24 Februari 2021
1. Tn. AM/ 76 tahun/ 163cm/ 55kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol hipertensi
RPS:
- Pasien riwayat konsumsi obat hipertensi
- Tidak ada keluhan saat ini
S/
Keluhan Utama: Pusing berputar dan nyeri ulu hati
RPS:
- Pasien mengeluhkan pusing berputar terutama bila berpindah posisi
- Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, perut kembung dan sendawa terutama jika
terlambat makan
RPD: Riw. DM (-), Riw. HT (-)
O/
KU: Sedang, Kes: CMC, TD: 118/78 , Nd: 86x/i , Nf: 19x/i , T: 36,8
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorak: Cor dan Pulmo dbn
Abdomen: NT (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada kaki dan tangan, CRT <2”
A/
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Sindrom Dispepsia
P/
- Betahistin Mesylate 3 x 6 mg
- Lansoprazol 1 x 30 mg
26 Februari 2021
1. Ny. D/ 33 tahun/ 160cm/ 48kg
S/
Keluhan Utama: Suntik KB
RPS:
- Pasien datang untuk suntik KB
- Pasien sudah memiliki 4 orang anak
- Saat ini pasien tidak sedang menyusui
17 Maret 2021
1. Tn. RD/ 38 tahun/170 cm/ 60kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol skizofrenia
RPS:
- Pasien telah didiagnosis dengan skizofrenia dan rutin mengambil obat setiap bulan
ke puskesmas
- Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan perut terasa kembung
3. Ny. A/ 75 tahun/153cm/50kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol hipertensi
RPS:
- Pasien riwayat konsumsi obat hipertensi
- Pasien mengeluhkan kepala terasa pusing
- Pasien lupa meminum obat tensi selama seminggu
- Pasien juga mengeluhkan pinggang terasa sakit dan menjalar hingga ke telapak kaki
- BAB dan BAK tidak ada keluhan
4. Ny. R/ 54 tahun/159cm/50kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol jahitan
RPS:
- Pasien post kecelakaan lalu lintas dan sudah dijahit di bagian dahi 7 hari yang lalu
- Pasien tidak ada keluhan lain
S/
Keluhan Utama: Kepala terasa sakit menjalar ke leher
RPS:
- Kepala terasa sakit seperti terikat, menjalar hingga ke leher
- Badan terasa pegal-pegal
- Pasien juga mengeluhkan nyeri di ulu hati, perut terasa kembung dan sering
sendawa
- Pasien mengakui saat ini sedang banyak pekerjaan dan pikiran, makan juga sering
terlambat
- Keluhan lain tidak ada
S/
Keluhan Utama: Nyeri ulu hati sejak 2 hari yang lalu
RPS:
- Nyeri ulu hati sejak 2 hari yang lalu
- Perut terasa kembung, sendawa tidak ada
- Demam, mual muntah tidak ada
- Keluhan lain tidak ada
S/
Keluhan Utama: Kontrol IUD
RPS:
- Pasien sudah memasang IUD sejak bulan Februari 2020
- Saat ini pasien mengeluhkan durasi haid yang lama ± 20 hari
- Pasien mengganti pembalut sebanyak 2x sehari
- Demam tidak ada, keputihan tidak ada
- Lemas, letih, lesu tidak ada
- Keluhan lain tidak ada
S/
Keluhan Utama: Mual muntah sejak 3 hari yang lalu
RPS:
- Mual muntah sejak 3 hari yang lalu
- Muntah sebanyak 2 kali
- Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan perut terasa kembung
- Riwayat terlambat makan disangkal, pasien mengaku senang mengonsumsi
makanan pedas
- Keluhan lain tidak ada
- Usia kehamilan : 4-5 minggu
S/
Keluhan Utama: Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
RPS:
- Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
- Pusing dipengaruhi perubahan posisi
- Demam tidak ada, telinga berdenging tidak ada
- Mual muntah tidak ada
- Pasien juga mengeluhkan sulit BAB
- Keluhan lain tidak ada
RPD: Riw. DM (-), Riw. HT (-), Skizofrenia (+)
O/
KU: Sedang, Kes: CMC , Td: 130/74, Nd: 88x/i , Nf: 18x/i , T: 36,8
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorak: Cor dan Pulmo dbn
Abdomen: NT (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada kaki dan tangan, CRT <2”
A/
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Konstipasi
P/
- Betahistin 3 x 6 mg
- Bisacodyl 2 x 5 mg
S/
Keluhan Utama: Nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu
RPS:
- Nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu, telinga kanan terasa penuh, keluar
cairan bening dan terjadi penurunan pendengaran pada telinga kanan
- Demam tidak ada
- Riwayat mengorek telinga dengan korek api karena gatal
- Pasien sedang menyusui anak berusia 1 tahun 6 bulan
- Keluhan lain tidak ada
S/
Keluhan Utama: Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu
RPS:
- Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan di seluruh kepala, tidak ada
penjalaran ke leher ataupun bahu
- Nyeri ulu hati, perut terasa kembung dan sering sendawa
- Gatal pada seluruh badan terutama bila berkeringat
- Keluhan lain tidak ada
S/
Keluhan Utama: Kontrol jahitan
RPS:
- Pasien terluka di bagian pelipis post terkena runtuhan bangunan saat membangun
rumah dan sudah dijahit di bagian 3 hari yang lalu.
- Pasien tidak ada keluhan lain
A/
Vulnus Laceratum
P/
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
8 April 2021
1. Tn. D/ 26 tahun/170 cm/ 57kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol skizofrenia
RPS:
- Pasien telah didiagnosis dengan skizofrenia dan rutin mengambil obat setiap bulan
ke puskesmas
- Pasien tidak ada keluhan lain
3. Ny. F/ 53 tahun/155cm/50kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol skizofrenia
RPS:
- Pasien telah didiagnosis dengan skizofrenia dan rutin mengambil obat setiap bulan
ke puskesmas
- Pasien tidak ada keluhan lain
4. Ny. E/ 54 tahun/162cm/74kg
S/
Keluhan Utama: Sakit kepala
RPS:
- Pasien mengeluhkan sakit kepala, sakit di daerah belakang kepala, tidak menjalar ke
leher
- Pasien juga mengeluhkan nyeri otot betis dan rasa kesemutan yang menjalar dari
pinggang hingga ke kaki
8. Ny. W/ 38 tahun/155cm/65kg
S/
Keluhan Utama: Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
RPS:
- Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
- Pasien juga mengeluhkan bintik-bintik merah di badan, tangan dan kaki yang terasa
gatal dan bernanah
- Anak pasien sebelumnya juga dibawa ke puskesmas dengan keluhan bentol yang
sama dan didiagnosis dengan skabies.
- Keluhan lain tidak ada
9. Ny R/ 62 tahun/160cm/80kg
S/
Keluhan Utama: Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu
RPS:
- Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri diseluruh kepala, tidak menjalar ke leher
- Keluar air mata tidak ada, hidung berair tidak ada
- Demam tidak ada, telinga berdenging tidak ada
- Mual muntah tidak ada
- Keluhan lain tidak ada
S/
Keluhan Utama: Mual dan lemas pasca vaksinasi COVID-19
RPS:
- Mual dan lemas pasca vaksinasi COVID-19
- Nyeri ulu hati tidak ada, perut kembung tidak ada
- Kepala terasa pusing
- Keluhan lain tidak ada
14 April 2021
1. Ny. EM/ 41 tahun/160 cm/ 42kg
S/
Keluhan Utama: Batuk sejak 2 minggu yang lalu
RPS:
- Batuk sejak 2 minggu yang lalu, batuk berdahak, dahak bewarna putih, batuk sudah
dirasakan sejak 1 tahun ini, sudah berobat namun tidak ada perbaikan.
- Sesak napas saat ini tidak ada, namun dirasakan hilang timbul sejak 1 tahun terakhir
- Demam tidak ada
- Keringat malam tidak ada
- Penurunan berat badan ada, kurang lebih 6 kg dalam 1 minggu ini
- Keluhan lain tidak ada
- Terdapat keluarga (Paman) dengan keluhan yang sama
- Riwayat keganasan dalam keluarga disangkal
3. Ny. S/ 64 tahun/155cm/50kg
S/
Keluhan Utama: Nyeri pinggang yang menjalar ke kaki sejak 1 hari yang lalu
RPS:
- Nyeri pinggang yang menjalar ke kaki sejak 1 hari yang lalu. Nyeri terutama
dirasakan saat banyak duduk atau mengangkat beban. Kesemutan pada kaki juga
dirasakan
- Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati terutama bila terlambat makan
- Pasien tidak ada keluhan lain
RPD: Riw. DM (-), Riw. HT (-), Riw alergi obat, cuaca dan makanan (+)
O/
KU: Sedang, Kes: CMC , Td: 130/70, Nd: 90x/i , Nf: 18x/i , T: 36,8
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorak: Cor dan Pulmo dbn
Abdomen: NT (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada kaki dan tangan, CRT <2”.
Status lokalis : Punggung kaki : terdapat papul-papul eritem diatas makula eritem
Sela jari kaki : Terdapat vesikel dan papul eritem
A/
DKA
Kandidiasis Intertriginosa
P/
- Cetirizine 1 x 10 mg
- Betametason salep 3x sehari pada punggung kaki
- Ketokonazol salep 3x sehari pada sela jari kaki
15. Ny. DN / 39 tahun / 160 cm / 50 kg
S/
Keluhan Utama: Bekas luka operasi yang terasa nyeri dan bernanah sejak 3 hari yang
lalu
RPS:
- Bekas luka operasi yang terasa nyeri dan bernanah sejak 2 hari yang lalu
- Pada pasien telah dilakukan sectio caesaria sejak 6 hari yang lalu
- Demam ada
- Keluhan lain tidak ada
21 April 2021
1. Ny. M/ 45 tahun/160 cm/ 57kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol hipertensi
RPS:
- Pasien telah didiagnosis dengan hipertensi dan rutin mengambil obat setiap bulan ke
puskesmas
- Pasien juga mengeluhkan batuk kering dan tenggorokan terasa kering dan gatal
sejak 3 hari yang lalu
- Tidak ada keluhan lain
6. Ny. L/ 50 tahun/162cm/55kg
S/
Keluhan Utama: Kontrol ulang diabetes
RPS:
- Pasien telah dikenal menderita diabetes melitus dan rutin mengambil obat di
puskesmas
- Keluhan lain tidak ada
8. Ny. W/ 38 tahun/155cm/65kg
S/
Keluhan Utama: Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
RPS:
- Pusing berputar sejak 1 hari yang lalu
- Pasien juga mengeluhkan bintik-bintik merah di badan, tangan dan kaki yang terasa
gatal dan bernanah
- Anak pasien sebelumnya juga dibawa ke puskesmas dengan keluhan bentol yang
sama dan didiagnosis dengan skabies.
- Keluhan lain tidak ada
RPD: Riw. DM (-), Riw. HT (-)
O/
KU: Sedang, Kes: CMC , Td: 132/81, Nd: 77x/i , Nf: 18x/i , T: 36,8
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorak: Cor dan Pulmo dbn
Abdomen: NT (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada kaki dan tangan, CRT <2”
A/
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Skabies
P/
- Betahistine Mesylate 3 x 6 mg
- CTM 3 x 4 mg
- Salep 24 /SUC
9. Ny R/ 62 tahun/160cm/80kg
S/
Keluhan Utama: Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu
RPS:
- Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri diseluruh kepala, tidak menjalar ke leher
- Keluar air mata tidak ada, hidung berair tidak ada
- Demam tidak ada, telinga berdenging tidak ada
- Mual muntah tidak ada
- Keluhan lain tidak ada
Judul Laporan
Kegiatan Posbindu dan Puskel di Kelurahan Pakasai
Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya
kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
infeksi kuman termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes
melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun
1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (Riskesdas 2007).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup
berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi seiring dengan meningkatnya kasus PTM di
masyarakat adalah masih rendahnya kesadaran untuk cek kesehatan terutama penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, PPOK, penyakit jantung dll.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
dikembangkan model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor
risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM,
dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan. Bersama posbindu juga dilakukan puskesmas keliling (puskel).
Puskel bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap pengobatan.
Pelaksanaan
Kegiatan posbindu dan puskel dilakukan di kantor Balai Desa di Kelurahan Pakasai
dilakukan pada tanggal 4 Maret 2021 pukul 10.00-selesai. Dengan tahapan yaitu :
a. Tahapan I : Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Pengisian Data Peserta.
b. Tahapan II : Wawancara Faktor Risiko PTM.
c. Tahapan III : Pengukuran Tinggi Badan, Pengukuran Berat Badan, dan Menghitung IMT.
d. Tahapan IV : Pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
e. Tahapan V : Identifikasi, Edukasi, Tindak Lanjut Dini Faktor Risiko PTM dan
pengobatan
Kegiatan identifikasi faktor risiko PTM, edukasi dan tindak lanjut dini merupakan
tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi faktor risiko yang ada. Pengendalian faktor
risiko PTM, tidak selalu harus dilakukan dengan obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi
faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan berperilaku hidup
yang sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktifitas fisik, pengelolaan
stres dan lain-lain. Edukasi dilakukan oleh dokter di Posbindu untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM.
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap individu untuk masing-masing
faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau
intervensi yang harus dilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang
dimiliki. Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan
edukasi lebih mendalam terhadap para peserta Posbindu yang berisiko, peningkatan
aktifitas fisik bersama, pemberian obat, merujuk ke Puskesmas dan berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
Monitoring & Evaluasi
Kegiatan Posbindu dan Puskel yang telah dilaksanakan sesuai dengan kelima
tahapan yaitu pengukuran Berat Badan, Lingkar Perut, dan Tinggi Badan yang dibantu oleh
kader, dilanjutkan pengukuran Tekanan Darah, Gula Darah, Kolesterol, Asam Urat sesuai
indikasi oleh petugas puskesmas. Setelah pemeriksaan tersebut, dilanjutkan edukasi,
pengobatan serta merujuk pasien ke puskesmas jika ada indikasi medis. Masyarakat
Kelurahan Pakasai sangat antusias dengan dilaksanakannya posbindu dan puskel tersebut,
jumlah peserta yang hadir sebanyak 56 orang. Penyakit yang ditemukan antara lain diabetes
melitus, arthritis gout, hiperkolesterolemia, hipertensi, osteoarthritis dan lain-lain.
Judul Laporan
Kegiatan Posbindu dan Puskel di Kelurahan Talago Sariak
Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya
kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
infeksi kuman termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes
melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun
1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (Riskesdas 2007).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup
berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi seiring dengan meningkatnya kasus PTM di
masyarakat adalah masih rendahnya kesadaran untuk cek kesehatan terutama penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, PPOK, penyakit jantung dll.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
dikembangkan model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor
risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM,
dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan. Bersama posbindu juga dilakukan puskesmas keliling (puskel).
Puskel bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap pengobatan.
Pelaksanaan
Kegiatan posbindu dan puskel dilakukan dirumah salah satu warga di Kelurahan Talago
Sariak dilakukan pada tanggal 9 Maret 2021 pukul 10.00-selesai. Dengan tahapan yaitu :
a. Tahapan I : Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Pengisian Data Peserta.
b. Tahapan II : Wawancara Faktor Risiko PTM.
c. Tahapan III : Pengukuran Tinggi Badan, Pengukuran Berat Badan, dan Menghitung IMT.
d. Tahapan IV : Pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
e. Tahapan V : Identifikasi, Edukasi, Tindak Lanjut Dini Faktor Risiko PTM dan
pengobatan
Kegiatan identifikasi faktor risiko PTM, edukasi dan tindak lanjut dini merupakan
tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi faktor risiko yang ada. Pengendalian faktor
risiko PTM, tidak selalu harus dilakukan dengan obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi
faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan berperilaku hidup
yang sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktifitas fisik, pengelolaan
stres dan lain-lain. Edukasi dilakukan oleh dokter di Posbindu untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM.
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap individu untuk masing-masing
faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau
intervensi yang harus dilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang
dimiliki. Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan
edukasi lebih mendalam terhadap para peserta Posbindu yang berisiko, peningkatan
aktifitas fisik bersama, pemberian obat, merujuk ke Puskesmas dan berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
Monitoring & Evaluasi
Kegiatan Posbindu dan Puskel yang telah dilaksanakan sesuai dengan kelima
tahapan yaitu pengukuran Berat Badan, Lingkar Perut, dan Tinggi Badan yang dibantu oleh
kader, dilanjutkan pengukuran Tekanan Darah, Gula Darah, Kolesterol, Asam Urat sesuai
indikasi oleh petugas puskesmas. Setelah pemeriksaan tersebut, dilanjutkan edukasi,
pengobatan serta merujuk pasien ke puskesmas jika ada indikasi medis. Masyarakat
Kelurahan Talago Sariak sangat antusias dengan dilaksanakannya posbindu dan puskel
tersebut, jumlah peserta yang hadir sebanyak 29 orang. Penyakit yang ditemukan antara
lain diabetes melitus, arthritis gout, hiperkolesterolemia, hipertensi, osteoarthritis dan lain-
lain.
Judul Laporan
Kegiatan Posbindu dan Puskel di Kelurahan Koto Marapak
Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya
kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
infeksi kuman termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes
melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun
1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (Riskesdas 2007).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup
berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi seiring dengan meningkatnya kasus PTM di
masyarakat adalah masih rendahnya kesadaran untuk cek kesehatan terutama penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, PPOK, penyakit jantung dll.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
dikembangkan model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor
risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM,
dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan. Bersama posbindu juga dilakukan puskesmas keliling (puskel).
Puskel bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap pengobatan.
Pelaksanaan
Kegiatan posbindu dan puskel dilakukan di gedung MDA di Kelurahan Kampung Baru
dilakukan pada tanggal 1 April 2021 pukul 10.00-selesai. Dengan tahapan yaitu :
a. Tahapan I : Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Pengisian Data Peserta.
b. Tahapan II : Wawancara Faktor Risiko PTM.
c. Tahapan III : Pengukuran Tinggi Badan, Pengukuran Berat Badan, dan Menghitung IMT.
d. Tahapan IV : Pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
e. Tahapan V : Identifikasi, Edukasi, Tindak Lanjut Dini Faktor Risiko PTM dan
pengobatan
Kegiatan identifikasi faktor risiko PTM, edukasi dan tindak lanjut dini merupakan
tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi faktor risiko yang ada. Pengendalian faktor
risiko PTM, tidak selalu harus dilakukan dengan obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi
faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan berperilaku hidup
yang sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktifitas fisik, pengelolaan
stres dan lain-lain. Edukasi dilakukan oleh dokter di Posbindu untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM.
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap individu untuk masing-masing
faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau
intervensi yang harus dilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang
dimiliki. Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan
edukasi lebih mendalam terhadap para peserta Posbindu yang berisiko, peningkatan
aktifitas fisik bersama, pemberian obat, merujuk ke Puskesmas dan berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
Monitoring & Evaluasi
Kegiatan Posbindu dan Puskel yang telah dilaksanakan sesuai dengan kelima
tahapan yaitu pengukuran Berat Badan, Lingkar Perut, dan Tinggi Badan yang dibantu oleh
kader, dilanjutkan pengukuran Tekanan Darah, Gula Darah, Kolesterol, Asam Urat sesuai
indikasi oleh petugas puskesmas. Setelah pemeriksaan tersebut, dilanjutkan edukasi,
pengobatan serta merujuk pasien ke puskesmas jika ada indikasi medis. Masyarakat
Kelurahan Sei Sirah sangat antusias dengan dilaksanakannya posbindu dan puskel tersebut,
jumlah peserta yang hadir sebanyak 30 orang. Penyakit yang ditemukan antara lain diabetes
melitus, arthritis gout, hiperkolesterolemia, hipertensi, osteoarthritis dan lain-lain.
Judul Laporan
Kegiatan Posbindu dan Puskel di Kelurahan Koto Marapak
Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya
kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
infeksi kuman termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes
melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun
1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (Riskesdas 2007).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup
berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi seiring dengan meningkatnya kasus PTM di
masyarakat adalah masih rendahnya kesadaran untuk cek kesehatan terutama penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, PPOK, penyakit jantung dll.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
dikembangkan model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor
risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM,
dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan. Bersama posbindu juga dilakukan puskesmas keliling (puskel).
Puskel bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap pengobatan.
Pelaksanaan
Kegiatan posbindu dan puskel dilakukan di gedung MDA di Kelurahan Kampung Baru
dilakukan pada tanggal 1 April 2021 pukul 10.00-selesai. Dengan tahapan yaitu :
a. Tahapan I : Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Pengisian Data Peserta.
b. Tahapan II : Wawancara Faktor Risiko PTM.
c. Tahapan III : Pengukuran Tinggi Badan, Pengukuran Berat Badan, dan Menghitung IMT.
d. Tahapan IV : Pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
e. Tahapan V : Identifikasi, Edukasi, Tindak Lanjut Dini Faktor Risiko PTM dan
pengobatan
Kegiatan identifikasi faktor risiko PTM, edukasi dan tindak lanjut dini merupakan
tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi faktor risiko yang ada. Pengendalian faktor
risiko PTM, tidak selalu harus dilakukan dengan obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi
faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan berperilaku hidup
yang sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktifitas fisik, pengelolaan
stres dan lain-lain. Edukasi dilakukan oleh dokter di Posbindu untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM.
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap individu untuk masing-masing
faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau
intervensi yang harus dilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang
dimiliki. Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan
edukasi lebih mendalam terhadap para peserta Posbindu yang berisiko, peningkatan
aktifitas fisik bersama, pemberian obat, merujuk ke Puskesmas dan berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
Monitoring & Evaluasi
Kegiatan Posbindu dan Puskel yang telah dilaksanakan sesuai dengan kelima
tahapan yaitu pengukuran Berat Badan, Lingkar Perut, dan Tinggi Badan yang dibantu oleh
kader, dilanjutkan pengukuran Tekanan Darah, Gula Darah, Kolesterol, Asam Urat sesuai
indikasi oleh petugas puskesmas. Setelah pemeriksaan tersebut, dilanjutkan edukasi,
pengobatan serta merujuk pasien ke puskesmas jika ada indikasi medis. Masyarakat
Kelurahan Kampung Baru sangat antusias dengan dilaksanakannya posbindu dan puskel
tersebut, jumlah peserta yang hadir sebanyak 30 orang. Penyakit yang ditemukan antara
lain diabetes melitus, arthritis gout, hiperkolesterolemia, hipertensi, osteoarthritis dan lain-
lain.
Judul Laporan
Kegiatan Posbindu dan Puskel di Kelurahan Koto Marapak
Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya
kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
infeksi kuman termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes
melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun
1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (Riskesdas 2007).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup
berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi seiring dengan meningkatnya kasus PTM di
masyarakat adalah masih rendahnya kesadaran untuk cek kesehatan terutama penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, PPOK, penyakit jantung dll.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
dikembangkan model pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor
risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat
dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM,
dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan. Bersama posbindu juga dilakukan puskesmas keliling (puskel).
Puskel bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap pengobatan.
Pelaksanaan
Kegiatan posbindu dan puskel dilakukan dirumah salah satu warga di Kelurahan Koto
Marapak dilakukan pada tanggal 9 April 2021 pukul 10.00-selesai. Dengan tahapan yaitu :
a. Tahapan I : Pengisian Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Pengisian Data Peserta.
b. Tahapan II : Wawancara Faktor Risiko PTM.
c. Tahapan III : Pengukuran Tinggi Badan, Pengukuran Berat Badan, dan Menghitung IMT.
d. Tahapan IV : Pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
e. Tahapan V : Identifikasi, Edukasi, Tindak Lanjut Dini Faktor Risiko PTM dan
pengobatan
Kegiatan identifikasi faktor risiko PTM, edukasi dan tindak lanjut dini merupakan
tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi faktor risiko yang ada. Pengendalian faktor
risiko PTM, tidak selalu harus dilakukan dengan obat-obatan. Pada tahap dini, kondisi
faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan berperilaku hidup
yang sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktifitas fisik, pengelolaan
stres dan lain-lain. Edukasi dilakukan oleh dokter di Posbindu untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM.
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap individu untuk masing-masing
faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-langkah atau
intervensi yang harus dilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang
dimiliki. Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan dan
edukasi lebih mendalam terhadap para peserta Posbindu yang berisiko, peningkatan
aktifitas fisik bersama, pemberian obat, merujuk ke Puskesmas dan berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
Monitoring & Evaluasi
Kegiatan Posbindu dan Puskel yang telah dilaksanakan sesuai dengan kelima
tahapan yaitu pengukuran Berat Badan, Lingkar Perut, dan Tinggi Badan yang dibantu oleh
kader, dilanjutkan pengukuran Tekanan Darah, Gula Darah, Kolesterol, Asam Urat sesuai
indikasi oleh petugas puskesmas. Setelah pemeriksaan tersebut, dilanjutkan edukasi,
pengobatan serta merujuk pasien ke puskesmas jika ada indikasi medis. Masyarakat
Kelurahan Koto Marapak sangat antusias dengan dilaksanakannya posbindu dan puskel
tersebut, jumlah peserta yang hadir sebanyak 48 orang. Penyakit yang ditemukan antara
lain diabetes melitus, arthritis gout, hiperkolesterolemia, hipertensi, osteoarthritis dan lain-
lain.
Permasalahan :
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macam
gangguan kesehatan (kesakitan maupun kematian). Oleh karena itu Kementerian Kesehatan
RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain
Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. Sehingga pelaksanaan Kelas ibu balita sangat
dibutuhkan bagi ibu balita, kelas ini merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya,
dan memperoleh informasi penting seputaran balita. Bagi petugas kesehatan
penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang
kesehatan ibu dan balita serat dapat menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan ibu
balita dan masyarakat.
Pelaksanaan :
Kegiatan yang dilakukan:
- Identifikasi sasaran : Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data sasaran
jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan kemudian
mengelompokannya jadi kelompok usia 0-2 tahun, dan 3-5 tahun.
- Mempersiapkan tempat dan sarana belajar : Tempat kegiatan adalah tempat yang
disediakan oleh pemerintahan setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar berada di balai
desa. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo.
- Penyuluhan materi
Permasalahan :
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macam
gangguan kesehatan (kesakitan maupun kematian). Oleh karena itu Kementerian Kesehatan
RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain
Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. Sehingga pelaksanaan Kelas ibu balita sangat
dibutuhkan bagi ibu balita, kelas ini merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya,
dan memperoleh informasi penting seputaran balita. Bagi petugas kesehatan
penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang
kesehatan ibu dan balita serat dapat menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan ibu
balita dan masyarakat.
Perencanaan dan pemilihan intervensi :
Kelas Ibu Balita dirancang untuk dilaksanakan di seluruh wilayah Provinsi. Mengingat
luasnya wilayah cakupan, kegiatan ini perlu dipersiapkan sedemikian rupa sebelum
dilaksanakan di seluruh daerah. Peserta Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar ibu-ibu
yang mempunyai anak usia antara 0 – 5 tahun dengan pengelompokan 0-2 tahun, dan 3-5
tahun. Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang. Proses belajar dibantu
oleh seorang Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Balita fasilitator yang memahami bagaimana
teknis pelaksanaan Kelas Ibu Balita. Sebaiknya sebelum kelompok Kelas Ibu Balita dimulai
terlebih dahulu dilaksanakan musyawarah masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
Balita dan materi prioritas yang akan dibahas dalam pertemuan kelas Ibu Balita,
kewenangan ini diberikan kepada fasilitator dengan catatan materi tersebut merupakan
bagian dari Buku KIA. Tujuannya untuk memetakan kebutuhan-kebutuhan warga belajar
serta berbagai kebutuhan penyelenggaraan kelas. Kebutuhan warga belajar diasumsikan
tidak sama antara satu daerah dengan daerah lain. Maka di lakukan edukasi dan penyuluhan
oleh petugas kesehatan.
Pelaksanaan :
Kegiatan yang dilakukan:
- Identifikasi sasaran : Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data sasaran
jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan kemudian
mengelompokannya jadi kelompok usia 0-2 tahun, dan 3-5 tahun.
- Mempersiapkan tempat dan sarana belajar : Tempat kegiatan adalah tempat yang
disediakan oleh pemerintahan setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar berada di balai
desa. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo.
- Penyuluhan materi
Permasalahan :
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macam
gangguan kesehatan (kesakitan maupun kematian). Oleh karena itu Kementerian Kesehatan
RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain
Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. Sehingga pelaksanaan Kelas ibu balita sangat
dibutuhkan bagi ibu balita, kelas ini merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya,
dan memperoleh informasi penting seputaran balita. Bagi petugas kesehatan
penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang
kesehatan ibu dan balita serat dapat menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan ibu
balita dan masyarakat.
Pelaksanaan :
Kegiatan yang dilakukan:
- Identifikasi sasaran : Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data sasaran
jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan kemudian
mengelompokannya jadi kelompok usia 0-2 tahun, dan 3-5 tahun.
- Mempersiapkan tempat dan sarana belajar : Tempat kegiatan adalah tempat yang
disediakan oleh pemerintahan setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar berada di balai
desa. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo.
- Penyuluhan materi
Pelaksanaan :
Kegiatan yang dilakukan:
- Identifikasi sasaran : Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data sasaran
jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan kemudian
mengelompokannya jadi kelompok usia 0-2 tahun, dan 3-5 tahun.
- Mempersiapkan tempat dan sarana belajar : Tempat kegiatan adalah tempat yang
disediakan oleh pemerintahan setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar berada di balai
desa. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo.
- Penyuluhan materi
Permasalahan :
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di dunia termasuk Indonesia.
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.
Hal ini dikarenakan hipertensi memiliki masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi,
yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan
hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Penyakit
hipertensi masih menjadi masalah besar dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya pengobatan penyakit hipertensi dan juga kurangnya kesadaran
masyarakat tentang bahaya tidak terkontrolnya penyakit hipertensi.
Pelaksanaan :
Materi:
- Apa itu penyakit hipertensi
- Pengobatan hipertensi
- Edukasi pola hidup sehat
- komplikasi yang bisa terjadi akibat hipertensi tidak terkontrol
- Sesi tanya jawab
Permasalahan :
COVID-19 saat ini menjadi permasalahan dunia yang serius dengan jumlah kasusnya yang
selalu mengalami peningkatan setiap harinya. COVID-19 dapat menyerang setiap orang
tanpa memandang usia maupun jenis kelamin dan sudah dikategorikan sebagai pandemik
global.
Target sasaran vaksinasi yang akan dicapai sebanyak SDM Kesehatan adalah 1.468.746.
Target sasaran vaksinasi yang akan dicapai sebanyak Pelayanan Publik adalah 17.327167.
vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk melindungi dan memperkuat sistem kesehatan
secara menyeluruh, juga menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial dan
ekonomi masyarakat.
- Tenaga kesehatan yang memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi dan menularkan
Covid-19
- Orang dengan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi tertular dan menularkan
Covid-19 karena tidak dapat melakukan jaga jarak secara efektif, seperti anggota
TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya
- Orang yang memiliki penyakit penyerta dengan risiko kematian tinggi bila
terkena Covid-19
- Setelah semua kelompok prioritas di atas mendapat vaksin Covid-19, vaksinasi
akan dilanjutkan ke kelompok penerima vaksin Covid-19 lainnya, mulai dari
penduduk di daerah yang banyak kasus Covid-19 sampai ke seluruh pelosok
Indonesia.
Pelaksanaan :
proses pemberian vaksin covid-19 kepada seluruh TNI di KODIM pariaman dimulai
tanggal 8-9 Maret 2021, vaksinasi covid-19 ini diharapkan dapat memperkecil rantai
penularan covid-19 ini terutama untuk pelayan publik yang merupakan Prioritas penerima
Vaksin COVID-19
proses vaksinasi ini dilakukan dengan sistem 4 meja
- Meja 1 pendaftaran/ regitrasi
Penerima vaksin covid-19 harus menunjukakan no.NIK kepada petugas pendaftaran untuk
dilakukan registrasi didalam aplikasi P-care
- Meja 2 screening
setelah dilakukan registrasi peserta akan dilakukan screening pemeriksaan fisik seperti
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan suhu, setelah dilakukan pemeriksaan fisik peserta
akan dilakukan screening dengan 16 pertanyaan seputar riwayat kesehatan pribadi, setelah
dilakukan screening ini maka peserta akan diktahui apakah peserta akan dilanjutkan
divaksin atau tunda vaksin.
-Meja 3 vaksinasi
setelah di screening peserta yang lanjut vaksin akan divaksinasi di meja 3
-Meja 4 observasi
setelah peserta divaksin maka peserta akan di observasi selama 30 menit apakah peserta
memiliki indikasi lainnya setelah divaksin.
pelaksanaan vaksinasi ini dilakukan sebanyak 2 kali kepada seluruh peserta wajib vaksin.
- Tenaga kesehatan yang memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi dan menularkan
Covid-19
- Orang dengan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi tertular dan menularkan
Covid-19 karena tidak dapat melakukan jaga jarak secara efektif, seperti anggota
TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya
- Orang yang memiliki penyakit penyerta dengan risiko kematian tinggi bila
terkena Covid-19
- Setelah semua kelompok prioritas di atas mendapat vaksin Covid-19, vaksinasi
akan dilanjutkan ke kelompok penerima vaksin Covid-19 lainnya, mulai dari
penduduk di daerah yang banyak kasus Covid-19 sampai ke seluruh pelosok
Indonesia.
Pelaksanaan :
proses pemberian vaksin covid-19 kepada seluruh Polisi di Kantor POLRES
pariaman dimulai tanggal 16 Maret 2021, vaksinasi covid-19 ini diharapkan dapat
memperkecil rantai penularan covid-19 ini terutama untuk pelayan publik yang merupakan
Prioritas penerima Vaksin COVID-19
proses vaksinasi ini dilakukan dengan sistem 4 meja
- Meja 1 pendaftaran/ regitrasi
Penerima vaksin covid-19 harus menunjukakan no.NIK kepada petugas pendaftaran untuk
dilakukan registrasi didalam aplikasi P-care
- Meja 2 screening
setelah dilakukan registrasi peserta akan dilakukan screening pemeriksaan fisik seperti
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan suhu, setelah dilakukan pemeriksaan fisik peserta
akan dilakukan screening dengan 16 pertanyaan seputar riwayat kesehatan pribadi, setelah
dilakukan screening ini maka peserta akan diktahui apakah peserta akan dilanjutkan
divaksin atau tunda vaksin.
-Meja 3 vaksinasi
setelah di screening peserta yang lanjut vaksin akan divaksinasi di meja 3
-Meja 4 observasi
setelah peserta divaksin maka peserta akan di observasi selama 30 menit apakah peserta
memiliki indikasi lainnya setelah divaksin.
pelaksanaan vaksinasi ini dilakukan sebanyak 2 kali kepada seluruh peserta wajib vaksin.
• dr. Intership sebagai petugas vaksinator di meja 3
• Jumlah peserta divaksinasi: ±25 orang dari ±40
• Tempat: Kantor POLRES Pariaman
Monitoring dan evaluasi :
- Pelaksanaan kegiatan sudah tertib dan sistematis
- Monitoring kejadian KIPI lanjutan melalui laporan ke nomor CP.
- Keberhasilan vaksinasi dapat dilihat dari angka persentasi jumlah Polisi yang
divaksinasi Covid-19 di wilayah ini dan perilaku masyarakat terhadap Covid-19