PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang dapat mengenai hampir semua bagian tubuh
namun paling sering menginfeksi paru-paru.3 Tahun 1882 Kock mengidentifikasi basil
tuberkel.4 Pada awalnya penyakit ini secara primer menjangkiti paru-paru, dan terbawa ke
saluran cerna melalui sputum yang tertelan. 1 Tuberkulosis yang menginfeksi traktus intestinal
dapat disebabkan oleh baik Mycobacterium tuberculosis ataupun Mycobacterium bovis.1
Mycobacterium tuberculosis menginfeksi sekitar 1/3 populasi dunia dan membunuh
sekitar 3 juta pasien setiap tahunnya dan oleh sebab itu menjadi penyebab kematian yang
paling sering di seluruh dunia.2,5 Namun tidak semua individu yang terinfeksi memperlihatkan
gejala klinis.5 Mycobacterium menyebabkan timbulnya penyakit apabila sistem imun
melemah seperti pada usia lanjut dan orang-orang dengan HIV positif.5
Diperkirakan sekitar 150 juta orang terinfeksi tuberkulosis.4 Terdapat 3 sampai 5 juta
kasus baru dan 600 kematian akibat penyakit ini tiap tahunnya. 4 Di tahun 2000-2020
diperkirakan sebanyak 1 milyar orang akan terinfeksi, 200 juta orang akan menunjukan gejala
penyakit dan 35 juta orang akan meninggal karena penyakit ini bila kontrol terhadapnya tidak
diperkuat.5
Proporsi tuberkulosis ekstrapulmonal lebih tinggi pada orang-orang dengan AIDS,
dibuktikan dengan adanya peningkatan frekuensi terjadinya tuberkulosis intestinal yang
dilaporkan pada individu ini.1 Orang dengan AIDS mempunyai penurunan ketahanan respon
imun seluler sel T terhadap invasi M.tuberculosis sehingga perkembangan penyakit ini lebih
cepat dibandingkan dengan orang yang sehat, memiliki lebih banyak penyakit paru-paru yang
berat dan lebih mudah menularkan bakteri M.tuberculosis ke orang lain.2 Sebagai tambahan,
M.tuberculosis yang resisten terhadap beberapa obat telah muncul di antara pasien-pasien
AIDS, orang-orang yang kontak erat dengan pasien AIDS dan petugas kesehatan. 2 Terdapat
kurang dari 200 kasus tuberkulosis intestinal yang dilaporkan di Amerika Serikat dari tahun
1950 sampai 1980, namun insidensinya, terutama di daerah urban menunjukkan peningkatan
yang stabil selama 20 tahun terakhir.1 Saat ini tuberkulosis peritoneal merupakan tempat
tersering terjadinya tuberkulosis ekstrapulmonal ke-enam di Amerika Serikat, diikuti oleh
limfatik, genitourinaria, tulang dan sendi, TBC milier dan keterlibatan meningeal.1
Ketika penyakit ini mengenai traktus intestinal, biasanya disebabkan oleh bakteri
yang menginfeksi paru-paru dan lokasi terseringnya adalah regio ileocecal. 1 Alasan dari
distribusi ini dikarenakan keberadaan kelenjar limfe yang berlebih pada area tersebut,
peningkatan stasis fisiologis dan peningkatan rata-rata absorbsi di usus proksimal. 1 Meskipun
kondisi ini paling sering terlihat di colon proksimal dan ileum, namun biasanya dapat
ditemukan pula keterlibatan usus segmental.1
Pada negara-negara maju, insidensi tuberkulosis abdomen sangat rendah, misalnya
pada salah satu kota di Inggris diperkirakan sebanyak 0,43 per 100.000 orang, sedangkan
pada populasi imigran dari Asia memiliki insidensi 75,7 per 100.000 orang. 4 Kontrol terhadap
tuberkulosis merupakan suatu tantangan karena riwayat asal muasal dan pola penyakit yang
bervariasi yang bermanifestasi di kelompok populasi yang berbeda.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Definisi
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan
oleh hipersensitifitas yang diperantarai sel (cell mediated hypersensitivity).6 Pada awalnya
penyakit ini secara primer menjangkiti paru-paru, tetapi dapat mengenai organ lain.1,6
II. 2 Etiologi
Mycobacterium adalah organism berbentuk batang ramping kecil yang secara
morfologi tidak dapat dibedakan satu sama lainnya. 4 Ia bersifat aerobik, tidak membentuk
spora dan non-motil.2 Mycobacterium tuberculosis, basilus tuberkel, adalah satu di antara
lebih dari 30 anggota genus Mycobacterium.4,6
Tabel 1 Mycobacterim yang patogen pada manusia4
Mycobacterium
M.tuberculosis
M.bovis
M.avium intracellulare*
M.kansaii*
M.fortuitum complex*
M.marinum*
M.leprae
*Mycobacterium atipikal
Gambar 1. Pewarnaan Ziehl-Neelsen memperlihatkan M.tuberculosis sebagai batangbatang berwarna merah (tanda panah)7
Doubling time mycobacterium sangat lambat yaitu 12-18 jam bila dibandingkan
dengan bakteri Escherichia coli.4 Dikarenakan Mycobacterium tumbuh 20 sampai 100 kali
lebih lambat dibandingkan dengan bakteri, maka perlu sekitar 4 sampai 6 minggu untuk
membentuk koloni M.tuberculosis untuk kepentingan penelitian sensitivitas obat.2 Resistensi
terhadap obat antimikrobakterial terbaik yaitu rifampisin dan isoniazid terjadi karena mutasi
pada RNA polymerase dan katalase.2
II. 3 Patofisiologi
M.tuberculosis mengandung banyak zat imunoreaktif.6 Mycobacterium patogen tidak
memproduksi faktor virulen klasik seperti toksin, enzim proteolitik dan hemolisin.4
Kemampuan mycobacterium untuk menimbulkan penyakit terutama disebabkan oleh
kapasitas mycobacterium untuk bermultiplikasi dan bertahan di dalam makrofag.2,4 Basil ini
kemungkinan menyebar pertama kali melalui kelenjar limfe namun keberadaannya di dalam
jaringan menginisisasi respon imun inflamasi seluler tipe 5.2,4 Bila infeksi ini tidak dapat
dikontrol oleh respon imun seluler ini maka basil tuberkel akan bermultiplikasi sampai pada
titik dimana ia mendatangkan reaksi alergi nekrolisis lokal yang menyebabkan suatu proses
destruktif dengan karakteristik timbulnya penyakit kronis progresif.4
Patogenitas M.tuberculosis berhubungan dengan kemampuannya untuk lolos dari
makrofag dan menginduksi tipe hipersensitivitas delayed.2 Reaksi ini terbagi menjadi
beberapa komponen di dinding sel M.tuberculosis.2
permukaan glikolipid yang menyebabkan M.tuberculosis tumbuh pada serpentine cord secara
in vitro.2 Strain virulen M.tuberculosis mempunyai cord factor
pada permukaannya,
sedangkan strain avirulen tidak, dan menginjeksikan cord factor murni yang akan
menginduksi granuloma yang khas pada tikus percobaan. 2 Kedua adalah lipoarabinomannan
(LAM), sebuah stuktur heteropolisakarida yang mirip dengan toksin bakteri gram negative
yang akan menghambat aktivasi makrofag oleh interferon-. 2 LAM juga menginduksi
makrofag untuk mensekresi TNF- yang akan menimbulkan demam, penurunan berat badan
dan kerusakan jaringan, dan IL-10 yang menekan proliferasi mycobacterium-induced T cell.2
Ketiga komplemen yang teraktivasi di permukaan mycobacterium dapat mengopsonisasi
organisme dan menfasilitasi pengambilannya oleh reseptor komplemen makrofag tanpa
4
memicu respon berlebihdari system respirasi yang diperlukan untuk membunuh organisme
tersebut.2 Keempat, suatu heat-shock protein dengan sifat immunogenik yang sangat tinggi
yang dikandung oleh M.tuberculosis mirip dengan heat-shock protein manusia dan mungkin
mempunyai peranan dalam reaksi autoimun yang diinduksi oleh M.tuberculosis.2
Timbul dan berkembangnya hipersensitivitas yang dimediasi oleh sel atau tipe IV
tehadap basil tuberkel mungkin dapat menjelaskan kemampuan organisme untuk merusak
jaringan dan kepentingan resistensi terhadap organisme tersebut.2 Pada paparan awal terhadap
organisme ini respon inflamasi bersifat non-spesifik dan menghasilkan reaksi terhadap segala
macam bentuk invasi.2 Dalam 2-3 minggu bersamaan dengan timbulnya reaksi kulit yang
positif, reaksi selanjutnya menjadi pembentukan granuloma dan pusat granuloma ini
mengalami nekrosis perkejuan membentuk tuberkel lunak (gambar 2.2).2 Pola dari respon
penjamu tergantung dari apakah infeksi tersebut merupakan paparan pertama atau reaksi
sekunder pada penjamu yang telah tersensitisasi sebelumnya.2
Anamnesis
Keluhan yang paling sering terjadi pada tuberkulosis abdomen adalah nyeri abdomen,
penurunan berat badan dan demam.1 Nyeri biasanya dirasakan di hipogastrium dan sering kali
terlokalisir di kuadran kanan bawah abdomen.1 Dari pengalaman Lisehora dan koleganya dari
the Tripler Army Medical Center di Honolulu, Hawaii, kebanyakan individu mengalami
chronic wasting illness, nyeri abdomen ringan dan demam.1 Tabel 2.2 menunjukkan gejala
klinis yang dikeluhkan pasien dengan tuberkulosis abdomen.4
Tabel 2. Gejala klinis yang dikeluhkan pasien dengan tuberkulosis abdomen.4
Gejala
Nyeri abdomen
Keringat malam
Penurunan berat badan
Muntah
Ascites
Jumlah pasien
62 (86%)
53 (74%)
52 (72%)
26(36%)
24(33%)
8
Limfadenopati
Familial TB
Pulmonary TB
Obstruksi (akut atau kronik)
Massa abdomen
23(32%)
23(32%)
21(29%)
18(25%)
18(25%)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya massa, biasanya di kuadran kanan bawah
abdomen.1 Pada keadaan yang jarang terjadi, dimana tuberkulosis menginfeksi rectum atau
anus, dapat timbul suatu striktur.1 Tergantung pada apakah lesi tersebut menyebabkan ulserasi
atau striktur, ia dapat menstimulasi terjadinya keganasan.1 Bahkan pada keadaan dimana
tidak ditemukan lesi paru-paru, ahli bedah biasanya akan melakukan operasi kanker pada
penyakit ini.1
Tuberkulosis abdomen mempunyai 4 tampilan klinis mayor, yaitu 4 :
1. Limfadenopati mesenterika
Penyakit dimulai perlahan dengan penurunan berat badan, demam tidak begitu
tingi yang hilang timbul, dan rasa lemas.4 Seiring dengan perjalanan penyakit yang
kian lama kian progresif, mulailah timbul pembengkakan pada abdomen yang
disebabkan baik karena akumulasi cairan di dalam rongga abdomen maupun karena
pembesaran kelenjar getah bening secara masif.4 Apabila penyakit ini terus
berkembang, maka akan timbul gejala tambahan berupa anemia, hipoalbuminemia
dan oedem perifer yang sering disertai dengan limfoedema. 4 Perkejuan masif pada
kelenjar limfe mesenterika muncul.4 Ruptur nodus merupakan komplikasi mayor pada
bentuk tuberkulosis ini dengan penyebaran basil ke dalam rongga abdomen sehingga
menyebabkan peritonitis tuberkulosis dengan tuberkel-tuberkel di permukaan
peritoneum.4
2. Daerah ileocaecal
Daerah gastrointestinal yang sering terlibat adalah daerah ileocaecal. TB pada
ileocaecal dan usus halus ditandai dengan massa yang teraba pada kuadran kanan
bawah atau didapatkan komplikasi berupa obstruksi, perforasi atau malabsorpsi,
terutama jika sudah terdapat striktur. Gejala yang sering muncul yaitu mual dan nyeri.
Nyeri mungkin disebabkan karena adanya obstruksi akibat striktur yang biasanya
terjadi di ileum terminal.4 Nyeri biasanya berlokasi di bagian tengah abdomen atau di
fossa iliaca dextra.4,5 Suatu massa mungkin dapat teraba di fossa iliaca dextra dan
biasanya sering timbul demam, diare dan penurunan keadaan umum. 4,5 Perforasi,
9
meskipun tidak biasa terjadi, dapat saja timbul dan dapat menyebabkan nyeri
abdomen yang luas yang mengarah kepada peritonitis.4,5,8
Gejala klinis lain yang jarang adalah dysphagia, odynophagia dan ulkus
esophagus pada TB yang mengenai esophagus, dyspepsia dan gastric outlet
obstruction pada TB Gastroduodenal, nyeri abdomen bagian bawah dan hematochezia
karena TB colon dan striktur rectum atau fistula perianal yang multiple dapat
disebabkan TB pada anus dan rectum.
3. Penyakit kolon dan anorektal.
Infeksi dapat terbatas sampai kolon bikla gejala yang muncul terdiri dari nyeri
kolik di kuadran bawah abdomen, perubahan kebiasaan buang air dan demam.4
Pembentukan striktur adalah komplikasi yang sering terjadi. 4 Tuberkulosis yang
terjadi di sebelah distal ileocaecal adalah suatu hal yang tidak biasa dan jarang
dipertimbangkan sebagai diagnosis banding bila suatu proses penyakit berlokasi di
usus besar.5 Tuberkulosis juga terkadang mengenai kanalis ani dimana ia dapat
menyebabkan ulkus yang pada awalnya tidak dapat dibedakan dengan fissure ani
sederhana.4 Bila penyakit ini mengenai daerah perianal,maka dapat tertukar dengan
penyakit Chorns, aktinomikosis, fistula ani, colloid carcinoma, sarcoidosis dan
penyakit kulit lainnya.5 Fistula ani merupakan tampilan klinis yang paling sering dari
tuberkulosis anorektal (sekitar 80%-90%).5 Penyakit anorektal mungkin dapat
dipersulit oleh adanya pembentukan fistula dan abses.4 Suatu fistula tuberkulosis
harus dipertimbangkan bila pada lubang ke arah kulit terlihat kasar, dimana terdapat
tidak ada atau ada indurasi ringan dengan cairan yang encer.4
4. Peritonitis
Bentuk infeksi tuberkulosis ini mungkin terhitung sekitar 25-30% dari
penyakit tropis dan proporsinya hampir sama atau bahkan lebih tinggi pada pasien
imigran di negara berkembang.4 Sama seperti sebelumnya, onset penyakitnya bersifat
perlahan-lahan, biasanya berhubungan dengan demam dan penurunan kesadaran. 4
Keterlibatan peritoneal dapat menyebabkan asites yang progresif (tipe basah) atau
keterlibatan peritoneal yang meluas tanpa disertai asites tetapi disertai dengan adhesi
(tipe kering) dan tipe fibrosis dimana terdapat penebalan omentum, perlengketan yang
luas dan ascites yang terlokalisir.4,8 Kadang-kadang peritonitis dapat terjadi secara
tiba-tiba, biasanya berhubungan dengan ruptur masif dari kelenjar limfe abdomen yag
mengalami nekrosis perkejuan.4
Pemeriksaan Laboratorium.
10
11
fibrokalsifikasi lanjut.2
diklasifikasikan menjadi5 :
1. Bentuk tuberkulosis ulseratif, terlihat pada kira-kira 60% pasien. Ulkus superficial
multipel terdapat di permukaan epitel. Hal ini dipertimbangkan sebagai bentuk aktif
penyakit tersebut.
2. Bentuk tuberkulosis hipertropik, terlihat pada kira-kira 10% pasien dan terdiri dari
penebalan dinding usus dengan pembentukan jaringan parut, fibrosis dan massa yang
keras menyerupai karsinoma.
3. Bentuk tuberkulosis ulserohiperetropik, yang terlihat pada 30% pasien. Pasien ini
memiliki kombinasi bentuk ulseratif dan hipertrofik.
Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan radiologik dapat berguna namun tidak menegakkan diagnostik dengan
pasti.1 Foto polos abdomen pada seorang pasien dengan obstuksi intestinal sebagai akibat
sekunder dari striktur atau massa dapat memperlihatkan tidak ada bayangan udara di fossa
iliaka dekstra atau distorsi caecum dan colon asendens.1 Perforasi dengan pneumoperitoneal
jarang terjadi.1 (Gambar 6)5
12
Gambar 8. CT scan pada pasien HIV positif dengan tuberkulosis abdomen memperlihatkan
asites dan penebalan omentum.5
dangan kadar protein yang tinggi namun basilus tuberkel ditemukan secara mikroskopis pada
13
minoritas pasien dan kultur sering memberikan hasil positif. 4 Penilaian level adenosine
deaminase dari cairan asites mempunyai keuntungan lebih untuk diagnosis peritonitis
tuberkulosis, yang harus dipertimbangkan bila menangani asites eksudatif.5
Sampel yang diambil pada biopsi laparoskopik dari peritoneum harus diwarnai untuk
batang tahan asam dan harus dikultur.5 Bila tidak tersedia laparoskopi, biopsi peritoneal
perkutaneus dan diagnostic ascitic tap (bila terdapat asites ) untuk pemeriksaan mikrobiologi
dan biokimia harus mencukupi.5 Biopsi peritoneal juga sangat membantu pada kasus nonasites.5 Hasilnya positif pada 42% pasien dengan tuberkulosis abdomen.5
II.5 Diagnosis Banding
Diagnosis banding tuberkulosis abdomen antara lain Crohn disease, non-Hodgkin
lymphoma, yersiniosis, South American blastomycosis, and anisakiasis.5
Non-Hodgkin lymphoma adalah neoplasma paling sering yang terjadi di usus halus,
terhitung kira-kira sebanyak 40% dari neoplasma maligna primer.5 Valvula conniventes
menebal dengan massa intraluminal dan ekstraluminal menyebabkan filling defects.5 Usus
memperlihatkan gambaran dilatasi aneurisma fokal yang tidak berhubungan dengan striktur.5
Yersiniosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Yersinia enterocolitica, yaitu suatu
batang gram negative.5 Tampilan klinis yersiniosis di usus kecil menyerupai tuberkulosis dan
biasanya juga mengenai ileum terminal.5
II.6 Penatalaksanaan
Obat
Durasi (bulan)
Dosis dewasa/hari
Dosis anak/hari
Rifampisin
10
600mg(>50kg)/
10mg/kgbb
450mg (<50kg)
Isoniazid
10
300mg
10mg/kgbb
Pyrazinamid
2g(>50kg)/
35mg/kgbb
1,5g(<50kg)
Ethambutol
2*
25mg/kgbb
Tidak diberikan
14
BAB III
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Pendidikan
Masuk ruang rawat inap
Keluar ruang rawat inap
: Ny. E
: Perempuan
: 37 tahun
: Watu Belah
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Menikah
: SMP
: 15 Juni 2015
: 19 Juni 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Lemas dan pusing sejak 2 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
15
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Indeks Masa Tubuh
Status Generalisata
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Leher
: Compos Mentis
: 110/70 mmHg
: 96 x/menit (kuat, cukup, regular)
: 20 x/menit
: 36,4 0C
: 32 kg
: 152 cm
: 14 kg/m2 (underweight)
: Normocephal
: Hitam, tidak mudah rontok
: Konjungtiva anemis: +/ + Sklera ikterik -/: Normotia, sekret -/: Sekret -/-, septum tidak deviasi
Napas cuping hidung -/: Spora (-), stomatitis (-) kebersihan cukup
T1-T1, faring tidak hiperemis
: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar.
Trakea berada di tengah.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
JVP tidak meningkat (5+2)
Thorak
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor:
Inspeksi
Palpasi
17
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
dullness (-)
Ekstremitas
Superior
Inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Lengkap ( 08 Juni 2015)
LAB
RESULT
UNIT
NORMAL
WBC
5,99
103/uL
5.2 - 12.4
RBC
3,29
106/uL
4,2 - 6,1
HGB
5,9
g/dL
12 - 18
HCT
20,5
37 - 52
MCV
62,3
Fl
80 - 99
MCH
17,9
Pg
27 - 31
MCHC
28,8
g/dL
33 - 37
RDW
22,4
11,5 - 14,5
PLT
525
103/ul
150-450
Neutrophil
79,6
40 - 74
Limfosit
11,2
19 - 48
Monosit
4,6
3,4 - 9
Eosinophil
1,3
0-7
18
Basophil
0,2
0 - 1,5
Luc
3,0
0-4
RESULT
UNIT
NORMAL
WBC
5,05
103/uL
5.2 - 12.4
RBC
4,02
106/uL
4,2 - 6,1
HGB
9,0
g/dL
12 - 18
HCT
28,6
37 - 52
MCV
71,0
Fl
80 - 99
MCH
22,3
Pg
27 - 31
MCHC
31,4
g/dL
33 - 37
RDW
23,4
11,5 - 14,5
PLT
431
103/ul
150-450
Neutrophil
84,6
40 - 74
Limfosit
8,5
19 - 48
Monosit
4,1
3,4 - 9
Eosinophil
0,6
0-7
Basophil
0,4
0 - 1,5
Luc
1,7
0-4
19
Expertise Radiologi:
Cor
: Membesar ke lateral kanan dan kiri dengan apek tertanam di bawah
Pulmo
Kesan
RESUME
Ny. E, 37 tahun lemas dan pusing. Nyeri perut, BAB cair tanpa ampas, lendir dan
darah sejak 3 bulan. Mual (+), penurunan berat badan drastis, riwayat melena. Demam ringan
dan keringat malam (+). Konjungtiva anemis, kesan kardiomegali, wheezing +/+, nyeri tekan
epigastrium dan paraumbilikal. Anemia mikrositik hipokrom (Hb:5,9), netrofil dan trombosit
meningkat. Ro thoraks: pembesaran jantung dengan edema paru DD/TB paru aktif.
20
S/
21
Metronidazol 2 x 1 amp
18-06-15
S/
O : KU : Baik
Kesadaran: CM
T :90/60 mmHg
R: 20 x/menit
N : 100 x/menit
S : 36,7 0C
Kepala : Konj. anemis +/+ sclera ikterik -/ Leher
: KGB tdk teraba membesar
Cor
: BJ 1 & 2 normal reguler.
Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
: Vesikuler ka=ki
Rhonki -/- Wheezing -/ Abdomen : Datar, supel, BU +, nyeri tekan (-)
5. Extremitas : Akral hangat.
Edema extr. superior -/Edema extr. Inferior -/A: Kolitis TB + TB paru
P: Non Farmakologis : Bed rest
Farmakologis : IVFD RL 20 tpm
Ranitidin 2 x 1 tab
RHZE (450/300/1000/1000)
B6 3 X 1 tab
Ciprofloxacin 2 x 1 gram
19 /06/15
S/
O : KU : Baik
Kesadaran: CM
T :110/70 mmHg
R: 20 x/menit
N : 96 x/menit
S : 36,4 0C
Kepala : Konj. anemis +/+ sclera ikterik -/ Leher
: KGB tdk teraba membesar
Cor
: BJ 1 & 2 normal reguler.
Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
: Vesikuler ka=ki
Rhonki -/- Wheezing +/+
22
BAB IV
PENGKAJIAN
23
DAFTAR MASALAH
1. Anemia
2. Riwayat melena
3. Diare kronik
4. Susp. TB paru
5. Dispepsia + anoreksia
6. CHF e.c susp anemia
1) Anemia
Atas dasar:
Lemas dan pusing sejak 2 bulan SMRS. Hb: 5,9. MCV: 62.3 MCHC: 28.8. Konjungtiva
anemis +/+
A: Anemia mikrositik hipokrom e.c penyakit kronis (TB/Gastritis kronis) DD/ defisiensi Fe
P: Transfusi PRC 2 labu
Cek Hb post transfusi
2) Riwayat Melena
Atas dasar:
Riwayat BAB hitam 1 bulan SMRS selama 1 minggu. Riwayat minum jamu-jamuan yang
dibeli 6 bulan terakhir.
A: Gastritis erosiva
P: Dx: feses lengkap cek occult bleeding
Tx: Non med: Stop membeli jamu-jamuan, lebih baik meramu sendiri.
Minimalkan pemakaian obat- obatan warung untuk anti nyeri.
Hindari makanan pedas dan asam.
3) Diare Kronis
Atas dasar:
BAB cair tanpa ampas, lendir dan darah 3x/hari sejak 3 bulan SMRS. Alergi (-). Bising usus
meningkat, nyeri perut. Nyeri tekan epigastrium dan paraumbilikal.
24
A:
P:
4) Susp. TB Paru
Atas dasar:
Demam ringan hilang timbul 3 bulan SMRS. Keringat malam. Neutrofil meningkat.
Trombositosis. Ro thorax: perbercakan lunak di 2/3 medial kedua lapang paru.
P: Dx : Ro thorax, sputum BTA, uji Tuberkulin
Med: Rifampisin 450 mg
Isoniazid 300 mg
Pirazinamid 2x500 mg
Etambutol 2x500 mg
B6 1 x1 tab
5) Dispepsia + anoreksia
Atas dasar:
Nyeri perut saat masuk makanan. Mual (+) kurang nafsu makan. BB turun 17 kg dalam 3
bulan. Nyeri tekan epigastrium. IMT 14 kg/m2 (underweight).
A: Gastritis kronis
P:
25
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
26
27