Anda di halaman 1dari 134

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M / 1429 H

54
55

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMASPONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M / 1429 H
56

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Oktober2008

Ahmad DhariefDahlawy
57

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta

Jakarta, 16 Oktober 2008

M. Farid Hamzens, M.Si


58

Pembimbing Skripsi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

Jakarta, 16 Oktober 2008

Ketua

M. Farid Hamzens, M.Si

Anggota I

Iting Shofwati, ST, M.KKK

Anggota II

Farida Tusafariah, M.Kes


59

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, 16 Oktober 2008

Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Keselamatan


Kerja(K3)diAreaPengolahanPT.ANTAMTbk,UnitBisnisPertambangan
Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

xxii + 95 halaman + 14 tabel + 7 gambar + 4 lampiran.


60

ABSTRAK

Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan


untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku adalah empat faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah
dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di bawah standar atau unsafe act
dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung
suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
Melihat data kecelakaan kerja akibat human error yang terjadi di PT.
ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor dari tahun
2000-2007 menunjukkan selalu adanya kejadian kecelakaan setiap tahunnya dari
kategori ringan, berat, dan fatality (kematian). Kerugian yang ditanggung perusahaan
dan karyawan akan meningkat jika hal ini terus dibiarkan. Oleh karenanya peneliti
melakukan penelitian mengenai aspek pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis
pekerjaan, dan tempat kerja karyawan area pengolahan guna mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi perilakuK3-nya.
Untuk penelitian univariat didapat 86% responden berperilaku K3 yang
positif, 92% responden berpengetahuan K3 tinggi, 90% responden berpersepsi K3
positif, 99% responden memiliki sikap K3 positif, 63% responden berpendidikan
formal lulus SLTA sementara sisanya hanya lulus SLTP (18%) dan lulus PT (19%),
jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery (29%), sementara 52% responden bertempat
kerja di luar ruangan. Sekilas angka yang didapat menunjukkan nilai yang baik
namun pada kenyataannya kejadian kecelakaan akibat human error tetap terjadi
sepanjangtahunnya.
Sementara penelitian bivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 (p value 0,158) , ada hubungan antara persepsi
dengan perilaku K3 (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3
(p value (0,000), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 (p
value 0,215), tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 (p value
0,429), dan tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 (p value
0,228). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari enam variabel yang ditelititentang
hubungannyadenganperilakuK3,hanyapersepsidansikapyangmempunyai
61

hubungan atau terdapat perbedaan bermakna dengan perilaku K3 di area pengolahan


PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor.
Meningkatnya angka kecelakaan kerja juga disebabkan oleh perilaku yang
tidak aman dalam bekerja. Untuk itu, perusahaan harus meningkatkan perhatian
terkait segi keselamatan kerja agar angka kecelakaan kerja dapat terus ditekan pada
tahun-tahun yang akan datang. Perhatian ini dapat berupa perbaikan manajemen
terkait kebijakan K3, serta membangun komitmen bersama seluruh karyawan dalam
melaksanakan program K3.

Daftar bacaan : 30 (1980-2008)


62

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH
HEALTH AND SAFETY OCCUPATIONAL
Skripsi, October 16th 2008

Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167

Factors which Influence Health and Work Safety (K3) Behaviour in


Manufacturing Area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining BusinessUnit
of Bogor Year 2008.

xxii + 95 pages + 14 tables + 7 pictures + 4 appendixes.


63

ABSTRAC

Doing the K3 program in a work environment have some purposes. Some of


them are to keep the safety and health of the worker during their work time.
Environment, genetic, health services, and behavior are the four factors that influence
health degree. Unsafe and unhealthy behavior during their work time can be
prevented by fixing the management of the K3 program. Under standard behavior or
unsafe act and the condition below the standard or unsafe condition are direct causes
of an accident and the major cause of managementmistake.
This research is a descriptive research using quantitative approach with cross
sectional method in order to get description by learning the dynamic of correlation
between risk factors and their effects, using an approach, observation or collecting
data all at once at one time (point time approach) about the factors that influence the
K3 behavior in manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Gold Mining Business Unit
of Bogor year 2008.
According to the data of the accident caused by human error at PT. ANTAM
Tbk, Gold Mining Business Unit of Bogor from 2000-2007, accidents always happen
every year from minor category, major category, and fatality (death). If this situation
still continues without any act to stop it, the detriment that the factory andthe workers
have to handle will increase more and more. That’s why the researcher has done a
research about aspects of knowledge, perception, behavior, manner, education, job
type, and work environment of the worker of the manufacturing area in order to know
the factors that influence their K3behavior.
For univariat research there are 86% responders have the positive K3
behavior, 93% responders have a good knowledge about K3, 90% responders have
positive K3 perception, 99% responders have the positive K3 manner, 63%
responders have graduated from high school, while the rest is only graduated from
junior high school (18%) and graduated from universities (19%), the most job type of
all is the recovery (29%), while 52% responders are work outdoor. From the data that
we get, looks like that it shows a good situation, but however, in fact, accident that
caused by human error still happening everyyear.
Meanwhile, the bivariat research show the result that there is no correlation
between knowledge and K3 behavior (p value 0,158), there is correlation between
perception and K3 behavior (p value 0,000), there is correlation between manner and
K3 behavior (p value 0,000), there is no correlation between educational degree and
K3 behavior (0, 215), there is no correlation between job type and K3 behavior (p
value 0,429), and there is no correlation between work environment and K3 behavior
(p value 0,228). From that explanation, we can conclude that from six variables that
are researched about their correlation with the K3 behavior, only perception and
manner that have correlation or there are meaning differences with the K3 behavior in
manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit of
Bogor.
The increasing of the accident rate is also causes by the unsafe behavior
during the working time. In order to decrease it, the factory should givemore
64

attention for the safety of the workers. The attention could be management
maintenance interrelated to the K3 program, and also build a commitment with the
whole workers to succeed the K3 program.

Reference book: 30 (1980-2008)


65

KATA PENGANTAR

Diawali dengan menyebut nama Allah SWT. dan memuji kebesarannya,


peneliti merangkai laporan skripsi ini. Semoga karya ini merupakan bagian dari
upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada
Yang Maha MemilikiSegalanya.
Rasulillah Muhammad SAW. tak lupa peneliti sampaikan shalawat padanya
sebagai hadiah terbaik atas pergerakan yang telah Ia lakukan untuk meninggalkan
keadaan jahiliyah Abu Jahal.
Skripsi ini merupakan hasil dari proses penelitian panjang yang dilakukan di
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor selama 2 bulan. Begitu banyak lika-liku dalam
pelaksanaan penelitian ini yang tidak dihiraukan oleh peneliti. Semoga dengan apa
yang telah dilakukan menjadi tetesan berkah dari Allah kepada peneliti.
Semua gading pasti retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran
menyadari bahwa skripsi ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan.
Terakhir, peneliti secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan
ucapan terimakasih atas terselesaikannya laporan skripsi inikepada:
1. Satu-satunya keluargaku tersayang, Bapak H. Abdul Ghafur, Ibu Hj. Laila
Anisah, Aa Kasyfi, dan Faqih yang selalu memberikan semangat untuk berubah
ke arah lebih baik dalam menjalani kehidupan. Terimakasih juga atas do’a dan
materiil-nya. Unforgetable all ofyou.
2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Ibu Iting Shofwati ST, M.KKK
sebagai pimpinan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membuka
tempurung dan memberikan pengetahuan Kesehatan Masyarakat yangluas.
3. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Fajar Ariyanti M.Kes yang telah sabar
membimbing peneliti dari awal hingga akhir laporanini.
4. Ibu Erni Herawati S.Sos selaku AM Hiperkes PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
yangsecaraterbukamenerimapenulisuntukmelakukankegiatanpenelitiandi
66

bawah pimpinannya. Bapak Lastianto HP, Bapak Ade Apriana, Bapak Rohidin,
Bapak Yusep Sape’i Nur, dan Mas Agus hatur nuhun sudah membantu dan
memberi tumpangan gudangnya.
5. Sahabat-sahabat UIN, FKIK, Kesehatan Masyarakat, dan K3, terimakasih semua.
Dek Haying, untung onosampeyan.
6. Kumbang orange-ku yang tanpa lelah ikut kemanapun penulis pergi untuk
melakukanpenelitian.
Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan
kemampuan mahasiswa se-dunia dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan
hati dalam berkarya.

Jakarta, 16 Oktober 2008

Penulis
67

Aku merangkak di jalanku menuju kehormatan


Dan mereka yang berjuang telah mencapainya
Dengan kerja keras dan melakukan usaha-usaha yang tidak sedikit
Banyak yang mencoba meraihnya, dan kebanyakan
Merasa bosan dan letih selama dalam perjalanan
Tetapi mereka yang berada di jalan yang benar dan sabar
Talahberhasilmemelukkehormatan
Jangan bayangkan bahwa kehormatan itu
Adalah apel yang bisa kamu makan
Kamu tidak akan menggapai kehormatan
Sehingga kamu bisa mengalahkan kesulitan dengan kesabaranmu

Setiap orang mampu mengerjakan tugas-tugasnya sehari-hari


Tak peduli seberapa pun sulitnya pekerjaan itu
Setiap orang mampu hidup bahagia di hari itu sampai matahari
terbenam
Dan inilah arti dari kehidupan sesungguhnya

RobertLouisStevenson
68

Skripsi Ini Dipersembahkan Untuk Orang


Tuaku Tersayang
Bpk H. Abdul Ghafur dan Ibu Hj. Laila
Anisah
Serta Saudaraku Tercinta
Aa Kasyfi dan Faqih
69

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACTION ...................................................................................................... iii

LEMBARPERNYATAAN............................................................................... v

PERNYATAANPERSETUJUAN .......................................................................... vi

RIWAYATHIDUP PENULIS................................................................................viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix

PERSEMBAHAN .................................................................................................... xi

DAFTARISI............................................................................................................. xii

DAFTARTABEL ................................................................................................. xviii

DAFTARGAMBAR ................................................................................................ xx

DAFTARSINGKATAN ......................................................................................... xxi

LAMPIRAN ........................................................................................................... xxii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2.RumusanMasalah ................................................................... 8

1.3.PertanyaanPenelitian ................................................................... 9

1.4. TujuanPenelitian ..................................................................................... 10

1.4.1. TujuanUmum ........................................................................... 10


70

1.4.2. TujuanKhusus .......................................................................... 10

1.5. ManfaatPenelitian ................................................................................... 12

1.5.1. BagiPerusahaanPertambangan ................................................. 12

1.5.2. Bagi Program Studi KesehatanMasyarakat

Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan ................................ 12

1.5.3. BagiPeneliti .............................................................................. 13

1.6. RuangLingkup Penelitian........................................................................ 13

BAB II

TINJAUANPUSTAKA ............................................................................................ 14

2.1. Keselamatan DanKesehatanKerja ........................................................... 14

2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan KesehatanKerja(K3) …… 14

2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan KesehatanKerja(K3) ....................... 17

2.1.3. Program Keselamatan Dan KesehatanKerja(K3) .................... 18

2.2. Perilaku ................................................................................................... 20

2.2.1. PengertianPerilaku ................................................................... 21

2.2.2. KonsepPerilaku ........................................................................ 22

2.2.3. PengukuranPerilaku ................................................................. 22

2.3. Faktor-Faktor yang MempengaruhiPerilakuK3 ...................................... 22

2.3.1. Pengetahuan ............................................................................. 23

a. PengertianPengetahuan ...................................................... 23

b. TingkatanPengetahuan ....................................................... 24

c. PengukuranPengetahuan .................................................... 26
71

2.3.2. Persepsi .................................................................................... 27

a. PengertianPersepsi ............................................................. 29

b. Faktor-Faktor yangMempengaruhiPersepsi ....................... 31

c. CaraPengukuranPersepsi .................................................... 33

2.3.3. Sikap ........................................................................................ 34

a. PengertianSikap .................................................................. 34

b. PembentukSikap ................................................................ 35

c. PengukuranSikap ................................................................ 38

2.3.4. Pendidikan................................................................................ 39

2.3.5. JenisPekerjaan .......................................................................... 40

2.3.6. TempatKerja ............................................................................ 40

2.4. KerangkaTeori ........................................................................................ 40

BAB III

KERANGKAKONSEP............................................................................................ 42

3.1. KerangkaKonsep ..................................................................................... 42

3.2. DefinisiOperasional ................................................................................ 43

3.3. Hipotesis ................................................................................................. 44

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 46

4.1. DesainPenelitian ..................................................................................... 46

4.2. Lokasi danWaktu Penelitian ................................................................... 46


72

4.3. Populasidan Sampel ................................................................................ 47

4.4. PengumpulanData ................................................................................... 47

4.5. PengolahanData ...................................................................................... 48

4.5.1. EditingData .............................................................................. 48

4.5.2. CodingData .............................................................................. 49

4.5.3. EntryData ................................................................................. 49

4.5.4. CleaningData ........................................................................... 49

4.6. HasilUkur ................................................................................................ 49

4.7. AnalisisData ............................................................................................ 51

4.7.1. AnalisisUnivariat ..................................................................... 51

4.7.2. AnalisisBivariat ........................................................................ 52

BAB V

HASILPENELITIAN .............................................................................................. 54

5.1. PelaksanaanPenelitian ............................................................................. 54

5.2. ProfilPerusahaan ..................................................................................... 55

5.2.1. Visidan Misi ............................................................................. 55

a. Visi ..................................................................................... 55

b. Misi .................................................................................... 56

5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, UnitBisnis

PertambanganEmas Pongkor ................................................... 56

5.2.3. Struktur Organisasi ....................................................... 56

5.2.4. Area Pengolahan ....................................................... 59


73

5.3. AnalisisUnivariat .................................................................................... 60

5.4. AnalisisBivariat ....................................................................................... 63

BAB VI

PEMBAHASAN ....................................................................................................... 70

6.1. KeterbatasanPenelitian ............................................................................ 70

6.2. Karakteristik RespondenAnalisisUnivariat ............................................. 72

6.2.1. PerilakuK3. .............................................................................. 72

6.2.2. Pengetahuan RespondenTerhadap K3 ..................................... 73

6.2.3. Persepsi RespondenTerhadapK3 ............................................. 75

6.2.4. Sikap RespondenTerhadap K3 ................................................. 77

6.2.5. PendidikanResponden .............................................................. 78

6.2.6. JenisPekerjaanResponden ........................................................ 79

6.2.7. TempatKerjaResponden ........................................................... 80

6.3. Karakteristik RespondenAnalisisBivariat ............................................... 81

6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan DenganPerilakuK3 .............. 81

6.3.2. Hubungan Persepsi DenganPerilakuK3 ................................... 83

6.3.3. Hubungan Sikap DenganPerilakuK3 ....................................... 84

6.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan DenganPerilakuK3 ................. 86

6.3.5. Hubungan Jenis Pekerjaan DenganPerilakuK3 ....................... 86

6.3.6. Hubungan Tempat Kerja DenganPerilakuK3 .......................... 87


74

BAB VII

KESIMPULANDANSARAN .................................................................................. 89

7.1. Kesimpulan ............................................................................... 89

7.2. Saran ........................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93


75

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. DefinisiOperasional .......................................................................... 43

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 60

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat PengetahuanResponden

Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 61

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden TentangK3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 61

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 61

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden MenurutPendidikan

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 62

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 62


76

Tabel 5.7. Dstribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 63

Tabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAMTbk,

UBPE Pongkor Kabupaten BogorTahun2008 .................................. 63

Tebel 5.9. Distribusi Responden Menurut Persepsi dan PerilakuK3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 64

Tabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Sikap dan PerilakuK3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 65

Tabel 5.11. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAMTbk,

UBPE Pongkor Kabupaten BogorTahun2008 .................................. 66

Tabel 5.12. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan PerilakuK3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 67

Tabel 5.13. Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan PerilakuK3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkor

Kabupaten BogorTahun2008 ............................................................ 68


77

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar1.1. Grafik Kecelakaan Kerja Akibat HumanError

Tahun 2000-2006 ................................................................................ 6

Gambar2.1. Teori Determinan Perilaku MenurutGreen(1980)............................. 20

Gambar2.2. ProsesTerjadinyaPersepsi ................................................................. 28

Gambar2.3. KomponenSikap ................................................................................ 34

Gambar2.4. Kerangka Teori Faktor Yang MempengaruhiPerilakuK3 ................. 41

Gambar3.1. KerangkaKonsepPenelitian ............................................................... 42

Gambar5.1. Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, UnitBisnis

Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten BogorTahun2008 ............ 58


78

DAFTAR SINGKATAN

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

Depnaker : Depertemen Tenaga Kerja

Depnakertrans : Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

DO : Definisi Operasional

HAM : Hak Asasi Manusia

Hiperkes : Hygiene Perusahaan dan Kesehatan

ILO : International Labour Organization

Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja

K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

KK : Kecelakaan Kerja

OSHA : Occupational Safety Health Administration

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PT : Perguruan Tinggi

PT. ANTAM : Perseroan Terbatas Aneka Tambang

SDM : Sumber Daya Manusia

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Tbk : Terbuka

UBPE : Unit Bisnis PertambannganEmas

WHO : World Health Organization


79

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Kuesioner Penelitian

Lampiran2 Data egawai Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun2008

Lampiran3 Hasil Output Penelitian

Lampiran4 Izin Penelitian


80

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa sehat dan selamat

segalanya tidak ada artinya”, demikian semboyan yang dikumandangkan oleh

International Labour Organization (ILO) bersama World Health Organization

(WHO) dalam rangka promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap

tempat kerja di seluruh dunia termasuk Indonesia (Suardi, 2005). Tenaga kerja dan

penduduk Indonesia secara umum akan bertambah manusiawi apabila standar-standar

yang berlaku di dunia dapat pula berlaku pada setiap tempat kerja di Indonesia.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengisyaratkan bahwa “Setiap warga

Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Hal ini akan terpenuhi apabila persyaratan K3 dilaksanakan secara

sungguh-sungguh disetiap tempat kerja, di industri, perkantoran, tempat hiburan, dan

rumah tangga. Dengan lingkungan yang sehat dan selamat maka produktivitas akan

meningkat pula sesuai dengan martabat kemanusiaan Indonesia.

Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak

korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia

ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara

dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang pertahun akibat sakit atau

kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal

duakalilebihbanyakdibandingwanita,karenamerekalebihmungkinmelakukan
81

pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah

menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam

pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi, 2005).

Pendapat Suma’mur (2000) dalam melihat angka kecelakaan kerja

mengungkapkan bahwa setiap tahun di seluruh dunia, terjadi jutaan kecelakaan dari

yang teringan sampai kepada yang terberat. Kerugian-kerugian ini bukan main

hebatnya. Data statistik kecelakaan di seluruh dunia termasuk Indonesia

menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja terus meningkat sesuai dengan

kemajuan dan intensitas penerapanteknologi.

Negara Amerika Serikat saja, kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan

milyar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi, dan menggaji staf

pengganti. Angka K3 perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah.

Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia

menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara (Suardi, 2005).

Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja (KK) menunjukkan grafik turun naik.

Berdasarkan data Jamsostek tahun 2003-2006, diketahui bahwa selama tahun 2003

terjadi 105.846 KK, kemudian pada tahun 2004 turun menjadi 95.418 KK. Pada

tahun 2005, angka kecelakaan kerja meningkat menjadi 99.023 KK. Angka ini tahun

2006 turun menjadi 95,624 KK (www.jamsostek.co.id, 2008). Data tersebut belum

termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan

yang tidak mengikuti programJamsostek.

Kecacatan merupakan risiko terberat bagi pekerja saat melaksanakan

pekerjaannya. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) tahun


82

2006 menyebutkan bahwa, dari total kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006

diketahui bahwa 1,82% atau 12.016 orang mengalami kematian, menderita cacat total

sebanyak 4.996 orang atau 0,76% serta yang mengalami cacat fungsi dan cacat

sebagian masing-masing 6,03% atau 39.899, dan 4,93% atau 32.990 orang

(www.sinarharapan.co.id, 2008).

Untuk menjamin tempat kerja tetap menjaga keselamatan karyawan yang

bekerja, pemerintah telah memberlakukan undang-undang keselamatan kerja yaitu

undang-undang nomor 1 tahun 1970, dan untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan

karyawan di tempat kerja telah termuat dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992.

Jelas dikatakan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 bahwa keselamatan kerja

merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain

dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya yang berasal dari mesin-mesin,

pesawat, alat kerja, dan bahan, serta energi. Tidak ditinggalkan perlindungan dari

bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi. Kemudian

undang-undang nomor 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan kerja

diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan

kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan

syarat kesehatankerja.

Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan

untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Derajat kesehatan

menurut Henrik L Bloom dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan,

genetik, layanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat

dalambekerjadapatdicegahdenganmulaimemperbaikimanajemenK3.Perilakudi
83

bawah standar atau unsafe act dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions

merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan

manajemen. Dalam Suardi (2005) peneliti Birds (1967) mengemukakan bahwa setiap

1 kecelakaan berat disertai 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan

yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.

Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan

biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah 1:5-50.

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan perusahaan

yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pertambangan adalah suatu tempat kerja

yang tergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi yang padat modal dan padat

karya. Dalam kegiatan penggaliannya berisiko tinggi terjadi kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja, kebakaran, ledakan, longsoran, dan pencemaran lingkungan.

Hal ini disebabkan oleh pekerja tidak berperilaku K3, pekerjaan yang tidak aman,

sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola dengan baik atau

disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman. Hal yang lebih buruk lagi adalah

sistem pengelolaan atau manajemen yang buruk. Kerugian sebagai dampak dari

kecelakaan kerja dapat berupa cidera pada karyawan, sarana dan prasarana

penunjang, bahkan lingkungan secarakeseluruhan.

Karyawan pertambangan merupakan aset utama dalam perusahaan

pertambangan, oleh karena itu setiap karyawan harus memperhatikan aspek K3.

Pelaksanaan K3 merupakan kewajiban setiap karyawan pertambangan, mulai dari

level pimpinan tertinggi sampai pada pelaksana atau operator di lapangan.


84

Termasuk area pengolahan yang mempunyai bahaya cukup tinggi dalam

penanganan pekerjaan, pelaksanaan K3 perlu diperhatikan guna meminimalisir angka

kecelakaan akibat perilaku K3 yang kurang baik. Terdapatnya banyak mesin besar

yang selalu berputar, lokasi pengamatan yang begitu tinggi, lingkungan kerja yang

kurang nyaman, dan banyaknya tenaga kerja yang bertugas mempermudah

kecelakaan untuk terjadidisana.

Komitmen bersama dapat dibangun apabila terjadi pemahaman yang relatif

sama tentang K3 pertambangan pada seluruh karyawan. Pengetahuan K3 sesuai

teoridan konsep akan membawa karyawan pada pemahaman dan persepsi yang benar

juga utuh sehingga dalam diri karyawan akan terbentuk sikap dan perilaku yang

positif terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten

Bogor. Human error dalam pekerjaan yang mempunyai risikotinggi merupakan

kejadian yang dilandasi oleh perilaku K3 individu yang buruk. meskipun perilaku K3

adalahbentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar

organisme(orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal iniberarti

meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiaporang

berbeda. faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda

disebutdeterminan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,

yaknideterminan internal seperti tingkat kecerdasan dari pendidikan yang didapat,

jenis kelamin, pengetahuan, aktivitas fisik, persepsi, dan sikap. Determinan

berikutnyaadalah determinan eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi,

tempat kerja, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007).


85

Data yang didapat mengenai kecelakaan tambang yang disebabkan oleh

human error tentang penerapan perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor sebagaiberikut:

Gambar 1.1.
Grafik Kecelakaan Kerja Akibat Human Error Tahun 2000-2006
Grafik Kecelakaan Tambang tahun 2000 - 2006

20
Jumlah kecelakaan

16
15 13

10 6 6
4 5 5
5 22 3 2 3 23
1 1 0 1 0 1 1
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Ringan Berat Mati

Sumber: Safety Dept PT. ANTAM Tbk,UBPE Pongkor (2008)

Selalu adanya kecelakaan pada setiap tahun akan mengakibatkan banyak

kerugian baik bagi perusahaan maupun pekerja. Angka ini tidak bisa dibiarkan begitu

saja. Ditambah lagi di perusahaan tersebut terdapat area pengolahan yang berfungsi

sebagai pengolah bebatuan mentah mengandung emas menjadi emas batangan

menggunakan berbagai bahan kimia dan mesin yang bekerja sangat cepat. Di tempat

inilah pada tahun 2007 pernah terjadi suatu kejadian fatality yang menyebabkan satu

orang tewas karena terkena sengatan arus listrik (Data Departemen Hiperkes PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor, 2008). Untuk itulah peneliti memandang untuk

melakukan penelitian di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor yang sangat mungkin menyumbang angka kecelakaan di


86

perusahaan tersebut. Sebab bekerja dengan perpaduan tenaga manusia dan tenaga

mesin sering menimbulkan kejadian kecelakaan akibat dari ketidaksesuaian antara

kinerja manusia dengan kinerja mesin. Ketelitian dan perilaku K3 sorang pekerja

dibutuhkan sangat ekstra demi menciptakan budaya K3 yang bermutu karena

pendekatan terhadap pekerjalah yang dapat dilakukan apabila mesin sulit

dikendalikan.

Melakukan pekerjaan yang aman agar selamat merupakan harapan semua

karyawan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Terjadinya

kecelakaan akibat faktor perilaku K3 meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap,

pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat menimbulkan

kecelakaan seperti data yang diperoleh dari Safety Departement PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Angka kecelakaan ringan dan berat selalu ada tiap

tahunnya mulai dari tahun 2000-2007.

Peneliti terdahulu tentang perilaku K3 diantaranya adalah Siagian (1998)

menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang terhadap

perilaku K3. Karena didapat p value sebesar 0,500 yang artinya ada perbedaan

signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 yang dilakukan.

Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada perbedaan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang

dilakukannya.
87

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa

ada perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490. Artinya

ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.

Makhrudin (2007) dalam buku yang Ia kutip tentang perilaku pekerja terhadap

pelaksanaan program K3 menyebutkan bahwa masih banyak pekerja yang belum

memahami betul mengenai istilah K3. Tetapi dalam penelitiannya tentang perilaku

K3, Makhrudin (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 78,18% pekerja di Panarub

Industry yang notabene memiliki kesamaan dengan keadaan di PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki perilaku K3 yang baik. Hanya 21,82%

saja pekerja yang mempunyai perilaku tidak baik mengenai K3.

Lain lagi penelitian yang dilakukan oleh Za’im (2002) yang menunjukkan

bahwa perilaku K3 di sebuah perusahaan yang terkait dengan pelayanan kesehatan

menunjukkan bahwa 65,10% pekerja mempunyai perilaku K3 yang baik. Selebihnya

sebanyak 34,90% pekerja mempunyai perilaku K3 yang belum baik.

Keanekaragaman angka perilaku K3 inilah yang membuat peneliti ingin

mengetahui nilai perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Kebupaten Bogor yang meliputi pengetahuan,

persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

1.2. RumusanMasalah

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dicantumkan di atas, diketahui

bahwa perilaku K3 di perusahaan menempati angka yang baik. Namun demikian

belum tentu PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menempati angka
88

perilaku K3 yang baik pula karena didapatnya angka kecelakaan kerja akibat human

error dari tahun 2000-2007. Oleh karena itu perlu adanya pembuktian mengenai

perilaku K3 di perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan rumusan masalah yang

terkandung adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3

di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

Kabupaten Bogor tahun 2008 yang berupa pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,

jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

1.3. Pertanyaan Penelitian

(a). Bagaimana gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008?

(b).Bagaimana gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008?

(c). Bagaimana gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008?

(d).Bagaimana gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?

(e). Bagaimana gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008?

(f). Bagaimana gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008?

(g). Bagaimana gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008?


89

(h).Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area pengolahan PT.

ANTAMTbk,UBPEPongkorKabupatenBogordenganperilakuK3tahun2008?

(i). Apakah ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun2008?

(j). Apakah ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun2008?

(k).Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

(l). Apakah ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

(m)Apakah ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. TujuanUmum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.

1.4.2. TujuanKhusus

(a). Diketahuinya gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008.


90

(b). Diketahuinya gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008.

(c). Diketahuinya gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008.

(d). Diketahuinya gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun2008.

(e). Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008.

(f). Diketahuinya gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008.

(g). Diketahuinya gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008.

(h). Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

dengan perilaku K3 tahun2008.

(i). Diketahuinya hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3

tahun2008.

(j). Diketahuinya hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3

tahun2008.
91

(k). Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

dengan perilaku K3 tahun2008.

(l). Diketahuinya hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

dengan perilaku K3 tahun2008.

(m). Diketahuinya hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku

K3 tahun2008.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan

Menjadi dokumen dan sumber informasi untuk mengembangkan

perilaku K3 di unit-unit kerjanya. Dapat dijadikan pula bahan pertimbangan

dalam menerapkan program K3 sekaligus memberi solusi terbaik bagi

pekerja setelah mengetahui masalah yang ada dilapangan.

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

IlmuKesehatan

Menjadi sumber informasi penerapan perilaku K3 di area

pertambangan. Sebagai pengembangan materi mahasiswa serta sebagai

referensi keilmuan mengenai K3.


92

1.5.3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengalaman khusus

dalam mengungkap, mengkaji, dan menganalisis serta menjawab

permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program K3. Dapat dijadikan

pula sebagai aplikasi ilmu K3 yang diperoleh selama menerima pendidikan.

Diharapkan dapat menambah informasi bagi peneliti lain sebagai referens

dalam rangka mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.

1.6. Ruang LingkupPenelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Waktu penelitian berlangsung

selama 2 bulan, yaitu bulan Juli-Agustus tahun 2008. Sasaran dari penelitian ini

adalah seluruh pekerja area pengolahan yang masih bekerja di perusahaan tersebut.

Penelitian dilakukan karena melihat data kecelakaan yang terjadi di PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor akibat perilaku K3 yang kurang baik, dengan

tujuan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yaitu faktor

pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

Dilakukan dengan desain cross sectional dan memperoleh data dengan cara

penyebaran kuesioner, penelitian ini berlangsung dengan harapan yangdiinginkan.


93

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan Dan KesehatanKerja

2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(K3)

Menurut ILO/WHO (1980) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan sosial pada

semua pekerja yang terdapat di semua tempat kerja, mencegah gangguan

kesehatan yang disebabkan kondisi kerja, melindungi pekerja dan semua

orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu kesehatan,

menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang adaptif

terhadap fisiologis dan psikologis dan dapat menyesuaikan antara pekerjaan

dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya (Kondarus,

2006).

Untuk itu ILO (1980) dalam resolusinya menyatakan ada tiga prinsip dasar

tentang keselamatan dan kesehatan kerja:

a. Pekerjaan harus terdapat pada lingkungan kerja yang aman, sehat danselamat.

b. Kondisi pekerjaan harus sesuai denganpekerja.

c. Pekerjaan haruslah sesuatu yang nyata sebagai prestasi individu, pemenuhan

kebutuhan secara pribadi dan untuk pelayanan masyarakatumum.

Definisi lain diungkapkan oleh OSHA, K3 merupakan aplikasi dan

prinsip-prinsip keilmuan dalam pengertian dasarnya adalah risiko terhadap


94

keselamatan pada masyarakat umum dan properti baik yang ada dalam

lingkungan industri maupun di luar lingkungan industri (Suardi, 2005).

Jadi K3 merupakan suatu profesi dari multi disiplin keilmuan yang

diambil dari ilmu-ilmu dasarnya adalah fisika, kimia, biologi, dan ilmu

perilaku dengan aplikasi pada manufacture, transportasi, gudang dan

penanganan bahan berbahaya pada aktifitas domestik maupun pada tempat-

tempat rekreasi.

Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1970tentangKeselamatan dan

Kesehatan Kerja yang jelas dikatakan bahwakeselamatankerjamerupakan

suatu upaya pemberian perlindungan kepada

tenagakerjadanoranglaindaripotensiyangdapatmenimbulkanbahaya,yangberas

aldari mesin-mesin, pesawat, alat kerja dan bahan, beserta energi. Juga

perlindungandari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja,

danprosesproduksi. Dalam undang-undang K3 tersirat

pengertianKeselamatandanKesehatan Kerja secara filosofi sebagai upaya dan

pemikirandalam menjamin

kebutuhandankesempurnaanjasmaniataurohanimanusiapadaumumnya dan

tenaga pada khususnya serta hasil karya dan budaya dalamrangkamenuju

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Sedangpengertiansecarakeilmuan adalah sebagai ilmu

dan penerapan teknologi pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Yusuf, 2002).

Dari upaya perlindungan tersebut maka Departemen Tenaga Kerja

(Depnaker) dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan atas undang-undang

tersebut membuat visi di bidang K3 yaitu ”Menjadi Kebutuhan Masyarakat”.


95

Dengan visi tersebut diharapkan pelaksanaan K3 di masyarakat baik industri

maupun masyarakat umum dapat berjalan baik.

Sedang menurut Simanjuntak (1994) dalam Sahab (1997) keselamatan

adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau

dengan risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu. Keselamatan

kerja sebagai sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat, dan kematian

mencakup pencegahan kecelakaan dan perlindungan terhadap tenaga kerja

dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat kondisi kerja yang

tidak aman dan tidaksehat.

Upaya untuk menjaga keselamatan pekerja maupun tempat kerja perlu

dilakukan melalui program keselamatan yang disponsori oleh manajemen.

Menurut Gueech (1993) dalam buku Suma’mur (1996) program dasar dalam

pengendalian keselamatan meliputi Tree E’s of Safety yaitu enginering,

education, dan enforcement. Dengan program dasar tersebut diharapkan

pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di

tempat kerja.

Dari beberapa uraian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa

aspek yang menjadi dasar penerapan K3 yaitu:

a. Aspek filosofi dimana hak asasi manusia merupakan dasar pemikiran

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Manusia mempunyai hak sama

untuk hidup demikian juga dengan keselamatan dankesehatan.


96

b. Aspek legal dimana K3 tidak dapat diterapkan secara nyata tanpa adanya

aturan-aturan yang dipakai, untuk itulah adanya peraturan pada berbagai

tingkat yang mengaturK3.

c. Aspek ekonomi bahwa dengan menerapkan K3 maka tingkat kecelakaan akan

menurun sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun. Selain itu

dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil

produksi.

2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus (2006) memiliki

tujuan sebagai berikut:

a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,

maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di

dalam industri maupun di luarindustri.

b. Menerapkan program keselamatan untuk meningkatkankesejahteraan.

c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat

pekerjaan.

d. Menciptakan efisiensi dan menekanbiaya.

e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan

meningkatkan jaminan perlindungan bagi parapekerja.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan komponen-

komponen berikut:

a. Karekteristik pekerja/kegiatan yang terdiri dari jenis, ruang lingkup, lamanya

kegiatan yang dilakukan , dan levelkegiatan.


97

b. Pengorganisasian dan menajemenpekerjaan.

c. Bahan dan alat yang digunakan untuk melaksanakankegiatan.

d. Karakteristik manusia yang melaksanakankegiatan.

Sedangkan menurut American Medical Association K3 mempunyai

tujuan:

a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di tempat

kerja.

b. Melindungi masyarakatlainnya.

c. Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental dan emosional

pekerja dalam bekerja.

d. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka

yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibatkerja.

e. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan termasuk memperoleh

dokter pribadi dimanapun bilamungkin.

Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatakan bahwa sasaran utama dari

K3 adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan

peningkatan kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas keselamatan

pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja

secara aman, sehat dan produktif.

2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(K3)

Sesuai perkembangan keilmuan dan konsep K3 yang dikutip dari

Za’im (2002), saat ini program dasar diarahkan kepada:


98

a. Desain, peralatan, bahan dan lingkungan yang dapat ditinjau dari Higiene

Industry, Ergonomi, dan Safety.

b. Manajemen yang lebih dikenal dengan integrasi dari sistemmanajemen.

c. Manusia.

Sedangkan menurut Thomas (1989) dalam skripsi Zaim (2002)

mengungkapkan beberapa hal tentang program K3, sebagai berikut:

a. Kebijakan K3 dan partisipasimanajemen.

b. K3 profesional antara lain adanya fungsi khusus pada profesional K3,

administrasi program-program K3, hubungan kerja yang baik dan

pertanggungjawaban.

c. Industri-industri kecil.

d. Pendekatan perilakuselamat.

e. Promosi K3 ditunjukkan oleh adanya konsultan dan pengawasanK3.

f. Laporan yang terdiri dari laporan penyakit, laporan investigasi kecelakaan,

syarat-syarat K3, survei di semua bagian, keberadaan komite K3 serta standar-

standar K3.

g. Pelatihan K3 bagi karyawan baru maupun setiap jenispekerjaan.

h. Perencanaaninspeksi.

i. Evaluasi terhadappenyakit.

j. Pengendalian lingkunganfisik.

Program K3 sering ditempatkan di tempat kerja sesuai dengan

kebijakan masing-masing perusahaan.


99

2.2. Perilaku

Kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu

masyarakat atau kelompok akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang

pada umumnya disebut kebudayaan. Dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan,

perilaku adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan

mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Perilaku manusia adalah

suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)

dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Selanjutnya perilaku itu dapat

berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam

diri seseorang sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri

seseorang yakni kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, kekuatan-kekuatan

penahan menurun, atau kekuatan pendorong menurun dan kekuatan penahan

meningkat (Lewin, 1970).

Gambar 2.1.
Teori Determinan Perilaku Manusia Menurut Green (1980)

Pengetahuan
Pengalaman Persepsi
Keyakinan Sikap
Keinginan Perilaku
Fasilitas
Sosio-Budaya Kehendak
Motivasi
Niat

Sumber: Notoatmodjo (2007)

Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis

perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang ataumasyarakat


100

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor

di luar perilaku (non behaviour causes). Disimpulkan dalam gambar di atas bahwa

perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,

persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, niat, dan menghasilkan perilaku dari

orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan

perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknyaperilaku.

Perilaku K3 yang diungkapkan oleh Pasiak (1999) menyatakan bahwa

kegiatan keselamatan kerja pertambangan harus melengkapi unsur inisiatif, birokratif,

tanggap, dan patuh dalam melakukan berbagai tindakan. Diharapkan dengan

mengindahkan unsur tersebut maka perilaku K3 yang baik akan terealisasikan.

2.2.1. Pengertian Perilaku

Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999) mendefinisikan

perilaku sebagai suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam

bentuk yang dapat diamati dengan beberapa cara. Perilaku berbeda dengan

pikiran atau perasaan karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tak

seorangpun dapat melihat atau mendengar pikiran, tetapi seseorang dapat

melihat atau mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat dan mengukur apa

yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita dapat menilai perilaku

seseorang apakah perilaku itu positif atau perilaku itu negatif. Dari perilaku

seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang pikiran dan sikap terhadap

suatuobjek.
101

2.2.2. Konsep Perilaku

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan

respons/reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)

(Notoatmodjo,2005).

Menurut Munandar (2001) dalam The Psychology of Safety Handbook,

perilaku mengacu pada tindakan seseorang yang dapat diamati oleh orang

lain.

Malott dalam buku Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa

perilaku merupakan sesuatu yang dilakukan atau dikatakan oleh seseorang,

sebagai sebuah aktivitas baik aksi maupun reaksi (Mc Sween, 2003).

2.2.3. Pengukuran Perilaku

Menurut Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999), pengukuran

perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan

checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Checklist dilakukan

dengan meminta seseorang yang akan dinilai perilakunya, misalnya perilaku

yang dilakukan pada saat sekarang atau pada satu tahun terakhir. Pengamatan

langsung dilakukan dengan mengamati perilaku yang tampak dilakukan oleh

seseorang dalam jangka waktu tertentu.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PerilakuK3

Dalam bukunya, Pasiak (1999) menulis bahwa terdapat 6 unsur pokok sebuah

perilaku K3 di tempat kerja yang dirumuskan oleh WHO. Pemikiran dan perasaan
102

(thoughts and felling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,

tempat kerja, dan jenis pekerjaan.

2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Seorang pekerja memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas

setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya terkena api. Seorang

dokter akan merawat pasiennya setelah melihat pasien lain dengan jenis

kesakitan yang sama hingga cacat, karena pasien yang lain tersebut tidak

dirawat secara intensif oleh dokter. (Notoatmodjo,2007).

Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada

perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan

perilaku K3 yang dilakukannya.

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

dari mata dan telinga (Notoatmodjo,2007).

Menurut Bloom (1975) yang dikutip dari Widayatun (1999),

pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses

pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh

sebelumnya. Bloom mengelompokkan pengetahuan ke dalam dominan


103

kognitif dan menempatkannya sebagai urutan utama dari domain kognitif

karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkat-

tingkat domain kognitif berikutnya yang meliputi tingkat pemahaman,

penerapan, analis, sintesis dan penilaian. Sedang menurut Abijusah (1981)

bahwa pengetahuan adalah kemampuan dari seseorang untuk memahami

sesuatu.

Menurut Skinner seperti dikutip oleh Notoatmojo (2007) bila

seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang

tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat

dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang

diberikan orang tersebut dinamakanpengetahuan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan

adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses

penginderaan mengenai suatu objek tertentu dengan cara mengingat atau

mengenal informasi yang ada pada objek tersebut, merupakan bagian tingkah

laku yang termasuk dalam domain kognitif tingkat pertama.

b. TingkatanPengetahuan

Notoatmojo (2007) dalam bukunya yang berjudul promosi kesehatan

dan ilmu perilaku menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

 Tahu, artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembaliterhadap


104

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telahditerima.

 Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secarabenar.

 Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi nyata yaitu menggunakan hukum-hukum, rumus-

rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yanglain.

 Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitan satu samalain.

 Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang sudahada.

 Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang

sudah ada.

Dari lingkungan seseorang mendapat pengalaman dan pengetahuan.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan

informal. Makin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin

luas pengetahuannya. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk operasional


105

dari perilaku manusia yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Adenan,

1986) dalam buku Widayatun (1999).

c. Pengukuran Pengetahuan

Dari pengertian pengetahuan yang dikemukakan Bloom dan Skinner,

menunjukkan tingkat pengetahuan yaitu dengan cara orang yang bersangkutan

mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban

baik secara lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi

dari suatu stimulus yang dapat berupa pernyataan lisan maupun tertulis.

Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan

sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila

seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek

dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek

tersebut.

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan

secara umum menurut Widayatun (1999) dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis yaitu:

 Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaanesai.

Pertanyaan esai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk

pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai sehingga hasilnya

akan berbeda untuk masing-masing penilai dari suatu waktu ke waktu

lainnya.
106

 Pertanyaan pilihanganda.

Pertayaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan, disebut pertanyaan

obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh

penilai tanpa melibatkan faktor-faktor subyektif dari penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya

pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena

lebih mudah sesuai dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat

dinilai.

2.3.2. Persepsi

Persepsi merupakan perasaan setuju atau tidak setuju berdasarkan dari

dorongan diri sendiri atau berdasarkan dari dorongan keikutsertaan orang lain.

Persepsi ini lebih melekat kepada orang-orang yang mempunyai sifat perasa

(Notoatmodjo, 2007).

Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

adalah faktor esensial bagi keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja.

Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja dikalangan karyawan merupakan unsur penentu kemajuan

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja normatif menurut ketentuan

perundang-undangan yang berlaku serta penggerak improvisasi

penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang

lebih besar. Konsep yang mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

menjadi kepedulian semua orang yang harus menjadi persepsi seluruh

karyawan.
107

Gambar 2.2.
Proses Terjadinya Persepsi

Proses Persepsi,
Pengorganisasian, & Perilaku
Penerjemahan Tanggapan
Observasi Evaluasi &
Stimulus Penafsiran
Stimulus Pembentukan
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Sikap
Persepsi

Sumber: Gibson (1985)

Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

dikalangan masyarakat tidak sesederhana berdasarkan pengertian teknis

menurut ketentuan yang berlaku tetapi sangat ditentukan oleh makna

keselamatan dan kesehatan kerja untuk masyarakat bersangkutan yang

memiliki latar belakang sosial budaya dan ekonomi masing-masing.

Keselamatan dan kesehatan kerja (Kondarus, 2006) menampilkan

berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat yaitu:

 Hak Azasi Manusia (HAM) khususnya hak parapekerja.

 Pemenuhan ketentuan perundang-undangan dalam bidang

ketenagakerjaan.

 Salah satu unsur dalam manajemen duniausaha.

 Dapat dijadikan instrumen guna meningkatkanproduktivitas.

 Bisa memainkan peran dalam mewujudkan kualitasproduk.

 Suatu jenis kekhususanteknologi.


108

 Perlunya riset keselamatan dan kesehatan kerja untuk pengembangan

teknologi dan aplikasinya.

Dengan kadar yang berlainan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan

kerja seperti di atas membentuk persepsi dan pemahaman orang perorang dan

kelompok masyarakat (Suma’mur, 1996). Persepsi dan pemahaman tentang

keselamatan dan kesehatan kerja akan ditampilkan dalam bentuk sikap dan

perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan pekerjaan.

a. Pengertian Persepsi

Menurut Sarwono (1992) dalam skripsi Za’im (2002) manusia

mengerti dan menilai lingkungannya dapat didasarkan pada dua cara

pendekatan.

Pendekatan pertama adalah pendekatan konvensional yang bermula

dari adanya rangsangan individu yang menjadikan individu sadar akan adanya

stimulus ini melalui sel-sel syaraf dan respon yang peka terhadap bentuk-

bentuk energi tertentu.

Bila sumber energi cukup kuat untuk merangsang sel-sel maka

terjadilah penginderaan. Jika penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di

dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa menggali

dan menilai objek maka keadaan ini dinamakan persepsi.

Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologi, pada pendekatan ini

individu tidak menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya

karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri

dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.


109

Pertambahan kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan

pengamatan, bersumber dari informasi yang berasal dari lingkungan sebagai

hasil pengalaman atau praktik dengan stimulus yang berasal dari belajar

disebut persepsi (Gibson).

Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan dan memberi arti pada rangsangan baik bersifat internal

maupun eksternal (Ross 1980) dalam buku Munandar (2001).

Krech (1962) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan persepsi

dipengaruhi oleh:

 Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan

diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau caralain.

 Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak

terlepas dari keadaan lingkungan.

Dari beberapa uraian diatas persepsi merupakan suatu proses yang

terjadi dalam diri manusia dimana rangsangan yang diterima oleh indera

melalui proses belajar atau pengalaman diorganisasikan dan diinterpretasikan

lebih dahulu sebelum stimulus tersebut dapat dimengerti dan direspon.

Dengan kata lain persepsi adalah pendapat, penilaian, dan keyakinan yang

timbul dalam diri seseorang mengenai objektertentu.


110

b. Faktor-Faktor yang MempengaruhiPersepsi

Menurut Thoha (1983) dalam skripsi Za’im (2002) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah keadaan psikologi,

keluarga, dan kebudayaan.

Robin (1989) dalam Za’im (2002) mengatakan faktor yang

mempengaruhi pembentukan persepsi sehingga memungkinkan terjadi

perbedaan adalah:

 Karakter darirecieper

Kepribadian, sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan dari

orang tersebut.

 Karakter target yangdipersepsi

Sebagai sesuatu yang terisolasi maka hubungan target dan latar beserta

kedekatan atau kemiripan yang dipersepsikan.

 Konteks situasi terjadinyapersepsi

Waktu, lokasi, cahaya, panas atau faktor situasi yang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi seseorang adalah:

 Intensitas

Semakin besar intensitas stimulus semakin besar pula dapat dipahami.

 Ukuran

Semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk bisa

diketahui ataudipahami.
111

 Keberlawanan ataukontras

Semakin kontras stimulus yang ada dengan lingkungan semakin mudah

dipahami.

Dalam penafsiran suatu objek seseorang dapat mempunyai persepsi

yang sama dengan orang lain tetapi bisa pula berbeda. Menurut Azwar (2007),

perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh:

 Perhatian

Biasanya seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang ada

disekitarnya sekaligus tetapi dapat memfokuskan perhatian pada satu atau

dua objek saja.

 Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.

 Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang

akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

 Sistemnilai

Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap

persepsi.

 Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap respon dari

rangsangan yang diterima.


112

 Gangguanjiwa

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut

halusinasi.

c. Cara PengukuranPersepsi

Kesan yang muncul apakah positif atau negatif tergantung pada pengalaman

yang diperoleh melalui proses berpikir dan belajar (Fogus dan Malamed,

1976) dalam Munandar(2001).

Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan membuat pernyataan

yang memberikan alternatif pilihan jawaban terhadap responden. Pernyataan

yang dibuat menggambarkan pendapat, penilaian, dan penafsiran responden

tentang suatu objek. Untuk pengukuran persepsi yang ingin diketahui adalah

objektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan responden terhadap suatu

objek. Hasil kumulatif dari penilaian bisa menimbulkan kesan positif atau

kesan negatif pada responden terhadap objek yang dinilai (Widayatun, 1999).
113

2.3.3. Sikap

Gambar 2.3.
Komponen Sikap

Tanggapan Emosional; Pernyataan


Tentang Suka / Tidak Suka
- Desain Afeksi
Pekerjaan
- Gaya Manajer
Tanggapan Persepsi; Pernyataan
- Kebijakan Kognisi Tentang Keyakinan
- Teknologi
- Upah
- Tunjangan Perilaku Tanggapan Tindakan; Pernyataan
Tentang Perilaku

Sumber: Gibson (1985)

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang

paling dekat. Sikap membuat seseorang menjauhi atau mendekati orang lain

atau objek lain.

a. Pengertian Sikap

Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) merumuskan sikap

adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif

terhadap orang, objek, atau situasi.

Menurut Krech (1962) sikap adalah kesesuaian reaksi terhadap

kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan dengan rangsangan

sosial dan reaksi yang bersifat emosional (dalam Widayatun 1999).


114

Second dan Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan

dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi tindakan seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya (dalam Widayatun 1999).

Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap adalah reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulan atau objek.

Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap

adalah merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi

sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah

laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan

dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan

sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

Mar’at (1982) melanjutkan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kecenderungan seseorang untuk bertindak secara tertentu, bersifat relatif

menetap dan tidak berubah yang menggambarkan rasa suka atau tidak suka

terhadap suatu objek, diperoleh dari hasil belajar atau pengalaman sendiri

maupun orang lain (Notoatmodjo, 2007).

b. Pembentuk Sikap

Azwar (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen

pokok yaitu:

 Kepercayaan (keyakinan) meliputi ide dan konsep-konsep terhadap suatu

objek.
115

 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatuobjek.

 Kecenderungan untukbertindak.

Sedang Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007)

mengemukakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu:

 Komponen kognitif

Komponen komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

 Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki subjek terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan

pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

 Komponen konatif

Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang yang berkaitan dengan objek yangdihadapi.

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses

tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu-

individu lain di sekitarnya. Dalam hal ini Mar’at (1982) dalam buku

Notoatmodjo (2007) memberikan penjelasan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap adalah:


116

 Faktor internal

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti

selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada

proses-proses memilih rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan

rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif

dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai

kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau terbentuk

sikap negatif bila kecenderungan itumenolak.

 Faktor eksternal

Yaitu faktor-faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap, terdiri dari:

a. Sifat objek yang dijadikan sasaran.

b. Kewajiban orang yang mengemukakan suatusikap.

c. Sifat-sifat orang atau kelompok yang mendukung sikaptersebut.

d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan situasi pada

saat sikap ituterbentuk.

Ciri-ciri sikap menurut Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007)

adalah:

 Bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objektersebut.

 Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapatdipelajari.

 Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi terhadap

suatuobjek.
117

 Objek sikap dapat berupa satu hal tertentu tetapi dapat juga berupa

kumpulan dari hal-haltersebut.

 Sikap mempunyai segi motivasi dan segiperasaan.

Pembentukan sikap menurut Azwar (2007) memiliki tahapan-tahapan

yaitu:

 Menerima

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diterima.

 Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

 Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

 Bertanggungjawab

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko.

c. Pengukuran Sikap

Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) menjelaskan sikap

adalah kecenderungan manusia untuk berespon secara positif atau negatif

terhadap suatu objek atau situasi.

Teknik pengukuran sikap yang dikenal saat ini adalah skala Thurstone

Equal-Appeal Interval Scala dengan menempatkan suatu benda kedalam dua

dimensi evaluasi ”kesukaan” dan ”ketidaksukaan” dengan rentang dari satu

sampai sebelas (Za’im, 2002).


118

Skala Likert yaitu Likert Method of Summateds Ratings lebih

sederhana lagi dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap dengan

rentang satu sampai lima yaitu ”sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,

dan sangat tidak setuju” atau disederhanakan menjadi rentang satu sampai

empat yaitu ”sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju”

(Azwar 2007).

Skala sikap berisikan pernyataan-pernyataan sikap tentang objek yang

diukur. Pernyataan sikap berisikan hal-hal positif (favorable) atau hal-hal

yang negatif (non-favorable) mengenai objek sikap. Dalam pernyataan skala

sikap memuat komponen-komponen perilaku terdiri dari aspek kognitif,

afektif, dan kecenderungan bertindak.

2.3.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan menggambarkan seseorang telah menjalani

kegiatan belajar secara formal di suatu instansi pendidikan dengan

memperoleh tanda tamat pada setiap jenjangnya. Semakin tinggi jenjang

pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan semakin banyak pengetahuan

berarti mengenai berbagai macam faham ilmu (Widayatun,1999).

Ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang

terhadap perilaku K3. Hal ini diungkapkan oleh Siagian (1998) tentang

penelitian yang pernah dilakukannya. Karena didapat p value sebesar 0,500

yang artinya ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan

perilaku K3 yangdilakukan.
119

2.3.5. JenisPekerjaan

Kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan barang atau

jasa dimanapun merupakan sebuah pekerjaan. Pekerjaan dapat dilakukan

dengan memanfaatkan tenaga fisik maupun kemampuan memutar otak demi

memenuhi target menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat (Azwar, 2007).

2.3.6. Tempat Kerja

Perusahaan apapun bentuknya merupakan sumber mata pencaharian

seseorang. Perusahaan atau instansi biasanya memiliki orang-orang yang

berfungsi sebagai penggerak proses suatu produksi. Dapat dikatakan juga

bahwa tempat kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah institusi barang

atau jasa yang menjadi lokasi seorang pekerja melakukan pekerjaan (Azwar,

2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa ada

perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490.

Artinya ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.

2.4. Kerangka Teori

Kerangka teori tentang faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di bawah ini

merupakan gabungan dari berbagai macam pendapat atau teori yang diungkapkan

oleh para ilmuan. Diantara ilmuan tersebut adalah Gibson (1985), Nototmodjo

(2007), dan Azwar (2007). Kesemua teori tersebut mengungkapkan tentang faktor

yang mempengaruhi perilakuK3.


120

Gambar 2.4.
Kerangka Teori
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3

Variabel Individu Variabel Psikologis


Kemampuan dan Persepsi
Keterampilan mental Sikap
serta fisik. Keperibadian
Pendidikan Belajar
Latar Belakang Motivasi
Keluarga, Tingkat
Sosial, dan Pengalaman.

Demografis Keluarga
Umur, Asal usul, dan Perilaku K3 Lingkungan
Jenis Kelamin Individu Iklim Kerja
Apa saja yang MasyarakatKerja
diharapkan Lokasi Kerja
AtributKerja

Variabel Organisasi
Sumber daya,
Kepemimpinan,
Imbalan, Struktur, dan
Desain Pekerjaan Pengetahuan
Persepsi
Pengalaman
Sikap
Keyakinan
Keinginan
Fasilitas
Kehendak
Sosio-Budaya
Motivasi
Niat
121

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah karakteristik responden

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat

kerja responden yang berkaitan dengan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja di

area pengolahan. Selanjutnya akan diteliti hubungan pengetahuan dengan perilaku

K3, persepsi dengan perilaku K3, sikap dengan perilaku K3, tingkat pendidikan

dengan perilaku K3, jenis pekerjaan dengan perilaku K3, serta tempat kerja dengan

perilakuK3.

Dalam skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1.
Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

Persepsi

Sikap
Perilaku K3
Pendidikan

Jenis Pekerjaan

Tempat Kerja
122

3.2. DefinisiOperasional

Tabel 3.1.
Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Perilaku K3 Tindakan karyawan Kuesioner 0. Negatif (≤2) Ordinal
yang berhubungan 1. Positif (>2)
dengan keselamatan
dan kesehatan kerja di Range =0-4
area pengolahan yang
meliputi:
- Inisiatif
- Birokratif
(struktural)
- Tanggap
- Patuh.
(Pasiak, 1999)

2 Pengetahuan Banyaknya informasi Kuesioner 0. Rendah (≤6) Ordinal


yang dimiliki oleh 1. Tinggi (> 6)
karyawan tentang
keselamatan dan Range =0-12
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Pemahaman
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Penilaian
(Bloom, 1975)

3 Persepsi Pendapat, penilaian, Kuesioner 0. Negatif (≤6) Ordinal


dan penafsiran yang 1. Positif (> 6)
timbul dalam diri
karyawan mengenai Range =0-12
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Referensi
- Pengalaman
(Krech, 1962)
123

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Slaka

4 Sikap Kecenderungan atau Kuesioner 0. Negatif (≤6) Ordinal


kesiapan karyawan 1. Positif (>6)
untuk melakukan
tindakan sesuai Range =0-12
keselamatan dan
kesehatan kerja di area
pengolahan yang
meliputi:
- Kognitif
- Afektif
- Konatif
(Azwar, 2007)

5 Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner 1. LulusSLTP Ordinal


terakhir yang tamat 2. Lulus SLTA
ditempuh karyawan 3. LulusPT
(Widayatun 1999)

6 Jenis Pekerjaan / profesi Kuesioner 1. Process Nominal


Pekerjaan yang dijalani sehari- Plant
hari oleh karyawan 2. Perencana
(Azwar, 2007) pengolahan
3. Sianidator
4. Recovery
5. Pengolahan
limbah

7 Tempat kerja Unit atau bagian tempat Kuesioner 1. In door Nominal


karyawan bekerja 2. Outdoor
(Azwar, 2007)

3.3. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis yang dibuat adalah:

(a). Ada hubungan antara pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.


124

(b).Ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(c). Ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(d).Ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008.

(e). Ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun2008.

(f). Ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,

UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun2008.


125

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. DesainPenelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan

efek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran terhadap status karakter atau variabel subjek

pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek penelitian diamati

pada waktu yang sama.

4.2. Lokasi dan WaktuPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor ini bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan

emas dan perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di desa Bantarkaret,

Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak 54

km dari pusat kota Bogor. PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor mempunyai luas Kuasa Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan

dan bahkan berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian
126

Kawasan Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha

dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2008 dengan melakukan

pengamatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja,

senin-jum’at dengan waktu pengamatan yang disesuaikan dengan keadaan

pembimbing lapangan.

4.3. Populasi danSampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian di area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008 yang berjumlah 87 orang

(karyawan tetap dan kontrak). Melihat bahwa jumlah populasi <100, maka jumlah

sampel adalah jumlah populasi (Danim, 2007).

4.4. PengumpulanData

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer. Data

sekunder didapat dari departemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyangkut

identitas diri pekerja pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008

secara umum (NPP, nama, satuan kerja, jabatan, dan pendidikan terakhir) serta

struktur organisasi kepengurusan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor tahun 2008.

Kemudian data primer didapat dengan cara penyebaran kuesioner yang terstruktur, isi

kuesioner berupa pertanyaan dan pernyataan dengan jawaban tertutup yang berkaitan

denagn variabel yang diteliti. Sebelum melakukan penyebaran kuesioner,peneliti


127

melakukan uji validitas kuesioner demi mendapatkan hasil pertanyaan yang reliabel

dan valid.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin

untuk mengurangi bias dengan membuat alat ukur yang sesuai dengan kondisi riil di

lapangan. Pernyataan dan pertanyaan dibuat sesederhana mungkin, kata dan

kalimatnya sangat mudah dipahami sementara isinya memuat hal-hal normatif yang

memang ada dalam lingkungan kerja sehari-hari dari responden. Selain itu juga telah

dilakukan konsultasi mengenai validitas dan reabilitas kuesioner baik dengan

pembimbing akademik maupun lapangan. Uji coba kuesioner juga telah dilakukan

terhadap lima belas responden yang memiliki kemiripan karakteristik dengan

populasi yang akan diteliti. Reabilitas yang didapat sebesar 0,0322, 0.0362, dan

0,0148. Ini menunjukkan bahwa hasil p value yang didapat < 0,05 atau dapat

dikatakan bahwa pertanyaan tersebut sangatreabel.

4.5. PengolahanData

Data yang telah diperoleh akan diolah dengan program komputer. Beberapa

proses yang akan dilakukan sebagai berikut:

4.5.1. EditingData

Dilakukan editing untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah bersih

yaitu data tersebut terisi semua secara konsisten ada relevansi dan dapat

dibaca dengan baik. Hal ini dikerjakan dengan menilai setiap lembar

kuesioner pada waktu penerimaan dariresponden.


128

4.5.2. CodingData

Tiap nomor pada tiap formulir dilakukan coding untuk keperluan analisis

statistik dengan komputer pada kotak yang tersedia dalam lembar kuesioner,

coding dilakuakan oleh peneliti sendiri.

4.5.3. EntryData

Data tersebut kemudian dimasukkan dalam komputer dengan menggunakan

program komputer.

4.5.4. CleaningData

Pembersihan data merupakan pengecekan kembali data yang sudah

dirumuskan, apakah terdapat kekeliruan atau tidak.

4.6. HasilUkur

Data yang diambil bersifat kuantitatif dengan memberikan nilai pada setiap

jawaban dari masing-masing variabel yaitu pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,

jenis pekerjaan, tempat kerja, dan perilaku K3. Setelah dilakukan pemberian skor

untuk masing-masing pertanyaan atau pernyataan, skor tersebut kemudian diolah

dengan membuat pengelompokan berdasarkan variabel yang hendak diukur.

Variabel karakteristik karyawan meliputi pendidikan, pekerjaan, dan tempat

kerja dijumlahkan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

Untuk variabel pengetahuan terdiri dari 12 pertanyaan, skor masing-masing

pertanyaan adalah satu, jumlah seluruh skor 12. Jawaban yang benar mendapat skor 1

(satu) sedang jawaban yang salah mendapat skor 0 (nol). Bila responden menjawab

benar dengan jumlah skor kurang atau sama dengan median dikategorikan
129

berpengetahuan rendah sedang bila responden menjawab benar dengan jumlah diatas

median dikategorikan berpengetahuan tinggi.

Untuk variabel persepsi terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif

yang berjumlah 12 pernyataan, masing-masing pernyataan memiliki nilai satu

sehingga jumlah seluruh skor 12. Setiap pernyataan yang dipersepsikan benar

mendapat skor 1 (satu), bila dipersepsikan salah mendapat skor 0 (nol). Untuk

analisis skor dikelompokkan menjadi dua, bila mendapat skor dibawah atau sama

dengan median dikategorikn memiliki persepsi negatif dan bila skor diatas median

dikategorikan persepsipositif.

Untuk variabel sikap terdiri dari pernyataan positif dan penyataan negatif

yang berjumlah 12 pernyataan masing-masing memiliki skor 1 sehingga total skor

adalah 12. Untuk kepentingan analisis jawaban dijadikan dua kategori, jawaban yang

mendapat skor 1 (satu) adalah menjawab dengan hasil yang diharapkan dan mendapat

skor 0 (nol) adalah menjawab dengan hasil yang tidak diharapkan. Jumlah kumulatif

responden yang mendapat nilai dibawah atau sama dengan median dikategorikan

memiliki sikap yang negatif sedang responden yang mendapat nilai diatas median

dikategorikan memiliki sikap yangpositif.

Variabel perilaku terdiri dari empat pernyataan yang memilki jawaban

tertutup yang berkategori perilaku positif dan perilaku negatif. Masing-masing

memilki skor 1 (satu) sehingga total skor adalah 4 (empat). Untuk analisis dibuat

menjadi dua kategori yaitu perilaku positif dan perilaku negatif. Responden yang

mendapat skor dibawah atau sama dengan 2 (dua) dikategorikan berperilaku negatif

sedang yang mendapat skor diatas dua dikategorikan berperilkupositif.


130

Untuk variabel peristiwa keacelakan dan keluhan (sakit) terdiri dari 4 (empat)

pernyataan dengan jawaban berupa pilihan tentang peristiwa kecelakaan dan keluhan

(sakit) yang pernah dialami responden dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Masing-masing jawaban dikategorikan sebagai peristiwa kecelakaan dan keluhan

(sakit) tidak mendapat skor. Untuk kepentingan analisa masing-masing kategori

peristiwa kecelakan dan keluhan (sakit) dijumlahkan. Pernyataan ini dibuat untuk

memperkuat jawaban dari perilaku K3 yang kurang baik.

4.7. AnalisisData

Analisis data digunakan dengan menggunakan komputer dengan program

komputer berbasis analisis data. Pada analissis tahap awal dilakukan analisa dengan

menggunakan tabel-tabel frekuensi untuk mengetahui karakteristik masing-masing

variabel.

Kemudian dilakukan analisis sebagai berikut:

4.7.1. AnalisisUnivariat

Univariat berfungsi untuk memperoleh gambaran secara deskriptif yang

meliputi distribusi frekuensi dari variabel dependen yang diteliti. Variabel yang

diteliti tersebutadalah:

 Distribusi frekuensi perilakuresponden

 Distribusi frekuensi pengetahuanresponden.

 Distribusi frekuensi persepsiresponden.

 Distribusi frekuensi sikapresponden.


131

 Distribusi frekuensi pendidikanresponden.

 Distribusi frekuensi jenis pekerjaanresponden.

 Distribusi frekuensi tempat kerjaresponden.

4.7.2. AnalisisBivariat

Bivariat berfungsi untuk menguji hipotesis dengan perbedaan proporsi perilaku

K3 yang dihubungkan dengan variabel dependen. Cross Tabulasi bertujuan

melihat perbedaan yang bermakna secara statistik pada beberpa variabel dengan

uji kai-kuadrat, yaitu:

 Hubungan pengetahuan responden terhadap perilaku K3responden.

 Hubungan persepsi responden terhadap perilaku K3responden.

 Hubungan sikap responden terhadap perilaku K3responden.

 Hubungan tingkat pendidikan responden terhadap perilaku K3responden.

 Hubungan jenis pekerjaan terhadap perilaku K3responden.

 Hubungan tempat kerja terhadap perilaku K3responden.

Untuk itu, digunakan uji Chi Square (kai kuadrat) dengan cara membandingkan

frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan dengan rumus :

df = (b-1)(k-1)

O = Nilai Observasi
(O E)2
X² = ∑
E E = Nilai Ekpetasi (Harapan)

k = Jumlah Kolom

b = Jumlah Baris
132

Variabel-variabel dari perhitungan tersebut, apabila p-value yang diperoleh

lebihkecildibandingkandengan=5%,makaHoditolak.Apabilap-value

yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan  = 5%, maka Ho gagal

ditolak.
133

BAB V

HASILPENELITIAN

5.1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada seluruh karyawan area pengolahan PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak

87 karyawan sebagai responden yang tersebar pada seluruh unit kerja pengolahan.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh

responden yang bekerja di area pengolahan.

Di dalam proses pengumpulan data, karena kesibukan pekerjaan responden

maka pengisian kuesioner menunggu waktu senggang sehingga tidak dapat diawasi

secara langsung oleh peneliti. Hal itu menyebabkan peneliti tidak dapat memantau

kesulitan responden dalam menjawab pernyataan dan pertanyaan yang diajukan.

Selain itu juga, peneliti tidak bisa memastikan jawaban kuesioner yang ada murni

merupakan hasil kerja dari responden bersangkutan secara individu.

Pada dasarnya, jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah

populasi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten

Bogor tahun 2008 yaitu sebanyak 87 orang. Namun kerena berbagai keterbatasan

peneliti serta sulitnya menemui seluruh karyawan tersebut yang berbeda jenis shift

kerja, maka pada penelitian ini peneliti hanya mampu pengumpulkan sebanyak 73

orang karyawan atau sebesar 88% dari jumlah seluruh karyawan area pengolahan.
134

5.2. ProfilPerusahaan

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan salah satu

perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia dan merupakan BUMN yang berada

di bawah naungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Perusahaan ini

mengoperasikan enam unit penambangan yang salah satunya adalah PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yang bergerak di bidang pertambangan dan

pengolahan emas serta perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di desa

Bantarkaret, Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan

dengan jarak 54 km dari pusat kota Bogor.

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor mempunyai luas Kuasa

Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan dan bahkan berada di bawah

Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian Kawasan Taman Nasional 105 Ha,

Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha dan selebihnya merupakan tanah

milik di luar kawasan. Dengan latar belakang tersebut serta dilandasi pemikiran

proses penambangan yang berwawasan lingkungan, maka sejak awal PT. ANTAM

Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor telah menerapkan sistem penambangan bawah

tanah (undergroundmining).

5.2.1. Visi danMisi

a. Visi

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki visi

2010 yang berbunyi “Menjadi Perusahaan Pertambangan Berstandar

Internasional Yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Di Pasar Global”.


135

b. Misi

Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor sama dengan PT. ANTAM Tbk pusat sekaligus

unit-unit lain yaitu menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu

nikel, emas, perak, dan mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian

lingkungan. Mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan

pada kompetensi diri dengan tujuanuntuk:

1). Memaksimalkan nilai pemegang saham

2). Meningkatkan kesejahteraan pegawai

3).Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.

5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas

Pongkor

Dalam menjalankan usahanya, PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor memliki 3 kebijakan yaitu Kebijakan Mutu,

Kebijakan Lingkungan, dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5.2.3. StrukturOrganisasi

Struktur organisasi yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem organisasi yang terbagi atas

beberapa tingkatan direksi. Penerapan sistem ini mengacu pada Keputusan

Direksi PT. Antam Tbk. No. 223K/ 0251/ DAT/ 1995. Sistem ini menjadikan

hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan bersifat langsung


136

melalui wewenang yang telah ditentukan sesuai dengan tanggung jawab,

tugas,kewajibandankekuasaandidalammelaksanakantugasguna

memudahkan pencapaian tujuan akhir yang telah ditentukan.


46

Gambar5.1.
Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor KabupatenBogor
Tahun2008
Senior Vice
President

Manager
Quality
Management
Assurance

DSVP DSVP
Finance & Human
Operation Resources

Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager Manager
Quality Human PR & Health Safety &
Mining Proses Maintenance Enginering Control Finance Resource Comdev Center & Environment
Plant OH

Sumber: Dept. RenBang PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor


47

5.2.4. AreaPengolahan

Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem cut and fill. Metode ini adalah

suatu metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas dari perut

bumi kemudian rongga yang telah kosong dan diambil isinya diisi lagi dengan

material limbah (waste material), pasir dan kerikil yang merupakan sisa hasil

pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya. Untuk memasukkan

material tersebut ke dalam bekas tambang digunakan pompa danpipa.

Siklus penambangannya adalah sebagai berikut:

1). Pengeboran(Drilling)

2). Peledakan(Blasting)

3). Pembersihan asap (SmokeClearing)

4). Pembersihan/ penjatuhan batu gantung (BarringDown)

5). Penyanggaan(Supporting)

6). Pemuatan(Loading)

7). Pengangkutan (Transportation)

8). Pengisian ulang (Backfilling).

Proses penambangan bijih emas ini dimulai dengan membuat lubang

bor dengan cara drilling (pemboran) untuk menempatkan bahan peledak

powergell magnum. Alat bor yang digunakan adalah jenis jack leg dan jumbo

drill dengan tenaga dari udara bertekanan tinggi (90-120 psi). Setelah

dilakukan peledakan (blasting) lalu dilanjutkan dengan clearing smoke

denganmenggunakanblower,batuanhasilpeledakanyangbelumjatuhatau
48

yang berpotensi jatuh dibersihkan atau dijatuhkan dahulu dengan

menggunakan rock bolt. Untuk memperkuat roof batuan digunakan sistem

penyanggaan dengan menggunakan wire mesh, weld mesh, dan rock bolt.

Kemudian bebatuan yang sudah melalui proses pemilihan dimasukkan ke

dalam train wagon sebagai proses pemuatan. Setelah semua train wagon

penuh, barulah proses transportation dilakukan menggunakan locomotif.

Bongkahan batu yang kosong akibat pengambilan tadi kemudian dilakukan

pengisian ulang (back filling) menggunakan sisa bebatuan yang tidak habis

diproses dengan tambahan semen dan air. Hal ini dilakukan demi melestarikan

dan tidak merusak alam dengan mengacu kepada ISO 14001.

5.3. AnaisisUnivariat

Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No. Perilaku Frekuensi Prosentase
1. Negatif 10 14%
2. Positif 63 86%
Jumlah 73 100%

Tabel 5.1. menggambarkan komposisi responden yang berperilaku K3 negatif

berjumlah 10 orang (14%) sedangkan responden yang berperilaku K3 positif

berjumlah 63 orang (86%).


49

Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor KabupatenBogor
Tahun2008
No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1. Rendah 6 8%
2. Tinggi 67 92%
Jumlah 73 100%

Tabel 5.2. menggambarkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan K3

rendah berjumlah 6 orang (8%) sedang yang memiliki tingkat pengetahuan K3 tinggi

yaitu sisanya, berjumlah 67 orang (92%).

Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No. Persepsi Frekuensi Prosentase
1. Negatif 7 10%
2. Positif 66 90%
Jumlah 73 100%
Dari tabel 5.3. menunjukkan persepsi K3 responden yang dikategorikan

negatif berjumlah 7 orang (10%) sedangkan responden yang dikategorikan memiliki

persepsi K3 positif berjumlah 66 orang (90%).

Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No. Sikap Frekuensi Prosentase
1. Negarif 1 1%
2. Positif 72 99%
Jumlah 73 100%
50

Dari tabel 5.4. diketahui bahwa 73 responden dikategorikan yang memiliki

sikap K3 negatif berjumlah 1 orang (1%) sedangkan responden yang dikategorikan

memiliki sikap K3 positif berjumlah 72 orang (99%).

Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase
1. Lulus SLTP 13 18%
2. Lulus SLTA 46 63%
3. Lulus PT 14 19%
Jumlah 73 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari sebanyak 73 responden, terdapat

13 orang (18%) memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu hanya sampai lulus

sekolah lanjutan tingkat pertama. Responden yang lulus sekolah lanjut tingkat atas

mempunyai frekuensi terbanyak yaitu berjumlah 46 orang (63%). Sedangkan

responden dengan tingkat pendidikan lulus perguruan tinggi berjumlah 14 orang

(19%).

Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1. Process Plant 0 0%
2. Perencana Pengolahan 14 19%
3. Sianidator 20 27%
4. Recovery 21 29%
5. Pengolahan Limbah 18 25%
Jumlah 73 100%
51

Melihat tabel 5.6. di atas, didapat informasi komposisi pekerjaan responden

meliputi process plant 0 orang (0%) perencana pengolahan 14 orang (19%) yang

merupakan jumlah terkecil. Jenis pekerjaan sianidator pada area pengolahan

berjumlah 20 orang (27%), dan jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery memiliki

jumlah pekerja 21 orang (29%). Kemudian jenis pekerjaan yang terakhir adalah

pengolahan limbah berjumlah 18 orang (25%).

Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008
No. Tempat Kerja Frekuensi Prosentase
1. In door 35 48%
2. Out door 38 52%
Jumlah 73 100%

Berdasarkan tabel 5.7. diketahui bahwa responden berjumlah 35 orang (48%)

bertempat kerja di dalam ruangan (in door) dan selebihnya serjumlah 38 orang (52%)

responden bertempat kerja di luar ruangan (out door).

5.4. Analisis Bivariat

Tabel 5.8.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor KabupatenBogor
Tahun2008

PerilakuK3
Total P.
Negatif Positif Value
N % N %
Rendah
Pengetahuan 2 20 4 6 6
Tinggi 8 80 59 94 67 0,158
Jumlah 10 100 63 100 73
52

Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku K3

diperoleh bahwa sebanyak 2 (20%) orang dari 10 (100%) orang responden

mempunyai pengetahuan rendah dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 4 (6%)

orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan rendah namun

berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang

dari 10 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan tinggi namun berperilaku

K3 yang negatif. Sebanyak 59 (94%) orang dari 63 (100%) orang responden

mempunyai pengetahuan tinggi dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,158. Maka dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden berpengetahuan rendah

maupun responden berpengetahuan tinggi. (Tidak ada hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku K3).

Tabel 5.9.
Distribusi Responden Menurut Persepsi dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

PerilakuK3
Total P.
Negatif Positif Value
N % N %
Negatif 4 40 3 5 7
Persepsi
Positif 6 60 60 95 66 0.000
Jumlah 10 100 63 100 73

Hasil analisis hubungan antara tingkat persepsi dengan perilaku K3 diperoleh

bahwa sebanyak 4 (40%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyaipersepsi

negatif dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 3 (5%) orang dari 63 (100%)

orangrespondenmempunyaipersepsinegatifnamunberperilakuK3yangpositif.
53

Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 6 (60%) orang dari 10 (100%) orang

responden mempunyai persepsi positif namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak

60 (95%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai persepsi positif dan

berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden berpersepsi negatif dan berpersepsi

positif. (ada hubungan antara persepsi dengan perilaku K3).

Tabel 5.10.
Distribusi Responden Menurut Sikap dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

PerilakuK3
Total P.
Negatif Positif Value
N % N %
Negatif 1 10 0 0 1
Sikap
Positif 9 90 63 100 72 0.000
Jumlah 10 100 63 100 73

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku K3 diperoleh bahwa

sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai sikap negatif

dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 0 (0%) orang dari 63 (100%) orang

responden mempunyai sikap negatif namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya,

diperoleh bahwa sebanyak 9 (90%) orang dari 10 (100%) orang responden

mempunyai sikap positif namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 63 (100%)

orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai sikap positif dan berperilaku K3

yang positif.
54

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bersikap negatif dan bersikap

positif. (Ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3).

Tabel 5.11.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor KabupatenBogor
Tahun2008

PerilakuK3
Total P.
Negatif Positif Value
N % N %
LulusSLTP 3 30 10 16 13
Pendidikan LulusSLTA 6 60 40 63 46
Lulus PT 1 10 13 21 14 0,215
Jumlah 10 100 63 100 73

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3

diperoleh bahwa sebanyak 3 (30%) orang dari 10 (100%) orang responden

mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai sekolah lanjutan tingkat pertama

(SLTP) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 10 (16%) orang dari 63 (100%)

orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai SLTP namun

berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 6 (60%) orangdari

10 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai

sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 40

(63%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya

lulus sampai SLTA namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya diperoleh

sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tingkat

pendidikanyanglulusperguruantinggi(PT)namunberperilakuK3yangnegatif.
55

Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang mempunyai tingkat

pendidikan yang lulus PT dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,215. Maka dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara tingkat pendidikan hanya lulus

SLTP, hanya lulus SLTA, maupun telah lulus PT. (Tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan perilakuK3).

Tabel 5.12.
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

PerilakuK3
Total P.
Negatif Positif Value
N % N %
ProcessPlant 0 0% 0 0% 0
Perencana Pengolahan 1 10 13 21 14
Pekerjaan Sianidator 3 30 17 27 20 0,429
Recovery 1 10 20 31 21
Pengolah Limbah 5 50 13 21 18
Jumlah 10 100 63 100 73

Hasil analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 diperoleh

bahwa tidak ada responden yang diteliti mempunyai pekerjaan sebagai process plant.

Sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan

sebagai perencana pengolahan yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 13 (21%)

orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai perencana

pengolahan dan berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 3

(30%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai

sianidatoryangberperilakuK3negatif.Sebanyak17(27%)orangdari63(100%)
56

orang responden mempunyai pekerjaan sebagai sianidator dan berperilaku K3 yang

positif. Diperoleh bahwa sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden

mempunyai pekerjaan sebagai recovery yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 20

(31%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai recovery

dan berperilaku K3 yang positif. Selebihnya diperoleh sebanyak 5 (50%) orang dari

10 (100%) orang responden mempunyai jenis pekerjaan sebagai pengolah limbah

yang berperilaku K3 negatif. Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63

(100%) orang mempunyai pekerjaan sebagai pengolah limbah yang berperilaku K3

positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,429. Maka dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara jenis pekerjaan sebagai perencana

pengolahan, sianidator, recovery, maupun pengolah limbah. (Tidak ada hubungan

antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3).

Tabel 5.13.
Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
Tahun 2008

PerilakuK3
Total P.
Negatif Positif Value
N % N %
Tempat Indoor 2 20 33 52 35
Kerja Out door 8 80 30 48 38 0,228
Jumlah 10 100 63 100 73

Hasil analisis hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 diperoleh

bahwa sebanyak 2 (20%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat

kerja di dalam ruangan (in door) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 33
57

(52%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di in door dan

berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang

dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di luar ruangan (out door)

yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 30 (48%) orang dari 63 (100%) orang

responden mempunyai tempat kerja di out door dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,228. Maka dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bertempat kerja di in door

maupun di out door. (Tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3).
58

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan analitik dengan

pendekatancrosssectional.Deskriptifdimaksudkanuntukmendapatkangambarantentang

pengetahuan,persepsi,sikap,pendidikan,jenispekerjaan,tempatkerja,danperilaku K3

responden di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPEPongkorKabupatenBogor

tahun 2008 secara objektif. Adapun analitik dimaksudkan untukmelihatkaitan

salingmempengaruhibeberapavariabelyangditeliti,dimanavariabeltersebutdapat

mempengaruhi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaanpertambangan.

Untuk pembahasan ini akan disusun dengan sistematika pembahasan sebagai

berikut:

6.1. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, penelitian hanya

dilakukan satu kali pada satu waktu yang bersamaan. Berarti bahwa

pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat yang bersamaan.

Teknik penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner yang berisikan

pernyataan dan pertanyaan tentang variabel yang diteliti dan diisi sendiri oleh

responden tanpa ada intervensi daripeneliti.

2. Jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi karyawan

area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun

2008yaitusebanyak87orang.Kerenaberbagaiketerbatasanpenelitiserta
59

sulitnya menemui seluruh karyawan tersebut yang berbeda jenis shift kerja,

maka pada penelitian ini peneliti hanya mampu pengumpulkan sebanyak 73

orang karyawan atau sebesar 88% dari jumlah seluruh karyawan area

pengolahan.

3. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpretasi

responden dalam menangkap maksud dari pernyataan dan pertanyaan yang

sebenarnya. Sehingga dampak yang didapat adalah ketidaksesuaian antara

jawaban yang diharapkan dari beberapa pernyataan dan pertanyaan yang

diajukan.

4. Kemungkinan responden lupa dalam menjawab maksud yang sebenarnya

atau bahkan sengaja memberikan jawaban yang tidaksebenarnya.

5. Adanya kesulitan dalam menentukan deskripsi isi dari kuesioner yang benar-

benar mencakup seluruh permasalahan penelitian karena tidak adanya standar

yang baku.

Tidak kalah pentingnya yaitu program kesehatan dan keselamatan kerja di PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor sampai saat penelitian dilakukan

sudah dilaksanakan secara parsial dan sektoral dalam unit kerjanya masing-masing.

Sehingga upaya ini sudah menjadi prioritas dan isu utama yang harus dilaksanakan

secara komperhensif oleh seluruh karyawan area pengolahan dan dikelola oleh pihak

manajemen. Faktor diatas menyebabkan pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku

responden sudah berada di taraf atas yang sebagian bersumber dari pendidikan dan

pengalaman yang selalu diberikan oleh pihak manajemen K3. Olehkarenanya


60

mayoritas responden dapat menjawab dengan benar pernyataan dan pertanyaan yang

diajukan sehingga keragaman jawaban sangat kecil.

6.2. Karakteristik Responden AnalisisUnivariat

6.2.1. Perilaku K3

Dari hasil penelitian tentang perilaku K3 responden didapatkan

proporsi sebesar 86% responden berperilaku positif dan merupakan proporsi

terbesar dibanding responden yang berperilaku negatif yaitu sebesar 14%.

Proporsi diatas menggambarkan bahwa sebagian besar dari responden

sudah berperilaku positif dalam hal K3 pada pelaksanaan tugas sehari-hari.

Tetapi masih ada proporsi responden yang masih berperilaku negatif tentang

K3 pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Komposisi hasil penelitian

menggambarkan belum terbentuknya budaya berperilaku selamat pada seluruh

responden dalam bekerja. Hal ini merupakan salah satu dampak dari

kurangnya sosialisasi kegiatan untuk memotivasi para responden agar

memperhatikan norma-norma K3.

Perilaku responden merupakan manifestasi yang dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal dari individu. Keragaman pendidikan, jenis

pekerjaan, lingkungan, sarana dan prasarana yang ada diantara faktor yang

mempengaruhi perilaku para responden. Selain itu motivasi dalam bekerja

merupakan faktor penentu bagi para responden agar berperilaku selamat.

Pengamatan peneliti di lapangan, kurangnya perhatian dari pihak manajemen

agar berperilaku selamat seperti kurangnya pengawasan terhadap perilaku


61

merokok membuat responden kadang bertindak ceroboh dan sembrono dalam

bekerja dengan merokok di sembarang tempat. Selain itu, komunikasi akan

bahaya dari pihak manajemen terhadap K3 yang kurang seperti tidak

dicatatnya informasi keadaan iklim lingkungan (bising, getaran, suhu,

kelembaban, kadar Cn, dan pencahayaan) yang telah diukur menimbulkan

kepedulian para responden untuk berperilaku selamat yang kurang. Sahab

(1997) mengatakan bahwa kegagalan dalam menjalankan misi K3 karena

kurangnya motivasi untuk bekerja dengan selamat. Ia juga mengatakan bahwa

komunikasi K3 diperlukan untuk mendorong perubahan perilaku sehingga

termotivasi untuk bekerja dengan selamat.

Tidak selalu tersedianya sarana dan prasarana yang berhubungan

dengan K3 turut mempengaruhi perilaku responden. Kadang kala karyawan

melakukan sesuatu kegiatan berbahaya seperti menyalakan mesin dengan

tangan kosong akibat tidak tersedianya alat bantu yang layak dipakai. Hal

semacam ini sering terjadi di area pengolahan seperti di gold room, ruang

monitor 77, dan sekitar ball mill. yang diteliti oleh peneliti.

6.2.2. Pengetahuan Responden TerhadapK3

Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa proporsi terbesar dari

responden mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang K3 di area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008

yaitu sebesar 92%. Tetapi masih didapat juga informasi responden yang

memiliki pengetahuan yang rendah tentang K3 di area pengolahan yaitu

sebesar8%.
62

Komposisi yang hampir homogen tentang tingkat pengetahuan

responden mengenai K3 seperti hasil di atas berkaitan dengan baiknya

kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang K3 di pertambangan.

Fakta ini bertentangan dengan penelitian yang mempunyai hasil masih relatif

sedikitnya pengetahuan para pekerja mengenai K3 (Suma’mur, 2001).

Menurut Skinner (1938) dalam buku Notoatmodjo (2005) mengatakan

bahwa seseorang dikategorikan berpengetahuan tinggi apabila mampu

mengungkapkan sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar.

Akan dikategorikan berpengetahuan rendah apabila seseorang hanya mampu

mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek denganbenar.

Sebagai institusi yang sejak lama telah membangun komitmen untuk

melaksanakan program K3, komposisi diatas merupakan modal yang cukup

baik. Dari hasil penelitian, fakta yang muncul tentang pengetahuan responden

pada kategori tinggi maupun pada kategori rendah sudah cukup banyak

pengetahuan responden yang bersifat parsial dan yang berada pada lingkup

pekerjaan sehari-hari.

Kenyataan diatas dimungkinkan karena sebagian besar responden

memiliki latar belakang pelatihan dan pemberian informasi mengenai K3 yang

baik. Selama mengikuti pelatihan prinsip-prinsip K3 yang menyangkut

bidangnya sudah pernah diajarkan dalam pemberian informasi mengenai K3.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Adenan (1986) dalam buku Widayatun

(1999) yang mengatakan dari lingkungan seseorang mendapat pengalaman


63

dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan dapat diperoleh dari

pendidikan formal daninformal.

Untuk kedepannya, sosialisasi dan komunikasi yang sudah ada perlu

dipertahankan bahkan jika mungkin ditingkatkan lebih intensif terhadap

seluruh karyawan tentang K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor. Agar kemampuan dan keterampilan para

responden meningkat, perlu dilakukan pelatihan secara teratur. Kegiatan ini

sesuai pendapat dari Guesich (1993) dalam buku Suma’mur (1996) yang

mengatakan bahwa education merupakan program dasar dalam K3. Sedang

menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu terutama melalui mata dan telinga.

Pendapat lain diungkapkan oleh Suma’mur (1996) bahwa pemahaman

terhadap K3 merupakan faktor esensial bagi keberhasilan program. Disamping

itu pemahaman yang tepat terhadap K3 di lingkungan karyawan merupakan

unsur penentu kemajuan pelaksanaan program secara normatif menurut

ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta penggerak improvisasi

penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang

lebih besar.

6.2.3. Persepsi Responden TerhadapK3

Hasil penelitian menginformasikan bahwa persepsi responden

terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten

Bogortahun2008yangdikategorikanmemilikipersepsipositiflebihbesar
64

jumlahnya yaitu 90% dibanding yang dikategorikan memiliki persepsi negatif

yaitu sebesar 10%. Fakta diatas menggambarkan sudah cukup tingginya

jumlah responden yang berpersepsi positif dalam program K3.

Melihat hasil penelitian diatas masih adanya jumlah responden yang

memiliki pendapat dan penilaian yang tidak baik terhadap keberadaan K3.

Menurut Ross (1980) dalam buku Azwar (2007) mengatakan bahwa persepsi

adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan

memberi arti pada rangsangan baik bersifat internal maupun eksternal.

Pembentukan persepsi terhadap K3 sangat ditentukan oleh makna

yang dipahami oleh para responden yang memiliki latar belakang sosial,

budaya, dan ekonomi masing-masing. Informasi yang lengkap dan utuh

tentang K3 di area pengolahan yang dirasakan cukup baik membentuk

persepsi yang hampir homogen di kalanganresponden.

Walaupun pelaksanaan K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor tahun 2008 bersifat parsial, proporsi pembentukan persepsi

ini kemungkinan besar merupakan pengaruh dari lingkungan kerja.

Perusahaan pertambangan sebagai pengelola isi dari perut bumi ini dalam

melakukan fungsinya selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan bagi

semua yang ada dilingkungannya.

Kenyataan ini sesuai dengan pendapat dari Kondarus (2006) yang

mengatakan manusia dapat mengerti dan menilai lingkungannya dengan

menggali dan menilai objek yang ada, juga dengan menangkap makna yang

telah terkandung dalam objek yang menimbulkan stimulus pada individu.


65

Pernyataan lain yang memperkuat pernyataan dari Kondarus

diungkapkan oleh Gibson dengan pendapatnya bahwa pertambahan

kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan pengamatan bersumber dari

informasi yang berasal dari lingkungan sebagai hasil pengalaman. Selain itu

menurut Suma’mur (1996) bahwa konsep yang mengatakan bahwa K3

menjadi kepedulian semua orang harus menjadi persepsi seluruh karyawan.

6.2.4. Sikap Responden TerhadapK3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bersikap positif

terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten

Bogor tahun 2008 proporsinya sangat besar yaitu sampai 99%. Sedangkan

responden yang bersikap negatif terhadap K3 sangat kecil yaitu hanya 1%.

Hampir tidak adanya perbedaan sikap responden disebabkan karena

tidak adanya perbedaan pekerjaan yang berarti dan lingkungan kerja yang

relatif sama sehingga sumber bahaya dan tingkat risiko akan terjadinya suatu

bahaya sangat sama dalam terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja. Selain

itu, sistem nilai dari suatu individu maupun kelompok yang berkembang

mempengaruhi pembentukan pemahaman tentang K3. Sudah berfungsinya

sistem manajemen K3 di perusahaan tersebut turut mempengaruhi

pembentukan sikap responden yang beragam. Fakta ini sesuai dengan

pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa sikap adalah reaksi

atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek.
66

Menurut Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) bahwa sikap

adalah kecenderungan untuk berespon baik secara positif atau secara negatif

terhadap orang, objek, atau situasi. Sementara menurut Suma’mur (1996)

mengatakan bahwa persepsi dan pemahaman tentang K3 pada akhirnya

ditampilkan dalam bentuk sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok

masyarakat mengenai K3.

Pendapat diatas sesuai dengan fakta yang didapat dalam penelitian,

dengan maksimalnya kegiatan K3 yang dilakukan secara terkoordinasi dan

teratur mengakibatkan adanya sikap positif dari responden. Baiknya

sosialisasi tentang sumber bahaya dan manfaat K3 di lingkungan kerja

responden menumbuhkan sikap yang sangat peduli di kalanganresponden.

Fungsi dan tugas perusahaan pertambangan disertai situasi dan kondisi

lingkungan kerja yang bergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi

membentuk pemahaman responden tentang kesehatan dan keselamatan dalam

bekerja. Latar belakang pendidikan serta pengalaman sehari-hari dalam

bekerja membuka wawasan dan cakrawala berpikir responden tentang K3.

Kedua faktor tersebut akan membentuk sikap para responden terhadap

kesehatan dan keselamatan dalambekerja.

6.2.5. PendidikanResponden

Dari seluruh responden tampak tingkat pendidikan yang cukup

bervariasi, dengan rentang tiga tingkatan dari yang paling rendah yaitu hanya

lulus SLTP, lulus SLTA, dan lulus PT. Untuk proporsi yang paling besar

populasinya berada pada tingkat SLTA yaitu 63%. Sementara itu proporsi
67

paling rendah ditempati oleh responden berpendidikan lulus SLTP 18% dan

ditengahi oleh responden berpendidikan lulus PT 19%.

Keragaman tingkat pendidikan karyawan bagi perusahaan

pertambangan dalam kaitannya dengan pelaksanaan K3 cukup

menguntungkan. Masing-masing akan berperan sesuai dengan

kemampuannya, sehingga pelaksanaan kegiatan pengolahan lebih

komperhensif.

Dari informasi yang diperoleh dalam penelitian, salah satu yang

dihadapi dalam penerapan dan sosialisasi K3 adalah sangat minimnya

karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan bidang K3. Menurut

Depkes (2000), untuk profesionalisme bidang K3 perlu dukungan tenaga kerja

yang mempunyai latar belakang pendidikan atau sudah pernah mengikuti

pelatihan K3.

Gueech (1993) dalam buku Suma’mur (1996) menyebutkan bahwa

pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga keselamatan

pekerja maupun tempat kerja yang dilakukan melalui program keselamatan

dan disponsori oleh manajemen. Dengan program dasar tersebut diharapkan

pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di

tempat kerja.

6.2.6. Jenis PekerjaanResponden

Perusahaan pertambangan sesuai dengan fungsinya adalah

memproduksi produk barang dan jasa dari isi perut bumi yang dilakukan oleh

pekerja yang ahli dalam bidangnya. PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
68

Kabupaten Bogor sendiri membagi jenis pekerjaan dalam area pengolahan

menjadi lima yaitu process plant, perencana pengolahan, sianidator, recovery,

dan pengolahan limbah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ternyata tidak terdapat

kesenjangan jumlah karyawan yang begitu berarti antara lima jenis pekerjaan

tersebut. Karena jenis pekerjaan merupakan kesatuan alur dalam proses

pengolahan, jadi diharapkan seluruh karyawan melakukan pekerjaan sesuai

dengan ahlinya dengan jumlah yang relatif sama. Prosentasenya adalah 19%

untuk perencana pengolahan, 27% sianidator, 29% recovery, 25% pengolahan

limbah, dan 0% process plant (karena tidak ada di tempat dan tidak diteliti).

Pekerjaan karyawan area pengolahan yang bervariasi dari segi jumlah

maupun jenisnya, dalam melaksanakan tugas selalu berhubungan dengan

berbagai bahaya yang potensial. Jika tidak diantisipasi dengan baik dan benar

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan

dirinya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja

(Suma’mur, 1996). Melihat kondisi ini sudah sewajarnya karyawan area

pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menjadi

sasaran prioritas kesehatan dan keselamatan kerja.

6.2.7. Tempat KerjaResponden

Unit tempat kerja di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 digolongkan menjadi dua kategori

golongan besar yaitu in door dan out door. Jumlah pekerja dalam tempat kerja

ini relatif seimbang dengan prosentase 48% untuk in door yang sebagian besar
69

melakukan pemantauan dan pengukuran secara ilmiah dan 52% untuk out

door yang sebagian besar melakukan pekerjaan di lapangan dengan tugas

teknisasimesin.

Tidak ada unit penunjang maupun unit pendukung dalam tempat kerja

ini. Artinya semua jenis pekerjaan yang ada sangat berperan. Ini

memungkinkan pekerjaan yang berada di in door maupun out door

mempunyai tugas dan wewenang yang sama pentingnya. Risiko yang

dihadapi antara kedua tempat kerja itu pun relatif sama. Karena kejadian yang

tidak diinginkan bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun tanpa

sepengetahuan kita. Oleh karenanya kewaspadaan dalam melaksanakan

pekerjaan sangat diperlukan sesuai perilaku K3 yangbenar.

6.3. Karakteristik Responden AnalisisBivariat

6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan PerilakuK3

Dari hasil penelitian tampak proporsi prosentase responden pada

masing-masing kategori dan tingkat perilaku menggambarkan proporsi yang

relatif sama. Pada kategori berpengetahuan tinggi prosentase berkisar dari

yang terendah adalah 80% dan tertinggi 94%. Sedang untuk kategori yang

berpengetahuan rendah prosentase berkisar dari yang terendah adalah 6% dan

tertinggi 20%.

Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =

0,158 > 0,050. Dengan hasil uji diatas diketahui bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden yang rendah atau tinggi
70

dengan perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor tahun 2008.

Pada kategori pengetahuan tinggi, semakin tinggi tingkat perilaku K3

proporsi responden semakin besar. Sedangkan pada kategori berpengetahuan

rendah semakin rendah tingkat perilaku K3 proporsi responden semakin kecil.

Dengan kata lain luasnya pengetahuan responden tentang K3 di area

pengolahan berbanding terbalik dengan perilaku kesehatan dan keselamatan

kerjanya.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perilaku responden

tentang K3 tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Fakta ini menandakan

bahwa luas atau sempitnya pengetahuan responden di area pengolahan tidak

mempengaruhi perilaku K3. Kenyataan diatas tidak sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Adenan (1986) dalam buku Widayatun (1999) bahwa

semakin luas pengetahuan seseorang maka semakin positif perilaku yang

dilakukannya.

Perilaku positif mempengaruhi jumlah informasi yang dimiliki

seseorang sebagai hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain

itu tingkat perilaku mempengaruhi domain kognitif seseorang dalam hal

mengingat, memahami, dan mengaplikasikan informasi yang dimiliki. Juga

berpengaruh dalam proses analisis, sintesis, dan evaluasi suatu objek. Menurut

Adenan (1986) dalam buku Widayatun (1999) juga bahwa pengetahuan

diperoleh dari pendidikan formal atau pendidikaninformal.


71

6.3.2. Hubungan Persepsi Dengan PerilakuK3

Dari tabel hasil penelitian didapatkan gambaran persepsi responden

terhadap perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor tahun 2008 dikategorikan positif dan negatif. Untuk

kategori persepsi positif prosentase masing-masing yaitu 60% dan 95%

sedangkan untuk kategori persepsi negatif prosentasenya yaitu 40% dan5%.

Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =

0,000 < 0,050. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang bermakna antara persepsi positif dan negatif responden dengan perilaku

K3 pada semua kategori di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa seluruh responden dengan

tingkat pendidikan yang berbeda, jenis pekerjaan yang berbeda, dan tempat

kerja yang berbeda pula tidak didapatkan perbedaan yang jelas mengenai

perilaku K3 yang positif maupun negatif. Hal ini dapat terjadi karena bekerja

di area pengolahan merupakan hasil dari proses belajar serta pengalaman

selama bekerja. Hal ini pula dipengaruhi oleh pemahaman dari responden

tentang bahaya yang bersumber dari pekerjaan dan lingkungan kerjanya.

Perbedaan yang sangat kecil diatas dapat juga terjadi karena masing-

masing jenis perilaku K3 yang diungkapkan bersumber dari responden yang

berbeda latar belakang pendidikannya, lingkungan pekerjaan mempunyai

sumber bahaya dan tingkat risiko yang berbeda-beda, juga dampak yang

ditimbulkan jika terjadi kecelakaan akan berbeda. Selain itu fokus kegiatan
72

dan sistem nilai yang berkembang dalam pekerjaan dan lingkungan tidak

sama sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan terhadap perhatian para

responden dalambekerja.

Robin (1989) dalam buku Danim (2007) menyebutkan bahwa faktor

yang mempengaruhi pembentukan persepsi sehingga memungkinkan

terjadinya perbedaan adalah karakter dari receiper meliputi motif, minat, dan

pengalaman masa lalu. Juga pengaruh dari karakter target yang dipersepsikan

tentang bagaimana hubungan target dan latar belakang serta kemiripan yang

dipersepsikan. Selain itu bagaimana konteks situasi terjadinya persepsi

melipuuti waktu, lokasi, dan situasi lainnya.

6.3.3. Hubungan Sikap Dengan PerilakuK3

Sesuai hasil penelitian pada area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 tentang perilaku K3 positif

dikategorikan responden bersikap positif berjumlah 63 (100%) orang,

sedangkan yang bersikap negatif berjumlah 0 (0%) orang. Sementara

responden yang berperilaku K3 negatif dikategorikan bersikap positif sebesar

9 (90%) orang, sedangkan yang bersikap negatif sebesar 1 (10%) orang.

Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =

0,000 < 0,050. Dari hasil diatas terdapat perbedaan yang bermakna antara

kategori sikap responden yang negatif maupun positif dengan kategori

perilaku K3 responden di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten

Bogor tahun2008.
73

Fakta hasil penelitian diatas yang menunjukkan hasil yang hampir

berbanding lurus antara responden berperilaku K3 positif bersikap negatif dan

responden berperilaku K3 negatif bersikap positif karena tidak adanya

perbedaan jenis pekerjaan yang sangat berarti dalam keseharian dan kondisi

lingkungan kerja pada area pengolahan. Seluruh responden yang bekerja pada

umumnya selalu diberikan informasi dan komunikasi tentang K3 yang baik

namun berlatar belakang pendidikan yang bervariasi. Sehingga dalam

penanggapan sikap pada diri masing-masing responden bervariasi pula.

Pada area pengolahan, sifat pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja

yang homogen dengan sumber bahaya serta tingkat risiko yang relatif sama.

Kondisi ini menumbuhkan sikap para responden yang cenderung lebih

bersikap positif dibanding bersikap negatif terhadap perilaku K3 yang baik

dan benar.

Penjelasan diatas sesuai dengan pendapat Mar’at (1982) dalam buku

Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa sikap merupakan produk dari

proses sosialisasi dimana seseorang beraksi sesuai dengan rangsangan yang

diterimanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Krech yang dikutip Za’im

(2002) berbunyi secara operasional, sikap menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan

praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang

bersifat emosional.
74

6.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan PerilakuK3

Hasil penelitian menunjukkan proporsi prosentase responden pada

masing-masing kategori perilaku K3 dari tingkat pendidikan menggambarkan

proporsi yang variatif. Pada kategori perilaku K3 positif, responden yang

hanya lulus sampai SLTP terdapat 10 orang dari 13 orang. Responden yang

hanya lulus sampai SLTA terdapat 40 dari 46 orang. Sedangkan responden

yang telah lulus PT terdapat 13 dari 14orang.

Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =

0,215 > 0,050. Dengan hasil uji diatas diketahui bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna antara responden berpendidikan hanya lulus SLTP, lulus

SLTA, atau sampai lulus PT terhadap perilaku K3 di PT. ANTAMTbk, UBPE

Pongkor Kabupaten Bogor tahun2008.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perilaku K3 responden

tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang telah dilaksanakan.

Fakta ini tdak menjamin semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang,

semakin baik perilakunya. Kenyataan diatas bertentangan dengan Adenan

(1986) dalam buku Widayatun (1999) bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan formalnya maka semakin luas pengetahuannya. Sehingga perilaku

yang baik dapat diterapkan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

6.3.5. Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan PerilakuK3

Dari hasil penelitian didapatkan gambaran jenis pekerjaan responden

dengan perilaku K3 bahwa dari lima jenis pekerjaan yang ada, masing-masing

yaitu process plant, perencana pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolah


75

limbah. Perilaku K3 positif tertinggi sampai terendah diketahui yaitu pekerja

pada jenis pekerjaan process plant (0%), recovery (95%), perencana

pengolahan (92%), sianidator (85%), dan pengolah limbah (72%).

Setelah dilakukan uji kai-kuadrat spesifik homogenitas didapatkan

hasil dengan p value = 0,429 > 0,050. Dari hasil uji tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara semua jenis

pekerjaan yang ada dengan perilaku K3 di PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

Kabupeten Bogor tahun2008.

Perbedaan diatas terjadi akibat perbedaan karakter individu setiap

responden sehingga didapat hasil yang bervariatif. Menurut Robin (1989)

dalam buku Danim (2007) bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan

individu seseorang adalah karakter dari receiper meliputi motif, minat, dan

pengalaman masa lalu. Selain itu bagaimana konteks situasi terjadinya

perbedaan karakter meliputi waktu, lokasi, dan situasi lainnya.

6.3.6. Hubungan Tempat Kerja Dengan PerilakuK3

Sesuai hasil penelitian responden yang bekerja di area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor tahun 2008 bahwa terdapat

dua jenis tempat kerja yaitu in door dan out door. Perilaku K3 positif ternyata

terdapat pada responden yang bekerja di in door. Nilai yang didapat adalah

94% berperilaku K3 yang baik. Sementara pada lokasi out door didapat 79%

berperilaku K3 yang baik.

Setelah dilakukan uji kai-kuadrat didapatkan hasil dengan p value =

0,228 > 0,050. Dari hasil diatas diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
76

yang bermakna antara tempat kerja in door dan tempat kerja out door

terhadapperilakuK3diPT.ANTAMTbk,UBPEPongkorKabupetenBogor

tahun 2008.

Fakta hasil penelitian diatas terjadi karena tidak adanya perbedaan

berarti antara jenis pekerjaan yang ada serta kondisi lingkungan kerja yang

relatif sama pula. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat dari Mar’at

(1986) dalam buku Notoatmodjo (2007) bahwa lingkungan tinggal merupakan

produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan

rangsangan yang diterimanya. Lingkungan tinggal juga merupakan kesesuaian

reaksi terhadap kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan

dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.


77

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian baik secara deskriptif univariat maupun analitik

bivariat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 area pengolahan PT.

ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupeten Bogor tahun 2008 dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Dari 73 responden yang telah diteliti, sebagian besar responden memiliki perilaku

K3 yang sangat baik yaitu 86% dari jumlahkeseluruhannya.

2. Gambaran pengetahuan yang didapat berdasarkan penelitian adalah sangat baik

yaitu 92% responden berpengetahuan tinggi.

3. Persepsi responden mengenai K3 di perusahaan menunjukkan angka yang sangat

baik yaitu 90% dari jumlahkeseluruhannya.

4. Gambaran dari sikap responden yang ada di area pengolahan menunjukkan hasil

yang sangat istimewa mengenai K3 yaitu99%.

5. Didapat gambaran mengenai tingkat pendidikan responden yaitu mulai dari yang

berprosentase sedikit lulus SLTP 18%, lulus PT 19%, dan lulus SLTA63%.

6. Gambaran jenis pekerjaan di area pengolahan adalah process plant, perencana

pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolahan limbah. Masing-masing nilai

jumlah yang didapat yaitu (0%) untuk process plant, 19% untuk perencana

pengolahan, 27% sianidator, 29% recovery, dan 25% untuk pengolahanlimbah.


78

7. Tempat kerja di area pengolahan dibagi menjadi dua jenis yaitu in door dan out

door. Prosentase yang didapat mengenai jumlah responden yang bekerja adalah

48% bertempat kerja di in door dan 52% bertempat kerja di outdoor.

8. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden yang

rendah atau yang tinggi dengan perilakuK3.

9. Ada perbedaan yang bermakna antara persepsi positif dan negatif responden

dengan perilakuK3.

10. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kategori sikap responden yang negatif

maupun positif dengan kategori perilakuK3.

11. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan responden yang

hanya lulus SLTP, lulus SLTA, maupun lulus PT dengan perilakuK3.

12. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis pekerjaan responden yang

berupa process plant,perencana pengolahan, sianidator, recovery, dan pengolah

limbah dengan perilakuK3.

13. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kategori tempat kerja responden

yang in door maupun out door dengan kategori perilakuK3.

7.2. Saran

Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi serta didukung oleh hasil

penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan sebagai berikut:

1. Pentingnya direksi dalam menetapkan kebijakan K3 secara komperhensif sebagai

kegiatan yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan unit-unit kerja area

pengolahanPT.ANTAM.Tbk,UBPEPongkorKabupatenBogordengan
79

megembangkan komitmen bersama seluruh karyawan dan menjadikan kebijakan

direksi sebagai acuan pelaksanaan sehingga terbentuk gerak langkah yang sama

pada seluruh karyawan area pengolahan PT. ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor

Kabupaten Bogor.

2. Agar pengetahuan, persepsi, dan sikap seluruh karyawan tentang K3 di area

pengolahan PT. ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menjadi lebih

baik maka perlu diadakan sosialisasi secara teratur dan berkesinambungan

meliputi seluruh aspek K3 disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

karyawan.

3. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan agar berperilaku

K3 yang baik dalam melaksanakan pekerjaan perlu diadakan pelatihan dan

pembinaan secara khusus yang dikelola dengan baik. Pelatihan yang dilakukan

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing karyawan dan dilakukan secara

terus menerus. Pembinaan dilaksanakan oleh unit kerja K3 yang bersama-sama

pengelola unit kerjamasing-masing.

4. Perlu ditingkatkan kualitas pelayanan K3 kepada seluruh karyawan, sehingga

diperoleh manfaat nyata yang lebih luas dan langsung dapat dirasakan para

karyawan. Upaya ini akan meningkatkan motivasi para karyawan untuk lebih

memahami dan melaksanakan prinsip serta norma K3. Hasil akhir yang didapat

terjadi peningkatan efisiensi dan produktifitas karyawan dan performen PT.

ANTAM. Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor akan lebih baiklagi.


80

5. Pemberian reward sebagai ungkapan penghargaan dari pihak manajemen

terhadap karyawan yang prestasi sangat diperlukan sebagai usaha untukterus

menstimulus seluruh karyawan agar berperilaku K3 yang baik.

6. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi perilaku K3 merupakan bentuk dari

luasnya ilmu pengetahuan. Untuk memperkaya dan membuktikan faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku K3, sebaiknya faktor yang belum diteliti dalam

penelitian ini dilakukan oleh peneliti selanjutnya.


81

DAFTAR PUSTAKA

 Azwar Saifuddin. Sikap Manusia ”Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2007.
 Danim Sudarwan. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007
 ILO. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gramedia, 1980
 Kondarus Danggur. Keselamatan Kesehatan Kerja ”Membangun SDM Pekerja
Yang Sehat, Produktif, dan Kompetitif”. Jakarta: Litbang Danggur & Partners,
2006.
 Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2005.
 Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2007.
 Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Bina Sumber Daya Manusia, 1997.
 Suardi Rudi. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja ”Panduan
Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996”. Jakarta: Penerbit
PPM, 2005.
 Suma’mur. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1996
 Widayatun Rusmi Tri. Ilmu Perilaku M.A. 104 ”Buku Pegangan Mahasiswa
AKPER”. Jakarta: CV. Sagung Seto, 1999.
 Yusuf Muchamad. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Citratama Bangun Mandiri, 2002.

Azwar Saifuddin. Sikap Manusia ”Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2007.

Budiono, A.M. Sugeng. Bunga Rampai Hiperkes dan KK (Higiene Perusahaan,


Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja). Semarang: Badan Penebit
Universitas Diponegoro, 2003.

Danim Sudarwan. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi


Aksara, 2007

Dasar-Dasar K3. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Direktorat Dasar-


dasar Pengolahan Emas. Bogor. Jakarta. PT. Antam Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas, 2002.

Gibson Ivancevich Donnelly. Organisasi Perilaku struktur. Jakarta. 1985.

Hastono Priyo S. Modul Analisa Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia, 2001.

Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Bogor. Tim Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Pertambangan Emas, 1999.
82

Indriani. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku. Deepok: Skripsi UI,


1997.

ILO. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gramedia, 1980

Kondarus Danggur. Keselamatan Kesehatan Kerja ”Membangun SDM Pekerja Yang


Sehat, Produktif, dan Kompetitif”. Jakarta: Litbang Danggur & Partners, 2006.

Kontur Ronny. Manajemen Risiko”Pemahaman Risiko, Pentingnya Pengelolaan


Risiko, Identifikasi, Pengukuran, Penanganan Risiko, dan Penerapan
Manajemen Risiko”. Jakarta: Abdi Tandur, 2006.

Lingkunngan Kerja Pertmbangan. Bandung. Direktorat Jendral Pertambangan Umum


Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan. 2000.

Makhrudin Ade. Gambaran Perilaku Pekerja Terhadap Program Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja. Depok: Skripsi UI, 2007.
83

Munandar Sunyoto Ashar. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press,


2001.

Nasuhi Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ”Skripsi, Tesis, dan Disertasi”.
Jakarta: CeQDA, 2007.

Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta, 2005.

Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit


Rineka Cipta, 2007.

Pasiak Royke, Ir. Keselamatan Kerja Pertambangan. Bogor: Tim Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Pertambangan Emas. 1999.

Realisasi Pembayaran JKK, JHT, JKM PT. JAMSOSTEK (PERSERO)


Periode : 2003 – 2007. Available: http://www.jamsostek.co.id/(diakses tanggal
10 Aguatus 2008, 4.30 PM)

Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Bina Sumber Daya Manusia, 1997.

Saputra Nata. Tinjauan Pengetahuan, dan Perilaku. Depok: Skripsi UI, 1997.

Siagian Purma. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Depok: Skripsi UI, 1998.

Suardi Rudi. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja ”Panduan


Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996”. Jakarta:
Penerbit PPM, 2005.

Suma’mur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung,
1996.

Suma’mur. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gunung


Agung, 1996.

Sumaryadi Martone. Hubungan Pengetahuan, sikap, dan perilaku. Depok. Skripsi UI,
1999.

Widayatun Rusmi Tri. Ilmu Perilaku M.A. 104 ”Buku Pegangan Mahasiswa
AKPER”. Jakarta: CV. Sagung Seto, 1999.

Yusuf Muchamad. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.


Citratama Bangun Mandiri, 2002.
84

Za’im. Gambaran Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Karyawan tentang K3


di Rumah Sakit. Jakarta: Skripsi UI, 2002.
85

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Ahmad Dharief Dahlawy


Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 27 Januari 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Marital : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Serma Achim No. 57 Rt. 04/II Lambangsari
Tambun Selatan Bekasi 17514
Telp : (021) 82605610

Riwayat Pendidikan:
 TK Islam An-Nadwah Bekasi (1991-1992)
 SD Negeri Setia Darma 3Bekasi (1992-1998)
 SLTP Negeri 2 Paciran Lamongan (1998-2001)
 SMU Negeri 9 Kota Bekasi (2001-2004)
 S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2004-2008)
86

LAMPIRAN 1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Alamat: Jln. Kertamukti Pisangan Ciputat Jakarta Selatan. Telp/Fax: (021)74716718/7404985

No. Kuesioner: ………………… (diisiolehpeneliti) Tanggal & Waktu: ..…/..…/2008………......WIB

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk UBPE PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008
OLEH:

Nama :Ahmad DhariefDahlawy


NIM :104101003167
Angkatan :2004/2005

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Salam sejahtera.


Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
sedang melakukan penelitian untuk kepentingan menyelesaikan Skripsi.
Dalam lampiran terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya memohon dengan segala kerendahan hati agar kiranya
Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi pertanyaan berikut.
Kejujuran Bapak/Ibu dalam menjawab pertanyaan sangat saya hargai. Jawaban
yang Bapak/Ibu berikan akan saya jaminkerahasiaannya.
Ucapan terimakasih yang sebesarnya saya ucapkan atas bantuan dan
partisipasi Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini.
87

DAFTAR PERNYATAAN

I. IdentitasResponden
1.Nama : ………………………………
2. Usia : ……… tahun
2. JenisKelamin :L/P
3. PendidikanTerakhir :1.SD 2.SMP 3.SMA 4. DIII
5.S1 6.S2
4. Pekerjaan/Profesi (lingkari) : 1.ProcessPlant 2. PerencanaPengolahan
3.Sianidator 4.Recovery
5. Pengolahan Limbah
5. UnitTempatKerja : 1. In door 2. Outdoor

II. Pilihlah Satu Jawaban yang Bapak/Ibu Anggap Benar dan Beri Tanda(O)
1. Program keselamatan dan kesehatan kerja di pegolahanadalah:
a. Kebersihan, ketertiban, dan keindahanpengolahan
b. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibatkerja
c. Ketertiban administrasipengolahan
d. Kegiatan pemantauan kegiatankerja

2. Program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan bertujuanuntuk:


a. Agar keindahan, ketertiban, dan kebersihan areal pengolahanterjaga
b. Agar pencatatan administrasi menjaditertib
c. Agar kadaan lingkungan tetapterjaga
d. Melindungi pekerja agar tetap selamat dan sehat dalambekerja
88

3. Kegiatan yang dilakukan dalam program keselamatan dan kesehatan kerja di


pengolahanadalah:
a. Menghilangkan penyebab kecelakaan dan penyakit akibatkerja
b. Menjaga ketertiban, kebersihan, dan keindahanpengolahan
c. Menjaga ketertiban pencatatanadministrasi
d. Menjaga keadaan lingkungan tatapasri.

4. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahanmerupakan:


a. Kewajiban parakaryawan
b. Hakpemerintah
c. Bagian dari hak normatifkaryawan
d. Kewajibandirektur

5. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan merupakan


pemenuhan ketentuan:
a. Undang-undang tenagakerja
b. Keputusan menteri
c. Peraturandaerah
d. Keputusan direkturpengolahan

6. Yang dimaksud dengan bahaya di tempat kerjaadalah:


a. Semua yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibatkerja
b. Bahan yang dapat menimbulkankecelakaan
c. Pekerjaan yangberbahaya
d. Penyakit akibatkerja

7. Bahaya-bahaya yang ada di pengolahan adalah:


a. Keracunangas
b. Tertimpa reruntuhan bendapadat
c. Ketulian akibatbising
89

d. Semua pilihanbenar

8. Cara mencegah bahaya agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada


karyawan dengan cara:
a. Memakai pelindung diri sewaktubekerja
b. Tidak perlu bekerja
c. Pindahbekerja
d. Cuti bekerja

9. Partisipasi dari pimpinan pengolahan dalam program keselamatan dan kesehatan


kerja yang terpentingadalah:
a. Menyerahkan tugas kepada parakaryawan
b. Membuat kebijakan / suratkeputusan
c. Menyerahkan tugas kepadastaff
d. Melakukan pemeriksaankesehatan

10. Untuk mengetahui dampak tempat kerja yang berbahaya pada kesehatan para
karyawan perlu dilakukan:
a. Pemeriksaan kesehatan setelah akhirbekerja
b. Pemeriksaan kesehatan setelahsakit
c. Pemeriksaan kesehatan sebelumbekerja
d. Pemeriksaan kesehatan berkala selamabekerja

11. Semua kegiatan dalam program keselamatan dan kesehatan kerjaharus:


a. Cukup diingat karyawan yangmelakukan
b. Dilaporkan secaralisan
c. Dibuat catatan dan laporan tertulis kepadapimpinan
d. Diperbaharui tiapbulan
90

12. Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) di pengolahan adalah:
a. Panitia pelaksana program keselamatan dan kesehatankerja
b. Penerapan prinsip manajemen keselamatan dan kesehatankerja
c. Panitia yang melaksanakan program dipertambangan
d. Orang-orang yang berperan merumuskan programK3

III. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda(O)
1. Menurut pendapat saya, program keselamatan dan kesehatan kerjapengolahan:
a. Tidak diperlukan b.Diperlukan

2. Menurut saya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di


pengolahan:
a. Memberi manfaatpadakaryawan b. Tidak adamanfaatnya

3. Menurut penilaian saya, program keselamatan dan kesehatan kerja di pengolahan


akan menjamin keamanan karyawan dalambekerja.
a. Benar b.Salah

4. Menurut saya, dalam bekerja program keselamatan dan kesehatan kerja


merupakan faktor utama yang harusdiperhatikan.
a. Benar b.Salah

5. Informasi yang lengkap tentang bahaya yang ada di tempatkerja:


a. Perludiadakan b. Tidak diperlukan

6. Menurut saya, bahaya yang dapat mengganggu kesehatan para karyawan di


pengolahan:
a. Harusdikendalikan b. Dibiarkansaja
91

7. Dukungan pimpinan untuk keberhasilan program keselamatan dan kesehatan


kerja:
a. Sangatpenting b. Tidak diperlukan

8. Pelatihan para karyawan sesuai pekerjaan yang dilakukan, agar dapat bekerja
sesuai prosedur yangberlaku:
a. Diperlukan b. Tidak penting

9. Menurut saya, karyawan yang bekerja ditempat yang berisiko terkenapenyakit,


a. Perlu dilakukan cek kesehatansewaktu-waktu
b. Cek kesehatan setelah sakit

10. Menurut saya, semua data kesehatan parakaryawan:


a. Disimpan dan menjadi dokumenpertambangan
b. Disimpan sendiri olehkaryawan

11. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dipengolahan:


a. Perlu b. Tidakperlu

12. Menurut saya, bekerja sesuai prosedur yang berlaku mempersulitpekerjaan.


a. Benar b.Salah
92

IV. Pilih Satu Jawaban yang Sesuai Menurut Bapak/Ibu dan Beri Tanda(√)
SS :Sangat setuju TS : TidakSetuju S : Setuju
STS : SangatTidakSetuju RR : Ragu-ragu
No. Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Saya mendukung program keselamatan
dan kesehatan kerja di pengolahan
2 Saya akan mengikuti semua program
keselamatan dan kesehatan kerjadi
tempat saya bekerja
3 Saya akan mengikuti pelatihan yang
diadakan untuk meningkatkan
kemampuan kerja saya
4 Saya akan memeriksakan kesehatan
saya secara rutin selama bekerja
5 Saya akan menegur rekan kerja saya
yang tidak melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerjadi
tempat kerjanya
6 Saya ikut bertanggung jawab atas
keamanan tempat kerja saya
7 Tindakan yang tidak mengikuti prosedur
kerja akan menimbulkan kecelakaan
8 Program keselamatan dan kesehatan
kerja sepenuhnya menjadi urusan para
pimpinan pengolahan
9 Saya tidak perduli terhadap program
kesehatan dan keselamatan kerja si
tempat saya bekerja
93

10 Saya akan melaporkan kecelakaan yang


terjadi di tempat saya bekerja

12 Saya ikut bertanggung jawab secara


moral terhadap kecelakaan yang terjadi
di tempat saya bekerja
12 Keselamatan dan kesehatan karyawan
hanya tanggung jawab masing-masing
karyawan

V. Beri Tanda (√) Pada Kotak yang Bapak/Ibu Lakukan, Jawaban Boleh Lebih
DariSatu!
1. Bila Bapak/Ibu bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan, yang
dilakuanadalah:
Selalu mengikuti prosedur kerja
Selalu memakai alat pelindung diri
Kadang-kadang memakai alat pelindung diri

2. Setelah bekerja di tempat yang dapat membahayakan kesehatan Bapak/Ibu, yang


selalu dilakukan:
Langsung ganti pakaian kerja
Membereskan tempat kerja
Tidak perlu melakukan apa-apa

3. Untuk mendapatkan informasi baru tentang program keselamatan dan kesehatan,


yang selalu Bapak/Ibu lakukanadalah:
Mencari informasi sendiri
Menunggu diberitahu pihak lain
Diberi tahu tanpa diminta
94

4. Bila terjadi kecelakaan/sakit akibat kerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, yang selalu
dilakukanadalah:
Mencatat untuk dokumentasi
Membuat laporan tertulis
Membiarkan saja

5. Dalam satu tahun terakhir, peristiwa yang pernah terjadi/dialami di tempat


Bapak/Ibu bekerja adalah:
Tertular penyakit
Nyeri badan setelah bekerja
Tertimpa benda jatuh

6. Setelah bekerja di pertambangan dalam satu tahun terakhir, manakah yang


Bapak/Ibu sering alami:
Sakit kepala yang berat
Merasa sangat lelah
Stress akibat bekerja

7. Dalam dua tahun terakhir, ditempat Bapak/Ibu bekerja manakah yang pernah
terjadi:
Kebakaran
Sengatan listrik
Tumpahan bahan kimia

8. Dalam satu tahun terakhir, apakah dalam bekerja Bapak/Ibu pernah mengalami:
Sering gagal dalam mengerjakan pekerjaan
Tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja
Sering mengalami stress kerja
95

Denah Lokasi Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten
Bogor Tahun 2008
96

Anda mungkin juga menyukai