Jao Jessica
LO 1
DEFINISI
• Kejang manifestasi klinis khas yang berlangsung
secara intermitten dapat berupa gangguan
kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik,
dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik yang berlebihan di neuron otak.
Kejang Absence
Mioklonik
Generalisata
Atonik
Idiopatik
Klonik
Tonik
KLASIFIKASI
Berdasarkan tanda dan data EEG, kejang
dibagi
– kejang umum (generalized seizure)
– jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara
bersama-sama
– kejang parsial/focal
– Jika dimulai dari daerah tertentu dari otak
Kejang Parsial
(merupakan kejang yang dimulai dengan manifestasi lokal)
•Bangkitan motorik •Gerakan memalingkan kepala & mata ke salah satu sisi
lainnya tubuh atau gerakan tonik & klonik pada lengan atau Kesadaran
tungkai tanpa disertai penyebaran Jacksonian normal
•Dengan gejala Mati rasa, kesemutan; halusinasi visual, auditorius, atau Kesadaran
sensorik olfaktorius yang sederhana seperti kilatan cahaya, bunyi normal
berdenging, atau bau tertentu
•Dengan gejala “Perasaan aneh” pada epigastrium, nausea, pucat, Kesadaran
otonom flushing, kepala terasa ringan normal
•Dengan gejala Rasa cemas atau takut; perasaan familiaritas (deja vu) Kesadaran
psikiatrik atau unrealitas; keadaan bermimpi; rasa takut atau normal
amarah; pengalaman kilas balik; halusinasi yang lebih
kompleks
PERMASALAHAN MANIFESTASI KLINIS KEADAAN POSTIKTAL
• Kejang demam (febrile convulsion) yg menyerupai kejang tonik-klonik singkat & dapat terjadi pada bayi
& anak kecil.Biasanya keadaan ini bersifat benigna (tidak berbahaya), tetapi kadang – kadang dapat
PERMASALAHAN MANIFESTASI KLINIS KEADAAN POSTIKTAL
Kejang atonik atau drop Kehilangan kesadaran mendadak & pasien Pemulihan dapat
attack terjatuh tetapi tanpa gerakan. Cedera dapat terjadi dengan
terjadi. segera atau terdapat
periode kebingungan
yang singkat.
• demam
Faktor • stres
• gangguan emosi
mental
* faktor yang mempermudah terjadinya serangan
LO 3 PATOFISIOLOGI KEJANG
• Patofisiologi tingkat seluler berhubungan
dengan terjadinya paroxysmal depolarization
shift (PDS)
• PDS=depolarisasi potensial pasca sinap yang
berlangsung lama
• PDSlepasnya muatan listrik berlebihan pd
neuron-neuronmerangsang sel neuron lain
PATOFISIOLOGI
• Terdapat hambatan GABAergik
• Eksitasi neurotransmiter asam amino
(glutamat, aspartat) dapat menghasilkan
eksitasi neuron yang mengakibatkan kejang
• Kejang juga dapat berasal dari kematian
neuron yang mengakibatkan meningkatnya
perkembangan sinaps hipereksitabel.
PATOFISIOLOGI
• Otak yang kurang berkembang (terutama
substansia abu-abu) lebih rentan terhadap
kejang.
• Subtanstia nigra pars reticulata sensitif
terhadap GABA yang memainkan peran
terhadap pencegahan kejang.
GEJALA-GEJALA BERGANTUNG LETAK LESI
PADA OTAK
LO 4
Diagnosis Kejang
Anamnesa
• Riwayat perjalanan penyakit sampai terjadi kejang
• Riwayat kejang sebelumnya
• Kondisi medis yang berhubungan
• Obat-obatan
• Riwayat trauma
• Gejala infeksi
• Keluhan neurologis
• Cedera akibat kejang
Pemeriksaan Fisik
• Temperatur, tekanan darah, HC • Bukti-bukti adanya defisit fokal
– Kelemahan
• Kulit (rash, lesi neurokutaneus), • Lesi intrakranial vs Todd’s
leher paresis
– Tonus atau refleks asimetris
• Bukti-bukti adanya peningkatan TIK
• Akut vs kronik
– Bulging anterior fontanelle
– Penurunan kesadaran
– Pupil asimetris • Bukti-bukti adanya
– Downgaze/sunsetting eyes dysmorphisms, keterlambatan
– Abducens palsy perkembangan
– Papilledema
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Neuroimaging
– Kadar glukosa darah
– “Emergent” HCT
– Elektrolit serum
• Untuk lesi fokal akut, efek masa
– Ureum, kreatinin
• Parese persisten atau perubahan
– Calsium pada medula spinalis
– Magnesium – MRI (nonurgent)
– Hitung jenis • Kejang fokal
– PT • Gangguan kognitif/motorik
– Darah tepi lengkap • Temuan focal EEG
0 – 15 menit:
– Yakinkan bahwa aliran udara pernapasan baik
– Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan
oksigen
– Anti konvulsan diazepam 0,3 mg/kg IV atau 0,5 – 0,75 mg/kg per rektal;
midazolam 0,2 mg/kg IM
– Bila pasien dalam keadaan stabil, lakukan anamnesis terarah, lakukan
pemeriksaan umum dan neurologi secara cepat
– Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal, dan tanda-tanda infeksi
5 – 10 menit:
– Pemasangan akses intravena
– Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin,
glukosa, dan elektrolit
– Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgBB IV, atau dapat
diberikan diazepam rektal 0,5 mg/kg (bb <10 kg = 5 mg; bb
>10 kg = 10 mg), dosis maksimal 10 mg/dosis
– Lorazepam 0,05 – 0,1 mg/kg IV (maks 4 mg) alternatif
lain: midazolam 0,05 – 0,1 mg/kg IV
– Jika hipoglikemia glukosa 25% 2 ml/kg
10 – 15 menit:
– Cenderung menjadi status konvulsivus
– Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kg IV diencerkan dengan NaCl 0,9%
dengan kecepatan 25 – 50 mg/menit
– Dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kg sampai maksimum dosis 30
mg/kg
> 30 menit:
– Pemberian antikonvulsan dengan masa kerja panjang
• Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan lab: darah perifer, elektrolit, gula darah