Dosen:
Ikhya, S.T., M.M.
i
1.2. Definisi Tanah ...................................................................................... 122
1.3. Pendugaan lapisan bawah permukaan tanah metode Geofisika ........... 131
1.1.1. Seismik Refraksi ........................................................................... 132
1.1.2. Geolistrik ....................................................................................... 136
1.1.3. Georadar ........................................................................................ 140
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 144
ii
I. Metode Penyelidikan dan Pengujian Tanah
Penyelidikan tanah harus memberikan deskripsi kondisi tanah yang relevan
dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan menetapkan dasar untuk penilaian
parameter geoteknik yang relevan untuk semua tahap konstruksi. Informasi yang
diperoleh harus memungkinkan penilaian terhadap aspek-aspek berikut:
a. kesesuaian lokasi sehubungan dengan pembangunan yang diusulkan dan
tingkat risiko yang dapat diterima;
b. deformasi tanah yang disebabkan oleh bangunan atau yang dihasilkan dari
pekerjaan pembangunan, distribusi spasial dan perilaku terhadap waktu;
c. keamanan sehubungan dengan Kondisi Batas (misalnya penurunan,
penggelembungan tanah, terangkat, pergeseran massa tanah dengan batuan,
dan tekuknya tiang pancang);
d. beban yang tersalur dari tanah ke struktur (misalnya tekanan lateral pada tiang
pancang) dan batas sebaran yang tergantung dari perancangan dan
pembangunan;
e. metode fondasi (misalnya perbaikan tanah, kemungkinan untuk menggali,
kemampuan penetrasi pemancangan, drainase);
f. urutan pekerjaan fondasi;
g. pengaruh dari bangunan serta penggunaannya terhadap lingkungan
sekitarnya;
h. langkah-langkah struktural tambahan yang diperlukan (misalnya penyangga
dari penggalian, pemasangan angkur, penyelimutan tiang bor, pengangkatan
penghalang dalam tanah:
i. pengaruh-pengaruh pembangunan terhadap lingkungan sekitar;
j. jenis dan tingkat kontaminasi tanah pada, dan di sekitar, lokasi pembangunan;
k. efektivitas kebijakan yang diambil untuk membendung atau memperbaiki
kontaminasi.
Apabila tersedia waktu dan budget yang cukup, penyelidikan tanah harus
dilakukan secara bertahap seperti dibawah untuk memperoleh informasi yang
komprehensif sepanjang perancangan awal, perancangan, dan pembangunan
proyek:
144
a. penyelidikan awal untuk penentuan posisi dan perancangan awal dari
bangunan
b. penyelidikan tahap perencanaan perancangan
c. Pemeriksaan kesesuaian hasil penyelidikan selama konstruksi Dalam kasus
dimana semua penyelidikan dilakukan pada saat yang sama, penyelidikan
awal dan dan penyelidikan tahap perancangan serta tambahan harus
dipertimbangkan secara bersamaan.
1.1. Jenis – jenis penyelidikan geoteknik
1.1.1. Penyelidikan tanah lapangan
Program penyelidikan lapangan harus meliputi:
a) Rencana lokasi titik penyelidikan termasuk jenis penyelidikan;
b) Kedalaman penyelidikan;
c) Jenis contoh tanah (kategori, dan lainnya) yang akan diambil
termasuk spesifikasi untuk jumlah dan kedalaman pada lokasi
contoh tanah harus diambil;
d) Spesifikasi pengukuran air tanah;
e) Jenis peralatan yang akan digunakan;
f) Standar yang akan diterapkan.
2
2. Mendapatkan contoh tanah untuk diuji di laboratorium, yaitu
tanah yang tak terganggu (undisturbed sample) dan tanah yang
terganggu (disturbed sampel).
3. Mengetahui tinggi muka air tanah
4. Mendapatkan properti tanah secara langsung, seperti daya
dukung tanah atau kekuatan tanah.
5. Uji insitu :
a) Uji lapangan sederhana dan umum
a. Uji Penetrasi Standar (Standard PenetrationTest/SPT)
b. Uji Sondir (Cone Penetration Test/CPT) UJI
b) Lapangan yang langsung memberikan sifat mekanis
a. Uji Baling-baling (field vane shear test) → sifat
kekuatan tanah
b. Uji Tekan Lateral Silinder
(PressuremeterTest/Lateral Load Test(LLT)) → sifat
deformasi tanah
c. Uji Tekan Lateral Pipih (Flat Dilatometer Test) →
sifat deformasi tanah
d. Uji Tekan Pelat (Plate Bearing Test) → sifat
deformasi tanah
3
Penyelidikan tanah lapangan pun punya beberapa tahapan, yaitu :
1. Inspeksi lapangan
4
Gambar I. 3 Contoh Peta Geologi
3. Penyelidikan awal
Penyelidikan awal harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga data yang diperoleh memadai untuk hal-hal yang
relevan di bawah ini:
a) Menilai stabilitas global dan kesesuaian umum lapangan;
b) Menilai kesesuaian lokasi proyek dibandingkan dengan
lokasi alternatif lainnya;
c) Menilai kesesuaian posisi bangunan;
d) Mengevaluasi efek yang mungkin ditimbulkan dari
pembangunan terhadap lingkungan, seperti bangunan
tetangga, struktur dan lokasi bangunan;
e) Mengidentifikasi daerah sumber material konstruksi;
f) Mempertimbangkan kemungkinan metode fondasi dan
perbaikan tanah;
g) Merencanakan penyelidikan utama tahap perancangan dan
penyelidikan tambahan, termasuk identifikasi zona tanah
yang mungkin dapat memberi pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku struktur.Penyelidikan tanah awal harus
menyediakan perkiraan data tanah, bila relevan, mengenai:
a. jenis tanah atau batuan dan stratifikasinya;
b. muka air tanah atau profil tekanan air pori;
5
c. informasi awal tentang kekuatan dan sifat deformasi tanah
dan batuan;
d. potensi terjadinya kontaminasi pada tanah atau air tanah
yang mungkin dapat merusak daya tahan bahan
konstruksi.
5. Penyelidikan Tambahan
Yaitu penetrasi lanjutan, menggunakan alat yang modern
seperti, Ground Penetration Radar dan Seismik
Reflection/Refraction. Apabila data kurang lengkap, lapisan
tanah berubah, pengujian masih diragukan.
1.1.1.1. Sondir / CPT
Suatu uji dengan melakukan penetrasi konus ke dalam tanah yang
bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah tiap kedalaman
tertentu berdasarkan parameter-parameter perlawanan tanah
terhadap ujung konus dan hambatan akibat lekatan tanah dengan
selubung konus, serta uji ini digunakan agar mengetahui elevasi
lapisan “keras” (Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah
lateral.
6
4. Pipa dorong
5. Batang dalam
Konus standard digunakan hanya untuk mengetahui besar
tekanan, sedangkan bikonus digunakan untuk mengetahui
besarnya tekanan konus dan hambatan lekat.
Menurut Jeni salat : (Konusnya)
1) Sondir Mekanik
Prosesnya mekanik tidak memiliki sensor dan dibaca secara
mekanik. Luas selimut 150 cm².
2 parameter yang diukur setiap 20 cm :
a. Tekanan konus (qc)
b. Gaya gesek (Fs)
2) Sondir Elektrik
Di ukur setiap 2 cm. Proses pembacaan dengan elektrik (ada
kabelnya) memiliki sensor-sensor. Tingkat akuratsi lebih baik
dibanding mekanik. Namun harga lebih mahal, pengerjaan
lebih sulit.
Sondir Elektrik mampu mengukur tekanan konus dan tekanan
friksi secara menerus dengan akurasi jauh lebih baik daripada
sondir mekanik. Koreksi berat tiang tekan seperti yang
dilakukan untuk sondir mekanik tidak perlu dilakukan untuk
sondir listrik karena sensor tepat berada diujung konus.
Sondir Elektrik ada yang dilengkapi sensor untuk mengukur
tekanan air pori yang sangat berguna untuk penentuan jenis
tanah:
a. Tekanan air pori yang cenderung sama dengan tekanan
hidrostatis menunjukkan tanah jenis pasiran.
b. Tekanan air pori yang lebih besar dari tekanan hidrostatis
menunjukkan tanah liat lunak hingga sedang.
c. Untuk tanah liat atau pasir sangat padat, tekanan air pori
cenderung lebih kecil daripada tekanan hidrostatis.
Menurut Kapasitas alat sondir :
7
1) Sondir Ringan
Biasa disebut sondir 2,5 ton. Kapasitas 0-250 kg/cm²,
kedalaman max ± 30 meter, maksudnya tidak bisa lebih dari
kedalaman 30 meter walaupun tanah masih lunak atau masih
dapat diukur karena terlalu langsing atau tipis yg akibatnya
hasilnya kurang akurat.
2) Sondir Sedang
Biasa disebut sondir 5 ton. Kapasitas 0-300/500 kg/cm²,
kedalaman max ± 40 meter, maksudnya tidak bisa lebih dari
kedalaman 40 meter walaupun tanah masih lunak atau masih
dapat diukur karena terlalu langsing atau tipis yg akibatnya
hasilnya kurang akurat.
3) Sondir Berat
Biasa disebut sondir 10 ton. Kapasitas 0-500/1000 kg/cm²,
kedalaman max ± 50 meter, maksudnya tidak bisa lebih dari
kedalaman 50 meter walaupun tanah masih lunak atau masih
dapat diukur karena terlalu langsing atau tipis yg akibatnya
hasilnya kurang akurat.
8
1) Kondisi alat
a. Konus : dalam keadaan baik, ujung konus harus tajam,
konus tidak penyok, dimensi & ukuran konus standar.
b. Manometer : kondisi keadaan baik, skala harus di
perhatikan dengan benar khusunya pada analog. Jadi
harus disesuaikan dengan skalanya agar hasil
pembacaan terkalibrasi dengan baik serta akuratsinya
tepat.
c. Batang penusuk : Kuat batangnya
2) Kondisi tanah :
a. Tanah harus rata
b. Sondir harus diangkur atau dijepit dengan kuat, agar
sondir tidak terangkat pada saat gesekan antara konus
dan tanah. Karena jika sondir terangkat pembacaan
menjadi tidak benar/ sesuai.
3) Prosedur pengujian :
a. Kecepatan menusuk, tidak boleh sangat lambat atau
sangat cepat.
b. Pembacaan manometer, perhatikan pembacaan
pertama dan kedua. Agar pembacaan tidak meleset.
Keuntungan:
1. Dapat dengan cepat menentukan tanah keras.
2. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan.
3. Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk
menghitung daya dukung tiang.
4. Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir
halus.
Kerugian:
1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah.
9
2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Jenis
tanah diketahui dengan cara korelasi atau pendekatan dari
nilai qc.
3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik
maka hasil yang diperoleh bisa meragukan.
4. Sondir mekanis kurang sensitive pada tanah liat yang sangat
lunak
5. Kedalaman terbatas
6. Mentok jika ada lapisan lensa batu, batu besar, lapisan keras
7. Tidak mendapatkan informasi muka air tanah secara
langsung.
10
Gambar I. 5 Jenis Alat sondir
11
Gambar I. 8 pengujian sondir
12
Kategori pengambilan contoh jumlah contoh yang akan diambil
harus didasarkan pada:
1) tujuan penyelidikan tanah;
2) geologi lapangan;
3) kompleksitas struktur geoteknik.
13
tambahan tentang kondisi tanah harus dipertimbangkan. Hasil
pengambilan contoh tanah atau batuan dengan cara pengeboran
dan galian harus digunakan dalam evaluasi hasil uji. Dalam
evaluasi hasil uji, kemungkinan pengaruh peralatan terhadap
parameter geoteknik harus dipertimbangkan. Ketika formasi
tanah atau batuan menunjukkan sifat anisotropi, perlu
memperhatikan sumbu beban terhadap sifat anisotropi. Jika
korelasi digunakan untuk menjabarkan parameter geoteknik,
ketepatannya harus dipertimbangkan terhadap jenis pekerjaan.
Jika menggunakan korelasi-korelasi hasil pengujian lapangan,
harus dipastikan bahwa kondisi tanah di lapangan (jenis tanah,
koefisien keseragaman, indeks konsistensi dan lainnya.) sesuai
dengan kondisi batas yang dibutuhkan untuk penggunaan
korelasi tersebut. Pengalaman lokal, bila ada, harus
dipertimbangkan.
14
bor, pemutar stang bor, tabung sampel ukuran diameter
6,8cm dan panjang 40cm, kepala pengambil sampel
diameter 6,8cm.
Hal-hal mengenai Auger Boring :
a) Dilakukan dengan cara menekan dan memutar auger
masuk ke dalam tanah dasar.
b) Kemampuan terbatas hanya cocok untuk pondasi
dangkal
c) Tidak sesuai untuk digunakan untuk pengeboran di
bawah muka air tanah.
d) Sederhana, mudah dioperasikan dan gangguan
terhadap tanah minimal
Keuntungan :
1. Mudah dioperasikan
2. Murah
3. Ganggunan tanah tidak begitu banyak
4. Cepat
5. mendapatkan sample
Kelemahan :
1. Kedalaman Terbatas, meskipun tanahnya lunak
2. Tidak bisa di tanah keras
3. Tidak bisa di tanah yang dalam
4. Hand boring akan sulit jika tanah didalam air atau ada
muka air diatas tanah.
Pelaksanaan Hand boring :
Persiapan praktikum:
a) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk
praktikum ke tempat akanmelakukan pengeboran
b) Menentukan titik yang akan dilakukakn pengeboran
c) Membersihkan rumput dan batuan kecil di sekitar titik
pengeborandengan alat cangkul
Jalannya Praktikum :
15
a) Memasang alat auger iwan pada batang bor lalu
diletakkan diatas titikyang akan dilakukan pengeboran
b) Batang bor diletakkan tegak lurus di atas titik
pengeboran, mengusahakan tetap tegak lurus selama
pengeboran terjadi.
c) Memutar bor searah jarum jam sambil dibebani.
d) Melakukan pengeboran sampai kedalaman lubang bor
sedalam 30 cm.
e) Setelah kedalaman mencapai 30 cm, auger iwan diganti
dengan socket dan tabung, lalu memasang hammer
kemudian di angkat keatas lalu dilepaskan sehingga
socket dan tabung tertekan ke bawah, hal ini dilakukan
hingga kedalaman 1 m.
Gambar
Gambar I. Pelaksanaa
I. 11 10 Pelaksanaa Hand
Hand Boring
Boring
16
Gambar I. 12 Diambil dari video dalam Pelaksanaan Hand Boring
(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=tFefGgcAfbI)
2. Wash Boring
(sumber : https://www.youtube.com/watch?v=8PpbBnstrgs)
Wash Boring adalah suatu cara untuk memasukkan pipa
kedalam tanah dengan pancaran air melalui pipa.Dalam
proses pengeboran wash boring, sebatang pipa casing
dengan diameter sekitar 50 cm hingga 100 cm dimasukan
dipermukaan lubang pengeboran. Biasanya pipa casing
yang dipakai dengan panjang 1,5 meter hingga 3,0 meter.
Pipa casing dilengkapi dengan potongan yang diikat pada
ujung bawah pipa stang bor yang dimasukkan ke dalam
17
casing untuk membuang tanah di dalam casing. Pada
awalnya air mengalir melalui pipa stang bor yang keluar
sepanjang pipa melalui lubang kecil dengan kecepatan
tinggi. Karena kecepatan tinggi air, tanah dipotong menjadi
serpihan dan lumpur air tanah muncul melalui ruang
melingkar antara pipa-pipa pengeboran dan casing. Selama
lubang dalam proses pengeboran, air pengeboran yang
terkumpul di bak sirkulasi kembali dipompa melalui selang
ke dalam pipa stang bor.
Hal-hal mengenai Wash Boring :
a) Menggunakan mesin bor rotary
b) Tanah dikorek dan dibilas dari dasar lubang bor dengan
sirkulasi air
c) Tidak dapat untuk mengidentifikasi tanah
d) Kurang sesuai untuk pemboran batuan
e) Dapat digunakan pada lapisa yang tidakberubah bentuk
dan sifat
f) Sangat cocok untuk tanah lunak
g) Gangguan terhadap struktur tanah sangat minimal
Keuntungan:
1. Cepat
2. dapat digunakan pada semua jenis tanah
3. sangat cocok untuk tanah lunak
4. gangguan terhadap struktur tanah sangat minimal
Kekurangan:
1. Sample disturbed / terganggu
2. Kondisi tanah asli sulit dipastikan, bentuk sudah
hancur dan tanah sudah tercuci karena terganggu oleh
air
3. tidak dapat mengidentifikasi tanah
4. kurang sesuai untuk pemboran batuan
5. tidak direkomendasikan untuk penyelidikan geoteknik
18
Gambar I. 14 Sketsa Alat Wash Boring
3. Core Drilling
Pekerjaan ini mengambil contoh tanah untuk mengetahui
lapisan tanah dan untuk mengambil contoh tanah yang akan
di uji di laboratorium.
Dalam rangka pelaksanaan pencatatan dan identifikasi tanah
dan batuan hasil pengeboran inti ini secara visual di lapangan
diperlukan beberapa peralatan dan bahan yang antara lain:
a) spatula kecil;
b) gelas ukur dan penutup;
c) kaca pembesar;
d) palu geologi;
e) pisau saku;
f) kompas;
g) mistar pengukur;
h) air bersih;
19
i) botol berisi larutan pengencer hydrochloric acid, HCl
dengan perbandingan 1 bagian HCl yang dicampurkan ke
dalam 3 bagian air; perlu diperhatikan bahwa cara
pencampuran hanya dilakukan dari HCl ke dalam air dan
cara penyimpanan larutan tersebut harus dengan hati-hati,
karena larutan ini adalah larutan yang bersifat berbahaya;
j) formulir pencatatan dan alat tulis;
k) peta geologi daerah tertentu
Melakukan pencatatan mengenai keterangan umum yang
meliputi:
a) Pemilik pekerjaan, antara lain nama instansi atau badan
yang memberikan pekerjaan pengeboran inti.
b) Pelaksana pekerjaan, antara lain nama instansi atau badan
yang melaksanakan pekerjaan pengeboran inti.
c) Rincian pencatatan yang antara lain:
1) tanggal mulai dan selesainya pengeboran;
2) mesin bor yang digunakan;
3) mesin pompa yang digunakan;
4) metode pengeboran;
5) keterangan mengenai lubang bor meliputi nomor,
elevasi, azimuth, dan inklinasi;
6) petugas yang melakukan pengeboran (juru bor):
7) petugas yang melakukan pemerian contoh inti (ahli
geologi lapangan);
8) petugas yang memeriksa (ahli geologi teknik atau
geoteknik);
9) tanggal pemotretan contoh inti;
10) tempat penyimpanan contoh inti.
d) Jenis bangunan, yang antara lain nama bangunan atau
rencana bangunan yang diselidiki, misalnya bendungan,
pelimpah bangunan gedung, jembatan, dan terowongan.
20
e) Skala harus dicantumkan untuk menyatakan penggambaran
kedalam lubang bor.
Kegiatan pencatatan pekerjaan meliputi antara lain:
a) Kemajuan pengeboran, dicatat untuk setiap panjang
pengeboran yang dilakukan.
b) Inti yang terambil, dicatat panjangnya kemudian dihitung
persentasinya terhadap panjang pengeboran.
c) Mata bor yang dipakai, dicatat jenis, nomor seri dan
kondisinya.
d) Pemerian inti, dicatat nama batu atau tanah yang diperoleh
dari pengeboran.
e) Air pembilas yang keluar, dicatat warna, persentasi dan
material yang ikut terbawa, kecuali untuk pengeboran yang
menggunakan bahan lain misalnya bentonit sebagai
campuran air pembilas.
f) Kecepatan pengeboran, dicatat untuk setiap kemajuan 10
cm.
g) Pemasangan pipa lindung bila ada, dicatat kedalaman
pemasangan, diameter, nomor seri dan kondisinya.
Kelebihan Core Drilling :
1. Menggunakan mesin bor rotari
2. Tabung tunggal tanpa sirkulasi air
3. Tabung ganda atau triple dengan sirkulasi air
4. Dapat digunakan pada batuan
5. Dapat mengidentifikasi tanah secara langsung
Kekurangan Core Drilling :
1. Tidak sesuai untuk pengeboran pada tanah lunak
2. Dapat mengganggu struktur tanah
21
Gambar I. 16 Pelaksanaan Core Drilling di Lapangan
sumber:https://www.youtube.com/watch?v=_5WVtiwk32E
4. Test Pit
Dilakukan dengan cara digali dengan lubang yang relative
besar. Kedalam 1-3 meter, Untuk mengetahui jenis dan tebal
lapisan di bawah lapisan tanah atas dengan lebih jelas, baik
untuk pondasi bangunan maupun untuk bahan timbunan pada
daerah sumber galian bahan (borrow area). Dengan demikian
akan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
22
jenis lapisan dan tebalnya, juga volume bahan galian yang
tersedia dapat dihitung.
Keuntungan:
1. Mendapat contoh tnah dengan jumlah besar atau sangat
banyak
2. Kualitas UDS lebih baik
3. Bisa digunakan di berbagi jenis tanah
Kekurangan:
1. Kedalaman terbatas
2. Adanya air menyebabkan test pit lebih sulit dilaksanakan
Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
dalam pengujian.
b. Tentukan lokasi tempat pembuatan sumur uji
c. Bersihkan tempat / titik yang akan digunakan sebagai
pembuatan sumur uji dari berbagai material lainnya
yang dapat menghambat dalam melakukan pengujian
d. Lakukan penggalian pada titik yang telah ditentukan
dengan ukuran 1 x 1 meter dengan kedalaman ± 1 meter
e. Tanah hasil galian diangkut ke suatu tempat untuk
dijadikan sebagai sampel pada pengujian laboratorium
f. Amati kondisi tanah pada lubang galian yaitu jenis tanah,
warna, serta tekstur lapisan tanah tersebut
g. Jika sumur uji tidak diperlukan lagi, maka sumur uji harus
ditutup kembali, tetapi jika masih dibutuhkan untuk
penelitian, maka sumur uji harus dijaga untuk tidak
tertimbun lagi.
23
Gambar I. 17 Pelaksanaan Test Pit di Lapangan
24
d. Tanah sedang dan lengket, dilakukan dengan pemukulan
tabung dan penetrasi tabung ≤ 6x diameter tabung
Teknik penyimpanan atau perlakuan benda uji
a. Tabung harus ditutup dengan lilin parafin
b. Disimpan di tempat yang teduh
c. Diberi label untuk memudahkan identifikasi
d. Selama pengangkutan, tabung dibungkus busa
e. Penyimpanan harus tegak dan dalam ruangan sejuk
f. Pengujian laboratorium harus dilakukan segera
25
b. Harus dibungkus plastik dan disimpan di tempat yang
sejuk
c. Diberi label untuk memudahkan identifikasi
Biasanya digunakan untuk keperluan material timbunan
Tabung yang digunakan :
a. Tabung Modifikasi California
b. Split Spoon Barel Sampler
26
identifikasi tanah. Uji SPT digunakan terutama untuk penentuan
kekuatan dan sifat deformasi tanah berbutir kasar. Uji SPT juga
dapat digunakan memperoleh informasi bernilai untuk jenis tanah
lainnya. Uji SPT harus dilakukan dan dilaporkan sesuai dengan
SNI 4153-2008. Setiap penyimpangan dari persyaratan dalam
SNI 4153-2008 harus dijustifikasi, khususnya pengaruhnya
terhadap hasil pengujian harus dikomentari.
Peralatan :
1. Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
2. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
3. Split barrel sampler
4. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.
Dibagi 2 :
a. Konvensional : Menggunakan tali
b. Otomatis : Menggunakan Hidraulik
5. Alat penahan (tripod);
6. Rol meter;
7. Alat penyipat datar;
8. Kerekan;
9. Kunci-kunci pipa;
10. Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
11. Perlengkapan lain.
Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:
1. Bahan bakar (bensin, solar);
2. Bahan pelumas;
3. Balok dan papan;
4. Tali atau selang;
5. Kawat;
6. Kantong plastik;
7. Formulir untuk pengujian;
8. Perlengkapan lain.
27
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi
dengan SPT adalah:
a) Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
b) Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
c) Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m
s.d 2,00 m (untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada
kedalaman 4,00 m kalau lapisan seragam;
d) Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel
berbentuk konus terbuka (open cone); dan pada lapisan pasir
dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk konus
tertutup (close cone);
e) Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
f) Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus
dibersihkan terlebih dahulu;
g) Jika ada air tanah, harus dicatat;
h) Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk
menghindari terjadinya gesekan antara palu dengan pipa;
i) Formulir-formulir isian hasil pengujian.
Persiapan pengujian :
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang
berada di atas penahan;
3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan
pengujian dari bekas-bekas pengeboran;
4) Pasang split barrel samplerpada pipa bor, dan pada ujung
lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi
blok penahan;
5) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau
sampai kedalaman pengujian yang diinginkan;
28
6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai
ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm
Prosedur pengujian :
1) Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
2) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau
pada interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;
3) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang
telah dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm);
4) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan
5) Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15
cm;
6) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15
cm yang pertama;
7) Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang
ke-dua dan ke-tiga;
8) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm:
a. 15 cm pertama dicatat N1
b. 15 cm ke-dua dicatat N2
c. 15 cm ke-tiga dicatat N3
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2+ N3. Nilai N1
tidak diperhitungkan karena masih kotor bekas
pengeboran;
9) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan
pengujian dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
10) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis
tanah batuan.
Kelebihan uji SPT :
1. Dapat dilakukan dengan cepat;
2. Alat dan cara operasinya lebih sederhana;
3. Biaya relatif murah;
4. Sampel tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi
jenis tanah;
29
5. Uji SPT ini dapat dilakukan untuk semua jenis tanah.
6. Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter tanah secara
kualitatif melalui kerelasi empiris
Kelemahan uji SPT :
1. Profil kekuatan tanah tidak menerus (1,5 m – 2 m)
2. Perlu ketelitian dalam pelaksanaan (berat dan tinggi jatuh
hammer)
Persyaratan Uji Standar Penetration Test :
1. Tabung SPT harus standar (ASTM D1586)
2. Berat Hammer harus standar (63,5 kg)
3. Tinggi jatuh Hammer harus standar (76 cm)
4. Hammer harus jatuh bebas
Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi
satu dengan log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk
formulir seperti diperlihatkan dalam Lampiran B, yang antara
lain memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab
hasil uji dengan diserta tanda tangan (paraf) yang jelas;
c) Nomor lubang bor, kedalaman pengeboran, muka air tanah
elevasi titik bor dan hasil pengujian SPT;
d) Tipe ujung split barrel yang digunakan, apakah berbentuk
konus terbuka atau konus tertutup;
e) Catatan setiap penyimpangan pada waktu pengujian.
30
Gambar I. 21 alat Uji Standar Penetration Tes
31
Gambar I. 24 Konus Pada SPT
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=wkyB35Kr99s )
32
1.1.1.5. Field Vane Shear Test (FVT)
adalah metode pengukuran kekuatan geser yang tidak terdrainase
dari tanah yang kohesif . Pengujian dilakukan dengan peralatan
yang terdiri dari batang dengan baling-baling dipasang untuk itu
yang dimasukkan ke dalam tanah dan diputar. Parameter yang
didapatkan adalah kuat geser tanah kohesi (c) dan undrained shear
strength (Su). Tanah yang cocok untuk pengujian ini adalah
lempung sangat lunak – lunak.
Uji geser baling lapangan dilakukan untuk mengukur tahanan
terhadap rotasi lapangan dari baling-baling yang dipasang di
tanah lunak berbutir halus untuk menentukan kuat geser tak
terdrainase dan sensitivitas. Pengujian ini harus dilakukan dengan
mengikuti persyaratan-persyaratan yang diberikan di dalam SNI
03-2487-1991 (ASTM D2573/D2573M-15).
33
2. Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST
sehingga keakuratan hasil sangat dipengaruhi pada operator
yang melakukan.
3. Tidak dapat dilakukan di tanah keras
4. Kedalaman terbatas
5. Tidak bisa di semua jenis tanah
6. Tidak mendapatkan sample
Prosedur Pelaksanaan :
1. Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu.
2. Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan
rangka dongkrak.
3. Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai
tangan kalau memungkinkan).
4. Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick
aparat untuk memasang tabung sampel.
5. Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel
dimasukkan ke dalam lubang bor hingga dasar lubang.
6. Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk
dudukan alas martil.
7. Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil
sampai tabung
sample terisi penuh.
8. Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat
untuk memutuskan tanah dibagian bawah tabung sampel
kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari lubang.
9. Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu
dibersihkan. Tanah pada kedua ujungnya dikorek sedikit
kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah
dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.
34
Perhitungan kuat geser baling-baling persegi :
1.1.1.6. Pressuremeter
adalah meteran yang dibuat untuk mengukur “tekanan tanah
horizontal diam”. Pressuremeter memiliki dua komponen utama.
Komponen pertama adalah unit pembacaan yang tetap berada di
atas tanah. Komponen kedua dari pengukur tekanan adalah probe
yang dimasukkan ke dalam lubang bor (ground) untuk membaca
tekanan.
35
b) Dianjurkan digunakan pada tanah yang membutuhkan
prediksi penurunan elastis
c) Prinsip kerja : mengembangkan silinder karet yang berisi air
dengan memberi tekanan gas
Kelebihan :
1. Dapat dipublikasikan pada berbagai tipe tanah dan batuan
lunak
2. Dapat di interperetsi sebagai kurva hubungan tegangan-
regangan-kekuatan secara lengkap
3. Keakuratan pengujian dapat dikontrol dari betuk kurva
4. Dari segi teknis percobaan ini dapat mengukur kekuatan dan
deformasi karakteristik
36
Kekurangan :
1. Pengeboran membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang
tinggi
2. Tidak cocok digunakan pada kerikil
3. Kelangkahan alat sehingga alat ini jarang digunakan
4. Hasil pengujian sangat berpengaruh terhadap gangguan
tanah yang akan dikukur
5. Untuk keperluan pengecekan parameter tanah yang didapat
dari PMT sebaiknya tetap diikuti test laboratorium uji sondir
dan SPT.
6. Pengujian sulit dan mahal
7. Pengujian harus didalam lubang bor
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=CgbZR23Znuk )
37
Gambar I. 29 Sketsa Keterangan Alat Pressuremeter
38
Kekurangan uji DMT :
1. Sulit untuk mendorong ke dalam material padat dan keras.
2. Handal untuk hubungan korelatif.
3. Membutuhkan kalibrasi untuk geologi setempat.
4. Tidak bisa di semua jenis tanah
5. Tidak bisa di batuan dan gravel
Uji dilatometer datar (Uji DMT) dilakukan untuk menentukan
kekuatan dan deformasi sifat tanah lapangan dengan memperluas
membran baja tipis melingkar dipasang penyemprot di salah satu
wajah penduga baja pisau berbentuk dimasukkan secara vertikal
ke dalam tanah. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti
persyaratan-persyaratan yang diberikan di dalam ASTM D6635-
15. Hasil uji DMT dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang stratigrafi tanah, keadaan tegangan lapangan, sifat
deformasi dan kekuatan geser. Uji DMT harus terutama
digunakan dalam tanah lempung, lanau dan pasir di mana butiran
butiran kecil dibandingkan dengan ukuran membran.
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=BlUmIRD8vwE)
39
Perbedaan antara Pressuremeter Test dan Dilatometer Test
Pressuremeter Test Dilatometer Test
Arah penekanan Arah penekanan satu arah/
radial/tabung/bulat kanan/kiri
Uji kontak ke semua arah Pelaksanaan pengujian
ditusuk jadi tidak
memerlukan lubang bor
Harus dilubangi terlebih DMT tidak dapat digunakan
dahulu oleh lubang bor karena ditanah yang keras dan
diameter tidak boleh jauh dari kerikil, karna mebran akan
alat PMT agar membran sobek jika tanah kasar
menempel.
Tanah yang cocok untuk uji Tanah yang cocok adalah
PMT adalah semua jenis tanah lempung : very soft –
tanah Soft - Medium
40
Peralatan berikut ini diperlukan untuk melakukan uji beban pelat.
a. Plat uji
b. Dongkrak hidrolik & pompa
c. Balok reaksi atau tiang reaksi
d. Pengukur panggilan
e. Pengukur tekanan
f. Memuat kolom
g. Peralatan yang diperlukan untuk memuat platform.
h. Tripod, Plumb bob, waterpas dll.
Prosedur uji beban pelat :
a. Galilah test pit hingga kedalaman yang diinginkan. Ukuran
lubang harus setidaknya 5 kali ukuran pelat uji (Bp).
b. Di tengah lubang, lubang kecil atau depresi dibuat. Ukuran
lubang sama dengan ukuran pelat baja. Leveldasar lubang
harus sesuai dengan level fondasi aktual. Kedalaman lubang
dibuat sedemikian rupa sehinggarasio kedalaman dengan lebar
lubang sama dengan rasio kedalaman aktual dengan lebar
aktual pondasi.
c. Pelat baja ringan digunakan sebagai pelat bantalan beban yang
tebalnya harus setebal 25 mm dan ukurannyabisa bervariasi
dari 300 mm hingga 750 mm. Piring bisa persegi atau bundar.
Secara umum, pelat persegidigunakan untuk pijakan persegi
dan pelat melingkar digunakan untuk pijakan melingkar.
d. Kolom ditempatkan di tengah piring. Beban ditransfer ke pelat
melalui kolom yang ditempatkan di pusat
e. Beban dapat ditransfer ke kolom baik dengan metode
pembebanan gravitasi atau dengan metode rangka
f. Untuk metode pembebanan gravitasi, platform dibuat di atas
kolom dan beban diterapkan ke platform dengan
menggunakan karung pasiratau beban mati lainnya. Dongkrak
hidrolik ditempatkan di antara kolom dan platform pemuatan
41
untuk aplikasi pemuatan bertahap. Jenispembebanan ini
disebut pembebanan reaksi.
g. Setidaknya dua pengukur dial harus ditempatkan di sudut
diagonal piring untuk merekam penyelesaian. Pengukur
ditempatkan padaplatform sehingga tidak puas dengan plat.
h. Terapkan pemuatan tempat duduk sebesar 0,7 T / m 2 dan
lepaskan sebelum pemuatan yang sebenarnya dimulai.
i. Bacaan awal dicatat.
j. Beban kemudian diterapkan melalui dongkrak hidrolik dan
meningkat secara bertahap. Peningkatan umumnya seperlima
dari kapasitasdukung yang diharapkan atau sepersepuluh dari
kapasitas dukung pamungkas atau nilai lebih kecil lainnya.
Beban yang diterapkan dicatatdari pengukur tekanan.
k. Penyelesaian diamati untuk setiap kenaikan dan dari dial
gauge. Setelah meningkatkan penurunan beban harus diamati
setelah 1,4,10, 20,40 dan 60 menit dan kemudian pada interval
per jam sampai tingkat penyelesaian kurang dari 0,02 mm per
jam. Pembacaan dicatatdalambentuk tabel.
l. Setelah menyelesaikan pengumpulan data untuk pemuatan
tertentu, peningkatan pemuatan berikutnya diterapkan dan
pembacaan dicatatdi bawah pemuatan baru. Penambahan dan
pengumpulan data ini diulang sampai beban maksimum
diterapkan. Beban maksimumumumnya 1,5 kali dari beban
pamungkas yang diharapkan atau 3 kali dari tekanan bantalan
yang diijinkan
42
Gambar I. 31 Alat Uji Beban Pelat
Tujuan :
a. Muka air tanah
b. Sifat rembesan
Metode :
a. Muka air tanah :
1. Pemantauan pada lubang bor
43
2. Pemantauan pada sumur obervasi (standpipe)
3. Pengukuran dengan piezometer
b. Sifat Rembesan :
1. Uji rembesan pada lubang bor
2. Uji pompa pada lubang bor
3. Uji pompa skala besar
Jenis-jenis alat instrumentsi dilapangan :
1. Piezometer
alat yang bisa dipakai untuk memahami nilai tekanan air pori
berlebih di kedalaman yang tertentu yang sekaligus bisa
diperluas untuk memahami tinggi depan air tanah.
Tekanan air pori sendiri adalah suatu peristiwa meningkatnya
air pori akibat beban, ditanah lunak jenuh air akan mengalami
tekanan air pori berlebih lalu pelan-pelan air akan keluar atau
distirpasi lalu lama-lama beban tertransfer dipikul oleh tanah.
∆ kembali ke 0.
44
ini agar menjaga air pada bawah tanah masuk melalui
lubang-lubang pada ujung tabung.
c. Kedalaman air bisa diukur dengan memasukkan water
level meter.
Kelebihan Piezometer :
a. Dapat Memprediksi stabilitas lereng
b. Dapat Merancang untuk teganan laterall
c. Mengetahui Mengevaluasi keefektifan drainase
d. mengukur tekanan air pori dan permukaan air tanah
Kelemahan Piezometer :
a. Tidak dapat untuk mengukur tekanan fluida kompresibel
(gas).
b. Tidak dapat untuk mengukur tekanan negatif (p< patm )
Jenis Piezometer :
a. Standpipe Piezometer
Piezometer jenis ini memiliki karakteristik tegak lurus,
yang terdiri dari ujung filter bergabung ke pipa riset yang
meluas ke permukaan. Air akan mengalir melalui ujung
filter kedalam pipa riser dan dengan alat indicator akan
mendapatkan nilai atau bacaan.
b. Vibrating Wire Piezometer
Piezometer ini cocok digunakan untuk dipasangkan
kedalam tanah, bisa gunakan dalam berbagai macam
aplikasi. Dengan bantuan data logger nilai dari pengujan
piezometer akan muncul di layar laptop
c. Pneumatic Piezometer
Piezometer Pneumatic ini dapat dioperasikan dengan
tekanan gas, bisa dipasangkan pada pipa dan ditanam
kedalam tanah. Pembacaan dapat dilakukan dengan
menggunakan Pneumatic Indicator
d. Titanium Piezometer
45
Piezometer ini mempunyai kekuatan 4-20 mA yang
langsung dapat terhubung dengan data logger industri,
penggunaan piezometer ini umumnya digunakan dalam
penarikan.
sumber : https://www.youtube.com/watch?v=3Tiv4ib3eDg
46
2. Inklinometer
alat instrumen monitoring geoteknik yang memiliki fungsi
membaca pergerakan tanah (kemiringan tanah) dan
membaca perilaku atau deformasi tanah arah horizontal yang
dipasang dalam bentuk lubang seperti piezometer lalu dapat
melihat deformasi sepangjang kedalaman horizontal yang
berkaitan dengan kestabilan. instrumen ini dipasang didalam
pipa inclino dengan panjang lebih dari 20meter, pipa ini
bersifat elastis yang mampu melindungi istrumen pada saat
ditanam didalam tanah. Kegunaan inclinometer untuk
menjamin timbunan diatas tanah lunak stabil.
Kelebihan :
1. Alat ini memiliki jangkauan luas yang dikombinasikan
dengan sensitivitas yang tinggi, yang membuat alat ini
lebih ideal untuk digunakan dalam instalasi yang jauh
dari vertikal.
2. sensor ini memiliki stabilitas jangka panjang dengan
ketergantungan suhu yang mendekati angka 0.
3. dapat mengukur kemiringan suatu bidang pada dua
sumbu, antara lain sumbu x dan sumbu y secara
bersamaan.
Kekurangan :
1. Penggunaan bisa dilakukan dengan 2 orang, jika sendiri
akan sulit dilakukan, kurang akurat.
2. Mudah terganggu jika terkena tiupan angin
47
dekat-vertikal dibangun dengan memasang
selubung di dalam lubang bor, tertanam di tanah /
batuan atau struktur beton selama dan pasca
konstruksi.
b. Probe inclinometer kemudian dilewatkan melalui
seluruh panjang sumur pengukur dari bawah ke atas,
melakukan pembacaan pada interval yang telah
ditentukan sebelumnya. Sebuah probe (torpedo)
yang terdiri dari sepasang akselerometer presisi
merasakan kemiringan tabung akses 90 ° satu sama
lain.
c. Ujung bawah selubung pemandu berfungsi sebagai
referensi stabil (datum) dan harus tertanam di luar
zona perpindahan. Perpindahan relatif dari waktu ke
waktu ditentukan dengan mengulangi pengukuran
pada kedalaman yang sama dan membandingkan
kumpulan data.
2. Pemasangan Inclinometer Horizontal
a. Sistem inklinometer horizontal dipasang untuk
memantau profil penurunan atau beban di bawah
tangki penyimpanan, tanggul, bendungan, dan
tempat pembuangan akhir. Probe inclinometer
horizontal terdiri dari akselerometer servo
keseimbangan gaya yang mengukur kemiringan dari
horizontal pada bidang roda probe.
b. Perubahan sudut kemiringan dicatat, dan ini
menunjukkan bahwa pergerakan telah terjadi.
Pergerakan dihitung dengan mencari perbedaan
antara pembacaan kemiringan saat ini dan
pembacaan awal sambil mengonversi hasil ke jarak
vertikal.
48
Gambar I. 37 Alat Inklinometer
3. Settlement Plate
alat yang biasa digunakan untuk memonitor dan mengukur
deformasi arah vertical yang dipasang dikedalaman tertentu,
titik tinjau bisa dilakukan dipermukaan, dan kedalaman yang
dalam serta dapat digunakan untuk pembuatan timbunan
49
lereng, galian dan mengukur penurunan tanah. Selain itu, alat
ini juga bisa digunakan untuk memantau penurunan pondasi
pada jembatan, menara, gedung bertingkat dan tower. Tujuan
pengamatan menggunakan settlement plate yaitu untuk
memantau deformasi tanah atau penurunan tanah ketika
sedang dilakukan pengerjaan pada arah vertikal. Pengamatan
ini bertujuan agar tanah yang mengalami penurunan tidak
terlampau jauh dari standar yang sudah ditentukan.
Pada settlement plate terdapat sensor yang bekerja untuk
mengukur penurunan tanah, sensor transducer di tanam pada
bagian ujung settlement plate dan elevasi tanah, sehingga
ketika terjadi pergerakan tanah pada saat proses pekerjaan
penimbunan galian dan pekerjaan lainnya maka akan terbaca
oleh sensor tersebut.
Sedangkan alat diatas merupakan alat yang ditanam di dalam
tanah dengan kedalaman mengikuti rencana gambar, alat
tersebut berfungsi untuk melihat penurunan tanah yang sudah
dilengkapi dengan sensor agar proses pengamatan menjadi
mudah.
Cara memasang settlement plate yaitu :
1) Buat galian menggunakan bantuan alat berat atau dengan
cara manual hingga kedalaman tertentu,
2) letakkan alat tersebut kedalam tanah.
3) Timbun alat tersebut dengan tanah yang bekas galian
tadi kemudian beri tanda di sekitar pipe cap agar tidak
terkena material ataupun terkena benturan karena akan
mempengaruhi nilai dari pemantauan.
4) sambungkan kabel dari sensor ke dalam datalogger dan
sambungkan pada perangkat laptop untuk membatu
pemantauan pergerakan tanah. Pemantauan dapat
dilakukan setiap hari pada saat proses pengerjaan
ataupun ketika tidak ada proses pengerjaan. Dengan
50
begitu setiap ada perubahan dan penurunan pada tanah
bisa langsung diketahui sehingga bisa segera dilakukan
penanganan yang tepat. Pastikan Anda menggunakan
settlement plate dengan kualitas terbaik.
( Sumber : https://www.testingindonesia.com/settlement-
plate-untuk-menguji-penurunan-tanah-106 )
4. Pumping Test
Adalah metode pengukuran debit air yang beride dari
pengamatan kontinuitas
sumber air dan ketersedian air dari sumber itu sendiri. Hal
yang menjadi inti dari pumping test ini adalah perbandingan
antara penurunan muka air pada saat pumping terhadap
kenaikan muka air pada saat recovery dala tenggat waktu
yang sama.
51
a. Jika perbandingan dari dua keadaan ini (laju penurunan
muka air pada saat pumping terhadap laju kenaikan
muka air ketika recovery) adalah 1 maka debit sumber =
debit air yang dikeluarkan pompa (output pompa).
b. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih
besar terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery,
berarti debit sumber lebih kecil daripada debit pompa
(output).
c. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih
kecil terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery,
berarti debit sumber lebih besar daripada debit pompa
(output).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pumping test
adalah sebagai berikut:
a. Tentukan Sumur pantau dan sumur observasi yang akan
diukur tinggi muka airnya ketika sumur uji dipompa;
b. Catat lokasi absolut masing-masing sumur tersebut;
c. Pastikan sumur produksi tidak sedang dipompa dalam
jangka waktu dekat sebelum pemompaan minimal 24
jam, agar muka airtanah berada pada kondisi normal;
d. Ukur tinggi muka airtanah sumur pantau dan sumur
observasi sebelum sumur uji dipompa;
e. Siapkan Automatic Water Level Logger dan luncurkan
dengan mengatur waktu perekaman tertentu. Semakin
dekat interval perekaman maka data yang dihasilkan
akan semakin bagus. Untuk pemompaan selama 1 jam
minimal interval pegukuran tinggi muka air selama 5
menit.
f. Pasang satu logger yang sudah diluncurkan ke dalam
sumur pantau dan satu lagi diletakkan di tempat terbuka
(udara) dengan lokasi yang tidak jauh dari sumur pantau.
Fungsi logger ini sebagai kalibrasi tekanan udara;
52
g. waktu ketika pompa mulai dihidupkan, minimal pompa
dinyalakan selama 100 menit atau lebih untuk
mendapatkan satu siklus log penuh;
h. Catat tinggi muka air pada sumur observasi ketika
pompa sudah menyala selama kurang lebih satu jam;
i. Matikan pompa setelah waktu pemompaan yang
ditentukan selesai;
j. Biarkan logger tetap merekam tinggi muka airtanah
sumur pantau ketika pompa sudah dimatikan, tunggu
sekitar 1 jam agar akuifer mengisi kembali;
k. Ambil logger dan unduh data perekaman;
l. Analisis data hasil perekaman logger.
Keuntungan pumping test
a. Bersifat mengekstraksi air keluar dari akuifer daripada
slug test (tidak dilakukan dalam praktek ini sehubungan
keterbatasan sarana sumur bor).
b. Sangat baik untuk mengidentifikasi karakter akuifer
yang berdekatan.
c. Mengukur karakter dalam skala besar keheterogenan
dan anisotropi.
d. Lebih realistik tentang respon akuifer terhadap
pemompaan.
Kerugian dari pumping test :
a. Memerlukan waktu yang panjang, pompa, dan sumur
pengamatan.
b. Sedikit kurang baik untuk lapisan akuitard.
53
Gambar I. 40 Sketsa Pelaksanaan Pumping Test
(https://soiltestinvestigations.wordpress.com/sumur-
bor/pumping-test/ )
54
Speedy, SNI 03-1965.1-2000 dan metode pengujian kepadatan
lapangan dengan alat konus pasir, SNI 03-2827-1992.
Bila pengujian CBR Lapangan tidak dapat dilakukan di lapangan
maka nilai CBR dapat diperoleh dengan pengujian CBR
Laboratorium. Benda uji yang digunakan untuk CBR
Laboratorium merupakan benda uji undisturbed. Tata cara
pelaksanaan pengujian sesuai dengan metode pengujian CBR
laboratorium, SNI 03-1744-1989.
Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja bila ada menjadi tanggung jawab pengguna.
55
Perhitungan nilai CBR di lapangan :
a. Tentukan beban yang bekerja pada torak
b. Hitung tegangan di tiap kenaikan penetrasi
c. Plotkan hasilnya pada grafik dan buat kurvanya
d. Cek kurva apakah perlu koreksi atau tidak (lihat contoh di
samping) – pada keadaan tertentu, kurva penetrasi dapat
berbentuk lengkung ke atas sehingga perlu dikoreksi dan titik
inisial bergeser dari titik nol
e. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa
hitungan berikutnya
f. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan
0,2 inchi/5,08 mm
g. Hitung CBR dengan pembagian terhadap tegangan standar :
1. 0,71 kg/mm2 (1000 Psi) untuk penetrasi 0,1 inch atau 2,54
mm
2. 1,06 kg/mm2 (1500 Psi) untuk penetrasi 0,2 inch atau 5,08
mm
CBR lapangan disebut juga CBR inplace atau field CBR
dengan kegunaan sebagai berikut:
a. Mendapatkan CBR tanah asli dilapangan sesuai
dengan kondisi tanah dasar. Umumnya digunakan
untuk perencanaan tebal lapis perkerasan yang
lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan
lagi.
b. Untuk mengontrol apakah kepadatan yang diperoleh sudah
sesuai dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ini tidak
umum digunakan. Metode pemeriksaannya dengan
meletakkan piston pada kedalaman dimana nilai CBR akan
ditentukan lalu dipenetrasi dengan menggunakan beban
yang dilimpahkan melalui gardan truk.
56
Nilai Beban Standar untuk Beberapa Penetrasi
Nilai General
User USCS AASHTO
CBR Rating
Very OH, CH, A5, A6,
0–3
poor MH, OL A7
Poor to OH, CH, A4, A5,
3–7
fair MH, OL A6, A7,
OL, CL,
A2, A4,
7- 20 Fair ML, SC,
A6, A7
SM, SP
Base
GM, GC, A1b, A2-
20 – 50 Good SW, SM, 5, A3,
A1a, A2-
> 50 Excellent Base GW, GM
4, A3
57
Grafik pembebanan standar dan koreksi hasil pembebanan pada
pengujian CBR
58
Gambar I. 41 Tipikal Peralatan Pengujian CBR dilapangan
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=ryvrR_NtzxA )
1.1.1.11. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Kegunaan untuk mengevaluasi subgrade jalan dalam perencanaan
konstruksi jalan. DCP dilakukan untuk mengetahui nilai CBR
tanah berdasarkan ASTM D6951. Penetrasi konus dinamis
(dynamic cone penetrometer) adalah suatu alat yang digunakan
untuk menguji dengan cepat kekuatan lapisan jalan tanpa
pengikat (tanah dasar, pondasi bahan berbutir). Dari pengujian ini
dapat dikorelasikan dengan nilai CBR lapangan. Nilai DCP
berpengaruh oleh cuaca.
59
Kelebihan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer(DCP) :
a. Menentukan kekakuan dalam mm/pukulan.
b. Perubahan lapisan tanah dapat diketahui melalui perubahan
kemiringan
c. Meminimalisir gangguan permukaan tanah
d. Informasi kekuatan dan desain dapat dikorelasikan
denganuji lain (CBR)
e. Biaya murah dan waktu yang dibutuhkan sedikit (cepat)
Kekurangan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer(DCP)
a. tidak dapat digunakan pada batuan keras, aspal, maupun
beton
b. DCP dapat rusak bila dilakukan pada lapisan tanah keras
secara berulang –ulang atau pembuangan lapisann yang tidak
sempurna
c. Tidak dapat mengukur kelembaban maupun kepadatan
(hanya untuk mengukur kekakuan).
d. Nila DCP berpengaruh oleh cuaca
e. Tidak mendapatkan sample
f. Kedalaman terbatas
Alat dan bahan yang digunakan :
a. Satu alat DCP terdiri dari :
a) Pemegang, digunakan untuk memegang alat DCP agar
alat DCP tetap tegak
b) Alat Penumbuk, untuk penukbuk alat DCP agar konus
yang dipasang turun ke bawah
c) Batang bagian atas, untuk mengarahkan palu yang
mempunyai diameter 16 mm dan tinggi jatuh sebesar 575
mm
d) Penahan palu
e) Penyambung batang, untuk menyambungkan batang
bawah dengan batang penyambung
f) Batang bawah
60
g) Mistar, untuk mengetahui kekerasan tanah terbuat dari
baja keras berbentuk kerucut dibagian ujung, diameter 20
mm, sudut 60̊ atau 30 ̊.
b. Tang
c. Kunci Inggris
Prosedur Pengujian :
a. Pilih titik pengujian yang akan dilakukan pengujian. Ambil
dua sampel yaitu titik 1 dan titik2, jarak antar titik 1 dan 2
yaitu 20 cm.
b. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertical tegak
lurus terhadap permukaan tanah
c. Atur batang berskala sehingga menunjukkan angka 0 (nol)
dan catat dalam cm
d. Naikkan palu jatuh secara bebas menumbuk landasan
penumbukan
e. Catat jumlah pukulan dan kedalaman penetrasinya kedalam
formular percobaan
f. Hentikan pengujian jika kedalaman penetrasinya mencapai
100 cm
g. Cabut batang dan konus yang telah masuk kedalam tanah
dengan cara menumbuk palu geser ke atas hingga menyentuh
pela tatas pemegang alat.
61
Gambar I. 44 Pelaksanaan Pengujian DCP
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=U4pzkNKBEfk )
62
di laboratorium. Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam massa tanah
terhadap berat butiran padat (tanah kering), dan dinyatakan dalam
prosen. Percobaan ini dilakukan menggunakan metode kering
oven (oven drying method), dimana benda uji dipanaskan pada
suhu 110 ± 5C, selama 16 sampai dengan 24 jam. Pada keadaan
khusus, dimana tanah yang diuji berupa jenis lempung yang
terdiri dari mineral monorolinote/holosite, gypsum, ataupun
bahan-bahan organik (seperti tanah gambut), maka suhu
pengeringan maksimum dibatasi sampai dengan 60C, dengan
waktu pengeringan yang lebih lama. Penentuan kadar air tanah
sedapatnya dilakukan segera setelah penyiapan benda uji
terutama bila cawan yg digunakan mudah berkarat.
Peralatan Yang Digunakan :
a. Oven dengan pengatur suhu sampai 110 5C, untuk
memanaskan benda uji
b. Cawan yang dilengkapi penutup dan tidak berkarat, biasanya
terbuat dari gelas atau aluminium
c. Benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air,
tergantung dari ukuran butir maksimum dari contoh yang
diperiksa (tabel 1)
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 ; 0,1 ; 1 gram seperti
terlihat pada Tabel 1
63
Prosedur Pengujian :
a. Ambil cawan yang bersih dan kering, timbang beratnya
(berat cawan = W1)
b. Benda uji yang mewakili contoh tanah yang akan diperiksa,
ditempatkan dalam cawan kemudian ditimbang, beratnya
(benda uji basah + cawan) = W2
c. Letakkan cawan dalam oven dengan suhu 110 5 C, selama
minimum 16 jam atau sampai beratnya konstan
d. Ambil cawan dan benda uji yang telah dikeringkan dari oven,
lalu letakkan dalam desikator untuk didinginkan
e. Setelah dingin lalu timbang cawan beserta isinya, beratnya
(benda uji kering + cawan) = W3
Pengolahan Data :
dimana :
= kadar air
Ww = berat air
Ws = berat benda uji (tanah) kering
64
Gambar I. 45 Proses Pelaksanaan Uji Kadar Air
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=B0TWoJhi5Pc)
65
tanah yang tertahan di ayakan no.4, maka pemeriksaan berat jenis
harus dilakukan menurut pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar (AASHTO T-85-74 / ASTM C-127-68). Apabila
nilai berat jenis akan digunakan dalam perhitungan pada
percobaan hidrometer, maka benda uji yang dipakai adalah yang
lolos ayakan no.10 atau 2,00 mm.
Peralatan Yang Digunakan :
a. Piknometer dengan kapasitas 50 ml atau 100 ml.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01.
c. Tungku listrik (hot plate) atau desikator.
d. Pompa hampa udara (vaccum 1 – 1,5 PK)
e. Oven dengan pengatur suhu (110 5)C
f. Termometer ukuran 0C - 50C, dengan ketelitian
pembacaan 1C.
g. Ayakan no.4 dan no.10.
h. Botol berisi air suling.
i. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature
bath).
Persiapan Benda Uji :
Prosedur dalam mempersiapkan benda uji yang akan digunakan
adalah:
a. Ambil contoh tanah dengan berat berkisar antara 50 gr
sampai dengan 100 gr, kemudian keringkan dalam oven
dengan temperatur 110 5C.
b. Setelah kering, contoh tanah dikeluarkan dan dinginkan
dalam desikator.
c. Contoh tanah diayak melalui ayakan no.4 atau 4,75 mm
dan/atau no.10 atau 2,00 mm.
d. Siapkan benda uji sebanyak 10 gr apabila menggunakan
piknometer 50 ml, atau 25 gr bila menggunakan piknometer
100 ml, masing-masing sebanyak tiga buah.
66
Prosedur Pengujian :
Pengolahan Data :
a. Kalibrasi piknometer
67
a) Piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang
dengan tutupnya, lalu catat beratnya, (W1).
b) Isi piknometer dengan air suling dan masukkan ke dalam
bak pengatur suhu, pada suhu 25C.
c) Setelah isi botol (piknometer) mencapai suhu 25C,
pasang kembali tutupnya, lalu bagian luar piknometer
dikeringkan, kemudian piknometer + tutup + isinya
ditimbang, (W25).
d) Dari nilai W25 yang ditentukan, susunlah tabel harga
W4 untuk suatu urutan suhu kirakira antara 18C sampai
dengan 31C, dimana harga W4 dihitung dengan rumus
berikut:
dimana :
W4 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi
W25 = Berat piknometer + air + tutup pada suhu 25C.
K = Faktor koreksi terhadap suhu (lihat Tabel)
Tabel. Faktor Koreksi (K) terhadap Suhu
dimana :
Gs = Berat jenis tanah
68
GL = Berat jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + contoh tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air + tutup
c. Ambil harga rata-rata dari hasil ketiga pemeriksaan tersebut
di atas, dalam 2 (dua) angka di belakang koma.
69
(Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=OmmomQ3kDc4)
70
berat isi tanah kering dry, yaitu perbandingan antara berat butir
tanah kering terhadap volume total tanah. Dalam hal dimana tidak
didapatkan benda uji yang asli, maka dapat diganti dengan benda
uji buatan (remoulded samples) dengan mempertahankan berat isi
dan kadar air yang sesuai dengan keadaan asli di lapangan.
71
f. Timbang ring yang telah terisi benda uji (W2) dengan
ketelitian timbangan yangsama dengan penimbangan
sebelumnya.
g. Hitung Volume Tanah (V)
h. Hitung berat tanah W = W2–W1
i. Bersihkan Alat yang sudah di gunakan.
Pengolahan data :
Berat isi dapat dihitung sebagai berikut :
a. Berat isi tanah basah
(Sumber :
https://www.academia.edu/37333613/LAPORAN_PRKATIK
UM_BERAT_ISI_TANAH)
72
1.1.2.4. Uji Saringan (Sieve Analysis Test)
Tujuan :
a. Untuk mengetahui gradasi pembagian butiran dari suatu
contoh tanah Teranggu (DS) berbutir kasar atau pasir
b. Untuk mengklasifikasikan tanah
c. Untuk mengetahui koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien
gradasi (Cc).
Uniform Graded
Gambar I. 48 Ilustrasi susunan butiran batuan
73
Peralatan Uji saringan (sieve analysis test) :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda
uji.
b. Satu set saringan dengan ukuran (ASTM Standart):
76,2 mm atau 3”
63,5 mm atau 2,5”
50,8 mm atau 2”
37,5 mm atau 1,5”
25 mm atau 1”
19,1 mm atau 3/4”
12,5 mm atau 1/2”
9,5 mm atau 3/8”
no.4, no.16, no.30, no.50, no.100, dan no.200 3
c. Oven dengan pengatur suhu sampai 110C.
d. Mesin penggetar saringan.
e. Riffler (alat pembagi benda uji).
f. Talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya
74
agregat halus dan kasar, maka benda uji tersebut dipisahkan
menjadi dua bagian menggunakan saringan no. 4.
Selanjutnya agregat halus dan kasar yang telah dipisahkan
tersebut disiapkan sebanyak jumlah berat minimum seperti
tercantum di atas.
Prosedur Uji :
Pengolahan Data :
40 0.425
75
80 0.180
120 0.125
200 0.075
76
Koefisien keseragaman (coefficient of uniformity) Cu
77
Gambar I. 53 Proses Uji Saringan
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=5NnI8U6dqE4)
dimana :
= Kecepatan turun butir-butir tanah (gr/dtk)
s = Berat volume butir-butir tanah (gr/cm)
w = Berat volume air (gr/cm)
= Viscositas/kekentalan air (gr-dtk/cm)
78
D = Diameter butiran tanah (cm)
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka digunakan
hidrometer yang berfungsi untuk mengetahui specific gravity
larutan setiap waktu pengamatan. Dari hasil tersebut maka
diperoleh data yang setelah diolah akan diperoleh grafik
distribusi butiran yang merupakan hubungan antara diameter
dan prosentase lolos.
79
larutan tersebut ke dalam gelas ukur 1000 ml yang bersih
dan kering. Kemudian tambahkan air suling sedemikian
rupa, sehingga didapat larutan dengan berat jenis 1,023
(hydrometer B) atau pada skala 37,5 (hydrometer A).
Kalibrasi Hydrometer :
a. Bersihkan gelas ukur 1000 ml yang lain, lalu masukkan
larutan dispersi di atas sebanyak 200 ml. Tambahkan air
suling sampai skala 1000 ml, lalu masukkan ke dalam bak
perendam pada suhu 25°C.
b. Masukkan hydrometer ke dalam larutan standar, biarkan
beberapa saat sampai suhu hydrometer sama dengan suhu
larutan standar. Catat penunjukkan skala hydrometer pada
ujung meniskus-nya, (rw).
c. Ukur diameter hydrometer jar dengan menggunakan jangka
sorong, lalu hitung luas permukaannya, (Aj).
d. Siapkan gelas ukur 1000 ml yang lain, lalu isi dengan air
sampai skala 800 ml dan masukkan hydrometer ke
dalamnya. Hitung volume hydrometer yang akan terendam,
yaitu selisih pembacaan kedua dan pembacaan pertama,
(Vh).
e. Tentukan titik tengah bagian hydrometer yang
menggelembung, tandai dengan spidol. Ukur jarak antara
titik tersebut dengan skala hydrometer paling atas (Zra),
demikian pula dengan skala paling bawah (Zrb).
f. Buat grafik hubungan antara Zr, sebagai ordinat, dan R =
1000 . (r – 1), sebagai absis. Grafik ini disebut grafik A.
80
h. Masukkan hydrometer ke dalam larutan standar dalam bak
perendam. Selama tidak dipergunakan hydrometer harus
selalu berada dalam larutan ini.
81
c. Tutup gelas ukur dan kocoklah berulang-ulang sampai 1
menit. Perhatikan sewaktu mengocok jangan sampai ada
campuran yang tumpah atau melekat pada dasar tabung.
d. Selesai pengocokan, letakkan tabung di atas meja serta
masukkan hydrometer perlahanlahan kemudian siapkan
stopwatch.
e. Lakukan pembacaan hidrometer pada 1,2 menit tanpa
memindahkan hidrometernya. Lakukan 4 kali pembacaan,
dimana sebelum dibaca harus dikocok dahulu. Bila
didapatkan dua hasil pembacaan yang sama, lanjutkan ke
langkah selanjutnya.
f. Setelah pembacaan dua menit selesai, pindahkan hidrometer
ke tabung berisi air suling yang telah dipersiapkan. Kocok
kembali campuran tersebut, lalu hidrometer dan termometer
dimasukkan ke dalam larutan tersebut.
g. Lakukan bacaan hidrometer dan termometer berturut-turut
pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360, … ,
s.d.1440.
h. Jangan lupa catat tanggal/bulan/tahun waktu mulai
pembacaan menit ke 0 setelah kocokan terakhir dan waktu
setiap pembacaan.
i. Setelah selesai melakukan pembacaan terakhir, pindahkan
hidrometer dan termometer ke tabung berisi air suling.
j. Kocok terakhir kali dan saring dengan ayakan # 200 atau
0,075 mm.
k. Pindahkan benda uji dari ayakan ke cawan (yang sudah
diketahui beratnya), kemudian dimasukkan ke dalam oven.
l. Setelah kering, timbang cawan + benda uji lalu ayak dengan
ayakan no. 10, 20, 40, 60, 100, 200.
82
Gambar I. 54 Alat Pengujian Hidrometer
(Sumber : http://sipil.polimdo.ac.id/wp-
content/uploads/2019/02/Modul-Lab-Uji-Tanah.pdf)
1.1.2.6. Atteberg Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan menentukan
harga-harga liquid limit, plastic limit serta shrinkage limit dengan
benar, serta mampu menggambar grafik untuk batas cair. serta
untuk mengetahui batasan-batasan dari empat kondisi tanahyang
dimiliki oleh suatu sampel tanah yang akan diuji. Dilakukan pada
material tanah yang lolos saringan No. 40 (ukuran 0.425mm).
Batas-batas konsistensi (batas Atterberg) terdiri atas batas cair,
batas plastis dan batas susut. Tata cara pengujiannya harus
mengacu pada:
a) SNI 1967:2008 untuk batas cair;
b) SNI 1966:2008 untuk batas plastis dan indeks plastisitas tanah;
c) SNI 3422:2008 untuk batas susut.
Batas-batas konsistensi digunakan untuk mengkarakterisasi
perilaku tanah lempung dan lanau ketika kadar air berubah.
Klasifikasi lempung dan lanau terutama berdasarkan pada batas
konsistensi.
83
Gambar I. 55 Batas-Batas Konsistensi Tanah
84
b. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)
adalah kadar air yang merupakan batas antara konsostensi
tanah dalam keadaan semi plastis dan keadaan plastis. Wp
(Batas plastis) yaitu kadar air dumana untuk nilai-nilai
dibawahnya, tanah tidak lagi berperilaku sebagai bahan yang
plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan plastis dalam
kadar air yang berkisar antara WL dan Wp yang disebut
indeks plastisitas (Ip) :
85
Gambar I. 59 Pendekatan untuk menentukan Shrinkage Limit
Prosedur Pengujian :
Batas cair (Liquid Limit) :
a. Ambil benda uji sebanyak 100 gr yang sudah disiapkan,
masukan ke dalam mangkok yang dapat ditutup rapat .
b. Beri air suling pada benda uji sedikit demi sedikit, serta aduk
dengan merata sampai kirakira homogen. Kemudian
86
diamkan ± 24 jam, dengan maksud agar air dapat tercampur
ke seluruh butiran benda uji secara merata.
c. Setelah campuran homogen, ambil benda uji secukupnya dan
letakkan pada mangkok alat uji (cassagrande) lalu ratakan
permukaannya sedemikian rupa sehingga sejajar dengan
dasar alat uji, tebal maksimum 1 cm.
d. Buat alur dengan membagi dua benda uji dalam mangkok
dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool)
melalui garis tengah pemegang mangkok secara simetris dan
tegak lurus terhadap permukaan mangkok.
e. Putar engkol alat uji sehingga mangkok naik/jatuh setinggi 1
cm, dengan kecepatan 2 putaran perdetik. Pemutaran ini
dilakukan terus dengan kecepatan tetap sampai dasar alur
benda uji berimpit sepanjang 1,27 cm, dan catat jumlah
pukulan pada waktu berimpit tersebut.
f. Ulangi langkah (3) sampai dengan (5) paling kurang 2 (dua)
kali sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, dengan
maksud campuran tersebut sudah betul-betul merata kadar
airnya. Bila telah diperoleh jumlah pukulan yang sama, maka
ambillah sedikit tanah pada bagian yang berimpit untuk
dicari kadar airnya.
g. Kembalikan sisa benda uji ke lempeng kaca dan tambahkan
air suling. Ulangi lagi langkah (2) sampai dengan (6)
berturut-turut dengan variasi kadar air yang berbeda sehingga
diperoleh perbedaan jumlah pukulan sebesar 8 – 10 pukulan.
h. Lakukan percobaan tersebut di atas dengan kadar air yang
bervariasi (sampai 5 sampel) sehingga didapat pukulan
antara 10 – 50 kali.
87
suling atau jika sudah terlalu basah, campurkan benda uji
tersebut dengan yang benda uji yang kering serta aduk hingga
merata.
b. Setelah kadar air merata, buatlah bola-bola tanah dengan
diameter 1 cm dengan berat 8 gr. Kemudian bola-bola tanah
digeleng-geleng di atas lempengan kaca dengan telapak
tangan berkecepatan 80 - 90 gelengan/menit.
c. Lakukan penggelengan sampai benda uji berbentuk batang
dengan diameter 3 mm. Bila ternyata benda uji belum
mencapai diameter 3 mm sudah retak-retak, maka satukan
kembali benda uji lalu tambahkan sedikit air suling serta
aduk hingga homogen. Jika ternyata hasil gelengan
mempunyai diameter < dari 3 mm, maka biarkan benda uji
beberapa saat agar kadar airnya sedikit berkurang.
d. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai
retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat hasil gelengan
mempunyai diameter 3 mm serta panjang minimum 2, 5 cm.
e. Buat batang-batang percobaan sebanyak 5 gr, kemudian
periksa kadar airnya
88
itu pada percobaan Triaxial tersedia pula fasilitas untuk
mengukur tekanan air pori dan perubahan volume selama
pelaksanaan pengujian.
( Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=Q6rOuysQuZU )
Test Triaxial ada 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Undrained Test (Unconsolidated – Undarained Test) (UU
Test)
Pada pengujian ini tidak diperbolehkan adanya aliran air dari
tanah selama pengujian berlangsung. Tegangan air pori
biasanya tidak diukur pada pengujian jenis ini dan tanah yang
dipakai tidak dikonsolidasikan. Pengujian tanpa konsolidasi
dan tanpa pengaliran, disebut sebagai pengujian cepat atau
U-test. Pada semua tahapan pengujian, keran pengaliran
(sistem tekanan air pori) dalam keadaan tertutup. Cara
pengujian ini tidak dapat diterapkan pada jenis tanah non
kohesif jenuh (S=100%). Parameter geser yang didapatkan
89
dari cara pengujian ini berdasarkan konsep tegangan total
(total pressure). Pengujian ini memberikan parameter geser
cu dan u
b. Consolidated – Undrained Test (CU Test)
Pada pengujian ini mula-mula diberikan tegangan normal
dan air diperbolehkan mengalir dari contoh tanah sampai
konsolidasi selesai. Setelah itu jalan aliran air ditutup dan
contoh tanah diberi tegangan geser sampai contoh tanah
runtuh, biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan
geser diberikan. pengujian dengan konsolidasi tanpa
pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi cepat atau
CU-test. Pada tahap pemberian tegangan sel (3), keran
pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam keadaan terbuka,
dan ditunggu hingga proses konsolidasi berakhir, yang dapat
diamati melalui tabung perubahan volume. Untuk
mempercepat proses konsolidasi pada tanah kohesif,
biasanya digunakan cara-cara khusus, antara lain dengan
memasang kolom pasir ditengah-tengah benda uji, atau
membungkus benda uji dengan lembaran tipis kertas saring.
Sesudah konsolidasi selesai, keran pengaliran dibuka lalu
diberikan tegangan deviator sampai terjadi keruntuhan.
Parameter geser yang diperoleh dari pengujian ini
berdasarkan konsep tegangan efektif (effective stress), yang
dinyatakan dalam notasi c’ dan ’.
c. Consolidated – Drained Test (CD Test)
Pada pengujian ini aliran air diperbolehkan mengalir selama
pengujian, mula-mula diberikan tegangan normal sampai
konsolidasi selesai, kemudian diberikan tegangan geser
sampai terjadi keruntuhan dengan aliran air tetap dibuka.
Pemberian tegangan harus dilakukan secara perlahan-lahan,
supaya tegangan air pori tetap nol tidak berubah. pengujian
dengan konsolidasi dan pengaliran, disebut juga pengujian
90
konsolidasi lambat atau CD-test. Pada semua tahapan
pengujian, keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam
keadaan terbuka. Seperti halnya pada CU-test, beban
deviator diberikan setelah proses konsolidasi selesai.
Pembebanan dilakukan dengan lambat, dimana tegangan air
pori yang timbul cukup kecil, sehingga tidak mempengaruhi
parameter geser yang diperoleh. Seperti halnya pada CU-test,
parameter geser yang diperoleh berdasarkan konsep
tegangan efektif, yang dinyatakan dalam notasi c’ dan ’.
PARAMETER YANG
TIPE PENGUJIAN
DIDAPAT
Unconsolidated
Cu ;
Undarained (UU)
Consolidated Undrained
c ; ; u ; c’ ; ’
(CU)
91
l. Sample Extruder
m. Timbangan
n. Alat pemotong (gergaji kawat)
o. Oven, can
p. Air bercampur Gliserin
q. Stopwatch
Penyiapan Benda Uji Cara pembuatan benda uji dari contoh tanah
non-kohesif (pasir lepas) jauh lebih sulit dibandingkan dengan
tanah kohesif (lempung). Berikut ini dijelaskan cara pembuatan
benda uji dari jenis tanah kohesif yang dapat dicetak langsung
dari tabung contoh, contoh kubus, ataupun dari contoh tanah
buatan.
92
2) Sesuaikan kadar air, kemudian cetak contoh tanah ke
dalam tabung yang telah diketahui volumenya agar
didapatkan berat isi yang dikehendaki.
3) Lakukan seperti langkah (1) di atas.
d. Timbang berat benda uji dan ukur diameter serta tingginya
a) Catat benda uji rata-rata 4 (empat) tempat pengukuran
b) Catat diameter benda uji rata-rata dengan rumus :
dimana :
do = diameter benda uji rata-rata, digunakan untuk
menghitung luas penampang mula-mula
da = diameter rata-rata dari 2 pengukuran pada bagian
atas benda uji.
dt = diameter rata-rata dari 2 pengukuran pada bagian
tengah benda uji.
db = diameter rata-rata dari 2 pengukuran pada bagian
bawah benda uji.
e. Pasang karet membran pada benda uji yang telah disiapkan,
lakukan secara hati-hati agar struktur tanah tidak terganggu,
gunakan tabung hisap dan pompa vakum
Prosedur Pengujian :
93
dimana :
h = tegangan horisontal (kg/cm2 )
Ko = tekanan tanah diam (at rest coefficient), untuk tanah
kohesif berkonsolidasi normal diambil sebesar 0,4 s.d. 0,8.
v = tegangan vertikal = wet . h (kg/cm2 )
wet = berat isi tanah basah (kg/cm3 )
h = kedalaman pengambilan contoh tanah (cm)
d. Jalankan mesin sampai mesin tekan menyentuh cincing
beban dan pelat penutup bagian atas benda uji (ditandai dgn
bergeraknya jarum arloji pada cincin beban).
e. Atur arloji regangan dan arloji cincin beban pada posisi nol
pembacaan.
f. Mesin dijalankan kembali dengan kecepatan sebesar 0,5
mm s.d. 1,25 mm per-menit atau menurut petunjuk
instruktur.
g. Catat bacaan arloji beban setiap ¼ menit atau ½ menit.
h. Lanjutkan pengamatan hingga tercapai keruntuhan, dengan
ketentuan :
a) Pembacaan arloji beban telah menunjukkan nilai tetap
pada tiga pembacaan terakhir berturut-turut.
b) Telah terjadi regangan sebesar 20%.
i. Setelah selesai, kurangi tegangan keliling secara bertahap
sampai nol.
j. Lepaskan sel Triaxial, ambil benda uji, amati dan buat
sketsa bentuk keruntuhannya.
k. Timbang benda uji dan cari kadar airnya.
l. Ganti benda uji dengan yang baru, ulangi langkah (a) s.d.
(b).
m. Ulangi langkah (c) dengan tegangan keliling sebesar dua
kali tegangan keliling yang pertama.
n. Ulangi langkah (d) s.d. (k).
94
Gambar I. 61 Alat Pengujian Triaxial
95
mencapai 15%. Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat
digunakan untuk menentukan konsistensi dari tanah lempung,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.9. Selain itu, melalui
pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensitivity) dari
tanah kohesif, yaitu perbandingan nilai qu tanah asli terhadap qu
tanah buatan.
96
Penyiapan Benda Uji :
97
Prosedur uji :
a. Timbang benda uji, lalu letakkan pada mesin tekan bebas
secara sentris, dimana permukaan piston bagian bawah
menyentuh permukaan benda uji bagian atas.
b. Atur arloji beban dan arloji regangan pada angka nol.
c. Jalankan mesin beban, baca dan catat beban pada regangan
0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan seterusnya (lihat Gambar 2.17)
d. Kecepatan regangan sebesar 0,5% - 2% per-menit dari tinggi
benda uji, biasanya diambil sebesar 1% per-menit dari tinggi
benda uji.
e. Pelaksanaan pengujian dihentikan apabila telah tercapai
salah satu dari keadaan berikut ini:
a) Pembacaan telah menurun, atau relatif tetap untuk 3
(tiga) pembacaan terakhir berturutturut.
b) Jika regangan telah mencapai 15%.
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=4_BUyKsZnWw)
98
1.1.2.9. Tes Konsolidasi
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=N3-I3VHCs3Q
99
pengujian konsolidasi umumnya terhadap lapisan tanah berbutir
halus dari tanah tidak terganggu. Selain itu untuk mengetahui
keadaan tanah, apakah sudah mengalami proses konsolidasi atau
belum, yaitu dengan mencari besarnya tekanan prakonsolidasi
akan didapat :
a. Over Consolidated Pc>Po
b. Normally Consolidated Pc<Po
Dimana : Po = tekanan efektif tanah sekarang (overburden
pressure).
a. Koefisien Permebilitas (k) :
Cv.av. w
k=
1+ e
b. Koefisien Kompresibilitas Volume (mv):
av
mv
1 + e0
100
Prosedur Pengujian :
101
berikutnya.Pada akhir pembacaan, keluarkan benda uji dan
timbang beratnya dan ukur tingginya. Masukkan contoh
tanah tadi ke dalam oven untuk diukur kadar airnya
1.1.2.10. Permeabilitas
102
a. Tinggi Konstan (Constant Head)
Untuk test tanah berbutir kasar (pasir) dengan cara constant
head test dapat dilakukan dengan cara:
a) Air dialirkan melalui pipa – masuk (inlet) ke tanah
b) Kemudian, banyaknya air yang mengalir lewat tanah
ditampung dalam gelas ukur
c) Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan air
tersebut dicatat
d) Perlu diingat bahwa pada constant head test, tinggi muka
air diatas tanah diusahakan tetap (constant)
e) Setelah kecepatan aliran di dalam pipa – keluar (outlet)
konstan maka air dikumpulkan dalam gelas ukur selama
waktu yang diketahui.
103
Gambar I. 65 Sketsa Falling Head
104
e) Padatkan lapisan tanah tersebut, sampai ketinggian yang
diinginkan.
f) Letakkan batu pori di atasnya lalu masukkan pegas.
Tutup kembali tabung tersebut, catat tinggi benda uji
dalam tabung.
g) Nyalakan stopwatch dan tampung air yang keluar
dengan gelas ukur.
h) Catat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
volume tertentu
b. Metode Falling Head
a) Ambil contoh tanah kering udara.
b) Campurkan air secukupnya untuk menghindari segresi
selama pengisian tabung sehingga campuran tersebut
dapat mengalir bebas untuk membentuk lapisan-lapisan
dalam tabung.
c) Lepaskan tutup tabung lalu masukkan batu pori ke
dalamnya.
d) Masukkan campuran tanah tadi ke dalam tabung.
e) Letakkan batu pori dan pegas di atasnya lalu tabung
ditutup, catat tinggi benda uji dalam tabung.
f) Pasang buret pada tempatnya lalu atur ketinggiannya.
Tempatkan mistar panjang di samping buret sehingga
beda tinggi antara air dalam buret dengan lubang
pengeluaran pada tabung bisa diketahui.
g) Hubungkan selang intake ke burat. (kran buret dalam
posisi tertutup)
h) Bila perlu gunakan pompa vacum untuk
menghamparkan tabung selama 30 menit. Buka kran
buret dan biarkan air mengisi seluruh tabung, tambahkan
air ke dalam buret terus menerus. Proses penjernihan ini
bisa juga dilakukan tanpa pompa vacum.
105
i) Alirkan air melalui benda uji sampai debitnya konstan
lalu tutup kembali kran buret.
j) Isi buret sampai skala tertentu sebagai tinggi awal
k) Setelah 2 menit catat tinggi akhir dari air pada buret.
tegangan pengujian
CBR = x 100%
tegangan standar
106
Tabel Nilai Beban Satuan Standar untuk Beberapa
Penetrasi
Penetrasi Tegangan Standar
(mm) (inch) (Mpa) (1bs)
2,5 0,1 6,9 1000
5,0 0,2 10,3 1500 Catatan :
7,5 0,3 13,0 1900 1 kPa = 0,01 kg/cm2
10,0 0,4 16,0 2300 1 Mpa = 10,0 kg/cm2
12,7 0,5 18,0 2600
Tabel Korelasi Nilai CBR dengan Kondisi Tanah,
Kegunaan dan Klasifikasi Tanah
107
Peralatan yang digunakan :
a. Mesin penetrasi (penetration machine) dengan kecepatan
penetrasi sebesar 1,27 mm/menit.
b. Cetakan logam (mold) berbentuk silinder dengan diameter
dalam 152,4 ± 0,66 mm dengan tinggi 177,8 ± 0,13 mm.
Cetakan dilengkapi dengan leher sambungan (collar) dengan
tinggi 50,8 mm dan keeping lubang tidak lebih dari 1,59 mm.
c. Piringan pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter
150,8 mm dan tebal 61,4 mm.
d. Alat penumbuk (compaction rammer) yang sesuai dengan
cara pengujian pemadatan.
e. Alat pengukur pengembangan yang terdiri dari keping
pengembangan yang berlubang, batang pengatur, tripod
logam, dan arloji pengukur pengembangan.
f. Keping logam (surcharge weight) dengan berat 2,7 kg,
diameter 194,2 mm dengan diameter lubang tengah 54,2 mm
g. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm, luas 1935
mm2 dan panjang titik kurang dari 10 1,6 mm
h. Arloji pengukur beban (dial gauge dengan skala 0,01 mm)
dan arloji pengukur penetrasi.
i. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
j. Stopwatch
k. Oven, desicator, oli, kuas
l. Pisau, dongkrak, saringan No.4, dan alat perata dan bak air
Prosedur Pengujian :
108
b. Siapkan contoh tanah kering udara yang sudah lolos saringan
no.4 sebanyak 5kg.
c. Campur contoh tanah dengan air pada kondisi kadar air
optimum.
d. Padatkan tanah dalam mold sesuai dengan prosedur
pengujian kompaksi, dimana tanah ditumbuk sebanyak 56
kali per lapis untuk pemadatan dengan modified sebanyak
limit lapis.
e. Ratakan permukaan tanah dan periksa kadar airnya sebelum
perendaman yang diambil dua sample yaitu dari bagian atas
dan bawah.
f. Tutup bagian atas dan bawah contoh tanah di dalam mold
dengan menggunakan kertas saring, kemudian pada bagian
atas mold diletakkan plat baja (plat pengembangan) dan
pasang arloji pembebanan dan rendam pada bak perendaman
selama 4 x 24 jam.
g. Lakukan pembacaan setiap 24 jam.
h. Setelah pembacaan terakhir, contoh tanah dikeluarkan dari
bak perendaman dan miringkan selama 15 menit sehingga air
bebas mengalir.
i. Letakkan keping pemberat di atas permukaan benda uji.
j. Letakkan benda uji pada mesin penetrasi dan atur torak
penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukkan beban permulaan yang diletakkan sebelumnya.
k. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan
penetrasi 1,27 mm/menit. Catat pembebanan setiap penetrasi
mencapai 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 5; 6; 7; 7,5; 9; 10 dan
12,5 mm.
l. Setelah pengujian dilakukan, dilakukan kembali
pemeriksaan kadar air setelah perendaman yang diambil tiga
sample yaitu dari bagian atas, tengah dan bawah.
109
Gambar I. 66 Proses Uji CBR laboratorium
(Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=tTK4_LEcz6s )
110
1.1.2.12. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) ASTM D 3080
111
bidang terlemah seperti yang terjadi pada pengujian kuat tekan
bebas ataupun Triaxial. Dengan demikian, selama proses
pembebanan horisontal, tegangan yang timbul dalam bidang
geser sangat kompleks. Hal ini sekaligus merupakan salah satu
kelemahan utama dalam percobaan geser langsung. Nilai
kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan
kestabilan lereng, daya dukung tanah dan lain sebagainya. Nilai
kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dengan
persamaan sebagai berikut:
dimana :
S = kekuatan geser maximum (kg/cm2 )
c = kohesi (kg/cm2 )
n = tegangan normal (kg/cm2 )
= sudut geser dalam ()
112
b. Consolidated Undrained Test Dalam pengujian ini, sebelum
digeser, benda uji yang dibebani vertikal (beban normal)
dibiarkan dulu hingga proses konsolidasi selesai. Pembebanan
horisontal dilakukan dengan cepat.
c. Unconsolidated Undrained Test Pembebanan horisontal dalam
pengujian ini dilakukan dengan cepat, sesaat setelah beban
vertikal dikenakan pada benda uji. Melalui pengujian ini
diperoleh parameter-parameter geser cu dan u.
113
Penyiapan Benda Uji :
a. Benda uji yang digunakan berbentuk bujursangkar atau
lingkaran.
b. Benda uji mempunyai tebal minimum 1,25 cm, tapi tidak
kurang dari 6 kali diameter butir tanah maksimum.
c. Perbandingan antara diameter/lebar terhadap tebal benda uji
minimal 2 : 1.
d. Untuk benda uji asli, contoh tanah yang digunakan harus
cukup untuk membuat benda uji sebanyak minimal 3 (tiga)
buah benda uji yang identik. Persiapkan benda uji sehingga
tidak terjadi kehilangan kadar air dan hati-hati dalam
melakukan pencetakan benda uji (terutama pada jenis tanah
dengan nilai kepekaan tinggi), agar struktur tanah asli tidak
berubah.
e. Untuk benda uji buatan (remoulded), contoh tanah yang
digunakan diupayakan mempunyai kadar air dan berat isi
tanah yang sesuai dengan yang dikehendaki. Khusus untuk
tanah pasir lepas, contoh tanah biasanya dicetak langsung ke
dalam kotak geser dengan nilai kepadatan relatif yang
dikehendaki. Sedangkan untuk jenis tanah yang lain, contoh
dipadatkan terlebih dahulu dalam cetakan sesuai prosedur
percobaan pemadatan.
Prosedur Pengujian :
a. Ukur tinggi dan lebar serta timbang berat benda uji.
b. Pindahkan benda uji dari cetakan ke dalam kotak geser dalam
sel pengujian yang terkunci oleh kedua baut, dengan bagian
bawah dan atas dipasang batu berpori.
c. Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban
normal pada benda uji. Sebelumnya timbang, catat lebih
dahulu berat penggantung beban tersebut. Atur arloji
deformasi vertikal pada posisi nol pembacaan.
114
d. Pasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban
mendatar pada kotak penguji. Atur arloji regangan dan arloji
beban sehingga menunjukkan angka nol.
e. Beri beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang
diperlukan. Sebagai pedoman, besar beban normal pertama
(termasuk berat penggantung) yang diberikan diusahakan
agar menimbulkan tegangan pada benda uji minimal sebesar
tegangan geostatik di lapangan.
f. Pada pengujian consolidated drained/undrained, segera beri
air sampai di atas permukaan benda uji dan pertahankan
selama pengujian.
g. Pada pengujian tanpa konsolidasi (unconsolidated), beban
geser dapat segera diberikan setelah pemberian beban normal
pada langkah (5).
h. Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi
(consolidated), sebelum melakukan penggeseran, lakukan
terlebih dahulu pencatatan proses konsolidasi tersebut pada
waktuwaktu tertentu dan tunggu sampai konsolidasi selesai.
Gunakan cara Taylor untuk menetapkan waktu (t50), yaitu
pada saat derajat konsolidasi U = 50%.
i. Kecepatan penggeseran horisontal dapat ditentukan
berdasarkan jenis pengujian: a. Pada pengujian tanpa
pengaliran (undrained test) ditetapkan sebesar 0,50 s.d. 2,00
mm/menit. b. Pada pengujian dengan pengaliran (drained
test) kecepatan pergeseran horisontal didapat dengan cara
membagi deformasi geser dengan 50 t50. Deformasi
maksimum diperkirakan sebesar 10% diameter/lebar asli
benda uji.
j. Lepaskan baut pengunci, kemudian pasangkan pada 2 lubang
yang lain, berikan putaran secukupnya hingga kotak geser
atas dan bawah terpisah 0,5mm.
115
k. Lakukan penggeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3
(tiga) pembacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai
konstan. Baca arloji geser dan arloji beban setiap 15 detik
sampai terjadi keruntuhan.
l. Lepaskan benda uji dari mesin lalu cari kadar air, berat isi
dan lain sebagainya.
m. Untuk benda uji kedua, beri beban normal 2 (dua) kali beban
normal yang pertama, kemudian ulangi langkah (6) sampai
dengan (10).
n. Untuk benda uji ketiga, beri beban normal 3 (tiga) kali beban
normal yang pertama, kemudian ulangi langkah (6) sampai
dengan (10).
116
Gambar I. 68 Video Pengujian Direct Shear Test
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=vXEKsa-FrsE )
117
b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dan 4,54 kg.
c. Ayakan no.4 (4,75 mm) atau ¾” (19 mm).
d. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gr. 5. Jangka sorong
(caliper).
e. Extruder (alat pengeluar contoh tanah).
f. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar
air.
g. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet, dan
tempat contoh.
Penyiapan Benda Uji :
a. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam
keadaan lembab, maka keringkan dengan cara dianginkan
(kering udara) atau di oven dengan suhu maksimum 60C.
Kemudian pisahkan gumpalan-gumpalan tanah dengan cara
menumbuk dengan palu karet.
b. Tanah hasil tumbukan pada point (1), diayak dengan ayakan
no.4 (4,75 mm) atau ¾” (19 mm).
c. Seluruh sampel yang telah diayak, dibagi menurut cara
“perempat banyak” atau dengan menggunakan riffler sample.
d. Ambil hasil sampel tersebut dan ditimbang masing-masing
sebanyak 2,5 kg untuk pemadatan standar, atau 5 kg untuk
pemadatan modified, yang masing-masing sejumlah 5 buah,
atau sesuai petunjuk instruktur.
e. Campur tanah hasil timbangan pada point (4) dengan air
sedikit demi sedikit, kemudian diaduk sampai merata lalu
diperam/disimpan selama 24 jam dalam plastik yang telah
diberi label. Masing-masing plastik diikat dengan rapat.
Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air:
a) 1 benda uji diperkirakan secara visual sebagai kadar air
optimum.
b) 2 benda uji dengan kadar air di bawah kadar air optimum.
c) 2 benda uji dengan kadar air di atas kadar air optimum.
118
Volume air yang ditambahkan di tiap sampel, di atur berdasarkan
jenis tanahnya. Untuk tanah dominan lempung dan lanau,
penambahan air ± 2,5% - 3%. Sedangkan, untuk tanah dominan
pasir, penambahan air ± 1,5% - 2%.
Prosedur Pengujian :
a. Cetakan dalam keadaan bersih, ditimbang dengan/tanpa alas,
(W1 gr), ukur tinggi dan diameter cetakan, serta hitung
volume cetakan, (V cm3 ).
b. Cetakan, alas dan leher penyambung diberi oli secukupnya
pada bagian dalamnya, untuk memudahkan proses
pengeluaran contoh tanah.
c. Ambil salah satu benda uji, masukan sebagian ke dalam
cetakan yang diletakkan di atas landasan yang kokoh,
kemudian tumbuk sebanyak 25 atau 56 kali, dimana hasil
tumbukan mempunyai tinggi 1 /3 atau 1 /5 tinggi cetakan.
d. Toleransi ketebalan untuk masing-masing lapisan adalah
0,5 cm, kecuali untuk lapisan terakhir dengan toleransi + 0,5
cm.
e. Sebelum menambahkan tanah untuk pemadatan lapis
berikutnya, muka tanah hasil pemadatan sebelumnya harus
dikasarkan dengan pisau/spatula.
f. Lepas leher penyambung dan potong kelebihan tanah dengan
pisau perata.
g. Bersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas, (W2).
h. Keluarkan tanah dari dalam cetakan dengan alat pengeluar
contoh tanah (extruder).
i. Belah benda uji serta ambil tanah secukupnya pada tiga
bagian (atas, tengah, bawah) untuk dicari kadar airnya.
j. Ulangi tahapan pada point (c) sampai dengan (g) untuk
keseluruhan benda uji yang disiapkan.
119
grafik hubungan antara berat isi kering (dry) dan kadar air (),
kemudian dapatkan nilai berat isi kering tanah maksimum (dry
max) dan kadar air optimum (OMC) dari grafik pemadatan
120
Gambar I. 71 Proses Pelaksanaan Uji Pemadatan
(Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=fZVKb4Skr3Q)
121
1.2. Definisi Tanah
Tanah adalah campuran butir-butir dari berbagai ukuran dan bahwa ada
hubungan yang erat antara penyebaran besar butir dan sifat tanah. Para ahli
menyatakan berat tanah dalam istilah kerapatan butir-butir yang menyusun
tanah. Biasanya ditetapkan sebagai massa atau berat satuan solum tanah
padat dan disebut kerapatan butir. Dalam sistem metrik kerapatan butir
biasanya dinyatakan dengan istilah gram persentimeter kubik. Jadi, satu
sentimeter kubik tanah padat beratnya 2,6 gram kerapatan butir ialah 2,6
gram persentimeter kubik.
A. Hubungan-hubungan antar parameter tanah
a. Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dan volume
tanah.
122
d. Porositas didefinisikan sebagat perbandingan antara volume pori
dengan volume tanah total, yang dinyatakan dalam persen.
123
b. Tanah non kohesif
adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan
antara butir – butirnya, misal tanah pasir. Tanah kohesif dapat
bersifat tidak plastis, plastis atau berupa cairan kental, tergantung
pada nilai kadar airnya. Tanah non kohesif tidak memiliki garis
batas antara keadaan plastis dan tidak plastis, karena jenis tanah ini
tidak plastis untuk semua nilai kadar air.
124
D. Ukuran butiran tanah tergantung pada diameter partikel tanah yang
membentuk massa tanah itu. Ukuran butiran ditentukan dengan
menyaring sejumlah tanah melalui seperangkat saringan yang disusun
dengan lubang yang paling besar berada di atas dan makin ke bawah
makin kecil. Jumlah tanah yang tertahan pada saringan tertentu disebut
sebagai salah satu ukuran butiran contoh tanah itu.
125
g) Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No.200.
Group index
a) GI dipergunakan untuk mengevaluasi mutu dari suatu tanah
sebagai material lapisan tanah dasar jalan (subgrade)
b) Kualitas tanah dinyatakan berbanding terbalik dengan harga GI
c) Persamaan untuk menghitung GI:
GI= (F-35)[0. 2+0.005(LL-40)]+0.01 (F-15) (PI-10)
F : persentase butiran yang lolos ayakan No.200
LL : batas cair (liquid limit)
PI : index plastisitas
d) Harga GI ini ditulis dalam kurung di belakang nama klasifikasi
tanah yang bersangkutan. Contoh: A-4(3).
Aturan untuk menghitung harga GI:
a) Apabila dari perhitungan didapat harga GI yang negatif, maka
harga GI dianggap nol
b) Harga GI yang tidak bulat (pecahan), dibulatkan ke angka yang
paling dekat
126
c) Tidak ada batas atas
d) Untuk tanah A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5, dan A-3, harga GI selalu
sama dengan nol
e) Untuk tanah A-2-6, A-2-7 hanya bagian PI saja yang digunakan,
sehingga persamaan di atas menjadi: GI = 0.01(F-15)(PI-10)
127
2) Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.4 (4.75
mm)
3) Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc)
untuk tanah dengan persentase lolos ayakan No.200
antara 0 sampai 12%
4) LL dan PI bagian tanah yang lolos ayakan No.40 (0.425
mm), dimana 5% dari tanah tersebut lolos ayakan
No.200
5) Apabila persentase butiran yang lolos ayakan No.200
adalah antara 5% sampai 12%, diperlukan simbol ganda
seperti GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC, SW-SM,
SW-SC, SP-SM, dan SP-SC.
b) Tanah berbutir halus (Fine Grained Soil):
1. Tanah dimana > 50% berat lolos ayakan No.200
2. Simbol kelompok ini dimulai dengan huruf M (Silt/lanau
anorganik), C (Clay/lempung anorganik), O untuk tanah
lempung dan lanau organic
3. Simbol PT (peat) dipakai untuk tanah gambut, muck, dan
tanah lain dengan kadar organik tinggi .
Simbol lain:
W = well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = low plasticity/plastisitas rendah (LL< 50)
H = high plasticity/plastisitas tinggi (LL>50)
4. Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL,
OL, MH, CH, dan OH didapat dengan cara menggambar
batas cair dan index plastisitas tanah yang bersangkutan
pada bagan plastisitas.
5. Garis diagonal pada bagan plastisitas dinamakan garis A
yang mempunyai persamaan (fungsi) PI = 0,73 (LL - 20)
128
129
130
1.3. Pendugaan lapisan bawah permukaan tanah metode Geofisika
131
Kekurangan Uji Geofisika :
a. Tidak mendapatkan parameter secara langsung
b. Tidak bisa berdiri sendiri
c. Kelemahan khusus : missing informasi dari permukaan.
Contoh :
132
Gambar I. 73 Prinsip Huygen
133
d) Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 offset shots, 2 end
shots, dan 2 center shot.
134
mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan yang
memadai.
135
(Sumber : http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2010/11/seismik-
refraksi.html)
( Sumber : https://www.bmkg.go.id/seismologi-teknik/)
1.1.2. Geolistrik
adalah salah satu metode eksplorasi geofisika untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat
kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah tahanan
jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical constant,
kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta
sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan tanah dibawah
permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada
kedalaman tertentu. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada
kenyataan
bahwa material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang
berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan
jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral.
Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis
(resistivity) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau
tanah melalui elektroda arus (current electrode), kemudian arus
diterima
136
oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda
tersebut diukur dengan volt meter dan dari harga pengukuran
tersebut dapat dihitung tahanan jenis semua batuan. Prosedur
pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada
variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertical
(sounding) atau arah lateral (mapping).
137
Gambar I. 79 Alat Geolistrik
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=f3FhDwtdPqg)
138
Perbandingan Seismik Refraksi dan Geolistrik
Seismik Refraksi Geolistrik
a. Salah satu metode geofisika a. Salah satu metode geofisika
untuk memperkirakan untuk memperkirakan kondisi
kondisi geologi bawah geologi bawah permukaan
permukaan bumi bumi berdasarkan sifat
berdasarkan sifat pembiasan penghantaran /resistivitas
gelombang. arus listrik
b. Implementasi pengukuran b. Implementasi pengukuran
seismic refraksi dilakukan geolistrik dilakukan dengan
dengan memberikan getaran memberikan arus listrik /
di suatu titik tertentu menyetrum tanah di suatu
kemudian di titik lain titik dan menguku responnya
diukur waktu ketersampaian di titik lain.
gelombangnya. c. Geolistrik memberikan
c. Seismik memberikan informasi lapisan tanah
informasi lapisan tanah berdasarkan atas kemampuan
berdasarkan atas tanah dalam menghantarkan
kemampuan tanah dalam arus listrik yang berkaitan
menghantarkan gelombang dengan langsung dengan
yang berkorelasi langsung kandungan mineral,
dengan kekerasan porositas, dan kandungan
lapisannya. fluida di dalamnya
d. Untuk mendapatkan tingkat
kekerasan lapisan,
pengolahan data geolistrik
dikorelasikan dengan jenis
lapisan sesuai dengan nilai
resisitivitasnya
139
Interpretasi Parameter Geofisika ke Stratigrafi
1.1.3. Georadar
Georadar atau Ground Penetration Radar (GPR) merupakan salah
satu metode survei dan eksplorasi kondisi di bawah tanah yang
menggunakan prinsip geofisiska elektromagnetik. Prinsip kerja GPR
adalah dengan memanfaatkan pemantulan sinyal elektromagnetik
yang ditembakkan melalui antena pemancar (transmitted signal).
Sinyal mengenai objek di bawah tanah dan kemudian dipantulkan
kembali (reflected signal) menuju antena perekam (receiver).
Perbedaan respon cepat rambat gelombang (amplitudo) pada setiap
benda terhadap sinyal gelombang elektromagnetik yang
ditembakkan tersebutlah yang menjadi dasar identifikasi jenis benda
atau material di dalam tanah. Sifat – sifat fisika benda/material di
dalam tanah yang dapat diketahui melalui GPR adalah sifat
konduktifitas dan induktansi listrik. Keberadaan aliran sungai bawah
tanah di daerah karst dapat juga diketahui melalui metode ini. Ketika
sinyal elektromagnetik yang ditembakkan mengenai suatu benda
yang berbeda (heterogen) maka sinyal yang dipantulkan akan besar
140
dan perbedaan cepat rambat yang terekam akan terlihat jelas.
Kedalaman sistem sungai bawah tanah juga dapat diketahui karena
dalam alat georadar juga merekam kecepatan gelombang
elektromagnetik dan waktu tempuh sinyal sewaktu gelombang mulai
ditembakkan hingga gelombang tersebut mengenai objek dan
memantul kembali ke antena perekam. Ilustrasi cara georadar
mendeteksi obyek di dalam tanah disajikan pada gambar 3.
Keunggulan Georadar :
a. metode survai dan eksplorasi menggunakan georadar adalah
terkait dalam hal keakurasian data yang didapat.
141
data yang didapat jauh lebih baik dibandingkan dengan metode
survai dan ekplorasi dengan metode geolistrik.
Kekurangan Georadar :
a. biaya yang dibutuhkan untuk melakukan metode ini jauh lebih
mahal karena harus menyiapkan pemancar dan antena perekam.
b. pengolahan hasil sinyal gelombang elektromagnetik yang
direkam georadar untuk mendapatkan profil penampang vertikal
dan horisontal membutuhkan keahlian khusus karena
pengolahannya yang cukup rumit.
142
Gambar I. 82 Peralatan dalam Penelitian. A. Georadar Unit, B. Laptop,
C. GPS, D. Baterai Georadar Unit
143
Daftar Pustaka
144