Anda di halaman 1dari 37

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. YOGYAKARTA PRESISI TEKNIKATAMA INDUSTRI

TANGGAL 8AGUSTUS 2018

KELOMPOK B1

HYGIENE INDUSTRI

dr. Abdur Rozak dr. Anita Natalia Manalu dr. Desy Puspita Sari dr. Ellsa Anggun Karantika dr. Geraldine Nadita Putri Kinasih

dr. Achmad Randi Raharjo dr. Baiq Yuni Rahmaningsih dr. Dew i Ro sit a dr. Elzan Zulqad Maulana dr. Gregorius Abram Nucifera

dr. Alfian Wirawan dr. Bayu Hendro Wibowo dr. Dian Marta Sari dr. Fauzia Dina Aulia dr. Hamidah

dr. Alzena Dwi Saltike dr. Dahyanto dr. Dina Fitria dr. Felicia Arum Wijayanti dr. Hardianti Sri Utami

dr. Amirah Adillah dr. Delviania Yosefa dr. Dodi Arfiansyah Marbun dr. Fithri Nadya dr. Ahmad Zainurridha Ulwan

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI.
PERIODE 6 - 11 AGUSTUS 2018
YOGYAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, pembangunan nasional berkembang seiring dengan berjalannya

perkembangan industri yang ditandai dengan moderenisasi pada mekanisme produksi. Yakni,

terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, dan teknologi tinggi lainnya,

serta bahan berbahaya. Namun, kemudahan dalam proses produksi dapat pula meningkatkan

jumlah dan jenis bahaya di tempat kerja. Selain itu, tercipta lingkungan kerja yang kurang

memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut akan sangat

mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat kecelakaan kerja.

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah perusahaan menjadi

sebuah keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Pada hakikatnya, faktor K3

berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri sehingga dapat

mempengaruhi tingkat pencapaian produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah

melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk

menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur manajemen, tenaga

kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien,

dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar

lingkungan kerja menjadi aman, nyaman, dan sehat.

Higiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik, kimia,

radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan.Upaya ini terutama dilakukan dalam hal

1
pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan melaksanakan pengawasan terhadap

segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan.

Dengan demikian, sasaran kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan

perusahaan. Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan merupakan upaya pencegahan

timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi perusahaan.

Sedangkan menurut Sumakmur, higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene

beserta praktiknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit

kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang

hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut, serta

apabila diperlukan berupa tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar

perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-masing, di mana sistem

tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan berkesinambungan. SMK3 dimulai

dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan ulang hingga pada akhirnya peningkatan

berkelanjutan. Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan

hazard (potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi

tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia maupun biologi.

Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja

(SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat

kerja dan pencemaran lingkungan akibat proses produksi perusahaan, maka pada hari Rabu,

8Agustus 2018 telah dilakukan kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah

Yogyakarta, yaitu PT. Yogyakarta Presisi Teknikatama Industri.Kunjungan perusahaan bagi

tim penyusun ini lebih difokuskan untuk:

2
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.

Yogya Presisi Teknikatama Industri

2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT. Yogya Presisi

Teknikatama Industri

3. Mengetahui pengelolaan limbah industri di PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri

Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di lapangan dan

kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di PT. Yogya Presisi

Teknikatama Industri. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan dalam

proses tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang terlibat sehingga dapat

mengurangi potensi adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna memaksimalkan

kinerja para karyawan.

1.2 DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

2. UUNo. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan

international No. 120 mengenai higine dalam perniagaan dan kantor-kantor

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan Kimia

Berbahaya.

4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja.

5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan dan

kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.

6. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86 dimana

dikatakan bahwa pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja.

3
7. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tentang tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

8. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 tentang hak setiap buruh atau pekerja untuk

memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

9. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan.

10. PP No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3

1.3 PROFIL PERUSAHAAN

Didirikan pada tahun 1999, PT.YPTI mulai dioperasikan di industri garasi rumah

kecil. Diawali dengan 4 orang karyawan sekarang hingga 237 karyawan. Perusahaan tersebut

memiliki komitmen untuk selalu meningkatkan kualitas produk dan

layananuntukmemberikan kepuasan pelanggan.Budaya dan gaya manajemen perusahaan

terbuka dan merangsang pengembangan karyawan mereka untuk meningkatkan keterampilan

mereka.

PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI) hadir untuk memenuhi kebutuhan

pengecekan fixture, cetakan, injeksi plastik dan komponen presisi sekaligus juga pusat

pelatihan. Menggunakan teknologi CNC terbaru untuk memberikan kepuasan kepada

konsumen dengan produk berkualitas tinggi.Dengan pengalaman 18 tahun dalam pembuatan

perkakas & komponen presisi, PT YPTI adalah salah satu perusahaan Indonesia pertama

yang bergerak di bidang checking fixture full body bagian eksterior dan interior dalam sektor

otomotif di Indonesia.Industri utama mereka bergerak di bidang otomotif, aerospace, energi,

keperluan industri rokok, pendidikan, kedokteran, makanan &minuman, elektronik.

4
a. Profil Perusahaan

C o m p a n y N a m e PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri

A d d r e s s Dhuri, Tirtomartani PO. Box. 7 Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571

T e l e p h o n e 6 2 2 7 4 - 4 9 8 2 8 2

F a x 6 2 2 7 4 - 4 9 8 4 7 4

W e b s i t e w w w . y o g y a p r e s i s i . c o m

E - m a i l i n f o @ y o g y a p r e s i s i . c o m

I n d u s t r i a l P e r m i t Workshop & Industrial Metal and Plastic Component s

W o r k S c o p e Mold Making, Precision Parts, Plastic Injection, Jig and Checking Fixture

E s t a b l i s h e d 9 / 9 / 1 9 9 9

N u m b e r o f E m p l o y e e s 2 3 7

L a n d U s e P e r m i t 5 0 3 / 0 3 8 6 8 / 9 9

B u i l d i n g P e r m i t 9 1 / I M B / D P U P P / 2 0 0 1

Disturbance Permit ( HO ) 503 / 005080.68.15 / 0059/ IG/201 6

S I U P 5 0 3 / 0 0 1 0 / P B / I V / 2 0 1 2

Industrial Business License ( IUI ) 503 / 007 /01 / P / ILMEA / I / 200 6

Company Registration (TDP ) 1 2 0 2 1 2 5 0 0 4 3 7

Tax Payer Identification Number (NPWP) 0 1 . 9 2 1 . 0 2 8 . 5 . 5 4 2 . 0 0 0

Importer Identification Number ( API-P) 1 2 0 4 0 0 0 8 0 - P

D e p n a k e r P e r m i t 6 3 1

b. Jumlah pegawai perusahaan

Jumlah pekerja sebanyak 237 orang pekerja. Jam kerja pegawai dibagi menjadi 3 shift

utama dengan 1 shift adalah 8 jam (rehat tiap 4 jam).

d. Sektor usaha

PT YPTI adalah salah satu perusahaan Indonesia pertama yang bergerak di bidang

checking fixture full body bagian eksterior dan interior dalam sektor otomotif di

5
Indonesia.Industri utama mereka bergerak di bidang otomotif, aerospace, energi,

keperluan industri rokok, pendidikan, kedokteran, makanan &minuman, elektronik.

e. Jam kerja

Pabrik : Jam Kerja : Shift I 08.00 – 15.00

Shift II 15.00 – 22.00

Shift III 22.00 – 08.00

Kantor : Jam Kerja : 08.00 - 16.30

f. Asuransi

 BPJS Ketenagakerjaan

 BPJS Kesehatan

g. Sertifikasi perusahaan

 Quality Assurance ISO 9001 : 2008 Certifed by Quality Management Systems

Manufacture

 Indonesia Aeropace (lae) tahun 2014, disetujui sebagai bengkel yang untuk

permesinan, jig, dan perlengkapan pengecekan produk.

 Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2014, disetujui sebagai bengkel untuk

reverse engineering dan Re- Engineering untuk komponen listrik.

 Dji Sam Soe Award tahun 2007 karena prestasi PT.YPTI membuat perusahaan

menjadi salah satu dari 243 seleksi UKM yang bagus.

 Upakarti Award tahun 2009

 Best Key Acount SSC (Sampoerna Supplier Conference) tahun 2012

 YDBA ( Yayasan Dharma Bakti Astra) Award tahun 2016

6
1.4 ALUR PRODUKSI

Marketing

Job Order

Pembuatan (Engineering dan design)

PPC (scheduling)

Purchasing

Operator

Produksi

1.5 LANDASAN TEORI

A. Hygiene Industri

Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk

mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai tingkat

7
kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta

lingkungannya.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja

Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara lain

faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan limbah.

Faktor Fisik

1) Bising:

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang

merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang

menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.

 Jenis kebisingan:

- Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin yang berputar;

- Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;

- Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom meledak.

 Akibat kebisingan:

T i p e U r a i a n
Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan
Akibat lahiriah
Akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan
G a n g g u a n
Akibat psikologis Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.
gaya hidup
Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.

Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan

penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu

8
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (A)

(Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011). Agar kebisingan tidak mengganggu

kesehatan atau membahayakan, perlu diambil tindakan seperti penggunaan

peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan,

penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak

ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak

mengganggu kesehatan atau membahayakan.

2) Getaran:

Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media

dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin

atau alat dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis.

 Jenis getaran:

- Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-80 Hz;

- Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan dan

tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.

3) Iklim dan Suhu:

Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif bila

lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah

24°C-26°C. Bila iklim kerja panas dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam

bekerja dan gangguan kesehatan.

4) Pencahayaan:

 Sifat-sifat pencahayaan yang baik:

9
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;

- Pencegahan kesilauan;

- Arah sinar;

- Warna;

- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.

 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:

- Iritasi, mata berair dan mata merah

- Penglihatan rangkap

- Sakit kepala

- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap kontras

warna juga kecepatan pandangan

- Akomodasi dan konvergensi menurun

 Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.

Jenis Kegiatan Tingkat pencahayaan minimal (Lux) K e t e r a n g a n


Pekerjaan kasar & tidak terus-menerus 1 0 0 Ruang penyimpanan dan ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus-menerus 2 0 0 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin 3 0 0 Pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol dan pekerjaan mesin dan perakitan atau penyusun

Pekerjaan agak halus 5 0 0 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus 1 0 0 0 Pemilihan warna, pemrosesan, tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
1 5 0 0
Pekerjaan amat halus Mengukir dengan tangan, pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
(tidak menimbulkan bayangan)
3 0 0 0
Pekerjaan detail Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
(tidak menimbulkan bayangan)

 Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan:

- Adanya debu atau kotoran pada bola lampu;

- Bola lampu yang sudah lama;

- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;

- Perubahan letak barang-barang.

10
Faktor Biologis

Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah Kepres No.

22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point) penyakit infeksi

yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan

yang memiliki resiko kontaminan khusus.

Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan

produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor

biologis dapat dikategorikan menjadi:

1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);

2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);

3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma);

4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan

invertebrata (protozoa, ascaris).

 Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:

1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)

2. Ingesti/ saluran pencernaan

3. Kontak dengan kulit

4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.

 Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari

dengan pencegahan antara lain dengan:

1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan baru,

pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;

2. Dilarang makan dan minum di area produksi;

3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;

11
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu

yang mengandung organisme patogen dengan cara menutupi hidung dan mulut

dengan tujuan untuk menghindari debu respirabel (< 10 mikrometer);

5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat menuangkan

bahan baku;

6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan produksi.

7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali

setiap bulan;

8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya

mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;

9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk

menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;

10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan mencuci tangan

di air mengalir dan sabun;

11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan pendingin

ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;

12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah

penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. Salah satunya kantin

atau tempat makan para pekerja berada di ruangan tertutup sehingga lalat tidak dapat

keluar masuk dan hinggap pada makanan pekerja.

Faktor Kimia

12
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja. Bahan

kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan campurannya yang

bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di setiap proses industri.

Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk

memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan

tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya

dapat dilakukan dengan melihat pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data

Sheet (MSDS).

1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):

 Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di

udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan

jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di udara. Bentuk ini

memiliki ukuran 0.02-500µm.Yang termasuk dalam bentuk partikulat

diantaranya adalah sebagai berikut.

- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran debu ini

dihasilkan oleh pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan yang berkaitan

dengan gerinda, pemboran, pemecahan, dan penghancuran material padat.

Ukuran debu dapat bervariasi mulai dari yang dapat terlihat dengan mata

telanjang (50µm) sampai dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang

berukuran kurang dari 10µm dapat membahayakan kesehatan karena dapat

terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 – 4 µm

dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan asbes.

13
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-bahan

dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari logam cair. Uap

dari logam cair terkondensasi menjadi partikel-partikel padat di dalam

ruangan logam cair tersebut, misalnya pada pekerjaan penyolderan,

pengelasan, atau peleburan logam. Contoh: metal fume pada peleburan

logam seperti ZnO dan PbO.

- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai hasil

proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses electroplanting

dan penyemprotan di mana cairan tersebar, terpercik atau menjadi busa

partikel buih yang sangat kecil. Contoh: kabut minyak yang dihasilkan

selama operasi memotong dan gerinda.

- Asap (smoke): adalah partikel-partikel karbon yang mempunyai ukuran

kurang dari 0.5µm dan bercampur dengan senyawa hidrolarbon sebagai

hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar, seperti hasil

pembakaran batubara.

- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di udara.

Smog terdapat pada pekerjaan pembuihan.

 Non Partikulat

- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang tertutup dan

dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat dengan pengaruh dari

gabungan kenaikan tekanan dan pengurangan suhu. Gas dapat berdifusi

dengan cara menjalar atau menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen,

nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan

14
normal, dapat diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu

dan penambahan tekanan.

- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan normal

berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang. Uap dapat

dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan menambah tekanan atau

menurunkan suhu. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang rendah

lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi.

Contoh bentuk uap adalah uap air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.

2) Pengaruh Fisiologis dan Patologis Bahan Kimia:

 Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau

menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh

yang terkena biasanya kulit, mata, dan saluran pernapasan.

- Iritasi melalui kulit  apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu

dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai

pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit).

- Iritasi melalui mata  kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia

dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai

kerusakan permanen.

- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-

bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena

pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan kerongkongan).

 Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat

menyebabkan asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan dengan

gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga menimbulkan

15
sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian. Terdapat dua jenis

asfiksia, yakni:

- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan

dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas

seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atau helium yang

kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup.

- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada

situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan

mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat

asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida, nitrogen, propan, argon,

dan metana.

 Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan mati rasa.

Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu

seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton

(aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat

menekan susunan syaraf pusat.

 Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam kosentrasi

relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan

menyebabkan kematian. Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan

sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari

tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat

menyebar keseluruh tubuh. Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida,

benzene, dan sianida.

16
 Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa

menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor

(benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru

muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun.

Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium, nikel dapat menyebabkan

kanker paru-paru.

 Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh

dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti pneumoconiosis.

Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya

partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan

adanya reaksi dari jaringan paru dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh

bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica,

asbestos, talc, batubara dan beryllium.

3) Pengukuran:Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan kimiawi di

tempat kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian terhadap faktor kimia

yang memapari tempat tersebut dengan cara pengambilan sample yang

selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan pengukuran pada lingkungan kerja

diperlukan pengambilan sample yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam

kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja.

Metode yang digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH,

AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument analisis yang digunakan dalam

pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk kadar

hidrokarbon, spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organic, dan X-Ray

deffractometer.Nilai Ambang Batas (NAB), diatur berdasarkan surat edaran

17
Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor kimia dan faktor

fisikadi tempat kerja.Kategori nilai ambang batas:

 NAB rata-rata selama jam kerja

 NAB pemaparan singkat

 NAB tertinggi

4) Pengendalian: Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti:

 Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:

nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek

paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.

 Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang

dibuat oleh suatu perusahaan, berisikan antara lain kandungan/komposisi, sifat

fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai

NAB, efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama

keracunana, alamat dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.

 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,

melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,

penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di

bidang kimia.

 Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan dengan

tahapan sebaai berikut:

- Pengendalian secara teknis

a. Substitusi

b. Isolasi

c. Ventilasi (alamiah dan buatan)

18
- Pengendalian administrasi

a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin

b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.

c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar potensi

bahaya

d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan benar.

Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah

keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.

Sanitasi Industri

Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:

 Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan;

 Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam

menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP);

 Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan

lingkungan sekitar perusahaan;

 Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah,konsumen

terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan;

 Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan mutu

dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen;

 Mengurangi biaya recall.

 Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene pekerja

yang terlibat.

Sanitasi industri meliputi:

1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu:

19
 Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll

 Proses produksi

2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu:

 Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi

 Sampah industri  padat, cair

Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya.Sampah dapat

diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak

bisa dimanfaatkan lagi dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak

berbahaya dan mudah terurai.

3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses

produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga kerja ataupun

proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan merupakan usaha

pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan

makanan dan merupakan pencegahan penyakit yang efektif. Hal–hal yang

diperhatikan dalam sanitasi makanan adalah:

 Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan makanan,

pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan

 Kebersihan peralatan

 Kebersihan fasilitas

 Kantin dan ruang makan

 Keracunan makanan

4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang yang

berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia. Contoh-contoh

20
vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain. Masing-masing

vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai tenaga kerja, sehingga

dapat menurunkan produktivitas.Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak

perusahaan sendiri ataupun memakai jasa pengendalian vektor profesional.

5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak

harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam proses produksi.

Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk menjalankan fungsi-fungsi

biologis seperti buang air kecil, buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan

lain-lain.Hal – hal yang termasuk fasilitas kebersihan, yaitu:

 WC (kakus)  memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding

dengan jumlah pekerja.

 Tempat cuci.

 Tempat mandi  membersihkan badan sebelum pulang.

 Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan sesudah kerja.

 Ruang makan dan kantin  memenuhi syarat – syarat rumah makan sehat atau

kantin sehat.

Pengolahan Limbah

Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu tidak

dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah industri

tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang memiliki nilai ekonomis

berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut akan memberi nilai tambah, serta

limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis berupa limbah yang diolah dalam

bentuk proses apapun tidak dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat

mempermudah sistem pembuangan.

21
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya ditempatkan

pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya serta apakah

termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang bukan termasuk B3 perlu dipilah

lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk

kedalam limbah B3 adalah limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang

bersifat racun dan berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam

jumlah sedikit tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup

dan sumber daya.Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu

sesuai dengan spesifikasinya.Kontainer tempat menampung limbah yang termasuk

kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada waktu pengumpulan

dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir B3. Secara

umum, pengolahan limbah industri dapat dilakukan melalui 3 proses, yaitu:

1) Proses pengolahan secara fisika:

 Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan secara

gravitasi.

 Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan aliran

udara yang dimasukkan kedalam sistim.

 Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar minyak dari

aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan spesifitas

gravities anatara air dan minyak yang dibuang.

2) Proses pengolahan secara kimiawi:

 Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata menjadi

gumpalan-gumpalan yang cukup besar.

 Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam air.

3) Proses pengolahan secara biologi:

22
 Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah kedalam

reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi yang sangat

tinggi.

 Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme dimasukkan

kedalam beberapa media.

 Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan dangkal

untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses alami dengan

melibatkan ganggang dan bakteri.

 Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa

microbial aktif dalam lapisan sludge.

Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang

dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal

dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut.

Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas

dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.

1) Mengontrol Emisi Gas Buang:

 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan

hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas

sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar

dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber);

 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan

berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena

filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat;

 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan

bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon

23
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat

dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)

untuk menyempurnakan pembakaran;

 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi

kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan

bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan

polutan.

2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:

 Filter Udara:

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,

agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja

yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap

diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus

segera diganti dengan yang baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung

pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu

banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

 Pengendap Siklon:

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang

ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip

kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas

buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon

sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel /

debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin

besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

 Filter Basah:

24
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja

filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara

menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari

bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka

debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang

lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah

digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut

menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan:

 Pegendap Sistem Gravitasi:

Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang

ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih. Cara kerja alat

ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat

yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan

kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah

akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung

pada dimensi alatnya.

 Pengendap Elektrostatik:

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam

jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air.

Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah

relatif bersih.Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang

mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di

mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang

merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya

perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah

25
sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi.

Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan

masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif

akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah

silinder dan kemudian terhembus keluar.

26
BAB II

PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PELAKSANAAN

Dilakukan pengamatan pada hari kamis 8 Agustus 2018 pukul 09.00-13.00 WIB oleh

kelompik BI hygiene industri.

2.2 LOKASI PENGAMATAN

Lokasi pengamatan adalah di Dhuri, Tirtomartani PO. Box. 7 Kalasan, Sleman,

Yogyakarta 55571

27
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan di PT. Yogyakarta Presisi Teknikatama Industri. sebagai berikut:

3.1. FAKTOR FISIK

1) Bising

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan tidak langsung, dan wawancara

dengan bagian HRD perusahaan. Jenis kebisingan dari mesin – mesin produksi berupa

kebisingan yang kontinu dan intermiten di bagian plastic injection. Didapatkan hasil

bahwa Nilai ambang batas yang diperkenankan yang ada di tempat kerja kurang dari

intensitas kebisingan atau nilai ambang batas yang diperkenankan dengan waktu

pemaparan 8 jam kerja sehari dan jeda istirahat 30 menit setelah 4 jam kerja.

Berdasarkan informasi yang didapat dari narasumber bahwa pihak perusahaan sudah

melakukan pengukuran untuk intensitas kebisingan di lingkungan kerja sesuai dengan

Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas faktor fisika di

tempat kerja. Namun belum pernah dilakukan evaluasi berkala terhadap pengukuran

kebisingan ini. Selain itu tidak semua pekerja menggunakan earplug selama bekerja.

2) Pencahayaan

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat kerja di PT.

Yogya Presisi Teknikatama Industri menggunakan sumber pencahayaan alami dan

buatan karena cahaya matahari dapat masuk dan para pekerja yang bekerja dalam

ruangan dibantu oleh beberapa lampu neon.Menurut informasi yang diperoleh dari

28
narasumber bahwa belum dilakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan di

tempat kerja yang mengacu kepada Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964

tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja, juga

belum terdapat tentang profil pencahayaan pabrik. Dari Badan Lingkungan Hidup

pernah melakukan survey pencahayaan dan mendapatkan rekomendasi untuk

menambahkan sumber pencahayaan di ruangan workshop serta memperluas ventilasi

cahaya di atap gedung. Menurut pengamatan yang kami lakukan di tempat kerja

secara langsung, para pekerja tidak tampak mengalami gangguan dalam hal

pencahayaan/penerangan di tempat kerja mereka.

3) Getaran

Beberapa alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam

proses molding, injeksi plasticdan lain-lain di PT. Yogya Presisi Teknikatama

Industriberpotensi menimbulkan getaran di dalam penggunaannya oleh para pekerja.

Mesin yang digunakan tapi tidak memaparkan langsung pada pekerja karena pada

tempat kerja mesin beroperasi sendiri dan pekerja hanya mengawasi dan

mengoperasikan, sehingga paparan untuk getaran ke para pekerja sangat minimal.

4) Iklim Kerja

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, para pekerja bekerja diruang yang

tidak terlalu panas karena atap ruangan yang dibuat tinggi serta ventilasi udara yang

baik, ruangan dilengkapi dengan kipas angin besar yang masih bekerja, tetapi tidak

ada pengukur suhu ruangan di ruang manufacture. Para pekerja tidak terlihat

terganggung dengan iklim kerja.

29
3.2. FAKTOR KIMIA

a) Debu

Sumber debu yang didapatkan minimal dari mesin penghancur diruangan injection

plastic, para pekerja sudah dihimbau untuk menggunakan APD yaitu masker.

Namun demikian berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sebagian pekerja tampak

mengenakan masker dengan baik, sebagian tampak mengalungkan masker di leher,

dan sebagian lagi tampak tidak menggunakan masker. Ketika kami tanya alasan

tidak menggunakan masker, mereka berkata mereka merasa di area kerja mereka

tidak terdapat debu atau zat berbahaya yang dapat terhirup sehingga mereka merasa

tidak perlu menggunakan masker.

 Bahan Berbahaya dan Beracun

Dari hasil pengamatan, masih minimnya pengetahuan para pekerja untuk

memahami perbedaan dan cara untuk berinteraksi langsung terhadap bahan-bahan

berbahaya dan beracun.

 Bahan-bahan Kimia

Dalam proses produksinya hanya menggunakan air untuk mendingkan pada proses

molding dan bahan baku dari injection plastic,

30
3.3. FAKTOR BIOLOGI

Ketika melakukan pengamatan di PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri. faktor

biologi tidak ditemukan adanya jalur kontaminasi kepada pekerja terhadap hasil produksi

maupun sebaliknya.

Upaya pengendalian faktor biologi yang sudah dilakukan antara lain tidak ada pekerja

yang makan/ minum di area produksi, pekerja menggunakan baju, alas kaki berupa sepatu,

topi, google serta sarung tangan, dan sudah tersedia tempat untuk cuci tangan bagi pekerja

dilengkapi dengan instruksi mencuci tangan dan pihak perusahaan telah melakukan

monitoring terhadap faktor biologi.

3.4. KEBERSIHAN

Dilihat dari pengamatan selama berada di lingkungan kerja PT. Yogya Presisi

Teknikatama Industri, secara umum dapat dikatakan sanitasi yang berada di tempat tersebut

baik. Kebersihan di dalam perusahaan seperti dinding, lantai, dan atap baik. Daerah kerja

tampak bersih. Tidak tampak bahwa terdapat tempat sampah di setiap ruangan. Selain tempat

cuci tangan dan toilet, juga tersedia loker. Untuk loker sudah disediakan bagi pekerja untuk

menyimpan pakaian dan APD.

Ruangan dibersihkan setiap pagi dan untuk setiap mesin kebersihan dari mesin

menjadi tanggung jawab dari pekera yang mengoperasikan mesin tersebut. Tempat

pembuangan sampah dari produksi tersedia rapi dan untuk tempat pembuangan sampah

umum terletak agak jauh dari tempat pengoperasian mesin.

3.5. PETUGAS HIGIENE INDUSTRI

Tidak terdapat petugas higiene industri di PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri

31
3.6. PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi di PT. Yogya Presisi Teknikatama

Industri ada 3 macam yaitu limbah padat, limbah cair, dan emisi udara.

1. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi adalah sisa besi dari molding,

bahan plastik dari proses injection plastic, dan serbuk kayu. Setiap satu bulan

sekali, imbah tersebut disalurkan ke pihak ketiga, pengepul yang berstandar,

kecuali serbuk kayu.

2. Limbah Cair

Limbah cair dihasilkan berupa limbah produksi yaitu air dari pendingin untuk

proses molding, dan oli dari mesin. Limbah tersebut disalurkan juga ke pihak

ketiga, pengepul yang berstandar.

3. Limbah Gas

Tidak ditemukan limbah gas di PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri.

32
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

PT YPTI adalah salah satu perusahaan Indonesia pertama yang bergerak di

bidang checking fixture full body bagian eksterior dan interior dalam sektor otomotif di

Indonesia.Industri utama mereka bergerak di bidang otomotif, aerospace, energi, keperluan

industri rokok, pendidikan, kedokteran, makanan &minuman, elektronik.

Berdasarkan pengamatan dalam bidang higiene industri yang telah dilakukan ke PT.

Yogya Presisi Teknikatama Industri didapatkan adanya faktor risiko baik dibidang fisika, dan

kimia. Namun, faktor risiko di lingkungan kerja terebut sudah dilakukan tindak lanjut dari

pihak manajemen dan terbukti dari berjalannya SMK3 di perusahaan tersebut. Faktor tenaga

kerja dianggap masih perlu dilakukan perbaikan dilihat dari tingkah laku tenaga kerja yang

kurang sadar akan efek lingkungan kerja terhadap kesehatan dan belum semua pekerja

menggunakan APD dengan baik.

4.2 SARAN

1) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja terutama

terkait lima faktor yang dibahas diatas kepada tenaga kerja mengenai pemaparan faktor

tersebut dan dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan.

33
2) Menyediakan lebih banyak media dan sarana untuk mempromosikan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja.

3) Melakukan penyuluhan kepada para tenaga kerja mengenai Self-Hygiene dan menjaga

kebersihan produk.

4) Meningkatkan pengawasan dan evaluasi pada seluruh sistem produksi.

5) Pengawasan terhadap ketaatan petugas menggunakan APD lebih ketat oleh pengawas

khusus dan evaluasi harian terkahit K3.

6) Standarisasi faktor-faktor risiko seperti bising dan pencahayaan.

7) Perusahaan didorong untuk lebih memahami bagaimana penanganan bahan baku selama

alur produksi

8) Dilakukan monitoring berkala untuk higiene individu pekerja.

34
BAB VI

PENUTUP

Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai higiene industri di PT. Yogya

Presisi Teknikatama Industri ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak

kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami

miliki. Semoga apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi para

pembacanya pada umumnya dan PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri itu sendiri agar

dapat lebih meningkatkan lagi penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (SMK3) dan higiene industri di lingkungan kerjanya sehingga dapat menjamin

kesehatan dan keselamatan para pekerjanya dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

35
36

Anda mungkin juga menyukai