KELOMPOK B1
HYGIENE INDUSTRI
dr. Abdur Rozak dr. Anita Natalia Manalu dr. Desy Puspita Sari dr. Ellsa Anggun Karantika dr. Geraldine Nadita Putri Kinasih
dr. Achmad Randi Raharjo dr. Baiq Yuni Rahmaningsih dr. Dew i Ro sit a dr. Elzan Zulqad Maulana dr. Gregorius Abram Nucifera
dr. Alfian Wirawan dr. Bayu Hendro Wibowo dr. Dian Marta Sari dr. Fauzia Dina Aulia dr. Hamidah
dr. Alzena Dwi Saltike dr. Dahyanto dr. Dina Fitria dr. Felicia Arum Wijayanti dr. Hardianti Sri Utami
dr. Amirah Adillah dr. Delviania Yosefa dr. Dodi Arfiansyah Marbun dr. Fithri Nadya dr. Ahmad Zainurridha Ulwan
PENDAHULUAN
perkembangan industri yang ditandai dengan moderenisasi pada mekanisme produksi. Yakni,
serta bahan berbahaya. Namun, kemudahan dalam proses produksi dapat pula meningkatkan
jumlah dan jenis bahaya di tempat kerja. Selain itu, tercipta lingkungan kerja yang kurang
memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut akan sangat
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah perusahaan menjadi
sebuah keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Pada hakikatnya, faktor K3
berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri sehingga dapat
melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien,
dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar
Higiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik, kimia,
radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan.Upaya ini terutama dilakukan dalam hal
1
pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan melaksanakan pengawasan terhadap
segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Dengan demikian, sasaran kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan
timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi perusahaan.
Sedangkan menurut Sumakmur, higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene
kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut, serta
apabila diperlukan berupa tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai derajat
dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-masing, di mana sistem
tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan berkesinambungan. SMK3 dimulai
dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan ulang hingga pada akhirnya peningkatan
berkelanjutan. Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan
hazard (potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi
tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia maupun biologi.
Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja
(SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat
kerja dan pencemaran lingkungan akibat proses produksi perusahaan, maka pada hari Rabu,
8Agustus 2018 telah dilakukan kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah
2
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT. Yogya Presisi
Teknikatama Industri
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di lapangan dan
kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di PT. Yogya Presisi
proses tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang terlibat sehingga dapat
mengurangi potensi adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna memaksimalkan
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan Kimia
Berbahaya.
4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan dan
3
7. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tentang tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
8. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 tentang hak setiap buruh atau pekerja untuk
9. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen perusahaan.
Didirikan pada tahun 1999, PT.YPTI mulai dioperasikan di industri garasi rumah
kecil. Diawali dengan 4 orang karyawan sekarang hingga 237 karyawan. Perusahaan tersebut
mereka.
PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI) hadir untuk memenuhi kebutuhan
pengecekan fixture, cetakan, injeksi plastik dan komponen presisi sekaligus juga pusat
perkakas & komponen presisi, PT YPTI adalah salah satu perusahaan Indonesia pertama
yang bergerak di bidang checking fixture full body bagian eksterior dan interior dalam sektor
4
a. Profil Perusahaan
T e l e p h o n e 6 2 2 7 4 - 4 9 8 2 8 2
F a x 6 2 2 7 4 - 4 9 8 4 7 4
W e b s i t e w w w . y o g y a p r e s i s i . c o m
E - m a i l i n f o @ y o g y a p r e s i s i . c o m
W o r k S c o p e Mold Making, Precision Parts, Plastic Injection, Jig and Checking Fixture
E s t a b l i s h e d 9 / 9 / 1 9 9 9
N u m b e r o f E m p l o y e e s 2 3 7
L a n d U s e P e r m i t 5 0 3 / 0 3 8 6 8 / 9 9
B u i l d i n g P e r m i t 9 1 / I M B / D P U P P / 2 0 0 1
S I U P 5 0 3 / 0 0 1 0 / P B / I V / 2 0 1 2
D e p n a k e r P e r m i t 6 3 1
Jumlah pekerja sebanyak 237 orang pekerja. Jam kerja pegawai dibagi menjadi 3 shift
d. Sektor usaha
PT YPTI adalah salah satu perusahaan Indonesia pertama yang bergerak di bidang
checking fixture full body bagian eksterior dan interior dalam sektor otomotif di
5
Indonesia.Industri utama mereka bergerak di bidang otomotif, aerospace, energi,
e. Jam kerja
f. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Kesehatan
g. Sertifikasi perusahaan
Manufacture
Indonesia Aeropace (lae) tahun 2014, disetujui sebagai bengkel yang untuk
Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2014, disetujui sebagai bengkel untuk
Dji Sam Soe Award tahun 2007 karena prestasi PT.YPTI membuat perusahaan
6
1.4 ALUR PRODUKSI
Marketing
Job Order
PPC (scheduling)
Purchasing
Operator
Produksi
A. Hygiene Industri
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
7
kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha pencegahan penyakit yang
lingkungannya.
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara lain
faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:
Jenis kebisingan:
Akibat kebisingan:
T i p e U r a i a n
Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan
Akibat lahiriah
Akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan
G a n g g u a n
Akibat psikologis Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.
gaya hidup
Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.
8
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (A)
2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin
Jenis getaran:
Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah
4) Pencahayaan:
9
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
- Arah sinar;
- Warna;
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala
Pekerjaan agak halus 5 0 0 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus 1 0 0 0 Pemilihan warna, pemrosesan, tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
1 5 0 0
Pekerjaan amat halus Mengukir dengan tangan, pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
(tidak menimbulkan bayangan)
3 0 0 0
Pekerjaan detail Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
(tidak menimbulkan bayangan)
10
Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah Kepres No.
22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point) penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
11
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu
yang mengandung organisme patogen dengan cara menutupi hidung dan mulut
bahan baku;
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali
setiap bulan;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan mencuci tangan
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah
penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. Salah satunya kantin
atau tempat makan para pekerja berada di ruangan tertutup sehingga lalat tidak dapat
Faktor Kimia
12
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja. Bahan
kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan campurannya yang
bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di setiap proses industri.
gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk
memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan
tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya
dapat dilakukan dengan melihat pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data
Sheet (MSDS).
Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di
- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran debu ini
Ukuran debu dapat bervariasi mulai dari yang dapat terlihat dengan mata
telanjang (50µm) sampai dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang
dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan asbes.
13
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-bahan
dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari logam cair. Uap
proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses electroplanting
partikel buih yang sangat kecil. Contoh: kabut minyak yang dihasilkan
pembakaran batubara.
- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di udara.
Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang tertutup dan
dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat dengan pengaruh dari
nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan
14
normal, dapat diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan normal
berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang. Uap dapat
dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan menambah tekanan atau
lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi.
Contoh bentuk uap adalah uap air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.
Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau
menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh
- Iritasi melalui kulit apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu
dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai
kerusakan permanen.
bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena
15
sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian. Terdapat dua jenis
asfiksia, yakni:
dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas
dan metana.
Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu
seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton
sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari
tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar keseluruh tubuh. Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida,
16
Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
kanker paru-paru.
Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh
adanya reaksi dari jaringan paru dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh
diperlukan pengambilan sample yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam
kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja.
Metode yang digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH,
pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk kadar
17
Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor kimia dan faktor
NAB tertinggi
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang
fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai
bidang kimia.
a. Substitusi
b. Isolasi
18
- Pengendalian administrasi
bahaya
Sanitasi Industri
Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan
Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan mutu
yang terlibat.
1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu:
19
Domestik untuk karyawan, makan, minum, dll
Proses produksi
diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak
bisa dimanfaatkan lagi dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak
Kebersihan peralatan
Kebersihan fasilitas
Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang yang
20
vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain. Masing-masing
vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai tenaga kerja, sehingga
harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam proses produksi.
biologis seperti buang air kecil, buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan
Tempat cuci.
Tempat baju kerja (locker) tempat ganti pakaian sebelum dan sesudah kerja.
Ruang makan dan kantin memenuhi syarat – syarat rumah makan sehat atau
kantin sehat.
Pengolahan Limbah
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang memiliki nilai ekonomis
berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut akan memberi nilai tambah, serta
limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis berupa limbah yang diolah dalam
bentuk proses apapun tidak dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat
21
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya ditempatkan
pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya serta apakah
termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang bukan termasuk B3 perlu dipilah
lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk
kedalam limbah B3 adalah limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang
bersifat racun dan berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam
jumlah sedikit tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup
dan sumber daya.Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu
kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada waktu pengumpulan
dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir B3. Secara
gravitasi.
Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam air.
22
Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah kedalam
reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi yang sangat
tinggi.
Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan dangkal
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut.
Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
23
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi
bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan
polutan.
Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap
diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus
segera diganti dengan yang baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung
pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu
banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin
Filter Basah:
24
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih. Cara kerja alat
ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat
kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam
jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air.
Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah
relatif bersih.Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di
mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang
merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya
perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah
25
sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi.
Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan
masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif
akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah
26
BAB II
PELAKSANAAN
Dilakukan pengamatan pada hari kamis 8 Agustus 2018 pukul 09.00-13.00 WIB oleh
Yogyakarta 55571
27
BAB III
1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan tidak langsung, dan wawancara
dengan bagian HRD perusahaan. Jenis kebisingan dari mesin – mesin produksi berupa
kebisingan yang kontinu dan intermiten di bagian plastic injection. Didapatkan hasil
bahwa Nilai ambang batas yang diperkenankan yang ada di tempat kerja kurang dari
intensitas kebisingan atau nilai ambang batas yang diperkenankan dengan waktu
pemaparan 8 jam kerja sehari dan jeda istirahat 30 menit setelah 4 jam kerja.
Berdasarkan informasi yang didapat dari narasumber bahwa pihak perusahaan sudah
tempat kerja. Namun belum pernah dilakukan evaluasi berkala terhadap pengukuran
kebisingan ini. Selain itu tidak semua pekerja menggunakan earplug selama bekerja.
2) Pencahayaan
buatan karena cahaya matahari dapat masuk dan para pekerja yang bekerja dalam
ruangan dibantu oleh beberapa lampu neon.Menurut informasi yang diperoleh dari
28
narasumber bahwa belum dilakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan di
tempat kerja yang mengacu kepada Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja, juga
belum terdapat tentang profil pencahayaan pabrik. Dari Badan Lingkungan Hidup
cahaya di atap gedung. Menurut pengamatan yang kami lakukan di tempat kerja
secara langsung, para pekerja tidak tampak mengalami gangguan dalam hal
3) Getaran
Beberapa alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam
Mesin yang digunakan tapi tidak memaparkan langsung pada pekerja karena pada
tempat kerja mesin beroperasi sendiri dan pekerja hanya mengawasi dan
4) Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, para pekerja bekerja diruang yang
tidak terlalu panas karena atap ruangan yang dibuat tinggi serta ventilasi udara yang
baik, ruangan dilengkapi dengan kipas angin besar yang masih bekerja, tetapi tidak
ada pengukur suhu ruangan di ruang manufacture. Para pekerja tidak terlihat
29
3.2. FAKTOR KIMIA
a) Debu
Sumber debu yang didapatkan minimal dari mesin penghancur diruangan injection
plastic, para pekerja sudah dihimbau untuk menggunakan APD yaitu masker.
dan sebagian lagi tampak tidak menggunakan masker. Ketika kami tanya alasan
tidak menggunakan masker, mereka berkata mereka merasa di area kerja mereka
tidak terdapat debu atau zat berbahaya yang dapat terhirup sehingga mereka merasa
Bahan-bahan Kimia
Dalam proses produksinya hanya menggunakan air untuk mendingkan pada proses
30
3.3. FAKTOR BIOLOGI
biologi tidak ditemukan adanya jalur kontaminasi kepada pekerja terhadap hasil produksi
maupun sebaliknya.
Upaya pengendalian faktor biologi yang sudah dilakukan antara lain tidak ada pekerja
yang makan/ minum di area produksi, pekerja menggunakan baju, alas kaki berupa sepatu,
topi, google serta sarung tangan, dan sudah tersedia tempat untuk cuci tangan bagi pekerja
dilengkapi dengan instruksi mencuci tangan dan pihak perusahaan telah melakukan
3.4. KEBERSIHAN
Dilihat dari pengamatan selama berada di lingkungan kerja PT. Yogya Presisi
Teknikatama Industri, secara umum dapat dikatakan sanitasi yang berada di tempat tersebut
baik. Kebersihan di dalam perusahaan seperti dinding, lantai, dan atap baik. Daerah kerja
tampak bersih. Tidak tampak bahwa terdapat tempat sampah di setiap ruangan. Selain tempat
cuci tangan dan toilet, juga tersedia loker. Untuk loker sudah disediakan bagi pekerja untuk
Ruangan dibersihkan setiap pagi dan untuk setiap mesin kebersihan dari mesin
menjadi tanggung jawab dari pekera yang mengoperasikan mesin tersebut. Tempat
pembuangan sampah dari produksi tersedia rapi dan untuk tempat pembuangan sampah
Tidak terdapat petugas higiene industri di PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri
31
3.6. PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi di PT. Yogya Presisi Teknikatama
Industri ada 3 macam yaitu limbah padat, limbah cair, dan emisi udara.
1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi adalah sisa besi dari molding,
bahan plastik dari proses injection plastic, dan serbuk kayu. Setiap satu bulan
2. Limbah Cair
Limbah cair dihasilkan berupa limbah produksi yaitu air dari pendingin untuk
proses molding, dan oli dari mesin. Limbah tersebut disalurkan juga ke pihak
3. Limbah Gas
32
BAB IV
4.1 Kesimpulan
bidang checking fixture full body bagian eksterior dan interior dalam sektor otomotif di
Berdasarkan pengamatan dalam bidang higiene industri yang telah dilakukan ke PT.
Yogya Presisi Teknikatama Industri didapatkan adanya faktor risiko baik dibidang fisika, dan
kimia. Namun, faktor risiko di lingkungan kerja terebut sudah dilakukan tindak lanjut dari
pihak manajemen dan terbukti dari berjalannya SMK3 di perusahaan tersebut. Faktor tenaga
kerja dianggap masih perlu dilakukan perbaikan dilihat dari tingkah laku tenaga kerja yang
kurang sadar akan efek lingkungan kerja terhadap kesehatan dan belum semua pekerja
4.2 SARAN
1) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja terutama
terkait lima faktor yang dibahas diatas kepada tenaga kerja mengenai pemaparan faktor
33
2) Menyediakan lebih banyak media dan sarana untuk mempromosikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
3) Melakukan penyuluhan kepada para tenaga kerja mengenai Self-Hygiene dan menjaga
kebersihan produk.
5) Pengawasan terhadap ketaatan petugas menggunakan APD lebih ketat oleh pengawas
7) Perusahaan didorong untuk lebih memahami bagaimana penanganan bahan baku selama
alur produksi
34
BAB VI
PENUTUP
Presisi Teknikatama Industri ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami
miliki. Semoga apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya pada umumnya dan PT. Yogya Presisi Teknikatama Industri itu sendiri agar
dapat lebih meningkatkan lagi penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (SMK3) dan higiene industri di lingkungan kerjanya sehingga dapat menjamin
35
36