Anda di halaman 1dari 147

TUGAS BESAR PENYELIDIKAN GEOTEKNIK

SIA – 355 PENYELIDIKAN GEOTEKNIK


Tugas ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Mata Kuliah SIA – 355 Penyelidikan Geoteknik

Dosen:
Ikhya, S.T., M.M.

Mayra Amanta Tsani 22-2018-244

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


I. Metode Penyelidikan dan Pengujian Tanah ............................................... 1
1.1. Jenis – jenis penyelidikan geoteknik ........................................................ 2
1.1.1. Penyelidikan tanah lapangan ............................................................. 2
1.1.1.1. Sondir / CPT .............................................................................. 6
1.1.1.2. Boring dan pengambilan contoh .............................................. 12
1.1.1.3. Metode Pengambilan Sample .................................................. 24
1.1.1.4. Standar Penetration Test (SPT) ............................................... 26
1.1.1.5. Field Vane Shear Test (FVT)................................................... 33
1.1.1.6. Pressuremeter ........................................................................... 35
1.1.1.7. Dilatometer Test (DMT) .......................................................... 38
1.1.1.8. Uji Beban Plat (Plate Load Test) ............................................. 40
1.1.1.9. Penyelidikan air tanah.............................................................. 43
1.1.1.10. California Bearing Ratio (CBR) .............................................. 54
1.1.1.11. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)........................................ 59
1.1.2. Pengujian Laboratorium .................................................................. 62
1.1.2.1. Uji Kadar Air (Water Content Test) ASTM D 2166-71 .......... 62
1.1.2.2. Uji Berat Jenis (Specific Gravity Test) ASTM D 854-58 ....... 65
1.1.2.3. Uji Berat Isi (Unit Weight Test) ASTM D 2937-83 ................ 70
1.1.2.4. Uji Saringan (Sieve Analysis Test).......................................... 73
1.1.2.5. ANALISA UKURAN BUTIR – Uji Hidrometer (Hydrometer
Analysis) ASTM D 422 – 63 ..................................................................... 78
1.1.2.6. Atteberg Test ........................................................................... 83
1.1.2.7. Triaksial Test (UU, CU, CD) ................................................... 88
1.1.2.8. Unconfined Compression Test ................................................ 95
1.1.2.9. Tes Konsolidasi ....................................................................... 99
1.1.2.10. Permeabilitas.......................................................................... 102
1.1.2.11. CBR di Laboratorium ............................................................ 106
1.1.2.12. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) ASTM D 3080 ...... 111
1.1.2.13. Uji Pemadatan (Compaction Test) ASTM 3441 – 86............ 117

i
1.2. Definisi Tanah ...................................................................................... 122
1.3. Pendugaan lapisan bawah permukaan tanah metode Geofisika ........... 131
1.1.1. Seismik Refraksi ........................................................................... 132
1.1.2. Geolistrik ....................................................................................... 136
1.1.3. Georadar ........................................................................................ 140
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 144

ii
I. Metode Penyelidikan dan Pengujian Tanah
Penyelidikan tanah harus memberikan deskripsi kondisi tanah yang relevan
dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan menetapkan dasar untuk penilaian
parameter geoteknik yang relevan untuk semua tahap konstruksi. Informasi yang
diperoleh harus memungkinkan penilaian terhadap aspek-aspek berikut:
a. kesesuaian lokasi sehubungan dengan pembangunan yang diusulkan dan
tingkat risiko yang dapat diterima;
b. deformasi tanah yang disebabkan oleh bangunan atau yang dihasilkan dari
pekerjaan pembangunan, distribusi spasial dan perilaku terhadap waktu;
c. keamanan sehubungan dengan Kondisi Batas (misalnya penurunan,
penggelembungan tanah, terangkat, pergeseran massa tanah dengan batuan,
dan tekuknya tiang pancang);
d. beban yang tersalur dari tanah ke struktur (misalnya tekanan lateral pada tiang
pancang) dan batas sebaran yang tergantung dari perancangan dan
pembangunan;
e. metode fondasi (misalnya perbaikan tanah, kemungkinan untuk menggali,
kemampuan penetrasi pemancangan, drainase);
f. urutan pekerjaan fondasi;
g. pengaruh dari bangunan serta penggunaannya terhadap lingkungan
sekitarnya;
h. langkah-langkah struktural tambahan yang diperlukan (misalnya penyangga
dari penggalian, pemasangan angkur, penyelimutan tiang bor, pengangkatan
penghalang dalam tanah:
i. pengaruh-pengaruh pembangunan terhadap lingkungan sekitar;
j. jenis dan tingkat kontaminasi tanah pada, dan di sekitar, lokasi pembangunan;
k. efektivitas kebijakan yang diambil untuk membendung atau memperbaiki
kontaminasi.
Apabila tersedia waktu dan budget yang cukup, penyelidikan tanah harus
dilakukan secara bertahap seperti dibawah untuk memperoleh informasi yang
komprehensif sepanjang perancangan awal, perancangan, dan pembangunan
proyek:

144
a. penyelidikan awal untuk penentuan posisi dan perancangan awal dari
bangunan
b. penyelidikan tahap perencanaan perancangan
c. Pemeriksaan kesesuaian hasil penyelidikan selama konstruksi Dalam kasus
dimana semua penyelidikan dilakukan pada saat yang sama, penyelidikan
awal dan dan penyelidikan tahap perancangan serta tambahan harus
dipertimbangkan secara bersamaan.
1.1. Jenis – jenis penyelidikan geoteknik
1.1.1. Penyelidikan tanah lapangan
Program penyelidikan lapangan harus meliputi:
a) Rencana lokasi titik penyelidikan termasuk jenis penyelidikan;
b) Kedalaman penyelidikan;
c) Jenis contoh tanah (kategori, dan lainnya) yang akan diambil
termasuk spesifikasi untuk jumlah dan kedalaman pada lokasi
contoh tanah harus diambil;
d) Spesifikasi pengukuran air tanah;
e) Jenis peralatan yang akan digunakan;
f) Standar yang akan diterapkan.

Kedalaman Penyelidikan Tanah :


a) Pondasi telapak dan lajur : 3 x lebar pondasi (min. 9m)
b) Pondasi rakit : 2 x lebar pondasi
c) Pondasi tiang pancang : 2 x lebar tiang
d) Pondasi tiang pancang + rakit : 2 x lebar bangunan
e) Dinding Penahan Tanah : 0,7 x lebar galian atau 1 x tinggi galian
(terbesar)
f) Timbunan Tanah : 2 x lebar timbunan

Memiliki tujuan, yaitu :


1. Mengetahui keadaan tanah dan statifikasinya

2
2. Mendapatkan contoh tanah untuk diuji di laboratorium, yaitu
tanah yang tak terganggu (undisturbed sample) dan tanah yang
terganggu (disturbed sampel).
3. Mengetahui tinggi muka air tanah
4. Mendapatkan properti tanah secara langsung, seperti daya
dukung tanah atau kekuatan tanah.
5. Uji insitu :
a) Uji lapangan sederhana dan umum
a. Uji Penetrasi Standar (Standard PenetrationTest/SPT)
b. Uji Sondir (Cone Penetration Test/CPT) UJI
b) Lapangan yang langsung memberikan sifat mekanis
a. Uji Baling-baling (field vane shear test) → sifat
kekuatan tanah
b. Uji Tekan Lateral Silinder
(PressuremeterTest/Lateral Load Test(LLT)) → sifat
deformasi tanah
c. Uji Tekan Lateral Pipih (Flat Dilatometer Test) →
sifat deformasi tanah
d. Uji Tekan Pelat (Plate Bearing Test) → sifat
deformasi tanah

Gambar I. 1 Penyelidikan Tanah


(Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=lmFPknbdSSM)

3
Penyelidikan tanah lapangan pun punya beberapa tahapan, yaitu :

1. Inspeksi lapangan

Gambar I. 2 Salah satu contoh hal-hal mengenai survey lapangan


(sumber : https://slideplayer.com/slide/11117638/)

2. Mengumpulkan data sekunder


Untuk membuat perencanaan struktur gedung diperlukan data-
data sebagai bahan acuan. Dat-data tersebut dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis data. Data sekunder adalah data
yang berasal dari peratuaran-peraturan atau ketentuaan-
ketentuan yang berlaku yang digunakan dalam perencanaan
struktur gedung Data sekunder merupakan data penunjang yang
diperlukan dalam perencanaan struktur bangunan. Yang
termasuk dalam klasifikasi data sekunder ini antara lain adalah
literatur-literatur penunjang, grafik, tabel dan peta/tanah yang
berkaitan erat dengan proses perancangan struktur gedung.

4
Gambar I. 3 Contoh Peta Geologi

3. Penyelidikan awal
Penyelidikan awal harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga data yang diperoleh memadai untuk hal-hal yang
relevan di bawah ini:
a) Menilai stabilitas global dan kesesuaian umum lapangan;
b) Menilai kesesuaian lokasi proyek dibandingkan dengan
lokasi alternatif lainnya;
c) Menilai kesesuaian posisi bangunan;
d) Mengevaluasi efek yang mungkin ditimbulkan dari
pembangunan terhadap lingkungan, seperti bangunan
tetangga, struktur dan lokasi bangunan;
e) Mengidentifikasi daerah sumber material konstruksi;
f) Mempertimbangkan kemungkinan metode fondasi dan
perbaikan tanah;
g) Merencanakan penyelidikan utama tahap perancangan dan
penyelidikan tambahan, termasuk identifikasi zona tanah
yang mungkin dapat memberi pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku struktur.Penyelidikan tanah awal harus
menyediakan perkiraan data tanah, bila relevan, mengenai:
a. jenis tanah atau batuan dan stratifikasinya;
b. muka air tanah atau profil tekanan air pori;

5
c. informasi awal tentang kekuatan dan sifat deformasi tanah
dan batuan;
d. potensi terjadinya kontaminasi pada tanah atau air tanah
yang mungkin dapat merusak daya tahan bahan
konstruksi.

4. Penyelidikan Lanjut (Detail)


Mempunyai ragam yang lebih banyak

5. Penyelidikan Tambahan
Yaitu penetrasi lanjutan, menggunakan alat yang modern
seperti, Ground Penetration Radar dan Seismik
Reflection/Refraction. Apabila data kurang lengkap, lapisan
tanah berubah, pengujian masih diragukan.
1.1.1.1. Sondir / CPT
Suatu uji dengan melakukan penetrasi konus ke dalam tanah yang
bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah tiap kedalaman
tertentu berdasarkan parameter-parameter perlawanan tanah
terhadap ujung konus dan hambatan akibat lekatan tanah dengan
selubung konus, serta uji ini digunakan agar mengetahui elevasi
lapisan “keras” (Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah
lateral.

Kegunaan: untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta


sifat daya dukung maupun daya lekat setiap kedalaman. Alat yang
digunakan adalah Dutch Cone Penetrometer dengan bikonus jenis
Begemann dengan kapasitas maksimum 250 kg/cm2 untuk sondir
ringan (2,5 ton) dan 1000 kg/cm2 untuk sondir berat (10 ton).
Bagian alat sondir :
1. Konus dan selimut (bidang geser)
2. Mesin pembeban (Manual/hidraulik)
3. Manometer

6
4. Pipa dorong
5. Batang dalam
Konus standard digunakan hanya untuk mengetahui besar
tekanan, sedangkan bikonus digunakan untuk mengetahui
besarnya tekanan konus dan hambatan lekat.
Menurut Jeni salat : (Konusnya)
1) Sondir Mekanik
Prosesnya mekanik tidak memiliki sensor dan dibaca secara
mekanik. Luas selimut 150 cm².
2 parameter yang diukur setiap 20 cm :
a. Tekanan konus (qc)
b. Gaya gesek (Fs)
2) Sondir Elektrik
Di ukur setiap 2 cm. Proses pembacaan dengan elektrik (ada
kabelnya) memiliki sensor-sensor. Tingkat akuratsi lebih baik
dibanding mekanik. Namun harga lebih mahal, pengerjaan
lebih sulit.
Sondir Elektrik mampu mengukur tekanan konus dan tekanan
friksi secara menerus dengan akurasi jauh lebih baik daripada
sondir mekanik. Koreksi berat tiang tekan seperti yang
dilakukan untuk sondir mekanik tidak perlu dilakukan untuk
sondir listrik karena sensor tepat berada diujung konus.
Sondir Elektrik ada yang dilengkapi sensor untuk mengukur
tekanan air pori yang sangat berguna untuk penentuan jenis
tanah:
a. Tekanan air pori yang cenderung sama dengan tekanan
hidrostatis menunjukkan tanah jenis pasiran.
b. Tekanan air pori yang lebih besar dari tekanan hidrostatis
menunjukkan tanah liat lunak hingga sedang.
c. Untuk tanah liat atau pasir sangat padat, tekanan air pori
cenderung lebih kecil daripada tekanan hidrostatis.
Menurut Kapasitas alat sondir :

7
1) Sondir Ringan
Biasa disebut sondir 2,5 ton. Kapasitas 0-250 kg/cm²,
kedalaman max ± 30 meter, maksudnya tidak bisa lebih dari
kedalaman 30 meter walaupun tanah masih lunak atau masih
dapat diukur karena terlalu langsing atau tipis yg akibatnya
hasilnya kurang akurat.
2) Sondir Sedang
Biasa disebut sondir 5 ton. Kapasitas 0-300/500 kg/cm²,
kedalaman max ± 40 meter, maksudnya tidak bisa lebih dari
kedalaman 40 meter walaupun tanah masih lunak atau masih
dapat diukur karena terlalu langsing atau tipis yg akibatnya
hasilnya kurang akurat.
3) Sondir Berat
Biasa disebut sondir 10 ton. Kapasitas 0-500/1000 kg/cm²,
kedalaman max ± 50 meter, maksudnya tidak bisa lebih dari
kedalaman 50 meter walaupun tanah masih lunak atau masih
dapat diukur karena terlalu langsing atau tipis yg akibatnya
hasilnya kurang akurat.

Menurut Penusukan/alat penusuk/alat pendorong :


1) Sondir Manual
Di dorong secara manual dengan katrol atau rantai.
2) Sondir Hidraulik
Di tusuk atau disorong dengan tekanan alat hidraulik

Menurut Alat baca/Manometer :


1) Pembacaan Digital
Munculnya angka-angka secara langsung
2) Pembacaan Analog
Pembacaan menggunakan jarum

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap persiapan uji sondir :

8
1) Kondisi alat
a. Konus : dalam keadaan baik, ujung konus harus tajam,
konus tidak penyok, dimensi & ukuran konus standar.
b. Manometer : kondisi keadaan baik, skala harus di
perhatikan dengan benar khusunya pada analog. Jadi
harus disesuaikan dengan skalanya agar hasil
pembacaan terkalibrasi dengan baik serta akuratsinya
tepat.
c. Batang penusuk : Kuat batangnya
2) Kondisi tanah :
a. Tanah harus rata
b. Sondir harus diangkur atau dijepit dengan kuat, agar
sondir tidak terangkat pada saat gesekan antara konus
dan tanah. Karena jika sondir terangkat pembacaan
menjadi tidak benar/ sesuai.
3) Prosedur pengujian :
a. Kecepatan menusuk, tidak boleh sangat lambat atau
sangat cepat.
b. Pembacaan manometer, perhatikan pembacaan
pertama dan kedua. Agar pembacaan tidak meleset.

Keuntungan:
1. Dapat dengan cepat menentukan tanah keras.
2. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan.
3. Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk
menghitung daya dukung tiang.
4. Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir
halus.

Kerugian:
1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah.

9
2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Jenis
tanah diketahui dengan cara korelasi atau pendekatan dari
nilai qc.
3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik
maka hasil yang diperoleh bisa meragukan.
4. Sondir mekanis kurang sensitive pada tanah liat yang sangat
lunak
5. Kedalaman terbatas
6. Mentok jika ada lapisan lensa batu, batu besar, lapisan keras
7. Tidak mendapatkan informasi muka air tanah secara
langsung.

Uji penetrasi konus (CPT) atau umumnya dikenal sebagai uji


sondir harus dilakukan dengan mengikuti persyaratan-
persyaratan yang diberikan di dalam SNI 2827-2008 untuk
CPT elektrikal dan CPTU, atau EN ISO 22476-12 untuk
CPTM.

Gambar I. 4 Konus pada Sondir

10
Gambar I. 5 Jenis Alat sondir

Gambar I. 6 Keadaan Sondir tertekan dan terbentang


https://eticon.co.id/uji-cpt/

Gambar I. 7 Pengujian Sondir

11
Gambar I. 8 pengujian sondir

1.1.1.2. Boring dan pengambilan contoh


Boring yaitu pengujian tanah untuk mengetahui kondisi tanah
setiap layer hingga sampai ke tanah keras dan untuk pengambilan
contoh tanah asli untuk pemeriksaan labulaturium untuk
mengetahui nilai sifat-sifat teknis dari tanah. Pengambilan sample
tanah ini adalah dengan cara menge-bor sampai kedalaman
tertentu dengan menggunakan tabung (pipa) logam berongga
kedalam tanah. Dalam percobaan ini diambil contoh tanah
terganggu (disturbed sample) adalahcontoh tanah yang diambil
tanpa ada usaha yang dilakukan untuk melindungistruktur asli
tanah tersebut, dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed
sample) adalah contoh tanah yang masihmenunjukkan sifat asli
tanah. Pengambilan sampel tanah tidak asli (disturbed sample):
sampel diambil dari sampel tanah dengan bor. Tanah yang
diambil adalah sampel dari setiap lapisan yang ditentukan dengan
pemeriksaan visual. Sampel tanah dimasukkan kedalam kantong
plastik dan diberi label. Pengambilan sampel tanah asli
(undisturbed sample): sampel tanah diambil dengan
menggunakan tabung sampel (diameter 6,8 cm dan panjang
40cm) dengan cara ditekan perlahan-lahan. Kedua ujung tabung
sampel diratakan dan dibersihkan dan diberi parafin sebagai
isolator.

12
Kategori pengambilan contoh jumlah contoh yang akan diambil
harus didasarkan pada:
1) tujuan penyelidikan tanah;
2) geologi lapangan;
3) kompleksitas struktur geoteknik.

Untuk identifikasi dan klasifikasi tanah, setidaknya satu lubang


bor atau galian uji (test pit) dengan pengambilan contoh tanah
harus tersedia. Contoh tanah harus diperoleh dari setiap lapisan
tanah yang dapat memengaruhi perilaku struktur. Pengambilan
contoh tanah dapat diganti dengan uji lapangan jika terdapat
pengalaman setempat yang cukup tentang korelasi uji lapangan
dengan kondisi tanah untuk memastikan interpretasi yang tidak
ambigu terhadap hasilnya.
Perencanaan pengambilan contoh tanah harus mengikuti
persyaratan-persyaratan berikut:
a. Kelas kualitas dan jumlah contoh tanah yang akan diambil
harus didasarkan pada tujuan penyelidikan tanah, geologi
setempat, dan kompleksitas struktur geoteknik dan
konstruksi yang akan dirancang.
b. Dua strategi yang berbeda dapat diikuti untuk pengambilan
contoh tanah pada pengeboran.
a) Pengeboran yang bertujuan memperoleh contoh tanah
secara lengkap sampai dasar lubang bor dengan
menggunakan alat pengambil (sampler) khusus.
b) Pengeboran yang dirancang untuk memperoleh contoh
tanah hanya pada beberapa kedalaman yang telah
ditentukan, misalnya diseling dengan melakukan uji
penetrasi secara bergantian.

Kemudian Dalam evaluasi hasil uji lapangan, terutama dalam


konteks mejabarkan parameter geoteknik, setiap informasi

13
tambahan tentang kondisi tanah harus dipertimbangkan. Hasil
pengambilan contoh tanah atau batuan dengan cara pengeboran
dan galian harus digunakan dalam evaluasi hasil uji. Dalam
evaluasi hasil uji, kemungkinan pengaruh peralatan terhadap
parameter geoteknik harus dipertimbangkan. Ketika formasi
tanah atau batuan menunjukkan sifat anisotropi, perlu
memperhatikan sumbu beban terhadap sifat anisotropi. Jika
korelasi digunakan untuk menjabarkan parameter geoteknik,
ketepatannya harus dipertimbangkan terhadap jenis pekerjaan.
Jika menggunakan korelasi-korelasi hasil pengujian lapangan,
harus dipastikan bahwa kondisi tanah di lapangan (jenis tanah,
koefisien keseragaman, indeks konsistensi dan lainnya.) sesuai
dengan kondisi batas yang dibutuhkan untuk penggunaan
korelasi tersebut. Pengalaman lokal, bila ada, harus
dipertimbangkan.

Gambar I. 9 Contoh Tabung untuk Boring

Jenis Pengeboran dilapangan :


1. Auger Boring / Hand Boring / Bor Manual
Pengambilan sample tanah ini adalah dengan cara menge-
bor sampai kedalaman tertentu dengan menggunakan
tabung (pipa) logam berongga kedalam tanah. Pemboran
tangan biasanya digunakan untuk pengambilan contoh
tanah dalam lapisan dangkal (< 10,00m). Kegunaan untuk
mendapatkan keterangan mengenai tanah, jenisnya,
sifatsifat fisis dan keadaan tanah itu sendiri. Peralatan: Bor
jenis Iwan diameter 10cm dengan mata bor helical, stang

14
bor, pemutar stang bor, tabung sampel ukuran diameter
6,8cm dan panjang 40cm, kepala pengambil sampel
diameter 6,8cm.
Hal-hal mengenai Auger Boring :
a) Dilakukan dengan cara menekan dan memutar auger
masuk ke dalam tanah dasar.
b) Kemampuan terbatas hanya cocok untuk pondasi
dangkal
c) Tidak sesuai untuk digunakan untuk pengeboran di
bawah muka air tanah.
d) Sederhana, mudah dioperasikan dan gangguan
terhadap tanah minimal
Keuntungan :
1. Mudah dioperasikan
2. Murah
3. Ganggunan tanah tidak begitu banyak
4. Cepat
5. mendapatkan sample
Kelemahan :
1. Kedalaman Terbatas, meskipun tanahnya lunak
2. Tidak bisa di tanah keras
3. Tidak bisa di tanah yang dalam
4. Hand boring akan sulit jika tanah didalam air atau ada
muka air diatas tanah.
Pelaksanaan Hand boring :
Persiapan praktikum:
a) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk
praktikum ke tempat akanmelakukan pengeboran
b) Menentukan titik yang akan dilakukakn pengeboran
c) Membersihkan rumput dan batuan kecil di sekitar titik
pengeborandengan alat cangkul
Jalannya Praktikum :

15
a) Memasang alat auger iwan pada batang bor lalu
diletakkan diatas titikyang akan dilakukan pengeboran
b) Batang bor diletakkan tegak lurus di atas titik
pengeboran, mengusahakan tetap tegak lurus selama
pengeboran terjadi.
c) Memutar bor searah jarum jam sambil dibebani.
d) Melakukan pengeboran sampai kedalaman lubang bor
sedalam 30 cm.
e) Setelah kedalaman mencapai 30 cm, auger iwan diganti
dengan socket dan tabung, lalu memasang hammer
kemudian di angkat keatas lalu dilepaskan sehingga
socket dan tabung tertekan ke bawah, hal ini dilakukan
hingga kedalaman 1 m.

Gambar
Gambar I. Pelaksanaa
I. 11 10 Pelaksanaa Hand
Hand Boring
Boring

16
Gambar I. 12 Diambil dari video dalam Pelaksanaan Hand Boring

(Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=tFefGgcAfbI)

2. Wash Boring

Gambar I. 13 Pelaksanaa Wash Boring

(sumber : https://www.youtube.com/watch?v=8PpbBnstrgs)
Wash Boring adalah suatu cara untuk memasukkan pipa
kedalam tanah dengan pancaran air melalui pipa.Dalam
proses pengeboran wash boring, sebatang pipa casing
dengan diameter sekitar 50 cm hingga 100 cm dimasukan
dipermukaan lubang pengeboran. Biasanya pipa casing
yang dipakai dengan panjang 1,5 meter hingga 3,0 meter.
Pipa casing dilengkapi dengan potongan yang diikat pada
ujung bawah pipa stang bor yang dimasukkan ke dalam

17
casing untuk membuang tanah di dalam casing. Pada
awalnya air mengalir melalui pipa stang bor yang keluar
sepanjang pipa melalui lubang kecil dengan kecepatan
tinggi. Karena kecepatan tinggi air, tanah dipotong menjadi
serpihan dan lumpur air tanah muncul melalui ruang
melingkar antara pipa-pipa pengeboran dan casing. Selama
lubang dalam proses pengeboran, air pengeboran yang
terkumpul di bak sirkulasi kembali dipompa melalui selang
ke dalam pipa stang bor.
Hal-hal mengenai Wash Boring :
a) Menggunakan mesin bor rotary
b) Tanah dikorek dan dibilas dari dasar lubang bor dengan
sirkulasi air
c) Tidak dapat untuk mengidentifikasi tanah
d) Kurang sesuai untuk pemboran batuan
e) Dapat digunakan pada lapisa yang tidakberubah bentuk
dan sifat
f) Sangat cocok untuk tanah lunak
g) Gangguan terhadap struktur tanah sangat minimal
Keuntungan:
1. Cepat
2. dapat digunakan pada semua jenis tanah
3. sangat cocok untuk tanah lunak
4. gangguan terhadap struktur tanah sangat minimal
Kekurangan:
1. Sample disturbed / terganggu
2. Kondisi tanah asli sulit dipastikan, bentuk sudah
hancur dan tanah sudah tercuci karena terganggu oleh
air
3. tidak dapat mengidentifikasi tanah
4. kurang sesuai untuk pemboran batuan
5. tidak direkomendasikan untuk penyelidikan geoteknik

18
Gambar I. 14 Sketsa Alat Wash Boring

Gambar I. 15 Pelaksanaa Wash Boring di Lapangan

3. Core Drilling
Pekerjaan ini mengambil contoh tanah untuk mengetahui
lapisan tanah dan untuk mengambil contoh tanah yang akan
di uji di laboratorium.
Dalam rangka pelaksanaan pencatatan dan identifikasi tanah
dan batuan hasil pengeboran inti ini secara visual di lapangan
diperlukan beberapa peralatan dan bahan yang antara lain:
a) spatula kecil;
b) gelas ukur dan penutup;
c) kaca pembesar;
d) palu geologi;
e) pisau saku;
f) kompas;
g) mistar pengukur;
h) air bersih;

19
i) botol berisi larutan pengencer hydrochloric acid, HCl
dengan perbandingan 1 bagian HCl yang dicampurkan ke
dalam 3 bagian air; perlu diperhatikan bahwa cara
pencampuran hanya dilakukan dari HCl ke dalam air dan
cara penyimpanan larutan tersebut harus dengan hati-hati,
karena larutan ini adalah larutan yang bersifat berbahaya;
j) formulir pencatatan dan alat tulis;
k) peta geologi daerah tertentu
Melakukan pencatatan mengenai keterangan umum yang
meliputi:
a) Pemilik pekerjaan, antara lain nama instansi atau badan
yang memberikan pekerjaan pengeboran inti.
b) Pelaksana pekerjaan, antara lain nama instansi atau badan
yang melaksanakan pekerjaan pengeboran inti.
c) Rincian pencatatan yang antara lain:
1) tanggal mulai dan selesainya pengeboran;
2) mesin bor yang digunakan;
3) mesin pompa yang digunakan;
4) metode pengeboran;
5) keterangan mengenai lubang bor meliputi nomor,
elevasi, azimuth, dan inklinasi;
6) petugas yang melakukan pengeboran (juru bor):
7) petugas yang melakukan pemerian contoh inti (ahli
geologi lapangan);
8) petugas yang memeriksa (ahli geologi teknik atau
geoteknik);
9) tanggal pemotretan contoh inti;
10) tempat penyimpanan contoh inti.
d) Jenis bangunan, yang antara lain nama bangunan atau
rencana bangunan yang diselidiki, misalnya bendungan,
pelimpah bangunan gedung, jembatan, dan terowongan.

20
e) Skala harus dicantumkan untuk menyatakan penggambaran
kedalam lubang bor.
Kegiatan pencatatan pekerjaan meliputi antara lain:
a) Kemajuan pengeboran, dicatat untuk setiap panjang
pengeboran yang dilakukan.
b) Inti yang terambil, dicatat panjangnya kemudian dihitung
persentasinya terhadap panjang pengeboran.
c) Mata bor yang dipakai, dicatat jenis, nomor seri dan
kondisinya.
d) Pemerian inti, dicatat nama batu atau tanah yang diperoleh
dari pengeboran.
e) Air pembilas yang keluar, dicatat warna, persentasi dan
material yang ikut terbawa, kecuali untuk pengeboran yang
menggunakan bahan lain misalnya bentonit sebagai
campuran air pembilas.
f) Kecepatan pengeboran, dicatat untuk setiap kemajuan 10
cm.
g) Pemasangan pipa lindung bila ada, dicatat kedalaman
pemasangan, diameter, nomor seri dan kondisinya.
Kelebihan Core Drilling :
1. Menggunakan mesin bor rotari
2. Tabung tunggal tanpa sirkulasi air
3. Tabung ganda atau triple dengan sirkulasi air
4. Dapat digunakan pada batuan
5. Dapat mengidentifikasi tanah secara langsung
Kekurangan Core Drilling :
1. Tidak sesuai untuk pengeboran pada tanah lunak
2. Dapat mengganggu struktur tanah

21
Gambar I. 16 Pelaksanaan Core Drilling di Lapangan
sumber:https://www.youtube.com/watch?v=_5WVtiwk32E
4. Test Pit
Dilakukan dengan cara digali dengan lubang yang relative
besar. Kedalam 1-3 meter, Untuk mengetahui jenis dan tebal
lapisan di bawah lapisan tanah atas dengan lebih jelas, baik
untuk pondasi bangunan maupun untuk bahan timbunan pada
daerah sumber galian bahan (borrow area). Dengan demikian
akan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai

22
jenis lapisan dan tebalnya, juga volume bahan galian yang
tersedia dapat dihitung.

Keuntungan:
1. Mendapat contoh tnah dengan jumlah besar atau sangat
banyak
2. Kualitas UDS lebih baik
3. Bisa digunakan di berbagi jenis tanah

Kekurangan:
1. Kedalaman terbatas
2. Adanya air menyebabkan test pit lebih sulit dilaksanakan

Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
dalam pengujian.
b. Tentukan lokasi tempat pembuatan sumur uji
c. Bersihkan tempat / titik yang akan digunakan sebagai
pembuatan sumur uji dari berbagai material lainnya
yang dapat menghambat dalam melakukan pengujian
d. Lakukan penggalian pada titik yang telah ditentukan
dengan ukuran 1 x 1 meter dengan kedalaman ± 1 meter
e. Tanah hasil galian diangkut ke suatu tempat untuk
dijadikan sebagai sampel pada pengujian laboratorium
f. Amati kondisi tanah pada lubang galian yaitu jenis tanah,
warna, serta tekstur lapisan tanah tersebut
g. Jika sumur uji tidak diperlukan lagi, maka sumur uji harus
ditutup kembali, tetapi jika masih dibutuhkan untuk
penelitian, maka sumur uji harus dijaga untuk tidak
tertimbun lagi.

23
Gambar I. 17 Pelaksanaan Test Pit di Lapangan

1.1.1.3. Metode Pengambilan Sample


1. Contoh Tanah Tak Terganggu (Undisturbed Soil Sampling)
Teknik Pengambilan
a. Tanah liat (lempung dan lanau) yang sangat lunak –
lunak dan sensitive → tabung tipis + piston
b. Tanah liat lunak sampai sedang → tabung tipis (Shelby
thin wall tube sampler)
c. Tanah liat keras – sangat keras → tabung tebal (thick
wall tube sampler) atau tabung ganda (Denison or
Pitcher samplers)
Persyaratan dan pengambilan
a. Tabung bulat dan tidak penyok, ujung tabung kondisi
baik, tajam dan sedikit menguncup
b. Tidak boleh mengalami hambatan di sepanjang lubang
bor sebelum pengambilan sample
c. Tanah lunak – sedang, penekanan dengan kecepatan
konstan dan dalam satu kali dorongan

24
d. Tanah sedang dan lengket, dilakukan dengan pemukulan
tabung dan penetrasi tabung ≤ 6x diameter tabung
Teknik penyimpanan atau perlakuan benda uji
a. Tabung harus ditutup dengan lilin parafin
b. Disimpan di tempat yang teduh
c. Diberi label untuk memudahkan identifikasi
d. Selama pengangkutan, tabung dibungkus busa
e. Penyimpanan harus tegak dan dalam ruangan sejuk
f. Pengujian laboratorium harus dilakukan segera

Gambar I. 18 Tabung Thin Wall dan Piston Sampler

Gambar I. 19 Tabung Thick Wall dan Denison Sampler

2. Contoh tanah terganggu (Disturbed Soil Sampling)


Teknik pengambilan atau perlakuan benda uji
a. Dapat diperoleh dari core drilling atau tabung SPT

25
b. Harus dibungkus plastik dan disimpan di tempat yang
sejuk
c. Diberi label untuk memudahkan identifikasi
Biasanya digunakan untuk keperluan material timbunan
Tabung yang digunakan :
a. Tabung Modifikasi California
b. Split Spoon Barel Sampler

Gambar I. 20 Tabung Modifikasi California dan Split Spoon Barel

1.1.1.4. Standar Penetration Test (SPT)


SPT adalah suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan
dengan pengeboran untuk mengetahui, Uji SPT akan
mendapatkan contoh tanah terganggu (disturbed Sample, DS)
dengan teknik penumbukan. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam
tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-
masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara
jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga
dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan
SPT (dinyatakan dalam pukulan per 0,3 m). Parameter yang
diperoleh: jumlah pukulan / tumbukan (NSPT), yaitu banyaknya
tumbukan yang diperlukan untuk penetrasi Split spoon
sampler/Split Barrel sampler sebesar 30 cm terakhir dari
pembacaan penetrasi 45 cm.
Uji penetrasi standar, selanjutnya disebut sebagai uji SPT
bertujuan untuk menentukan tahanan tanah pada dasar lubang bor
terhadap penetrasi dinamis dari split barrel sampler (atau konus
padat) dan memperoleh contoh tanah terganggu untuk tujuan

26
identifikasi tanah. Uji SPT digunakan terutama untuk penentuan
kekuatan dan sifat deformasi tanah berbutir kasar. Uji SPT juga
dapat digunakan memperoleh informasi bernilai untuk jenis tanah
lainnya. Uji SPT harus dilakukan dan dilaporkan sesuai dengan
SNI 4153-2008. Setiap penyimpangan dari persyaratan dalam
SNI 4153-2008 harus dijustifikasi, khususnya pengaruhnya
terhadap hasil pengujian harus dikomentari.
Peralatan :
1. Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
2. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
3. Split barrel sampler
4. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.
Dibagi 2 :
a. Konvensional : Menggunakan tali
b. Otomatis : Menggunakan Hidraulik
5. Alat penahan (tripod);
6. Rol meter;
7. Alat penyipat datar;
8. Kerekan;
9. Kunci-kunci pipa;
10. Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
11. Perlengkapan lain.
Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:
1. Bahan bakar (bensin, solar);
2. Bahan pelumas;
3. Balok dan papan;
4. Tali atau selang;
5. Kawat;
6. Kantong plastik;
7. Formulir untuk pengujian;
8. Perlengkapan lain.

27
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi
dengan SPT adalah:
a) Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
b) Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
c) Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m
s.d 2,00 m (untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada
kedalaman 4,00 m kalau lapisan seragam;
d) Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel
berbentuk konus terbuka (open cone); dan pada lapisan pasir
dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk konus
tertutup (close cone);
e) Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
f) Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus
dibersihkan terlebih dahulu;
g) Jika ada air tanah, harus dicatat;
h) Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk
menghindari terjadinya gesekan antara palu dengan pipa;
i) Formulir-formulir isian hasil pengujian.
Persiapan pengujian :
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang
berada di atas penahan;
3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan
pengujian dari bekas-bekas pengeboran;
4) Pasang split barrel samplerpada pipa bor, dan pada ujung
lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi
blok penahan;
5) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau
sampai kedalaman pengujian yang diinginkan;

28
6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai
ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm
Prosedur pengujian :
1) Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
2) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau
pada interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;
3) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang
telah dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm);
4) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan
5) Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15
cm;
6) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15
cm yang pertama;
7) Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang
ke-dua dan ke-tiga;
8) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm:
a. 15 cm pertama dicatat N1
b. 15 cm ke-dua dicatat N2
c. 15 cm ke-tiga dicatat N3
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2+ N3. Nilai N1
tidak diperhitungkan karena masih kotor bekas
pengeboran;
9) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan
pengujian dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
10) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis
tanah batuan.
Kelebihan uji SPT :
1. Dapat dilakukan dengan cepat;
2. Alat dan cara operasinya lebih sederhana;
3. Biaya relatif murah;
4. Sampel tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi
jenis tanah;

29
5. Uji SPT ini dapat dilakukan untuk semua jenis tanah.
6. Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter tanah secara
kualitatif melalui kerelasi empiris
Kelemahan uji SPT :
1. Profil kekuatan tanah tidak menerus (1,5 m – 2 m)
2. Perlu ketelitian dalam pelaksanaan (berat dan tinggi jatuh
hammer)
Persyaratan Uji Standar Penetration Test :
1. Tabung SPT harus standar (ASTM D1586)
2. Berat Hammer harus standar (63,5 kg)
3. Tinggi jatuh Hammer harus standar (76 cm)
4. Hammer harus jatuh bebas
Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi
satu dengan log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk
formulir seperti diperlihatkan dalam Lampiran B, yang antara
lain memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab
hasil uji dengan diserta tanda tangan (paraf) yang jelas;
c) Nomor lubang bor, kedalaman pengeboran, muka air tanah
elevasi titik bor dan hasil pengujian SPT;
d) Tipe ujung split barrel yang digunakan, apakah berbentuk
konus terbuka atau konus tertutup;
e) Catatan setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

30
Gambar I. 21 alat Uji Standar Penetration Tes

Gambar I. 22 Ukuran Tabung SPT

Gambar I. 23 Hammer SPT

31
Gambar I. 24 Konus Pada SPT

Gambar I. 25 Penetrasi dengan SPT

Gambar I. 26 Video Pelaksanaan Uji SPT

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=wkyB35Kr99s )

32
1.1.1.5. Field Vane Shear Test (FVT)
adalah metode pengukuran kekuatan geser yang tidak terdrainase
dari tanah yang kohesif . Pengujian dilakukan dengan peralatan
yang terdiri dari batang dengan baling-baling dipasang untuk itu
yang dimasukkan ke dalam tanah dan diputar. Parameter yang
didapatkan adalah kuat geser tanah kohesi (c) dan undrained shear
strength (Su). Tanah yang cocok untuk pengujian ini adalah
lempung sangat lunak – lunak.
Uji geser baling lapangan dilakukan untuk mengukur tahanan
terhadap rotasi lapangan dari baling-baling yang dipasang di
tanah lunak berbutir halus untuk menentukan kuat geser tak
terdrainase dan sensitivitas. Pengujian ini harus dilakukan dengan
mengikuti persyaratan-persyaratan yang diberikan di dalam SNI
03-2487-1991 (ASTM D2573/D2573M-15).

Keuntungan dari penggunaan VST:


1. Salah satu metode in-situ yang ekonomis dan cukup cepat
dalam prosedur pengujian di lapangan.
2. mengukur kuat geser tanah dalam kapasitas yang besar
hingga 200 kPa.
3. VST dapat menentukan propertis tanah lunak sensitif yang
sulit dilakukan di laboratorium tanpa perlakuan yang
halus.
4. Salah satu alat yang sering digunakan dalam menganalisis
kuat geser tak terdrainase.
5. Pengujian cepat
6. Relative mudah
7. Dapat diuji tanpa lubang bor
Kekurangan dari penggunaan VST:
1. VST dapat terjadi kesalahan (error) yang diakibatkan oleh
kelebihan gaya gesek pada batang VST, kalibrasi torsi yang
tidak sesuai, derajat putaran yang tidak memenuhi standar.

33
2. Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST
sehingga keakuratan hasil sangat dipengaruhi pada operator
yang melakukan.
3. Tidak dapat dilakukan di tanah keras
4. Kedalaman terbatas
5. Tidak bisa di semua jenis tanah
6. Tidak mendapatkan sample
Prosedur Pelaksanaan :
1. Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu.
2. Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan
rangka dongkrak.
3. Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai
tangan kalau memungkinkan).
4. Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick
aparat untuk memasang tabung sampel.
5. Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel
dimasukkan ke dalam lubang bor hingga dasar lubang.
6. Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk
dudukan alas martil.
7. Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil
sampai tabung
sample terisi penuh.
8. Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat
untuk memutuskan tanah dibagian bawah tabung sampel
kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari lubang.
9. Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu
dibersihkan. Tanah pada kedua ujungnya dikorek sedikit
kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah
dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.

34
Perhitungan kuat geser baling-baling persegi :

Korelasi kuat geser baling-baling dengan kuat geser tanah :

Gambar I. 27 Sketsa Alat FVT

1.1.1.6. Pressuremeter
adalah meteran yang dibuat untuk mengukur “tekanan tanah
horizontal diam”. Pressuremeter memiliki dua komponen utama.
Komponen pertama adalah unit pembacaan yang tetap berada di
atas tanah. Komponen kedua dari pengukur tekanan adalah probe
yang dimasukkan ke dalam lubang bor (ground) untuk membaca
tekanan.

Hal-hal mengenai pressuremeter :


a) Mengukur kekuatan dan deformasi tanah

35
b) Dianjurkan digunakan pada tanah yang membutuhkan
prediksi penurunan elastis
c) Prinsip kerja : mengembangkan silinder karet yang berisi air
dengan memberi tekanan gas

Uji Pressuremeter (PMT) harus dilakukan dengan mengikuti


persyaratan-persyaratan yang diberikan di dalam EN-ISO 22476
Ketika merancang sebuah program pengujian untuk suatu
pekerjaan, jenis pressuremeter yang akan digunakan harus
ditentukan.
Ada empat jenis alat umumnya tersedia, dengan mengacu pada
EN-ISO 22476:
a) Pre-bored pressuremeter (PBP), misalnya tes dilatometer
fleksibel (FDT), mengacu pada EN ISO 22476-5;
b) Ménard pressuremeter (MPM), bentuk spesifik dari PBP,
mengacu pada EN ISO 22476- 4;
c) Self-boring pressuremeter (SBP), mengacu pada EN ISO
22476-6;
d) Full-displacement pressuremeter (FDP), mengacu pada EN
ISO 22476-8.

Kelebihan :
1. Dapat dipublikasikan pada berbagai tipe tanah dan batuan
lunak
2. Dapat di interperetsi sebagai kurva hubungan tegangan-
regangan-kekuatan secara lengkap
3. Keakuratan pengujian dapat dikontrol dari betuk kurva
4. Dari segi teknis percobaan ini dapat mengukur kekuatan dan
deformasi karakteristik

36
Kekurangan :
1. Pengeboran membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang
tinggi
2. Tidak cocok digunakan pada kerikil
3. Kelangkahan alat sehingga alat ini jarang digunakan
4. Hasil pengujian sangat berpengaruh terhadap gangguan
tanah yang akan dikukur
5. Untuk keperluan pengecekan parameter tanah yang didapat
dari PMT sebaiknya tetap diikuti test laboratorium uji sondir
dan SPT.
6. Pengujian sulit dan mahal
7. Pengujian harus didalam lubang bor

Gambar I. 28 Pengujian Alat Pressuremeter

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=CgbZR23Znuk )

37
Gambar I. 29 Sketsa Keterangan Alat Pressuremeter

1.1.1.7. Dilatometer Test (DMT)


suatu metode uji yangmenggunakan alat baca tekanan melalui
pelat daun runcing yang didorong masuk ke dalam tanah, untuk
membantu memperkirakan stratigrafi tanah dan tegangan lateral
dalam keadaandiam (at rest lateral stresses), modulus elastisitas
dan kuat geser pasir, lanau dan lempung. Kegunaan dan prinsip
Kerjasama seperti pressuremeter.

Perbedaan pada arah penekanan :


a) DMT → satu arah
b) PMT → radial
Kelebihan uji DMT :
1. Sederhana dan kuat.
2. Dapat diulang dengan cepat oleh operator yang berbeda-
beda.
3. Cepat dan ekonomik.

38
Kekurangan uji DMT :
1. Sulit untuk mendorong ke dalam material padat dan keras.
2. Handal untuk hubungan korelatif.
3. Membutuhkan kalibrasi untuk geologi setempat.
4. Tidak bisa di semua jenis tanah
5. Tidak bisa di batuan dan gravel
Uji dilatometer datar (Uji DMT) dilakukan untuk menentukan
kekuatan dan deformasi sifat tanah lapangan dengan memperluas
membran baja tipis melingkar dipasang penyemprot di salah satu
wajah penduga baja pisau berbentuk dimasukkan secara vertikal
ke dalam tanah. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti
persyaratan-persyaratan yang diberikan di dalam ASTM D6635-
15. Hasil uji DMT dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang stratigrafi tanah, keadaan tegangan lapangan, sifat
deformasi dan kekuatan geser. Uji DMT harus terutama
digunakan dalam tanah lempung, lanau dan pasir di mana butiran
butiran kecil dibandingkan dengan ukuran membran.

Gambar I. 30 Pelaksanaan Dilatometer Test

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=BlUmIRD8vwE)

39
Perbedaan antara Pressuremeter Test dan Dilatometer Test
Pressuremeter Test Dilatometer Test
Arah penekanan Arah penekanan satu arah/
radial/tabung/bulat kanan/kiri
Uji kontak ke semua arah Pelaksanaan pengujian
ditusuk jadi tidak
memerlukan lubang bor
Harus dilubangi terlebih DMT tidak dapat digunakan
dahulu oleh lubang bor karena ditanah yang keras dan
diameter tidak boleh jauh dari kerikil, karna mebran akan
alat PMT agar membran sobek jika tanah kasar
menempel.
Tanah yang cocok untuk uji Tanah yang cocok adalah
PMT adalah semua jenis tanah lempung : very soft –
tanah Soft - Medium

1.1.1.8. Uji Beban Plat (Plate Load Test)


Bertujuan untuk mengukur kekuatan dan deformasi tanah,
mengetahui daya dukung tanah dan penurunannya terutama untuk
pondasi dangkal. Pelaksanaan tidak didalam lubang bor
umumnya digali terlebih dahulu.
Prinsip kerja : menekan pelat bundar/persegi pada kedalaman
tertentu dengan beban 2 – 3x beban rencana hingga tanah runtuh,
Pengaruh pembebanan 1,5 – 2x lebar pelat.

Hubungan dengan kuat geser undrained :


Su = (q u - γt.H)/Nc
qu = beban runtuh
γt = berat volume tanah
H = tinggi tanah di atas permukaan benda uji
Nc = faktor daya dukung tanah

40
Peralatan berikut ini diperlukan untuk melakukan uji beban pelat.
a. Plat uji
b. Dongkrak hidrolik & pompa
c. Balok reaksi atau tiang reaksi
d. Pengukur panggilan
e. Pengukur tekanan
f. Memuat kolom
g. Peralatan yang diperlukan untuk memuat platform.
h. Tripod, Plumb bob, waterpas dll.
Prosedur uji beban pelat :
a. Galilah test pit hingga kedalaman yang diinginkan. Ukuran
lubang harus setidaknya 5 kali ukuran pelat uji (Bp).
b. Di tengah lubang, lubang kecil atau depresi dibuat. Ukuran
lubang sama dengan ukuran pelat baja. Leveldasar lubang
harus sesuai dengan level fondasi aktual. Kedalaman lubang
dibuat sedemikian rupa sehinggarasio kedalaman dengan lebar
lubang sama dengan rasio kedalaman aktual dengan lebar
aktual pondasi.
c. Pelat baja ringan digunakan sebagai pelat bantalan beban yang
tebalnya harus setebal 25 mm dan ukurannyabisa bervariasi
dari 300 mm hingga 750 mm. Piring bisa persegi atau bundar.
Secara umum, pelat persegidigunakan untuk pijakan persegi
dan pelat melingkar digunakan untuk pijakan melingkar.
d. Kolom ditempatkan di tengah piring. Beban ditransfer ke pelat
melalui kolom yang ditempatkan di pusat
e. Beban dapat ditransfer ke kolom baik dengan metode
pembebanan gravitasi atau dengan metode rangka
f. Untuk metode pembebanan gravitasi, platform dibuat di atas
kolom dan beban diterapkan ke platform dengan
menggunakan karung pasiratau beban mati lainnya. Dongkrak
hidrolik ditempatkan di antara kolom dan platform pemuatan

41
untuk aplikasi pemuatan bertahap. Jenispembebanan ini
disebut pembebanan reaksi.
g. Setidaknya dua pengukur dial harus ditempatkan di sudut
diagonal piring untuk merekam penyelesaian. Pengukur
ditempatkan padaplatform sehingga tidak puas dengan plat.
h. Terapkan pemuatan tempat duduk sebesar 0,7 T / m 2 dan
lepaskan sebelum pemuatan yang sebenarnya dimulai.
i. Bacaan awal dicatat.
j. Beban kemudian diterapkan melalui dongkrak hidrolik dan
meningkat secara bertahap. Peningkatan umumnya seperlima
dari kapasitasdukung yang diharapkan atau sepersepuluh dari
kapasitas dukung pamungkas atau nilai lebih kecil lainnya.
Beban yang diterapkan dicatatdari pengukur tekanan.
k. Penyelesaian diamati untuk setiap kenaikan dan dari dial
gauge. Setelah meningkatkan penurunan beban harus diamati
setelah 1,4,10, 20,40 dan 60 menit dan kemudian pada interval
per jam sampai tingkat penyelesaian kurang dari 0,02 mm per
jam. Pembacaan dicatatdalambentuk tabel.
l. Setelah menyelesaikan pengumpulan data untuk pemuatan
tertentu, peningkatan pemuatan berikutnya diterapkan dan
pembacaan dicatatdi bawah pemuatan baru. Penambahan dan
pengumpulan data ini diulang sampai beban maksimum
diterapkan. Beban maksimumumumnya 1,5 kali dari beban
pamungkas yang diharapkan atau 3 kali dari tekanan bantalan
yang diijinkan

42
Gambar I. 31 Alat Uji Beban Pelat

Gambar I. 32 Pelaksanaan Uji Beban Pelat

1.1.1.9. Penyelidikan air tanah

Gambar I. 33 Sketsa Penyelidikan Air Tanah

Tujuan :
a. Muka air tanah
b. Sifat rembesan
Metode :
a. Muka air tanah :
1. Pemantauan pada lubang bor

43
2. Pemantauan pada sumur obervasi (standpipe)
3. Pengukuran dengan piezometer
b. Sifat Rembesan :
1. Uji rembesan pada lubang bor
2. Uji pompa pada lubang bor
3. Uji pompa skala besar
Jenis-jenis alat instrumentsi dilapangan :
1. Piezometer
alat yang bisa dipakai untuk memahami nilai tekanan air pori
berlebih di kedalaman yang tertentu yang sekaligus bisa
diperluas untuk memahami tinggi depan air tanah.
Tekanan air pori sendiri adalah suatu peristiwa meningkatnya
air pori akibat beban, ditanah lunak jenuh air akan mengalami
tekanan air pori berlebih lalu pelan-pelan air akan keluar atau
distirpasi lalu lama-lama beban tertransfer dipikul oleh tanah.
∆ kembali ke 0.

Beberapa kegunaan dari piezometer :


a. Mengetahui keadaan awal pada nilai desakan air pori
ataupun elevasi muka air tanah
b. Mengamankan nilai untuk sebuah konstruksi yang
disebabkan tekanan air pori ataupun eskalasi muka air
c. Menebak stabilitas kemiringan
d. Mampu digunakan untuk merancang power lateral bumi
e. Memantau kinerja sistem terhadap tekanan air maupun
muka air tanah
Cara kerja Piezometer :
a. Standpipe pada piezometer yang meiliki lubang-lubang
yang terletak pada ujungnya dimasukkan melaului
lubang bor kedalam tanah.
b. Sekeliling lubang tersebut di grouting dengan
menggunakan bentonite sampai permukaan tanah. Hal

44
ini agar menjaga air pada bawah tanah masuk melalui
lubang-lubang pada ujung tabung.
c. Kedalaman air bisa diukur dengan memasukkan water
level meter.
Kelebihan Piezometer :
a. Dapat Memprediksi stabilitas lereng
b. Dapat Merancang untuk teganan laterall
c. Mengetahui Mengevaluasi keefektifan drainase
d. mengukur tekanan air pori dan permukaan air tanah
Kelemahan Piezometer :
a. Tidak dapat untuk mengukur tekanan fluida kompresibel
(gas).
b. Tidak dapat untuk mengukur tekanan negatif (p< patm )

Jenis Piezometer :
a. Standpipe Piezometer
Piezometer jenis ini memiliki karakteristik tegak lurus,
yang terdiri dari ujung filter bergabung ke pipa riset yang
meluas ke permukaan. Air akan mengalir melalui ujung
filter kedalam pipa riser dan dengan alat indicator akan
mendapatkan nilai atau bacaan.
b. Vibrating Wire Piezometer
Piezometer ini cocok digunakan untuk dipasangkan
kedalam tanah, bisa gunakan dalam berbagai macam
aplikasi. Dengan bantuan data logger nilai dari pengujan
piezometer akan muncul di layar laptop
c. Pneumatic Piezometer
Piezometer Pneumatic ini dapat dioperasikan dengan
tekanan gas, bisa dipasangkan pada pipa dan ditanam
kedalam tanah. Pembacaan dapat dilakukan dengan
menggunakan Pneumatic Indicator
d. Titanium Piezometer

45
Piezometer ini mempunyai kekuatan 4-20 mA yang
langsung dapat terhubung dengan data logger industri,
penggunaan piezometer ini umumnya digunakan dalam
penarikan.

Gambar I. 34 Pelaksanaan Uji Piezometer

Gambar I. 35 Sketsa Pelaksanaan Uji Piezometer

Gambar I. 36 Video Pelaksanaa Uji Piezometer

sumber : https://www.youtube.com/watch?v=3Tiv4ib3eDg

46
2. Inklinometer
alat instrumen monitoring geoteknik yang memiliki fungsi
membaca pergerakan tanah (kemiringan tanah) dan
membaca perilaku atau deformasi tanah arah horizontal yang
dipasang dalam bentuk lubang seperti piezometer lalu dapat
melihat deformasi sepangjang kedalaman horizontal yang
berkaitan dengan kestabilan. instrumen ini dipasang didalam
pipa inclino dengan panjang lebih dari 20meter, pipa ini
bersifat elastis yang mampu melindungi istrumen pada saat
ditanam didalam tanah. Kegunaan inclinometer untuk
menjamin timbunan diatas tanah lunak stabil.

Kelebihan :
1. Alat ini memiliki jangkauan luas yang dikombinasikan
dengan sensitivitas yang tinggi, yang membuat alat ini
lebih ideal untuk digunakan dalam instalasi yang jauh
dari vertikal.
2. sensor ini memiliki stabilitas jangka panjang dengan
ketergantungan suhu yang mendekati angka 0.
3. dapat mengukur kemiringan suatu bidang pada dua
sumbu, antara lain sumbu x dan sumbu y secara
bersamaan.
Kekurangan :
1. Penggunaan bisa dilakukan dengan 2 orang, jika sendiri
akan sulit dilakukan, kurang akurat.
2. Mudah terganggu jika terkena tiupan angin

Cara Pemasangan, diapasang dengan 2 cara :


1. Pemasangan Inclinometer Vertikal
a. Sistem inklinometer vertikal digunakan untuk
mengukur perpindahan horizontal relatif yang
mempengaruhi bentuk selubung pemandu, yang
tertanam di tanah atau struktur. Sumur pengukur

47
dekat-vertikal dibangun dengan memasang
selubung di dalam lubang bor, tertanam di tanah /
batuan atau struktur beton selama dan pasca
konstruksi.
b. Probe inclinometer kemudian dilewatkan melalui
seluruh panjang sumur pengukur dari bawah ke atas,
melakukan pembacaan pada interval yang telah
ditentukan sebelumnya. Sebuah probe (torpedo)
yang terdiri dari sepasang akselerometer presisi
merasakan kemiringan tabung akses 90 ° satu sama
lain.
c. Ujung bawah selubung pemandu berfungsi sebagai
referensi stabil (datum) dan harus tertanam di luar
zona perpindahan. Perpindahan relatif dari waktu ke
waktu ditentukan dengan mengulangi pengukuran
pada kedalaman yang sama dan membandingkan
kumpulan data.
2. Pemasangan Inclinometer Horizontal
a. Sistem inklinometer horizontal dipasang untuk
memantau profil penurunan atau beban di bawah
tangki penyimpanan, tanggul, bendungan, dan
tempat pembuangan akhir. Probe inclinometer
horizontal terdiri dari akselerometer servo
keseimbangan gaya yang mengukur kemiringan dari
horizontal pada bidang roda probe.
b. Perubahan sudut kemiringan dicatat, dan ini
menunjukkan bahwa pergerakan telah terjadi.
Pergerakan dihitung dengan mencari perbedaan
antara pembacaan kemiringan saat ini dan
pembacaan awal sambil mengonversi hasil ke jarak
vertikal.

48
Gambar I. 37 Alat Inklinometer

Gambar I. 38 Proses Pemasangan Inclinometer

Proses pemasangan inklinometer


(Sumber : https://www.testingindonesia.com/mengenal-
inclinometer-sebagai-instrumen-monitoring-geoteknik-
33)

3. Settlement Plate
alat yang biasa digunakan untuk memonitor dan mengukur
deformasi arah vertical yang dipasang dikedalaman tertentu,
titik tinjau bisa dilakukan dipermukaan, dan kedalaman yang
dalam serta dapat digunakan untuk pembuatan timbunan

49
lereng, galian dan mengukur penurunan tanah. Selain itu, alat
ini juga bisa digunakan untuk memantau penurunan pondasi
pada jembatan, menara, gedung bertingkat dan tower. Tujuan
pengamatan menggunakan settlement plate yaitu untuk
memantau deformasi tanah atau penurunan tanah ketika
sedang dilakukan pengerjaan pada arah vertikal. Pengamatan
ini bertujuan agar tanah yang mengalami penurunan tidak
terlampau jauh dari standar yang sudah ditentukan.
Pada settlement plate terdapat sensor yang bekerja untuk
mengukur penurunan tanah, sensor transducer di tanam pada
bagian ujung settlement plate dan elevasi tanah, sehingga
ketika terjadi pergerakan tanah pada saat proses pekerjaan
penimbunan galian dan pekerjaan lainnya maka akan terbaca
oleh sensor tersebut.
Sedangkan alat diatas merupakan alat yang ditanam di dalam
tanah dengan kedalaman mengikuti rencana gambar, alat
tersebut berfungsi untuk melihat penurunan tanah yang sudah
dilengkapi dengan sensor agar proses pengamatan menjadi
mudah.
Cara memasang settlement plate yaitu :
1) Buat galian menggunakan bantuan alat berat atau dengan
cara manual hingga kedalaman tertentu,
2) letakkan alat tersebut kedalam tanah.
3) Timbun alat tersebut dengan tanah yang bekas galian
tadi kemudian beri tanda di sekitar pipe cap agar tidak
terkena material ataupun terkena benturan karena akan
mempengaruhi nilai dari pemantauan.
4) sambungkan kabel dari sensor ke dalam datalogger dan
sambungkan pada perangkat laptop untuk membatu
pemantauan pergerakan tanah. Pemantauan dapat
dilakukan setiap hari pada saat proses pengerjaan
ataupun ketika tidak ada proses pengerjaan. Dengan

50
begitu setiap ada perubahan dan penurunan pada tanah
bisa langsung diketahui sehingga bisa segera dilakukan
penanganan yang tepat. Pastikan Anda menggunakan
settlement plate dengan kualitas terbaik.

Gambar I. 39 Pemasangan Alat Settlement Plate

( Sumber : https://www.testingindonesia.com/settlement-
plate-untuk-menguji-penurunan-tanah-106 )

4. Pumping Test
Adalah metode pengukuran debit air yang beride dari
pengamatan kontinuitas
sumber air dan ketersedian air dari sumber itu sendiri. Hal
yang menjadi inti dari pumping test ini adalah perbandingan
antara penurunan muka air pada saat pumping terhadap
kenaikan muka air pada saat recovery dala tenggat waktu
yang sama.

Beberapa kemungkinan dari keadaan pengukuran debit


dengan pumping test antara lain:

51
a. Jika perbandingan dari dua keadaan ini (laju penurunan
muka air pada saat pumping terhadap laju kenaikan
muka air ketika recovery) adalah 1 maka debit sumber =
debit air yang dikeluarkan pompa (output pompa).
b. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih
besar terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery,
berarti debit sumber lebih kecil daripada debit pompa
(output).
c. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih
kecil terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery,
berarti debit sumber lebih besar daripada debit pompa
(output).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pumping test
adalah sebagai berikut:
a. Tentukan Sumur pantau dan sumur observasi yang akan
diukur tinggi muka airnya ketika sumur uji dipompa;
b. Catat lokasi absolut masing-masing sumur tersebut;
c. Pastikan sumur produksi tidak sedang dipompa dalam
jangka waktu dekat sebelum pemompaan minimal 24
jam, agar muka airtanah berada pada kondisi normal;
d. Ukur tinggi muka airtanah sumur pantau dan sumur
observasi sebelum sumur uji dipompa;
e. Siapkan Automatic Water Level Logger dan luncurkan
dengan mengatur waktu perekaman tertentu. Semakin
dekat interval perekaman maka data yang dihasilkan
akan semakin bagus. Untuk pemompaan selama 1 jam
minimal interval pegukuran tinggi muka air selama 5
menit.
f. Pasang satu logger yang sudah diluncurkan ke dalam
sumur pantau dan satu lagi diletakkan di tempat terbuka
(udara) dengan lokasi yang tidak jauh dari sumur pantau.
Fungsi logger ini sebagai kalibrasi tekanan udara;

52
g. waktu ketika pompa mulai dihidupkan, minimal pompa
dinyalakan selama 100 menit atau lebih untuk
mendapatkan satu siklus log penuh;
h. Catat tinggi muka air pada sumur observasi ketika
pompa sudah menyala selama kurang lebih satu jam;
i. Matikan pompa setelah waktu pemompaan yang
ditentukan selesai;
j. Biarkan logger tetap merekam tinggi muka airtanah
sumur pantau ketika pompa sudah dimatikan, tunggu
sekitar 1 jam agar akuifer mengisi kembali;
k. Ambil logger dan unduh data perekaman;
l. Analisis data hasil perekaman logger.
Keuntungan pumping test
a. Bersifat mengekstraksi air keluar dari akuifer daripada
slug test (tidak dilakukan dalam praktek ini sehubungan
keterbatasan sarana sumur bor).
b. Sangat baik untuk mengidentifikasi karakter akuifer
yang berdekatan.
c. Mengukur karakter dalam skala besar keheterogenan
dan anisotropi.
d. Lebih realistik tentang respon akuifer terhadap
pemompaan.
Kerugian dari pumping test :
a. Memerlukan waktu yang panjang, pompa, dan sumur
pengamatan.
b. Sedikit kurang baik untuk lapisan akuitard.

53
Gambar I. 40 Sketsa Pelaksanaan Pumping Test

(https://soiltestinvestigations.wordpress.com/sumur-
bor/pumping-test/ )

1.1.1.10. California Bearing Ratio (CBR)


adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah
atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan
kecepatan penetrasi yang sama.
penentuan nilai CBR (California Bearing Ratio) langsung di
tempat dengan membandingkan tegangan penetrasi pada suatu
lapisan/bahan tanah dengan tegangan penetrasi bahan standar.
Cara uji ini digunakan untuk mengukur kekuatan struktural tanah
dasar, lapis fondasi bawah dan lapis fondasi yang digunakan
dalam perencanaan tebal perkerasan jalan.
Data lain yang harus diperoleh pada waktu dan tempat yang sama
adalah kadar air dan kepadatan. Tata cara pelaksanaan pengujian
sesuai dengan metode pengujian kadar air tanah dengan alat

54
Speedy, SNI 03-1965.1-2000 dan metode pengujian kepadatan
lapangan dengan alat konus pasir, SNI 03-2827-1992.
Bila pengujian CBR Lapangan tidak dapat dilakukan di lapangan
maka nilai CBR dapat diperoleh dengan pengujian CBR
Laboratorium. Benda uji yang digunakan untuk CBR
Laboratorium merupakan benda uji undisturbed. Tata cara
pelaksanaan pengujian sesuai dengan metode pengujian CBR
laboratorium, SNI 03-1744-1989.
Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja bila ada menjadi tanggung jawab pengguna.

Peralatan uji CBR di lapangan :


a. Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi
dengan “swivel head”.
b. penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton (3000 lbs),
3 ton (6000 lbs), 5 ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan
kebutuhan.
c. Piston/torak penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
d. Arloji penunjuk (dial) penetrasi untuk mengukur penetrasi
dengan ketelitian 0,01 mm (0,001”) dilengk¬api dengan
balok penyokong dari besi propil sepanjang lebih kurang 2,5
meter.
e. Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”)
berlubang di tengah dengan berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan
beban-beban tambahan seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang dapat
ditambahkan bilamana perlu.
f. Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau
alat-alat berat lainnya (vibro, excavator, buldozer, dll) yang
dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR mekanis.
g. Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk,
alat-alat perata, waterpas.

55
Perhitungan nilai CBR di lapangan :
a. Tentukan beban yang bekerja pada torak
b. Hitung tegangan di tiap kenaikan penetrasi
c. Plotkan hasilnya pada grafik dan buat kurvanya
d. Cek kurva apakah perlu koreksi atau tidak (lihat contoh di
samping) – pada keadaan tertentu, kurva penetrasi dapat
berbentuk lengkung ke atas sehingga perlu dikoreksi dan titik
inisial bergeser dari titik nol
e. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa
hitungan berikutnya
f. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan
0,2 inchi/5,08 mm
g. Hitung CBR dengan pembagian terhadap tegangan standar :
1. 0,71 kg/mm2 (1000 Psi) untuk penetrasi 0,1 inch atau 2,54
mm
2. 1,06 kg/mm2 (1500 Psi) untuk penetrasi 0,2 inch atau 5,08
mm
CBR lapangan disebut juga CBR inplace atau field CBR
dengan kegunaan sebagai berikut:
a. Mendapatkan CBR tanah asli dilapangan sesuai
dengan kondisi tanah dasar. Umumnya digunakan
untuk perencanaan tebal lapis perkerasan yang
lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan
lagi.
b. Untuk mengontrol apakah kepadatan yang diperoleh sudah
sesuai dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ini tidak
umum digunakan. Metode pemeriksaannya dengan
meletakkan piston pada kedalaman dimana nilai CBR akan
ditentukan lalu dipenetrasi dengan menggunakan beban
yang dilimpahkan melalui gardan truk.

56
Nilai Beban Standar untuk Beberapa Penetrasi

Penetrasi Tegangan Standar


Mm Inch Mpa lbs
2.5 0.1 6.9 1000
5 0.2 10.3 1500
7.5 0.3 13 1900
10 0.4 16 2300
12.7 0.5 18 2600

Korelasi Nilai CBR dengan kondisi tanah, kegunaan dan


Klasifikasi Tanah

Nilai General
User USCS AASHTO
CBR Rating
Very OH, CH, A5, A6,
0–3
poor MH, OL A7
Poor to OH, CH, A4, A5,
3–7
fair MH, OL A6, A7,

OL, CL,
A2, A4,
7- 20 Fair ML, SC,
A6, A7
SM, SP

Base
GM, GC, A1b, A2-
20 – 50 Good SW, SM, 5, A3,

Subbase SP, GP A2, A2-6

A1a, A2-
> 50 Excellent Base GW, GM
4, A3

57
Grafik pembebanan standar dan koreksi hasil pembebanan pada
pengujian CBR

58
Gambar I. 41 Tipikal Peralatan Pengujian CBR dilapangan

Gambar I. 42 Pelaksanaan CBR dilapangan

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=ryvrR_NtzxA )
1.1.1.11. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Kegunaan untuk mengevaluasi subgrade jalan dalam perencanaan
konstruksi jalan. DCP dilakukan untuk mengetahui nilai CBR
tanah berdasarkan ASTM D6951. Penetrasi konus dinamis
(dynamic cone penetrometer) adalah suatu alat yang digunakan
untuk menguji dengan cepat kekuatan lapisan jalan tanpa
pengikat (tanah dasar, pondasi bahan berbutir). Dari pengujian ini
dapat dikorelasikan dengan nilai CBR lapangan. Nilai DCP
berpengaruh oleh cuaca.

Peralatan yang digunakan:


a. Hammer/penumbuk beban (9.07kg).
b. Konus dan stang/stick untuk penetrasi kedalam tanah.
c. Mistar ukur yang dilekatkan pada stang/stick

59
Kelebihan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer(DCP) :
a. Menentukan kekakuan dalam mm/pukulan.
b. Perubahan lapisan tanah dapat diketahui melalui perubahan
kemiringan
c. Meminimalisir gangguan permukaan tanah
d. Informasi kekuatan dan desain dapat dikorelasikan
denganuji lain (CBR)
e. Biaya murah dan waktu yang dibutuhkan sedikit (cepat)
Kekurangan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer(DCP)
a. tidak dapat digunakan pada batuan keras, aspal, maupun
beton
b. DCP dapat rusak bila dilakukan pada lapisan tanah keras
secara berulang –ulang atau pembuangan lapisann yang tidak
sempurna
c. Tidak dapat mengukur kelembaban maupun kepadatan
(hanya untuk mengukur kekakuan).
d. Nila DCP berpengaruh oleh cuaca
e. Tidak mendapatkan sample
f. Kedalaman terbatas
Alat dan bahan yang digunakan :
a. Satu alat DCP terdiri dari :
a) Pemegang, digunakan untuk memegang alat DCP agar
alat DCP tetap tegak
b) Alat Penumbuk, untuk penukbuk alat DCP agar konus
yang dipasang turun ke bawah
c) Batang bagian atas, untuk mengarahkan palu yang
mempunyai diameter 16 mm dan tinggi jatuh sebesar 575
mm
d) Penahan palu
e) Penyambung batang, untuk menyambungkan batang
bawah dengan batang penyambung
f) Batang bawah

60
g) Mistar, untuk mengetahui kekerasan tanah terbuat dari
baja keras berbentuk kerucut dibagian ujung, diameter 20
mm, sudut 60̊ atau 30 ̊.
b. Tang
c. Kunci Inggris
Prosedur Pengujian :
a. Pilih titik pengujian yang akan dilakukan pengujian. Ambil
dua sampel yaitu titik 1 dan titik2, jarak antar titik 1 dan 2
yaitu 20 cm.
b. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertical tegak
lurus terhadap permukaan tanah
c. Atur batang berskala sehingga menunjukkan angka 0 (nol)
dan catat dalam cm
d. Naikkan palu jatuh secara bebas menumbuk landasan
penumbukan
e. Catat jumlah pukulan dan kedalaman penetrasinya kedalam
formular percobaan
f. Hentikan pengujian jika kedalaman penetrasinya mencapai
100 cm
g. Cabut batang dan konus yang telah masuk kedalam tanah
dengan cara menumbuk palu geser ke atas hingga menyentuh
pela tatas pemegang alat.

Gambar I. 43 Alat Pengujian DCP

61
Gambar I. 44 Pelaksanaan Pengujian DCP

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=U4pzkNKBEfk )

1.1.2. Pengujian Laboratorium


A. Indeks Properties ( γ, ω, e, GS dll.)
Sifat-sifat fisis dari tanah.
1.1.2.1. Uji Kadar Air (Water Content Test) ASTM D 2166-71
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air
yang terkandung di dalam suatu contoh tanah Undisturbed
Sample (UDS). Pengujian menggunakan tanah lempung dan pasir
atau dapat dilakukan untuk semua jenis tanah dalam kondisi tanah
tidak terganggu.
Kadar air tanah merupakan salah satu parameter terpenting untuk
menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan sifat fisik
tanah, yang dilakukan secara rutin dalam pelaksanaan pengujian

62
di laboratorium. Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam massa tanah
terhadap berat butiran padat (tanah kering), dan dinyatakan dalam
prosen. Percobaan ini dilakukan menggunakan metode kering
oven (oven drying method), dimana benda uji dipanaskan pada
suhu 110 ± 5C, selama 16 sampai dengan 24 jam. Pada keadaan
khusus, dimana tanah yang diuji berupa jenis lempung yang
terdiri dari mineral monorolinote/holosite, gypsum, ataupun
bahan-bahan organik (seperti tanah gambut), maka suhu
pengeringan maksimum dibatasi sampai dengan 60C, dengan
waktu pengeringan yang lebih lama. Penentuan kadar air tanah
sedapatnya dilakukan segera setelah penyiapan benda uji
terutama bila cawan yg digunakan mudah berkarat.
Peralatan Yang Digunakan :
a. Oven dengan pengatur suhu sampai 110  5C, untuk
memanaskan benda uji
b. Cawan yang dilengkapi penutup dan tidak berkarat, biasanya
terbuat dari gelas atau aluminium
c. Benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air,
tergantung dari ukuran butir maksimum dari contoh yang
diperiksa (tabel 1)
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 ; 0,1 ; 1 gram seperti
terlihat pada Tabel 1

e. Desikator berisi silica gel


f. Penjepit (crubicle tongs).

63
Prosedur Pengujian :
a. Ambil cawan yang bersih dan kering, timbang beratnya
(berat cawan = W1)
b. Benda uji yang mewakili contoh tanah yang akan diperiksa,
ditempatkan dalam cawan kemudian ditimbang, beratnya
(benda uji basah + cawan) = W2
c. Letakkan cawan dalam oven dengan suhu 110  5 C, selama
minimum 16 jam atau sampai beratnya konstan
d. Ambil cawan dan benda uji yang telah dikeringkan dari oven,
lalu letakkan dalam desikator untuk didinginkan
e. Setelah dingin lalu timbang cawan beserta isinya, beratnya
(benda uji kering + cawan) = W3

Pengolahan Data :

Kadar air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dimana :
 = kadar air
Ww = berat air
Ws = berat benda uji (tanah) kering

64
Gambar I. 45 Proses Pelaksanaan Uji Kadar Air

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=B0TWoJhi5Pc)

1.1.2.2. Uji Berat Jenis (Specific Gravity Test) ASTM D 854-58


Pengujian ini menggunakan tanah Disturbed Sample (DS), untuk
jenis tanah lempung atau pasir yang bertujuan untuk menentukan
berat jenis tanah (Gs) yang lolos saringan no. 40 dengan
menggunakan piknometer Berat jenis tanah adalah perbandingan
antara butir-butir tanah dengan berat destilasi di udara dengan
volume yang sama pada temperatur tertentu, biasanya diambil
temperatur 27,5°C.
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir
tanah dengan berat air yang mempunyai volume sama pada suhu
tertentu. Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung index
properties tanah (yaitu: angka pori, berat isi tanah, derajat
kejenuhan, dan karakteristik pemampatan), dan sifat-sifat penting
tanah lainnya. Selain itu dari nilai berat jenis tanah (Gs) dapat
pula ditentukan sifat tanah secara umum, misalnya tanah organis
mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan adanya kandungan
mineral berat lainnya, seperti besi, ditunjukkan dari berat jenis
tanah yang besar. Karena yang diperlukan berat jenis dari butiran

65
tanah yang tertahan di ayakan no.4, maka pemeriksaan berat jenis
harus dilakukan menurut pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar (AASHTO T-85-74 / ASTM C-127-68). Apabila
nilai berat jenis akan digunakan dalam perhitungan pada
percobaan hidrometer, maka benda uji yang dipakai adalah yang
lolos ayakan no.10 atau 2,00 mm.
Peralatan Yang Digunakan :
a. Piknometer dengan kapasitas 50 ml atau 100 ml.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01.
c. Tungku listrik (hot plate) atau desikator.
d. Pompa hampa udara (vaccum 1 – 1,5 PK)
e. Oven dengan pengatur suhu (110  5)C
f. Termometer ukuran 0C - 50C, dengan ketelitian
pembacaan 1C.
g. Ayakan no.4 dan no.10.
h. Botol berisi air suling.
i. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature
bath).
Persiapan Benda Uji :
Prosedur dalam mempersiapkan benda uji yang akan digunakan
adalah:
a. Ambil contoh tanah dengan berat berkisar antara 50 gr
sampai dengan 100 gr, kemudian keringkan dalam oven
dengan temperatur 110  5C.
b. Setelah kering, contoh tanah dikeluarkan dan dinginkan
dalam desikator.
c. Contoh tanah diayak melalui ayakan no.4 atau 4,75 mm
dan/atau no.10 atau 2,00 mm.
d. Siapkan benda uji sebanyak  10 gr apabila menggunakan
piknometer 50 ml, atau  25 gr bila menggunakan piknometer
100 ml, masing-masing sebanyak tiga buah.

66
Prosedur Pengujian :

a. Ambil 3 buah piknometer kapasitas 50 ml atau 100 ml, cuci


dengan air bersih, kemudian keringkan dalam oven. Setelah
itu keluarkan dan dinginkan dalam desikator, kemudian
timbang berat piknometer + tutup, (W1).
b. Masukkan contoh tanah yang sudah disiapkan  10 gr atau 
25 gr untuk tiap-tiap piknometer, kemudian timbang berat
seluruhnya + tutupnya (W2) dengan ketelitian 0,01 gr.
c. Tambahkan air suling sampai contoh tanah terendam, lalu
panaskan di atas tungku pemanas (hot plate), dengan tujuan
agar udara yang terkandung dalam tanah bisa keluar. Untuk
membantu keluarnya udara dalam benda uji, kocok
piknometer dengan hati-hati. Bila gelembung udara sudah
tak tampak, ambil piknometer tersebut dan dinginkan dalam
desikator atau dengan bantuan pompa hampa udara, dengan
memasukkan piknometerpiknometer tersebut ke dalam
desikator yang tertutup rapat, lalu udara dalam desikator itu
dihisap memakai pompa tersebut.
d. Jika memakai tungku pemanas, dinginkan terlebih dahulu
piknometer di dalam desikator. Setelah dingin, ambil
piknometer dari desikator dan tambahkan dengan air suling
sampai penuh kemudian tempatkan pada bak pengatur suhu,
sehingga isi piknometer mempunyai suhu yang sama. Setelah
suhu konstan, tambahkan air suling sampai penuh dan
tutuplah piknometer tersebut. Keringkan bagian luarnya dan
timbang beratnya, (W3).
e. Bersihkan piknometer, kemudian isi dengan air suling
sampai penuh lalu masukkan ke dalam bak pengatur suhu.
Setelah suhu konstan, keringkan bagian luar piknometer dan
timbang berat + tutupnya, (W4).

Pengolahan Data :
a. Kalibrasi piknometer

67
a) Piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang
dengan tutupnya, lalu catat beratnya, (W1).
b) Isi piknometer dengan air suling dan masukkan ke dalam
bak pengatur suhu, pada suhu 25C.
c) Setelah isi botol (piknometer) mencapai suhu 25C,
pasang kembali tutupnya, lalu bagian luar piknometer
dikeringkan, kemudian piknometer + tutup + isinya
ditimbang, (W25).
d) Dari nilai W25 yang ditentukan, susunlah tabel harga
W4 untuk suatu urutan suhu kirakira antara 18C sampai
dengan 31C, dimana harga W4 dihitung dengan rumus
berikut:

dimana :
W4 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi
W25 = Berat piknometer + air + tutup pada suhu 25C.
K = Faktor koreksi terhadap suhu (lihat Tabel)
Tabel. Faktor Koreksi (K) terhadap Suhu

b. Hitung berat jenis contoh


Perhitungan menggunakan rumus berikut:

dimana :
Gs = Berat jenis tanah

68
GL = Berat jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + contoh tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air + tutup
c. Ambil harga rata-rata dari hasil ketiga pemeriksaan tersebut
di atas, dalam 2 (dua) angka di belakang koma.

Gambar I. 46 Proses Uji coba Berat Jenis

69
(Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=OmmomQ3kDc4)

1.1.2.3. Uji Berat Isi (Unit Weight Test) ASTM D 2937-83


definisi berat isi tanah adalah berat tanah utuh (undisturbed)
lempung dan pasir dalam keadaan kering dibagi dengan volume
tanah, dinyatakandalam g/cm3(g/cc). Nilai berat isi tanah sangat
bervariasi antara satu titik dengan titik lainnya karenaperbedaan
kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman tanah,jenis
fauna tanah, dankadar air tanah (Agus
et al. 2006).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan berat isi Tanah


yang merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan
volume nya dalam gr/cm3.
Seperti halnya kadar air tanah, berat isi tanah juga merupakan
sifat fisik tanah yang penting dan dilakukan secara rutin bersama-
sama dengan pengujian lainnya di laboratorium. Pelaksanaan
percobaan ini menggunakan metode silinder tipis yang
dimasukkan ke dalam tanah (drive cylinder method), sehingga
tidak dapat dilakukan pada jenis tanah berpasir lepas atau terdapat
banyak kerikil. Berat isi dari suatu massa tanah adalah
perbandingan antara berat total tanah terhadap isi total tanah yang
dinyatakan dalam notasi wet (gram/cm3 ). Sementara itu, dalam
pengujian pemadatan tanah di laboratorium ataupun penentuan
kepadatan tanah di lapangan, berat isi tanah dinyatakan dalam

70
berat isi tanah kering dry, yaitu perbandingan antara berat butir
tanah kering terhadap volume total tanah. Dalam hal dimana tidak
didapatkan benda uji yang asli, maka dapat diganti dengan benda
uji buatan (remoulded samples) dengan mempertahankan berat isi
dan kadar air yang sesuai dengan keadaan asli di lapangan.

Alat Dan Bahan


a. Alat :
a) Ekstruder
b) Stick met atau Spatula
c) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,01 gram
d) Jangka Sorong atau kantilever2.
e) Cincin (ring) besar / kecil
f) Desikator
g) Oven dilengkapi dengan pengatur suhu sampai 110  5C.
b. Bahan :
a) Tanah Lembab atau Basah secukupnya
b) Minyak Pelumas

Langkah – Langkah Pengujian :


a. Siapkan Alat dan Bahan.
b. Timbang Ring dalam keadaan bersih atau kosong (W1)
dengan ketelitian 0,01 gram.
c. Hitung diameter dan tinggi menggunakan jangka sorong
dengan ketelitian 0,01 cm,dan hitung volumenya.
d. Masukan Benda uji (Tanah lembab) kedalam ring dengan
stick met dan tekandengan jari sampai ring terisi penuh.
e. Ratakan kedua permukaan ring atas dan bawah, lalu
bersihkan bagian luar ring darisisa tanah yang masih
menempel.

71
f. Timbang ring yang telah terisi benda uji (W2) dengan
ketelitian timbangan yangsama dengan penimbangan
sebelumnya.
g. Hitung Volume Tanah (V)
h. Hitung berat tanah W = W2–W1
i. Bersihkan Alat yang sudah di gunakan.

Pengolahan data :
Berat isi dapat dihitung sebagai berikut :
a. Berat isi tanah basah

b. Berat isi tanah kering

Gambar I. 47 Proses Uji Berat Isi Tanah

(Sumber :
https://www.academia.edu/37333613/LAPORAN_PRKATIK
UM_BERAT_ISI_TANAH)

72
1.1.2.4. Uji Saringan (Sieve Analysis Test)

Tujuan :
a. Untuk mengetahui gradasi pembagian butiran dari suatu
contoh tanah Teranggu (DS) berbutir kasar atau pasir
b. Untuk mengklasifikasikan tanah
c. Untuk mengetahui koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien
gradasi (Cc).

Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah


mempunyai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, baik pada
tanah kohesif maupun tanah non-kohesif. Sifat suatu tanah
banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya. Oleh
sebab itu, didalam mekanika tanah, analisa ukuran butir banyak
dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.
Untuk tanah yang berbutir kasar seperti kerikil dan pasir, sifatnya
tergantung kepada ukuran butirnya.
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat
kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table
atau grafik.

Well Graded Gap Graded

Uniform Graded
Gambar I. 48 Ilustrasi susunan butiran batuan

73
Peralatan Uji saringan (sieve analysis test) :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda
uji.
b. Satu set saringan dengan ukuran (ASTM Standart):
76,2 mm atau 3”
63,5 mm atau 2,5”
50,8 mm atau 2”
37,5 mm atau 1,5”
25 mm atau 1”
19,1 mm atau 3/4”
12,5 mm atau 1/2”
9,5 mm atau 3/8”
no.4, no.16, no.30, no.50, no.100, dan no.200 3
c. Oven dengan pengatur suhu sampai 110C.
d. Mesin penggetar saringan.
e. Riffler (alat pembagi benda uji).
f. Talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya

Penyiapan Benda Uji :


a. Agregat halus Ukuran maksimum no. 4 : berat benda uji
minimum 500 gr Ukuran maksimum no. 8 : berat benda uji
minimum 100 gr
b. Agregat kasar Ukuran maksimum 3,5” : berat benda uji
minimum 35 kg Ukuran maksimum 3” : berat benda uji
minimum 30 kg Ukuran maksimum 2,5” : berat benda uji
minimum 25 kg Ukuran maksimum 2” : berat benda uji
minimum 20 kg Ukuran maksimum 1,5” : berat benda uji
minimum 15 kg Ukuran maksimum 1” : berat benda uji
minimum 10 kg Ukuran maksimum 3/4” : berat benda uji
minimum 5 kg Ukuran maksimum 1/2” : berat benda uji
minimum 2,5 kg Ukuran maksimum 3/8” : berat benda uji
minimum 1 kg Jika benda uji merupakan campuran dari

74
agregat halus dan kasar, maka benda uji tersebut dipisahkan
menjadi dua bagian menggunakan saringan no. 4.
Selanjutnya agregat halus dan kasar yang telah dipisahkan
tersebut disiapkan sebanyak jumlah berat minimum seperti
tercantum di atas.

Prosedur Uji :

a) Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu ± 110°C,


sampai berat tetap.
b) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran
saringan paling besar ditempatkan di atas. Sebelumnya,
masing-masing saringan telah diketahui berat kosongnya.
c) Saringan digetarkan kurang lebih 15 menit dengan alat
pengetar.
d) Timbang benda uji yang tertahan pada masing-masing
saringan.

Pengolahan Data :

a. Hitung jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran


saringan secara kumulatif.
b. Hitung jumlah prosentase berat benda uji tertahan, dihitung
terhadap berat total secara kumulatif.
c. Jumlah prosentase berat benda uji yang melalui masing-
masing saringan dihitung.

Ukuran diameter saringan harus mengikuti standar ASTM.


Ukuran ayakan yang standar adalah sebagai berikut :

No. Saringan Ukuran Lubang (mm)


4 4.750
10 2.000
20 0.850

40 0.425

75
80 0.180
120 0.125
200 0.075

Gambar I. 49 sieve analysis

Gambar I. 50 Alat Uji Saringan

Gambar I. 51 Ukuran Partikel dan Butiran

Gambar I. 52 Kurva Distribusi Ukuran Partikel Tanah

76
Koefisien keseragaman (coefficient of uniformity) Cu

D60 = diameter butir yang lolos saringan sebanyak 60 persen


D10 = diameter butir yang lolos saringan sebanyak 10 persen
Cu = 1 adalah tanah yang memiliki satu ukuran butir
Cu = 2 atau 3 adalah tanah bergradasi buruk
Cu >15 adalah tanah bergradasi baik
Koefisien kelengkungan (coefficient of curvature) Cc

D30 = diameter butir yang lolos saringan sebanyak 30 persen


Cc = 1 - 3 adalah tanah yang memiliki gradasi baik jika
Cu > 4 untuk kerikil
Cu > 6 untuk pasir

77
Gambar I. 53 Proses Uji Saringan

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=5NnI8U6dqE4)

1.1.2.5. ANALISA UKURAN BUTIR – Uji Hidrometer (Hydrometer


Analysis) ASTM D 422 – 63

adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi ukuran


butiran tanah Terganggu (DS) berbutir halus yang lolos saringan
No. 200 berdasarkan sedimentasi tanah dalam air. Standar yang
berlaku terdapat pada ASTM D7928-16 Standard Methods for
Particle-Size Distribution (Gradation) of Fine-Grained Soils
Using the Sedimentation (Hydrometer) Analysis.
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi
(pengendapan) butir-butir tanah dalam air. Bila suatu contoh
tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung
pada bentuk, ukuran dan beratnya. Kecepatan mengendap dari
partikel-partikel tanaha dapat dinyatakan dengan hukum Stokes,
melalui formula:

dimana :
 = Kecepatan turun butir-butir tanah (gr/dtk)
s = Berat volume butir-butir tanah (gr/cm)
w = Berat volume air (gr/cm)
 = Viscositas/kekentalan air (gr-dtk/cm)

78
D = Diameter butiran tanah (cm)
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka digunakan
hidrometer yang berfungsi untuk mengetahui specific gravity
larutan setiap waktu pengamatan. Dari hasil tersebut maka
diperoleh data yang setelah diolah akan diperoleh grafik
distribusi butiran yang merupakan hubungan antara diameter
dan prosentase lolos.

Peralatan Yang Digunakan :


a. Hydrometer dengan skala (5 – 60 gr per liter) hydrometer A
– 152 H, atau untuk pembacaan berat jenis campuran (0,995
– 1,038) hydrometer B – 151 H.
b. Tabung–tabung gelas ukur kapasitas 1000 ml dengan
diameter ± 6,5 cm.
c. Tabung–tabung gelas ukur kapasitas 50 ml dan 100 ml.
d. Termometer 0°C – 50°C dengan ketelitian 0,1°C.
e. Pengaduk mekanis dan mangkuk dispersi (mechanical
stirer)
f. Ayakan dengan ukuran: no.10, no.20, no.40, no.80, no.100,
no.200.
g. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.
h. Batang pengaduk dari gelas (beaker glass)
i. Stop watch
Larutan Dispersi Larutan dispersi yang standart digunakan
adalah:
a. Sodium Hexametaphosphate (calgon) Siapkan air suling 1
liter, lalu masukkan 40 gr Sodium Hexametaphosphate,
kemudian aduk sampai homogen (atau 33 gr sodium
hexametaphospate dan 7 gr anhydorus sodium carbonate).
b. Sodium silicate (water glass) Masukkan water glass
secukupnya ke dalam beaker glass, lalu tambahkan air
suling secukupnya dan aduk sampai homogen. Masukkan

79
larutan tersebut ke dalam gelas ukur 1000 ml yang bersih
dan kering. Kemudian tambahkan air suling sedemikian
rupa, sehingga didapat larutan dengan berat jenis 1,023
(hydrometer B) atau pada skala 37,5 (hydrometer A).

Kedua larutan standar ini harus diperbaharui sebulan sekali.

Kalibrasi Hydrometer :
a. Bersihkan gelas ukur 1000 ml yang lain, lalu masukkan
larutan dispersi di atas sebanyak 200 ml. Tambahkan air
suling sampai skala 1000 ml, lalu masukkan ke dalam bak
perendam pada suhu 25°C.
b. Masukkan hydrometer ke dalam larutan standar, biarkan
beberapa saat sampai suhu hydrometer sama dengan suhu
larutan standar. Catat penunjukkan skala hydrometer pada
ujung meniskus-nya, (rw).
c. Ukur diameter hydrometer jar dengan menggunakan jangka
sorong, lalu hitung luas permukaannya, (Aj).
d. Siapkan gelas ukur 1000 ml yang lain, lalu isi dengan air
sampai skala 800 ml dan masukkan hydrometer ke
dalamnya. Hitung volume hydrometer yang akan terendam,
yaitu selisih pembacaan kedua dan pembacaan pertama,
(Vh).
e. Tentukan titik tengah bagian hydrometer yang
menggelembung, tandai dengan spidol. Ukur jarak antara
titik tersebut dengan skala hydrometer paling atas (Zra),
demikian pula dengan skala paling bawah (Zrb).
f. Buat grafik hubungan antara Zr, sebagai ordinat, dan R =
1000 . (r – 1), sebagai absis. Grafik ini disebut grafik A.

g. Buat grafik B dengan jarak vertikal di bawah grafik


A. Grafik ini memasukkan koreksi perubahan tinggi air
akibat perendamanan hydrometer.

80
h. Masukkan hydrometer ke dalam larutan standar dalam bak
perendam. Selama tidak dipergunakan hydrometer harus
selalu berada dalam larutan ini.

Penyiapan Benda Uji :

a. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang


hampir sama dan lebih halus dari ayakan no.10 atau 2 mm,
benda uji tidak perlu dikeringkan dan diayak pada ayakan
no.10 atau 2 mm, tetapi sebelumnya periksa kadar airnya.
b. Pada jenis tanah yang banyak mengandung butiran yang
lebih besar dari ayakan no.10 atau 2 mm, tanah dikeringkan
terlebih dahulu, kemudian ditumbuk lalu diayak
menggunakan ayakan no.10.
c. Buat campuran antara Sodium Hexametaphosphat dengan
air suling dengan air suling dengan komposisi 40 gr : 1 ltr,
yang dipakai sebagai bahan difloculating agent. Kocok
larutan ini hingga homogen, lalu masukkan hydrometer ke
dalam tabung tersebut secara perlahan-lahan. Lakukan
pembacaan pada saat itu untuk menentukan nilai koreksi
terhadap nol hidrometer.
d. Ambil contoh tanah yang akan diuji baik kering maupun
tidak, kemudian jadikan satu dengan larutan pada point (c)
dalam gelas beaker, dan aduk sebentar serta simpan selama
24 jam.
Prosedur pengujian :
a. Setelah direndam, pindahkan semua campuran ke dalam
mangkok mixer serta tambahkan air suling dari hasil
pencucian glass beaker, dan aduk selama 10 menit.
b. Setelah diaduk pindahkan semua campuran ke dalam tabung
gelas ukur (1000 ml) serta tambahkan air suling dari hasil
pencucian mangkok mixer. Hati-hati jangan sampai jumlah
larutan terakhir ini melebihi 1000 ml. Bila kurang, boleh
ditambah dengan air suling hingga 1000 ml.

81
c. Tutup gelas ukur dan kocoklah berulang-ulang sampai  1
menit. Perhatikan sewaktu mengocok jangan sampai ada
campuran yang tumpah atau melekat pada dasar tabung.
d. Selesai pengocokan, letakkan tabung di atas meja serta
masukkan hydrometer perlahanlahan kemudian siapkan
stopwatch.
e. Lakukan pembacaan hidrometer pada  1,2 menit tanpa
memindahkan hidrometernya. Lakukan 4 kali pembacaan,
dimana sebelum dibaca harus dikocok dahulu. Bila
didapatkan dua hasil pembacaan yang sama, lanjutkan ke
langkah selanjutnya.
f. Setelah pembacaan dua menit selesai, pindahkan hidrometer
ke tabung berisi air suling yang telah dipersiapkan. Kocok
kembali campuran tersebut, lalu hidrometer dan termometer
dimasukkan ke dalam larutan tersebut.
g. Lakukan bacaan hidrometer dan termometer berturut-turut
pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360, … ,
s.d.1440.
h. Jangan lupa catat tanggal/bulan/tahun waktu mulai
pembacaan menit ke 0 setelah kocokan terakhir dan waktu
setiap pembacaan.
i. Setelah selesai melakukan pembacaan terakhir, pindahkan
hidrometer dan termometer ke tabung berisi air suling.
j. Kocok terakhir kali dan saring dengan ayakan # 200 atau
0,075 mm.
k. Pindahkan benda uji dari ayakan ke cawan (yang sudah
diketahui beratnya), kemudian dimasukkan ke dalam oven.
l. Setelah kering, timbang cawan + benda uji lalu ayak dengan
ayakan no. 10, 20, 40, 60, 100, 200.

82
Gambar I. 54 Alat Pengujian Hidrometer

(Sumber : http://sipil.polimdo.ac.id/wp-
content/uploads/2019/02/Modul-Lab-Uji-Tanah.pdf)
1.1.2.6. Atteberg Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan menentukan
harga-harga liquid limit, plastic limit serta shrinkage limit dengan
benar, serta mampu menggambar grafik untuk batas cair. serta
untuk mengetahui batasan-batasan dari empat kondisi tanahyang
dimiliki oleh suatu sampel tanah yang akan diuji. Dilakukan pada
material tanah yang lolos saringan No. 40 (ukuran 0.425mm).
Batas-batas konsistensi (batas Atterberg) terdiri atas batas cair,
batas plastis dan batas susut. Tata cara pengujiannya harus
mengacu pada:
a) SNI 1967:2008 untuk batas cair;
b) SNI 1966:2008 untuk batas plastis dan indeks plastisitas tanah;
c) SNI 3422:2008 untuk batas susut.
Batas-batas konsistensi digunakan untuk mengkarakterisasi
perilaku tanah lempung dan lanau ketika kadar air berubah.
Klasifikasi lempung dan lanau terutama berdasarkan pada batas
konsistensi.

83
Gambar I. 55 Batas-Batas Konsistensi Tanah

Menurut Albert Atterberg, batas-batas konsistensi tanah :


a. didasarkan pada kadar air, yaitu: Pemeriksaan Batas Cair
(Liquid Limit)
adalah kadar air yang mana konsistensi tanah mulai berubah
dari keadaan plastik ke keadaan cair. Batas cair (liquid limit)
LL atau wL yaitu kadar air dimana untuk nilai-nilai di
atasnya, tanah akan berperilaku sebagai cairan kental. Batas
cair ini didefinisikan secara kasar sebagai kadar air dimana
25 kali pukulan oleh alat batas cair akan menutup celap
(groove) standar yang dibuat pada lempengan tanah untuk
panjang 12,7cm.

Gambar I. 56 Batas Cair (Liquid Limit)

Gambar I. 57 pengujian Batas Cair

84
b. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)
adalah kadar air yang merupakan batas antara konsostensi
tanah dalam keadaan semi plastis dan keadaan plastis. Wp
(Batas plastis) yaitu kadar air dumana untuk nilai-nilai
dibawahnya, tanah tidak lagi berperilaku sebagai bahan yang
plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan plastis dalam
kadar air yang berkisar antara WL dan Wp yang disebut
indeks plastisitas (Ip) :

Batas plastis secara kasar didefinisikan sebagai kadar air


dimana selapis tanah yang digulung sampai berdiameter 3
mm akan putus atau terpisah.

Gambar I. 58 Batas Platis (Plastic Limit)

c. Pemeriksaan Batas Susut (Shrinkage Limit)


adalah kadar air dimana konsistensi tanah tersebut berada
antara keadaan semi plastis dan kaku, sehingga jika diadakan
pengurangan kadar air, tanah tersebut tidak akan berkurang
volumenya. Batas susut (shrinkage limit) wS yaitu kadar air
yang didefinisikan pada derajat kejenuhan = 100 %, dimana
untuk nilai-nilai dibawahnya tidak akan terjadi perubahan
volume tanah apabila dikeringkan terus.

85
Gambar I. 59 Pendekatan untuk menentukan Shrinkage Limit

Peralatan Yang Digunakan:


a. Alat batas cair standar (Casagrande)
b. Alat pembuat alur (Grooving Tool)
c. Spatula
d. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
e. Cawan untuk penentuan kadar air
f. Air suling
g. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
h. Lempeng kaca ukuran 60601 cm
Penyiapan Benda Uji :
a. Bila contoh tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih
kecil dari saringan no.40 atau 0,425 mm, maka contoh tanah
dapat digunakan langsung dalam pengujian.
b. Bila contoh tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan
no.40 atau 0,425 mm, maka keringkan contoh tanah tersebut
dan lakukan penyaringan. Ambil benda uji yang lolos saringan
no.40 atau 0,425 mm sebanyak 200 gr.

Prosedur Pengujian :
Batas cair (Liquid Limit) :
a. Ambil benda uji sebanyak 100 gr yang sudah disiapkan,
masukan ke dalam mangkok yang dapat ditutup rapat .
b. Beri air suling pada benda uji sedikit demi sedikit, serta aduk
dengan merata sampai kirakira homogen. Kemudian

86
diamkan ± 24 jam, dengan maksud agar air dapat tercampur
ke seluruh butiran benda uji secara merata.
c. Setelah campuran homogen, ambil benda uji secukupnya dan
letakkan pada mangkok alat uji (cassagrande) lalu ratakan
permukaannya sedemikian rupa sehingga sejajar dengan
dasar alat uji, tebal maksimum 1 cm.
d. Buat alur dengan membagi dua benda uji dalam mangkok
dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool)
melalui garis tengah pemegang mangkok secara simetris dan
tegak lurus terhadap permukaan mangkok.
e. Putar engkol alat uji sehingga mangkok naik/jatuh setinggi 1
cm, dengan kecepatan 2 putaran perdetik. Pemutaran ini
dilakukan terus dengan kecepatan tetap sampai dasar alur
benda uji berimpit sepanjang  1,27 cm, dan catat jumlah
pukulan pada waktu berimpit tersebut.
f. Ulangi langkah (3) sampai dengan (5) paling kurang 2 (dua)
kali sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, dengan
maksud campuran tersebut sudah betul-betul merata kadar
airnya. Bila telah diperoleh jumlah pukulan yang sama, maka
ambillah sedikit tanah pada bagian yang berimpit untuk
dicari kadar airnya.
g. Kembalikan sisa benda uji ke lempeng kaca dan tambahkan
air suling. Ulangi lagi langkah (2) sampai dengan (6)
berturut-turut dengan variasi kadar air yang berbeda sehingga
diperoleh perbedaan jumlah pukulan sebesar 8 – 10 pukulan.
h. Lakukan percobaan tersebut di atas dengan kadar air yang
bervariasi (sampai 5 sampel) sehingga didapat pukulan
antara 10 – 50 kali.

Batas Plastis (Plastic Limit) :


a. Benda uji sama dengan yang dipakai pada batas cair.
Lletakkan benda uji di atas pelat kaca lalu tambahkan air

87
suling atau jika sudah terlalu basah, campurkan benda uji
tersebut dengan yang benda uji yang kering serta aduk hingga
merata.
b. Setelah kadar air merata, buatlah bola-bola tanah dengan
diameter  1 cm dengan berat 8 gr. Kemudian bola-bola tanah
digeleng-geleng di atas lempengan kaca dengan telapak
tangan berkecepatan 80 - 90 gelengan/menit.
c. Lakukan penggelengan sampai benda uji berbentuk batang
dengan diameter 3 mm. Bila ternyata benda uji belum
mencapai diameter 3 mm sudah retak-retak, maka satukan
kembali benda uji lalu tambahkan sedikit air suling serta
aduk hingga homogen. Jika ternyata hasil gelengan
mempunyai diameter < dari 3 mm, maka biarkan benda uji
beberapa saat agar kadar airnya sedikit berkurang.
d. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai
retakan-retakan itu terjadi tepat pada saat hasil gelengan
mempunyai diameter 3 mm serta panjang minimum 2, 5 cm.
e. Buat batang-batang percobaan sebanyak  5 gr, kemudian
periksa kadar airnya

B. Kuat geser tanah (c, φ )


1.1.2.7. Triaksial Test (UU, CU, CD)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya nilai
kohesi (c) dan sudut geser dalam (), dari contoh tanah
Undisturbed Sample (UDS) yang diuji. Uji ini menggunakan
tanah berbutir kasar (Pasir) dan tanah berbutir halus (Lempung).
Dibandingkan dengan percobaan Geser Langsung maupun Kuat
Tekan Bebas, pelaksanaan percobaan Triaxial diketahui lebih
rumit. Namun diakui sebagai cara yang paling baik untuk
mendapatkan parameter-parameter geser tanah c dan . Oleh
karena kondisi tegangan-tegangan di lapangan dapat ditirukan
dengan cara pemberian tegangan sel (3) pada benda uji. Selain

88
itu pada percobaan Triaxial tersedia pula fasilitas untuk
mengukur tekanan air pori dan perubahan volume selama
pelaksanaan pengujian.

Gambar I. 60 Proses pelaksanaan Uji Triaxial

( Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=Q6rOuysQuZU )
Test Triaxial ada 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Undrained Test (Unconsolidated – Undarained Test) (UU
Test)
Pada pengujian ini tidak diperbolehkan adanya aliran air dari
tanah selama pengujian berlangsung. Tegangan air pori
biasanya tidak diukur pada pengujian jenis ini dan tanah yang
dipakai tidak dikonsolidasikan. Pengujian tanpa konsolidasi
dan tanpa pengaliran, disebut sebagai pengujian cepat atau
U-test. Pada semua tahapan pengujian, keran pengaliran
(sistem tekanan air pori) dalam keadaan tertutup. Cara
pengujian ini tidak dapat diterapkan pada jenis tanah non
kohesif jenuh (S=100%). Parameter geser yang didapatkan

89
dari cara pengujian ini berdasarkan konsep tegangan total
(total pressure). Pengujian ini memberikan parameter geser
cu dan u
b. Consolidated – Undrained Test (CU Test)
Pada pengujian ini mula-mula diberikan tegangan normal
dan air diperbolehkan mengalir dari contoh tanah sampai
konsolidasi selesai. Setelah itu jalan aliran air ditutup dan
contoh tanah diberi tegangan geser sampai contoh tanah
runtuh, biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan
geser diberikan. pengujian dengan konsolidasi tanpa
pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi cepat atau
CU-test. Pada tahap pemberian tegangan sel (3), keran
pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam keadaan terbuka,
dan ditunggu hingga proses konsolidasi berakhir, yang dapat
diamati melalui tabung perubahan volume. Untuk
mempercepat proses konsolidasi pada tanah kohesif,
biasanya digunakan cara-cara khusus, antara lain dengan
memasang kolom pasir ditengah-tengah benda uji, atau
membungkus benda uji dengan lembaran tipis kertas saring.
Sesudah konsolidasi selesai, keran pengaliran dibuka lalu
diberikan tegangan deviator sampai terjadi keruntuhan.
Parameter geser yang diperoleh dari pengujian ini
berdasarkan konsep tegangan efektif (effective stress), yang
dinyatakan dalam notasi c’ dan ’.
c. Consolidated – Drained Test (CD Test)
Pada pengujian ini aliran air diperbolehkan mengalir selama
pengujian, mula-mula diberikan tegangan normal sampai
konsolidasi selesai, kemudian diberikan tegangan geser
sampai terjadi keruntuhan dengan aliran air tetap dibuka.
Pemberian tegangan harus dilakukan secara perlahan-lahan,
supaya tegangan air pori tetap nol tidak berubah. pengujian
dengan konsolidasi dan pengaliran, disebut juga pengujian

90
konsolidasi lambat atau CD-test. Pada semua tahapan
pengujian, keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam
keadaan terbuka. Seperti halnya pada CU-test, beban
deviator diberikan setelah proses konsolidasi selesai.
Pembebanan dilakukan dengan lambat, dimana tegangan air
pori yang timbul cukup kecil, sehingga tidak mempengaruhi
parameter geser yang diperoleh. Seperti halnya pada CU-test,
parameter geser yang diperoleh berdasarkan konsep
tegangan efektif, yang dinyatakan dalam notasi c’ dan ’.

Parameter Kuat Geser yang Didapat dari Hasil Uji


Triaxial

PARAMETER YANG
TIPE PENGUJIAN
DIDAPAT

Unconsolidated
Cu ; 
Undarained (UU)
Consolidated Undrained
c ;  ; u ; c’ ; ’
(CU)

Consolidated Drained (CD) c ;  ; u ; c’ ; ’

Peralatan yang digunakan :


a. Compression Machine (Strain Controlled)
b. Triaxial Cell
c. Specimen Mold (silinder untuk cetrakan contoh tanah)
d. Rubber membrane (membrane karet/kondom)
e. Membrane Stretcher
f. Rubber Binding Strips
g. Batu pori
h. Vacuum pump
i. Compressor
j. Trimmer untuk tanah kohesif
k. Loading Frame

91
l. Sample Extruder
m. Timbangan
n. Alat pemotong (gergaji kawat)
o. Oven, can
p. Air bercampur Gliserin
q. Stopwatch

Penyiapan Benda Uji Cara pembuatan benda uji dari contoh tanah
non-kohesif (pasir lepas) jauh lebih sulit dibandingkan dengan
tanah kohesif (lempung). Berikut ini dijelaskan cara pembuatan
benda uji dari jenis tanah kohesif yang dapat dicetak langsung
dari tabung contoh, contoh kubus, ataupun dari contoh tanah
buatan.

a. Benda uji berbentuk silinder, dengan perbandingan tinggi (L)


dan diameter (do)  2 s.d. 3.
b. Untuk benda uji berdiameter 38 mm, besar butir maksimum
harus < 0,1 diameter benda uji.
c. Untuk benda uji berdiameter 76 mm, besar butir maksimum
harus < 1 /6 diameter benda uji. 4. Benda uji dapat dibuat dari
:
a) Tanah asli dalam tabung contoh
1) Keluarkan contoh tanah dari tabung sepanjang 1 – 2
cm dengan alat pengeluar contoh, kemudian potong
dengan pisau / kawat tipis
2) Pasang cetakan belah, benda uji di atas tabung
contoh, keluarkan contoh dengan alat pengeluar
contoh sepanjang cetakan belah, kemudian potong
dan ratakan dengan pisau / kawat tipis
3) Ratakan sisi yang lain dengan pisau tipis, lalu
keluarkan dari cetakan
b) Tanah buatan (remoulded)
1) Siapkan contoh tanah dari bekas benda uji asli

92
2) Sesuaikan kadar air, kemudian cetak contoh tanah ke
dalam tabung yang telah diketahui volumenya agar
didapatkan berat isi yang dikehendaki.
3) Lakukan seperti langkah (1) di atas.
d. Timbang berat benda uji dan ukur diameter serta tingginya
a) Catat benda uji rata-rata 4 (empat) tempat pengukuran
b) Catat diameter benda uji rata-rata dengan rumus :

dimana :
do = diameter benda uji rata-rata, digunakan untuk
menghitung luas penampang mula-mula
da = diameter rata-rata dari 2 pengukuran pada bagian
atas benda uji.
dt = diameter rata-rata dari 2 pengukuran pada bagian
tengah benda uji.
db = diameter rata-rata dari 2 pengukuran pada bagian
bawah benda uji.
e. Pasang karet membran pada benda uji yang telah disiapkan,
lakukan secara hati-hati agar struktur tanah tidak terganggu,
gunakan tabung hisap dan pompa vakum

Prosedur Pengujian :

a. Keluarkan Letakkan benda uji pada pusat alas mesin tekan


secara vertikal.
b. Pasang sel Triaxial serta kencangkan kedua mur agar pada
saat pemberian tegangan sel air tidak keluar.
c. Beri tegangan sel / keliling (3) pada benda uji pertama 
sebesar nilai tegangan total horisontal yang ada pada
kedalaman pengambilan contoh tanah, dengan rumus:

93
dimana :
h = tegangan horisontal (kg/cm2 )
Ko = tekanan tanah diam (at rest coefficient), untuk tanah
kohesif berkonsolidasi normal diambil sebesar 0,4 s.d. 0,8.
v = tegangan vertikal = wet . h (kg/cm2 )
wet = berat isi tanah basah (kg/cm3 )
h = kedalaman pengambilan contoh tanah (cm)
d. Jalankan mesin sampai mesin tekan menyentuh cincing
beban dan pelat penutup bagian atas benda uji (ditandai dgn
bergeraknya jarum arloji pada cincin beban).
e. Atur arloji regangan dan arloji cincin beban pada posisi nol
pembacaan.
f. Mesin dijalankan kembali dengan kecepatan sebesar 0,5
mm s.d. 1,25 mm per-menit atau menurut petunjuk
instruktur.
g. Catat bacaan arloji beban setiap ¼ menit atau ½ menit.
h. Lanjutkan pengamatan hingga tercapai keruntuhan, dengan
ketentuan :
a) Pembacaan arloji beban telah menunjukkan nilai tetap
pada tiga pembacaan terakhir berturut-turut.
b) Telah terjadi regangan sebesar 20%.
i. Setelah selesai, kurangi tegangan keliling secara bertahap
sampai nol.
j. Lepaskan sel Triaxial, ambil benda uji, amati dan buat
sketsa bentuk keruntuhannya.
k. Timbang benda uji dan cari kadar airnya.
l. Ganti benda uji dengan yang baru, ulangi langkah (a) s.d.
(b).
m. Ulangi langkah (c) dengan tegangan keliling sebesar  dua
kali tegangan keliling yang pertama.
n. Ulangi langkah (d) s.d. (k).

94
Gambar I. 61 Alat Pengujian Triaxial

1.1.2.8. Unconfined Compression Test

Untuk mengetahui besarnya kekuatan geser, kohesi (cu), dan


daya dukung dari tanah kohesif dan mengetahui Sensittivity
(derajat kepekaan) dari tanah. Kompresibilitas (Cc, Cv). Uji ini
menggunakan tanah Undisturbed Sample (UDS) Berbutir halus /
lempung. Contoh tanah berbentuk silinder ditekan dengan
peningkatan regangan vertikal εv yang konstan sehingga
mencapai keruntuhan. Tekanan vertikal σv diukur pada setiap
peningkatan εv.
Uji kuat tekan bebas harus dilakukan terhadap benda uji tanah
dengan permeabilitas yang cukup rendah untuk mempertahankan
kondisi tak terdrainase selama pengujian. Pengujian kuat tekan
bebas harus mengacu pada SNI 3638:2012.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tekan
bebas tanah lempung dalam keadaan tidak terganggu
(undisturbed) maupun keadaan terganggu (disturbed). Pengujian
dilakukan pada benda uji buatan untuk mengetahui nilai kepekaan
(sensitivity) tanah.
Yang dimaksud dengan kuat tekan bebas (qu) ialah besarnya
beban axial per-satuan luas pada saat benda uji mengalami
keruntuhan (beban maksimum), atau bila regangan axial telah

95
mencapai 15%. Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat
digunakan untuk menentukan konsistensi dari tanah lempung,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.9. Selain itu, melalui
pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensitivity) dari
tanah kohesif, yaitu perbandingan nilai qu tanah asli terhadap qu
tanah buatan.

Pengujian kuat tekan bebas pada dasarnya merupakan keadaan


yang khusus pada percobaan Triaxial, dimana tegangan sel
(confining pressure) 3, besarnya sama dengan nol. Dengan
demikian dapat pula ditentukan nilai kohesi (cu) dalam konsep
tegangan total (total pressure), yaitu sebesar ½ dari nilai qu.

Peralatan yang digunakan :


a. Unconfined Compression Machine
b. Sample Extruder
c. Stopwatch
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
e. Cetakan slinder = 3,5 cm; tinggi = 7 cm.
f. Selinder cetak tanah, oli.
g. Jangka sorong.
h. Trimming device (Trimmer)
i. Oven, Desikator
j. Pisau, gergaji kawat.

96
Penyiapan Benda Uji :

a. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder, dengan


diameter minimal 3 cm dan tinggi diambil 2 sampai dengan
3 kali diameter.
b. Untuk benda uji dengan diameter 3 cm, besar butir
maksimum yang terkandung dalam benda uji harus < 0,1
diameter benda uji.
c. Untuk benda uji dengan diameter 6,8 cm, besar butir
maksimum yang terkandung dalam benda uji harus < 1 /6
diameter benda uji.
d. Pembuatan benda uji:
a) Benda uji asli dari tabung contoh tanah
1) Keluarkan contoh tanah dari tabung sepanjang 1 –
2 cm dengan alat pengeluar contoh, kemudian
potong dengan pisau kawat.
2) Pasang cetakan benda uji di atas tabung contoh,
keluarkan contoh dengan alat pengeluar contoh
sepanjang cetakan dan potong dengan pisau kawat.
3) Ratakan kedua sisi benda uji deengan pisau tipis dan
keluarkan dari cetakan.
b) Buatan (remoulded)
1) Siapkan contoh tanah dari benda uji asli bekas
pengujian atau sisa-sisa contoh tanah yang sejenis.
2) Siapkan data berat isi dan kadar air asli serta volume
cetakan.
3) Sesuaikan kadar air asli dari contoh tanah, agar
sama atau mendekati kadar air asli.
4) Cetak benda uji ke dalam tabung contoh yang telah
diketahui volumenya, hingga mempunyai berat isi
yang sama/mendekati berat isi tanah asli.
5) Terhadap benda uji yang terdapat dalam tabung,
ulangi langkah pertama yang di atas.

97
Prosedur uji :
a. Timbang benda uji, lalu letakkan pada mesin tekan bebas
secara sentris, dimana permukaan piston bagian bawah
menyentuh permukaan benda uji bagian atas.
b. Atur arloji beban dan arloji regangan pada angka nol.
c. Jalankan mesin beban, baca dan catat beban pada regangan
0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan seterusnya (lihat Gambar 2.17)
d. Kecepatan regangan sebesar 0,5% - 2% per-menit dari tinggi
benda uji, biasanya diambil sebesar 1% per-menit dari tinggi
benda uji.
e. Pelaksanaan pengujian dihentikan apabila telah tercapai
salah satu dari keadaan berikut ini:
a) Pembacaan telah menurun, atau relatif tetap untuk 3
(tiga) pembacaan terakhir berturutturut.
b) Jika regangan telah mencapai 15%.

Gambar I. 62 Unconfined Compression Test

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=4_BUyKsZnWw)

98
1.1.2.9. Tes Konsolidasi

Gambar I. 63 Alat Uji Konsolidasi

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=N3-I3VHCs3Q

a. Menentukan harga Compression index (Cc), Swell Index


(Cs), Rebound Index (Cr) yang berguna untuk menunjukkan
besarnya penurunan.
b. Menentukan harga Coefficient of Consolidation (Cv) yang
berguna untuk menunjukkan kecepatan penurunan persatuan
waktu, akibat pembebanan.
c. Menentukan tekanan prakonsolidasi dimana tanah tersebut
dapat diketahui apakah Over Consolidated atau Normally
Consolidated.
d. Dapat menentukan koefisien permeabilitas (k) koefisien
Compressibility (av), Coefficient of Volume Compressibility
(mv).
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara
perlahan – lahan pada tanah jenuh sempurna dengan
permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori
sedangkan penurunan konsolidasi merupakan perpindahan
vertikal permukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume
pada suatu tingkat dalam proses konsolidasi.
Proses konsolidasi berlangsung dalam arah vertikal, karena tanah
yang terkena penambahan beban itu tidak dapat bergerak ke arah
horisontal. Dalam keadaan seperti ini air juga bergerak ke arah
vertikal, keadaan ini disebut konsolidasi satu arah.
Di lapisan tanah berbutir kasar penurunan berlangsung singkat,
sedangkan di lapisan berbutir halus berlangsung lama. Karena itu

99
pengujian konsolidasi umumnya terhadap lapisan tanah berbutir
halus dari tanah tidak terganggu. Selain itu untuk mengetahui
keadaan tanah, apakah sudah mengalami proses konsolidasi atau
belum, yaitu dengan mencari besarnya tekanan prakonsolidasi
akan didapat :
a. Over Consolidated Pc>Po
b. Normally Consolidated Pc<Po
Dimana : Po = tekanan efektif tanah sekarang (overburden
pressure).
a. Koefisien Permebilitas (k) :
Cv.av. w
k=
1+ e
b. Koefisien Kompresibilitas Volume (mv):
av
mv
1 + e0

Peralatan dan bahan yang digunakan :


a. Konsolidometer unit lengkap dengan dial deformasinya dan
beban-beban konsolidasi.
b. Stopwatch.
c. Trimmer.
d. Ring konsolidasi; batu pori.
e. Alat pengeluar contoh tanah dari tabung (sample extruder).
f. Oven 105º - 110º C.
g. Timbangan ketelitian 0.01 gram dan 0.1 gram.
h. Spatula
i. Desicator.
j. Sample tanah.
k. Air suling (aquades).
l. Kertas saring/kertas pori (filter paper).

100
Prosedur Pengujian :

a. Siapkan contoh tanah tak terganggu.


b. Bersihkan cincin dan timbang beratnya (W1) dan ukur
tingginya sebagai tinggi contoh tanah mula-mula ( ).
c. Keluarkan contoh tanah dari tabung dengan cara menekan
cicncin tersebut samapi cincin terisi penuh oleh tanah dengan
menggunakan extruder. Potong dan ratakan bagian atas dan
bawahnya .
d. Atur alat (nivo) pada kondisi seimbang dengan memutar span
skrup pengatur dan letakan bola baja dalam coakan plat
penekan supaya menyentuh bola baja.
e. Atur arloji pengukur (dial deformasi) pada posisi tertekan di
atas batu pori kemudian di nol
f. Tuangkan air pada sel konsolidasi dan diamkan selama 24
jam agar contoh tanah jenuh air.
g. Letakan beban pertama pada tempat beban sehingga besar
tekanan yang diterima 0,5 kg/ . Lepaskan span buat pengatur.
h. Baca penurunan pada 0: 0,125: 0,250: 0,500: 0,750: 1,000:
2,250: 4,000: 6,250: 9,000: 12,250: 16,000: 20,250:
25,000: 30,250: 36,000: 42,250: 49,000: 56,250: 64,000:
72,250: 81,000: 90,250: 100,000 menit.
i. Setelah dilakukan pembacaan selama 24 jam, tambahkan
beban kedua sebesar 0,5 kg/ dan atur baut pengatur hingga
menyentuh lengan beban dan lakukan pembacaan eperti
langkah-langkah pada pembebanan sebelumnya.
j. Setelah dilakukan penambahan bebn ketiga dan seterusnya.
Lakukan pula pembacaan seperti yang telah dilakukan
sebelumnya.
k. Setelah dilakukan pembebanan maksimum, kurangi beban
dalam dua tahap sampai mencapai beban pertama. Baca dial
deformasi 24 jam setelah pengurangan beban lalu beban
dikurangi lagi. Lakukan pembacaan kembali setelah 24 jam

101
berikutnya.Pada akhir pembacaan, keluarkan benda uji dan
timbang beratnya dan ukur tingginya. Masukkan contoh
tanah tadi ke dalam oven untuk diukur kadar airnya

1.1.2.10. Permeabilitas

Pengujian ini dilakukan untuk menetapkan koefisien


permeabilitas (konduktivitas hidraulik) tanah Undisturbed
Sample (DS) berbutir kasar (pasir) maupun halus (lempung)
secara laboratorium, untuk aliran air melalui tanah jenuh air.
Pengujian permeabilitas harus merujuk pada SNI 03- 6870-2002
dan SNI 03-6871-2002.
Permeabilitas adalah kemampuan media (tanah) untuk
mengalirkan air melalui porinya. Masingmasing jenis tanah
mempunyai permeabilitas yang berbeda-beda tergantung dari
besar dan bentuk butiran. angka pori, serta bentuk dan susunan
porinya. Kemampuan tanah untuk mengalirkan air dinyatakan
dengan nilai koefisien permeabilitas yang dinotasikan sebagai k.
Koefisien permeabilitas dapat didefinisikan sebagai kecepatan air
melalui satu unit luasan tanah pada satu unit hydraulic gradient.
Ada dua macam percobaan laboratorium yang dapat dipakai
untuk menentukan koefisien permeabilitas tanah. Kedua
percobaan tersebut adalah :
a. Metode Constant Head
b. Metode Falling Head
Perbedaan kedua metode di atas terletak pada tekanan air (head)
selama percobaan berlangsung. Metode constant head dilakukan
dengan mempertahankan perbedaan tinggi muka air (head) agar
tidak berubah (constant) selama percobaan, sedangkan pada
metode falling head perbedaan tekanan air dibiarkan berkurang
(falling) selama percobaan.

102
a. Tinggi Konstan (Constant Head)
Untuk test tanah berbutir kasar (pasir) dengan cara constant
head test dapat dilakukan dengan cara:
a) Air dialirkan melalui pipa – masuk (inlet) ke tanah
b) Kemudian, banyaknya air yang mengalir lewat tanah
ditampung dalam gelas ukur
c) Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan air
tersebut dicatat
d) Perlu diingat bahwa pada constant head test, tinggi muka
air diatas tanah diusahakan tetap (constant)
e) Setelah kecepatan aliran di dalam pipa – keluar (outlet)
konstan maka air dikumpulkan dalam gelas ukur selama
waktu yang diketahui.

Gambar I. 64 Sketsa Constant Head

b. Tinggi jatuh (Falling Head)


Uji ini untuk tanah berbutir halus (lempung dan lanau).
Tujuannya untuk menentukan koefisien permeabilitas (k)
dan suatu sampel tanah serta jenis tanah sampel.

103
Gambar I. 65 Sketsa Falling Head

Peralatan Yang Digunakan :


a. Tabung Permeabilitas
b. Batu berpori
c. Corong
d. Buret
e. Gelas ukur
f. Selang
g. Stopwatch
h. Aquades
i. Jangka sorong
j. Ring contoh
Prosedur Pengujian :
a. Metode Constan Head
a) Ambil contoh pasir secukupnya.
b) Campurkan air secukupnya untuk menghindari segresi
selama pangisian tabung sehingga campuran tersebut
dapat mengalir bebas untuk membentuk lapisan-lapisan
dalam tabung.
c) Lepaskan tutup tabung lalu masukkan batu pori ke
dalamnya.
d) Masukkan campuran tanah tadi ke dalam tabung.
Pengisian diteruskan sampai didapatkan ketinggian
tanah 6 cm.

104
e) Padatkan lapisan tanah tersebut, sampai ketinggian yang
diinginkan.
f) Letakkan batu pori di atasnya lalu masukkan pegas.
Tutup kembali tabung tersebut, catat tinggi benda uji
dalam tabung.
g) Nyalakan stopwatch dan tampung air yang keluar
dengan gelas ukur.
h) Catat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
volume tertentu
b. Metode Falling Head
a) Ambil contoh tanah kering udara.
b) Campurkan air secukupnya untuk menghindari segresi
selama pengisian tabung sehingga campuran tersebut
dapat mengalir bebas untuk membentuk lapisan-lapisan
dalam tabung.
c) Lepaskan tutup tabung lalu masukkan batu pori ke
dalamnya.
d) Masukkan campuran tanah tadi ke dalam tabung.
e) Letakkan batu pori dan pegas di atasnya lalu tabung
ditutup, catat tinggi benda uji dalam tabung.
f) Pasang buret pada tempatnya lalu atur ketinggiannya.
Tempatkan mistar panjang di samping buret sehingga
beda tinggi antara air dalam buret dengan lubang
pengeluaran pada tabung bisa diketahui.
g) Hubungkan selang intake ke burat. (kran buret dalam
posisi tertutup)
h) Bila perlu gunakan pompa vacum untuk
menghamparkan tabung selama 30 menit. Buka kran
buret dan biarkan air mengisi seluruh tabung, tambahkan
air ke dalam buret terus menerus. Proses penjernihan ini
bisa juga dilakukan tanpa pompa vacum.

105
i) Alirkan air melalui benda uji sampai debitnya konstan
lalu tutup kembali kran buret.
j) Isi buret sampai skala tertentu sebagai tinggi awal
k) Setelah 2 menit catat tinggi akhir dari air pada buret.

1.1.2.11. CBR di Laboratorium


Untuk menentukan angka CBR (California Bearing Ratio)
Laboratorium yang digunakan dalam menentukan kualitas relatif
tanah subbase, subgrade untuk pekerjaan jalan (pavement) dan
menentukan prosentase pengembangan suatu tanah (evaluasi
kemungkinan tanah mengembang/expansive soils). Sampel tanah
berbutir kasar yang diambil terdiri dari dua jenis yaitu sampel
tanah terganggu (disturbed sample) dan sampel tanah tak
terganggu (undisturbed sampel). Selanjutnya sampel tersebut
digunakan dalam pengujian sifat fisik dan pengujian CBR
laboratorium modified.
Nilai CBR merupakan rasio antara tegangan satuan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan penetrasi pada kedalaman
tertentu dari suatu piston penetrasi dengan luas 19,4 cm2 pada
sample tanah yang telah dipadatkan pada kadar air dan kepadatan
tertentu terhadap tegangan satuan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai penetrasi yang sama dari suatu sample batu pecah
standar (standard crushed stone).
Ada. 2 (dua) kondisi dalam penentuan nilai CBR laboratorium,
yaitu:
a. CBR Soaked (CBR Rendaman)
b. CBR Unsoaked (CBR Tanpa Rendaman)

Nilai CBR dapat dihitung dengan persamaan:

tegangan pengujian
CBR = x 100%
tegangan standar

106
Tabel Nilai Beban Satuan Standar untuk Beberapa
Penetrasi
Penetrasi Tegangan Standar
(mm) (inch) (Mpa) (1bs)
2,5 0,1 6,9 1000
5,0 0,2 10,3 1500 Catatan :
7,5 0,3 13,0 1900 1 kPa = 0,01 kg/cm2
10,0 0,4 16,0 2300 1 Mpa = 10,0 kg/cm2
12,7 0,5 18,0 2600
Tabel Korelasi Nilai CBR dengan Kondisi Tanah,
Kegunaan dan Klasifikasi Tanah

Nilai General Uses USCS AASHTO


CBR Rating
Subgra
0-3 Very Poor OH, CH, MH, OL A5, A6, A7
de
Poor tb Subgra A4, AS, A6,
3-7 OH, CU, MH, OL
Fair de A7
Subgra OL, CL, ML, SC, A2, A4, A6,
7-20 Fair
de SM, SP A7
Base A1b, A2-5,
GM, GC, SW, SM,
20 – 50 Good Subbas A3, A2,
SP, GP
e A2-6
Al a, A2-4,
> 50 Excellent Base GW, GM
A3

Kegunaan dari CBR Test adalah sebagai berikut :


a. Untuk mengetahui kekuatan tanah dasar
b. Untuk menentukan tebal lapisan perkerasan
c. Menentukan prosentase pengembangan tanah (khusus untuk
CBR soaked)

107
Peralatan yang digunakan :
a. Mesin penetrasi (penetration machine) dengan kecepatan
penetrasi sebesar 1,27 mm/menit.
b. Cetakan logam (mold) berbentuk silinder dengan diameter
dalam 152,4 ± 0,66 mm dengan tinggi 177,8 ± 0,13 mm.
Cetakan dilengkapi dengan leher sambungan (collar) dengan
tinggi 50,8 mm dan keeping lubang tidak lebih dari 1,59 mm.
c. Piringan pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter
150,8 mm dan tebal 61,4 mm.
d. Alat penumbuk (compaction rammer) yang sesuai dengan
cara pengujian pemadatan.
e. Alat pengukur pengembangan yang terdiri dari keping
pengembangan yang berlubang, batang pengatur, tripod
logam, dan arloji pengukur pengembangan.
f. Keping logam (surcharge weight) dengan berat 2,7 kg,
diameter 194,2 mm dengan diameter lubang tengah 54,2 mm
g. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm, luas 1935
mm2 dan panjang titik kurang dari 10 1,6 mm
h. Arloji pengukur beban (dial gauge dengan skala 0,01 mm)
dan arloji pengukur penetrasi.
i. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
j. Stopwatch
k. Oven, desicator, oli, kuas
l. Pisau, dongkrak, saringan No.4, dan alat perata dan bak air

Bahan yang digunakan :


a. Tanah yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)
b. Kertas pori (filter paper)

Prosedur Pengujian :

a. Siapkan mold + alasnya kemudian timbang beratnya.

108
b. Siapkan contoh tanah kering udara yang sudah lolos saringan
no.4 sebanyak 5kg.
c. Campur contoh tanah dengan air pada kondisi kadar air
optimum.
d. Padatkan tanah dalam mold sesuai dengan prosedur
pengujian kompaksi, dimana tanah ditumbuk sebanyak 56
kali per lapis untuk pemadatan dengan modified sebanyak
limit lapis.
e. Ratakan permukaan tanah dan periksa kadar airnya sebelum
perendaman yang diambil dua sample yaitu dari bagian atas
dan bawah.
f. Tutup bagian atas dan bawah contoh tanah di dalam mold
dengan menggunakan kertas saring, kemudian pada bagian
atas mold diletakkan plat baja (plat pengembangan) dan
pasang arloji pembebanan dan rendam pada bak perendaman
selama 4 x 24 jam.
g. Lakukan pembacaan setiap 24 jam.
h. Setelah pembacaan terakhir, contoh tanah dikeluarkan dari
bak perendaman dan miringkan selama 15 menit sehingga air
bebas mengalir.
i. Letakkan keping pemberat di atas permukaan benda uji.
j. Letakkan benda uji pada mesin penetrasi dan atur torak
penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban
menunjukkan beban permulaan yang diletakkan sebelumnya.
k. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan
penetrasi 1,27 mm/menit. Catat pembebanan setiap penetrasi
mencapai 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 5; 6; 7; 7,5; 9; 10 dan
12,5 mm.
l. Setelah pengujian dilakukan, dilakukan kembali
pemeriksaan kadar air setelah perendaman yang diambil tiga
sample yaitu dari bagian atas, tengah dan bawah.

109
Gambar I. 66 Proses Uji CBR laboratorium

(Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=tTK4_LEcz6s )

110
1.1.2.12. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) ASTM D 3080

Percobaan geser langsung merupakan salah satu pengujian tertua


dan sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat geser
tanah (shear strength parameter), yaitu kohesi (c) dan sudut geser
() dari sample tanah tidak terganggu untuk tanah berbutir halus
(lempung) dan berbutir kasar (pasir).
Dalam percobaan ini dapat dilakukan pengukuran secara
langsung dan cepat, untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah
dengan kondisi tanpa pengaliran (undrained) atau dalam konsep
tegangan total (total stress). Pengujian ini pertama-tama
diperuntukan bagi jenis tanah non-kohesif, namun dalam
perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif.
Pengujian yang lain dengan tujuan yang sama, adalah: Kuat
Tekan Bebas, Triaxial dan percobaan Geser Baling (Vane Shear
Test) yang dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan.
Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser
langsung adalah bidang yang dipaksakan, bukan merupakan

111
bidang terlemah seperti yang terjadi pada pengujian kuat tekan
bebas ataupun Triaxial. Dengan demikian, selama proses
pembebanan horisontal, tegangan yang timbul dalam bidang
geser sangat kompleks. Hal ini sekaligus merupakan salah satu
kelemahan utama dalam percobaan geser langsung. Nilai
kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam merencanakan
kestabilan lereng, daya dukung tanah dan lain sebagainya. Nilai
kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dengan
persamaan sebagai berikut:

dimana :
S = kekuatan geser maximum (kg/cm2 )
c = kohesi (kg/cm2 )
n = tegangan normal (kg/cm2 )
 = sudut geser dalam ()

Prinsip dasar dari pengujian ini adalah dengan memberikan beban


secara horisontal terhadap benda uji melalui cincin/kotak geser
yang terdiri dari dua bagian, dan dibebani vertikal dipertengahan
tingginya, dimana kuat geser tanah adalah tegangan geser
maksimum yang menyebabkan terjadinya keruntuhan
Prosedur pembebanan vertikal dan kecepatan regangan geser
akibat pembebanan horisontal sangat menentukan parameter-
parameter kuat geser yang diperoleh. Dalam pelaksanaannya,
percobaan geser langsung dapat dilaksanakan dalam 3 cara:
a. Consolidated Drained Test Pembebanan horisontal dalam
percobaan ini dilaksanakan dengan lambat, yang
memungkinkan terjadi pengaliran air sehingga tekanan air pori
bernilai tetap selama pengujian berlangsung. Parameter c dan
 yang diperoleh dipergunakan untuk perhitungan stabilitas
lereng.

112
b. Consolidated Undrained Test Dalam pengujian ini, sebelum
digeser, benda uji yang dibebani vertikal (beban normal)
dibiarkan dulu hingga proses konsolidasi selesai. Pembebanan
horisontal dilakukan dengan cepat.
c. Unconsolidated Undrained Test Pembebanan horisontal dalam
pengujian ini dilakukan dengan cepat, sesaat setelah beban
vertikal dikenakan pada benda uji. Melalui pengujian ini
diperoleh parameter-parameter geser cu dan u.

Pada dasarnya percobaan geser langsung lebih sesuai untuk


jenis pengujian consolidated drained test, oleh karena panjang
pengaliran relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
pengujian yang sama pada percobaan Triaxial.

Peralatan Yang Digunakan :


a. Mesin geser langsung yang terdiri dari :
a) Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan cincin
beban (proving ring), arloji regangan horisontal, dan
arloji deformasi vertikal.
b) Kotak uji yang terbagi atas dua bagian, dilengkapi
dengan baut pengunci.
c) Pelat berpori 2 buah.
d) Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung
dan keping beban.
b. Alat pengeluar contoh tanah (extruder) dan pisau pemotong.
c. Cetakan untuk membuat benda uji.
d. Pengukur waktu (stopwatch).
e. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.
f. Peralatan untuk penentuan kadar air.
g. Peralatan untuk membuat benda uji buatan.

113
Penyiapan Benda Uji :
a. Benda uji yang digunakan berbentuk bujursangkar atau
lingkaran.
b. Benda uji mempunyai tebal minimum 1,25 cm, tapi tidak
kurang dari 6 kali diameter butir tanah maksimum.
c. Perbandingan antara diameter/lebar terhadap tebal benda uji
minimal 2 : 1.
d. Untuk benda uji asli, contoh tanah yang digunakan harus
cukup untuk membuat benda uji sebanyak minimal 3 (tiga)
buah benda uji yang identik. Persiapkan benda uji sehingga
tidak terjadi kehilangan kadar air dan hati-hati dalam
melakukan pencetakan benda uji (terutama pada jenis tanah
dengan nilai kepekaan tinggi), agar struktur tanah asli tidak
berubah.
e. Untuk benda uji buatan (remoulded), contoh tanah yang
digunakan diupayakan mempunyai kadar air dan berat isi
tanah yang sesuai dengan yang dikehendaki. Khusus untuk
tanah pasir lepas, contoh tanah biasanya dicetak langsung ke
dalam kotak geser dengan nilai kepadatan relatif yang
dikehendaki. Sedangkan untuk jenis tanah yang lain, contoh
dipadatkan terlebih dahulu dalam cetakan sesuai prosedur
percobaan pemadatan.

Prosedur Pengujian :
a. Ukur tinggi dan lebar serta timbang berat benda uji.
b. Pindahkan benda uji dari cetakan ke dalam kotak geser dalam
sel pengujian yang terkunci oleh kedua baut, dengan bagian
bawah dan atas dipasang batu berpori.
c. Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban
normal pada benda uji. Sebelumnya timbang, catat lebih
dahulu berat penggantung beban tersebut. Atur arloji
deformasi vertikal pada posisi nol pembacaan.

114
d. Pasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban
mendatar pada kotak penguji. Atur arloji regangan dan arloji
beban sehingga menunjukkan angka nol.
e. Beri beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang
diperlukan. Sebagai pedoman, besar beban normal pertama
(termasuk berat penggantung) yang diberikan diusahakan
agar menimbulkan tegangan pada benda uji minimal sebesar
tegangan geostatik di lapangan.
f. Pada pengujian consolidated drained/undrained, segera beri
air sampai di atas permukaan benda uji dan pertahankan
selama pengujian.
g. Pada pengujian tanpa konsolidasi (unconsolidated), beban
geser dapat segera diberikan setelah pemberian beban normal
pada langkah (5).
h. Sedangkan pada pengujian dengan konsolidasi
(consolidated), sebelum melakukan penggeseran, lakukan
terlebih dahulu pencatatan proses konsolidasi tersebut pada
waktuwaktu tertentu dan tunggu sampai konsolidasi selesai.
Gunakan cara Taylor untuk menetapkan waktu (t50), yaitu
pada saat derajat konsolidasi U = 50%.
i. Kecepatan penggeseran horisontal dapat ditentukan
berdasarkan jenis pengujian: a. Pada pengujian tanpa
pengaliran (undrained test) ditetapkan sebesar 0,50 s.d. 2,00
mm/menit. b. Pada pengujian dengan pengaliran (drained
test) kecepatan pergeseran horisontal didapat dengan cara
membagi deformasi geser dengan 50  t50. Deformasi
maksimum diperkirakan sebesar 10% diameter/lebar asli
benda uji.
j. Lepaskan baut pengunci, kemudian pasangkan pada 2 lubang
yang lain, berikan putaran secukupnya hingga kotak geser
atas dan bawah terpisah 0,5mm.

115
k. Lakukan penggeseran sampai jarum pada arloji beban pada 3
(tiga) pembacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai
konstan. Baca arloji geser dan arloji beban setiap 15 detik
sampai terjadi keruntuhan.
l. Lepaskan benda uji dari mesin lalu cari kadar air, berat isi
dan lain sebagainya.
m. Untuk benda uji kedua, beri beban normal 2 (dua) kali beban
normal yang pertama, kemudian ulangi langkah (6) sampai
dengan (10).
n. Untuk benda uji ketiga, beri beban normal 3 (tiga) kali beban
normal yang pertama, kemudian ulangi langkah (6) sampai
dengan (10).

Gambar I. 67 Alat Uji Geser Langsung

116
Gambar I. 68 Video Pengujian Direct Shear Test

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=vXEKsa-FrsE )

1.1.2.13. Uji Pemadatan (Compaction Test) ASTM 3441 – 86

Pengujian ini menggunakan tanah terganggu (disturbed) berbutir


halus (lempung) dan berbutir kasar (pasir) bahkan kerikil,
dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kadar air
dengan kepadatan tanah, juga untuk menentukan nilai berat isi
kering maksimum (dry max) dan nilai kadar air optimum (OMC)
serta untuk mendapatkan grafik hubungan antara berat isi kering
dan kadar air untuk enersi pemadatan tertentu. Pengujian ini
disebut juga Proctor Test yaitu energi pemadatan lebih tinggi/
lebih padat, dan dapat dilakukan dengan cara standar ataupun
modified yaitu energi pemdatan lebih kecil. Salah satu upaya
untuk meningkatkan sifat fisik tanah adalah dengan cara
memadatkannya. Pemadatan dimaksudkan untuk:
a. Meningkatkan kekuatan geser tanah,  = f (c,)
b. Memperkecil nilai permeabilitas tanah, k = f (e)
c. Memperkecil nilai pemampatan tanah, S = f (e) Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatan antara
lain yaitu besarnya enersi pemadatan, kandungan air dalam
tanah, serta jenis tanah.
Peralatan Yang Digunakan :
a. Cetakan (mould) dengan diameter  102 mm, dan diameter 
152 mm.

117
b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dan 4,54 kg.
c. Ayakan no.4 (4,75 mm) atau ¾” (19 mm).
d. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gr. 5. Jangka sorong
(caliper).
e. Extruder (alat pengeluar contoh tanah).
f. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar
air.
g. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet, dan
tempat contoh.
Penyiapan Benda Uji :
a. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam
keadaan lembab, maka keringkan dengan cara dianginkan
(kering udara) atau di oven dengan suhu maksimum 60C.
Kemudian pisahkan gumpalan-gumpalan tanah dengan cara
menumbuk dengan palu karet.
b. Tanah hasil tumbukan pada point (1), diayak dengan ayakan
no.4 (4,75 mm) atau ¾” (19 mm).
c. Seluruh sampel yang telah diayak, dibagi menurut cara
“perempat banyak” atau dengan menggunakan riffler sample.
d. Ambil hasil sampel tersebut dan ditimbang masing-masing
sebanyak 2,5 kg untuk pemadatan standar, atau 5 kg untuk
pemadatan modified, yang masing-masing sejumlah 5 buah,
atau sesuai petunjuk instruktur.
e. Campur tanah hasil timbangan pada point (4) dengan air
sedikit demi sedikit, kemudian diaduk sampai merata lalu
diperam/disimpan selama 24 jam dalam plastik yang telah
diberi label. Masing-masing plastik diikat dengan rapat.
Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air:
a) 1 benda uji diperkirakan secara visual sebagai kadar air
optimum.
b) 2 benda uji dengan kadar air di bawah kadar air optimum.
c) 2 benda uji dengan kadar air di atas kadar air optimum.

118
Volume air yang ditambahkan di tiap sampel, di atur berdasarkan
jenis tanahnya. Untuk tanah dominan lempung dan lanau,
penambahan air ± 2,5% - 3%. Sedangkan, untuk tanah dominan
pasir, penambahan air ± 1,5% - 2%.

Prosedur Pengujian :
a. Cetakan dalam keadaan bersih, ditimbang dengan/tanpa alas,
(W1 gr), ukur tinggi dan diameter cetakan, serta hitung
volume cetakan, (V cm3 ).
b. Cetakan, alas dan leher penyambung diberi oli secukupnya
pada bagian dalamnya, untuk memudahkan proses
pengeluaran contoh tanah.
c. Ambil salah satu benda uji, masukan sebagian ke dalam
cetakan yang diletakkan di atas landasan yang kokoh,
kemudian tumbuk sebanyak 25 atau 56 kali, dimana hasil
tumbukan mempunyai tinggi 1 /3 atau 1 /5 tinggi cetakan.
d. Toleransi ketebalan untuk masing-masing lapisan adalah 
0,5 cm, kecuali untuk lapisan terakhir dengan toleransi + 0,5
cm.
e. Sebelum menambahkan tanah untuk pemadatan lapis
berikutnya, muka tanah hasil pemadatan sebelumnya harus
dikasarkan dengan pisau/spatula.
f. Lepas leher penyambung dan potong kelebihan tanah dengan
pisau perata.
g. Bersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas, (W2).
h. Keluarkan tanah dari dalam cetakan dengan alat pengeluar
contoh tanah (extruder).
i. Belah benda uji serta ambil tanah secukupnya pada tiga
bagian (atas, tengah, bawah) untuk dicari kadar airnya.
j. Ulangi tahapan pada point (c) sampai dengan (g) untuk
keseluruhan benda uji yang disiapkan.

119
grafik hubungan antara berat isi kering (dry) dan kadar air (),
kemudian dapatkan nilai berat isi kering tanah maksimum (dry
max) dan kadar air optimum (OMC) dari grafik pemadatan

Gambar I. 69 Grafik Hubungan Kadar air dan berat isi kering

Gambar I. 70 Sketsa Tumbukan

120
Gambar I. 71 Proses Pelaksanaan Uji Pemadatan

(Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=fZVKb4Skr3Q)

121
1.2. Definisi Tanah
Tanah adalah campuran butir-butir dari berbagai ukuran dan bahwa ada
hubungan yang erat antara penyebaran besar butir dan sifat tanah. Para ahli
menyatakan berat tanah dalam istilah kerapatan butir-butir yang menyusun
tanah. Biasanya ditetapkan sebagai massa atau berat satuan solum tanah
padat dan disebut kerapatan butir. Dalam sistem metrik kerapatan butir
biasanya dinyatakan dengan istilah gram persentimeter kubik. Jadi, satu
sentimeter kubik tanah padat beratnya 2,6 gram kerapatan butir ialah 2,6
gram persentimeter kubik.
A. Hubungan-hubungan antar parameter tanah
a. Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dan volume
tanah.

Dalam mekanika tanah dikenal beberpa definisi berat isi tanah :


berat isi basah, berat isi jenuh, berat isi kering
b. Kerapatan tanah adalah perbandingan antara massa tanah dan
volume tanah.

c. Angka pori (void ratio), didefinisikan sebagai perbandingan antara


volume pori dan volume butiran padat.

122
d. Porositas didefinisikan sebagat perbandingan antara volume pori
dengan volume tanah total, yang dinyatakan dalam persen.

e. Kadar air (water content) W didefinisikan sebagai :

f. Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai perbandingan antara


volume air dengan volume pori.

g. Berat jenis (specific gravity) Gs didefinisikan sebagai :

B. Tanah berdasarkan sifat lekatnya :


a. Tanah kohesif
adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir – butirnya,
misal tanah lempung. Tanah kohesif dapat bersifat tidak plastis,
plastis atau berupa cairan kental, tergantung pada nilai kadar airnya

123
b. Tanah non kohesif
adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan
antara butir – butirnya, misal tanah pasir. Tanah kohesif dapat
bersifat tidak plastis, plastis atau berupa cairan kental, tergantung
pada nilai kadar airnya. Tanah non kohesif tidak memiliki garis
batas antara keadaan plastis dan tidak plastis, karena jenis tanah ini
tidak plastis untuk semua nilai kadar air.

C. Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai penampilan visual suatu tanah


berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu
massa tanah tertentu. Partikel-partikel tanah yang besar dengan
beberapa partikel kecil akan terlihat kasar atau disebut tanah yang
bertekstur kasar. Gabungan partikel yang lebih kecil akan memberikan
bahan yang yang bertekstur sedang, dan gabungan partikel yang berbutir
halus akan menghasilkan bahan tanah yang bertekstur halus.

124
D. Ukuran butiran tanah tergantung pada diameter partikel tanah yang
membentuk massa tanah itu. Ukuran butiran ditentukan dengan
menyaring sejumlah tanah melalui seperangkat saringan yang disusun
dengan lubang yang paling besar berada di atas dan makin ke bawah
makin kecil. Jumlah tanah yang tertahan pada saringan tertentu disebut
sebagai salah satu ukuran butiran contoh tanah itu.

E. Sistem klasifikasi tanah


a. Sistem AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials)
Digunakan terutama untuk mengklasifikasikan tanah subgrade.
a) AASHTO membagi tanah menjadi 7 kelompok besar: A-1
sampai A-7
b) A-1, A-2, dan A-3 : 35% lolos ayakan No.200
c) A-4, A-5, A-6, dan A-7: 35% lolos ayakan No.200
d) Kriteria Plastisitas:
1) Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus
dari tanah mempunyai PI 10.
2) Nama berlempung dipakai apabila bagian-bagian tanah yang
halus mempunyai PI > 11.
e) Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75
mm, dan yang tertahan ayakan no.20 (2mm)
f) Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No.20 (2mm), dan
tertahan ayakan No.200 (0. 075mm)

125
g) Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No.200.

Group index
a) GI dipergunakan untuk mengevaluasi mutu dari suatu tanah
sebagai material lapisan tanah dasar jalan (subgrade)
b) Kualitas tanah dinyatakan berbanding terbalik dengan harga GI
c) Persamaan untuk menghitung GI:
GI= (F-35)[0. 2+0.005(LL-40)]+0.01 (F-15) (PI-10)
F : persentase butiran yang lolos ayakan No.200
LL : batas cair (liquid limit)
PI : index plastisitas
d) Harga GI ini ditulis dalam kurung di belakang nama klasifikasi
tanah yang bersangkutan. Contoh: A-4(3).
Aturan untuk menghitung harga GI:
a) Apabila dari perhitungan didapat harga GI yang negatif, maka
harga GI dianggap nol
b) Harga GI yang tidak bulat (pecahan), dibulatkan ke angka yang
paling dekat

126
c) Tidak ada batas atas
d) Untuk tanah A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5, dan A-3, harga GI selalu
sama dengan nol
e) Untuk tanah A-2-6, A-2-7 hanya bagian PI saja yang digunakan,
sehingga persamaan di atas menjadi: GI = 0.01(F-15)(PI-10)

b. Sistem USCS (Unified Soil Classification System)


Digunakan oleh ASTM (American Society for Testing and
Materials) dan the Uniform Building Code (UBC).
Membagi tanah menjadi 2 kelompok besar:
a) Tanah berbutir kasar (Coarse Grained Soil): Membagi tanah
menjadi 2 kelompok besar:
1. Tanah kerikil dan pasir dimana < 50% berat lolos ayakan
No.200
2. Simbol kelompok ini dimulai dengan huruf G
(Gravel/kerikil) atau S (Sand/pasir)
3. Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok
GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan SC • Selain itu masih
perlu diperhatikan faktor-faktor berikut untuk klasifikasi
yang lebih teliti:
1) Persentase butiran yang lolos ayakan No.200 (0.075
mm)

127
2) Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.4 (4.75
mm)
3) Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc)
untuk tanah dengan persentase lolos ayakan No.200
antara 0 sampai 12%
4) LL dan PI bagian tanah yang lolos ayakan No.40 (0.425
mm), dimana 5% dari tanah tersebut lolos ayakan
No.200
5) Apabila persentase butiran yang lolos ayakan No.200
adalah antara 5% sampai 12%, diperlukan simbol ganda
seperti GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC, SW-SM,
SW-SC, SP-SM, dan SP-SC.
b) Tanah berbutir halus (Fine Grained Soil):
1. Tanah dimana > 50% berat lolos ayakan No.200
2. Simbol kelompok ini dimulai dengan huruf M (Silt/lanau
anorganik), C (Clay/lempung anorganik), O untuk tanah
lempung dan lanau organic
3. Simbol PT (peat) dipakai untuk tanah gambut, muck, dan
tanah lain dengan kadar organik tinggi .
Simbol lain:
W = well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = low plasticity/plastisitas rendah (LL< 50)
H = high plasticity/plastisitas tinggi (LL>50)
4. Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL,
OL, MH, CH, dan OH didapat dengan cara menggambar
batas cair dan index plastisitas tanah yang bersangkutan
pada bagan plastisitas.
5. Garis diagonal pada bagan plastisitas dinamakan garis A
yang mempunyai persamaan (fungsi) PI = 0,73 (LL - 20)

128
129
130
1.3. Pendugaan lapisan bawah permukaan tanah metode Geofisika

Survei penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi di bawah


permukaan bumi khususnya dalam hal ini adalah kondisi sistem sungai
bawah tanah di kawasan karst dapat pula dilakukan dengan metode
geofisika. Metode geofisika untuk mengetahui kondisi bawah tanah
dilakukan dengan cara pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter
– parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Berdasarkan
pengukuran tersebut selanjutnya dapat ditafsirkan sifat – sifat dan kodisi di
bawah permukaan bumi baik secara vertikal maupun horizontal. Beberapa
metode geofisika yang dapat digunakan untuk mendeteksi jaringan sungai
bawah tanah adalah metode geolistrik dan georadar. Kedua metode tersebut
termasuk dalam kategori metode aktif yakni dilakukan dengan membuat
medan gangguan kemudian mengukur respon dari bumi.
Untuk mendapatkan penampang 2D (cross section) bawah permukaan.
Penggunaan survey geofisika dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
(lebih murah dan lebih cepat) dalam memetakan sebaran litologi batuan
secara vertikal dan horizontal di bandingkan penyelidikan menggunakan
pengeboran. Analogi umum yang sudah dikenal dalam medis metode
geofisika mirip dengan penyelidikan USG, EKG yang bersifat dugaan
sedangkan pengeboran geologi mirip dengan pembedahan yang bersifat
pembuktian langsung. Metode geofisika dan geologi bersifat saling
melengkapi dan saling mengkoreksi.

Kelebihan Uji Geofisika :


a. Non Destructive
b. Interval bisa 2 meter, relative smooth karena rapat
c. Murah – Mudah – Cepat
d. Dapat memperkirakan perlapisan tanah
e. Dapat mengetahui muka air tanah
f. Cukup continue atau menerus karena dapat memasang patok-patok yang
cukup rapat
g. Bisa mendpatkan informasi kedalaman yang cukup dalam.

131
Kekurangan Uji Geofisika :
a. Tidak mendapatkan parameter secara langsung
b. Tidak bisa berdiri sendiri
c. Kelemahan khusus : missing informasi dari permukaan.
Contoh :

Permukaan tidak terbaca /


2,5 m tidak ada datanya
5m

1.1.1. Seismik Refraksi


Metode seismik refraksi merupakan teknik umum yang digunakan
dalam survai geofisika untuk menentukan kedalaman batuan dasar,
litologi batuan dasar (bed rock), sesar, dan kekerasan batuan. Pada
prinsipnya, metode seismik refraksi memanfaatkan perambatan
gelombang seismik yang merambat kedalam bumi. Pada dasarnya
dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang
seismik pada suatu sistem kemudian gejala fisisnya diamati dengan
menangkap gelombang tersebut melalui geophone. Waktu tempuh
gelombang antara sumber getaran dan penerima akan menghasilkan
gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan.
a. Prinsip Fermat : Penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik
lainnya akan melewati lintasan dengan waktu minimum.

Gambar I. 72 Prinsip Fermat

b. Prinsip Huygen : Setiap titik yang dilalui muka gelombang akan


menjadi sumber gelombang baru.

132
Gambar I. 73 Prinsip Huygen

c. Prinsip Snellius :Gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan


pada bidang batas antara dua medium.

Dalam survey seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur


sebagai Berikut :
a) Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada
umumnya geophone dan sumber gelombang dipasang dalam satu
garis lurus (line seismic). Jarak pisah antara geophone adalah
jarak horizontal dan ditentukan oleh kondisi lapangan.
b) Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan
sumber imformasi struktur bawah permukaan bumi secara detail.
Sumber gelombang yang berada di tengah spread (satu rangkaian
geophone) diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling atas, dan
sumber gelombang yang berada di luar spread diharapkan dapat
mendeteksi lapisan paling bawah yang dapat dicapai (lapisan bed
rock).
c) Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu
tempuh jalar gelombang dari sumber ke tiap geophone yang
disebut travel time.

133
d) Untuk survei yang efisien, minimal harus ada 2 offset shots, 2 end
shots, dan 2 center shot.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan


adalah nois yang sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab
nois antara lain adalah angin, pohon, aliran sungai (parit), benda-
benda lain yang bergerak dekat dengan geophone (orang berjalan,
sepeda motor, dan sebagainya). Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil mungkin. Ada dua macam
nois yang dapat dibedakan,

a) Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap. Nois ini diakibatkan


oleh orang berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk
menghindari nois semacam ini, pada saat sumber gelombang
(source) ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada sesuatu yang
bergerak disekitar geophone.
b) Nois yang timbul terus menerus. Nois ini biasanya ditimbulkan
oleh angin, pohon (bergoyang), aliran air sungai, dan sebagainya.
Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya setiap kali
mengadakan pengukuran seismik, diadakan terlebih dahulu “nois
tes”. Jika nois yang timbul cukup kecil dibanding dengan sinyal
yang dihasilkan maka pengukuran dapat dilaksanakan. Tetapi jika
nois cukup besar dibanding sinyal, pengukuran perlu ditunda
beberapa saat sampai nois menjadi kecil.
Untuk menghindari nois, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-
stack) beberapa kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan
jelas. Dilakukan demikian karena dengan stacking, sinyal
dijumlahkan sedang nois ditiadakan (nois bersifat random dan
acak). Sebelum melakukan pengukuran ditentukan terlebih
dahulu garis lintasan pengukuran, lintasan pengukuran
diusahakan datar dan mewakili daerah seismik penelitian atau
dengan kata lain penempatan lintasan penelitian didasarkan pada
pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk

134
mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan yang
memadai.

Gambar I. 74 Seismic Refraction Method

Gambar I. 75 Perekam khusus Survey Seismik Refraksi

Gambar I. 76 Alat-alat Seismik Refraksi

135
(Sumber : http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2010/11/seismik-
refraksi.html)

Gambar I. 77 Alat-alat Seismik Refraksi

( Sumber : https://www.bmkg.go.id/seismologi-teknik/)
1.1.2. Geolistrik
adalah salah satu metode eksplorasi geofisika untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat
kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah tahanan
jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical constant,
kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta
sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan tanah dibawah
permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada
kedalaman tertentu. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada
kenyataan
bahwa material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang
berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan
jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral.
Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis
(resistivity) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau
tanah melalui elektroda arus (current electrode), kemudian arus
diterima

136
oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda
tersebut diukur dengan volt meter dan dari harga pengukuran
tersebut dapat dihitung tahanan jenis semua batuan. Prosedur
pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada
variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertical
(sounding) atau arah lateral (mapping).

Gambar I. 78 Sketsa Kerja Geolistrik

Dengan : V : Beda Potensial (Volt)


I : Kuat arus yang melalui bahan (Ampere)
P : Hambatan jenis (Ohm.meter)
L : Panjang Media (meter)
A : Luas penampang media (m²)
Aplikasi praktis di lapangan :
a. Implementasinya pengukuran geolistrik dilakukan menggunakan
empat buah elektroda sebagai sensor.
b. Dua buah elektroda sebagai penghantar arus dan dua elektroda
sebagai pembacapotensial pengukuran geolistrik.

137
Gambar I. 79 Alat Geolistrik

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=f3FhDwtdPqg)

138
Perbandingan Seismik Refraksi dan Geolistrik
Seismik Refraksi Geolistrik
a. Salah satu metode geofisika a. Salah satu metode geofisika
untuk memperkirakan untuk memperkirakan kondisi
kondisi geologi bawah geologi bawah permukaan
permukaan bumi bumi berdasarkan sifat
berdasarkan sifat pembiasan penghantaran /resistivitas
gelombang. arus listrik
b. Implementasi pengukuran b. Implementasi pengukuran
seismic refraksi dilakukan geolistrik dilakukan dengan
dengan memberikan getaran memberikan arus listrik /
di suatu titik tertentu menyetrum tanah di suatu
kemudian di titik lain titik dan menguku responnya
diukur waktu ketersampaian di titik lain.
gelombangnya. c. Geolistrik memberikan
c. Seismik memberikan informasi lapisan tanah
informasi lapisan tanah berdasarkan atas kemampuan
berdasarkan atas tanah dalam menghantarkan
kemampuan tanah dalam arus listrik yang berkaitan
menghantarkan gelombang dengan langsung dengan
yang berkorelasi langsung kandungan mineral,
dengan kekerasan porositas, dan kandungan
lapisannya. fluida di dalamnya
d. Untuk mendapatkan tingkat
kekerasan lapisan,
pengolahan data geolistrik
dikorelasikan dengan jenis
lapisan sesuai dengan nilai
resisitivitasnya

139
Interpretasi Parameter Geofisika ke Stratigrafi

Gambar I. 80 contoh Interpretasi Seismik dan Geolistrik

1.1.3. Georadar
Georadar atau Ground Penetration Radar (GPR) merupakan salah
satu metode survei dan eksplorasi kondisi di bawah tanah yang
menggunakan prinsip geofisiska elektromagnetik. Prinsip kerja GPR
adalah dengan memanfaatkan pemantulan sinyal elektromagnetik
yang ditembakkan melalui antena pemancar (transmitted signal).
Sinyal mengenai objek di bawah tanah dan kemudian dipantulkan
kembali (reflected signal) menuju antena perekam (receiver).
Perbedaan respon cepat rambat gelombang (amplitudo) pada setiap
benda terhadap sinyal gelombang elektromagnetik yang
ditembakkan tersebutlah yang menjadi dasar identifikasi jenis benda
atau material di dalam tanah. Sifat – sifat fisika benda/material di
dalam tanah yang dapat diketahui melalui GPR adalah sifat
konduktifitas dan induktansi listrik. Keberadaan aliran sungai bawah
tanah di daerah karst dapat juga diketahui melalui metode ini. Ketika
sinyal elektromagnetik yang ditembakkan mengenai suatu benda
yang berbeda (heterogen) maka sinyal yang dipantulkan akan besar

140
dan perbedaan cepat rambat yang terekam akan terlihat jelas.
Kedalaman sistem sungai bawah tanah juga dapat diketahui karena
dalam alat georadar juga merekam kecepatan gelombang
elektromagnetik dan waktu tempuh sinyal sewaktu gelombang mulai
ditembakkan hingga gelombang tersebut mengenai objek dan
memantul kembali ke antena perekam. Ilustrasi cara georadar
mendeteksi obyek di dalam tanah disajikan pada gambar 3.

Gambar I. 81 Ilustrasi Cara Kerja Georadar (GPR)

Radar pada prinsipnya berkaitan dengan metode refleksi seismik.


Sebuah pemancar (TX) memancarkan sinyal di daerah penyelidikan
. Sinyal terpantul dideteksi dan direkam oleh penerima (Rx). Tidak
seperti metode seismik, instrumen radar menggunakan gelombang
elektromagnetik, bukan gelombang akustik. EM-gelombang tidak
menembus sedalam gelombang suara tetapi akan menghasilkan
resolusi yang jauh lebih tinggi. Sasaran dengan impedansi listrik
berbeda dengan media sekitarnya akan dideteksi dan dicatat.
Instrumen radar permukaan sebagian besar digunakan untuk
mendeteksi dan melokalisasi target logam dan nonlogam untuk
perkiraan kedalaman 30m.

Keunggulan Georadar :
a. metode survai dan eksplorasi menggunakan georadar adalah
terkait dalam hal keakurasian data yang didapat.

b. Metode georadar telah menggunakan teknologi alat yang lebih


canggih dibandingkan dengan geolistrik sehingga keakurasian

141
data yang didapat jauh lebih baik dibandingkan dengan metode
survai dan ekplorasi dengan metode geolistrik.

Kekurangan Georadar :
a. biaya yang dibutuhkan untuk melakukan metode ini jauh lebih
mahal karena harus menyiapkan pemancar dan antena perekam.
b. pengolahan hasil sinyal gelombang elektromagnetik yang
direkam georadar untuk mendapatkan profil penampang vertikal
dan horisontal membutuhkan keahlian khusus karena
pengolahannya yang cukup rumit.

Penerapan pada ilmu geologi dan geoteknik (terutama untuk


perencanaan dan konstruksi)
a. Pencarian letak jalur pipa air / drainase, untuk perbaikan sistem
drainase
b. Mendeteksi lokasi galian / tambang tua
c. Mendeteksi struktur karst (sinkhole, gua) pada batugamping
d. Stratigrafi (tatanan batuan / tanah) dan struktur tanah

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian Georadar


a. Georadar Unit, yang terdiri dari antenna, Processing Unit,
Pengukur Jarak, Baterai, dan kabel-kabelnya.
b. Laptop untuk mengoperasikan geordar unit dengan software
Ramac dan Rad Explorer.
c. GPS untuk menentukan koordinat lokasi.
d. Kamera digital untuk dokumentasi kegiatan
e. PC Komputer untuk pengerjaan laporan
f. Meteran untuk mengukur jarak

142
Gambar I. 82 Peralatan dalam Penelitian. A. Georadar Unit, B. Laptop,
C. GPS, D. Baterai Georadar Unit

Gambar I. 83 Prinsip Penyelidikan Georadar

Gambar I. 84 Skema Pengukuran dengan metode Georadar dan Penampang


Grafik Radar yang dihasilkan

143
Daftar Pustaka

(2017, October 31). Diambil Kembali Dari Testing Indonesia.

Abdullah, A. (2010, November 7). Diambil Kembali Dari Ensiklopedi Seismik:


Http://Ensiklopediseismik.Blogspot.Com/2010/11/Seismik-Refraksi.Html

Arland, F. (2011, September 16). Diambil Kembali Dari Wordpress.

Asnawi, A. (2005). Pekerjaan Penyelidikan Lapangan. Diambil Kembali Dari


Slide Player: Https://Slideplayer.Com/Slide/11117638/

Assa, F. S. (2019). Modul Praktikum Laboratorium Uji Tanah. Sipil Polimdo.

Handayani, T. (T.Thn.). Metode Penyelidikan Dan Pengujian Tanah. Academia.

Marga, D. J. (T.Thn.). Petunjuk Teknik Pengujian Tanah. Nspkjembatan.

Pamungkas, C. A. (2017). Laporan Praktikum Mekanika Tanah. Diambil Kembali


Dari Academia.

Romdon1. (2010, December 31). Diambil Kembali Dari Wordpress.

144

Anda mungkin juga menyukai