Anda di halaman 1dari 15

GREEN

PROCUREMENT
MAYA KARTIKA
2107011212000
8

Green Procurement
Green Procurement adalah proses pembelian,
pemilihan bahan atau pengadaan dengan membeli
barang/jasa yang memberikan dampak yang minimal
terhadap lingkungan dibanding produk sejenis, atau
yang telah memperhatikan aspek lingkungan dalam
daur hidupnya (green product).
Green Procurementjuga merupakan skala kecil dari
managemen lingkungan dalam organisasi. Dimana
dalam proses ini manajemen suatu organisasi
mengembangkan
dan
menerapkan
kebijakan
lingkungan dan mengelola aspek lingkungan yang
ditimbulkan dari proses pembelian barang/jasa.
Programgreen procurementjuga telah menjadi
bagian yang dipersyaratan dari sistem manajemen
lingkungan suatu organisasi, yang akan disertifikasi
EMAS dan ISO 14001.
Green procurement is rooted in the principle of
pollution prevention, which strives to eliminate or to
reduce risks to human health and the environment. It
means evaluating purchases based on a variety of
criteria, ranging from the necessity of the purchase in
the first place to the options available for its eventual

Mengapa Perlu?
Green product melibatkan lebih sedikit energi dalam
pembuatannya dan mengkonsumsi lebih sedikit energi ketika
sedang digunakan, dan umumnya mengandung bahan
berbahaya atau beracun lebih sedikit.
Green product juga umumnya dirancang dengan tujuan
mengurangi jumlah sampah yang diciptakan. Sebagai contoh,
produk tersebut berisi bahan daur ulang atau menggunakan
lebih sedikit kemasan, dan pemasok dapat beroperasi dengan
program 'take-back'.
Green Procurement juga dapat menawarkan penghematan
biaya. Secara khusus, membeli green product biasanya
melibatkan produk yang mudah didaur ulang, bertahan lebih
lama atau menghasilkan limbah yang sedikit. Selain itu, green
product umumnya membutuhkan sumber daya yang lebih
sedikit untuk memproduksi dan beroperasi, sehingga
penghematan dapat dilakukan pada energi, air, bahan bakar
dan sumber daya alam lainnya.
Selain itu, karena green product melibatkan bahan beracun
berbahaya yang lebih sedikit, hal tersebut dapat mengurangi
biaya yang terkait seperti biaya perizinan, biaya penanganan

Characteristics of Green
Procurement
Selection of products and services that minimize
environmental impact.
Assessment of consequences of products at all
stages of lifecycle assessment costs of securing
raw materials, manufacturing, transporting, storing,
handling, using and disposing.

Four areas of green


procurement in emergencies
Energy efficient equipment

Waste reduction

Recycling
Reduction of energy requirements

Challenges to green
procurement
Harga: Ada persepsi bahwa green product lebih
mahal daripada alternatif konvensional.
Kurangnya komitmen perusahaan: Untuk
sebuah organisasi dalam melaksanakan program
green procurement, ia harus memiliki komitmen
dari semua tingkatan, termasuk manajemen
senior dan agen pembelian.
Kurangnya pengetahuan: Banyak organisasi
tidak terbiasa dengan konsep green procurement
atau dengan pilihan yang tersedia bagi mereka.
Ketersediaan: seringkali, distributor lokal tidak
menyediakan stok green product , atau
persediaan mereka hanya dalam jumlah kecil.

Challenges to green
procurement (Cont.)
Alternative tidak diterima: Hambatan lain
untuk pembelian green product yaitu kurangnya
alternatif yang dapat diterima untuk produk
tersebut.
Tidak ada spesifikasi: Penting bagi pemasok
diminta untuk memberikan spesifikasi lingkungan
dari produk yang mereka tawarkan.
Kebiasaan
Pembelian:
'Kami
selalu
melakukannya dengan cara ini' bisa menjadi
mentalitas sulit untuk diatasi.

Implementing a green
procurement program

Contoh Penerapan Green


Procurement
NEC Corporationadalah sebuah perusahaan
teknologi informasimulti-nasional yang berkantor
pusat di Minato, Tokyo, Jepang. NEC menyedikan
informasi teknologi dan solusi jaringan kepada
bisnis, penyedia jasa komunikasi, dan pemerintah.
NEC merupakan pembuat dariEarth Simulator,
salah satusuperkomputertercepat di dunia, dan
juga SX-2, SX-3, SX-4, SX-5, SX-6 dan merupakan
salah satu perusahaan yang menerapkan Green
Procurement,
dengan
melakukan
penerapan
sebagai berikut:
Appropriate management of the environmental
pollutants contained in products
Resource and energy conservation
Long lifetime
Use of recycled parts and materials
Easily recyclable materials

Green Procurement
Policies of NEC

Green Procurement
Policies of NEC (Cont.)
Green Procurement support system
-Start of operation in October 1997-

Green Procurement
Policies of NEC (Cont.)

Green Procurement di
Indonesia

Kesadaran
akan
membeli
barang/jasa
yang
mempertimbangkan aspek lingkungn khususnya pada
instansi pemerintahan masih sangat kurang, hal ini
ditunjukkan
dengan
belum
dimasukannya
aspek
lingkungan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
jenis barang atau peralatan yang akan dibeli di kantor.
Padahal Pemerintah merupakan konsumen yang potensial
dalam belanja barang, sebagai contoh dalam RAPBN tahun
2007, pemerintah telah menganggarkan untuk belanja
barang sekitar Rp. 38.062,4 milyar atau sekitar 7,67%.
Pada tahun 2005 jumlah sampah dari kegiatan perkantoran
di Jakarta telah menghasilkan sekitar 1.641 ton sampah
atau sekitar 27.35% dari total sampah di Jakarta atau pada
peringkat kedua setelah perumahan dengan jumlah
sampah yang di hasilkan sebanyak 3,178 ton. Selain itu
dari kegiatan sekolah menghasilkan sampah sekitar 319
ton atau 5,23% dari total sampah di Jakarta pada tahun
2005. Sedangkan pola umum pengelolaan sampah Jakarta
adalah kumpul angkut musnahkan.

Green Procurement di Indonesia


(Cont.)
Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian yang dilakukan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup terhadap beberapa
instansi pemerintahan menyatakan bahwa, hampir seluruh
responden tidak mendaur ulang barang yang dipergunakan
atau dibuang langsung setelah dipakai.
Namun dalam sistem dan pengaturan pengadaan
barang/jasa pemerintah yang sudah ada, dalam hal ini
Keppres 80 Tahun 2003 belum secara jelas menyatakan
bahwa dalam pengadaan barang/jasa diharapkan lebih
memberikan perhatian terhadap lingkungan. Prakarsa
Green Procurement dimulai sejak awal tahun 2004, tetapi
masih pada tahap introduction dan hingga saat ini belum
ada aturan yang memberikan ruang besar untuk
berkembangnya konsep green di Indonesia.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai