TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Kejang adalah perubahan aktivitas motorik abnormal yang tanpa atau disertai
dengan perubahan perilaku yang sifatnya sementara yang disebabkan akibat
perubahan aktivitas elektrik di otak4. Epilepsi adalah kondisi dimana terjadi
kejang berulang karena ada proses yang mendasari 6. Sedangkan intractable
seizure adalah kejang dimana penggunaan obat - obatan tidak cukup kuat untuk
menangani kejang7.
Kejang umum tonik klonik / generalized tonic clonic seizure (GTCS) adalah
jenis bangkitan yang mengenai seluruh tubuh, didahului oleh peningkatan tonus
otot-otot (fase tonik) yang diikuti hentakan simetris bilateral dari ekstremitas (fase
klonik). (Browne & Holmes
2.2. ETIOLOGI
Penyebab kejang secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu intrakranial
dan ekstrakranial.
Intrakranial
Penyebab intrakranial dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu primer
dan sekunder. Penyebab intrakranial primer disebut juga idiopatik.
Sedangkan sekunder dapat disebabkan karena neoplasma intrakranial,
2
3
2.3. KLASIFIKASI
B. Kejang Umum
Kejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibatan
kedua hemisfer serebri. Kejang umum disertai dengan perubahan
kesadaran. Kejang umum dapat dikelompokkan menjadi :
2.4. PATOFISIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktifitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang
berlebihan tersebut. Lesi di mesensefalon, talamus, dan korteks sereprum
kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum dan batang
otak umumnya tidak memicu kejang.10
6
menerus yang abnormal, eksitasi yang meningkat secara tajam atau pengerahan dan
penghambatan yang tidak efektif. Obat standar yang digunakan pada status
epileptikus lebih efektif apabila diberikan pada jam pertama berlangsungnya status.11
Status epileptikus dapat menyebabkan cedera otak, khususnya struktur limbik
seperti hipokampus. Selama 30 menit pertama kejang, otak masih dapat
mempertahankan homeostasis melalui peningkatan aliran darah, glukosa darah, dan
pemanfaatan oksigen. Setelah 30 menit, kegagalan homeostasis dimulai dan mungkin
akan berperan dalam kerusakan otak. Hipertermi, rhabdomyolisis, hiperkalemia, dan
asidosis laktat meningkat sebagai hasil dari pembakaran otot spektrum luas yang
terjadi terus menerus. Setelah 30 menit, tanda-tanda dekompensasi lainnya
meningkat, yakni hipoksia, hipoglikemia, hipotensi, leukosistosis, dan cardiac output
yang tidak memadai.11
Merujuk pada respon biokimiawi terhadap kejang, kejang itu sendiri saja
nampak cukup, untuk menyebabkan kerusakan otak. Berkurangnya aliran darah otak
(Cerebral Blood Flow), kurang dari 20 ml/100g/menit, memberikan banyak efek di
antaranya terinduksinya Nitrit Oksida Sintase (iNOS) di dalam astrosit dan mikroglia
- yang mungkin berhubungan dengan aktivasi N-methyl-D-Aspartate (NMDA)
receptor yang menyebabkan kematian sel yang cepat hingga 3-5 menit saja - yang
kemudian bereaksi dengan O2 radikal bebas yang menghasilkan super-radical.
Aktifasi ini menyebabkan pelepasan asam amino eksitatorik aspartat dan glutamat.
Akibatnya, berlangsunglah sebuah mekanisme kerusakan yang dimediasi oleh
glutamat - glutamic-mediated excitotoxicity-khususnya di hipokampus. Sementara,
konsentrasi kalsium ekstraseluler normal pada neuron-neuron setidaknya 1000 kali
lebih besar daripada intraseluler. Selama kejang, receptor-gated calcium channel
terbuka mengikuti stimulasi reseptor NMDA. Peningkatan kalsium intraseluler yang
fluktuatif ini akan semakin meningkatkan keracunan sel. Akibatnya apabila kejang ini
terus menerus terjadi, kerusakan otak yang terjadi pun akan semakin besar.12
8
- Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak
dapat dijelaskan
- Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum
pada bagian tubih tertentu.
- Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
- Halusinasi
Kejang parsial (psikomotor) kompleks
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan
lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar
tidak akan mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi:
- Gerakan seperti mencucur atau mengunyah
- Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan
pakaiannya
- Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan
berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung
- Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang
- Berbicara tidak jelas seperti menggumam.
Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).
Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap: tahap
tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini
pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini
biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum
serangan dapat berupa: merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga
berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan
keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan
yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik:
terjaadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau
buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien
mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan
semacam ini.14
10
Pemeriksaan Penunjang
Penentuan ada tidaknya kejang ditentukan oleh kondisi klinis
pasien yang tepat sesuai klinis, tetapi pemeriksaan penunjang juga
12
2. Pencitraan
Magnetic Resonance Imaging di kerjakan pada pasien-pasien
dengan epilepsi simptomatik, usia >18 tahun, perkembangan
yang abnormal serta bila defisit fokal neurologis +.
CT scan lebih sensitif untuk lesi kalsifikasi di intrakranial yang
dapat menyebabkan kejang.13
3. Electroencephalography (EEG)
EEG paling penting dalam menegakkan diagnosis dan
karakteristik spesifik sindroma epilepsi. EEG memiliki
sensitivitas yang rendah pada anak di bawah usia tiga tahun
dengan kejang dan peran yang terbatas dalam diagnosis
gangguan ensefalopatik akut.13
EEG sebenarnya bukan merupakan tes untuk menegakkan
diagnosa epilepsi secara langsung. EEG hanya membantu
dalam penegakan diagnosa dan membantu pembedaan antara
kejang umum dan kejang fokal. Tetapi yang harus diingat14 :
10% populasi normal menunjukkan gambaran EEG
abnormal yang ringan dan non spesifik seperti
gelombang lambat di salah satu atau kedua lobus
temporal-menurut sumber lain terdapat 2% populasi
13
Pallid spell terjadi dengan rangsangan nyeri, diikuti dengan penderita tampak
pucat dan kehilangan kesadaran yang singkat.
3. Paroxysmal movement disorders
Paroxysmal movement disorders melibatkan aktivitas motorik yang
abnormal dan dapat menyerupai kejang dan penurunan kesadaran jarang
terjadi. Tics adalah gerakan berulang dan singkat dan dapat terjadi pada bagian
tubuh manapun. Tics muncul terutama pada keadaan stres dan biasanya dapat
ditekan kemunculannya. Shuddering attacks adalah tremor pada seluruh tubuh
yang berlangsung selama beberapa detik dan setelah itu kembali ke aktivitas
normal. Distonia akut ditandai dengan kontraksi wajah dan batang tubuh
secara involunter dengan postur yang abnormal dan wajah yang meringis.
4. Pseudoseizures (gangguan psikiatrik)
Pseudoseizures sulit dibedakan dengan kejang yang sebenarnya dan
sering terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat epilepsi. Pseudoseizures
memiliki 1 periode yang lebih lama,dicetuskan oleh psikogenik,tidak jatuh,
kelopak mata bergetar disertai air mata,dan pemeriksaan EEG tidak
ditemukan kelainan,sebaliknya ditemukan kelainan pada kejang. Namun
didapatkan kelainan pada EMG berupa spasmofilia pada pseudoseizures .
5. Migrain
Pada anak dengan migrain, anak dapat kehilangan kesadaran, yang
sering diawali dengan pandangan kabur, dizziness, dan kehilangan postur
tubuh.
6. Spasme tetanus
Timbul yang dicetuskan oleh suatu provokasi fisik dengan tanpa
penurunan kesadaran. Biasanya pasien merasakan nyeri pada otot saat spasme
di otot wajah,erector trunci dan dinding abdomen.
2.8. PENATALAKSANAAN15
Pada umumnya, seseorang yang mengalami hanya satu kali serangan kejang
tidak akan diberi terapi epilepsi dahulu. Namun jika dalam waktu satu tahun
terjadi lebh dari satu serangan maka perlu dipertimbangkan untuk mulai dengan
obat-obat antiepilepsi. Diagnosis epilepsi biasanya dapat dibuat dengan cukup
15
Obat ezogabine merupakan obat baru dan memiliki mekanisme kerja sebagai
pembuka saluran kalium, mengaktivasi gerbang saluran kalium di otak. Akan
tetapi mekanisme unik ini memiliki beberapa efek toksik yang biasanya tidak
terdapat pada obat kejang lainnya seperti retensi urin. Hal inilah yang
menyebabkan US Food and Drug Administration's (FDA's) masih
mempertimbangkan obat ini.
Dalam terapi OAE, perlu diperhatikan farmakokinetik obat dan efek samping
obat, baik yang terkait dosis maupun idiosinkrasi.
17
A. Valproate
Dianggap sebagai pilihan utama epilepsi general primer, mempunyai
spectrum yang sangat luas dan efektif pada kebanyakan tipe kejang, termasuk
kejang mioklonik. Mempunyai mekanisme kerja multipel termasuk
meningkatkan kadar GABA dalam otak dan aktivitas saluran kalsium tipe-T.
Untuk dewasa, dosis inisial valproat injeksi (100mg/ml vial) 10-15
mg/kgBB/hari, tingkatkan 5-20 mg/kgBB/minggu sampai maksimum dosis 60
mg/kgBB/hari atau sampai batas dosis yang ditoleransi; kecepatan pemberian
iv 20 mg/menit. Sementara dosis oral sama dengan dosis injeksi. Sementara,
untuk anak-anak, dosis inisial adalah 20 mg/kgBB/hari i.v, dan dosis
pemeliharaan 30-60 mg/kg/hari iv.v.
B. Phenytoin
Efektif pada kejang tonik-klonik dan sering digunakan. Mempunyai efek
samping jangka panjangnya berupa osteopenia dan ataksia serebelar.
Mempunyai kinetika obat zero-order dan interaksi obat yang signifikan.
Untuk dewasa, loading dose adalah 15-20 mg/kg/hari per oral atau i.v.
Dosis pemeliharaan 5 mg/kg/hari per oral atau i.v, dengan kecepatan
pemberian tidak melebihi 50 mg/kgBB. Sementara dosis inisial pediatrik
adalah 5-7 mg/kgBB/hari per oral atau i.v, dengan dosis pemeliharaan 5-7
mg/kgBB/hari per oral atau i.v.
C. Fenobarbital
Salah satu oabt anti epilepsi utama yang digunakan sejak awal 1900-an.
Sekarang diketahui bahwa obat ini dapat menyebabkan beberapa efek
samping kognitif sehingga kemudian kurang disukai. Lebih menguntungkan
diberikan dalam bentuk dosis sekali sehari, karena mempunyai waktu paruh
yang sangat panjang.
Sementara itu, dosis inisial pediatric adalah 3-5 mg/kgBB/hari per oral,
dengan dosis pemeliharaan 3-5 mg/kgBB/hari per oral.
D. Karbamazepin
Obat antiepilesi generasi lama yang digunakan sebagai lini kedua bersama
fenitoin. Efek samping adalah osteopenia. Dosis dewasa adalah 400-1200
mg/hari per oral, terbagi dalam 3 kali sehari. Dosis awal 5 mg/kgBB/hari per
oral, dengan dosis pemeliharaan 15-20 mg/kgBB/hari per oral.
E. Lamotrigine
Obat anti epilepsi generasi lebih baru dengan spectrum kerja yang luas
seperti valproat. FDA mengakuinya baik sebagai epilepsi general dan parsial
primer. Mempunyai beberapa mekanisme kerja. Kekurangan utamanya adalah
dosis harus ditingkatkan sangat perlahan dalam beberapa minggu untuk
meminimalisasi kemungkinan timbulnyarash. Dosis dewasa untuk minggu
pertama dan kedua adalah 50 mg/hari per oral; bila diberikan bersama dengan
valproat (VPA), mulai dengan 25 mg 4 kali per hari. Pada minggu ketiga dan
keempat, 100 mg/hari per oral dalam dosis terbagi; bila diberikan bersama
VPA, 25 mg/hari. Tingkatkan 100 mg/hari dalam 4 minggu; bila diberikan
bersama VPA, tingkatkan 25-50 mg tiap minggu. Dosis pemeliharaan tanpa
VPA adalah 300-500 mg per oral dalam dosis terbagi. Sementara itu dosis
pemeliharaan tanpa VPA adalah 100-200 mg/hari per oral. Untuk pediatrik,
dosis inisial adalah 1-2 mg/kgBB/hari per oral. Dosis pemeliharaan adalah 5-
10 mg/kgBB/hari per oral. Obat ini merupakan satu-satunya obat yang diakui
oleh FDA untuk sindrom Lennox-Gastaut untuk pasien berusia kurang dari 16
tahun.
F. Zonisamide
Salah satu dari obat generasi baru yang memblok saluran kalsium tipe T,
memperpanjang inaktivasi saluran natrium dan merupakan suatu inhibitor
karbonik anhidrase. Dosis inisial dewasa adalah 100 mg/kg/hari per oral
19
G. Felbamat
Obat ini diakui oleh FDA untuk terapi kejang parsial refreakter dan
sndrom Lennox-Gastaut. Mempunyai banyak mekanisme kerja, termasuk (1)
inhibisi NMDA-associated sodium channels, (2) potensiasi aktivitas GABA-
ergic, dan (3) inhibisi voltage-sensitive sodium channels. Hanya digunakan
untuk kasus-kasus refrakter karena risiko anemia aplastik dan toksisitas hepar,
sehingga dibutuhkan tes darah reguler. Dosis inisial dewasa adalah 600 mg
tiga kali sehari per oral, tingkatkan 600-1200 mg/hari tiap minggu sampai
dosis maksimum 1200-1600 mg tiga kali per hari per-oral.
H. Topiramat
Obat anti epilepsi spektrumluas yang diakui untuk kejang tonik-klonik
umum primer. Mekanisme kerjanya meliputi blok kerja state-dependent
sodium channel, potensiasi aktivitas inhibitorik dari neurotransmitter GABA,
dapat memblok aktivitas glutamate, dan sebagai inhibitor karbonik anhidrase.
Dosis dewasa adalah 50 mg/hari per oral, titrasi 50 mg/hari tiap interval 1
minggu sampai dosis target 200 mg 2 kali per hari. Sementara itu, dosis inisial
pediatrik adalah 25 mg atau 50 mg/hari per oral; lakukan titrasi sampai dosis 6
mg/kg/hari.
I. Levetiracetam
Diindikasikan untuk kejang tonik-klonik primer pada dewasa dan anak
usia 6 tahun atau lebih. Diindikasikan untuk kejang umum tonik klonik primer
pada dewasa dan dan anak usia lebih dari 6 tahun.
Dosis inisial dewasa adalah 500 mg 2 kali per hari per oral, dapat
ditingkatkan 1000 mg/hari 4 kali dalam 2 minggu, tidak melebihi 1500 mg
dua kali per hari. Dosis anak kurang dari 6 tahun belum dapat ditentukan.
Untuk anak usia 6-15 tahun, dosis 10 mg/kg per oral 2 kali sehari; dapat
20