Anda di halaman 1dari 10

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

TUGAS PERTEMUAN 15
SISTEM MANAJEMEN K3

Disusun oleh:
Kelas TI-D

Witarum Hersa Pratama Putri 122200040


Ans Barrung Ka’bak 122200046
Lea Arthamevia Osakya 122200048
Rahmadewi Carissa Asa P 122200065
Reynaldi Yudo Prakoso 122200147

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
A. PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN K3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3
menurut PER.05MEN/1996 pasal 1 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka 
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.
Dilansir dari situs resminya, ILO (International Labour Organization) juga
memberikan tanggapan bahwa SMK3 adalah sebuah ilmu yang memiliki tujuan untuk
mengantisipasi dan mengevaluasi berbagai potensi bahaya. SMK3 adalah sistem yang
dapat dijadikan sebagai pengendali sebuah bahaya yang mungkin timbul pada lingkungan
kerja dan berpotensi mengganggu kesejahteraan para pekerja.

B. PERKEMBANGAN INDUSTRI YANG DIBAHAS


Industri yang dipilih oleh kelompok kami untuk dikaji SMK3 ialah industri
Mebel. Mebel atau juga bisa disebut mebel adalah perlengkapan rumah seperti meja dan
kursi, ya mebel sudah digunakan sejak jaman dahulu untuk dijadikan perlengkapan rumah,
lihat saja seluruh rumah di seluruh dunia pasti memiliki mebel. Kini banyak orang yang
menebang pohon dan tidak memperdulikan berapa banyak pohon yang di tebang sehingga
mengakibatkan kerusakan alam. Lepas Indonesia memiliki Furniture dan Mebel yang
banyak diincar oleh negara lain yang paling terkenal adalah mebel khas Jepara. Tak hanya
menggunakan kayu namun Indonesia juga memiliki mebel unik yang terbuat dari Kayu
Rotan, Kayu Rotan memang sangat lah lentur tetapi dari segi kekuatan kayu rotan
memang memiliki daya tahan yang awet loh apa lagi Indonesia memang terkenal memiliki
sumber daya hutan yang asri. Memang pada awal masuknya mebel atau Furniture di Asia
sedikit berbefa dengan mebel yang ada di Eropa. Yang membuat keduanya berbeda yaitu
dari segi bentuknya, Asia memang memiliki gaya dan bentuk mebel nya sendiri meskipun
terkadang ada ukiran yang sedikit mirip dengan mebel Eropa, wajar saja karena hal itu
dipengaruhi pada saat masa Kolonialisme.
Perkembangan Industri Furniture atau Mebel di Indonesia sangat stabil, sejak
dahulu industri mebel di Indonesia tak pernah mengalami penurunan secara drastis hal
inilah yang membuat orang-orang ingin menjadi pengusaha mebel. Faktanya di Jepara saja
Sudah mencapai 3.539 unit Produksi  Perusahaan Mebel yang tercatat oleh dinas
Perindustrian. Bukan soal angka yang besar saja tetapi banyaknya perusahaan mebel juga
membuat masyarakat Indonesia memiliki lapangan pekerjaan yang nyata, Namun
pemerintah sangat menegaskan soal larangan penebangan hutan secara liar untuk itulah
hampir seluruh perusahaan mebel besar memiliki tanaman pohonnya sendiri agar tidak
merusak ekosistem. Jika kita membahas soal 3.539 Unit Produksi perusahaan mebel yang
sudah terdaftar masih ada banyak perusahaan mebel kecil yang belum terdaftar loh bahkan
perusahaan mebel kecil yang belum terdaftar oleh Dinas Perindustrian mencapai 15.000
usaha mebel, wah hal inilah yang membuat persaingan antar perusahaan mebel semakin
ketat. Dengan mengusung bahan utama pembuatan mebel yaitu kayu dan rotan membuat
Indonesia harus lebih melakukan reboisasi terhadap hutan yang gundul, faktanya mebel
yang akan di ekspor ke luar negri lebih diutamakan oleh pemerintah Indonesia ketimbang
produk lainnya hal ini sangat membuktikan bahwa pemerintah juga turut mendukung
industri Mebel Di Indonesia. Bahkan pemerintah mengatakan perkembangan industri
mebel di Indonesia memiliki kemajuan yang signifikan mulai dalam negri bahkan luar
negri, nilai ekspor yang diperkirakan hingga USD 1,8 miliar, nilai yang sangat fantastis ini
membuat pemerintah sangat menghargai perusahaan mebel di Indonesia.
Industri mebel nasional memiliki potensi yang besar untuk tumbuh dan
berkembang karena didukung sumber bahan baku melimpah dan perajin yang terampil.
Oleh karena itu, Pemerintah memprioritaskan pengembangan sektor padat karya
berorientasi ekspor ini agar semakin produktif dan berdaya saing melalui kebijakan-
kebijakan strategis.
“Pemerintah berupaya untuk mengurangi berbagai hambatan yang selama ini
dihadapi pelaku usaha mebel nasional dalam proses produksi, pemasaran, maupun
ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di sela kegiatannya menghadiri
Global Manufacturing and Industrialisation Summit (GMIS) 2017 di Abu Dhabi, Uni
Emirat Arab, Selasa (28/3).
Misalnya, Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dengan dokumen V-Legal
yang sudah diberlakukan wajib bagi industri furnitur. “Menurut pelaku industri furnitur,
SVLK pada dasarnya belum memberikan manfaat bagi mereka khususnya terkait
keberterimaan dokumen V-Legal di negara tujuan ekspor,” ujar Airlangga.  Saat ini, baru
Uni Eropa yang sudah memiliki kerangka kerja sama Forest Law Enforcement,
Governance and Trade Voluntary Partnership Agreement (FLEGT VPA), sedangkan
kebijakan ini berlaku ke seluruh negara tujuan ekspor.
C. PERENCANAAN IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN
PENGENDALIAN RISIKO
D. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan K3
Menurut (Mangkunegara, 2009: 165), tujuan K3 adalah sebagai berikut:
a. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial dan psikologis.
b. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik- baiknya dan
seefektif mungkin.
c. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2. Tujuan SMK3
Adapun tujuan SMK3 adalah sebagai berikut:
a. Melindungi pekerja
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala
bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah
asset perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka
kecelakaan dapat dikurangi atau ditiadakan sama sekali, hal ini juga akan
menguntungkan bagi perusahaan, karena pekerja yang merasa aman dari
ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja lebih
bersemangat dan produktif.
b. Patuh terhadap peraturan dan undang-undang
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan
yang berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena
bagaimanapun peraturan atau perundang-undangan yang dibuat bertujuan
untuk kebaikan semua pihak. Dengan mematuhi peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih tertib dan hal ini dapat
meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri.
c. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau
supplier mereka untuk menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena
penerapan SMK3 akan dapat menjamin proses yang aman, tertib dan bersih
sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi produk cacat.
d. Membuat sistem manajemen yang efektif
Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem manajemen
keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3
ataupun OHSAS 18001 dipersyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi,
sehingga segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan akan terorganisir,
terarah, berada dalam koridor yang teratur dan dilakukan secara konsisten.
3. Sasaran SMK3
Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini menguraikan implementasi kebijakan
K3 di industri mebel kayu di Jepara, mengidentifikasi aktor yang terlibat dalam
kebijakan K3 dan menemukan alternatif strategi pengembangan K3. Informan
dalam penelitian ini adalah para pekerja di industri mebel, pemilik/pengurus
usaha mebel, lembaga legilatif, dinas tenaga kerja, dinas kesehatan, puskesmas,
perguruan tinggi dan LSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan
K3 belum diterapkan pada industri mebel skala mikro dan kecil. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya antara lain terkait dengan masalah yang tidak mudah
dikendalikan menyangkut perilaku, kebijakan yang ada saat ini belum dapat
menstrukturkan implementasi dan faktor di luar kebijakan seperti kondisi sosial
ekonomi pekerja.

E. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERSYARATAN


LAINNYA
Pelaksanaan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengacu
kepada Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl. No. 406) yang kemudian direvisi ke dalam
Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai
Pekerja. Dengan demikian, penyusunan undang-undang ini memuat berbagai ketentuan
umum terhadap keselamatan kerja sesuai dengan perkembangan masyarakat, teknologi,
dan industrialisasi. Jika dikelompokkan, standarisasi dan penerapan K3 memiliki beberapa
dasar hukum yang kuat. Untuk itu, mau tidak mau, suka tidak suka, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja haruslah menjadi perhatian bagi setiap perusahaan, pemerintah, dan para
pekerja. Adapun dasar hukum pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika
diurutkan dari yang tertinggi adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang (UU)
Yakni, Undang-undang yang mengatur mengenai K3, yang meliputi tempat kerja,
hak dan kewajiban pekerja, serta kewajiban pimpinan tempat kerja. Produk hukum yang
mengatur tentang K3 di antaranya adalah UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
a. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur tentang kewajiban pengurus serta kewajiban dan
hak pekerja. Adapun hak dan kewajiban masing-masing yakni:
Kewajiban pengurus atau pimpinan tempat kerja, di antaranya adalah sebagai
berikut:
- Mencegah serta mengendalikan timbul atau menyebarnya bahaya yang
disebabkan oleh suhu, debu, kelembaban, kotoran, uap, asap, gas, cuaca, 
hembusan angin, radiasi, sinar, getaran, dan suara.
- Mencegah serta mengurangi terjadinya bahaya ledakan.
- Mengamankan serta memperlancar dalam pengangkutan orang, barang,
tanaman ataupun binatang.
- Mencegah, mengurangi, serta memadamkan kebakaran yang terjadi.
- Mendapatkan penerangan yang cukup serta sesuai.
- Mencegah terjadinya aliran listrik berbahaya.
- Mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan.
- Membuat tanda-tanda sign pada lokasi proyek supaya pekerja dapat selalu
waspada.
- Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
- Memberi pertolongan ketika terjadi kecelakaan.
- Memberi kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran
maupun kejadian berbahaya lainnya.
- Menciptakan keserasian antara pekerja dengan lingkungan, alat kerja, serta
cara dan proses kerja.
- Mencegah serta mengendalikan munculnya penyakit yang diakibatkan
oleh kerja, baik itu berupa keracunan, psikis, infeksi ataupun penularan.
- Menyediakan alat-alat yang digunakan untuk melindungi  pekerja.
- Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
- Mengamankan serta memelihara berbagai jenis bangunan.
- Mengamankan serta memperlancar pekerjaan dalam hal bongkar muat,
penyimpanan, dan perlakuan barang.
- Menyesuaikan serta menyempurnakan pengamanan terhadap pekerjaan
yang berbahaya supaya dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.
- Melaksanakan pemeriksaan kondisi mental, kesehatan badan, serta
kemampuan fisik pekerja baru yang akan diterima oleh perusahaan
ataupun yang akan dipindah kerjakan. Yakni sesuai pada sifat pekerjaan
yang akan diampu oleh pekerja. Dalam hal ini, pemeriksaan dilakukan
secara berkala.
- Kewajiban untuk menempatkan segala syarat keselamatan kerja wajib
pada tempat-tempat yang mudah dilihat serta terbaca oleh pekerja.
- Kewajiban untuk melaporkan segala kecelakaan kerja yang terjadi pada
tempat kerja.
- Kewajiban untuk menyediakan alat perlindungan diri dengan cuma-cuma,
yang disertai dengan petunjuk yang diperlukan oleh pekerja serta siapa
saja yang memasuki tempat kerja.
- Kewajiban untuk memasang segala gambar keselamatan kerja serta segala
bahan pembinaan lainnya di tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
Sedangkan kewajiban dan hak pekerja di antaranya adalah sebagai berikut:
- Memenuhi serta mentaati segala syarat-syarat kesehatan dan keselamatan
kerja yang diwajibkan.
- Memberikan keterangan secara jelas dan benar, jika diminta ahli atau
pengawas keselamatan kerja.
- Menyatakan keberatan kerja, apabila syarat kesehatan dan keselamatan
yang diwajibkan diragukan, kecuali memang karena hal khusus yang
ditentukan oleh pengawas, namun dalam hal ini sesuai dengan batas yang
masih bisa dipertanggungjawabkan.
- Memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara benar dan tepat.
- Meminta pada pimpinan supaya dilaksanakan segala syarat kesehatan dan
keselamatan kerja yang diwajibkan.
b. Undang-Undang RI No. 23 Pasal 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Dalam peraturan dan perundangan K3 ini, meliputi tentang:
- Kesehatan Kerja diselenggarakan dengan tujuan supaya semua pekerja
sehat, sehingga tak membahayakan dirinya sendiri serta masyarakat yang
ada di sekelilingnya. Dengan begitu, produktivitas kerja yang diperoleh
dapat optimal sejalan terhadap program perlindungan pekerja yang dituju.
- Kesehatan Kerja, yakni meliputi pencegahan penyakit yang diakibatkan
oleh pekerjaan, pelayanan kesehatan kerja, serta syarat kesehatan kerja.
- Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

2. Peraturan Pemerintah (PP)


Peraturan pemerintah, yakni yang mengatur mengenai K3, yang meliputi izin
pemakaian zat radioaktif atau radiasi lainnya, keselamatan kerja terhadap dan
pengangkutan zat radioaktif. Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi; (2) Peraturan Pemerintah Nomor
7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan, (4) dan lain sebagainya.
3. Keputusan Presiden (Kepres)
Keputusan presiden, yakni mengatur aspek K3, meliputi penyakit yang timbul
akibat hubungan kerja. Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Keputusan
Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.
4. Peraturan dari Departemen Tenaga Kerja (Kepmenaker)
Yakni, peraturan tentang K3 terhadap syarat-syarat keselamatan kerja, yang
meliputi syarat-syarat K3 untuk penggunaan lift, konstruksi bangunan,  listrik,
pemasangan alat APAR (pemadam api ringan), serta instalasi penyalur petir. Produk
hukum yang umum untuk diketahui adalah Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan dari Departemen Kesehatan (Permenkes)
Yakni, peraturan yang mencakup aspek K3 di rumah sakit atau lebih terkait pada
aspek kesehatan kerja dibandingkan dengan keselamatan kerja. Hal tersebut disesuaikan
terhadap tugas dan fungsi dari Departemen Kesehatan.

F. INDIKATOR KINERJA
G. PERENCANAAN PROGRAM K3
1. Melakukan perencanaan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko.
2. Melakukan penetapan peraturan perundang-undangan sesuai dengan peraturan
yang ada.
3. Melakukan penetapan tujuan dan sasaran serta skala prioritas, yang mana
tujuan dan sasaran K3 yang ada harus memenuhi kualifikasi yang dapat
diukur.
Tujuan K3 sendiri diantaranya
 Meminimalisis kecelakaan kerja
 Meningkatkan kepedulian karyawan akan K3
 Mengurangi intensitas kebisingan
 Meminimlasis terjadinya keadaan darurat
4. Melakukan penetapan sumber daya yang berguna untuk menjamin tersedianya
sumber daya yang baik, kompeten, serta sarana dan prasarana yang memadai.
5. Menetapkan sistem pertanggung jawaban untuk mencapai tujuan dan sasaran
sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan.
Beberapa perencanaan K3 di perusahaan mebel
1. Menyediakan APD yang lengkap untuk karyawan yang ada.
2. Membuat rambu-rambu K3 di tempat kerja.
3. Menyediakan alat yang memadai untuk digunakan dalam proses produksi.
4. Membuat tatanan tempat yang strategis dan memadai untuk proses
produksi.
5. Memberikan pengarahan dan sosialisasi penggunaan APD serta
pentingnya K3.
LAMPIRAN
Kelompok kami tidak membuat video presentasi karena sebelumnya sudah pernah
presentasi, berikut kami lampirkan dokumentasinya:

Anda mungkin juga menyukai