Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH REKAYASA RANTAI PASOK PRODUK PERTANIAN

Judul Tugas : Value Stream Mapping & Contoh Kasus


Tugas ke : 5
Kelas : C
Dosen : Dr. Eliana Wulandari, SP., MM.
Sulistyodewi Nur Wiyono., SP., MP.

Disusun oleh:
Kelompok 4
No Nama NPM
1. Evi Faridah Rostanti Meliyani 150610150029
2. Naufal Fadlurahman 150610150100
3. Zulhilmi Adenan 150610150113

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Value Stream Mapping”
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Makalah untuk Mata Kuliah Rekayasa Rantai Pasok ini,yaitu :
1. Kepada Ibu Dr. Eliana Wulandari, SP., MM. selaku dosen Rekayasa Rantai Pasok
Produk Pertanian kelas B
2. Kepada Ibu Sulistyodewi Nur Wiyono, SP., MP. selaku dosen Rekayasa Rantai Pasok
Produk Pertanian kelas B
3. Kepada teman-teman Rekayasa Rantai Pasok Produk Pertanian Kelas (B) yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dalam proses pembuatan Makalah ini.
Penulis sadar dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dalam isi
maupun sistematikanya, oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati memohon maaf
kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran sehingga makalah ini bisa menjadi lebih
baik. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’ailaikum wr.wb

Jatinangor, 2 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGATAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1. Latar Belakang .......................................................................................... 4
2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
3 Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
1. Definisi Value Stream Mapping ............................................................... 5
2 Tujuan Value Stream Mapping .................................................................. 5
3 Lambang Value Stream Mapping .............................................................. 6
4 Studi Kasus Value Stream Produksi Mie Lethek ........................................ 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
1. Kesimpulan ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi sering kali diikuti dengan perubahan struktur pendapatan,
terutama bagi negara yang sedang berkembang. Pada tahap awal perkembangan ekonomi
dicirikan oleh peranan sektor pertanian yang dominan. Selanjutnya dengan pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi, peranan sektor industri dan jasa semakin besar dan sebaliknya
peranan sektor pertanian menurun.
Peranan sektor industri tidak akan terlepas dari nilai tambah suatu produk agar produk
yang dihasilkan dapat bersaing dan dapat memenuhi value yang diingankan oleh konsumen.
Salah satu cara untuk memberikan nilai tambah pada produk yaitu dengan mendesain proses
produksi yang lebih efektif dan efisien sehingga meminimalisir terjadi kesalahan dan dapat
menghilangkan pemborosan pada saat proses produksi.
Studi kasus yang digunakan berdasarkan artikel yang ditulis oleh Nugroho, dkk.
(2015) mengenai salah satu industri Mie Lethek di Yogyakarta. Penulis menganalisis seluruh
aktifitas yang dilakukan dalam industry tersebut, kemudian menentukan kegiatan mana saja
yang menyebabkan terjadinya pemborosan (waste), dan memberikan rekomendasi
berdasarkan perhitungan process cycle efficiency (PCE) dan rekayasa tata letak pabrik.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Value Stream Mapping?
2. Bagaimana aplikasi Value Stream Mapping dalam studi kasus?

3. Tujuan
1. Mendeskripsikan Value Stream Mapping
2. Memahami Value Stream Mapping dalam studi kasus
3. Mengetahui penyebab terjadinya pemborosan dalam studi kasus

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Value Stream Mapping

Rother dan Shook (2003) mendefinisikan Value Stream Mapping adalah seluruh
aktifitas (baik yang memberikan nilai tambah maupun yang tidak memberikan nilai tambah)
yang saat ini diperlukan untuk membawa sebuah produk melalui aliran utama yang penting
untuk setiap produk : (1) aliran produksi dari bahan baku sampai diterima konsumen, dan (2)
aliran desain dari konsep hingga diluncurkan.
Lasa et al. (2008) mendefinisikan Value Stream Mapping sebagai alat analisis yang
berharga dalam mendesain ulang sistem produksi sesuai dengan prinsip lean.

2. Tujuan Value Stream Mapping

Value stream mapping bertujuan untuk memetakan, mengurangi atau membuang


aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah, atau yang biasa disebut waste atau muda.
Penggunaan metode pembuangan waste pertama kali digunakan oleh Taiichi Ohno dan sensei
Shigeo Shingo sebagai chief engineer Toyota yang tujuannya untuk meningkatkan
keuntungan kompetitif perusahaan. Secara umum ada 7 buah waste yang biasa diterima oleh
perusahaan:
1) Produksi berlebihan (overproduction)
2) Menunggu (waiting)
3) Mengangkut (transport)
4) Pemrosesan yang tidak sesuai (inappropriate processing)
5) Persediaan yang tidak perlu (unnecesary inventory)
6) Gerakan yang tidak perlu (unnecesary motion)
7) Cacat (defects)
Menurut Hitnes dan Rich (1997) ada 3 tipe oprasi yang berjalan dalam konteks produksi:
1) Tidak memberikan nilai tambah (non-value adding)
2) Perlu tapi tidak memberikan nilai tambah (necessary but non-value adding)
3) Memberikan nilai tambah (value-adding)

5
3. Lambang dalam Value Stream Mapping
Menurut Andrea Chiarini (2013) dalam Value Stream Mapping terdapat lambang-
lambang yang biasa digunakan :

6
7
4. Studi Kasus Value Stream Produksi Mie Lethek

Industri Mi Lethek Yogyakarta ini adalah industri mi yang telah ada sejak tahun 1940
dengan pekerja tetap berjumlah 24 orang. Industri mi lethek ini mampu menghasilkan mi
kering dengan volume rata – rata perbulan mencapai 19 ton. Dengan volume produksi yang
cukup tinggi, maka kegiatan produksi pun menjadi sangat perlu diperhatikan terutama untuk
masalah efektifitas dalam kegiatan produksi itu sendiri. Efektifitas penting adanya, mengingat
semakin tinggi efektifitas produksi maka sumberdaya yang digunakan dalam kegiatan
produksi pun akan semakin maksimal termanfaatkan.

Dalam studi kasus ini, penulis menggunakan pendekatan lean manufacturing dalam
menganalisis Value Stream produksi industri mie lethek. Hal yang menjadi perhatian lebih
adalah pada bagian borosnya penggunaan waktu perpindahan bahan antar stasiun produksi.
Menurut peneliti, hal ini terjadi karena kurang baiknya penataan stasiun kerja sehingga
terdapat delay yang sebenarnya dapat diminalisir apabila tata letak stasiun produksi
diperbaiki.

8
Gambar 1. Gambaran Value Stream Mapping industri Mie Lethek Yogyakarta

Gambar 2. Tata letak industri Mie Lethek Yogyakarta

Dilihat dari tata letak kegiatan produksi maka dapat kita ketahui bahwa arus kegiatan
produksi cukup terasa tidak beraturan karena arah panah terlihat berputar dalam satu area
tertentu. Hal tersebut tentu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh peneliti bahwa,
menghasilkan pemborosan waktu dalam proses produksi.

9
Perbaikan yang dilakukan adalah dimulai dengan melakukan assesment
menggunakan pendekatan lean manufacturing atau dengan mengatur tata letak stasiun
produksi sehingga menghilangkan atau meminimalisir pemborosan sumberdaya yang dimiliki
yang akhirnya didapatkan nilai PCE atau process cycle efficiency yang lebih tinggi. PCE
sendiri adalah “efisiensi relatif dalam sebuah proses yang mewakili presentase waktu yang
digunakan untuk menambah nilai pada produk dibandingkan total waktu yang digunakan
produk selama dalam proses.”

Gambar 3. Rekomendasi tata letak industri Mie Lethek Yogyakarta menurut penulis

Dari skema usulan tata letak dapat kita lihat bahwa arus barang sudah jauh lebih
tertata, tidak terasa ada penumpukan yang terjadi antara kegiatan di stasiun kerja. Hal ini
menurut kami akan berdampak kepada luwesnya atau baiknya perpindahan yang dapat
dilakukan oleh bahan produksi ataupun oleh pekerja antar satu stasiun kerja ke stasiun kerja
selanjutnya, sehingga delay yang dialami oleh bahan produksi dapat lebih diminalisir.

Efektifitas yang muncul dari penataan tata letak ini pun dapat berdampak kepada
terjaga nya kualitas bahan baku selama proses produksi karena semakin minimnya delay
produksi juga dapat membuat produktivitas produksi meningkat yang disebabkan oleh
tersedianya waktu yang lebih untuk menambah jumlah bahan baku yang dapat diolah.
Akhirnya, pendapatan perusahaan dapat lebih meningkat.

10
Tata letak yang kurang efisien menjadi fokus utama penulis dalam menentukan
penyebab terjadinya pemborosan dalam industri Mie Lethek Yogyakarta. Namun ada salah
satu faktor yang menjadi penyebab pemborosan dalam value stream produksi mie lethek,
yaitu adanya penyimpanan bahan baku berlebih (overstock). Penyimpanan bahan baku yang
berlebih ini bisa terjadi karena waktu pemesanan bahan baku yang tidak menentu. Rata-rata
frekwensi pemesanan bahan baku untuk tiap bulannya yaitu 2,5 kali, dengan frekwensi
pemesanan terendah yaitu 2 kali, dan pemesanan terbanyak yaitu 4 kali.

Oleh karenanya, lead time yang dihasilkan dari penyediaan bahan baku menjadi
tinggi. Penulis merekomendasikan pengaturan waktu pemesanan bahan baku yang rutin, yaitu
4 kali dalam sebulan berdasarkan kapasitas produksi pabrik. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyediaan bahan baku yang berlebihan di gudang, karena penyediaan
bahan baku didasarkan pada permintaan & kebutuhan pasar di masa yang akan datang. Selain
itu, ini akan mengurangi lead time antara pemasok bahan baku dan industry mie lethek, dan
menurunkan risiko terjadinya kerugian ketika pemasok tidak mampu memenuhi permintaan
bahan baku industri mie lethek.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Value Stream Mapping merupakan alat analisis yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi saat ini dan kondisi yang akan datang dalam proses produksi untuk
mengidentifikasi sumber-sumber waste agar perusahaan dapat meningkatkan daya saing dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam studi kasus value stream produksi mie lethek Yogyakarta, beberapa faktor
yang diidentifikasi sebagai sumber waste adalah aktifitas perpindahan dari satu stasiun kerja
menuju stasiun kerja yang lain. Hal ini dianggap menjadi pemborosan karena kegiatan ini
tidak menambahkan nilai kedalam produk, namun jika seluruh waktu perpindahan
diakumulasikan maka akan memakan waktu produksi yang cukup banyak.
Adapun salah satu sumber waste lain adalah adanya overstock, dimana tersedianya
bahan baku yang belum diperlukan dalam gudang. Adanya pemborosan bahan baku ini dapat
menimbulkan resiko berkurangnya kualitas bahan baku yang tersimpan dalam gudang, bahan
baku menjadi tidak terpakai karena permintaan pasar akan produksi mie lethek sedang turun.
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah mengubah tata letak industri mie lethek
agar perpindahan antara stasiun kerja menjadi lebih efisien, sehingga dapat mengurangi lead
time dalam produksi dan meningkatkan pendapatan industrinya secara keseluruhan. Selain
merubah tata letak pabrik, penentuan jangka waktu pemesanan bahan baku yang rutin
menjadi kewajiban agar mengurangi lead time bahan baku dalam gudang dan mencegah
terjadinya overstock. Penentuan jangka waktu pemesanan bahan baku didasarkan oleh
kapasitas produksi pabrik dan forecasting demand (memprediksi permintaan pasar di waktu
yang akan dating).

12
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, dkk. (2014). Rancang Bangun Sistem Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Industri Minyak Atsiri. Jurnal Manajemen Teknologi, 31(2).
Nugroho, dkk. (2015). Reduksi Pemborosan untuk Perbaikan Value Stream Produksi
“Mie Lethek” Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing. Agritech, 35(2), 205-211.

13

Anda mungkin juga menyukai