Anda di halaman 1dari 6

28

Rancang Bangun Mesin Perajang Singkong Untuk Meningkatkan Efisiensi


Waktu Perajangan Dan Menurunkan Keluahan Musculoskeletal

Hafzoh Batubara (1), Tri Rahayuni (2), Riadi Budiman(3)


(1,3) Program Studi Teknik Industri , Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik,
(2)
Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura

e-mail: hafzohra@yahoo.com

Abstract– One of the main processing cassava into MOCAF tidak hanya dipakai sebagai bahan pelengkap,
Modified Cassava Flour (mocaf) is slicing . So far, namun dapat langsung digunakan sebagai bahan baku
operators still do slicing cassava using manual tools dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery,
with hand gestures repetitive. Its effect, operators cookies hingga makanan semi basah. Ketersediaan
complain of stiffness , pain in the arm muscles and bahan baku untuk memproduksi MOCAF tidak perlu
fatigue , frequent breaks so that consequently the dikhawatirkan. Pengolahan tepung MOCAF merupakan
operator takes a long time to clice of cassava . peluang bisnis besar dan merupakan strategi tepat untuk
Therefore, the authors intend to design a slicer machine meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
wake cassava based anthropometric workers , so that memberdayakan potensi sumber daya lokal. Pada
workers can work safely , comfortable , healthy , in prinsipnya seluruh Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
accordance with the principles of ergonomics so as to menghasilkan dan cocok untuk pengembangan ubi kayu.
reduce musculoskeletal complaints and save time slicing Seperti Kabupaten Kubu Raya, Kecamatan Rasau Jaya
to be more efficient and effective. Given method is to use salah satu produk unggulannya adalah ubi kayu seluas
a questionnaire measuring musculoskelatal complaint 1377 ha dengan rata-rata produksi mencapai 12,725
Nordic Body Map ( NBM ) and processing time slicing ton/ha [2].
the operator using a stop watch before and after using Pengolahan tepung MOCAF (pengganti terigu)
the machine slicing of cassava . Then designing wake belum ada di kalimantan Barat. Berdasarkan informasi,
slicer tool cassava using anthropometric data operator, permintaan terhadap tergu terus meningkat. Hal ini tentu
and the operator ergonomics intervention. The results saja menjadi peluang besar bagi masyarakat untuk
achieved in this research is the machine slicer of mengembangkan ubi kayu baik dari budidayanya
cassava that adjusted for anthropometric data of maupun teknologi pengolahannya.
workers. Scores of workers experienced musculoskeletal Salah satu Proses pengolahan singkong menjadi
complaints was 17.08 before the intervention , after the mocaf adalah perajangan singkong. Selama ini operator
intervention decreased with score of 2.77. and cassava masih melakukan perajangan singkong menggunakan
processing time using a manual perajangan 18 min/kg, alat manual dengan gerakan tangan yang berulang-ulang
after using the machine chopper dropped to 2.12 min/kg. (repetitive). Akibatnya operator mengalami keluhan
So the chopping time efficiency reaches 803 % . pegal, nyeri pada otot lengan dan mudah lelah,
akibatnya operator sering istirahat sehinga dibutuhkan
Keywords– Cassava Machine slicing, Musculoskeletal, waktu yang lama untuk merajang singkong. Oleh karena
efficiency itu penulis bermaksud merancang bangun mesin
perajang singkong berdasarkan antropometri pekerja,
1. Pendahuluan agar pekerja dapat bekerja dengan efektif, nyaman,
aman, sehat dan efesien sesuai dengan prinsip ergonomi
Ubi kayu atau singkong yang bahasa latinnya
sehingga dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal
disebut Manihot esculenta Crantz tidak lagi dikonsumsi
pekerja dan menghemat waktu perajangan agar lebih
hanya sebagai makanan sampingan seperti ubi rebus,
efisien dan efektif.
tapai atau bahan pembuat tepung tapioka, tetapi juga
dapat berfungsi sebagai pengganti tepung terigu yang 2. Rumusan Masalah
diberi nama MOCAF atau MOCAL atau dalam bahasa
Belum tersedianya alat/mesin perajang singkong,
Inggris disebut Cassava Flour. MOCAF atau MOCAL
sehingga perajangan singkong dalam jumlah yang
sama saja, sama-sama singkatan dari Modified Cassava
banyak pekerja masih menggunakan alat manual yang
Flour. Secara definitif, MOCAF adalah produk tepung
dilakukan dengan gerakan tangan yang berulang-ulang
dari singkong yang diproses menggunakan prinsip
(repetitif) selama jam kerja. Kondisi seperti ini dapat
modifikasi sel singkong secara fermentasi, dimana
menyebabkan terjadinya keluhan musculoskeletal
mikrobia BAL (Bakteri Asam Laktat) mendominasi
disorder (MSDs), kelelahan dini, dan pemborosan
selama fermentasi tepung singkong ini [1].
waktu sehingga perlu dirancang mesin perajang
singkong.

Jurnal ELKHA Vol.6, No 1, Maret 2014


29

3. Tujuan Penelitian terhadap kapasitas, kemampuan dan keterbatasan


manusia sehingga tercipta kondisi dan lingkungan kerja
Merancang bangun mesin perajang singkong sesuai
yang aman, sehat dan efisien sehingga dapat dicapai
data antropometri pekerja. Dengan menggunakan mesin
produktivitas yang setinggi-tingginya.
perajang ini diharapkan fapat menurunkan keluhan
Dari paparan berbagai definisi tersebut, maka
musculoskeletal disorder (MSDs) dan kelelahan dini
ruang lingkup ergonomi sangat luas dan mencakup
yang dialami operator perajang singkong, menghemat
segala aspek, tempat dan waktu. Dengan demikian
waktu perajangan singkong agar lebih efesien dan
ergonomi dapat diterapkan pada aspek apa saja, dimana
efektif, dan pekerja dapat bekerja dengan sehat, aman,
saja dan kapan saja. Apabila definisi-definisi tersebut
dan nyaman.
disatukan, maka akan diperoleh definisi yang utuh
4. Metode Penelitian sebagai berikut : Ergonomi adalah ilmu pengetahuan,
seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan dan
Langkah pertama pada penelitian ini adalah
menyeimbangkan antara manusia, lingkungan dan
dilakukan penelitian pendahuluan terhadap semua
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas
operator (subjek) penelitian yaitu 6 orang. Usia subjek
maupun istirahat dengan kemampuan dan
antara 23- 48 tahun, pendidikan 1 orang lulusan SD, 4
keterbatasannya baik fisik maupun mental sehingga
orang lulusan SMP, dan 1 orang lulusan SMA. Pada saat kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
pengukuran dilakukan, semua pekerja dalam kondisi
sehat. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran 5.2. Keluhan Muskuloskeletal
keluhan otot skeletal pekerja menggunakan kuesioner
Musculoskeletal system adalah permasalahan yang
Nordik Body Map, Untuk mengetahui waktu yang
berhubungan dengan sistem muscles. Sistem ini
dibutuhkan untuk proses perajangan singkong
termasuk didalamnya adalah otot (muscles), syaraf
menggunakan alat manual dilakukan pengukuran dengan
(nerves) dan tulang (bones) yang terdiri atas otot striatik
menggunakan stop watch. Pada penelitian pendahuluan
yang sifat gerakannya di bawah kehendak. Fungsi utama
ini ditemukan bahwa semua operator mengalami
sistem kerangka otot adalah untuk mendukung dan
keluhan muskuloskeletal.
melindungi bagian-bagian tubuh, mempertahankan
Langkah berikutnya adalah mengukur antropometri
postur tubuh, membangkitkan gerakan tubuh dan untuk
operator. Dan data antropometri ini digunakan untuk
menghasilkan panas serta mempertahankan suhu tubuh
merancang alat/mesin perajang singkong. Kemudian
[7].
merancang bangun alat/mesin perajang singkong.
Keluhan kerja akibat gangguan sistem
Selanjutnya dilakukan intervensi ergonomi untuk
muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
mengetahui apakah pengoperasian mesin perjang
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
singkong yang telah dibuat sudah sesuai dengan prinsip-
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
prinsip ergonomi.
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan akibat
5. Teori Dasar
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
5.1. Ergonomi dan Penerapannya
karena kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
Ergonomi merupakan cabang ilmu pengetahuan dengan keluhan muskuloskeletal atau cedera pada sistem
yang mempunyai kaitan dengan prestasi tentang muskuloskeletal [8].
hubungan optimal antara para pekerja dan lingkungan Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena
kerja [3]. Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban
Ergon (kerja) dan Nomos (aturan atau hukum alam) dan kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang
dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek panjang. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu [3] :
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen 1. Peregangan otot yang berlebihan, yaitu peregangan
dan perancangan/desain [4]. otot yang dilakukan akibat dari pengerahan tenaga
McCormick [5] mendefinisikan ergonomi melalui yang berlebihan.
pendekatan yang lebih komprehensif secara singkat 2. Aktivitas yang berulang, yaitu pekerjaan yang
terbagi atas tiga pokok pendekatan yaitu : (1) Fokus dilakukan secara terus menerus sehingga otot
utama yaitu mempertimbangkan manusia dalam menerima tekanan tanpa mamperoleh kesempatan
perancangan benda, prosedur kerja dan lingkungan kerja, untuk relaksasi.
(2) Tujuan yaitu meningkatkan efisiensi hasil hubungan 3. Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang
sistem manusia mesin dengan mempertahankan unsur menyebabkan posisi begian-bagian tubuh bergerak
kenyamanan dan kesehatan kerja sebaik mungkin, (3) menjauh dari posisi alamiah, misalnya pergerakan
Pendekatan utama yaitu sistematika dari kata tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,
karakteristik manusia (kemampuan dan keterbatasan) kepala terangkat.
terhadap desain dan prosedur. Keluhan otot skeletal tidak akan terjadi apabila
Menurut Manuaba [6] Ergonomi adalah ilmu kontraksi otot hanya berkisar 15 – 20% kekuatan otot
pengetahuan, teknologi dan seni yang berupaya untuk maksimum, namun apabila kontraksi otot melebihi 20%
menyerasikan alat, metode dan lingkungan kerja maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat

Jurnal ELKHA Vol.6, No 1, Maret 2014


30

kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses dalam hal :
metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai 1. Perancangan areal kerja
akibatnya terjadi penimbunan asam laktat. Apabila 2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin,
kondisi tersebut sering terjadi, dapat menimbulkan equipment, perkakas ( tools) dan sebagainya.
kelelahan otot [8]. 3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti
Keluhan musculoskeletal merupakan keluhan pada pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain.
bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh 4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara 1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan
berulang dan dalam waktu yang cukup lama, akan dapat pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, tidak bergerak.
ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah 2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur
yang biasanya diistilahkan dengan keluhan dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada Dimensi yang diukur pada antropometri statis
sistem musculoskeletal [8]. diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada
Studi MSDs pada berbagai jenis industri telah permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif ,
banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka tertentu terhadap individu.
(skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, jari,
5.5. Efektif dan Efesien
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak Kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya,
dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tt obat);
Pain = LBP). Laporan dari the Bureau of Labour dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha,
Statistic (LBS) Departemen Tenaga Kerja Amerika tindakan); mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan).
Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu
menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-
akibat kerja dan 25% biaya komperensi yang tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan
dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan/sakit cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan
pinggang. Sementara itu National Safety Council lainnya.
melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran
kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah
22% dari 1.700.000 kasus. ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai
Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan dengan dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan,
pasti seberapa tinggi frekuensi pengulangan yang maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
beresiko terhadap gangguan muskuloskeletal anggota Efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia
gerak atas. Dari beberapa penelitian yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan
tentang ”repetitiveness” dapat dilihat sebagai acuan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang
dasar pada Putz-Anderson yang dikutip oleh Purnawati waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas
[9] bahwa gerakan repetisi yang beresiko adalah gerakan dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna.
lebih dari 1500 – 2000 repetisi per jam, dengan waktu Sedangkan definisi dari efisien yaitu Sedangkan
henti kurang dari 30 detik. efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara
minimum guna pencapaian hasil yang optimum.
5.3. Kuisoner Nordic Body Map
Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang
Metode untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-
yang merupakan indikasi keluhan fisik adalah dengan cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan
menggunakan skala nordic body map. Melalui nordic tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan
body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara
mengalami keluhan. Untuk menekan bias yang mungkin masukan dan keluaran yang diterima. Misalnya suatu
terjadi pada saat pengukuran, maka sebaiknya pekerjaan dapat dikerjakan dengan cara A dan cara B.
pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan Untuk cara A dapat dikerjakan selama 1 jam sedangkan
aktivitas kerja [10]. cara B dikerjakan dengan waktu 3 jam. dengan begitu
dengan cara A (cara yang benar) baru bisa dikatakan
5.4. Antropometri
cara yang efisien bila dibandingkan dengan cara B.
Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. 6. Hasil dan Pembahasan
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai 6.1. Mesin Perajang Singkong
pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan
Pertama-tama yang dilakukan adalah merancang
(design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan
dan membuat mesin perajang singkong yang disesuaikan
interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil
dengan kebutuhan Kelompok Tani Singkong di Desa

Jurnal ELKHA Vol.6, No 1, Maret 2014


31

Rasau jaya II Kecamatan Rasau, Kabupaten Kubu Raya. setelah intervensi tidak signifikan, dengan kata lain tidak
Mesin ini memiliki tinggi 70 cm, panjang 100 cm, dan ada efek kumulatif keluhan otot dari kondisi kerja
lebar 40 cm yang dilengkapi dengan 3 buah pisau sebelumnya.
pemotong singkong dengan kecepatan 1400 rpm.
Tabel 6.1. Uji Beda Skor Nordic Body Map (NBM) Operator
Sumber energi dari mesin ini adalah energi listrik 220
V/600 watt dengan kapasitas 25 – 30 kg/jam. Gambar
mesin dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Rerata keluhan muskuloskeletal setelah bekerja


sebelum intervensi dan setelah intervensi masing-masing
47,33±7,36 dan 33,77±3,61, nilai Z = 3,02 dan nilai p =
0,001 (p < 0,05) berarti ada perbedaan bermakna pada
keluhan otot skeletal sebelum Intervensi dan setelah
intervensi.
Untuk mengetahui adanya penurunan tingkat
keluhan muskuloskeletal, maka telah dilakukan analisis
deskriptif terhadap total skor MSDs untuk masing-
Gambar 1. Mesin Perajang Singkong masing tingkat keluhan. Keluhan otot skeletal yang
paling tinggi dirasakan oleh pekerja adalah lengan
lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, dan
tangan kananyaitu skornya mencapai 100%, keluhan
sakit pinggang 78%, pergelangan tangan kiri 72%, sakit
pada siku kanan dan lengan atas kanan 68%, leher
bagian bawah 70%, bahu kiri 60%, pergelangan tangan
kiri, pergelangan tangan kanan, lutut kiri, lutut kanan
sama-sama mempunyai skor 57%, dan seterusnya
hasilnya disajikan pada tabel 6.2.

Tabel 6.2. Persentase Penurunan Keluhan Muskuloskeletal


Operator
Gambar 2. Uji Coba Mesin Perajang Singkong

Spesifikasi dan prinsip kerja alat perajang singkong


sebagai berikut :
1. Bagian Utama Alat dan Fungsi
a. Pisau disk : memotong produk
b. Tempat produk : menempatkan produk
c. Tuas penekan : menekan produk
d. Motor : memutar pisau disk
2. Prinsip Kerja
Produk diiris dengan pisau disk.
3. Mekanisme Kerja
Mesin dihidupkan dengan cara motor listrik
dinyalakan, kemudian menempatkan singkong yang
sudah dikupas dan dibersihkan pada pisau disk sehingga
produk dapat terpotong.

6.2. Penurunan Muskuloskeletal


Hasil deskripsi statistik rerata skor NBM sebelum
kerja sebelum intervensi dan setelah intervensi masing-
masing 30,25±2,50 dan 31,00±2,72. Uji beda rerata skor Tabel 6.2. menunjukkan bahwa dengan adanya
keluhan muskuloskeletal sebelum bekerja sebelum mesin perajang singkong, bagian dari otot yang
Intervensi dan setelah intervensi didapat nilai Z = 1,05 berkurang keluhan 5 bagian otot berturut-turut
dan nilai p = 0,272 (p > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut penurunan keluhan terbesar yaitu lengan bawah kanan
kondisi awal keluhan karyawan sebelum intervensi dan dan lengan kanan sebesar 64%, pergelangan tanagan

Jurnal ELKHA Vol.6, No 1, Maret 2014


32

kanan 56%, pergelangan tangan kiri sebesar 50 %, Referensi


lengan atas kanan 47%, dan lengan bawah kiri sebesar
40%, sakit pinggang 38%, pergelangan kaki kanan 33%, [1] Subagio, A. (2007). Industrialisasi Modified Cassava
siku kanan 31%, sakit punggung 30%, bahu kiri, Flour (MOCAF) sebagai Bahan Baku Industri Pangan
tangan kiri, dan pergelangan kaki kiri 29%, kaki kanan untuk Menunjang Diversifikasi Pangan Pokok Nasional.
26%, dan seterusnya dapat dilihat pada tabel 6.2. Jember : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Jember.Tepung Mocal
6.3. Efesiensi Waktu Proses Perajangan [2] BPS. (2010). Statistik Kalimantan Barat : Biro Pusat
Statistik.
Waktu proses perajangan singkong pada penelitian
didihitung setiap satu kilo singkong diukur waktunya [3] Tayyari, F. And Smith, J.L. (1997). Occupational
menggunakan stop watch mulai dari merajang sampai Ergonomics Principles and Applications. New York:
Chapment & Hall.
selesai.
[4] Nurmianto, E. (2004). Ergonomi, Konsep Dasar dan
Uji normalitas waktu proses penuangan aluminium Aplikasinya. Jakarta : PT. Guna Widya.
cair ke dalam cetakan menunjukan bahwa data tidak
berdistribusi normal (nilai p < 0,05). Oleh karena itu uji [5] McCormick, E. J. (1997). Human Factors In Engineering
beda waktu proses dilakukan dengan nonparametrics And Design. New Delhi: McGraw-Hill.
test dengan uji Wilcoxon disajikan pada Tabel 6.3. [6] Manuaba, A. (1998). Safety Design to Prevent Accident
and Injury. An Ergonomics Approach. Bunga Rampai
Tabel 6.3. Efesiensi Waktu Proses Perajangan Ergonomi, Vol II. Denpasar : Program Studi Ergonomi-
Fisiologi Kerja Univesitas Udayana
[7] Wickens, C.D., Lee, J.D, Liu, Y. And Becker, S.E.G.
(2004). An Introduction to Human Factors Engineering,
New Jersey : Pearson education
[8] Kroemer, K.H.E., dan Grandjean, E. (2000). Fitting the
Dari Tabel 6.3 menunjukkan bahwa rerata waktu Task to the Human. Taylor & Francis Inc. London.
perajangan sebelum intervensi 18±8,92 menit dan [9] Purnawati, S. (2004). Carpal Tunnel Syndrom dan
setelah intervensi 2,12±4,02 menit dengan nilai Z = Repetitive Job. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi,
2,24 dan nilai p = 0,016 (p < 0,05). Dapat disimpulkan Aplikasi Ergonomi dalam Industri. Yogyakarta.
bahwa waktu proses proses perajangan singkong adalah
[10] TarwakaTarwaka., Bakri, Solichul, HA., Sudiajeng, L.
signifikan (berbeda bermakna). Dengan menggunakan (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja
mesin perajang singkong dapat meningkatkan efisiensi dan Produktivitas, Surakarta: UNIBAPERS.
waktu proses perajangan singkong sebesar 803,57 % per
jam.

7. Kesimpulan Biography

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini Hafzoh Batubara, was born in South Tapanuli, Indonesia, on
maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai Desember 10, 1968. She received the B. Eng from University
berikut : of North Sumatera, Medan, Indonesia, 1995 and M..Sc from
1. Sebelum menggunakan mesin perajang singkong Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia, 2011. Since
kondisi keluhan rata-rata muskuloskeletal 43,39% 1998 she has been a faculty member at Electrical Engineering
dan setelah menggunakan mesin perajang menjurun Department, Tanjungpura University. Her current research
menjadi 33,77%. interest is Ergonomics.
2. Sebelum menggunakan mesin perajang singkong
waktu proses perajangan singkong 18 menit/kg. Tri Rahayuni, was born in Pontianak, Indonesia, on
Setelah menggunakan mesing perajang singkong November 22, 1958. She received the B. Eng from University
waktu proses perajangan singkong menurun menjadi of Tanjungpura, Pontianak, Indonesia, 1984 and M.T from
02,12 menit/ kg. Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia, 2002. Since
1981 she has been a faculty member at Agriculture
Department, Tanjungpura University. Her current research
interest is Agronomi.

Riadi Budiman, was born in pemangkat, Indonesia, on


January 31, 1972. He received the B. Eng from Islamic
University of Indonesia, Yogyakarta, Indonesia, 1995 and
M.T from University of Indonesia, Jakarta, Indonesia, 2009.
Since 1998 he has been a faculty member at Electrical
Engineering Department, Tanjungpura University. His
current research interest is Industrial Engineering.

Jurnal ELKHA Vol.6, No 1, Maret 2014


33

Jurnal ELKHA Vol.6, No 1, Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai