Anda di halaman 1dari 12

REVIEW JURNAL

KESELAMATAN, KESEHATAN DAN LINGKUNGAN KERJA


ANALISIS FAKTOR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
YANG SIGNIFIKAN MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA
PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMENT STUDENT CASTLE
Dan
INFLUENCE OF OCCUPATIONAL HEALTH AND
SAFETY (OHS) INFORMATION AVAILABILITY
AND USE ON JOB PERFORMANCE OF LIBRARY
PERSONNEL IN PUBLIC UNIVERSITIES IN
SOUTH-WEST NIGERIA

Kelompok 5 Kelas B :
1. Culbert Haroando Tonggota (2007290)
2. Nabila Aghita Puteri Saragih (2009671)
3. Syafi Alfarisi (2008815)
4. Yasmin Sri Dewi Farzana (2005809)

Dosen Pengampu:
Muchamad Hartanto, S.P., M.A.B.
Syifa Fajar Maulani, S.Pd., M.A.B.

PROGRAM STUDI LOGISTIK KELAUTAN


KAMPUS DAERAH SERANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SERANG
2021
ANALISIS FAKTOR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3) YANG SIGNIFIKAN MEMPENGARUHI KECELAKAAN
KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMENT
STUDENT CASTLE
A. Pengenalan Jurnal
Saloni Waruwu, Ferida Yuamita

University Technology of Yogyakarta


Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1-108

ISSN: 1963 – 6590 (Print) e – ISSN: 2442-2630

B. Abstrak
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, nyaman dan tercapainya tujuan produktivitas yang maksimum. K3
sangat penting dilaksanakan di semua bidang ketenagakerjaan. Namun, untuk mencegah
risiko di tempat kerja tidak terbilang cukup mudah. Kecelakaan kerja disebab oleh
beberapa faktor antara lain pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, komitmen
manajemen puncak, lingkungan kerja, kesadaran pekerja, peraturan, dan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja, ketersediaan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan
kerja (X6) di tempat kerja, dan komunikasi pekerja. Faktor yang paling mempengaruhi
kecelakaan adalah komitmen manajemen puncak.

C. Latar Belakang
Bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-
tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada
semua bidang lain-lain, karena penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja semakin kecil terjadinya
resiko kecelakaan kerja, demikian sebaliknya semakin minimnya pengetahuan karyawan
akan K3 maka semakin besar resiko terjadinya kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan
kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Dengan semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan
kerugian akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam proses.
Manajemen K3 dalam organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan
semangat pekerja dan memungkinkan mereka memiliki keyakinan. Kecelakaan yang
terjadi dalam hubungan kerja disebut kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja yang
artinya kecelakaan tersebut terjadi akibat pekerjaannya baik yang terjadi di tempat kerja
maupun hendak pergi/pulang dari tempat kerja, kecelakaan kerja dapat terjadi akibat
kondisi bahaya yang berkaitan dengan mesin, lingkungan kerja, proses produksi, sifat
pekerjaan, dan cara kerja dan juga terjadi akibat tindakan berbahaya yang dalam beberapa
hal dapat dilatar belakangi oleh sikap dan tingkah laku yang tidak aman.

D. Metode
Pembuatan kuesioner pratest  Pengambilan data  Uji validasi  Valid  Uji
Reabilitas  Reliabel  Pembuatan kuesioner utama  Pengumpulan data 
Pengolahan data  Uji validasi  Valid  Uji reabilitas  Reliabel  Uji asumsi klasik
 Memenuhi  Analisis faktor  Menganalisis faktor K3 yang signifikan
mempengaruhi kecelakaan kerja  Uji korelasi  Analisis regresi  Analisis &
pembahasan  Analisis question words (5W + 1H)  Penarikan kesimpulan & saran.

E. Kerangka Pikiran
Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja  Faktor Penyebab Terjadinya
Kecelakaan Kerja  Upaya Meminimalisir Kecelakaan Kerja

F. Pembahasan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan upaya untuk menciptakan suasana
bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-
tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada
semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali proyek pembangunan gedung seperti
apartemen, hotel, mall, dan lain-lain, karena penerapan K3 dapat mencegah dan
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja. Smith
dan Sonesh mengemukakan bahwa pelatihan kesehatan dan kelelamatan kerja mampu
menurunkan resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya


penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Ketimpangan tersebut menjadi penyebab
dasar terjadinya kecelakaan kerja. Dengan semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja
dan kerugian akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam proses
produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif, menyeluruh, dan terintegrasi dalam
manajemen perusahaan.

Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja disebut kecelakaan berhubung dengan
hubungan kerja yang artinya kecelakaan tersebut terjadi akibat pekerjaannya baik yang
terjadi di tempat kerja maupun hendak pergi/pulang dari tempat kerja. Kecelakaan kerja
bisa juga terjadi akibat tindakan berbahaya yang dalam beberapa hal dapat dilatar
belakangi oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh, keletihan dan
kelelahan/kelesuan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman.

G. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja adalah pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja, komitmen top manajemen, lingkungan kerja, kesadaran
pekerja, peraturan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, tersedianya rambu-
rambu keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, dan komunikasi pekerja. Selain
dari ketujuh faktor tersebut kecelakaan kerja juga bisa dipengaruhi oleh tingkat
pengalaman kerja. Faktor yang paling signifikan mempengaruhi terjadinya kecelakaan
kerja adalah komitmen top manajemen dengan nilai koefisien regresi sebesar 36,4% dan
kesadaran pekerja sebesar 30,1%.
Cara untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja pada proyek konstruksi yakni
pihak manajemen bertanggung jawab mengembangkan dan mempertahankan suatu
program pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan meningkatkan praktik-praktik kerja
dan kondisi-kondisi yang aman, sedangkan karyawan mempunyai tanggung jawab untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan diri sendiri serta orang lain yang kemungkinan
mendapat akibat dari tindakan atau kelalaian yang dilakukannya, termasuk hal-hal berikut
yaitu mematuhi semua perintah dan peraturan keselamatan kerja, menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) perseorangan, ikut merawat dengan baik semua peralatan keamanan
yang berfungsi untuk melindungi keselamatan bersama, menginformasikan kepada pihak
manajemen apabila ingin mencabut peralatan keselamatan kerja di tempat kerja, dan
memasang kembali peralatan keselamatan kerja di tempat kerja apabila telah selesai
melakukan pekerjaan.

H. Kelebihan, Kekurangan, dan Saran


Kelebihan: Selain penjelasan-penjelasan teoritis yang tertera pada tulisan, jurnal ini
memaparkan analisisnya secara merinci dan detil serta memberikan informasi dengan
Bahasa yang cukup jelas. Kekurangan: Jurnal tersebut masih memiliki typo pada
penulisan, terkadang menemukan kata yang tidak baku. Saran: Memperbaiki kata-kata
yang typo dan tidak baku.
INFLUENCE OF OCCUPATIONAL HEALTH AND
SAFETY (OHS) INFORMATION AVAILABILITY
AND USE ON JOB PERFORMANCE OF LIBRARY
PERSONNEL IN PUBLIC UNIVERSITIES IN
SOUTH-WEST NIGERIA
A. Journal Information
Oketunji, Serah Funmilayo, BLS, MLS, PhD.

Yaba College of Technology, Yaba-Nigeria.


European Scientific Journal May 2014 edition Vol. 10, No. 14.

ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431

B. Abstract
Related studies on the relationship between Occupational Health and Safety (OHS)
information availability and utilization of personnel in public university libraries South-
West, Nigeria have probably received inadequate empirical attention. The present study
investigated the influence of occupational health and safety information availability and
utilization and job performance of library personnel in public universities in South-West,
Nigeria. The study adopted descriptive survey research design of the ex post-facto type.
Considering the size of the population total enumeration method was used thereby
covering the entire professional and para-professional library personnel’s in each of the
thirteen (13) public university libraries studied giving a total of three hundred and forty-
three (343) respondents. Findings revealed that OHS information availability significantly
predict job performance among personnel in public university libraries in South-West
Nigeria with the values (R=0.83, P<0.05). The effect of occupational health and safety
information utilization on job performance was significant (R = 0.260, P< 0.05) and
similarly the effect of OHS availability and utilization on job performance was significant
(R =.268, P<0.05).

C. Background Problem
Information availability and personnel utilization in Occupational Health and Safety
(OHS) received insufficient empirical attention especially in the public university library
of South-West, Nigeria. In fact OHS information availability and utilization provide a
systematic way of managing health and safety with continual improvement as this not only
reduces loss and cost of accidents and ill-health, but also improves the performance and
efficiency of employees.

D. Methods
The research design adopted was the descriptive survey research design of the ex-post
facto type and the area of study is limited to the public university libraries in the South-
West, Nigeria namely Lagos, Oyo, Ogun, Osun, Ondo, and Ekiti. The population of the
study consists of 343 library personnel in public university libraries studied which consist
of 210 professional and 133 Para -professional. The Sampling Technique used is the total
enumeration and the instrument employed was the questionnaire and unstructured
telephone interview. The questionnaire was designed to include both structured and semi-
structured questions to make room for uniform answers and individual opinion of the
public university library personnel. The questionnaire was divided into seven sections for
ease of data analysis. All sections of the questionnaire were subjected to Cronbach Alpha
method of computing reliability coefficient of any research instrument. The research
measuring instruments was therefore found to be both valid and reliable.

E. Introduction
Occupational Health and Safety is a discipline with a broad scope involving many
specialized fields and in its broadest sense, it should aim at the promotion and maintenance
of the highest degree of physical, mental and social well-being of workers in all
occupations; the prevention among workers of adverse effects on health caused by their
working conditions; the protection of workers in their employment from risks resulting
from factors adverse to health; the placing and maintenance of workers in an occupational
environment adapted to their physical and mental needs and the adaptation of work to
humans (International Labour Organization, (2003).
The operational responsibility for sound occupational health and safety practice lies
with the people who do and supervise the work, the employee, operating personnel, and
managers. It is obligatory on employers to provide a safe workplace for employees in order
to increase their efficiency and productivity (Nwachukwu, 2007); and to guard against a
possible accusation of negligence arising from injuries to employees (Okereke, 2007). The
effective communication of health and safety information is central to reducing the risk of
injury and illness in the workplace. All employees require information, advice, assistance
and training to do their work; fully understand the health and safety risks that are part of
that work; and help keep their work environment safe (WorkSafe, 2008).

F. Results
Findings from the study revealed that information needs of public university library
personnel are linked largely to their activities. The specific areas identified are to ensure
safety at work, to have knowledge of hazards prevention, to obtain up-to-date information
to pass to other workers, for current occupational hazards and risks associated with the
library workplace, to improve on the library health and safety policy issues, for information
to be used at staff orientation and to meet library set objectives.
Taylor (1991) identified eight classes of information needs which are almost identical
to those of this study. They are information for enlightenment: context information;
problem understanding: better comprehension of a specific problem; instrumental: what to
do and how to do something; factual: precise data; conformational: verify a piece of
information and projective: future oriented. These classes of information according to him
were developed from expressions of perceived needs, rather than of observation, report or
discussion of actual information use. However, this study noted that respondents do not
consider the day to day operations, ensuring best practices, to know where to get good and
reliable equipment or tools for work and self actualization as areas where they need OHS
information.

OSH information for library personnel at public universities in South-West, Nigeria


are: 1) Library bulletin boards are the most widely available source of occupational health
and safety information with 179 (64%), 2) minutes of departmental meetings 151 (53.7%
), 3) staff handbook 141 (50%), 4) work procedure documents 135 (48%), 5) face-to-face
discussions and demonstrations 25 (8.89%), 6) safety signs and symbols in the library 125
(44 ,4%), 7) library health and safety policy 18 (6.4%). On the other hand, the least source
of occupational health and safety information for public university library workers was
information leaflets published by libraries 88 (31.3%) followed by documents provided
during induction of new staff 98 (34.8%) and culling obtain job information 1 (6.0%).
The Australian National Training Authority (2001) pointed out that OHS information
can be disseminated to staff through a number of methods depending on the size of an
organization this could be through: newsletter/memo or notice, run a regular staff briefing,
deliver regular "refresher" training, speak informally to each staff member, and that
whichever method is chosen should be appropriate to the target audience. The implication
from this finding is that in spite of the use of a number of mass media and Information
Technology (ICT) availability in most public university libraries, none of the public
university personnel seem to be utilizing the technology. The findings is not surprising in
view of the fact that the respondents are likely to make use of only the source or sources
available and accessible to them.

It emerged that 202 (71.9%) respondents use OHS information for safety at work; 136
(48.4%) for hazards prevention; 158 (56.2%) for day-today operations best practices and
resources 148 (52.7%) for passing up-todate information to the other workers 180 (64.1%)
for where to get good and reliable equipment or tools for business; 95 (33.8%) for
improvement of OHS planning and 126 (44.8%) for self actualization. With all the mean
score approximated to 3, it shows that Occupational Health and Safety information is used
for a number of reasons. On the other hand, 89 (31.7%) of the respondents sometimes
utilize OHS information on improvement of OHS planning.

The availability and utilization of occupational health and safety information


contribute tremendously to library personnel job performance in public universities in
South-West, Nigeria. And there is a positive relationship between OHS information
availability, utilization and job performance. Respondents indicated that OHS information
availability and utilization have positive benefits and effects on their job performance
which in turn relate to library goals and objectives.

G. Conclusion
The study concluded that OHS information availability contributes meaningfully to
job performance and the combined effect of influence of Occupational Health and Safety
information availability and use on job performance put together showed that there is a
significant relationship between the variables. This result indicated that each variable (OHS
information availability and utilization) is necessary for effective job performance and
optimum productivity suggesting that its provision may be of the greatest aid in the
prevention of occupational hazards confronting public university personnel. That possibility
of implementing an OHS information provision in university libraries are positive but there
is only a need of commitment and some efforts to develop standardized OHS for better
working environment.

H. Advantages, Disadvantage and Recommendations


The advantages of this journal in our opinion are that this journal is examined in great
detail from the characteristics of respondents, K3 information needed by library
employees, K3 sources obtained by the library, the use of K3 information by respondents,
to the effect of utilization of K3 information on job performance. The drawback of this
journal in our opinion is the source of the frame of mind that is always repeated by the
author in the research results section.

We recommend that the library management of public universities should establish


policies and structures to increase the availability of occupational health and safety
information because the possibility of providing OSH information in public universities is
positive despite the commitment and some efforts to develop OHS standards for a better
work environment. They did not have to wait to form an ad-hoc committee after an
accident occurred, but instead formed an active health and safety committee that should
be mandated to implement their recommendation that every personnel in the library should
be added to reduce accidents.

Translation
PENGARUH KESEHATAN KERJA DAN
KETERSEDIAAN INFORMASI KESELAMATAN (K3)
DAN DIGUNAKAN PADA KINERJA PEKERJAAN PERPUSTAKAAN
PERSONIL DI UNIVERSITAS UMUM DI
BARAT DAYA, NIGERIA
A. Informasi Jurnal
Oketunji, Serah Funmilayo, BLS, MLS, PhD.
Yaba College of Technology, Yaba-Nigeria.

European Scientific Journal May 2014 edition Vol. 10, No. 14.
ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431

B. Abstrak
Studi terkait tentang hubungan antara ketersediaan informasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan pemanfaatan personel di perpustakaan universitas umum
South-West, Nigeria mungkin telah menerima perhatian empiris yang tidak memadai.
Penelitian ini menyelidiki pengaruh ketersediaan dan pemanfaatan informasi kesehatan
dan keselamatan kerja dan kinerja pegawai perpustakaan di universitas negeri di South-
West, Nigeria. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei deskriptif dengan tipe
ex post facto. Mempertimbangkan ukuran populasi metode pencacahan total digunakan
sehingga mencakup seluruh personel perpustakaan profesional dan para-profesional di
masing-masing dari tiga belas (13) perpustakaan universitas negeri yang diteliti dengan
memberikan total tiga ratus empat puluh tiga (343) responden. Temuan mengungkapkan
bahwa ketersediaan informasi K3 secara signifikan memprediksi kinerja di antara personel
di perpustakaan universitas negeri di Nigeria Barat Daya dengan nilai (R = 0,83, P <0,05).
Pengaruh pemanfaatan informasi kesehatan dan keselamatan kerja terhadap prestasi kerja
adalah signifikan (R = 0,260, P<0,05) dan demikian pula pengaruh ketersediaan dan
pemanfaatan K3 terhadap prestasi kerja adalah signifikan (R = 0,268, P<0,05).

C. Permasalahan/Latar Belakang
Ketersediaan informasi dan pemanfaatan personel dalam Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) mendapat perhatian empiris yang tidak memadai terutama di perpustakaan
universitas negeri South-West, Nigeria. Sebenarnya ketersediaan dan pemanfaatan
informasi K3 menyediakan cara sistematis untuk mengelola kesehatan dan keselamatan
dengan perbaikan terus-menerus karena hal ini tidak hanya mengurangi kerugian dan biaya
kecelakaan dan gangguan kesehatan, tetapi juga meningkatkan kinerja dan efisiensi
karyawan.

D. Bahan Metode
Desain penelitian yang dipakai adalah desain penelitian survei deskriptif tipe ex-post
facto dan wilayah studi terbatas pada perpustakaan universitas negeri di South-West,
Nigeria yaitu Lagos, Oyo, Ogun, Osun, Ondo, dan Ekiti. Populasi penelitian ini terdiri dari
343 personel perpustakaan di perpustakaan universitas negeri yang diteliti yang terdiri dari
210 profesional dan 133 Para-profesional. Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan
adalah pencacahan total dan instrumen yang digunakan adalah angket dan wawancara
telepon tidak terstruktur. Kuesioner dirancang untuk memasukkan pertanyaan terstruktur
dan semi-terstruktur untuk memberikan ruang bagi jawaban yang seragam dan pendapat
individu dari personel perpustakaan universitas negeri. Kuesioner dibagi menjadi tujuh
bagian untuk memudahkan analisis data. Semua bagian dari kuesioner menjadi sasaran
metode Cronbach Alpha untuk menghitung koefisien reliabilitas dari setiap instrumen
penelitian. Oleh karena itu, instrumen pengukuran penelitian dinyatakan valid dan reliabel.

E. Kerangka Berpikir
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah disiplin ilmu dengan cakupan luas yang
melibatkan banyak bidang khusus dan dalam arti luas, harus ditujukan pada peningkatan
dan pemeliharaan derajat tertinggi kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja di semua
pekerjaan; pencegahan efek buruk pada kesehatan di antara pekerja yang disebabkan oleh
kondisi kerja mereka; perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor-
faktor yang merugikan kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan fisik dan mental mereka dan
penyesuaian pekerjaan dengan manusia (International Labour Organization, (2003).
Tanggung jawab operasional untuk praktik kesehatan dan keselamatan kerja yang baik
terletak pada orang-orang yang melakukan dan mengawasi pekerjaan, karyawan, personel
operasi, dan manajer. Pengusaha wajib menyediakan tempat kerja yang aman bagi
karyawan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka (Nwachukwu, 2007);
dan untuk menjaga terhadap kemungkinan tuduhan kelalaian yang timbul dari cedera pada
karyawan (Okereke, 2007). Komunikasi yang efektif tentang informasi kesehatan dan
keselamatan sangat penting untuk mengurangi risiko cedera dan penyakit di tempat kerja.
Semua karyawan memerlukan informasi, saran, bantuan dan pelatihan untuk melakukan
pekerjaan mereka; memahami sepenuhnya risiko kesehatan dan keselamatan yang
merupakan bagian dari pekerjaan itu; dan membantu menjaga lingkungan kerja mereka
tetap aman (WorkSafe, 2008).

F. Pembahasan
Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kebutuhan informasi personel
perpustakaan universitas negeri sebagian besar terkait dengan aktivitas mereka. Area
spesifik yang diidentifikasi adalah untuk memastikan keselamatan di tempat kerja,
memiliki pengetahuan tentang pencegahan bahaya, untuk mendapatkan informasi terkini
untuk diteruskan ke pekerja lain, untuk bahaya dan risiko kerja saat ini yang terkait dengan
tempat kerja perpustakaan, untuk meningkatkan kesehatan perpustakaan. dan masalah
kebijakan keselamatan, untuk informasi yang akan digunakan pada orientasi staf dan untuk
memenuhi tujuan yang ditetapkan perpustakaan.
Taylor (1991) yang mengidentifikasi delapan kelas kebutuhan informasi yang hampir
identik dengan penelitian ini. Mereka adalah informasi untuk pencerahan: informasi
konteks; pemahaman masalah: pemahaman yang lebih baik tentang masalah tertentu;
instrumental: apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan sesuatu; faktual: data
yang tepat; konformasi: memverifikasi sepotong informasi dan proyektif: berorientasi
masa depan. Kelas informasi ini menurutnya dikembangkan dari ekspresi kebutuhan yang
dirasakan, bukan dari pengamatan, laporan atau diskusi penggunaan informasi yang
sebenarnya. Namun, penelitian ini mencatat bahwa responden tidak mempertimbangkan
operasi sehari-hari, memastikan praktik terbaik, untuk mengetahui di mana mendapatkan
peralatan atau peralatan yang baik dan andal untuk bekerja dan aktualisasi diri sebagai area
di mana mereka membutuhkan informasi K3.
Informasi K3 untuk personel perpustakaan di universitas negeri di South-West,
Nigeria yaitu: 1) Papan buletin perpustakaan merupakan sumber informasi kesehatan dan
keselamatan kerja yang paling banyak tersedia dengan 179 (64%), 2) notulen rapat
departemen 151 (53,7%), 3) buku pegangan staf 141 (50%), 4) dokumen prosedur kerja
135 ( 48%), 5) diskusi dan demonstrasi tatap muka 25 (8,89%), 6) tanda dan simbol
keselamatan di perpustakaan 125 (44,4%), 7) kebijakan kesehatan dan keselamatan
perpustakaan 18 (6,4%). Di sisi lain, sumber informasi kesehatan dan keselamatan kerja
yang paling sedikit untuk pekerja perpustakaan universitas negeri adalah selebaran
informasi yang diterbitkan oleh perpustakaan 88 (31,3%) diikuti oleh dokumen yang
disediakan selama induksi staf baru 98 (34,8%) dan pemusnahan memperoleh informasi
pekerjaan 1 (6,0%).
Otoritas Pelatihan Nasional Australia (2001) menunjukkan bahwa informasi K3 dapat
disebarluaskan kepada staf melalui sejumlah metode tergantung pada ukuran organisasi
ini dapat melalui: buletin/memo atau pemberitahuan, menjalankan pengarahan staf
reguler, menyampaikan pelatihan "penyegaran" reguler, berbicara secara informal kepada
setiap anggota staf, dan metode apa pun yang dipilih harus sesuai dengan audiens sasaran.
Implikasi dari temuan ini adalah bahwa meskipun penggunaan sejumlah media massa dan
ketersediaan Teknologi Informasi (TIK) di sebagian besar perpustakaan universitas negeri,
tampaknya tidak ada satu pun personel universitas negeri yang memanfaatkan teknologi
tersebut. Temuan ini tidak mengejutkan mengingat fakta bahwa responden cenderung
hanya menggunakan sumber atau sumber yang tersedia dan dapat diakses oleh mereka.

Ternyata 202 (71,9%) responden menggunakan informasi K3 untuk keselamatan


kerja; 136 (48,4%) untuk pencegahan bahaya; 158 (56,2%) untuk praktik dan sumber daya
terbaik operasi hari ini 148 (52,7%) untuk menyampaikan informasi terkini kepada pekerja
lain 180 (64,1%) untuk tempat mendapatkan peralatan atau alat bisnis yang baik dan andal;
95 (33,8%) untuk peningkatan perencanaan K3 dan 126 (44,8%) untuk aktualisasi diri.
Dengan semua skor rata-rata mendekati 3, ini menunjukkan bahwa informasi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja digunakan untuk beberapa alasan. Di sisi lain, 89 (31,7%)
responden terkadang memanfaatkan informasi K3 untuk peningkatan perencanaan K3.

Pengaruh pemanfaatan informasi terhadap prestasi kerja menunjukkan bahwa


ketersediaan dan pemanfaatan informasi kesehatan dan keselamatan kerja berkontribusi
besar terhadap kinerja pekerjaan personel perpustakaan di universitas negeri di South-
West, Nigeria. Dan juga terdapat hubungan positif antara ketersediaan informasi K3,
pemanfaatan dan prestasi kerja. Responden menunjukkan bahwa ketersediaan dan
pemanfaatan informasi K3 memiliki manfaat dan efek positif pada kinerja mereka yang
pada gilirannya berhubungan dengan tujuan dan sasaran perpustakaan.

G. Kesimpulan
Studi menyimpulkan bahwa ketersediaan informasi K3 memberikan kontribusi yang
berarti terhadap prestasi kerja dan efek gabungan dari pengaruh ketersediaan dan
penggunaan informasi K3 terhadap prestasi kerja secara bersama-sama menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap
variabel (ketersediaan dan pemanfaatan informasi K3) diperlukan untuk kinerja kerja yang
efektif dan produktivitas optimal yang menunjukkan bahwa penyediaannya dapat menjadi
bantuan terbesar dalam pencegahan bahaya kerja yang dihadapi personel universitas
negeri. Kemungkinan penerapan penyediaan informasi K3 di perpustakaan universitas
adalah positif tetapi hanya diperlukan komitmen dan beberapa upaya untuk
mengembangkan standar K3 untuk lingkungan kerja yang lebih baik.

H. Kelebihan, Kekurangan, dan Saran


Kelebihan dari jurnal ini menurut kami adalah jurnal ini diteliti dengan sangat detail
dari karakteristik responden, informasi K3 yang dibutuhkan oleh karyawan perpustakaan,
sumber K3 yang didapatkan oleh perpustakaan, pemanfaatan informasi K3 oleh
responden, hingga efek pemanfaatan dari informasi K3 dengan performa pekerjaan.
Kekurangan dari jurnal ini menurut kami adalah sumber kerangka pikiran yang selalu
diulang oleh penulis di bagian hasil penelitian.

Kami merekomendasi bahwa manajemen perpustakaan universitas negeri harus


menetapkan kebijakan dan struktur untuk meningkatkan ketersediaan informasi kesehatan
dan keselamatan kerja karena kemungkinan penerapan penyediaan informasi K3 di
perpustakaan universitas negeri adalah positif meskipun dengan kebutuhan komitmen dan
beberapa upaya untuk mengembangkan standar K3 untuk lingkungan kerja yang lebih
baik. Mereka tidak harus menunggu untuk membentuk komite ad-hoc (yang
rekomendasinya mungkin tidak dilaksanakan) setelah kecelakaan terjadi, tetapi
membentuk komite kesehatan dan keselamatan aktif yang harus diberi mandat untuk
melaksanakan rekomendasi mereka bahwa setiap personel di perpustakaan harus
ditambahkan untuk mengurangi kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai