PERTEMUAN 3
GROUP TECHNOLOGY
Puji Rahayu, MT
Hirarki Perencanaan Fasilitas Pabrik
Hirarki Perencanaan Fasilitas Pabrik
• Facility location: Determine where facilities should be located to
best support the production and distribution of of goods and/or
services.
7
Prinsip Dasar PTLP
1. Prinsip Integrasi secara Total :
Integrasi secara total dari seluruh elemen
produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.
2. Prinsip Jarak Perpindahan Material yang
paling minimum :
Penghematan waktu dapat dilakukan dengan cara mengurangi
jarak perpindahan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menerapkan operasi berikutnya sedekat mungkin dengan
operasi sebelumnya.
3. Prinsip Aliran dari suatu Proses Kerja
Aliran suatu proses kerja diusahakan sedapat mungkin
bergerak terus tanpa ada interupsi. Oleh karena itu hindari
back tracking, cross movement, congestion.
4. Prinsip Pemanfaatan Ruangan
Penekanan pemanfaatan ruang dengan pengaturan ruangan
yang akan dipakai oleh manusia, bahan baku, mesin dan
peralatan penunjang proses produksi.
5. Prinsip Fleksibilitas
Cepatnya perubahan disain produk, peralatan dan lainnya.
11
Tipe Tata Letak Berdasarkan Proses (Process
Layout)
Tata letak dimana stasiun kerja dikelompokkan menjadi satu
kelompok sesuai dengan tipe yang dilaksanakan.
12
Tipe tata letak berdasarkan produk:
(Product Layout)
pusat kerja & mesin/peralatan disusun menjadi suatu lini sesuai
dengan urutan operasi/proses tertentu untuk menghasilkan suatu
jenis produk tertentu. yang bersifat rutin & berulang.
13
Tantangan Sistem Manufaktur
14
Keuntungan memanfaatkan kesamaan
komponen/produk
15
GT dapat diterapkan dalam :
16
Aplikasi GT dalam sistem manufaktur :
17
Implementasi Group Technology:
19
Group Tech Layout
Keuntungan Kerugian
• Utilitas mesin yang rendah
• Memungkinkan terjadinya duplikasi
mesin
• Biaya yang tinggi untuk realokasi
mesin
• Membutuhkan disiplin tinggi agar
part yang diproses tidak berada pada
sel yang salah.
20
Part Family
Keuntungan:
• Menyederhanakan perencanaan dan penjadwalan
• Menyederhanakan aliran komponen dan tool
• Mengurangi ongkos set up
• Mengurangi ongkos produksi
• Material handling yang lebih efisien
• Mengurangi throughput time
• Produktivitas lebih tinggi
• Meningkatkan kepuasan kerja operator
23
Kerugian :
24
Cluster Analysis Method (Production Flow
analysis)
25
Formulasi dengan metode analisis klaster(1):
Langkah-langkah :
1. Melakukan pembobotan secara biner untuk setiap
baris pada matriks part mesin dimulai pada kolom
terakhir pada setiap baris (bobotnya 20), kolom ke-2
terakhir (21), dst. Kalikan setiap bobot biner dengan
nilai pada tiap baris matrik tersebut
2. Menyusun baris pada matriks part-mesin secara
menurun berdasarkan jumlah bobot biner setiap baris
3. Mengulangi ke-2 langkah di atas untuk setiap kolom
4. Jika matriks part-mesin yang baru tidak berubah dari
matriks sebelumnya, hentikanalgoritma, sedangkan jika
masih berubah ulangi dari langkah pertama 28
Contoh ROC:
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
1 1 0 0 1 0 18 1 1 0 0 1 0 8
1
Mac 2 0 1 1 0 1 13 Mac 3 1 0 0 1 0 8
hine hine
(m) (m) 1
3 1 0 0 1 0 18 2 0 1 1 0 1 3
1
4 0 1 1 0 0 12 4 0 1 1 0 0 2
step 1. Pemberian bobot pada
tiap baris step 2. Susun baris menurun
29
Contoh ROC:
1 1 0 0 1 0 18 1 1 1 0 0 0 18
3 1 0 0 1 0 18 3 1 1 0 0 0 18
Mc Mc
(m) (m)
2 0 1 1 0 1 13 2 0 0 1 1 1 13
4 0 1 1 0 0 12 4 0 0 1 1 0 12
12 3 3 12 2 12 12 3 3 2
step 3. Pemberian bobot pada
tiap kolom Rearranged matriks
30
Contoh ROC:
Part (p) Part (p)
1 4 2 3 5 1 4 2 3 5
1 1 1 0 0 0 24 1 1 1 0 0 0 24
3 1 1 0 0 0 24 3 1 1 0 0 0 24
Mc Mc
(m) 2 0 0 1 1 1 7 (m) 2 0 0 1 1 1 7
4 0 0 1 1 0 6 4 0 0 1 1 0 6
12 12 3 3 2 12 12 3 3 2
step 4. Pemberian bobot pada
tiap baris Matrik akhir
(menguji apakah matriks
dapat berubah)
31
Direct Cluster Algorithm(DCA)
• Menentukan jumlah bilangan 1 untuk setiap baris dan
kolom pada matriks part-mesin
• Menyusun baris pada matriks part-mesin secara
increasing berdasarkan jumlah bilangan 1-nya
• Menyusun kolom pada matriks part-mesin secara
menurun berdasarkan jumlah bilangan 1-nya
• Jika matriks part-mesin yang baru tidak berubah dari
matriks sebelumnya hentikan algoritma, sedangkan jika
masih berubah ulangi dari langkah pertama
32
Contoh penyelesaian DAC
1 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 1 0 2
Mc 2 0 1 1 0 1 3 Mc 3 1 0 0 1 0 2
(m) (m)
3 1 0 0 1 0 2 2 0 1 1 0 1 2
4 0 1 1 0 0 2 4 0 1 1 0 0 3
33
Contoh penyelesaian DAC
1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0
3 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0
Mc Mc
(m) 2 0 1 1 0 1 (m) 4 0 0 1 1 0
4 0 1 1 0 0 2 0 0 1 1 1
2 2 2 2 1 2 2 2 2 1
34
Performance Measurement
1. Grouping Efficiency :
0e MP o v
w 1 w
0ev MP o v e
Nilai w yang dianjurkan adalah 0,5
suku pertama adalah rasio jumlah 1 dalam blok diagonal
terhadap jumlah semua entri, sedangkan suku ke-2 adalah
rasio jumlah 0 di luar blok diagonal terhadap semua entri di
luar blok diagonal
35
2. Grouping Efficacy : oe
0v
Grouping efficacy tidak berpengaruh terhadap
besarnya matriks.
Efficacy = 0 berarti semua 1 diluar blok diagonal.
Efficacy =1 berarti menunjukkan tidak ada exceptinal
element dan void. Perubahan dalam jumlah
exceptional elemen memiliki pengaruh yang lebih
besar dari perubahan jumlah void
36
Keterangan Notasi :
M = jumlah mesin
P = jumlah part
e = jumlah exceptional elemen (banyaknya angka satu di
luar kelompok part mesin)
o = jumlah angka satu dalam matriks
v = jumlah void (banyaknya angka nol di dalam kelompok
part-mesin)
37
Job Shop Manufacturing (Black [13])
39
Flow Line Manufacturing
41
Cellular Manufacturing (Black[1])
43
Latihan
1. Kebutuhan mesin masing-masing part adalah sbb :
Part A : M4, M5
Part B : M4, M6
Part C : M1, M2, M3, M4
Part D : M1, M2, M3
Part E : M4, M6
Part F : M1, M5
Part G : M2, M3, M6
44
Latihan
Part H : M2, M4, M6
Part I : M1, M5
Part J : M1, M3
Part K : M1, M2, M3, M4, M5, M6
Part L : M1, M4, M6
45