Anda di halaman 1dari 33

METODE PELAKSANAAN

PENATAAN ALUN-ALUN
KABUPATEN CIAMIS

Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat


Jalan Kawaluyaan Indah No.4 Bandung
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I – LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
BAB II - MAKSUD & TUJUAN .............................................................................................. 2
BAB III – KURVA-S PELAKSANAAN ...................................................................................... 3
BAB IV – PEKERJAAN PENATAAN PEDESTRIAN AREA ALUN-ALUN SISI BARAT...................... 4
1. Pekerjaan Pemadatan tanah dasar ............................................................................ 4
2. Pekerjaan Urugan tanah ............................................................................................ 4
3. Pekerjaan Paving Block / Cobblestone/ Alstadt ......................................................... 5
4. Pekerjaan Beton ........................................................................................................ 6
5. Pekerjaan Guiding Block ............................................................................................ 7
6. Pekerjaan Kanstin ...................................................................................................... 8
BAB V – PEKERJAAN ELEKTRIKAL TAMAN ALUN-ALUN SISI BARAT & TIMUR ..................... 27
1. Pekerjaan Instalasi Penerangan Alun-alun .............................................................. 27
2. Pekerjaan Pondasi Lampu Taman Beton Bertulang ................................................. 27
3. Pekerjaan Lampu Taman / Spotlight LED................................................................. 28
4. Pekerjaan Panel ....................................................................................................... 30
5. Pekerjaan Instalasi Kabel ......................................................................................... 31
6. Pekerjaan Penangkal Petir ....................................................................................... 34
A. Air terminal ............................................................................................................. 34
B. Batang Peninggi ....................................................................................................... 34
C. Saluran Penghantar ................................................................................................. 34
D. Bak Kontrol .............................................................................................................. 35
E. Grounding ............................................................................................................... 35
BAB VI – PEKERJAAN POS POLISI & AREA PARKIR ............................................................. 37
1. Pekerjaan Papan Dasar (bouwplank) ....................................................................... 37
2. Pekerjaan Pengurugan ............................................................................................ 37
3. Pekerjaan Lantai Kerja ............................................................................................. 38
4. Pekerjaan Dinding Batu Bata dan Keramik Dinding ................................................. 39
5. Pekerjaan Dinding Bata Merah ................................................................................ 41
6. Pekerjaan Plesteran................................................................................................. 42
7. Pekerjaan Lantai Keramik / Granit tile ..................................................................... 43
8. Pekerjaan Alumunium ............................................................................................. 44
ii

9. Pekerjaan Asesoris Pintu Jendela ............................................................................ 45


10. Pekerjaan Plafond GRC/PVC .................................................................................... 46
11. Pekerjaan Pengecatan Dinding dan Plafond ............................................................ 47
1

BAB I – LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan Keputusan Menteri PUPR Kerja Nomor 10 tahun 2021


Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi bagi seluruh Personil dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan Pelaksanaan pekerjaan dilapangan, maka dalam
suatu pekerjaan perlu dibuat suatu Metode Pelaksanaan pekerjaan yang mengatur
dan mengelola Pelaksanan Pekerjaan sehingga menjadi acuan aplikasi di lapangan
2

BAB II - MAKSUD & TUJUAN

Metode Pelaksanaan dimaksudkan untuk memberikan gambaran pengguna dan pelaksana


proyek untuk mengevaluasi kinerja pekerjaan di lapangan. Bentuk evaluasi berupa kurva – S
yang membandingkan antara rencana dan actual pelaksanaan di lapangan

Perusahaan memastikan bahwa Metode Pelaksanaan Pekerjaan menjadi petunjuk dalam


pengelolaan pembangunan dengan mempertimbangkan:
1. Persetujuan Direksi Lapangan dan Pengawas Lapangan (MK)
2. Waktu awal (mulai) dan akhir (selesai) pekerjaan
3. Perizinan dan persyaratan yang terkait di area sekitar pekerjaan
4. Mobilisasi material untuk masuk dan keluar area pekerjaan
5. Identitas tenaga kerja yang terlibat selama masa pekerjaan
6. Keamanan dan keselamatan peralatan dan perlengkapan kerja di area pekerjaan selama
tidak ada aktifitas pekerjaan

Untuk memastikan atau menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan di satuan kerja telah
mencakup / menjamin hal-hal tentang :
1. Pemakaian peralatan / perlengkapan yang memadai
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber bahaya
3. Melaksanakan metode yang benar (menyediakan tempat-tempat khusus untuk material
yang memerlukan penanganan khusus, bongkar muat).
3

BAB III – KURVA-S PELAKSANAAN

Waktu pengerjaan proyek dilaksanan dalam 6 bulan

Ada 3 kelompok besar pekerjaan utama dalam Review DED Alun-alun Ciamis yaitu :
1. Pekerjaan Penataan Pedestrian ALun-alun Sisi Barat

2. Pekerjaan Elektrikal Taman Alun-alun Sisi Barat dan Timur

3. Pekerjaan Pembuatan Pos Polisi dan Area Parkir.


4

BAB IV – PEKERJAAN PENATAAN PEDESTRIAN AREA ALUN-


ALUN SISI BARAT

Pekerjaan penataan pedestrian area alun-alun sisi barat merupakan salah satu pekerjaan utama
dari penataan Alun-alun Ciamis. Di tahap ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Pekerjaan Pemadatan tanah dasar


1) Sebelum memulai suatu penggalian, Kontraktor harus memeriksa permukaan tanah,
baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak
sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/Pengawas,
jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan
dipertimbangkan.
2) Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang lantai kerja harus
dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh
daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat stamper.
3) Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi lapisan dengan mutu beton SNI
fc’ 8.1 Mpa dan diberi pasir setebal minimum 5 cm dengan memperhatikan kemiringan
dasar saluran drainase, terutama di daerah basah.
4) Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar- benar
rata, dengan memperhatikan kemiringan dasar saluran di daerah basah.

2. Pekerjaan Urugan tanah

1) Penggalian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman
yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-
gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai
dalam pekerjaannya. Jika ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada
kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus
diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas, untuk mana
pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan tambah kurang.
5

Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh
Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan
pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana
maka Kontraktor harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian
tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.

2) Penimbunan
Penimbunan dan Penimbunan kembali haru dilaksanakan di daerah-daerah ataupun
bagian-bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran ketinggian. Kemiringan-
kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar.
Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan dengan
ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan Instruksi Direksi atau Konsultan
Pengawas. Penimbunan dan timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan
atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.

3) Perlindungan Terhadap Air


Selama pekerjaan berlangsung Kontraktor harus dengan semua cara yang disetujui
Direksi atau Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan
air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan galian atau urugan.

4) Penghamparan dan Pemadatan

Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm gembur,
agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya. Tanah
urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan
yang dipersyaratkan.

3. Pekerjaan Paving Block / Cobblestone/ Alstadt


1) Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi /Pengawas Lapangan/Tim
6

PengelolaTeknis Kegiatan.
2) Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian dalam pekerjaani ni, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya
dan harus disetujui Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas.
3) Untuk pasangan paving blok yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug sub
grade dan lantai kerja di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah
dipadatkan sesuai persyaratan) dan memiliki kemiringan permukaan 2,5 % dan telah
mempunyai daya dukung maksimal sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas / PemberiTugas.
4) Pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, lubang service dan lainnya harus dikerjakan dan
diselesaikan sebelum pekerjaan paving blok dilaksanakan.
5) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola
paving block untuk disetujui Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
6) Jarak antara unit-unit pemasangan paving block yang terpasang harus sesuai detail
gambar serta petunjuk Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas, yang membentuk garis-
garis sejajar dan lurus yang sama lebarnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
7) Areal pemasangan paving block harus dipadatkan dengan plate vibrator ukuran plate 0,3
– 0,5 m2 dan mempunyai tekanan sentrifugal 1,6 – 2,0 ton. Pemadatan dilakukan 3 kali
sebelum siar-siar di isi pasir, setelah itu dipadatkan dan diratakan beberapa kali dengan
roller 3 ton.
8) Area paving block tidak boleh digunakan sebelum seluruh area selesai dan terkunci.
9) Untuk setiap paving block, toleransi deviasi tidak lebih dari 6 mm dan perbedaan
ketinggian setiap blok tidak lebih dari 2 mm.

10) Seluruh pekerjaan paving block harus bebas dari kotoran semen maupun oli.

11) Selama pemasangan dan setidaknya 3 hari setelah selesainya pekerjaan, seluruh area
paving block harus tertutup dari lalu lintas dan pekerjaan lainnya.

4. Pekerjaan Beton

1) Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.


2) Takaran untuk semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Manajemen Konstruksi.
7

3) Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa
slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 5 cm dan maksimum 10
cm.
4) Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahanan jarak.
5) Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Manajemen Konstruksi.
6) Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar
untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral atau split yang dapat memperlemah konstruksi.
7) Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka
tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Perencana atau Konsultan Pengawas/
Manajemen Konstruksi.
8) Jumlah semen minimum 325 kg per m3. Khusus pada atap, pada daerah kamar mandi dan
WC, daerah talang beton, jumlah minimum tersebut demikian menjadi 360 kg/m3 beton.
Untuk beton atap, WC faktor maksimum 0,50 dengan catatan tidak boleh lebih rendah
daripada mutu beton karakteristik yang disyaratkan.
9) Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran.
10) Beton dilindungi dari kemungkikanan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan
lain.
11) Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu Pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
12) Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air
teru menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih.

5. Pekerjaan Guiding Block


Persyaratan yang harus dipenuhi blok pemandu adalah sebagai berikut:

1) Blok pemandu dapat berupa blok pengarah dan blok peringatan

2) Blok pemandu harus kuat dan tidak licin

3) Blok pengarah berfungsi untuk menunjukkan arah perjalanan


8

4) Blok peringatan berfungsi untuk memberi peringatan terhadap adanya perubahan arah,
perubahan permukaan dan kondisi jalur, serta adanya situasi yang dapat membahayakan
pengguna, sehingga pengguna lebih waspada

5) Permukaan blok pemandu harus memiliki perbedaan warna yang kontras dengan
permukaan di sekitarnya

6. Pekerjaan Kanstin
a. Sebelum pemasangan batu kanstein, bagian dasar galian harus di timbris dahulu, agar
permukaan tanahnya keras. Setelah itu urugan pasir setebal minimal 5 cm dihamparkan
pada dasar galian tersebut, dan dipadatkan.

b. Beton Kanstein Pracetak dipasang diatas hamparan pasir, lidah-lidah daripada Batu
Kanstein tersebut harus saling mengunci, dipasang tegak lurus dengan pasangan Aspal
maupun Paving block, sedalam +/- 10 cm dari permukaan tanah/jalan. Pemasangan Beton
Kanstein harus Kokoh dan Kuat, untuk menahan Gesekan/singgungan dari pada Roda
Mobil.
c. Pengurugan dilakukan dengan sempurna, tidak diperkenankan adanya celah- celah atau
ronga-ronga yang masih belum diurug.
d. Jarak horizontal antara Beton Kanstein dengan Material yang bersinggungan (Aspal
ataupun Paving bloc) tidak boleh diurug dengan tanah, melainkan harus dengan material
yang sejenis (Aspal / Paving Blok).
e. Pekerjaan urugan ini harus betul-betul padat, mengunci daripada Beton Kansntein
tersebut, dengan cara Pemadatan tanah dilakukan lapis demi lapis sambil disiram dengan
air.
f. Pemadatan tanah harus menggunakan alat pemadat yaitu mesin pemadat (Stamper)
dengan kapasitas pemadatan sebesar 500 s/d 1000 Kg.
g. Pemasangan Batu Kanstin harus menghasilkan suatu garis lurus, Permukaan Bagian Luar,
bagian dalam, maupun bagian atas harus rata, tidak bergelombang, Kokoh dan Kuat.
h. Kegagalan daripada pemasangan Beton Kanstein ini, diantaranya pemasangan tidak lurus,
Beton kanstein masih Goyah, tidak rata, dan tidak memenuhi persyaratan lain, maka
pekerjaan tersebut harus dibongkar kembali, dan diperbaiki dengan biaya ditanggung oleh
Kontraktor.
27

BAB V – PEKERJAAN ELEKTRIKAL TAMAN ALUN-ALUN SISI


BARAT & TIMUR

1. Pekerjaan Instalasi Penerangan Alun-alun


Lampu – lampu penerangan di Alun-alun Ciamis terbagi menjadi kategori :

a. Lampu penerangan normal (lampu trotoar) yaitu lampu penerangan buatan dengan
intensitas penerangan yang sesuai persyaratan untuk menjamin kelancaran kegiatan
diarea Alun-alun Ciamis, untuk lebih detil lihat spesifikasi teknis spesial lighting.

b. Sistem penyalaan lampu penerangan jalan umum (PJU) dilakukan secara otomatis oleh
kombinasi kerja antara magnetic contactor dengan timer switch sehingga penyalaan
lampu penerangan jalan umum tergantung pada operasi kedua alat tersebut.

2. Pekerjaan Pondasi Lampu Taman Beton Bertulang


1) Ukuran pondasi beton bertulang untuk lampu taman adalah 35x35x100 cm

2) Bila pondasi beton ditempatkan langsung di atas tanah, alas atau dasar harus bersih dan
padat, dan bebas dari air atau aliran air. Permukaan lantai kerja yang akan diberi beton
harus benar – benar bersih dari lumpur, batu lepas, kotoran dan bahan lapisan lain yang
mengganggu. Untuk mencegah perembesan air ke beton, tempatkan lapisan kedap air
berupa bahan lembaran plastik polyethylene warna hitam tebal minimal 0.5 mm pada
permukaan lantai kerja, kecuali bila ditentukan dalam Gambar Kerja harus menggunakan
lapisan kedap air yang memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis 07100. Prosedur ini harus
diketahui dan disetujui Pengawas Lapangan.
3) Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat trial mix design
dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan kuat tekan
target beton seperti yang disyaratkan.
4) Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (f’c) tidak boleh kurang
dari 25 Mpa. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian dari
Laboratorium Bahan Bangunan yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
28

3. Pekerjaan Lampu Taman / Spotlight LED

1) Peletakan lampu taman mengikuti zona yang ditentukan dalam gambar dan aturan-aturan

dalam RKS.
2) Lampu jalan harus diletakkan di dekat perbatasan jalan dan trotoar (kanstin), trotoar dan

guiding block, dan atau area bebas terhadap saluran bawah tanah; dengan acuan jarak
antar lampu sesuai dengan tabel di bawah.

3) Lampu pedestrian harus diletakkan di dekat perbatasan jalan dan trotoar (kanstin),

trotoar dan guiding block, dan atau area bebas terhadap saluran bawah tanah untuk
trotoar tipikal; serta di area trotoar atau area bebas terhadap saluran bawah tanah untuk
trotar lebar. Dengan acuan jarak antar lampu sesuai dengan gambar DED.

4) Pengadaan dari seluruh item, baik yang diproduksi lokal atau impor harus

mengikutsertakan bohlam/lampu, trafo/driver/ballast, aksesori, dan perangkat instalasi


atau peralatan khusus yang diperlukan oleh item yang bersangkutan. Jenis dan tipe
produk harus dicantumkan secara lengkap baik untuk armatur/rumah lampu,
lampu/bohlam, trafo/driver/ballast, serta aksesoris lain yang dipersyaratkan untuk setiap
item.

5) Setiap item yang diajukan harus memiliki sertifikasi, berupa hasil pengukuran fotometrik

berkas cahaya dan indeks proteksi (IP rating) dari lembaga berwenang. Indeks proteksi (IP
rating) setara IP40 untuk lampu semi eksterior dan IP65 untuk lampu eksterior.

6) Termasuk dalam lingkup kerja adalah pengadaan konektor untuk koneksi daya maupun

koneksi antar lampu. Konektor harus memiliki indeks proteksi (IP rating) yang sama
dengan item lampu.

7) Bahan dasar die cast aluminium dan/atau bahan setara lainnya untuk reflektor, bingkai

atau armatur lampu, dan braket pemasangan (jika ada). Material reflektor lampu
menggunakan termoplastik dan/atau bahan setara lainnya, dengan proteksi terhadap
goresan.

8) Lampu semi eksterior menggunakan LED MacAdam minimal step 2 (dua), dan lampu

eksterior menggunakan LED MacAdam minimal step 3 (tiga).

9) Masa hidup lampu semi eksterior 50.000 jam, dengan standar minimum L80 B10. Masa

hidup lampu eksterior 20.000 jam, dengan standar minimum L80 B10.
29

10) Item lampu yang diajukan harus sesuai dengan data teknis, yaitu:

a. Merk lampu semi eksterior dan eksterior;


b. Watt dan/ atau keluaran lumen dari lampu/bohlam;
c. Satuan derajat yang dipancarkan dari lampu/bohlam;
d. Warna cahaya (CCT);
e. Tingkat kesesuaian warna (CRI); dan
f. Memiliki perangkat untuk komunikasi dengan sistem smart city menggunakan
protokol nirkabel zigbee atau protocol nirkabel lainnya.

11) Penilaian terhadap performa item lampu akan dilakukan berdasarkan:

a. Data hasil pengukuran fotometrik;


b. Sertifikasi indeks proteksi (IP rating);
c. Kualitas dan kerapian pekerjaan;
d. Tidak terjadinya cacat produksi, seperti finalisasi visual produk, flickering, electrical
sparking, keluaran terang cahaya dan warna cahaya antar lampu yang tidak
konsisten;
e. Pengukuran tingkat penerangan di lapangan sesuai persyaratan yang diberikan
dalam persyaratan teknis;

12) Tidak terpenuhinya salah satu dari persyaratan di atas akan menyebabkan produk tidak

diterima. Perbaikan/penyempurnaan diperbolehkan sampai kelima persyaratan di atas


terpenuhi.

13) Dalam segala hal tidak diperkenankan untuk menggunakan satu trafo/driver/ballast untuk

dua lampu atau lebih.

14) Jika contoh produk diperlukan saat evaluasi/klarifikasi lelang, item tersebut harus berupa

contoh yang akan diadakan.

15) Apabila suatu unit peralatan terdiri dari bagian-bagian komponen, maka seluruh bagian-

bagian sebaiknya dari merk yang sama untuk menghindari kesulitan pemeliharaan dan
menjaga mutu karakteristiknya.

16) Seluruh armatur harus diadakan bersama dengan braket pemasangan yang diperlukan

sesuai kebutuhan dimana lampu tersebut akan dipasang.


30

17) Dalam pengadaan item yang memerlukan trafo/driver/ballast harus terintegrasi dalam

armatur, kecuali dinyatakan lain di dalam persyaratan teknis.

18) Kode lampu/bohlam yang tertera dalam dokumen spesifikasi lampu dari perencana hanya

digunakan sebagai referensi dengan tetap mengacu pada persyaratan yang disebutkan.

19) Seluruh fitting dan armatur lampu harus memiliki finishing dengan warna dan kualitas

pewarnaan seperti yang dispesifikasikan atau seperti yang disetujui oleh konsultan.

4. Pekerjaan Panel
1) Panel harus terbuat dari plat baja dengan rangka terbuat dari besi siku dengan ukuran
minimal 40x40x4 m (free standing) atau plat besi yang terbentuk (wall mounted).

2) Plat penutup harus dikerjakan dengan baik dan setiap siku dari plat penutup ini harus
benar-benar 90°

3) Plat penutup kerangka panel harus disekrup dengan rapi yang dilengkapi cincin plastik
sebelum cincin besi terhadap kerangka panel. Plat penutup ini harus dapat dilepas-lepas.

4) Panel harus dilengkapi dengan tutup atas atau tutup bawah yang dapat dilepas-lepas dan
harus disiapkan lubang serta COMPRESSION CABLE GLAD untuk setiap incoming dan
outgoing feeder.

5) Pada dinding belakang atau/dan samping diperlukan membuat lubang-lubang ventilasi


yang cukup.

6) Lubang ventilasi ini harus dibuat dengan cara punch dan rapi.

7) Pada bagian dalam dari dinding yang diberi ventilasi yang di-punch harus dilengkapi
tambahan dinding yang diberi lubang punch, hal ini untuk menjaga masuknya benda-
benda atau tusukan pada bagian bagian yang bertegangan dari peralatan panel.

8) Engsel yang digunakan harus kuat dan tidak menonjol serta harus diusahakan
tersembunyi serta rapi. Kunci dan handle pintu harus dari type Spagnolet dengan tungkai
penguat bawah dan atas dan dari bahan yang dilapisi vernikel.

9) Rangka, penutup, cover plate dan pintu, seluruhnya harus diberi cat dasar dan dilapisi
dengan powder coating warna abu-abu.
31

10) Ukuran panel diusahakan standard dan disediakan ruang yang cukup apabila terdapat
penambahan peralatan.

11) Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan bus-bar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pentanahan.

12) Pada Circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan outgoing serta terminal
penyambungan kabel harus diberi indikasi/label/sign plates mengenai nama beban atau
kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label ini harus terbuat dari plat aluminium
atau sesuai standard DIN 4070.

13) Pada bagian atas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah ambang atas
panel atau disesuaikan dengan kebutuhan) harus disediakan tempat untuk pemasangan
lampu indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagian yang
terpisah dari pintu panel dan kedudukannya menetap (fixed).

5. Pekerjaan Instalasi Kabel


1) Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN dan PUIL
atau peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.

2) Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan lepas
atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.

3) Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak boleh
kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik pembuat kabel.

4) Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran sesuai dengan
ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape dan difinish dengan
bahan isolasi ciut panas yang sesuai.

5) Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi penerangan tidak
diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan.

6) Penyambungan kabel untuk pencabangan harus dilakukan didalam junction box atau
doos serta dilengkapi dengan spring connector 3M sesuai dengan persyaratan.
32

7) Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan tidak
boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat kabel.

8) Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung akhir dari
kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga bagian konduktor
maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.

9) Pemasangan kabel di dalam tanah dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Ditanam langsung di dalam tanah,


b. Ditanam di dalam tanah dengan dilindungi pipa GIP.
c. Kabel daya listrik yang ditanam langsung didalam tanah harus mempunyai
kedalaman minimal 70 cm di bawah permukaan tanah dengan cara penanaman
kabel sebagai berikut :
d. Disediakan galian kabel dengan kedalaman minimal 80 cm dan lebar galian sesuai
dengan jumlah kabel yang akan ditanam.
e. Diberi alas pasir setebal 10 cm.
f. Gelarkan kabel yang akan ditanam dan disusun serapi mungkin.
g. Timbuni lagi dengan pasir setebal 10 cm dan di atas pasir tersebut diberi bata
pelindung sebanyak 6 (enam) buah per meter.
h. Timbuni dengan tanah urug halus serta tanah galian dan usahakan tanah galian
yang digunakan bebas dari kerikil yang dapat merusak isolasi kabel.
i. Kabel listrik yang ditanam di dalam tanah dengan menggunakan pipa GIP sebagai
pelindung harus dilengkapi dengan bak kontrol berukuran sesuai Gambar
Pelaksanaan. Bak kontrol tersebut dipasang pada setiap pembelokan,
pencabangan atau daerah-daerah tertentu lainnya sesuai dengan modul pipa.
j. Setiap pipa hanya digunakan untuk sebuah kabel berinti banyak untuk sistem 3
phasa atau empat kabel berinti tunggal untuk sistem 3 phasa.
k. Pipa tersebut harus mempunyai diameter dalam 1,5 kali total diameter luar kabel
yang dilindunginya.
l. Apabila kabel sistem 3 phasa yang ditanam dalam tanah lebih dari satu buah,
maka kabel-kabel tersebut harus disusun sejajar dengan jarak satu sama lain
minimal sebesar 7 cm.
33

m. Bak kontrol yang digunakan harus terbuat dari beton dan dilengkapi dengan tutup
yang memakai handle dan harus mudah dibuka.
n. Pada ujung pipa pelindung kabel harus dibentuk seperti corong, dihaluskan
sehingga bebas dari hal-hal yang dapat merusak kabel.
o. Setelah kabel dipasang lubang ujung kabel tersebut harus disumbat dengan
bahan karet atau bahan- bahan lain yang tidak merusak kabel dan tidak mudah
rusak.
10) Pemasangan kabel didalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Pada rak kabel,

b. Di dalam dinding.

11) Pemasangan kabel pada rak kabel harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kabel harus diatur rapi
b. Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan perkuatan
mur baut pada dudukan/struktur rak.
c. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit (di
dalam High Impact Conduit).
d. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel didalam conduit kecuali didalam
kotak sambung atau kotak cabang.
12) Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Kabel harus dilindungi dengan sparing.
b. Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam dalam High Impact Conduit)
sebelum ditutup tembok harus disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60 cm.
Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam
sehingga tersusun rapi dan kokoh.
c. Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi dengan
'metal flexible conduit' serta pertemuan antara conduit/sparing dengan metal
flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.
d. Untuk instalasi kabel expose harus di dalam Rigid Conduit.
34

6. Pekerjaan Penangkal Petir


Pekerjaan penangkal petir terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya :
A. Air terminal
1) Air terminal haruslah jenis non radioaktif, self powered dan tidak mempunyai bagian-
bagian yang bergerak, dipasang oleh pelaksana yang direkomendasi oleh pabrik
pembuatnya.

2) Air terminal harus dari jenis yang mempunyai respon dinamis terhadap terjadinya
down leader dari petir dengan membangkitkan elektron-elektron bebas dan
menyebabkan fotonisasi antar bagian yang ditanahkan dan bagian yang terisolasi. Arus
petir minimum yang bisa mengaktifkan air terminal adalah 1500 A pada impulse 8/20
mikrodetik dan harus mampu menyalurkan seluruh level arus petir yang mungkin
terjadi.

3) Radius perlindungan dalam bentuk collective volume dengan radius perlindungan


minimal 70 meter.

4) Air terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam frekuensi radio
(high frequency RFI), kecuali pada saat terjadinya leader dan pada saat terjadinya
sambaran balik (main return strike).

5) Bentuk dari air terminal harus sedemikian rupa, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya pelepasan ion korona pada ujung runcingnya pada kondisi medan statis
guruh.

6) Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.

7) Secara keseluruhan air terminal harus terisolasikan dari bangunan yang dilindunginya
pada seluruh kondisi.
B. Batang Peninggi
Sistem penangkal petir dipasang setinggi 5 (satu) meter dari atap bangunan, atau sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuatnya, dan harus di sesuaikan dengan gambar arsitek.

C. Saluran Penghantar
Saluran/penghantar haruslah memenuhi test standard IEC 60 – 1 : 1989 dari kabel high
voltage. Saluran penghantar ini mampu mencegah terjadinya side flashing dan
electrification building. Penghantar dari batang peninggi/tiang ke bak
35

kontrol pentanahan seperti gambar rencana. Seluruh saluran penghantar, harus


diusahakan tidak ada sambungan baik yang horizontal maupun yang vertical/jalur
menara, dengan kata lain kabel tersebut harus menerus dan utuh tanpa sambungan
D. Bak Kontrol
Sambungan pada bak control harus menjamin suatu kontak yang baik antar penghantar
yang disambung dan tidak mudah lepas. Sambungan harus diusahakan agar dapat
dibuka untuk keperluan pemeriksaan atau pengetesan tahanan tanah (ground
resistance).

E. Grounding
1. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian Grounding rod
yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing- masing titik
Grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.

2. Grounding rod harus ditempatkan didalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak
kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle.

3. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan
tempat pengukuran tahanan pembumian Grounding rod.

4. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.

5. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan gangguan
mekanis.

6. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam didalam tanah


harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan peralatan
yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar
Pelaksanaan.
7. Penyambungan hantaran pembumian dengan Grounding rod harus menggunakan
mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini dilakukan di dalam
bak kontrol.

8. Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum didalam Gambar
Pelaksanaan.

9. Sistem pembumian insdtalasi listrik harus terpisah dari sistem pembumian :

a) Pembumian instalasi sistem penangkal petir,

b) Pembumian sistem telepon,


37

BAB VI – PEKERJAAN POS POLISI & AREA PARKIR

1. Pekerjaan Papan Dasar (bouwplank)


Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk membuat tanda tetap sebagai dasar
ukuran ketinggian bagian-bagian pekerjaan ini.

Untuk dasar ukuran sumbu-sumbu bangunan harus dibuat papan dasar pelaksanaan
(bouwplank) dari bahan kayu papan Kls III ukuran 3/20 cm dengan permukaan atasnya
diserut datar dengan rangka/tiang harus kuat & kokoh.

Tinggi sisi atas papan dasar dalam pelaksanaan harus sama satu sama lainnya (Waterpass),
kecuali dikehendaki lain, karena kondisi lapangan dan atau atas petunjuk Pengawas. Papan
dasar dipasang sejauh minimum 100 cm dari sisi luar galian tanah terluar dari pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar, Kontraktor harus melapor kepada Pengawas untuk
dimintakan persetujuannya serta harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketetapan
letak papan dasar ukur sampai tidak di perlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan
Pengawas.

2. Pekerjaan Pengurugan
1) Penggalian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman
yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-
gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai
dalam pekerjaannya. Jika ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada
kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam,
diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan
dimulai sebagai pekerjaan tambah kurang.
Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh
Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan
pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
38

Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana maka


Kontraktor harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak
merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.

2) Penimbunan
Penimbunan dan Penimbunan kembali haru dilaksanakan di daerah-daerah ataupun bagian-
bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran ketinggian. Kemiringan- kemiringan dan
bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar. Penimbunan harus
dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan maksimum 20 cm.
Padatkan sesuai dengan Instruksi Direksi atau Konsultan Pengawas. Penimbunan dan timbun
kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan
ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan atau
bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.

3) Perlindungan Terhadap Air


Selama pekerjaan berlangsung Kontraktor harus dengan semua cara yang disetujui Direksi
atau Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang dapat
mengganggu atau merusak semua pekerjaan galian atau urugan.

4) Penghamparan dan Pemadatan


Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm gembur, agar
dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya. Tanah urugan harus
dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.

3. Pekerjaan Lantai Kerja


1) Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang lantai kerja harus
dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya
dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat stamper.
2) Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi lapisan dengan mutu beton SNI fc’ 8.1
Mpa dan diberi pasir setebal minimum 5 cm dengan memperhatikan kemiringan dasar
saluran drainase, terutama di daerah basah.
3) Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar- benar rata,
dengan memperhatikan kemiringan dasar saluran di daerah basah.
39

4. Pekerjaan Dinding Batu Bata dan Keramik Dinding


1. Seluruh dinding dari pasangan bata dengan campuran adukan 1 PC : 5 pasir pasang, kecuali
pasangan bata semen trasram

2. Untuk dinding trasram/rapat air dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang, yakni pada
dinding dari atas permukaan sloof/balok/pondasi sampai minimum 200 cm di atas
permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding ruang-ruang basah (toilet, kamar mandi,
WC) serta pasangan bata di bawah permukaan tanah.

3. Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram air.

4. Dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar
dibersihkan.

5. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap maximum 1meter tinggi per
harinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis. Bidang dinding bata tebal ½ batu yang luasnya
maksimal 9 m2 harus ditambahkan kolom dan balok penguat praktis dengan kolom ukuran 13
x 13 cm. dari tulangan pokok 4 diameter minimal 12 mm.beugel diameter 8

6. Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan bata sama sekali tidak
diperkenankan.

7. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton harus diberi
penguat stek-stek besi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali bila satu dan lain hal ditentukan lain oleh Direksi /
Konsultan Pengawas.

8. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua.

9. Pasangan dinding bata tebal 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm
setelah diplester (lengkap acian) pada kedua belah sisinya. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapih dan benar-benar tegak lurus terhadap lantai serta merupakan bidang rata.

10. Pasangan bata trasram bawah permukaan tanah/lantai harus diisi dengan adukan 1PC : 3 pasir.

11. Pasangan bata dapat diterima/diserahkan apabila deviasi bidang pada arah diagonal dinding
seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci/diplester). Adapun toleransi terhadap as
40

dinding yang diijinkan maksimal 1 cm (sebelum diaci/diplester). Penuh dan padat, tidak
berongga serta berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang
membuat cacat.

12. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan bata dan beton,
permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian diketrek/scratched.
Semua lubang-lubang bekas pengikat existing atau formite harus tertutup aduk plesteran.

13. Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan bata dan beton yang akan
difinish dengan cat.

14. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin keramik dan lainnya,
maka permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis Horizontal untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila
bahan finishing tersebut cat.

15. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom/lantai yang


dinyatakan dalam Gambar Kerja dan /atau sesuai peil-peil yang diminta dalam Gambar
Kerja.Tebal plesteran minimal 1 cm, maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 3 cm, maka
diharuskan menggunakan kawat anyam yang diikatkan ke permukaan pasangan bata atau
beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.

16. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m.

17. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar, tidak
secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari langsung dengan bahan penutup yang
dapat mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 hari
setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya
dua kali sehari sampai jenuh. Jika terjadi keretakan, kontraktor harus membongkar dan
memperbaiki sampai hasilnya dinyatakan diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

18. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 minggu.

19. Untuk perbaikan bekas bobokkan instalasi ME sebelum diplester kembali harus menggunakan
kawat anyam yang dikaitkan ke permukaan pasangan bata/beton.
41

5. Pekerjaan Dinding Bata Merah


1. Adukan untuk pasangan dibuat secukupnya untuk pekerjaan lebih kurang satu jam, Adukan
yang tidak terpakai dalam 1 jam tidak boleh dipakai lagi dan atau adukan yang sudah sifat
semennya mulai mengeras.

2. Komposisi: Jenis Adukan disesuaikan dengan bab yang telah disebutkan diatas.

3. Sebelum dilaksanakan pemasangan, bata merah harus dibasahi / direndam air yang bersih,
dalam bak atau drum hingga mencapai kejenuhan.

4. Untuk semua dinding luar maupun dalam, lantai dasar mulai dari permukaan sloof/balok
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai, daerah ruang basah dan daerah lain sesuai
gambar digunakan adukan kedap air M.1 (trasraam).

5. Jika tidak ditentukan dalam gambar perencanaan untuk penempatan-penempatan kolom


Praktis, maka bidang dinding bata merah / yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambah
kolom praktis dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok diameter 10 mm, sengkang
diameter 6 mm jarak 15 cm, jarak antara kolom maksimum 3,00 m. Pemasangan bata merah
dilakukan bertahap, setiap hari maksimum 20 lapis setiap harinya, diikuti dengan pengecoran
kolom-kolom praktis dan ikatan angker angker kusen, baut-baut, seperti gambar detail untuk
melengkapi pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan.

6. Bagian pemasangan bata merah yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom struktur) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 40 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan bata merah sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali ditentukan lain.

7. Pasangan bata merah harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm berikut plesteran,
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapih dan tegak lurus dan siku.

8. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah, terkecuali pada posisi tertentu yang
menghendaki bata merah dipasang dengan ukuran harus dibagi dua.

9. Setelah bata merah terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan kemudian disiram dengan air.

10. Seluruh pasangan bata merah harus dilindungi terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh
pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan Kontraktor wajib memperbaikinya. Seluruh
biaya perbaikan merupakan tanggung jawab kontraktor.
42

11. Bila Ada Pekerjaan-pekerjaan Pasangan dinding bata merah yang tidak diterima oleh pihak
pengawas, dikarenakan dalam pengerjaannya diluar aturan-aturan yang belaku, maka
perkerjaan tersebut harus dibongkar, dan diperbaiki lagi atas beban Kontraktor.

12. Pekerjaan pasangan bata merah terdiri dari dua macam pekerjaan, yaitu pekerjaan pasangan
½ bata dan pasangan 1 bata. Adapun tempat-tempat dimana pasangan bata merah tersebut
dipasang harus sesuai dengan gambar perencanaan.

6. Pekerjaan Plesteran
1. Untuk pasangan bata merah / sebelum diplester, harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-

siarnya dikerok sedalam ± 1 cm.

2. Untuk beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa Cetakan/acuan

dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu.

3. Untuk bidang pasangan Bata merah / yang diplester harus difinish dengan plesteran halus

(acian) di atas permukaan plesterannya.

4. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom /l antai yang

dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Minimal tebal plesteran
1,5 cm dan jika ketebalan melebihi 3 cm harus diberi Ram kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya.

5. Untuk setiap pertemuan bahan berbeda jenis yang bertemu dalam satu bidang datar, harus

diberi naat dengan ukuran lebar 0,7 cm dan dalamnya 0,5 cm.

6. Untuk permukaan yang datar batasan toleransi perlengkungan atau pencembungan bidang
tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban
memperbaikinya atas tanggung jawabnya.

7. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-

tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya
dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air
secara cepat. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik harus dibongkar
dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas Lapangan atas
tanggungan kontraktor.

8. Pada dasarnya Plesteran dilaksanakan dalam 3 lapis, yaitu sebagai berikut :


43

 Lapisan kasar

Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding. Sebelum lapisan kasar mengeras,
harus dibuat goresan melintang. Lapisan ini harus dibasahi selama tidak kurang dari 24 jam
dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan sedang dipasang.

 Lapisan sedang

Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaan yang betul-betul rata, kemudian
dibuat kasar dengan mistar kayu untuk memperoleh lekatan lapisan halus. Lapisan ini harus
tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan mengering.

 Lapisan halus

Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan sedang. Lapisan sedang dibasahi
terlebih dahulu sebe-lum lapisan halus. Lapisan ini harus benar-benar rata dan halus dengan
menggunakan air kapur dan semen, sehingga diperoleh permukaan licin/halus, bebas dari
bidang yang kasar, tanpa bekas sendok atau noda lainnya. Lapisan ini harus dibasahi
sekurang¬kurangnya 2 hari.

7. Pekerjaan Lantai Keramik / Granit tile


1. Pemasangan lantai keramik di atas pasir urug padat setebal 10 cm terlebih dahulu diteliti
kebenaran pemadatan tanah urug dan pasir urug di bawahnya serta ketepatan pada peil
yang ditentukan/diatas pasangan batu bata setebal 10 cm.

2. Semua keramik yang akan dipasang terlebih dahulu di rendam dalam air. Pengisian siar-siar
harus merata/padat. Setelah dibersihkan dari kotoran, pengkolotan lantai dapat dilakukan
dengan semen atau sesuai petunjuk.

3. Pekerjaan lantai yang tidak lurus/waterpass, siarnya tidak lurus berombak, turun naik dan
retak harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong. Lantai yang sudah terpasang
harus dipel dan dibersihkan.

4. Lantai rabat dipasang di atas pasir urug (10 cm), satu elemen dengan elemen lainya harus
dipisah. Ketebalan rabat beton minimal 6 cm atau sesuai gambar dan difinish dengan
pukulan sapu lidi.

5. Pemasangan keramik dengan adukan 1 : 3 dan acian dipermukaan keramik yang akan
44

ditempel di atas adukan.

6. Pelaksanaan lantai keramik / granit tile harus dilaukan sebaik-baiknya sesuai gambar
perencanaan

8. Pekerjaan Alumunium
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib meneliti gambar-gambar dan kondisi di
lapangan (ukuran dan peil lubang harus diketahui) serta membuat contoh jadi untuk semua
detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan sistem konstruksi bahan
lain.

2. Semua frame baik untuk kusen dinding kaca luar dan pintu dikerjakan secara fabrikasi dengan
teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan.

3. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari bahan besi untuk menghindarkan


penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk mengerjakannya pada tempat
yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaannya.

4. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-actived gas (argon) dari arah bagian dalam agar
sambungannya tidak tampak oleh mata.

5. Pada akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet dan
harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai
dengan gambar.

6. Angkur-angkur untuk kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2,3 mm dengan lapisan
zink tidak kurang dari 13 mikron dan ditempatkannya pada interval 300 mm.

7. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/stainless steel,
sedemikian rupa sehingga hari line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi
syarat kebutuhan terhadap tekanan air sebesar 1000 kg/cm2.

8. Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant yang sudah
disetujui Pengawas.

9. Untuk fitting hard ware dan reinforcing material yang mana kusen aluminium akan kontak
dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan harus diberi
lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.
45

10. Toleransi pemasangan kusen aluminium di satu sisi dinding adalah 10 - 25 mm yang kemudian
diisi dengan beton ringan/grout.

11. Toleransi Puntiran : Pemasangan semua pintu terhadap kusen yang diijinkan adalah 1 mm,
sedangkan terhadap lentur adalah 3 mm.

12. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara, terutama pada ruang yang
dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
rubber atau bahan dari synthetic resin.

13. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya
kedap air dan suara.

14. Kaca-kaca dinding luar bangunan dan daun pintu hendaknya dibuat fixed dengan beads.
Beads dimaksud harus dari aluminium extruded shape dan dilengkapi dengan neoprene. Tepi
bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi finishing untuk penahan air hujan.

15. Kisi-kisi aluminium yang akan dipasang harus setelah mendapat persetujuan Pengawas.

16. Seluruh kisi-kisi aluminium yang dipasang harus benar-benar tegak lurus terhadap gari
horizontal. Jarak pemasangan kisi-kisi sesuai dengan gambar perencanaan.

17. Kisi-kisi aluminium yang dipasang adalah aluminium yang telah terpilih dan tidak ada bagian
yang cacat atau tergores.

18. Dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan spesifikasi dari produsen atau yang
disetujui Pengawas.

19. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat kelalaian, maka Kontraktor tersebut harus
mengganti tanpa biaya tambahan.

20. Pintu jendela harus terpasang rapat, rapi dan kuat pada sistem kosen penggantung.

9. Pekerjaan Asesoris Pintu Jendela


1. Pemasangan semua perlengkapan, alat penggantung pintu dan jendela sesuai dengan letak
posisi yang telah ditentukan dalam gambar, dipasang harus tepat dan rapih.

2. Semua pelubangan untuk skrup, fisher atau anker yang akan dipasang terutama pada engsel,
door closer, flush bolt, harus diberi klos kayu setempat agar terpasang kokoh dan kuat.

3. Pemasangan engsel untuk pintu swing, dipasang sebanyak 3 buah engsel dengan ketentuan
46

sebagai berikut

a. Engsel bawah dipasang sejauh kurang lebih 28 cm dari permukaan bawah pintu kecuali untuk

pintu service dan pintu-pintu di ruang basah adalah sejarak 32 cm (as) dari permukaan pintu
bawah.

b. Engsel tengah dipasang sejauh kurang lebih 100 cm dari as permukaan pintu bawah.

c. Engsel atas, dipasang kurang lebih 28 cm As dari

d. Permukaan atas pintu.

4. Handle dan Door Pull dipasang kurang lebih 97,5 cm as dari permukaan lantai setempat.

5. Posisi dari lock dan latch harus ditentukan dan dilaporkan oleh kontraktor ke Konsultan
Pengawas.

6. Engsel jendela gantung dipasang pada bagian atas kusen dan daun jendela disetel harus tepat
ukurannya sehingga sudut bukaan dari sisi daun jendela menjadi sama rata.

7. Sedangkan type engsel bisa (Transom catch) dipasang pada type jendela bukan samping
(Swing) dengan jarak bukaan semaksimum mungkin, tepat dan rapih.

8. Seluruh pemasangan hard ware pintu dan jendela harus berfungsi dengan baik, sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya maupun atas petunjuk Konsultan Pengawas.

10. Pekerjaan Plafond GRC/PVC


1. Semua rangka harus terpasang kokoh, tegak lurus, dan siku, satu dan lainnya, ukuran-ukuran
maupun yang lainnya harus menuruti gambar perencanaan, terkecuali ditentukan lain oleh
Perencana / Konsultan Pengawas. Rangka harus dipasang dan disetel oleh tenaga ahli
dibidangnya, atau pemasangan oleh pabrik pembuat langsung.

2. Setelah urusan rangka langit-langit datar/lengkung terpasang, seluruh permukaan rangka


harus rata lurus dan waterpass tidak ada bagian yang bergelombang dan batang-batang rangka
harus saling tegak lurus. Rangka yang berbentuk lengkung harus kelihatan sempurna sesuai
dengan gambar perencanaan

3. Bahan penutup yang digunakan adalah Lembaran-lembaran GRC dengan ukuran sesuai
gambar,dan petunjuk konsultan pengawas.

4. Multipleks dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan gambar perencanaan, bidang
47

permukaan langit-langit harus rata, lurus, waterpas dan tidak bergelombang serta sambungan
antara lembaran GRC yang satu dengan yang lainnya harus rapat.

5. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit yang bisa
dibuka tanpa merusak GRC sekelilingnya untuk keperluan pemeriksa/pemeliharaan M & E.

6. Pemasangan/penyetelan plafond tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar rencana


baik plafond datar maupun yang lengkung, untuk itu urutan dan cara kerja harus mengikuti
persyaratan dan ketentuan dari pihak konsultan pengawas. Semua ukuran harus sesuai dengan
pola plafond yang diingikan, serta yang mengerjakan pemasangan pelapis plafond ini harus
oleh tenaga yang perpengalaman dalam bidang ini.

7. Finishing pelapis, memakai cat tembok Setara Cathylact dicatkan diatas permukaan GRC,
semua persyaratan dan cara pengecatan mengikuti persyaratan yang disyaratkan oleh pabrik
yang dipilih dan ditunjuk oleh konsultan pengawas/pemberi tugas.

8. Pada bagian tepi dari plafond yang bertemu/bersinggung dengan dinding ditutup dengan list
Profil dari GRC dan bentuk sesuai gambar. Pemasangan list plafond keliling ruangan,
disesuaikan dengan gambar rencana.

9. Apabila terjadi penyimpangan dan tidak sesuai dengan gambar atau menurut Pengawas
dianggap tidak rapih maka Kontraktor harus memperbaikinya kembali sesuai yang disyaratkan
dan tidak merupakan pekerjaan tambah

11. Pekerjaan Pengecatan Dinding dan Plafond


1. Permukaan yang akan dilapisi cat harus sudah kering dengan sempurna dengan kelembaban
yang diijinkan tidak lebih dari 5 %. Minimal pengeringan plesteran dan acian 28 hari dihitung
dari selesainya pekerjaan plesteran.

2. Seluruh bidang permukaan dinding, plafond dan lainnya yang akan dicat harus bersih bebas
dari debu, noda-noda, apabila terdapat lubang atau cacat lainnya harus segera ditutup dan
dikeringkan.

3. Tidak diperkenankan pelaksanaan pengecatan dilakukan pada saat cuaca lembab atau hujan,
atau dalam keadaan angin berdebu.

4. Setelah bidang permukaan dilapisi 1x lapisan cat Primer dan dibiarkan selama 2 jam kemudian
dilapisi dengan 1x lapisan Cat Dasar . Setelah cat dasar terpasang selama 2 Jam dan di hamplas
halus lalu dibersihkan dengan menggunakan kain yang bersih, maka lapisan terakhir adalah
48

seba nyak 2x lapis cat akhir dengan jangka waktu setiap lapisan terakhir adalah 2 jam atau
sesuai dengan standard dari pabrik. Pelaksanaan pengecatan harus menggunakan roller dan
bila terdapat permukaan yang sulit pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara pemakaian
kwas.

5. Hasil akhir dari pengecatan harus rata, tidak berbintik-bintik atau terdapat gelembung udara,
goresan dan harus dijaga terhadap kotoran yang mungkin melekat. Bila hasil pekerjaan tidak
disetujui Pengawas, maka wajib bagi Kontraktor untuk memperbaikinya.

6. Untuk keseluruhan pekerjaan pengecatan, Kontraktor diharuskan mengikuti syarat-syarat dan


petunjuk dari pabrik yang mengeluarkannya, atau dari Pengawas setempat.

Anda mungkin juga menyukai