Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

GAMBARAN UMUM OBJEK

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. BASF merupakan sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri pada

produk kimia, dimana produk yang dihasilkan merupakan dispersi polimer yang

digunakan sebagai bahan kimia untuk industri seperti kertas, tekstil, plastik dan

industri kulit.

Kapasitas produksinya untuk setahun mencapai 95000 ton dan disupplai

ke pasar domestik dan ekspor, demikian pula dengan bahan mentah yang dipakai

dalam proses produksi, ada yang berasal dari lokal dan ada yang berasal dari

pabrik PT. BASF lain di luar negeri.

PT. BASF mempunyai komitmen untuk membantu konsumennya untuk

menjadi lebih sukses, membangun tim yang terbaik, serta pengembangan yang

berkelanjutan baik dari segi ekonomis, perlindungan lingkungan dan juga

tanggung jawab sosial. Dan diharapkan pada tahun 2015 PT. BASF masih tetap

menjadi yang terdepan didalam industri kimia.

Ketika memulai operasinya di tahun 1977, BASF Indonesia masih terdiri

dari PT. BASF Indonesia M agnetics dan PT Remmert Indonesia yang pada saat

itu hanya memproduksi pita magnetic, pigmen beserta pigmen preparasi. Pada

tahun 1984, PT BASF Indonesia melakukan merger dengan PT Remmert

Indonesia dan menjadi PT. BASF Indonesia.

Walaupun PT. BASF Indonesia pernah memproduksi kaset audio selama

hampir 20 tahun, namun sejak 1 Januari 1997 PT. BASF Indonesia tidak lagi
6

memproduksi kaset audio. Penghentian produksi tersebut memang sejalan

dengan kebijakan BA SF AG untuk menjual divisi magnetic di seluruh dunia dan

mengkonsentrasikan diri pada bisnis inti yaitu kimia.

Saat ini PT. BASF Indonesia memiliki satu lokasi produksi yang terletak

di Jl. Daan M ogot KM 14, Cengkareng, Jakarta Barat dengan luas areal ± 11

hektar. Di Cengkareng PT. BASF Indonesia memproduksi bahan kimia seperti:

1. Dispersi Polimer (Polymer Dispersion) untuk berbagai keperluan industri

antara lain industri cat, kertas, kulit, tekstil, dan bahan perekat untuk industri

bahan bangunan. Kapasitas produksi sebesar 95 ribu ton/tahun

2. Dispersi Polimer dan kimia proses (Process Chemical) untuk menunjang

industri pemrosesan kertas, tekstil dan kulit. Kapasitas produksi sebesar 18

ribu ton/tahun

3. Vitamin dan mineral premiks untuk industri pakan ternak seperti udang,

ayam dan sapi. Kapasitas produksi sebesar 1200 ton/tahun

Di pabrik Cengkareng berkantor para pimpinan, staf dan karyawan

Production, Quality Assurance, Maintenance, Technical dan Administrasi,

Warehouse & Distribution, Quality Management serta Personel & Industrial

Relations. Berikut struktur organisasi yang ada di pabrik Cengkareng.


7

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

PT. BASF mempunyai divisi khusus (BDPS) yang bertanggung jawab

akan pelaksanaan Lean Management. Divisi ini berfungsi untuk memimpin

aktivitas Lean Management dalam pabrik, serta mengkoordinasikan dan

mengkontrol aktivitas Lean Management dalam mencapai target. Target yang

ingin dicapai adalah “Right Quality, Lowest Cost, Shortest Lead Time, Best

Safety, dan High Morale”.

2.2 Prosedur Kerja Warehouse Raw Material

Berawal dari datangnya material ke pabrik, kemudian material tersebut

diterima oleh petugas warehouse, kemudian setelah itu sebelum material dipakai

harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu oleh pihak Quality Control (QC),

kemudian material akan disimpan di gudang sampai material dipesan untuk

dikirimkan ke bagian Produksi untuk dipakai.


8

Prosedur dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini, Block pertama

merupakan prosedur kerja untuk penerimaan material yang akan dibahas secara

detail pada subbab 2.3. Block kedua adalah prosedur kerja untuk pengecekan

material yang secara detail dibahas pada subbab 2.4. Block terakhir merupakan

prosedur kerja untuk pengiriman material dan akan dibahas secara detail pada

subbab 2.6.
9

Gambar 2.2 Prosedur Kerja


10

2.3 Penerimaan Material

Gambar 2.3 Penerimaan M aterial


11

1. Group Leader menerima Surat Jalan dari pembawa material unuk dicocokan

dengan Purchase Order (PO) yang tercantum dalam surat jalan tersebut

dengan data yang ada di List Open Purchase. Dengan batas toleransi yang

dapat diterima adalah maksimum 10% dari jumlah yang dipesan.

2. Group Leader meminta COA (Certificate of Analysis) dari pengirim material

untuk dicocokan dengan material yang diterima, jika material yang diterima

sudah kadaluarsa maka material ditolak.

3. Setelah Surat Jalan cocok dengan data PO dan COA sesuai dengan material

yang diterima maka selanjutnya Group Leader akan menerima material

tersebut, menentukan lokasi pembongkaran, mengecek material secara global

dan mempersiapkan personil serta perlengkapan kerja dan peralatan

keselamatan kerja yang dibutuhkan.

4. Apabila material yang masuk tersebut PO-nya tidak tercantum dalam List

Open Purchase Order, maka Supervisor akan menanyakan kepada

Purchasing Department. Apabila ada masalah maka atasan akan

diberitahukan untuk diselesaikan.

5. Setelah pembongkaran, Group Leader akan memerintahkan awaknya untuk

menyusun material diatas pallet, menghitung dan menimbang secara acak

dari total material yang diterima. Jika terdapat perbedaan antara jumlah

material yang diterima dengan jumlah yang tercantum pada Surat Jalan, maka

Supervisor meminta persetujuan kepada pengantar material atas perbedaan

tersebut dengan mencantumkan pada Surat Jalan jumlah yang sebenarnya dan

ditandatangani oleh kedua pihak. Jika tidak ada perbedaan maka Group

Leader membubuhkan paraf dan menyerahkan pada Supervisor untuk


12

ditandatangani, kemudian Surat Jalan asli diserahkan kembali ke pengantar

material dan yang copy diambil.

6. Group Leader mengisi Check List Penerimaan dan menandatangani dan

disetujui oleh Supervisor.

7. Supervisor menyerahkan Copy Surat Jalan dan Check List Penerimaan

kepada administrasi untuk dimasukkan datanya, sedangkan check List

Penerimaan disimpan di Warehouse sebagai bukti penimbangan dan

pengecekan material.

8. Administrasi akan menginput data yang ada pada Check List Penerimaan,

status material adalah block, setelah itu akan data akan dimasukkan ke

Receiving Report Raw Material dimana personel QC akan sekalu melihat file

tersebut dan apabila ada material yang baru masuk, maka akan diambil

sample dan hasil analisa dimasukkan ke dalam file sehingga Group Leader

mengetahui apakah material sudah dapat dipakai (Release) atau belum.

9. Group Leader akan memerintahkan awaknya untuk memasang label dengan

tinta merah dan tidak boleh dipergunakan tanpa sepengetahuan QC atau

memo dari produksi.

10. Apabila terjadi penyimpangan seperti: label tidak ada atau susunan material

tidak baik tapi material masih dapat diterima maka Supervisor akan membuat

deviation report mengenai penyimpangan tersebut ditujukan kepada QM ,

Purchasing, M RP.
13

2.4 Pengecekan Material

Gambar 2.4 Pengecekan M aterial


14

2.5 Penyimpanan Material

1. M aterial disimpan sesuai dengan ketentuan berdasarkan sifat material dan

jenis kemasan. Sifat M aterial dapat dilihat pada Tabel 2.1

2. Papan atau label dipasang pada satu nama produk dan satu collie.

3. M aterial yang belum diperiksa oleh QC dikelompokkan kedalam Pending

Stock, material ini tidak diberi stiker tapi label ditulis dengan tinta merah.

4. M aterial yang telah diperiksa oleh QC dan hasilnya bagus dikelompokkan

dalam Good Stock , diberi stiker warna hijau dan label akan ditulis dengan

tinta hitam atau biru.

5. M aterial yang ditolak setelah pemeriksaan QC akan dimasukkan kedalam

kelompok Rejected Stock dan akan diberi stiker warna merah dan label ditulis

dengan tinta hitam atau biru.

Tabel 2.1 Sifat-sifat Khusus M aterial

Sifat Penjelasan
M udah terbakar walau tidak kontak dengan bahan yang mudah
Oksidator terbakar, sifat bahan melepas oksigen
M udah terbakar pada suhu kamar untuk extremely, <21 derajat
Flammable untuk highly, dan 21-55 derajat untuk flammable
Setelah terhirup, tertelan atau terabsorbsi melalui kulit dalam
Toxic jumlah sedikit menyebabkan gangguan kesehatan serius
Setelah terhirup, tertelan dan terabsorbsi oleh kulit dapat
Harmful menyebabkan gangguan kesehatan yang bersifat akut atau kronis
Corrosive M erusak jaringan tubuh
Irritant Dapat menyebabkan peradangan
Pollutant M enyebabkan bahaya bagi air, tanaman, binatang, dan biota tanah
Sensitizing M enyebabkan alergi
15

Tabel 2.2 Ketentuan Berkaitan dengan Sifat Khusus Raw Material

Flammable Flammable
Liquid Solid Oxidizing Toxic Corrosive Pollutant
Flammable
Liquid Y Y ^ Y Y Y
Flammable
Solid Y Y * Y Y Y
Oxidizing ^ * Y * ^ Y
Toxic Y Y * Y Y Y
Corrosive Y Y ^ Y Y Y
Pollutant Y Y Y Y Y Y
Keterangan:

Y = boleh disimpan bersamaan dengan

^ = boleh dibawa dengan kendaraan yang sama

* = terpisah sejauh 3 meter


16

2.6 Pengiriman Material

Gambar 2.5 Pengiriman M aterial

1. Permintaan material oleh bagian produksi dilakukan dengan menggunakan

Internal Stock Movement dan waktu pengirimannya berdasarkan Cumulative

Production Report.
17

2. PPC mengeluarkan dokumen Internal Stock Movement sebagai dokumen

yang memberitahukan bahwa ada permintaan material untuk diproses di

Produksi. Internal Stock Movement tersebut diterima oleh Group Leader

melalui printer yang ada di warehouse.

3. Group Leader membaca Cumulative Production Report untuk mengetahui

jadwal Production Order mana saja yang akan dibatch.

4. ISM (dalam hal ini berupa M R) diterima oleh Group Leader dalam rangkap 2

dan setelah diperiksa kebenaran datanya seperti nomor produk, nama produk,

nomor kolli, jumlah, lokasi dsb,. Pengecekan stok Raw Material juga

dilakukan sehingga apabila tidak ada dapat dikomunikasikan dengan pihak

terkait.

5. Group Leader mempersiapkan personil lengkap dengan peralatan kerja dan

keselamatan.

6. Pengeluaran material harus bersifat FEFO (First Expired First Out), kecuali

ada permintaan khusus dari produksi atau QC, berdasarkan memo atau

catatan pada ISM .

7. Dalam melakukan penimbangan, harus diperhatikan angka timbangan

menunjukkan angka nol dan material yang masih ada sisa dikemas kembali

dengan rapi menggunakan kemasan plastik dan mencantumkan sisa jumlah

material.

8. Operator batching harus menuliskan jumlah material yang ditimbang pada

setiap kemasan sebelum dipasang label oleh Group Leader agar tidak terjadi

kesalahan pemasangan label.

9. Sebelum diserahkan ke produksi harus dicek ulang apakah sudah benar.


18

10. Hal yang dilakukan setelah batching adalah mencuci peralatan sampai bersih,

lokasi batching harus dalam keadaan bersih dan rapih.

11. Setelah material yang diminta sesuai dengan ISM tersebut dipersiapkan

selanjutnya Group Leader mengirimkannya ke Bagian Produksi bersamaan

dengan dokumen pengiriman tersebut. Group Leader dan Bagian Produksi

menanda tangani ISM setelah material diterima

12. Setelah penyerahan, senior Material Handler harus merubah data-data

material yang telah diambil yang tertera pada papan atau label sehingga

terlihat sisa stok sebenarnya.

13. Dokumen PO diserahkan ke administrasi untuk di-input datanya.

14. Apabila ada perbedaan fisik dan dokumen atau pemberitahuan dari bagian

produksi bahwa ISM tersebut dibatalkan baik secara keseluruhan atau

material tertentu.

Anda mungkin juga menyukai