak, baik itu dari
pihak lembaga pendidikan maupun dari dunia industri dan untuk tercapainya usaha tersebut,
maka dalam kerja praktek ini memilih PT. PLN (Persero) UP3 Malang ULP Dinoyo yang
berlokasi di Jl. MT. Haryono, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur,
sebagai perusahaan tempat untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek, yaitu dari tanggal 1
Oktober 2021 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2021.
1.2 Rumusan Masalah
1. Kegunaan recloser pada jaringan distribusi 20 kV.
2. Prinsip kerja recloser pada jaringan distribusi 20 kV.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam laporan Kerja Praktek (KP) ini adalah studi mengenai penggunaan
dan juga prinsip kerja recloser pada jaringan distribusi 20 kV.

1.4 Tujuan
Sesuai dengan tujuan program Pendidikan, yaitu menerapkan pengetahuan dan
keterampilan teknologi yang dimiliki sesuai dengan bidang keahlian dalam kegiatan profuktif
yang mampu meningkatkan keterampilan di lapangan pekerjaan. Maka, tujuan dari kerja
praktek ini adalah :
1.4.1 Tujuan Umum
1. Memenuhi persyaratan akademik.
2. Mengimplementasikan teori yang didapatkan pada perkuliahan di lapangan dan
mempelajari hal-hal yang belum pernah diperoleh pada saat berada di bangku
perkuliahan.
3. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam menunjang tercapainya
Tridarma Perguruan Tinggi.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisa fungsi recloser sebagai pengaman pada jaringan distribusi 20 kV.
2. Mengetahui prinsip kerja dari recloser pada jaringan distribusi 20 kV.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada saat pengumpulan data meliputi :
1. Studi Literatur
Mahasiswa mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan penulisan laporan
dalam bentuk soft copy maupun literatur dan website yang tersedia.
2. Wawancara
Wawancara dengan cara mengadakan tanya jawab kepada pembimbing lapangan maupun
pegawai lain di bagian teknik PT PLN (Persero) ULP Dinoyo.
3. Observasi
Mahasiswa melakukan metode observasi dengan mengikuti berbagai arahan dan penjelasan
pembimbing teknik.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Metode penyusunan laporan Kerja Praktek (KP) ini diatur sedemikian rupa sehingga
segala kebutuhan yang dipergunakan di dalam pengembangan aplikasi sistem di atas dapat
dipahami dengan mudah.
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang pelaksanaan KP, tujuan, batasan masalah,
waktu & tempat pelaksanaan, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan.
BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) ULP DINOYO
Bagian ini menjelaskan secara singkat informasi perusahaan, logo perusahaan dan
maknanya, visi dan misi, lokasi, struktur organisasi, wilayah kerja perusahaan dan peraturan
perusahaan PT PLN (Persero) ULP Dinoyo.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan guna mendukung penulisan laporan
Kerja Praktek.
BAB IV FUNGSI RECLOSER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV
Pada bab ini berisi tentang penjelasan mengenai recloser dan juga prinsip kerja dari
recloser.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjadi penutup dari laporan penulis, didalamnya berisi saran dan kesimpulan
yang dapat diberikan penulis mengenai permasalahan yang dianalisis selama melaksanakan
kerja praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka ini berisi tentang literatur yang dimasukkan ke dalam laporan ini sebagai
landasan untuk penulisan laporan kerja praktek.
LAMPIRAN
Lampiran ini berisi tentang laporan kegiatan harian.

1.7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan kerja praktek ini dilaksanakan secara langsung selama satu bulan yang
terhitung dari tanggal 01 Oktober 2021 sampai dengan 31 Oktober 2021, kerja praktek
berlangsung di bagian teknik PT PLN (Persero) ULP Dinoyo.
BAB II
PROFIL PT PLN (PERSERO) ULP DINOYO
2.1 Informasi Perusahaan
PT PLN (Persero) ULP Dinoyo berada di alamat Jl. MT. Haryono, Ketawanggede, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. (Unit Layanan Pelanggan) ULP Dinoyo merupakan
sub-unit dibawah (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) UP3 Malang yang membantu
pengurusan pelayanan pelanggan dan pelayanan jaringan listrik distribusi lebih dekat dengan
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.

2.2 Logo Perusahaan


Bentuk, warna dan makna lambing perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang
tercantum pada lampiran surat keputusan direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. :
031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik
Negara.

Gambar 2.1 Logo PLN


Elemen-elemen dasar lambang :

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal


Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya, melambangkan bahwa PT
PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna.
Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di
perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama
yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para
insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya
yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia
dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang
digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan
dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap)
seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru
juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan
layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.3 Visi dan Misi


Visi :

Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan #1 Pilihan Pelanggan untuk
Solusi Energi.

Misi :

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan
pelanggan,a nggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.4 Wilayah Kerja Perusahaan
Untuk wilayah kerja dari ULP Dinoyo sendiri ada beberapa penyulang, yaitu :
1. Penyulang Dinoyo
2. Penyulang Tegalgondo
3. Penyulang Grahadewata
4. Penyulang Suhat
5. Penyulang Tunggulwulung
6. Penyulang Mojolangu
7. Penyulang Mawar
8. Penyulang Glintung
9. Penyulang Unema
10. Penyulang Machung
11. Penyulang Penyulang Matos
12. Penyulang Unmer
13. Penyulang Kendedes dan RD Intan

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan


Berikut ini merupakan struktur organisasi dari PT PLN (Persero) ULP Dinoyo, pada
struktur ini terdapat 11 staf yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu mulai dari Manager, An.
Kin, Supervisor Teknik, Junior Engineer, Supervisor Yan Gan dan Administrasi, As. Dal
Piutang, Jf. Dal Piutang, Supervisor Transaksi Energi, Af Cater dan Pembuatan Rekning, Jf
Cater dan Pembuatan Rekening, dan Pejabat Pelaksana K3L.
Manager
Dwi Sudjarwadi

An Kin
Wahyuni

SPV. YAN GAN SPV. Transaksi Pejabat


SPV. Teknik Dan Adm Energi Pelaksana K3L
Anggi Catur P Rahmita Septian Nanang
Ariyawati Maulana P Yudianto

Af. Cater dan


As. Dal Piutang
Junior Engineer Pembuatan Rek
Nanik
Arif Trianto Syachrida
Kusumawati
Marwati

Jf. Cater dan


Jf. Dal Piutang Pembuatan Rek
Anisha Gusti R Reka Remalta
Y. A

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan


2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan
PT PLN (Persero) ULP Dinoyo memiliki standar Keselamatan dan Kesehatan kerja, dan
berikut ini merupakan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan dalam
perusahaan.

Gambar 2. 3 Peralatan K3 Unit Layanan Cepat


Gambar 2.4 Peralatan K3 Unit Inspeksi – 1
Gambar 2.5 Peralatan K3 Unit Inspeksi – 2
Gambar 2.6 Peralatan K3 Koordinator Teknik
Gambar 2.7 Peralatan K3 Pengawas K3
Gambar 2.8 Peralatan K3 Pemeliharaan Non Skilled
Gambar 2.9 Peralatan K3 Pemeliharaan Non Skilled
Gambar 2.10 Peralatan K3 Pemeliharaan Skilled
Gambar 2.11 Peralatan K3 Pemeliharaan Skilled
Gambar 2.12 Peralatan K3 Yandal 13
Gambar 2.13 Peralatan K3 Yandal 13
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Elektrik
Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur yaitu, pembangkitan,
transmisi, distribusi dan pemakaian tenaga listrik. Pembangkitan tenaga listrik terdiri atas
berbagai jenis pusat tenaga listrik, seperti pusat listrik tenaga air (PLTA), pusat listrik tenaga
uap (PLTU), pusat listrik tenaga nuklir (PLTN), pusat listrik tenaga gas (PLTG), dan pusat
listrik tenaga diesel (PLTD). Letak pusat tenaga listrik, dan hal ini terutama berlaku bagi pusat
listrik tenaga air, sering jauh dari pusat-pusat pemakaian tenaga listrik, seperti kota dan
industri. Dengan demikian, energi listrik yang dibangkitkan di pusat tenaga listrik, sering
harus disalurkan, atau ditransmisikan melalui jarak-jarak yang jauh ke pusat-pusat pemakaian
tenaga listrik. Tiba di kota, energi listrik itu harus dibagikan atau didistribusikan kepada para
pemakai atau pelanggan.
Salah satu bagian dari proses sistem tenaga listrik adalah sistem distribusi, dimana secara
garis besar proses operasi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain :
1. Proses pembangkitan tenaga listrik ( PLTA,PLTU,PLTG,PLTD,PLTP,PLTN,dll ).
2. Proses transmisi daya listrik dengan tegangan tinggi (30 kV,70 kV,150 kV,500 kV) dari
pusat-pusat pembangkit ke gardu-gardu induk.
3. Proses pendistribusian tenaga listrik dengan tegangan menengah ( misalnya 6 kV, 12 kV
atau 20 kV ) dan tegangan rendah ( 110 V, 220 V dan 380 V ) dari gardu induk ke
konsumen.
Pada suatu sistem yang cukup besar, tegangan yang keluar dari generator harus dinaikkan
dulu dari tegangan menengah (tegangan generator) menjadi tegangan tinggi atau tegangan
ekstra tinggi (tegangan transmisi). Menyalurkan energi listrik melalui jarak-jarak yang jauh
harus dilakukan dengan tegangan yang tinggi untuk memperkecil kerugian-kerugian yang
terjadi, baik rugi-rugi energi maupun penurunan tegangan. Suatu sistem tenaga listrik harus
memenuhi syarat-syarat dasar seperti :
1. Setiap saat memenuhi jumlah energi listrik yang diperlukan konsumen sewaktu-waktu.
2. Mempertahankan suatu tegangan yang tetap dan tidak terlampau bervariasi, standar variasi
tegangan Indonesia adalah -10% sampai +5%.
3. Mempertahankan suatu frekuensi yang stabil dan tidak bervariasi lebih dari misalnya ± 0,2
Hz.
4. Menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar.
5. Memenuhi standar-standar keamanan dan keselamatan.
6. Tidak mengganggu lingkungan hidup.
Tegangan generator yang biasanya berupa tegangan menengah (TM) di gardu induk (GI)
melalui transformator dinaikkan menjadi tegangan transmisi, berupa tegangan tinggi (TT)
atau tegangan ekstra tinggi (TET). Standar tegangan menengah di indonesia adalah 20 kV,
150 kV, sampai 500 kv untuk tegangan tegangan ekstra tinggi. Standar ini mengikuti
rekomendasi dari International Electrotechnical Commission (IEC). Standar tegangan
menengah untuk distribusi adalah 20 kV. Standar Tegangan Rendah di Indonesia adalah 220V
/ 380V.
Pusat listrik tegangan generator dinaikkan di gardu induk dari tegangan generator menjadi
tegangan transmisi. Setibanya di pinggir kota, tegangan transmisi diturunkan lagi menjadi
tegangan menengah. Gardu induk merupakan instalasi yang sangat penting dalam
pengoperasian sistem tenaga listrik. Gardu induk pada prinsipnya adalah pusat penerimaan
dan penyaluran tenaga listrik pada tegangan yang berbeda. Gardu induk terdapat di seluruh
sistem tenaga listrik. Dimulai pada pusat tenaga listrik dengan mempergunakan transformator
daya, sebuah GI meningkatkan tenaga menengah yang dibangkitkan oleh generator menjadi
tegangan transmisi yang diperlukan. Mendekati tempat-tempat pemakaian energi listrik, yaitu
kota atau pemakai besar seperti industri, tegangan transmisi diturunkan kembali menjadi
tegangan menengah. Sebuah gardu induk pada umumnya terdiri atas peralatan utama seperti
transformator daya, reaktor pembatas arus, pemutus daya, berbagai peralatan switching
(switch gear), pengamanan terhadap petir, dan peralatan pengukuran serta proteksi.
Secara umum gardu induk dapat dibedakan dua macam yaitu, GI penaik tegangan berfungsi
sebagai pengumpul daya dan menyalurkannya melalui suatu tegangan tinggi. GI ini dapat
dibangun bersama-sama dengan pusat pembangkit. Sedangkan GI penurun tegangan
ditempatkan pada pusat beban yang disalurkan melalui distribusi primer, daya disalurkan
dengan tegangan yang lebih rendah daripada tegangan yang masuk.
Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik
Secara umum, baik buruk nya penyaluran sistem distribusi tenaga listrik ditinjau dari hal-
hal berikut ini :
1. Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena gangguan
maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya, kontinuitas pelayanan terbaik
diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki
mengalami pemadaman.
Misalnya : Rumah sakit, pusat pelayanan komunikasi, kantor, militer,dll.
2. Kualitas daya yang baik, antara lain meliputi:
a. Kapasitas daya yang memenuhi.
b. Tegangan yang selalu konstan dan nominal.
c. Frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).
Catatan : Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan yang terjadi
pada saluran, relatif kecil sekali.
3. Perluasan dan penyaluran daerah beban yang dilayani seimbang. Khususnya untuk sistem
tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan atau kesimentrisan beban pada masing-masing
fasa perlu diperhatikan.
4. Fleksibeldalam pengembangan dan perluasan daerah beban, Perencanaan sistem distribusi
yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan
perkembangan beban yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambahan kapasitas
dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang harus dilayani.
5. Kondisi dan situasi lingkungan, faktor ini merupakan pertimbangan dalam perencanaan
untuk menentukan tipe-tipe konfigurasi jaringan yang sesuai untuk lingkungan
bersangkutan, misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb,
termasuk pertimbangan segi estetikanya.
6. Pertimbangan ekonomis, faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi ditinjau dari segi
ekonomis, baik secara komersil maupun dalam rangka penghematan anggaran yang
tersedia.

3.2 Bentuk Jaringan


Masalah utama dalam operasi sistem Distribusi adalah bagaimana mengatasi gangguan
dengan cepat karena gangguan terbanyak dari sistem tenaga listrik terdapat dalam sistem
distribusi. Jaringan distribusi tegangan menengah atau juga disebut jaringan distribusi primer.
Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih banyak dan kebanyakan bersifat temporer
seadangkan pada kabel tanah jumlah gangguannya lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat
sementara. Oleh karenanya banyak dipakai penutup balik (recloser) untuk SUTM [1].

Ada beberapa bentuk system distribusi yang umum dipergunakan untuk menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik yaitu: system Radial, sitem Loop dan sistem Spindle.

Pemeliharaan dari masing-masing jaringan distribusi tersebut tergantung pada keperluan


dan keandalan system yang diinginkan, seperti kontinuitas penyalur / pelayanan tenaga listrik,
perkembangan beban dan faktor ekonomis yang diinginkan.

Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan distribusi akan
dibatasi, akan dibahas antara lain [2]:
1. Jaringan Radial
2. Jaringan Loop
3. Jaringan Spindle
3.2.1 Jaringan Radial
Sistem radial merupakan bentuk system jaringan distribusi yang paling sederhana
dan yang paling umum dipakai untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga
listrik. System ini dikatakan radial karena dari kenyataan bahwa jaringan ini ditarik
secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban / konsumen yang dilayaninya. Sistem ini
terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.
Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan
memasang transformator pada sembarang titik pada jaringan yang sedekat mungkin
dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan
tenaga system agar dapat dikonsumsi pada beban konsumen. Untuk daerah beban yang
menyimpang jauh dari saluran utama atau saluran cabang maka akan ditarik lagi
saluran tambahkan yang dicabangkan pada saluran tersebut.
Ditinjau dari besarnya penampang saluran, maka penampang yang dekat dengan
sumber daya akan memiliki penampang terbesar, kemudian akan berangsur-angsur
mengecil kearah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena semakin dekat dengan
sumber daya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar. Untuk memperjelas
dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Jaringan Radial


Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen. Gardu
distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan
beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak
rumit dan lebih murah 23isbanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah 24isbanding dengan sistem lainnya.
Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan
pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh
tegangan terbesar ada diujung saluran.

3.2.2 Jaringan Loop


Konfigurasi sistem loop ini merupakan gabungan dari dua atau lebih sistem
jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada konfigurasi loop ini
satu penyulang dapat disuplai dari penyulang lainnya sehingga akan mengurangi
daerah padam saat manuver, baik saat ada gangguan maupun saat ada pemeliharaan
yang ditunjukkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Jaringan Loop


3.2.3 Jaringan Spindle
Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan yang telah ada, maka dikembangkan pula
bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas
sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk spindle, yang
biasanya terdiri dari maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran 6 penyulang yang beroperasi
dalam keadaan berbeban dinamakan “Working Feeder” atau saluran kerja, dan satu
saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan “Express Feeder”.
Fungsi “Express Feeder” dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi
gangguan pada salah satu “Working Feeder”, juga berfungsi untuk memperkecil
terjadinya drop tegangan pada system distribusi bersangkutan pada keadaan operasi
normal. Dalam keadaan normal memang “Express Feeder” ini sengaja dioperasikan
tanpa beban. Untuk memperjelas dapat dilihat pada gambar 3.4 yang merupakan single
line diagram dari jaringan spindle.

Gambar 3.4 Jaringan Spindle


3.3 Macam-macam Gangguan Pada sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sumber gangguan pada jaringan tegangan menengah dapat berasal dari dalam dan dari luar.
Gangguan dari dalam antara lain adalah tegangan lebih atau arus lebih, pemasangan tidak
baik, penuaan, beban lebih dan peralatan yang dipasang tidak memenuhi standar. Berikut
adalah contoh macam-macam gangguan :
1. Gangguan Beban Lebih
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-
menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus tersebut Karena
arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan pengaman yang terpasang
melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat beban melebihi pengaman akan trip.
2. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat, dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau 1 fasa
ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
a. Gangguan Permanen
Salah satu contoh gangguan permanen adalah Gangguan hubung singkat, yang bisa
terjadi pada kabel atau pada belitan transformator tenaga yang disebabkan karena arus
gangguan hubung singkat melebihi kapasitasnya, sehingga penghantar menjadi panas
yang dapat mempengaruhi isolasi atau minyak transformator, sehingga isolasi tembus.
Pada generator yang disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau pembebanan
yang melebihi kapasitas.Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang dapat
menimbulkan pemanasan yang dapat merusak isolasi sehingga isolasi tembus.

Gambar 3.5 Gangguan Permanen


Di sini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen.Peralatan yang
terganggu tersebut, baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki
atau diganti.
b. Gangguan Sementara
Salah satu contoh gangguan sementara adalah Flashover. Flashover terjadi karena
sambaran petir (penghantar terkena sambaran petir), flashover dengan pohon,
penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan gangguan antar fasa atau penghantar
fasa menyentuh pohon yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ke tanah. Gangguan
ini yang tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada
kerusakan yang permanen.
Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh
relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan
kembali.
Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis atau pemanasan
berlebih pada peralatan listrik yang di-lalui oleh arus gangguan dapat merusak peralatan
listrik. Dimana kerusakan akibat arus gangguan tergantung pada besar dan lamanya arus
gangguan. Dan secara Mekanis atau gaya tarik menarik / tolak-menolak pada
penghantar fasa yang terganggu karena adanya frekuensi elektris yang dapat
menimbulkan frekuensi mekanis.terganggu karena adanya frekuensi elektris yang dapat
menimbulkan frekuensi mekanis.

Gambar 3.6 Gangguan Sementara


c. Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem, dimana
tegangan lebih dibedakan atas :
1) Tegangan lebih dengan power frekuensi, misal : pembangkit kehilangan beban yang
diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan, sehingga over speed pada generator,
tegangan lebih ini dapat juga terjadi adanya gangguan pada pengatur tegangan secara
otomatis (Automatic Voltage Regulator).
2) Tegangan lebih transient karena adanya surja petir yang mengenai peralatan listrik
atau saat pemutus (PMT) yang menimbulkan kenaikan tegangan yang disebut surja
hubung.
d. Gangguan Hilangnya Pembangkit
Hilangnya / lepasnya pembangkit akibat adanya gangguan pada sisi pembangkit,
gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan terpisahnya sistem, dimana unit
pembangkit yang lepas lebih besar dari spinning reserve, maka frekuensi akan terus
turun sehingga sistem bisa padam (collapse).
e. Gangguan Instability
Gangguan hubung singkat atau lepasnya pembangkit, dapat menimbulkan ayunan
daya (power swing) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron, Power
swing dapat menyebabkan salah kerja relai.

3.4 Operasi Pemeliharaan Jaringan Distribusi


Pemeliharaan jaringan distribusi yang rutin merupakan jenis pemeliharaan yaitu
direncanakan secara terus - menerus, periodik dengan tujuan mempertahankan kondisi sistem
dalam keadaan baik dengan keadaan daya guna yang optimal. Di lapangan pemeliharaan ada
beberapa langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Klasifikasi Pemeliharaan
Adapaun beberapa contoh kelasifikasi pemeliharaan yaitu :
a. Pemeliharaan Korektif
Jenis pemeliharaan yang dimaksud untuk memperbaiki kerusakan atau untuk
mengadakan perubahan atau penyempurnaan. Maksud dari memperbaiki kerusakan
adalah untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi sistem yang mengalami
gangguan kerusakan sampai kembali pada keadaan semula dengan kapasitas yang
sama. Pekerjaan tersebut meliputi penggantian kabel yang meleleh, perbaikan JTM
yang putus, penggantian bushing trafo yang pecah.
b. Pemeliharaan Darurat
Pemeliharaan yang dimaksud untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh
bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan lain-lain. Biasanya gangguan tersebut
bersifat mendadak, jadi dapat disimpulkan bahwa sifat dari pemeliharaan ini adalah
mendadak dan perlu segera dilaksanakan perbaikan.
2. Jadwal Pemeliharaan Distribusi
Pemeliharaan pada jaringan distribusi memerlukan program yang disusun dengan baik
dan periodik melalui jadwal tertentu. Hal ini merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu, daya guna dan keandalan tenaga listrik. Adapun jadwal tersebut
menurut siklusnya yang dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu :
a. Pemeliharaan Triwulan
b. Pemeliharaan Semesteran
c. Pemeliharaan Tahunan
d. Pemeliharaan Tiga Tahun
Pemeliharaan perlu mendapat prioritas lebih tinggi, sehingga dengan hal ini diharap
daya guna dan keandalan sistem dapat diperoleh secara optional. Pada prakteknya
pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam keadaan :
a. Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan Pekerjaan yang perlu dilakukan adalah
mengadakan pemeliharaan secara visual dengan maksud untuk menemukan gangguan
yang dikhawatirkan. Gangguan tersebut menyebabkan kerusakan pada sistem operasi.
Pemelihan semacam ini pada pelaksanaannya menggunakan chek list untuk
memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal - hal yang perlu diperhatikan.
b. Pemeliharaan tahunan keadaan bebas bertegangan. Pekerjaan yang meliputi :
• Pemeriksaan
• Pembersihan
• Pengetesan
• Penggantian Material Bantu jika ditemkan dalam keadaan rusak dan tidak layak
pakai.

3.5 Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi


Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan
menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat
penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik
petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri. Pengoperasian jaringan distribusi
tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :

1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun


dilapangan.
2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat
penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian
(observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
5. Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk
diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan
keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain
berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.

Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur
tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur
yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim
untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk
mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia.

3.6 Klasifikasi Recloser


Recloser yang dipakai pengaman jaringan distribusi 20 kV dapat diklasifikasikan
berdasarkan :
1. Berdasarkan jumlah fasanya
a. Fasa Tunggal
b. Fasa Tiga
2. Berdasarkan media pemadam busurnya
a. Media Minyak
b. Media Hampa Udara (Vacum)
3. Berdasarkan peralatan pengendalinya
a. Recloser Terkendali Hidrolik
b. Recloser Terkendali Elektronik

3.7 Berdasarkan Jumlah Fasanya


3.7.1 Recloser Satu Fasa
Recloser ini dipakai untuk pengaman saluran fasa, misalnya saluran cabang satu
fasa dari saluran cabang satu fasa dari saluran utama tiga fasa. Dapat juga dipakai
saluran tiga fasa, dimana beban yang terbanyak adalah beban satu fasa, sehingga
apabila terjadi gangguan menetap fasa tanah, maka hanya recloser pada fasa yang
terganggu saja yang akan terus terbuka (lock out), sedang pada fasa yang sehat akan
dapat menyalurkan saluran tenaga listri. Recloser satu fasa berbentuk seperti pada
gambar 4.4 [4].

Gambar 3.7 Recloser Satu Fasa


Keterangan gambar :
1. Cable tails
2. Current transformer
3. 316 grade stainless steel tank
4. Gas fi lled tank
5. Flexible connection
6. Closing solenoid
7. Opening spring
8. Mechanism plate
9. Switch Cable Entry Module (SCEM)
10. Cable entry cover
11. Cable to control cubicle
12. Silicone bushing boot
13. DIN 47 636 bushings
14. Capacitive Voltage
15. Transformer (CVT)
16. Lightning arrester and mountings
17. Vacuum interrupter
18. Contacts
19. Pushrod
20. Contact pressure spring
21. Latch
22. Trip bar
23. Trip bar armature
24. Trip Coil
25. Manual trip lever

3.7.2 Recloser Tiga Fasa


Recloser tiga fasa digunakan apabila pelepasan gangguan menetap. Keadaan
untuk menghindari beban tiga fasa bekerja pada satu fasa. Dan umumnya recloser
dengan tiga fasa digunakan pada gardu induk atau pada percabangan jaringan
distribusi primer.

Recloser tiga fasa mempunyai dua cara kerja yaitu :

1. Satu fasa membuka tiga fasa mengunci


Cara kerja seperti ini susunannya terdiri dari tiga unit recloser satu fasa
yang ditempatkan dalam satu tangki, dan secara mekanis ketiganya dikopel untuk
keadaan mengunci saja, sedangkan untuk membuka dan menutup kembali ketiga
recloser itu bekerja pada fasanya masing-masing. Misalnya, jika salah satu fasa
mengalami gangguan, maka recloser pada fasa itu saja bekerja sesuai dengan
urutan kerjanya untuk melakukan operasi buka tutup sampai waktu kerjanya
mengunci.
2. Tiga fasa membuka tiga fasa mengunci
Umumnya recloser dengan sistem kerja seperti ini digunakan pada jaringan
distribusi tiga fasa. Untuk gangguan yang bersifat temporer maupun yang bersifat
permanen akan menyebabkan kontak fasanya dapat membuka dan menutup
kembali serta mengunci secara serentak. Dan biasanya recloser tiga fasa dilengkapi
dengan peralatan pendeteksi gangguan fasa-fasa maupun gangguan fasa ke tanah.
Berikut recloser tiga fasa berbentuk seperti pada gambar 4.5 [5].

Gambar 3.8 Recloser Tiga Fasa


3.8 Berdasarkan Media Pemadam Busurnya
1. Media Pemutus Minyak
Dalam hal ini minyak dipergunakan untuk melindungi isolasi tegangan impuls
frekuensi rendah.
2. Media Pemutus Hampa Udara
Penggunaan hampa udara juga untuk melindungi isolasi dari tegangan impuls
frekuensi rendah. Disini masalah pemeiharaan dapat dikurangi.
3.9 Berdasarkan Peralatan Pengendalinya
1. Recloser Terkendali Hidrolik
Recloser dengan pengaturan hidrolik, membuka dan menutup kontak-kontaknya
dilakukan dengan cara hidrolik (tekanan minyak). Arus gangguan dideteksi melalui
kumpuran kerja (trip coil) yang dihubungkan seri dengan beban. Bila arus yang
mengalir melewati kumparan kerja yang melebihi arus kerja minimum pengenalnya,
maka akan tertarik kebawah yang disebabkan karena bekerjanya kumparan kerja
sehingga membuka kontak-kontak dari recloser. Pengaturan kerja dan waktu yang
dilakukan dengan pemompaan minyak secara terpisah yang besar-kecilnya diatur
dengan menyetel lubang minyak.
2. Recloser Terkendali Elektronik
Recloser dengan pengaturan elektronik lebih mudah diatur dalam membukadan
menutup kontak-kontaknya. Alat pengaturan elektronik mempunyai kontak sendiri
(kabinet) yang terpisah dari recloser. Pada pengaturan elektronik ini, karakteristik
waktu-arus dapat diatur dengan mengubah tingkat arus kerja kumparan serinya dan
urutan kerja dari recloser tanpa harus melepas recloser dari rangkaiannya dan
mengeluarkannya dari tangki.
BAB IV
FUNGSI RECLOSER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV
4.1 Pengertian Recloser
Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang dilengkapi
kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu peralatan elektronik
sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan ini tidak berhubungan dengan tegangan
menengah dan pada peralatan ini recloser dapat dikendalikan cara pelepasannya. Dari
dalam kotak kontrol inilah pengaturan (setting) recloser dapat ditentukan [3].

Gambar 4.1 Panel Box Recloser

Alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu sistem dari
arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya adalah
untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur selang waktunya,
dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak membuka tetap (lock out),
kemudian recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu hilang. Apabila gangguan
bersifat permanen, maka setelah membuka atau menutup balik sebanyak setting yang telah
ditentukan kemudian recloser akan membuka tetap (lock out).

Gambar 4.2 Recloser


4.2 Kegunaan Recloser
Fungsi utama recloser adalah sebagai proteksi sistem distribusi 20 kV, proteksi yang
dimaksud adalah apabila terjadi gangguan arus lebih, gangguan fasa ke fasa dan atau
gangguan fasa ke ground. Gangguan fasa ke fasa biasa disebut dengan OCR (Over Current
Relay) sedangkan gangguan fasa ke ground biasa disebut dengan DGR (Directional
Ground Relay).

Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan daerah atau jaringan
yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu
pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah gangguan secara sesaat sampai
gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian recloser akan masuk kembali
sesuai settingannya, sehingga jaringan akan aktif kembali secara otomatis. Untuk lebih
lengkapnya dibawah ini adalah beberapa setting waktu pada gangguan yang terjadi :

1. Setting recloser terhadap gangguan permanen Interval


1st : 5 detik
2nd : 10 detik Lock out : 3X trip (reclose 2X)
Reset delay : 90 detik
2. Setting recloser terhadap gangguan sesaat sama dengan gangguan permanen yang
membedakan adalah tidak ada trip ke 3.
Selang Waktu Penutup Balik Recloser
Ada bermacam-macam selang penutup kembali atau recloser interval dari recloser
adalah sebagai berikut :
a. Menutup balik seketika atau Instantaneous Reclosing
Membuka kontak paling singkat, agar tidak mengganggu daerah-daerah beban
yang terdiri dari motor industri,irigasi,dan daerah yang tidak boleh padam terlalu
lama. Ini sering dikerjakan untuk reclosering pertama dari urutan reclosering.
Kerugian dari penutup pertama adalah cukup waktu untuk menghilangkan
gangguan transient, seperti gangguan akibat cabang pohon yang mengenai
penghantar, benang layang-layang, ionisasi gas dari bunga api yang timbul waktu
gangguan dan belum hilang dalam waktu-waktu yang relatif singkat.
b. Waktu tunda
1) Menutup kembali 2 detik
Diharapkan dalam selang waktu ini telah cukup waktu untuk
menghilangkan gangguan, transient dan menghilangkan ionisasi gas. Bila
digunakan diantara fuse trip operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk
mendinginkan di fuse beban.
2) Menutup kembali 5 detik
Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari
recloser substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi
sumber, maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban.
3) Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval)
Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila
pengaman cadangan terdiri dari breaker yang terkontrol relay. Ini
memungkinkan timing disc pada relai lebih mempunyai cukup waktu untuk
reset.

4.3 Standing Operation Procedure Penelusuran Gangguan


SOP yang dilakukan saat terjadi gangguan pada sistem distribusi 20 kV adalah
menelusuri dimana terjadinya gangguan, apabila gangguan terjadi di area jaringan recloser
maka ada dua kondisi recloser yang akan menunjukkan jika sebuah jaringan distribusi
terindikasi sedang terjadi gangguan, berikut adalah dua kondisi recloser :

4.3.1 Auto Reclose


Pada saat terjadi gangguan di SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah),
waktu membuka dan menutup pada recloser dapat diatur pada kurva
karakteristiknya. Secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan.
2. Ketika terjadi sebuah gangguan, arus yang mengalir melalui recloser membuka
kontak pada recloser.
3. Jika gangguan di jaringan bersifat temporer, maka recloser akan masuk
permanen tanpa lock out. Kontak recloser akan menutup kembali setelah
beberapa detik, sesuai setting yang ditentukan.
4. Apabila yang terjadi adalah gangguan permanen, maka recloser akan menutup
dan membuka balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian lock out.
5. Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, baru dapat dikembalikan
pada keadaan normal.
6. Contoh gangguan temporer (5 menit) :
a. Hewan terkena jaringan dan menyentuh tanah.
b. Sentuhan sesaat oleh batang pohon.
c. Sentuhan sesaat oleh orang tersengat tegangan.

4.3.2 Non Auto Reclose


Pada saat terjadi gangguan di SUTM 20 kV untuk kerja non auto reclose adalah
sebagai berikut :
1. Petugas mengecek jika terjadi gangguan di SUTM 20 kV.
2. Petugas memastikan relay di recloser dalam keadaan OCR, DGR, atau OCR-
DGR.
3. Petugas juga memastikan besarnya arus gangguan yang terjadi dan juga fasa
mana yang terganggu (R, S, T).
4. Untuk mempercepat sistem nyala, recloser dimasukkan Kembali.
5. Jika recloser sudah masuk, petugas menginvestasi penyebab gangguan mengacu
pada even lock di recloser (gangguan temporer).
6. Jika recloser gagal masuk, maka penyebab gangguan bersifat permanen, maka
jaringan harus dibebaskan atau dipulihkan dulu.
7. Jika penyebab gangguan sudah dievakuasi dan sudah pulih, recloser akan
dimasukkan kemabali

4.4 Cara Pengoperasian Recloser


Dalam pendeteksian gangguan recloser yang akan dibahas yaitu recloser tipe VWVE
merk cooper menggunakan kotak kontrol elektronik sebagai pengaturannya maka dari itu
perlu mengetahui tentang kotak kontrol elektroniknya.
Bila arus yang mengalir melewati harga dari minimum trip resistor maka level detection
and timming circuit akan bekerja dengan mengirim sinyal ke trip circuit sesuai dengan
kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip circuit ini akan
mengirim perintah ke recloser trip. Setelah recloser trip coil bekerja maka sequence relay
mulai bekerja sesuai dengan urutan waktu yang telah ditentukan dari waktu kerja (trip)
pertama, setelah waktu yang ditentukan selesai maka sequence relay akan mengirim sinyal
ke reclosing circuit yang selanjutnya mengirim perintah ke recloser close initiating
solenoid untuk bekerja. Jika gangguan tersebut adalah gangguan permanen maka kotak
kontrol elektronik tersebut akan bekerja sebanyak tiga kali dan pada trip yang ke tiga
sequence relay pada trip circuit akan membuka sehingga recloser akan lock out.
Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah recloser close initiating
solenoid bekerja kembali dan sensing circuit tidak merasakan adanya arus yang melewati
panel dari harga minimum trip resistor waktu yang telah ditentukan dalam reset delay plug
maka reset akan bekerja dan seluruh rangkaian akan kembali seperti semula (sebelum
terjadi gangguan).
Gambar 4.3 Perangkat Dalam Panel Recloser
Bagian-bagian panel Recloser :
1. Phase Trip Squence Selector
Untuk memilih jumlah trip cepat pada gangguan fasa yang kurva arus waktunya
diprogram seperti pada phase trip timming socket 1.
2. Lock Out Selector
Untuk memilih jumlah total operasi sampai lock out (mengunci).
3. Ground Trip Squence Selector
Untuk memilih jumlah operasi trip cepat pada gangguan tanah yang kurva arusnya
diprogram seperti pada ground trip timming socket 1.
4. Minimum Trip Resistor
Untuk menyetel level arus trip minimum untuk ground dan masing - masing fasa.
Tahanan catrige ini ditandai dengan arus primer.
5. Operation Counter
Menunjukkan jumlah total trip.
6. Squence Relay
Langkah-langkah kontrol melalui uirutan operasinya.
7. Ground Trip Blok/Normal Operation Switch
Memblok semua trip gangguan tanah dalam posisi keatas menengah operasi tanpa
sengaja.
8. Manual Control Switch, ada 2 posisi trip :
a. Posisi Open :
Penutup balik mengunci, memberikan urutan relay sampai urutan mengunci dan
memutus baterai.
b. Posisi Close :
Penutup balik menutup mengembalikan relay urutan (sequence relay) keposisi
start dan menghubungkan kembali baterai. Dipertahankan dalam posisi close
menolak cold load inrush dengan memblok operasi trip cepat. Tetapi akan
mengunci dalam posisi close, untuk gangguan permanen.
9. Control Fuse
Memproteksi terhadap aliran baterai jika sumber rangkaian tegangan demikian
rendah untuk menutup balik (reclose).
10. Non Reclosing
Menyetel kontrol untuk sekali buka tutup dan lock out (mengunci) dalam posisi non
reclosing tanpa mengganggu penyetelan operasi to lock out selector.
11. Lamp Test/Lock Out Indicating Switch
Menguji kondisi lampu sinyal dan mengecek untuk lock out (mengunci).
12. Lock Out Indicator Signal Lamp
Memberi indikasi secara visual untuk kontrol lock out bila lock out test switch
dioperasikan.
13. Battery Test Terminals
Memberikan jalan untuk test tegangan baterai dan laju pengisian.
14. Reset Delay Plug
Menentukan interval tunda waktu sebelum kontol reset setelah penutupan berhasil
selama urutan operasi. Nilai penundaan ditentukan oleh posisi dari plug dalam socket.
15. Phase Trip Timming Plug
Memberikan suatu variasi kurva arus yang diintegrasikan pada individu plug, untuk
mengkoordinasi operasi trip fasa terhadap pengaman cadangan dan pengaman disisi
hilir.
16. Ground Trip Timming Plug
Memberikan suatu variasi kurva arus waktu yang diintegrasikan pada individu plug
untuk mengkoordinasi operasi trip ground terhadap pengaman cadangan dan
pengaman disisi hilir.
17. Reclosing Interval Plug
Menentukan interval tunda untuk masing - masing operasi penutup. Harga tunda
waktu ini ditentukan oleh posisi dari plug soket. Instant plug hanya untuk interval
reclose (penutup balik) pertama.
Pada recloser tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbulkan pada saat
pelepasan maupun pemasukannya di padamkan dengan menggunakan media minyak.
Sarana pemasukannya digerakkan oleh selenoid closing oil yang mendapat sumber
tegangan 20 kV pada sisi sumber, sedang pengendaliannya menggunakan remot melalui
elektronik control box dengan tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere yang diisi terus
menerus. Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper :
1. Recloser tipe VWVE merek cooper pemasukannya sepenuhnya dilakukan oleh
selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan tersambung
dengan tegangan 20 kV maka syarat umumnya adalah harus ada tegangan 20 kV.
2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium.
3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik.
Reset trip manual stik, yang ada diujung samping atas recloser harus selalu pada posisi
reset.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari semua pembahasan yang telah ditulis diatas adalah
sebagai berikut :

1. Recloser dipasang di jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV untuk


memproteksi sistem jika da gangguan supaya tidak memperluas daerah padam.
2. Recloser dapat bekerja dalam dua kondisi, yaitu secara auto reclose dan non auto
reclose.
3. Selain berfungsi sebagai alat pengaman gangguan terhadap arus lebih, recloser
berfungsi memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat
sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada saat terjadi gangguan.
4. Relay yang terbaca di recloser yaitu OCR (Phase to Phase), DGR (Phase to Ground),
dan dapat membaca fasa mana yang terganggu antara (R, S, T).
5. Pemakaian recloser lebih banyak digunakan pada saluran udara tegangan menengah
(SUTM) yang menggunakan bentuk jaringan radial.

5.2 Saran
1. Untuk mengurangi gangguan-gangguan yang sering terjadi pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM), sebaiknya penggunaan pengaman arus lebih ini dapat dioptimalkan
penggunaannya.
2. Recloser merupakan hal terpenting pada saluran uadar tegangan menengah (SUTM)
maka, pemeliharaan rutin pada recloser perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. Wibowo et al., “Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik,” PT.
PLN, pp. 3–4, 2010.
[2] A. R. Iklas, U. Situmeang, P. Studi, T. Elektro, and F. Teknik, “Studi Penempatan Recloser
Pada Jaringan Distribusi Kv Di Penyulang 12 Kualu Pt . Pln ( Persero ) Rayon,” Kv Di
Penyulang 12 Kualu Pt . Pln ( Persero ) Rayon, 2017.
[3] A. Putra, “Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan
Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti,” Univ. Riau, vol. 4, no. 1, pp. 1–10, 2017.
[4] Schneider Electric, “N-Series Three phase recloser,” 2013.
[5] T. V. Recloser, “Vacuum Recloser 3AD ready-to-install packages for 3-phase applications.”

Anda mungkin juga menyukai