Anda di halaman 1dari 8

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PADA INDUSTRI TEKNIK KIMIA

DISUSUN OLEH:
RAFAEL KANZHA PUTRA (2007113919)
TEKNIK KIMIA/ A

MATA KULIAH:
KESELAMATAN PABRIK KIMIA

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK


KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU

2022
A. Latar belakang
Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2023
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan nmasyarakat
pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
(Prabowo, 2011).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara
maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran
pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak
pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. (Prabowo, 2011).
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita
perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan
jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga
atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia,
ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan
prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan
IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang
dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat. (Nuraini, 2012). Petugas
atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah
kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya. Selain
itu dalam pekerjaannya menggunakan alat - alat kesehatan, berionisasi dan radiasi
serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan
percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh
karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya
dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan. (Prabowo, 2011).
B. Defenisi Kesehatan Keselamatan Kerja
Menurut Prabowo (2011) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Hendarman (2010), keselamatan kerja merupakanrangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sardjito (2012),
keselamatan kerja adalah kondisikeselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Pengertian
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Atau K3 Adalah Segala Kegiatan Untuk
Menjamin Dan  Melindungi  Keselamatan  Dan  Kesehatan  Tenaga Kerja Melalui
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.
C. Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebabakibat suatu kecelakaan
dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. (Nuraini,
2012).
Tujuan kesehatan kerja adalah :
• Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental maupun kesehatan sosial.
• Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
• Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
• Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan
dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara
lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang.
(Nuraini, 2012).
D. Prinsip-prinsip keselamatan pabrik kimia
Prinsip K3 dalam OHSAS 18001,dimana OHSAS 18001:2007 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ialah penilaian untuk sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan yang bertujuan membantu sebuah
organisasi untuk mengontrol resiko kesehatan dan keselamatan kerja. OHSAS
18001 memberikan unsur-unsur sistem manajemen keselamatan yang efektif yang
dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen lainnya dan organisasi mampu
mencapai kesehatan kerja dan kinerja keselamatan dan tujuan ekonomi yang lebih
baik.,dan terdapat beberapa prinsip K3
• Semua pekerja memiliki hak. Pekerja, serta pengusaha dan pemerintah,
harus memastikan bahwa hak-hak tersebut dilindungi dan harus berusaha
untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang layak dan
lingkungan kerja yang layak.Lebih spesifik seperti berikut:
a) pekerjaan harus dilakukan dalam lingkungan kerja yang aman dan
sehat;
b) kondisi kerja harus konsisten sesuai dengan kesejahteraan pekerja
dan martabat manusia;
c) kerja harus menawarkan kemungkinan nyata untuk prestasi
pribadi, pemenuhan kebutuhan diri, dan pelayanan kepada
masyarakat.
• Kebijakan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) harus ditetapkan.
kebijakan tersebut harus dilaksanakan baik di tingkat lokal dan perusahaan
nasional. Kebijakan harus secara efektif dikomunikasikan kepada semua
pihak yang terkait.
• Harus ada komunikasi yang baik antara mitra sosial (yaitu,
pengusaha dan pekerja) dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini
harus dilakukan selama formulasi, implementasi, dan peninjauan semua
kebijakan, sistem, dan program.
• Program K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dan kebijakan harus
bertujuan baik dalam hal pencegahan dan perlindungan. Upaya harus
difokuskan, terlebih pada pencegahan primer di tingkat tempat kerja.
Tempat kerja dan lingkungan kerja harus direncanakan dan dirancang
untuk menjadi aman dan sehat.
• Perbaikan terus-menerus K3 (keselamatan dan kesehatan kerja)
harus dipromosikan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa
hukum, peraturan, dan standar teknis nasional untuk mencegah kecelakaan
kerja, penyakit, dan kematian yang disesuaikan secara berkala untuk
kemajuan sosial, teknis, dan ilmiah dan perubahan lain dalam dunia kerja.
Hal ini akan optimal dilakukan dengan cara pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan nasional, sistem nasional, dan program nasional.
• Informasi penting untuk pengembangan dan pelaksanaan program
dan kebijakan yang efektif. Pengumpulan dan penyebaran informasi
yang akurat tentang bahaya dan bahan berbahaya, pengawasan kerja,
pemantauan kepatuhan terhadap kebijakan dan praktek yang baik, dan
kegiatan terkait lainnya adalah pusat untuk pembentukan dan penegakan
kebijakan yang efektif.

E. Kasus Kecelakaan pabrik kimia


kebakaran Pabrik Kembang Api Tangerang
Kronologi:
• Sebanyak 23 orang tewas dab puluhan lainnya luka-luka dalam
kebakaran tersebut
• Desa Blimbing, RT20/10, Tangerang, Banten

Analisis Kasus:

• Standar bangunan yang digunakan sebagai pabrik tidak memenuhi


standar sebagai pabrik, namun lebih condong pada gudang.
Terlebih pabrik kembang api yang bahan bakunya sangat mudah
terbakar.
• Banyaknya pekerja pabrik tersebut tidak terdaftar dalam
asuransi/BPJS
• Perlindungan terhadap pekerja serta fasilitas K3 yang kurang
memadai dan kurang diperhatikan
• Jalur evakuasi sangat perlu diperhatikan. Karena dari beredarnya
kabar bahwa banyaknya korban dikarenakan pintu utama pabrik
tidak dapat terbuka/terkunci.

Pasal yang dilanggar :

• Terjadinya kecelakaan ini disebabkan adanya pelanggaran


terhadap UU NO.1 TAHUN 1970 tentang keselamatan kerja.Yaitu
pelanggaran pada pasal :
• Pelanggaran pada pasal 3ayat 1q
• Pelanggaran padapasal 3 ayat 1r
• Pelanggaran pada pasal 9
• Pelanggaran pada pasal 3 ayat 1
• pelanggaran terhadap UU No 13 tahun 2003 pada pasal :
• Pasal 86 ayat 1A
• Pasal 87 ayat 1
DAFTAR PUSTAKA
HATINING D,2010, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI
KIMIA, Universitas PGRI Madiun

Prabowo,A,2011,Keselamatan kerja,Jakarta.

Nuraini, Linda. 2012. Kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan.

Hendarman. 2010. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di
Tempat Kerja Kesehatan.
Budiono, M. Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang: UNDIP.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT,
Rineka Cipta
Sutrisno, Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Jakarta : Galia
OHSAS 18001 : 2007. Occupational Health and Safety Management System –
Guideline For Implementation of OHSAS 18001
Standard Australia License. (1999).AZ/NZS 4360 : 1999 Risk Managementin
Security Risk Analysis, Brisbane, Austalia, ISMCPI

Anda mungkin juga menyukai