Anda di halaman 1dari 22

GROUP TECHNOLOGY

Cellular Manufacturing System (CMS).

MATERI KULIAH PTLF


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UPN VETERAN YOGYAKARTA
Group Technology (GT)
• Group Technology (GT) secara umum
didefinisikan sebagai suatu filosofi atau
konsep manufacturing yang
mengidentifikasikan serta mencari kesamaan
atau ketidaksamaan antara komponen atau
produk dan proses operasi, baik dalam
kegiatan desain maupun manufakturing
• Kata kunci GT → pengelompokan, similarity
Group Technology (GT)
Aliran proses
sebelum dibentuk GT
Aliran proses
setelah dibentuk GT
Group Technology (GT)
• Group technology yang didasarkan dengan
grouping parts kedalam bentuk famili,
didasarkan pada atribut yang dimiliki oleh
masing-masing part. Terdapat tiga metode
yang dapat digunakan dalam penyusunan part
families, yakni:
– klasifikasi
– production flow analysis (PFA)
– pengklasteran
Group Technology (GT)
• Tata letak yang menerapkan GT disebut sebagai Cellular Manufacturing
System (CMS).
• Suatu perusahaan yang menerapkan konsep CMS akan mengelompokan
komponen-komponen produk kedalam family yang disebut part family
dan membentuk sel yang terdiri dari mesin-mesin dan pekerja-pekerja
yang dibutuhkan untuk memproduksi part family tersebut
• Secara spesifik, part atau komponen dengan kebutuhan proses dari
komponen pada setiap (part families) dan peralatan yang melengkapi
proses dari komponen pada setiap family dikumpulkan untuk membentuk
sebuah sel-sel yang disebut dengan cellular manufactur layout atau group
technology layout
• Pembentukan CMS dapat didasarkan atas tiga hal, yakni :
– Pengelompokkan part-part menjadi famili part, kemudian pembentukan
kelompok mesin mengikuti famili part.
– Pengelompokkan mesin yang didasarkan atas kemiripan ruting produk dari
berbagai part yang dibuat, kemudian penyusunan famili part akan mengikuti
grup mesin tersebut.
– Pengelompokkan mesin dan part secara simultan dan bersama-sama.
Klasifikasi
• Metode klasifikasi digunakan untuk membuat
kelompok komponen berdasarkan bentuk
desainnya
• Metode klasifikasi terbagi menjadi :
– metode inspeksi visual
– metode pengkodean
Klasifikasi
• Metode inspeksi visual :
dengan melakukan
pengamatan langsung
terhadap bentuk
komponennya
Klasifikasi
Klasifikasi
• Metode pengkodean : pengelompokkan
komponen berdasarkan bentuk geometri dan
kompleksitas, dimensi, tipe material yang
digunakan, bentuk bahan baku serta
kebutuhan akurasi komponen akhir
• Terbagi menjadi 2 : monocode dan polycode
• Monocode : struktur kodenya seperti sebuah
pohon dimana setiap simbol menjelaskan
informasi pada digit sebelumnya
Klasifikasi
• Monocode
Klasifikasi
• Struktur monocode
Klasifikasi
• Polycode :
– simbol kode tidak tergantung satu sama lain
– masing-masing digit dalam lokasi spesifik
menggambarkan sifat kode yang unik dari tiap-tiap
elemen kerja
– Simbol mudah dipahami dan digunakan dalam
situasi fungsi manufacturing atau pemrosesannya
harus digambar
– Jumlah simbol boleh lebih banyak karena
kombinasi sifatnya tidak dibatasi
Klasifikasi
• Mixed Mode Code
– Sistem pengkodean gabungan
– Paling banyak digunakan adalah sistem Opitz, yang
terdiri atas susunan angka dan abjad
– Susunan angka disimbolkan dengan 9 urutan
angka dan susunan abjad terdiri atas 4 urutan

12345 6789 ABCD


Form code Supplementary code secondary code
Klasifikasi
• Mixed Mode Code
– Form code : kode yang fokus pada dimensi
geometri komponen dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan desain komponen
– Supplementary code : informasi yang
berhubungan dengan manufaktur, seperti bahan
baku, toleransi, kekasaran permukaan, dll
– Secondary code : membantu mengidentifikasikan
proses produksi dan urutan produksi
Production Flow Analysis
(PFA)
• Didasarkan pada analisis urutan operasi bersama yang digunakan dalam
pengerjaan part-part
• Setiap part akan memiliki bentuk urutan operasi bersama dimana masing-
masing urutan memiliki mesin-mesin yang unik sehingga menjadi sebuah
famili
• Part-part yang memiki kesamaan operasi dan ruting dengan urutan
operasi bersama di salah satu famili akan dimasukkan pada famili tersebut
• Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pengerjaan di urutan operasi
bersama akan dijadikan sebagai grup mesin menjadi sebuah sel
• Hal tersebut diatas merupakan langkah dalam perancangan tata letak
mesinnya
• PFA merupakan analisis kuantitatif dari semua aliran material yang terjadi
dalam pabrik, dan menggunakannya sebagai informasi dalam penyusunan
grup manufaktur yang kemudian dapat dijadikan dasar pula untuk
pengelompokkan part
Production Flow Analysis
(PFA)
Components

Machines 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

M1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

M2 1 1 1 1 1

M3 1 1 1 1

M4 1 1 1 1 1 1

M5 1 1 1 1 1 1 1 1
Pengklasteran
• Metode pengklasteran (clustering)
– Aplikasi GT dengan membuat famili dari
komponen yang akan dikelompokkan dan
membuat kelompok mesin
– Hasil pengelompokkan akan mengarah pada :
• Physical machine layout yaitu hasil pengelompokkan
yang menghendaki penyusunan kembali posisi mesin
• Logical machine layout yaitu mesin dikelompokkan
pada logical machine cell dan posisi tidak perlu diubah
Pengklasteran
• Langkah – langkah clustering :
– Memilih ukuran similarity
– Keputusan untuk memilih teknik pengklasteran
yang digunakan
– Tipe metode pengklasteran yang digunakan
– Keputusan jumlah klaster dan interpretasi hasil
pengklasteran
Pengklasteran
• 3 tipe ukuran similarity :
– Ukuran jarak, ukuran similaritas yang sering digunakan, sering menggunakan
jarak euclidean
– Koefisien asosiasi, similaritas untuk variabel biner yang dapat dihitung
menggunakan koefisien Jaccards

X
N

ijk
k=1
Sij =
(Y
N

ik + Z jk - Xijk )
k =1

where: Xijk = operation on part k performed both on machine i and j,


Yik = operation on part k performed on machine i,
Zjk = operation on part k performed on machine j.

– Koefisien korelasi yang dikenal dengan Pearson Product Moment sebagai


sebuah ukuran kemiripan, berkaitan dengan statistik chi square untuk
pengujian independensi dua kategori variabel
• Berbagai macam teknik clustering : Single Linkage Clustering (SLC),
Complete Linkage Clustering (CLC), Avarage Linkage Clustering (ALC), Rank
Order Clustering Algorithm (ROC), Direct Clustering Algorithm (DCA)
Referensi
• Singh, N., 1996, Cellular Manufacturing System,
Chapman, Inc., New York
• Heragu, S.S., 1998, Facilities Design, Mc-Graw
Hill, Inc., New York, USA, chapter 8.
• Hadiguna, R.A., 2008, Tata Letak Pabrik, Penerbit
ANDI, Yogyakarta
• Singh, Nanua, and Divakar Rajamani ,1996,
Cellular Manufacturing System, Design Planning
and Controll, London: Chapman & Hall.

Anda mungkin juga menyukai