PENDAHULUAN
Limbah B3 merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan hasil produksi yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Setiap orang menghasilkan
bahan limbah B3 wajib melakukan pengolahan limbah B3 yang dihasilkannya.
Limbah B3 yang langsung dibuang kelingkungan akan menimbulkan dampak
yang begitu besar yaitu dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia
serta mahkluk hidup yang lain. Oleh karena itu,diupayakan agar setiap kegiatan
industry meminimlkan limbah hasil prosesnya.
PT PLN (Persero) ULPL (Unit Layanan Pusat Listrik) Merah mata memiliki unit
pembakit listrik yang menghasilkan limbah B3. Maka salah satu tindakan yang
dapat dilakukan oleh PT PLN (Persero) ULPL Merah Mata untuk menjaga
lingkungan dari dampak produksi atau limbah yang dihasilkan yaitu dengan cara
mengelola limbah B3 yang dihasilkan pada setiap unit pembangkit. Tantangan
yang dihadapi dalam pengelolaan limbah B3 semakin tinggi dan memiliki dampak
yang cukup besar bagi kehidupan.
Oleh karena itu, salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan memuat
aplikasi pelaporan dan pengolahan data limbah B3 pada pada tempat
penyimpanan sementara bebasis web di PT PLN (Persero) ULPL Merah mata.
Apalikasi ini bernama system pelaporan elektronik Lingkungan(SIMPEL), yang
diluncurkan oleh kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) melalui
Dirjen Pengendalian Pencemeran dan Kerusakan Lingkungan. Dengan system ini,
diharapkan mekanisme pelaporan lingkungan perusahan bias berjalan lebih
cepat,efisien dan akuntabel. Metode yang digunakan pada aplikasi SIMPLE yaitu
dengan caara mengambil data sampel baik itu udara(data amient dan emisi), data
limbah (logbook), dan data air yang mana datanya sudah diuji di
laboratorium.penerapan metode dapat mempercepat proses pengembangan dan
memberikan hasil yang lebih berkualitas. Tujuan dari pembuatan aplikasi ini yaitu
untuk membantu Staf K4L (Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan
1
Lingkungan ) keamanan dalam melakukan pengolahan dan pelaporan data limbah
B3 pada tempat penyimpanan sementara sehingga proses pengolahan data limbah
B3 dapat terpantau.
1.4.1 Tujuan
2
Adapun tujuan dari pelaksaan kerja praktek di PT.PLN(Persero) ULPL
Merah Mata, antara lain:
1.4.2 Manfaat
A. Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat dari kegiatan Kerja Praktik di PT.PLN (Persero)
ULPL Merah Mata, antara lain:
- Mahasiswa mampu menerapkan teori-teori dan pratikum yang
didapatkan diperkuliahan pada tempat kerja praktik.
- Mahasiswa diharapkan mampu mengenal peralatan-peralatan yang
digunakan dilokasi Kerja Praktik dan aplikasinya.
- Mahasiswa dapat menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama Kerja
Praktik dalam bentuk Laporan Kerja Praktik.
- Mempelajari dan mengetahui secara umum kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di PT. PLN(Persero) ULPL Merah Mata.
B. Bagi Politeknik
Sebagai masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum
yang ada sesuai kebutuhan industri.
C. Bagi Perusahaan
Membantu perusahaan dalam meringankan dalam perkerjaan di
PT.PLN (Persero).
3
1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek
4
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari pembahasan mengenai latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, waktu, tempat
pelaksanaan, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas mengenai teori pokok yang dijadikan bahan
utama penyusunan Laporan Kerja Praktek , yaitu tentang pengunaan
aplikasi SIMPEL pada PT. PLN (Persero) ULPL Merah Mata.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdapat kesimpulan dan saran-saran sebagai salah satu
parameter keberhasilan dari tujuan kegiatan kerja praktek,serta dapat
berguna bagi perkembangan di PT. PLN (Persero) ULPL Merah Mata.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
6
Wilayah kerja kantor induk PT PLN (Persero) Pembangkit Sumatera Bagian
Selatan meliputi 10 Sektor Pembangkitan, yaitu :
1. Sektor Pengendalian Pembangkitan Bandar lampung, Daya Mampu Netto
sebesar 289 MW
2. Sektor Pengendalian Pembangkitan Bengkulu, Daya Mampu Netto
sebesar 232 MW
3. Sektor Pembangkitan Bukit Asam, Daya Mampu Netto sebesar 233 MW
4. Sektor Pengendalian Pembangkitan Bukit Tinggi, Daya Mampu Netto
sebesar 253 MW
5. Sektor Pengendalian Pembangkitan Jambi, Daya Mampu Netto sebesar 297
MW
6. Sektor Pengendalian Pembangkitan Keramasan, Daya Mampu Netto
sebesar 519 MW
7. Sektor Pengendalian Pembangkitan Ombilin, Daya Mampu Netto sebesar
183 MW
8. Sektor Pembangkitan Sebalang Lampung, Daya Mampu Netto sebesar 89
MW
9. Sektor Pembangkitan Tarahan, Daya Mampu Netto sebesar 178 MW
10. Sektor Pembangkitan Teluk Sirih, Daya Mampu Netto sebesar 200 MW
7
Pembentukan PLN Sektor Keramasan dilaksanakan pada tanggal 1 Januari
1975, yaitu setelah selesainya pembangunan dari trial operasi PLTGU unit I dan
unit II. Pembangunan PLN Sektor Keramasan pada mulanya diawali dengan
perencanaan pembangunan unit PLTGU Keramasan yaitu pada tahun 1962,
dimana pada saat itu kemampuan dari PLTD Boom Baru (dibawah pengelolaan
PLN Cabang Palembang) tidak dapat lagi memenuhi permintaan tenaga listrik
untuk para konsumen. Pada tahun 1963 dimulai dengan pelaksanaan
pembangunan berupa penyediaan tanah, menimbun rawa-rawa dan penyediaan
tempat penampungan material yang didatangkan dari Yoguslavia. Pada tahun
1964- 1968, kegiatan pembangunan mengalami slowdown akibatnya tidak
tersedianya dana pembangunan.
Setelah ditetapkannya proyek Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Keramasan
sebagai salah satu bagian dari proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I
Nasional (1 April 1969) tahap demi tahap dilanjutkan pembangunannya sampai
tahun 1974. Dalam usaha mempertinggi keandalan pembangkitan, maka pada
tahun 1968 dimulai pengembangan Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) unit II di
Keramasan dan tahun 1979 PLTG unit III yang juga terletak di Keramasan. Sektor
Pembangkit Keramasan memiliki tugas pokok antara lain :
1. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan operasi pusat
pembangkit listrik untuk menyediakan energi listrik sesuai permintaan PT
PLN (Persero) UITSBS dan atau PT PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban (P3B Sumatera Unit P3B Palembang).
2. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan unit
pembangkit listrik.
3. Melaksanakan pembinaan satuan organisasi Pusat Listrik Keramasan, Pusat
Listrik Borang (Sungai Juaro), Pusat Listrik Indralaya, dan PLTGU Talang
Duku.
4. Mengelola sumber daya manusia, keuangan, material dan administrasi milik
PT PLN (Persero) yang berada di PT PLN (Persero) Pembangkit Sumbagsel
Sektor Keramasan.
8
2.1.1 Profil PT PLN (Persero) UIKSBS Sektor Pembangkit Keramasan-
Unit Layanan Pusat Listrik Merah Mata
Di Unit PLTG Borang, terdiri dari 3 unit turbin gas. Setiap unit turbin
terpisah dan memutar generatornya masing-masing. Unit Pembangkit PLTG
Borang, yaitu :
1. LM6000 Borang #1 dengan Daya Terpasang 43.3 MW
2. LM6000 Borang #2 dengan Daya Terpasang 43.3 MW
3. LM2000 Borang #3 dengan Daya Terpasang 19.125 MW
9
2.2 Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT PLN Unit Layanan Pusat Listrik Merah Mata
(2021)
10
2.3 Lokasi PT. PLN (Persero) UIKSBS UPDK Keramasan
2.4
11
Gambar 2.3 Kantor administrasi PT.PLN (Persero)ULPL Merah Mata
Gambar 2.4 lokasi ULPL Merah Mata unit PLTG Borang 60MW
12
1
2
2.1
2.2
2.3
2.3
1
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5 Sistem Kepegawaian
13
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
14
1
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7 Visi Misi PT PLN (Persero)
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
15
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
16
bukti komitmen untuk di implimentasikan secara menyeluruh dalam menciptakan dan
memelihara tempat kerja yang aman, selamat dan sehat, efisien dan produktif. Untuk
mencapai tujuan tersebut manajemen menetapkan sasaran sebagai berikut :
a. Mencapai zero accident
b. Meningkatkan indeks kepuasan pelanggan
c. Memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan
17
i. Kebijakan ini dapat di tinjau secara berkala,sesuai dengan perubahanyang
terjadi dalam peraturan perundangan, teknologi, proses ataulainnya untuk di
sempurnakan.
Untuk mendukung komitmen tersebut, berikut hal-hal yang harus di perhatikan
selama di area PLTG.
1. Pakailah alat pelindung diri.
2. Perhatikan daerah-daerah berbahaya.
3. Membuang sampah di tempat yang telah ditentukan.
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
19
membahayakan lingkungan hidup manusa serta makhluk hidup lainnya
(Sugiharto,2008).
20
3.2 Klasifikasi Limbah Industri
Menurut Setiawan (2015), berdasarkan dari wujud limbah yang
dihasilkan, maka limbah dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu limbah padat, cair
dan gas. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas industry diantaranya yaitu:
3.2.1 Limbah Padat
Menurut Kristanto (2013), limbah padat industry dapat di klasifikasikan
menjadi limbah padat yang sifatnya mudah terebakar, limbah padat yang sukar
terbakat, limbah padat yang mudah membusuk, lumpur, debu serta limbah yang
dapat didaur ulang kembali. Adapun beberapa kategori untuk limbah padat
insdustri yaitu:
a. Limbah padat B3 (Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun)
contohnya seperti bahan kimia, bahan yang bersifat radidoaktif,
minyak, toner catridge, dan lain lainnya.
b. Limbah padat non B3 (Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun)
contohnya seperti boiler ash, spare part alat berat, sarung tangan,
sampah kantor, lumpur, sampah rumah tangga dan lain sebagainya.
21
3.2.3 Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah zat buangan yang berwujud gas
(Setiawan, 2015). Keadaan udara yang terdapat di atmosfer tidak pernah di
temukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah terkontaminasi dengan gas-
gas lain dan partikulat- partikulat yang tidak perlukan yang bersifat mencemari
kualitas udara (sumatri, 2013). Jenis bahan pencemaran yang banyak dijumpai
di atmosfer diantaranya yaitu karbon monoksida (CO2), sulfur dioksida (SO2),
nitrogen dioksida (NO2) serta komponen organic terutama hidrokarbon dan
substansi partikel (Darmono, 2001).
Menurut Kristanto (2013), Limbah gas dan partikel adalah limbah
yang dibuang keudara atau atmosfer. Adapun jenis industry yang menjadi
sumber pencemaran udara yaitu: industry semen, industry besi dan baja,
industry pupuk, industry kendaraan bermotor, industry aluminium, industry
kertas, industry pertambangan, industry kilang minyak dan industry pembangkit
tenaga listrik.
22
Pengolalaan Lingkungan Dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL)
serta analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Kelebihan aplikasi
SIMPEL perusahaan sekali upload, memenuhi kewajiban pelaporan dan tidak
perlu dating ke kantor.
23
Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) merupakan suatu instalasi
pembangkit listrik yang terdiir dari uatu unit pembangkit (SPD) dan sarana
pembangkitan lainnya. PLTD biasanya menggunakana mesin diesel
sebagai penggerak pemula (primer mover). Primer Mover merupakan suatu
alat yang mempunyai fungsi untuk menghasilkan suatu energy mekanis
yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Pembangkit listrik jenis
ini menggunakan bahan bakar batu bara, mintak atau gas sebagi sumber
energy primer (Marsudi, 2005).
Mesin diesel merupakn penggerak utama untuk menghasilkan suatu
energy listrik yang kemudian dikeluarkan oleh generator. Pada mesin diesel
energy listrik yang kemudian dikeluarkan oleh generator. Pada mesin diesel
energy diubah menjadi energi mekanik dengan proses pembakaran didalam
mesin itu sendir. Seiring dengan berkembangnya zaman dan meningkatnya
teknologi, mesin diesel sudah banyak mengalami perkembangan dalam
pemakaian untuk angkutan darat dan laut, kemudian proses pembangkitan
dalam daya kecil dan menengah bahkan hingga samapai daya besar sudah
ada yang menggunakannya.
3.5 Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 Tahun 1999, limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) merupakan sisa akhir dari suatu aktivitass atau prosws kegiatan
yang didalamnya dapat mengandung berbagai macam zat, termasuk zat
yang berbahtaa dan beracun yang karena sifat atau kadar atau jumlahnya
dpaat merusak atau mencemari lingkungan hidup baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Adapun karakteristiknya limbah B3 antara lain sebagai berikut:
a. Mudah terbakar
b. Mudah meledak
c. Bersifat radioaktif
d. Menyebabkan iritasi
24
e. Bersifat korosif
f. Bersifat toksit
Dalam identifikasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Berdasarkan PP No.18 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1. Limbah B-3 dari sumber tidak spesifik
2. Limbsh B-3 dari sumber spesifik
3. Limbah B-3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan dan sisa
makannan.
3.6 Pengolahan Limbah Bahan Berbahyaa dan Beracun (B3)
Pengolahan Limbah Bahan Bernahaya dan Beracun (B3) merupakan
proses untul mengubah komposisi atau karakteristik limbah B3 tersebut
untuk menghilangkan atau mengurangi sifat berbahaya dan beracun yang
terdapat dalam limbah tersebut. Proses pengubahan karakteristik dan
komposisi limbah B3 bertujuan untuk mengurangi kadar pencemar
suapaya tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan (Wentz. 1995).
Adapun pengolahan limbah B3 yang dilakukan dapat meliputu:
a. Hazardous Waxte Minimization
Yaitu mengurangi sampai sedikit mungkin jumlah limbah
dari kegiatan industri.
b. Daur ulang
Yaitu memanfaatkan kembali sebagai bahan dasar dengan
metode daur ulang.
c. Reduksi
Reduksi merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
mengolah limbah B3 yang bertujuan untuk meminimalkan
kualitas limbah B3.
d. Proses Pengolahan
25
Proses ini bertujuan untuk mengurangai kandungan unsur
beracun sehingga tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan
dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis.
e. Pengolahan internal
Pada proses pengolahan initernal ini dengam menggunkan
mesin insinerator. Insinerator merupakan mesin atau alat yang
berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan
kandungan B3 yang terdapat dalam padatan tersebut. Jenis
limbah yang dibakar dengan menggunakan mesin insenerator
ini adalah seperti filter filter, majun, kerak cat, sarung tanan
bekasa dan lain sebagainya.
f. Proses Netralisasi
Yaitu proses yang bertujuan untik menetralkan ladar racun.
g. Pewadahan dan Pengumpulan
Semua jenis limbah B3 yang dihasilkan ditempat dalam
wadah yang sesuai untuk jenis limbahnya masing- masing dan
dikumpulkan semua limbah tersebut berdasarkan ketentuan
yang telah di tetapkan.
h. Penyimpanan Sementara
Semua limbah B3 yang sudah dikumpulkan selanjutnya
disimpan di tempat penyimpanan sementara sebelum
dilakukannya proses pengolahan yang lebih lanjut. Tata cara
tersebut berpendoman pada Kep.01/BAPEDAL/09/1995
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpangan dan
Pengumpulan Limbah B3.
i. Label dan Simbol
Pada setiap limbah B3 yang sudah disimpan harus diberikan
label atau symbol. Proses ini bertujuan membedakan kadar
atau tingkat bahaya dari setiap limbah B3 tersebut. Misalnya
26
seperti symbol api yang maksudnya itu mudah terbakar atau
meledak dan lain sebagainya. Proses pelabelan dan symbol
limbah B3 harus dilakukan berdasarkan
KEP.05/BAPEDAL/09/1995 tentang simbol fan label limbah
bahan berbahaya dan beracun.
j. Pengangkutan
Limbah B3 yang sudah dikumpulkan dan diberi label
selanjutnya akan diangkut ke tempat pengolhan khusus untuk
limbah B3. Proses pengangkutan ini meliputi daru setiap unit
produksi ke tempat penyimpanan sementara dan pengangkutan
limbah kepihak ketiga yaitu sebagai pihak yang mengolah
limbah B3 yang telah mendapat izin dari KLH untuk
mengolah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
k. Pengangkutan ke tempat penamoungan sementara
- Dokumen
Dokumen yang dibutuhkan dalam melakukan proses
pengangkutan dari unit produkdi ke tempat penampungan
sementara adalah dokumne identifikasi jenis limbah B3,
dokumen jumlah dan sumber limbah B3, dokumen
pemberutahuan limbah B3 dan dukumen berita acara
serah terima limbah B3.
- Operator
Operator merupakan karyawan yang ada paa industry
yang bersangkutan yang memiliki potensi dan pengalam
di lapangan, mempunyai kualifikasi Sebagai pengemudi
alat angkut yang dipakai, mempunyai surat izin kerja
serta telah mengikuti berbagai macam pelatihan tentang
kesekamatan kerja.
27
l. Pengangkutan dari industry ke pihak ketiga
Pada proses pengangkutan limbah B3 untuk diolah secara
keseluruhan ke pihak ketiga maka diwajibkan harus memenuhi
standar yang ada dan memenuhi konsep cradle to grave serta
dilengkapi dengan manifest.
m. Pengolahan
Pengolahan limbah B3 harus sesuai dengan Peraturan
Pemerintah yang tercangtum Peraturan Pemerintah (PP) no 18
Dan 85 tahun 1999 yang selama ini mengharuskan penghasil
limbah yang bika memenuhi syarat sebagi pengolahan dan
penimbun maka prosedurnya harus diserahkan pada pihak
yang lain yang telah diakui oleh pemerintah. Sehingga pihak
ketiga harus mengolah limbah B3 sesuai dengan regulasi yang
berlaku.
n. Perizinan dan Pengawasan
- Perizinan
Perizinan adalah alat kontrol penghasil maupun
pengolahan limbah dalam ketaatan terfhadap peraturan
lingkungan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum
dalam pp no.18 dan 85 tahun 1999 dijelaskan bahwa
setiap badan usaha yang melakukan kegiatan
pengelolahan limbah wajib memliki izin dari kepala
instansi yang bertanggung jawab. Adapun pihak ketiga
menawarkan jasa untuk mengolah atau memanfaatkan
limbah B3 harus memenuhi syarat secara teknis dan
ekonomis sesuai dengan ketentuan yang ada.
- Pengawasan
28
Terkait dengan proses pengawasan tentang pengelolaan
limbah B3 seperti yang telah dalam PP No.74 Tahun
2001 dilakukanm oleh Menteri Lingkungan Hidup yang
pelaksanannya diserahlam pada instansi yang
bertanggung jawab. Pengawasan terhadap pengelolaan
limbah yang dilakukan dengan cara pemantauan terhadap
penaataan penataan persyaratan serta ketentuan teknis
dan administrative terhadap upaya pengelolaan limbah
B3.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Bahan Berbahaya dan Beracun atau sering disingkat dengan B3 adalah zat,
energi, dan komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup,
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain. Definisi ini tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 31
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengolaaan LIngkungan Hidup dan peraturan-
peranturan lian dibawahnya.
Jenis –jenis Bahan Berbahaya dan Beracun diatur dalam peraturan Pemerintah
Nomor 74 TAHUN 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan ini selain mengatur tata laksana pengelolaan B3, juga mengklasifikasikan
B3 dalam kategori yaitu B3 yang dilarang dipergunakan dan B3 yang terbatas
dipergunakan.
Beberapa jenis B3 yang mudah dikenali dan boleh dipergunakan anatara lain
adalah bahan-bahan kimia seperti Amonia, Asam Asetat, Asam Sulfat, Asam Klorida,
Asetilena, Formalin, Metanol, Natrium Hidroksida, termasuk juga gas Nitrogen.
Lebih lengkap daftar B3 yang boleh dipergunakan dapat dilihat pada Lampiran 1
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001. Sedangkan B3 yang dilarang dipergunakan
antara lain adalah Aldrin, Chlordane, DDT, Dieldrin, Endrin, Heptrachlor, Mirex,
Toxaphene, Hexachlorobenzene dan PCBs. Daftar tersebut dapat dilihat pada
lampiran 2. Sedangkan Lampiran 3 berisi daftar B3 yang dipergunakan secara
terbatas, antara lain Merkuri, Senyawa Merkuri, Lindane, Parathion, dan beberaoa
jenis CFC. Berdasarkan sifatnya, B3 dapat diklasifikasikan menjadi B3 yang mudah
meledak, pengiksidasi, sangat mudah sekali menyala, beracun, berbahaya, korosif,
bersifat iritasi, berbahaya bagi lingkungan dan karsinogenik.
Limbah B3 merupakan sisa usaha dan kegiatan yang mengandung B3. Limbah
B3dihasilkan dari kegiatan/usaha baik dari sector industri, pariwisata, pelayanan
30
kesehatan maupun dari domestic rumah tangga. Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengeololaan Limbah B3 yang
mana dalam peraturan ini juga tercantum daftar lengkap limbah B3 baik dari sumber
tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa,
B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk dan bekas kemasan
B3.
Fotoooooooooooo
31
4.2 Cara Penggunaan Aplikasi SIMPEL
- Login
Fitur ini adalah fitur yang disediakan masuk kedalam aplikasi, login bisa
diartikan sebagai pintu masuk ke aplikasi sebagai user industri. Alamat url untuk
mengakes aplikasi SIMPEL di internet melalui browser adalah sebagai berikut:
http://simpel.menlhk.go.id
FOTOOOO
32
adalah direkomendasikan untuk menggunakan aplikasi ini adalah
Google Chrome.
33
Fitur ini merupakan fitur yang disediakan untuk menambah dan mengubah
fata titik penataan atau data titk pemantauan terkait fengan izin yang
dikeluarkan.
- input parameter dan baku mutu
fitur ini disediakan untuk menyimpan data tentang parameter yang
dipantau dititik penataan tertentu beserta dengan baku mutu yang berlaku
didalam izin. Khusus untuk titik pemantauan tidak perlu menyertakan
baku mutu.
Fotooo
Parameter juga merupakan indikator dari suatu distribusi hasil
pengukuran. Keterangan informasi yang dapat menjelaskan batas-batas
atau bagian-bagian tertentu dari suatu sistem.
Fototooto
- Input Laporan
Fitur ini adalah fitur yang disediakan untuk mengiput nilai hasil
pemantauan yang parameternya telah ditentukan sebelumnya beserta
lampiran hasil laboratorium sebagai bukti pemantauan untuk validasi.
Fotoooo
- Hasil Laporan
34
Djdfjfdieieij
- Validasi Laporan
- Fitur ini merupakan fitur untuk melakukan validasi terkait data laporan
yang diinput oleh perusahaan . disesuaikan dengan hasil laporatorium
yang hasys dilampirkan dalam laporan
Fotoooo
- Dashboard
Fitur aplikasi dalam bentuk angka dan daftar untuk memantau proses
pengajuan validasi dan statusnya.
Fotoooo
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan aplikasi SIMPEL dapat memudahkan user
perusahaan,administraktor, dan validator dalam mengirim data laporan limbah dan
permasalahan-permsaalahan terhadap lingkungan suatu kegiatan/perusahaan menjadi
lebih cepat dan efisien untuk diketahui. Dikarenakan aplikasi SIMPEL dapat menjadi
tempat pelaporan masalah yang berkaitan dengan limbah dan membantu user untuk
mengatasinya.
Adimistraktor dapat memonitor aplikasi SIMPE, dari jarak jauh dimana pun
dan kapanpun. Tidak hanya itu adimistraktor akan memberikan peringatan jika
perrforma suatu perusahaan bermasalah. Jika hal tersebut terjadi msks suatu
perusahaan akan didatangi pihak berwenang yang bersangkutan, mengidentifikasi
sumber masalah dan mengevek tempat perusahaan tersebut.
Aplikasi SIMPEL dapat mengelolah data laporan dengan lebih mudah dan
efisien. Dengan aplikasi ini, diharapkan mekanisme pelaporan lingkungan perusahaan
bisa berjalan lebih baik lagi kedepannya.
5.2 Saran
1. Diharapkan sepaya jaringan dan internet di PT. PLN (Persero) ULPL
2Merah mata dapat lebih kuat, stabil dan dikembangkan lagi kedepammya.
36
37