KESELAMATAN KERJA
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja;
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan kerja
serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggungjawabkan.
Visi
Menjadi perusahaan Logam, Konveksi dan Bordir computer terbaik di Indonesia,
menjadi perusahaan yang semua pekerjaannya dapat diterima disemua lini lingkungan
pemerintahan dan swasta, serta dapat menjadi perusahaan yang dapat diterima
diseluruh Indonesia dan Internasional yang dapat mengekpansi ke berbagai Negara.
Misi
d. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Kesehatan
e. Sertifikasi perusahaan
SertifikatSistem MutuSNI ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2008untuk PT. Radian
Putra Metropolindo Pratamayang beroperasidi industri logam, konveksi, dan bordir
komputer.
f. Kelembagaan P2K3
Tidak ada personel P2K3 dan belum ada yang mengikuti pelatihan P2K3.
I.5 Alur Produksi
Berikut keterangan bagaimana proses pembuatan baret di laksanakan :
1. Persiapan
Persiapan awal untuk proses pembuatan baret adalah dimulai dari Bahan
Baku Baret yang terbuat dari 100% Wool , Benang ini dikumpulkan berdasarkan
masing – masing LOT , hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan
permasalahn yang akan di dapatkan di proses pewarnaan.Setelah bahan baku
berupa benang wool sdh terkumpul berdasarkan lotnya, kemudian dilanjut
dengan proses perajutan.
2.Perajutan
Proses perajutan adalah proses pembuatan benang dari berupa gulungan
benang menjadi bentuk baret, proses ini adalah awal pembentukan baret
sebelum berlanjut ke proses berikutnya. Proses perajutan ini dilakukan di mesin
knitting atau mesin rajut khusus benang, mesin di setting sedemikian rupa untuk
menghasilkan bentuk baret yang di inginkan. Setelah proses perajutan selesai,
selanjutnya hasil yang didapat kemudian di kumpulkan sesuai dengan LOT
masing – masing supaya tidak tercampur, yang kemudian di lanjutkan dengan
proses linking.
3. Linking
Proses linking ini adalah proses untuk menyambung hasil rajutan benang
yang masih berbentuk setengan lingkaran yang dihasilkan dari proses perajutan
di awal tadi, setelah hasil rajutan dilinking maka benang wool akan menjadi
bentuk lingkaran penuh.Hasil benang rajutan yang sudah di linking harus
dikumpulkan sesuai dengan lot masing-masing yang kemudian akan di proses
dengan tahap berikutnya yaitu soom.
4. Soom
Proses soom ini adalah bagian proses yang dilakukan setelah perajutan dan
linking. Proses ini adalah bagian untuk menutup bagian atas rajutan yang masih
berlubang.Lubang dari hasil rajutan di soom atau di jelujur mengikuti arah jalur
hasil rajutan sehingga tidak ada bagian yang berlubang lagi.Hasil yang sudah di
soom dikelompokan kembali sesuai lot masing – masing untuk kemudian
berlanjut ke proses penimbangan.
5. Penimbangan
Proses penimbangan ini dilakukan untuk mengelompokan berat rajutan
setiap pieces nya, pengelompokan berat dilakukan sesuai permintaan
pemesanan. Proses penimbangan di lakukan supaya hasil setiap topi baret yang
akan jadi menjadi sama rata.Pengelompokan berat dikumpulkan berdasarkan lot
masing – masing juga, untuk selanjutnya masuk ke proses pencelupan.
6. Pencelupan
Proses pencelupan ini adalah proses dimana hasil rajutan menjadi berwarna
sesuai dengan warna yang diinginkan.Proses pewarnaan ini dilakukan harus per
lot dan berat yang sama, hal inii supaya mendapatkan hasil warna yang
sama.Setiap proses 1x pencelupan terdiri dari 150-250 pcs per 1x proses
disesuaikan dengan kapasitas mesin celupnya. Hasil yang sudah di celup di
keleompokan berdasarkan lot warna dan berat untuk kemudian berlanjut ke
proses moulding/cetak.
7. Moulding / Pembentukan Baret
Proses moulding ini adalah proses dimana hasil pencelupan dibentuk
menjadi baret dengan ukuran yang sudah disesuaikan.Proses moulding
dilakukan berdasarkan kelompok berat, hal ini dilakukan untuk mempermudah
proses pembentukan dan pengelompokan size yang di inginkan.Moulding yang
dipakai di sesuaikan dengan bentuk baret yang diinginkan, setelah proses
moulding dilakukan untuk selanjutnya ke tahap pemanasan / oven.
8. Pemanasan / Pengovenan
Proses ini dilakukan setelah proses moulding selesei yang kemudian
dimasukan ke oven untuk di panaskan sampai baret menjadi kering.Suhu panas
yang digunakan berdasarkan kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi
baretnya, setelah proses pemanasan selesei kemudian berlanjut ke pencukuran.
9. Pencukuran
Proses pencukuran ini dilakukan untuk menghilangkan serat dan bulu yang
timbul dari hasil pencelupan dan moulding.Proses pencukuran dilakukan supaya
baret menjadi terlihat lebih rapih dan bagus.Setelah proses pencukuran selesai
kemudian berlanjut ke tahap penjahitan dan setting.
10. Penjahitan dan Setting
Proses penjahitan ini adalah proses dimana pelipit kepala dipasangkan di
baret, pelipit yang digunakan disesuaikan dengan permintaan, ada yang
berbentuk webing tape atau berbentuk kulit asli.Proses penjahitan juga
dilakukan untuk pemasangan tali pengikat kepala.Proses penjahitan ini sekaligus
dilakukan bersama denga proses setting. Proses setting ini dimaksudkan untuk
mendapakan ukuran lingkar kepala yang disesuaikan dengan jumlah yang di
inginkan.Proses penjahitan dan setting dilakukan untuk mendapatkan ukuran
kepala baret. Setelah proses penjahitan dan setting ini selesai berlanjut ke tahap
finishing.
11. Finishing
Proses finishing ini adalah proses pembersihan benang benang hasil dari
penjahitan sebelumnya.Setelah proses buang benang atau pembersihan sisa sisa
benang jahit , kemudian berlanjut ke proses pengemasan, pengemasan
dilakukan untuk memasukan baret ke dalam polybag atau plastik 1 pcs 1
polybag. Setalah proses ini dilakukan kemudian dilanjut dengan pengepakan.
12. Pengepakan
Pengepakan ini adalah proses pemasukan baret yang sudah di-finishing ke
dalam karton box atau peti, sesuai dengan permintaan.Proses pengepakan ini
dilakukan sesuai permintaan apakah isinya solid size( sama ukuran ) atau assort
size ( campur ukuran ).
I.6 Landasan Teori
a. Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah suatu sistem yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibentuknya sistem ini adalah untuk meningkatkan keselamatan dan
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja.Namun disayangkan tidak
semua perusahaan memahami arti pentingnya keselamatan kerja dan bagaimana
mengimplementasikannya dalam lingkungan perusahaan.
Keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja
dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
pentingnya memahami arti keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya untuk
kepentingannya sendiri sehingga meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian
bagi perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan berkewajiban
menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut diketahui pula bahwa ide
tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu, namun sampai kini masih ada
pekerja dan perusahaan yang belum memahami korelasi K3 dengan peningkatan kinerja
perusahaan, bahkan tidak mengetahui aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka
melihat peralatan K3 adalah sesuatu yang mahal dan tidak penting.Untuk menjawab itu
kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang telah ditetapkan pemerintah dalam
undang-undang.
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dibuatnya
aturan penyelenggaraan K3 pada hakikatnya adalah penyusunan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk mengurangi potensi bahaya kecelakaan kerja.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
Karyawan
Orang lain yg berada ditempat kerja
Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
2. Identifikasi resiko
1.Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang
mungkin ada/terjadi.
3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara
lain adalah:
a. Inspeksi
b. Check list
d. What if
f. Audits
Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan ukuran risiko.
3. Penilaian Risiko
Terdapat 3 (tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja yaitu untuk :
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Rekayasa Teknik
4. Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
d. Pelatihan karyawan
Adalah perlengkapan wajib di gunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja
untuk meningkatkan keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya.
2. Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi
4. Kacamata Pengaman
Berfungsi sebagai pengaman mata ketika bekerja dari percikan
5. Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja
6. Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya
kurang baik
BAB II
PELAKSANAAN
4 Conveyor 1 1.500
Benang wol
Benang wol merupakan bahan baku untuk membuat topi. Benang berasal dari
Hansung Textile.co Korea
Pewarna kain
Pewarna kain berasal dari PT.PBL. Jakarta Indonesia
Kulit sapi
Kulit sapi merupakan bahan baku untuk membuat sabuk. Kulit tersebut berasal dari
peternakan sapi di garut
Tembaga dan seng sebagai bahan baku pembuatan plat kuningan untuk membuat
lencana.
Rincian bahan baku di atas tidak dapat diuraikan dengan lengkap oleh pihak
perusahaan.
Limbah pabrik hanya berupa air sisa pewarnaan kain yang tidak berwarna dan
berbau karena warna sudah terserap seluruhnya oleh kain. Limbah pabrik lain nya berupa
benang wol serta kain yang kecil sehingga limbah tidak membahayakan lingkungan sekitar
dan langsung dibuang setiap dua hari sekali tanpa daur ulang.
C. INSTALASI LISTRIK
Dari peninjauan kami ke PT. Putra Bintang Lima, kami dapat menyimpulkan
bahwa penggunaan instalasi listrik cukup baik hanya penataan kabel-kabel instalasi cukup
rapi.PT. Putra Bintang Lima memiliki 4 instalasi penangkal petir.
Pengamatan Standar
Sepatu (area Semua pekerja area Sepatu yang Semua pekerja area
peleburan) peleburan digunakan tidak peleburan
menggunakan seragam, namun menggunakan sepatu
sepatu, semua berbahan yang sesuai standar
kulit dengan alas dan hazard.
karet. Berguna
untuk melindungi
kaki dari bahan
kimia, bahaya panas,
dan benturan juga
luka.
Penutup telinga Berfungsi sebagai Tidak tampak Semua pekerja Area
(area pemintalan) pelindung telinga pekerja area pemintalan
dari kebisingan pemintalan yang menggunakan
yang dihasilkan dar menggunakan penutup telinga
mesin di area penutup telinga. pada saat bekerja.
tersebut.
Fire Alarm Tidak terdapat alarm kebakaran Terdapat di semua ruangan, dan
baik di dalam maupun di luar juga terdapat di luar ruangan, di
ruangan. setiap lorong
Konstruksi Tempat
Pengamatan Standar
Kerja
Akses keluar masuk Akses keluar-masuk ruangan Akses keluar masuk ruangan
terdiri dari 1 pintu utama aman
kerapian tata ruang ruangan kurang terjaga. ruang tidak berantakan dan
Rapi.
tanda-tanda arahan
jalurevakuasi bencana.
Pengamatan Standar
Memiliki 4 penangkal petir pada setiap “Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25
sisi gedungnya. meter dan mempunyai bagian-bagian yang
menonjol ke samping harus dipasang beberapa
penghantar penurunan.” Sesuai yang termuat
dalamPeraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir
Beberapa kipas angin di gedung tidak Roda gigi yang terbuka dari suatu pesawat atau
ada pengaman atau penutup nya, dan mesin yang bergerak harus diberi alat
ada yang letak kipas berada di perlindungan dengan salah satu cara sebagai
ketinggian 1m dari permukaan pijakan. berikut: untuk putaran cepat dengan menutup
keseluruhan.
Tidak ada lift barang di dalam gedung Memiliki lift barang sesuai dengan Peraturan
betingkat 4 ini. Sedangkan banyak Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 03/Men/1999
produksi juga dilakukan di lantai 2 dan tentang syarat keselamatan dan kesehatan kerja
3. lift untuk pengangkutan orang dan barang
Perusahaan memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP), tetapi hanya merupakan SOP
secara general tenaga kerja, alur produksi kerja, dan spesifikasi hasil produksi (terlampir).
SOP secara spesifik pada tiap alat tidak terpampang di mesin2 atau bagian2 ruangan
manapun di gedung. SOP untuk penggunaan APAR, tanggap darurat, dan P3K tidak ada
sama sekali.
J. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA
Kejadian Kecelakaan Pengamatan Standart
Kerja
Angkakejadian Menurut PT. Putra Bintang PT. Putra Bintang Lima
kecelakaan kerja Lima, angka kejadian seharusnya lebih
kecelakaan kerja sangat memperhatikan
minimal. Menurut mereka, keselamatan kerja tenaga
kecelakaan kerja yang pernah kerjanya dengan
terjadi yaitu luka bakar ringan menerapkan budaya K3 di
terutama di bagian dying dan perusahaannya serta
press. Kami tidak melakukan pengawasan
mendapatkan data yang dan pembinaan terhadap
menggambarkan angka penerapan keselamatan
kejadian kecelakaan kerja. Promosi kesehatan
perusahaan tersebut. Tidak seperti apa itu APD,
terdapat spanduk dan poster pentingnya APD, cara
tentang keselamatan kerja dan pemakaiannya, dan
peraturan tentang penggunaan dilakukan evaluasi.
alat pelindung diri di setiap Kecelakaan kerja yang
bidang perusahaan. Dalam terjadi dalam tempat kerja
penggunaan alat pelindung wajib dilaporkan oleh
diri masih banyak pegawai pengurus kepada pejabat
yang belum yang ditunjuk oleh menteri
menggunakannya, sehingga tenaga kerja.
risiko terjadinya kecelakaan
kerja di perusahaan tersebut
cukup besar.
K. PERSONIL KESELAMATAN KERJA
• Pada perusahaan PT. Putra Bintang Lima personil tanggung jawab untuk
keselamatan kerja diserahkan pada masing-masing ketua grup di tiap bagian.
Ketua grup akan melaporkan ke bagian HRD apabila terjadi kecelakaan kerja,
kemudian pihak HRD akan segera membawa pekerja yang mengalami kecelakaan
kerja ke klinik, bila tidak bisa diatasi dibawa ke puskesmas atau RS terdekat.
Perusahaan PT. Putra Bintang Lima sudah terdaftar di klinik, puskesmas dan RS
tersebut. Para pegawai tetap perusahaan PT. Putra Bintang Lima baru sebagian
yang memiliki BPJS Ketenagakerjaan ( bila pekerja sudah bekerja lama di
perusahaan tersebut), sebagian BPJS kesehatan dan ada juga yang belum memiliki
BPJS.
• Tersedia satu kotak P3K di ruang kantor untuk para pekerja. Tetapi isi kotak P3K
hanya terdiri dari obat anti nyeri dan betadine. Tidak ada personil khusus yang
telah mendapat pelatihan terkait penangan awal kecelakaan kerja. Tidak ada
pegawai yang bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk
keluar dari gedung dan memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal pada saat
terjadi keadaan darurat.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
A. KESIMPULAN
Beberapa temuan - temuan positif ditemukan pada kunjungan ke PT. Putra
Bintang Lima pada hari Rabu, 20 Februari 2019 antara lain seperti sudah terdapat
pegawai terlatih untuk menanggulangi kebakaran, APAR yang sudah tersedia, sudah
disediakan kotak P3K di perusahaan namun belum memenuhi standar serta memiliki
penangkal petir di beberapa sisi gedungnya. Namun juga terdapat temuan- temuan di
lapangan yang belum sesuai dengan standar keselamatan kerja yang tertulis seperti
kuantitas APAR yang belum memenuhi standar, APD yang tidak seragam dan yang
tidak sesuai standar bahkan ada pekerja tanpa APD, jalur evakuasi dan rambunya
yang belum tersedia, sarana dan prasarana yang mendukung tidak ada seperti
pengadaan lift barang.
Dari hasil pengamatan tersebut, PT. Putra Bintang Lima masih belum
memiliki lingkungan kerja yang bebas risiko sehingga masih memiliki banyak hal
yang harus diusahakan demi tercapainya lingkungan kerja yang Zero Accident.
B. SARAN
Dari pemaparan makalah di atas, untuk meningkatkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan tersebut perlu dilakukan:
Penambahan informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalam
ruangan yang disusun dengan rapi
Perbaikan lokasi APAR menjadi minimal 15 m dan tersedianya APAR di lantai 2
divisi.
Pemberian tanda penunjuk lokasi APAR.
Perusahaan bersedia menyediakan APD yang sesuai dengan standar dan hazard
yang ada di lingkungan tempat kerja.
Perusahaan mengatur agar karyawan wajib menggunakan APD saat bekerja.
Pemasangan alarm api.
Pembuatan sistem tanggap darurat dimulai dari jalur evakuasi, peta evakuasi,
penentuan titik kumpul, ataupun rambu-rambu yang dibutuhkan pada keadaan
darurat.
Membentuk personil P2K3 yang terlatih dan tersertifikasi.
Menyediakan kotak P3K yang sesuai standar.
Memberikan elevator barang yang sesuai dasar hukum yang berlaku untuk
mengurangi resiko kecelakaan kerja atau PAK.
Penerapan sanksi bagi tenaga kerja yang tidak menggunakan APD yang sesuai.
Perbaikan/ perawatan alat- alat pendukung yang sudah tidak optimal keadaannya
seperti pengadaan penutup permukaan kipas angin dan pembersihan berkala
dispenser minuman.
BAB VI
PENUTUP