Volume I : Umum
Bagian – 1: Pekerjaan Tanah
DAFTAR ISI
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 24
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Pedoman ini meliputi kegiatan tanah yang terdiri dari galian yang mencakup penggalian,
penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari Borrow
Area atau sekitarnya dan pekerjaan timbunan yang mencakup kegiatan pengadaan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui
untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang diperlukan untuk penyelesaian dari
pekerjaan untuk berbagai kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Ke-PU-an
khusunya di bidang Sumber Daya Air.
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan tanggul, dan umumnya untuk
pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis,
ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Bagain ini berlaku untuk semua jenis
pekerjaan tanah yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan tanah dapat
berupa :
a) Pekerjaan Galian, yang meliputi :
1) Pembersihan Medan
2) Kupasan
3) Galian
(1) Galian Terbuka
(2) Galian biasa
(a) Galian biasa untuk material timbunan
(b) Galian biasa sebagai bahan buangan
(3) Galian batu
(a) Galian batu tanpa menggunakan bahan peledak
(b) Galian batu menggunakan bahan peledak
(4) Galian Bangunan
b) Pekerjaan Timbunan, yang meliputi :
1) Timbunan Biasa
2) Timbunan Pilihan
Cara pelaksanaan pekerjaan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia
atau tenaga mesin.
iii
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 1: Pekerjaan Tanah
1. RUANG LINGKUP
2. ACUAN NORMATIF
1 dari 29
3. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Galian biasa adalah mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian batu, galian bangunan, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan beraspal, dan masih dapat dilakukan dengan penggaru (ripper) tunggal
yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto
maksimum sebesar 180 PK (tenaga kuda).
3.2. Galian biasa sebagai bahan buangan adalah bahan galian yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai bahan timbunan atau material galian dianggap tidak diperlukan
dalam konstruksi
3.3. Galian bangunan adalah galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk bangunan.
3.4. Galian tanah berbatu adalah galian tanah pada lapisan tanah yang mengandung batu
3.5. Galian tanah biasa adalah galian tanah pada lapisan tanah yang dapat digali dengan
cangkul.
3.6. Galian tanah cadas adalah galian tanah pada lapisan tanah keras yang dapat digali
dengan bantuan alat pemecah.
3.7. Galian tanah keras adalah galian tanah pada lapisan tanah padat tidak mudah pecah
yang dapat dikerjakan dengan bantuan alat pemecah.
3.8. Galian tanah lumpur adalah galian tanah pada lapisan tanah lunak dan berair.
3.9. Kupasan (striping) adalah pengupasan lapisan tanah bagian atas.
3.10. Lump Sum (LS) adalah biaya yang dibayarkan langsung tanpa membutuhkan rincian
berbagai jenis pekerjaan atau komponennya.
3.11. Tebas tebang adalah memotong dan membersihkan segala macam tumbuh-tumbuhan
besar dan kecil.
3.12. Nilai aktif adalah perbandingan antara indexs plastisitas dengan prosentase kadar
lempung
3.13. Timbunan tanah adalah proses penimbunan tanah baik secara manual atau secara
mekanis
3.14. Timbunan biasa adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau bahan galian batu
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen
3.15. Timbunan pilihan adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau tanah berbatu
yang memenuhi semua ketentuan timbunan biasa dan sebagai tambahan harus
memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya
4.1. Umum
Lingkup dari pekerjaan tanah akan meliputi semua pekerjaan yang berkaitan sebagai
berikut:
• Pembersihan
• Galian termasuk pembentukan dan saluran
• Timbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan
• Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari galian
• Penimbunan
2 dari 29
• Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi
Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan paling tidak tiga puluh (30) hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
Penyedia Jasa akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari beberapa tempat
dan akan membuang material galian seperti yang telah ditentukan dalam gambar atau
seperti yang diarahkan oleh Direksi.
3 dari 29
Excavator, maka pembayaran volume ini akan termasuk kedalam pembayaran
item Galian Batu atas sepengetahuan Direksi pekerjaan.
Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa akan dibuat dalam meter
kubik dimana tanah galian dari permukaan kupasan sampai yang sesuai
ditunjukan dalam garis-garis bidang yang sesuai dalam gambar. Pembayaran
untuk galian tanah biasa dibuat dalam meter kubik untuk item dalam BoQ.
Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk
pada suatu tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk
timbunan dan material yang tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan
dipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan kembali, sedangkan material
yang tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar daerah irigasi atau kesuatu
tempat yang tidak akan mengganggu areal pertanian dan fungsi jaringan.
Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material
yang bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-
dekatnya dengan lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar
pada bagian yang akan ditimbun.
Harga satuan termasuk upah buruh, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
penggalian, perapihan dan kemiringan talud temasuk usaha pencegahan bahaya
longsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu galian dan timbunan kecil apabila
dianggap perlu oleh Direksi. Peralatan pengangkutan diperhitungkan terhadap
pemindahan material hasil galian ke suatu tempat penimbunan sementara yang
disetujui Direksi sejauh ± 1 km.
Khusus untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan berada didaerah
persawahan, agar diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian atau
alternatif lain berupa galian secara manual.
4 dari 29
Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di tempat yang tidak
dapat disingkirkan dengan mudah baik dengan mempergunakan pacul, excavator
biasa maupun Pick Hammer, kecuali dengan Excavator yang diperlengkapi
dengan Breaker atau dengan Peledakan. Apabila menggunakan peledakan,
maka Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan segala peralatan dan
material yang diperlukan berikut perizinan dan penanganan peledakannya.
5 dari 29
Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang
bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnya dengan
lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan
ditimbun.
Semua galian untuk pondasi bangunan / struktur akan dilaksanakan dalam kondisi
kering (dimana dalam kondisi kering akan dibangun seperti dalam Sub-bag 1.6.1
Pekerjaan Pengeringan). Tidak ada tambahan biaya terhadap harga satuan tender
dalam BoQ untuk galian yang disebabkan material menjadi basah.
Galian akan dibuat sepenuhnya sesuai dengan ukuran yang diperlukan dan akan
diselesaikan terhadap garis dan ketinggian yang ditentukan kecuali terdapat batu
menonjol sendiri akan diijinkan untuk melebar dalam garis yang telah ditentukan tidak
lebih dari 20 (dua puluh) sentimeter dimana permukaan tidak dilindungi dengan beton.
Jika permukaan dilindungi dengan beton secara umum harus rata seperti ditentukan
oleh Direksi.
Kecuali seperti secara rinci ditunjukkan dalam gambar atau sebaliknya yang diarahkan
oleh Direksi, keperluan pengukuran untuk pembayaran galian terbuka terhadap
kemiringan seperti disebutkan dibawah ini:
KEMIRINGAN GALIAN
Dimana diperlukan dan diinstruksikan oleh Direksi, Penyedia Jasa akan menggali
saluran terbuka / parit untuk mengalihkan air mengalir keluar dari galian terbuka.
Biaya keseluruhan dari pekerjaan ini akan ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali
dimana saluran tersebut adalah merupakan bagian dari pekerjaan permanen yang
mana pembayaran untuk galian akan dihitung dari harga satuan tender dalam BoQ.
Penggalian tanah untuk bangunan termasuk pekerjaan galian dari semua tanah,
kerikil, dan batuan kasar. Penggalian untuk bangunan harus dilaksanakan dengan
cara yang paling aman hingga mencapai elevasi yang disetujui Direksi. Kecuali
ditunjukkan dengan jelas pada gambar atau telah ditetapkan oleh Direksi.
Apabila terdapat material alam pada lokasi galian pondasi yang mengganggu selama
pelaksanaan penggalian, maka hal tersebut harus dipadatkan ditempat atau
disingkirkan atau diganti dengan tanah timbunan yang sesuai atau beton K100 atas
biaya Penyedia Jasa.
Pekerjaan galian tanah untuk bangunan akan diukur sebagai dasar pembayaran
hingga mencapai elevasi yang diperlihatkan dalam gambar atau bila tidak
diperlihatkan dalam gambar sampai mencapai garis elevasi sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan.
6 dari 29
Penyedia Jasa harus semaksimal mungkin menggunakan material hasil galian sebagai
bahan untuk timbunan sejauh secara kualitas memenuhi syarat.
Tidak diizinkan adanya semak, akar, rumput atau material tidak memenuhi syarat lain
yang akan dipakai sebagai bahan timbunan. Kelayakan dari setiap bagian pondasi
untuk penempatan material timbunan dan semua material yang digunakan dalam
konstruksi timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik.
Penyedia Jasa harus melaksanakan test uji timbunan (trial embankment) untuk
menentukan efektifitas dari beberapa metode pemadatan dari material yang tersedia
untuk pekerjaan timbunan. Sasaran hasil dari uji test timbunan adalah untuk
mengkonfirmasi efektifitas dari metode pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan
ukuran dari alat pemadat, jumlah lintasan untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan,
efek getaran terhadap kadar air dan aspek lain dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk
penempatan/penghamparan dari material dari borrow area, galian dan stockpile
dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah untuk pemadatan dengan
peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah lintasan yang berbeda. Hasil
percobaan ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dalam segala hal kewajibannya
untuk mendapatkan batas pemadatan sebagai yang ditentukan dalam kontrak
Apabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu pelaksanaan dikemudian
hari, maka percobaan-percobaan lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih dahulu. Bila
hasil percobaan pemadatan tanah dilaksanakan untuk tanggul pada bangunan yang
permanen, percobaan tersebut akan dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan dalam
penyelesaian pekerjaan tersebut, dan apabila pekerjaan tersebut gagal dan tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan Direksi, maka Penyedia Jasa
harus membongkar kembali pekerjaan permanen yang didasarkan pada percobaan
yang gagal tersebut atas biaya Penyedia Jasa tidak ada pembayaran terpisah atas
percobaan tanah yang dilaksanakan di tempat lain.
Penyedia Jasa akan memberikan informasi kepada Direksi paling tidak 30 (tigapuluh)
hari sebelum pelaksanaan test uji timbunan (trial embankment).
Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment) adalah
sebagai berikut :
• Kepadatan Lapangan (field density)
• Permeability lapangan (field permeability)
• Berat Jenis (specific gravity)
• Kadar Air (water content)
• Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)
• Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
• Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test uji timbunan (trial
embankment). Semua biaya untuk pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk uji
pemadatan, penghamparan, dan berikut pembongkaran material serta berkaitan
dengan pengujian, pengambilan contoh uji (sample) adalah sudah termasuk dalam
harga satuan yang dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan dalam BoQ.
7 dari 29
1) Timbunan tanah kembali dari hasil galian.
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah kembali dari hasil galian
adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang
bangunan dengan mempergunakan bahan timbunan dari hasil galian yang secara
spesifikasi teknis bahan tersebut dapat dipertangung jawabkan.
Penimbunan dan pemadatan tanah isian di bangunan boleh dilakukan setelah
umur bangunan sudah dinilai cukup oleh Direksi. Pelaksanaan harus dilakukan
secara hati-hati dengan menggunakan alat yang diijinkan oleh Direksi.
Penimbunan dilaksanakan secara lapis perlapis dengan ketebalan hamper sesuai
dengan spesifikasi alat yang digunakan. Bila tidak ada instruksi lain dari Direksi
maka Penyedia Jasa wajib menggunakan tanah hasil galian untuk penimbunan
tanah isian. Bila material tanah hasil galian bangunan tidak cukup maka Kotraktor
dibolehkan menggunakan material timbunan dari luar (borrow area) atas ijin
Direksi.
2) Timbunan tanah dengan material dari borrow area
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dengan material dari borrow
area adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang
bangunan dengan mempergunakan bahan timbunan dari galian pada suatu lokasi
borrow dengan jenis dan kualitas tanah yang tertentu dan Penyedia Jasa
mengeluarkan biaya untuk pengadaan material tanah timbunan tersebut.
Sumber dari material borrow untuk setiap timbunan harus sesuai dengan borrow
area yang telah disetujui oleh Direksi. Semua bagian dari timbunan akan dihitung
dan dibayar terhadap material terpasang dalam lokasi timbunan dengan dasar
setelah pekerjaan pemadatan.
3) Timbunan Lolos Air
Timbunan kembali lolos air harus ditempatkan berdasarkan garis, ketinggian dan
ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti arahan Direksi.
Material harus ditangani dan diletakkan sedemikian rupa untuk menghindari
segregasi. Metode dari pelaksanaan timbunan kembali lolos air harus diusulkan
dan mendapat persetujuan dari Direksi.
Timbunan kembali lolos air harus ditimbun secara lapis horisontal dengan
ketebalan tidak lebih dari 50 (lima puluh) cm sentimeter sebelum dipadatkan dan
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat kapasitas 10 ton (vibratory
roller) atau berdasarkan kepadatan dari uji timbunan yang telah mendapatkan
persetujuan dari Direksi.
Material filter dapat diperoleh dari sungai setempat, galian pondasi
bendung/bangunan air atau lokasi yang telah disetujui Direksi. Material filter harus
terdiri dari material yang layak, awet, pasir dan kerikil bergradasi baik dengan
ukuran partikel kurang dari 8 (delapan) sentimeter. Juga material tidak boleh
mengandung fraksi lolos saringan no.4 dalam jumlah lebih dari 50% (limapuluh
persen) begitu juga lolos saringan no. 200 tidak lebih atau kurang dari 10 %
(sepuluh persen).
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi
teknis pekerjaan tanah harus memuat :
8 dari 29
5.1. Pekerjaaan Persiapan
Dari gambar rencana (dokumen kontrak), maka dapat diketahui volume dan lokasi
galian, serta volume dan lokasi timbunan.
a. Penetapan Disposal area :
a) Dilakukan survey awal untuk mencari daerah-daerah tempat pembuangan hasil
galian yang tidak dapat dipakai sebagai material timbunan
b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah-daerah
pembuangan yang menguntungkan ditinjau dari segi biaya dan waktu. Dalam
banyak hal daerah yang terdekat biasanya menjadi pilihan yang baik.
c) Ukur jarak tempat pembuangan (Disposal Area) dari tempat galian. Untuk dapat
menghitung jumlah dump truck yang diperlukan (ingat cara menghitung
kebutuhan Dump Truck didasarkan atas volume lepas) dan menghitung biaya
angkutan.
b. Penetapan Quarry Tanah Timbunan
a) Bila diperlukan quarry tanah, maka perlu survey awal untuk mencari daerah-
daerah yang tanahnya dapat diambil dan memenuhi syarat untuk material
timbunan.
b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah yang
menguntungkan dengan pertimbangan biaya, waktu dan mutu tanahnya.
Usahakan letaknya searah dengan disposal area (atau sebaliknya) sehingga
dump truck yang balik dalam keadaan kosong dapat dimanfaatkan
c) Ambil sampel tanahnya, untuk dapat dihitung berat volume kering
maksimumnya di laboratorium, untuk dipergunakan sebagai standar
pengukuran kepadatan dalam pelaksanaan. Karena standar hanya berlaku
untuk jenis tanah yang sama, maka harus diberi tanda supaya tidak tertukar
dengan yang lain.
d) Agar pengambilan tanah dapat berjalan secara efektif, maka jalan kerja jalan
kerja menuju quarry dan disposal area, perlu dapat perhatian yang serius serta
dilengkapi dengan drainase lingkungan.
c. Penetapan Base Camp
Tetapkan letak base camp, sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan. Hendaknya
diperhatikan juga lingkungan sosial yang ada.
d. Dokumentasi
Perlu dibuat dokumentasi untuk daerah quarry, disposal area, jalan kerja dan
kondisi sepanjang saluran
9 dari 29
Sampah yang berasal dari pembersihan harus diatur dan disebar disekitar lokasi yang
dijamin tidak akan mengganggu kegiatan pertanian. Pengaturan dari semua sampah
tersebut harus sesuai petunjuk Direksi. Kemudian Penyedia Jasa harus membongkar
akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah dan dipadatkan kemudian
membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan hasil pembersihan lapangan.
Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan / tidak harus
ditebang dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus melindunginya
dari kerusakan.
Semua bahan yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan apabila keadaan
mengijinkan harus dibakar sampai habis. Penumpukan untuk pembakaran harus
dikerjakan dengan cara dan pada tempat-tempat tertentu agar tidak menimbulkan
resiko terhadap bahaya kebakaran. Semua pembakaran harus sesempurna mungkin
sehingga bahan yang dibakar akan menjadi abu. Penyedia Jasa setiap saat harus
mengambil langkah-langkah pencegahan secara khusus untuk mencegah penyebaran
api dan harus mempunyai peralatan sesuai untuk digunakan dalam pencegahan dan
pemadaman.
Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan pohon dan semak belukar,
dimana lokasi tersebut akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen, jalan
masuk, tanggul-tanggul dan saluran-saluran. Sedangkan bidang lain yang diperlukan
untuk menunjang pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Luas areal yang
akan dibayar untuk pekerjaan ini adalah dihitung berdasarkan luasan seperti dalam
tabel berikut :
10 dari 29
5.4.1 Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan pengeringan
(dewatering) dengan alat pompa, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana
kerja lengkap yang memuat metode, tahap-tahap pekerjaan dan kebutuhan
waktu pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling lambat 15 hari
sebelum pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa harus menjaga agar
galian bebas dari air selama masa pembangunan dan menjamin adanya
peralatan pompa yang cukup dan siap dioperasikan di lapangan setiap waktu
guna menghindari terputusnya kontinuitas pengeringan air. Cara menjaga
galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air harus dilaksanakan
dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi.
Penyedia Jasa harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan
cukup dilapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.
11 dari 29
c. Galian dari Excavator langsung dimuat ke Dump Truck yang telah disiapkan
(jumlah kebutuhan Dump Truck harus disesuaikan dengan kapasitas
Excavator), dan kemudian diangkut ke tempat yang ditentukan. Usahakan
posisi Dump Truck sedemikian rupa sehingga swing dari Excavator
bersudut kecil.
d. Bila karena suatu hal profil rusak atau berubah posisi, maka sebelum galian
finishing dilakukan, profil tersebut diperbaiki dengan pedoman patok-patok
bantuan yang selalu terjaga.
e. Galian finishing dilakukan oleh tenaga orang dengan cangkul. Sebenarnya
dengan kerjasama yang baik antara pelaksana dan operator excavator yang
mahir, dapat langsung dilakukan penggalian sampai garis/bidang finishing.
f. Dalam hal desain saluran terdapat saluran gendong, seperti sket di bawah,
sebaiknya pembuatan saluran tersebut didahulukan, karena dapat berfungsi
sebagai saluran drainase.
5.5.2 Di Lokasi Quarry
a. Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka tanah dikupas dan di
stock dengan Bulldozer .
b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi seperlunya saja,
dan dilindungi/ditutupi dengan terpal/plastik .
c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan pelayanan
Wheel Loader untuk diangkut ke tempat pekerjaan timbunan
d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa : bulldozer dan
loader dan Excavator
12 dari 29
Bila diminta seperti ditentukan oleh Direksi, lokasi pembuangan harus di ratakan, untuk
menghindari dari erosi akibat hujan.
Perubahan atau penambahan dari luasan lokasi pembuangan untuk kenyamanan dari
Penyedia Jasa sendiri adalah merupakan tanggung jawab dan atas biaya dari
Penyedia Jasa serta harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Penyedia Jasa harus mengajukan proposal kepada Direksi paling tidak tiga puluh (30)
hari untuk mendapatkan persetujuan berkenaan dengan pembuangan material di
tempat lain selain dari lokasi yang telah disetujui dan untuk perlindungan material dari
erosi.
Biaya pengangkutan pembuangan material galian ke tempat pembuangan dan untuk
perawatan dari lokasi pembuangan yang ditentukan disini harus sudah terangkum
dalam harga satuan per meter kubik untuk pekerjaan galian.
Dimana diharuskan atau ditunjukkan dalam gambar, lereng dari saluran, dan saluran
gendong harus digebal dengan rumput. Sebelum gebalan rumput dipasang,
permukaan harus diratakan dan digemburkan bila perlu dan dilapisi dengan humus 2
cm. Permukaan gebalan rumput harus rata dengan permukaan lereng saluran.
Setelah gebalan rumput dipasang harus disiram dengan air secukupnya sampai
gebalan itu tumbuh dengan baik, sedang gebalan rumput yang tidak tumbuh harus
dibuang dan diganti.
Cerucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang gebalan rumput. Ukuran
dari cerucuk tadi paling tidak panjangnya 15 cm dengan diameter 2-3 cm dan dipasang
2 buah cerucuk untuk setiap gebalan ukuran 25 cm x 25 cm x 4 cm.
Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul harus dibersihkan dan
dikupas atau digali hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam gambar.
13 dari 29
Permukaan tanah yang telah dikupas atau digali tersebut, sebelum pekerjaan timbunan
untuk tanggul saluran maupun tanggul banjir harus dibuat alur-alur terbuka sedalam
20.00 cm dengan jarak antara alur lebih kurang 1.00 meter.
Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya digaruk sampai kedalaman yang lebih
besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0.15 m, dan
kadar air tanah yang digaruk harus dijaga, baik secara pengeringan alami atau
pembasahan dengan alat semprot.
Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga mencapai garis elevasi yang
ditunjukan pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Tanah timbunan untuk
tanggul harus bersih dari tunggul-tunggul pohon, akar, rumput, humus-humus dan
unsur lain yang bisa membusuk.
Hasil akhir pekerjaan timbunan untuk saluran diatas tanah asli harus rapat air dan tidak
boleh ada rembesan pada tanah timbunan yang dianggap membahayakan oleh
/Direksi, maka Penyedia Jasa wajib memperbaikunya tanpa ada biaya penggantian.
Ketika masing-masing lapisan material telah dikondisikan untuk kadar air yang
diperlukan, kepadatan kering lapangan yang dihasilkan minimal 90 % (sembilan puluh
persen) dari kepadatan kering maksimum laboratorium.
Setiap lapis dari material timbunan harus memenuhi kadar air untuk pemadatan yang
dibutuhkan dengan menggunakan alat vibrator roller dengan berat lebih dari 9
(sembilan) ton atau alat pemadat lain yang telah disetujui. Ini akan dapat dipenuhi
dengan dilewati alat pemadat kira-kira 6 (enam) lintasan setiap lapis (sama dengan
lebar kepadatan yang dibutuhkan, bagaimanapun Direksi boleh mengubah jumlah
lintasan dari alat vibrator roller tergantung dari uji coba timbunan/trial embankment.
14 dari 29
Untuk mendapatkan acuan kerja lapangan diperlukan uji coba (trial test) timbunan
dengan menggunakan peralatan yang akan digunakan Penyedia Jasa di lapangan. Uji
percobaan ini harus disaksikan oleh Direksi dan dibuat berita acaranya. Selanjutnya tes
kepadatan dilakukan per 50 meter panjang saluran per lapis timbunan.
Penyedia Jasa harus merawat timbunan yang telah disetujui hingga akhir penyelesaian
dan penerimaan dari pekerjaan. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap
erosi dari permukaan timbunan dan setiap material timbunan yang hilang akibat erosi
harus diganti oleh biaya Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa harus hati-hati dalam pemadatan material timbunan yang berdekatan /
berada di sekitar struktur beton. Kerusakan apapun yang berakibat pada struktur beton
oleh peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki dengan biaya Penyedia Jasa.
15 dari 29
5.9.2 Operasi dari Borrow area
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab penuh terhadap operasi di borrow area
dibawah pengawasan dan instruksi Direksi.
Apabila secara teknis, bahan timbunan dari hasil galian setempat tidak
memungkinkan untuk dipakai, maka harus diambil dari tanah luar (Borrow area)
sesuai yang ditunjukan dalam gambar atau atas perintah Direksi. Penyedia
Jasa harus membayar ganti rugi kepada pemilik daerah tersebut dalam
memperoleh tanah timbunan sebagaimana yang ditunjukan oleh Direksi. Biaya
ganti rugi tanah timbunan, biaya pengupasan dan penggalian tanah telah
termasuk dalam harga satuan penawaran.
Sedapat mungkin kadar air dari bahan tanah timbunan harus diatur dan dijaga
sebelum digali dari lokasi borrow-area, dengan cara memberi atau menambah
air dengan mengalirkannya (bila kurang basah) atau dengan menggali saluran
atau parit pembuang untuk mengurangi kelebihan air.
Material akan di dapatkan dari kebutuhan galian dan borrow area seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja dan dari kebutuhan dengan galian, jika
demikian mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.
Garis batas dari borrow area seperti ditunjukkan dalam gambar kerja hanya
kira-kira dan mungkin akan meluas jika diperlukan dengan persetujuan dari
Direksi. Pada saat perluasan Penyedia Jasa tidak akan mengajukan tambahan
biaya terhadap harga satuan untuk material tersebut dalam BoQ.
Tidak kurang dari 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pengoperasian di
lokasi tersebut Penyedia Jasa harus mengajukan kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan mengenai kelengkapan dari usulan metode
borrow area, termasuk urutan pengoperasian, kedalaman
pengambilan material dan uraian dari rencana borrow area yang diusulkan.
Apabila terdapat perbedaan tinggi dalam pengoperasian di borrow area
horisontal berm akan dibentuk dan borrow area akan ditinggalkan dalam
keadaan rapi dan dalam kondisi aman untuk kepuasan Direksi. Dengan
demikian Penyedia Jasa tidak diizinkan untuk memulai melaksanakan
pekerjaan tersebut sebelum mendapat persetujuan Direksi.
Lokasi galian pengambilan tanah timbunan harus dibersihkan terlebih dahulu
dan bebas dari kotoran dan sisa-sisa akar pohon, dan secara seksama dikupas
dan dihilangkan bahan-bahan organiknya seperti rumput, lapisan tanah
permukaan dan akar pohon, dengan demikian tanah timbunan tidak
mengandung tunggul, semak belukar, akar, rumput, humus, gumpalan-
gumpalan tanah dan unsur lain yang mudah membusuk.
Borrow area harus dioperasikan sehingga tidak merusak kegunaan dari segala
bagian dari pekerjaan. Apabila terdapat material yang mempunyai ukuran lebih
dari tiga puluh (30 cm) sentimeter di lokasi borrow area maka material tersebut
harus di pisahkan atau dibuang oleh Penyedia Jasa atau pada saat material
sebelum dipadatkan.
Setelah penggalian selesai di borrow area, material kupasan (stripped)
(termasuk material humus dan material tidak dipergunakan yang mungkin akan
ditimbunkan kembali) harus dikembalikan ke borrow area di mana pada saatnya
akan ditutup seperti arahan Direksi untuk memelihara kesuburan lahan dan
mencegah resiko terhadap ternak dan orang.
16 dari 29
Jika dilokasi manapun di borrow area (sebelum atau selama operasi
penggalian) terdapat daerah yang terlalu basah, akan diambil langkah yang
memungkinkan untuk mengurangi kandungan air dengan jalan pemilihan
daerah galian untuk menjamin material dalam kondisi tidak jenuh air atau
dengan cara di jemur atau material di tempatkan dilokasi stock yang telah di
setujui oleh Direksi dan apabila ditemukan kelebihan kandungan air diijinkan
untuk dikeringkan atau dengan menggunakan alat lain yang telah disetujui.
Pada akhir penyelesaian dari pelaksanaan pekerjaan pembuatan tanggul,
Penyedia Jasa harus mengatur dalam borrow area tersebut dengan suatu cara
sedemikian rupa agar elevasi permukaan tanah disekitarnya dan permukaan
tanah borrow area sama tinggi, sehingga air hujan tidak tergenang di lokasi
tersebut kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
Untuk menghindari terbentuknya kolam air di borrow area, parit saluran dari
borrow area ke pengeluaran terdekat harus di buat oleh Penyedia Jasa dimana
jika parit saluran tersebut diperlukan.
Penyedia Jasa tidak diijinkan memindahkan atau membawa material dari
borrow area untuk keperluan Penyedia Jasa dan atas kemauan sendiri tanpa
persetujuan dari Direksi.
Kecuali ditentukan lain, tidak ada pembayaran langsung untuk biaya persiapan,
operasi dan pemeliharaan borrow area termasuk pembersihan, pengupasan,
penggalian dan pekerjaan-pekerjaan lain yang diperlukan hingga syarat-syarat
timbunan tersebut sesuai untuk digunakan dalam pekerjaan pembuatan
tanggul.
Akan tetapi biaya tersebut akan diperhitungkan dalam harga satuan pada sub
pasal yang ada sangkut pautnya untuk pekerjaan pembuatan tanggul, dimana
tanah timbunan diambil dari Borrow area.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya jika kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh jika tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989 tentang Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
Tanah.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu tanggul sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
energi pemadatan yang sama.
17 dari 29
Urutan pelaksanaan, sebagai berikut :
a) Percobaan Pemadatan
• Hamparkan tanah lepas setebal yang kita kehendaki, diatas permukaan yang
telah dipadatkan seperlunya (biasanya dalam spesifikasi teknik ditetapkan tidak
boleh lebih dari 30 cm)
• Semprotkan air, bila dirasakan hamparan tanah kadar airnya masih kurang
(tetapi lebih baik agak kurang daripada kelebihan)
• Kemudian dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep Foot Roller
dan dicoba misalnya dengan 6 lintasan. Sesudah itu diambil sampel tanah dan
diukur kepadatannya (berat volume keringnya). Bila ternyata masih kurang
padat, maka lintasan pemadatan ditambah lagi, misalnya ditambah dua
lintasan. Bila tingkat kepadatannya telah dicapai, maka cara-cara tersebut
dipakai sebagai pedoman selanjutnya.
b) Pemadatan Timbunan
• Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya, sesuai
persyaratannya.
• Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi galian, dibawa dengan
Dump Truck, ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan.
Jarak tumpukan diatur sedemikian, sehingga bila dihampar dengan ketebalan
30 cm seluruh permukaan dapat tertimbun.
• Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan dengan Bulldozer atau
Grader untuk mencapai ketebalan hamparan kurang lebih 30 cm. Perhatikan
kadar airnya secara visual .
• Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus
dihentikan.
• Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan kurang lebih
50 cm, dikanan dan dikiri. Kemudian setelah kadar air dinilai cukup, langsung
dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep Foot Roller dengan lintasan
sebanyak percobaan pemadatan yang telah dilakukan .
• Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh
permukaan terpadatkan. Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan,
diambil sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai spesifikasi), dan diperiksa
kepadatannya .
• Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru
diperbolehkan untuk dihampar .
• Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan diantara dua profil yang ada
(daerah profil dilewati dulu) Sesudah dua lapisan selesai dan dapat dipakai
sebagai pedoman, maka profil dapat dibongkar untuk ditimbun mengikuti
lapisan-lapisan yang telah selesai .
• Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk menjamin
mutu timbunan (yang berbentuk tanggul) penimbunan diteruskan sampai
separuh kedalaman saluran (untuk saluran yang tidak lebar)
• Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil galian profil saluran, dan
juga dipadatkan lapis demi lapis. Dalam proses pembentukan tanggul harus
dipedomani lagi dengan profil saluran.
18 dari 29
• Agar diingat bahwa apabila lebar tanggul kurang dari rencana (desain),
penambahan akan sulit, tidak boleh langsung ditambal dari samping.
• Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis demi lapis dari bawah
dan dengan sambungan bertangga
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan tanah harus memuat :
6.1. Pekerjaan Galian
a) Penerimaan bahan
1) Pengujian contoh harus dilakukan untuk setiap lapisan tanah dan batuan yang
berbeda.
2) Bahan yang diterima sudah diklasifikasikan ke dalam galian biasa, galian batu,
galian bangunan
b) Pemeriksaan mutu bahan
1) Untuk pekerjaan galian lereng tanah harus dilakukan pemeriksaan sudut geser
dalam, φ dan kohesi tanah beserta informasi mengenai sumber mata air dan
ketinggian muka air tanah.
2) Untuk pekerjaan galian batu harus dilakukan pemeriksaan tingkat pelapukan
(slake durability) dan informasi batuan yang meliputi kekar, kemiringan.
3) Galian bangunan.
(a) Untuk galian lantai pondasi, tembok beton penahan tanah dan bangunan
pemikul beban lainnya, harus dilakukan pemeriksaan klasifikasi tanah,
tingkat kepadatan (konsistensi) dan informasi kedalaman muka air tanah.
(b) Pekerjaan yang berhubungan dengan drainase sebaiknya dilakukan analisa
butir tanah.
(c) Pekerjaan yang berhubungan dengan pemompaan, harus dilakukan
pemeriksaan berkaitan dengan kemungkinan bahaya piping, terutama untuk
data ketinggian muka air, jenis tanah tempat pemompaan dan analisa butir.
(d) Pekerjaan yang memerlukan penimbunan kembali harus memperhatikan
mengenai pengendalian mutu timbunan.
(e) Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan , pemeriksaan
dilakukan pada lokasi tempat pembuangan, yakni pemeriksaan “kestabilan”,
parameter longsoran dan parameter daya dukung tanah setempat.
6.2. Pekerjaan Timbunan
a) Penerimaan bahan
1) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun
juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam dengan paling
sedikit tiga contoh yang mewakili setiap sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.
2) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, Direksi Pekerjaan
dapat memintakan pengujian mutu bahan ulang lagi agar perubahan bahan
atau sumber bahannya dapat diamati.
19 dari 29
b) Pengujian mutu bahan
Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk
mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan
paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian untuk menentukan ekspansif
tidaknya bahan timbunan, yang ditentukan oleh nilai aktif.
c) Percobaan Pemadatan di lapangan
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan
untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Jika Penyedia Jasa tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini
harus diikuti :
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya
dapat digunakan Penyedia Jasa untuk menetapkan pola lintasan pemadatan,
jumlah lintasan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan
berikutnya.
20 dari 29
seperti diarahkan oleh Direksi, termasuk galian di tempat/local atau dental, perawatan
pondasi dan semua galian yang lain dalam area kerja.
Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau
timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :
(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85 yang mengacu pada SNI 03-3422-1994,
tentang Metode Pengujian Batas Susut Tanah.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) sebesar 1,2 yang mengacu pada SNI 13-6425-2000
tentang Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli sebelum
digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir meliputi garis, kelandaian
dan elevasi sebagai yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah
metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan
jarak tidak lebih dari 25 meter.
(a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran
menurut Bagian ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya jika bahan galian
tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Bagian lain dari Spesifikasi ini.
(b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan
terjadi semata-mata hanya untuk cadangan Penyedia Jasa dengan exploitasi
sumber bahan (borrow area) tidak akan dibayar.
(c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang-bidang sebagai berikut :
(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian
tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan
sifatnya
(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
(4) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan
di atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan
galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
(d) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang
melebihi 300 meter harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat
dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai
lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.
(e) Harga satuan yang diperhitungkan untuk keperluan pembuangan kelebihan volume
galian ke luar daerah kerja yang disetujui oleh Direksi adalah sejauh > 1 km.
Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh
Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain maka pekerjaan pembuangan tidak
diperhitungkan.
21 dari 29
7.1.4 Pekerjaan Timbunan
Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka :
1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
dilaksanakan, diselesaikan di tempat dan diterima.
Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah
asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan
sesuai dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang
disyaratkan dan diterima.
Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih
dari 25 m.
2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui,
termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian
bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai akibat dari
penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume yang diukur untuk
pembayaran kecuali bila :
3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak
stabil atau gagal jika Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.
4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau untuk
mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan,
tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
7.2. Dasar Pembayaran
7.2.1 Pekerjaan Galian
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan yang
berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian
sebagaimana diuraikan dalam Bagian ini.
7.2.2 Pekerjaan Timbunan
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-
masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan,
penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan
dalam Bagian ini.
22 dari 29
Nomor Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran
1. Pekerjaan Galian :
a) Pembersihan Medan Meter Persegi
b) Kupasan / stripping Meter Persegi
c) Galian Biasa Meter Kubik
d) Galian Batu Meter Kubik
e) Galian Bangunan dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik
f) Galian Bangunan dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik
g) Galian Bangunan dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik
h) Galian Bangunan dengan Kedalaman > 6 M Meter Kubik
i) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Bahan Meter Kubik
Hasil Galian dengan Jarak melebihi 300 meter
j) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Kelebihan Metek Kubik
Hasil Galian dengan Jarak melebihi 1000 meter
2. Pekerjaan Timbunan :
a) Timbunan Biasa Dari Selain Galian Sumber Meter Kubik
Bahan
b) Timbunan Pilihan Meter Kubik
23 dari 29
Bibliografi
Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2005, Spesifikasi Bidang Umum dan Jalan, Jakarta.
24 dari 29
LAMPIRAN – A
(Informatif)
1. Pemilihan borrow area (1) Penentuan volume Pembuatan penampang geologis Penyelidikan seismik
(survei bahan-bahan tanah Pengeboran atau pendugaan
urugan) lapisan bawah
(2) Penentuan kualitas
bahan borrow area
Pengumpulan contoh tanah yang Pengumpulan hasil Klasifikasi contoh bahan yang (1) Pengukuran kadar air
dominan. pengeboran, penggalian dari terkumpul. aslinya.
lubang-lubang pengujian dan
pengumpulan lapisan tanah Karakteristik pemadatan. (2) Pengujian berat jenis.
yang muncul ke permukaan. (3) Pengujian gradasi.
(4) Pengujian konsistensi.
Kemudahan lalu lintas untuk alat Penentuan kekuatan tanah Menentukan kemudahan lalu Penentuan kekuatan tanah
berat. dengan pengujian penetrasi. lintas di atas tanah yang yang sudah dipadatkan
dipadatkan. dengan konis penetrasi.
25 dari 29
a. Survei lapangan dan pengujian b. Pengujian laboratorium
Tujuan Survei Jenis survei
Jenis survei dan pengujian Metode Jenis pengujian Metode
pelaksanaannya
Pengumpulan contoh Pengeboran dengan mesin Penggolongan contoh- Sama seperti 1 (untuk tanah).
atau bor tangan coontoh yang terkumpul
3. Stabilitas Lereng (1) Stabilitas lereng urugan Pengumpulan contoh bahan yang Pengeboran tanah atau Penggolongan dari contoh Sama seperti 1
(bahan yang kurang baik dominan penggalian dari lubang-lubang yang terkumpul dan
dengan urugan yang pengujian penentuan tegangan geser Pengujian kompresi
lebih landai) unconfined
Pengujian kompresi triaxial
atau pengujian geser
langsung
4. Pengamanan untuk tanah (1) Penyelidikan stabilitas Pembuatan penampang geologi (1) Pengeboran mesin,
lapisan pondasi bangunan urugan pendugaan lapisan
urugan (untuk tanah bawah dengan metode
pondasi yang lemah) (2) Memperkirakan besarnya Swedia dan pengujian
penurunan penetrasi standar
(3) Pemilihan cara (2) Pengujian
perbaikannya
Pengumpulan contoh tanah asli Pengumpulan contoh tanah Klasifikasi contoh yang (1) Pengukuran kadar air
yang belum terusik terkumpul aslinya
(2) Pengukuran berat isi
basah
(3) Pengujian berat jenis
Penentuan kekuatan geser
tanah (4) Pengujian gradasi
Karakteristika konsolidasi (5) Pengujian konsistensi
tanah
(6) Pengujian bahan-bahan
organis
(7) Pengujian kompresi
unconfined
(8) Pengujian kompresi
26 dari 29
a. Survei lapangan dan pengujian b. Pengujian laboratorium
Tujuan Survei Jenis survei
Jenis survei dan pengujian Metode Jenis pengujian Metode
triaxial
(9) Pengujian konsolidasi
5. Perencanaan drainase Survey permukaan air tanah Survey air tanah di lapangan Pengamatan permukaan air
pada lubang bor.
Survey pada sumur dan pada
air permukaan.
Penentuan permeabilitas Pengukuran koefisien filtrasi Pengujian permeabilitas Pengukuran koefisien filtrasi Pengujian permeabilitas
tanah dengan pengujian permeabilitas di lapangan dari contoh-contoh tanah
lapangan
27 dari 29
LAMPIRAN – B
(Informatif)
28 dari 29
LAMPIRAN – C
(Informatif)
Profil Galian
Patok As
Patok As
Stripping
29 dari 29
Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 4 : Pekerjaan Beton dan Bekisting
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 28
LAMPIRAN – A Beton.................................................................................................. 29
LAMPIRAN – B Agregat............................................................................................... 30
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
survey, investigasi dan desain dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman
pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM).
Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan
penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton
tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop.
iii
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 4 : Pekerjaan Beton dan Bekisting
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton.
Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton
tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop.
Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan
penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium.
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar
Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap
Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di
Lapangan
1 dari 32
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
Pecah Dalam Agregat.
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji
Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Patahan
Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison
Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan
Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton Keras
Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar
dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland
- SNI 03-4808-1998 : Metode Pengujian Kadar Air dalam Beton Segar Dengan Cara
Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan Perubahan
Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah
Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan Cetakan
Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton dengan
Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton pada
Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur
Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada
Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat
Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
2 dari 32
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan
Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk
Tulangan Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk Tulangan
Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat
3 dari 32
3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro beton
segar
3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda
4 dari 32
Penyimpangan pemasangan as dari water stop untuk kearah kanan dan kiri +5 mm
4.2. Persyaratan Bahan
1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland
yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila
menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung
udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %,
dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan. Jika timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan
jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling pada periode perawatan
yang sama.
c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan
atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila
contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang
berhubungan.
d) Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak
rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran,
minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton.
5 dari 32
Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25
cm.
e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
(a) Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang telah
ditetapkan.
(b) Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana
waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi sangat
pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
(c) Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen,
yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan
perbaikan yang sangat penting.
(d) Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton
mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat tanpa mengurangi
density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan
sangat berguna untuk waktu pengangkutan adukan beton yang lama ke
tempat pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan
menghindari cold joint.
(e) Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat
waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan
kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih
tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada
precast karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan
dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat
diperlukan.
6 dari 32
(f) Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air
dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan
Tipe A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir
(flow concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh
pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis bangunan
yang rumit.
(g) Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi atau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B, tetapi
slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton yang
menggunakan superplasticizer.
(2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash,
Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan
tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.
2) Pekerjaan Waterstop
a) Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida dalam
bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran
plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen
dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.
4.3. Persyaratan Kerja
1) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat
bahan sesuai dengan Pasal ini.
b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan
sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3 hari, 7 hari,
14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan
dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran,
kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal
pelaksanaannya
7 dari 32
2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak kurang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan
lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3
bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen
tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan sepanjang waktu pengecoran.
c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat
atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
3) Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran
jika:
- Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
- Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
8 dari 32
b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati, harus
bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama
dan semua pekerjaan besinya.
7) Waterstop
a) Untuk penempatan waterstop tipe split flange yang tepat, sebelum pengecoran
beton berakhir bagian split flange harus disambungkan dengan cara yang
disetujui.
b) Alur waterstop dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah
memanjang sesuai dengan kebutuhannya, memanaskan ujung–ujungnya
sampai meleleh dan menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang
diinginkan.
c) Pemanasan ujung material dikerjakan dengan menggunakan mesin
penyambung yang disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin
listrik lain yang disetujui.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
5.1. Pekerjaan Beton
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti
dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari
Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam
Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan
serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas
sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat
diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam
air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk
menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus
sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengec
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.
9 dari 32
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah
di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat
yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi
lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan
berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar.
Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk
beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau
bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di
dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan
lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan
tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi
tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas
dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat lainnya. Mengisi
celah–celah sambungan cetakan beton harus berhati–hati dan dilaksanakan
sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah pengaruh
kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–
celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen.
Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan
air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga
dapat dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup lubang
harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang
didalam beton tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
10 dari 32
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak
boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua
permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan
oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–celah cetakan
yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan belum
disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan sekurang–
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk diperiksa.
c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28
hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di
bawah ini :
Kuat Kuat
Ukuran Nilai faktor Perkiraan
tekan tekan
agregat air semen kebutuhan
Tipe Campuran Beton umur 7 umur 28
maksimum maksimum semen
hari hari
( mm ) (%) (kg/m3)
(kg/cm2) (kg/cm2)
11 dari 32
Tabel 2 Klasifikasi Jenis Beton
Tipe Uraian
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan
sebagainya
B Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan lining beton
C Beton tumbuk
(2) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan
seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan
12 dari 32
jumlah dari masing–masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5
(lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan
mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air
menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan–pemisahan.
Juga mampu mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari
agregat, serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat
ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan
takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara
volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap – tiap
skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian
periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan–
pekerjaan adukan.
(3) Mesin Pengaduk Beton
i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah
air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya
lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit pada setiap
penambahan 0,5 m3.
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton
dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus dan
disetujui Direksi Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada
dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.
(4) Truk Pencampur
i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–drum
yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan yang
dianjurkan oleh Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur, setelah
itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu jam setelah
penambahan air pengecoran harus selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
13 dari 32
(5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
i. Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika
situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur
setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat
mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan
dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu,
maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari
adukan.
iii. Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering
sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-
angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam
keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan
diangkat ketempat pengecoran
2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final
setting
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi
tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan,
tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan
mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan
dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat
penggetar (vibrator).
vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan
dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa
dan disetujui Direksi Pekerjaan secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup
rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan
spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua
14 dari 32
pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin
pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor
selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang
akan ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan
dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang
diinginkan oleh Direksi Pekerjaan .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton yang dicor
ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari
pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih
ð? $@
xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong
lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk
menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi
dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya
atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara menerus
sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur
untuk mencapai target tersebut.
b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat
penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua
sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di
dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
15 dari 32
sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga
menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila
alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat
tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi
lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada
pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).
3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-
elemen bangunan kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada
umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan
cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m .
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di
atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
4) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat
yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan
merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume
total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu
harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah
maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan
bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).
16 dari 32
5) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar
atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada terutama yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
6) Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah,
reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan
permintaan Direksi Pekerjaan.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor
bersih dari genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan
memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang
sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
7) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton
tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah
pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet),
dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
17 dari 32
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada
keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah
digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton,
harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah
permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang
sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi lain
dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang
kecil dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir
dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit
sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis
semen tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk
memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah
pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan
cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar,
harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton
mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum
rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus
terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi
yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus
dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan
hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta
yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan
dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
18 dari 32
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air
ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua
bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel
pada permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm
paling sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 hari.
(2) Perawatan dengan Uap
i. Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal
yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali
atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti
ketentuan di bawah ini:
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi tekanan luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 380C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan
kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai
650C dengan kenaikan temperatur maksimum 140C / jam secara
bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak
boleh melebihi 5,50C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 110C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan
uap air.
- Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap
harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
iii. Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan
baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai
dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
iv. Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus
dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap,
yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian
beton.
19 dari 32
(3) Perawatan dengan Cara Lain
i. Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera
sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah
beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan
turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan
pelapisan ulang lagi.
ii. Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan
bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan
kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah pada saat
lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak
terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung.
iii. Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan
sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan
5.2. Pekerjaan ˆG÷
1) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang waterstop dari bahan
polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan
pada gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Untuk penempatan yang tepat,
waterstop tipe split flange, sebelum pengecoran beton berakhir bagian split flange
harus disambungkan dengan cara yang disetujui sehingga tidak ada beton atau
mortel dapat masuk kedalam celah–celah diantara dua bagian split dari flangenya
tersebut.
2) Penyedia Jasa harus menyediakan semua material, peralatan dan tenaga listrik
yang diperlukan untuk menyambung dan memasang waterstop tersebut. Alur
waterstop dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah
memanjang sesuai dengan kebutuhannya, memanaskan ujung–ujungnya sampai
meleleh dan menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang diinginkan.
Pemanasan ujung material tersebut dikerjakan dengan menggunakan mesin
penyambung yang disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin
listrik lain yang disetujui.
3) Untuk mendapatkan as waterstop sesuai gambar, Penyedia Jasa harus
memasangnya dengan hati-hati dan tepat berikut menyambungnya.
4) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran
plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen
dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.
5) Waterstop harus diuraikan disini harus memenuhi kelayakan fisik sebagai berikut :
Berat jenis : 1,33 ± 0,03 pada suhu 230 c
Tegangan tarik : 155 sampai 176 kg/cm2 pada suhu 230 c
Kekenyalan : 360 % sampai 400 % pada suhu 230 c
Batas kerapuhan : - 480 c
Durometer : 65 - 75
20 dari 32
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
6.1. Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti
tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan Waterstop.
6.2. Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai
keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja.
21 dari 32
saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan sepakat dengan
perbaikan tersebut.
2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit
diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan
agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang
tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen
dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis
dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
d) Bahan Tambahan (admixture`
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila
akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian
besar berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu terbang (fly ash),
mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag), yang umumnya
ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan
bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang
menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan
yang diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan
tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya
boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan;
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi);
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.
22 dari 32
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan
campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
- Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara
hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta
dengan proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada
kinerja beton bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal
ini perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan
menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat
menimbulkan kerusakan pada beton.
3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc’ < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-
1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus
ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh
melebihi kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di
lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering
permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat
dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk
menjamin kondisi jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran
bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat ready mix.
b) Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang
23 dari 32
sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah
dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
tiap penambahan 0,5 m3.
v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton
non-bangunanal.
4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan
oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .
b) Pengujian Kuat Tekan
i. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per
set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen bangunan
yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda
uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama
dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran
atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah
terbanyak diantara keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji
dan untuk setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3
set benda uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah
benda uji.
vi. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton
umur 28 hari.
vii. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut,
maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil
kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2
buah benda uji yang berdekatan nilainya.
24 dari 32
viii. Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda
uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan
dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar
atau sama dengan dari 30)
n 2
∑ (f ci − f cm )
S= i
n −1
dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
ix. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc’.
x. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan
berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas
daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
xi. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor
(core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian
yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji
bor inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil
uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti
disebutkan di atas.
xii. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga
benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari
benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal
ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton
(yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan
tersebut meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
25 dari 32
i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada
bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan
adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana
perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai
`F .
26 dari 32
untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah,
maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang
lebih rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter panjang
terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.
7.2. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam Bagian ini.
27 dari 32
Bibliografi
28 dari 32
LAMPIRAN – A
Beton
(Normatif)
fc’ σbk’
Jenis Beton Uraian
(MPa) (Kg/cm2)
Volume contoh
No. Macam Pengujian
(liter)
1 Slump 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji kuat tekan (3 contoh) 28
5 Uji kuat lentur (3 contoh) 28
6 Uji Kuat Tarik (3 contoh) 28
7 Uji Modulus Elastis (3 contoh) 28
29 dari 32
LAMPIRAN – B
Agregat
(Normatif)
2 50.8 - 100 – – –
11/2 38.1 - 95 – 100 100 – –
1 25.4 - – 95 – 100 100 –
¾ 19 - 35 – 70 – 90 – 100 100
½ 12.7 - – 25 – 60 – 90 – 100
3/8 9.5 100 10 – 30 – 20 – 55 40 – 70
#4 4.75 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
#8 2.36 80 – 100 – 0–5 0–5 0–5
# 16 1.18 50 – 85 – – – –
# 50 0.300 10 – 30 – – – –
# 100 0.150 2 – 10 – – – –
30 dari 32
LAMPIRAN – C
31 dari 32
LAMPIRAN – D
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
>20 >6
32 dari 32
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 5 : Pekerjaan Pasangan
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 16
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan, pengujian dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya
mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) tercantum
pada Acuan Normatif.
Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu
kali, pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan
detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
iii
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 5 : Pekerjaan Pasangan
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan
adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu
kali, pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan
detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
American Standard Test Method :
- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry
1 dari 16
3.5. Batu candi adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara
khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
3.6. Batu pecah adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli atau dibelah
menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk dipergunakan dalam pembuatan
bangunan dasar
3.7. Bata tras kapur adalah suatu jenis bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan
utama kapur pada air dan tras alam dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
3.8. Benda uji adalah sejumlah semen dengan berat tertentu yang disiapkan dari contoh
portland semen
3.9. Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada suhu
kamar dengan satuan isi
3.10. Bronjong adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah dan di ikat oleh
anyaman kawat
3.11. Gips adalah bahan untuk membuat adukan plesteran atau pelapisan lainnya yang
harus mengandung minimum 66% berat senyawa Kalsium Sulfat hemihidrat (CaSO4 ½
H2O)
3.12. Kapur untuk bahan bangunan adalah kapur yang dibagi dalam dua macam
berdasarkan penggunaan yaitu kapurpemutih dan kapur aduk
3.13. Kehalusan semen portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di
atas saringan nomor 100 dan 200 dengan berat benda uji semula.
3.14. Papan gips adalah papan buatan yang bagian tengahnya terbuat dari bahan gips
(gypsum), sedang pada bagian permukaannya diberi kertas lapis dasar dengan atau
tanpa lapisan luar lainnya dan dapat digunakan untuk dinding, langit-langit dan dinding
pemisah yang bersifat dekoratif.
3.15. Pasangan batu kosong adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan material
yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk melindungi bahaya gerusan.
3.16. Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis
dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal
senyawa Kalsium Sulfat.
3.17. Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Portland dengan pozolan antara
15% - 40% berat total campuran.
2 dari 16
c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar 10 cm.
d) Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban seperti lubang
penangkap dan lantai golak tidak boleh bergeser lebih dari 2 cm dari profil yang
ditentukan atau disetujui.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a) Ukuran batu, 85% minimal ukurannya sama.
b) Rongga antara batu dalam bronjong tidak boleh lebih dari 40%.
c) Lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5%, sedangkan terhadap panjangnya ±3%.
d) Kelebihan / tambahan pada tepi pasangan batu kosong yang horizontal dibuat
selebar 30 cm dari batu-batu yang terpilih.
4.2. Persyaratan Bahan
1) Pasangan Batu
a) Batu
i. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
ii. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang
dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.
iii. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
iv. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih.
v. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan
ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali
hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai
persetujuan Direksi Pekerjaan dan digunakan bersama-sama dengan batu
belah.
vi. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah
kali lebarnya.
b) Pasir
i. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil dari
sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
ii. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan
lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu
pasangan batu.
c) Adukan
Adukan harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Bagian Adukan
Semen dari Spesifikasi ini.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a) Kawat Bronjong
3 dari 16
i. Haruslah baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279-03 tipe Z, dan
ASTM A641/AA641M. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2.
ii. Karakteristik kawat bronjong adalah :
Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG
Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG
Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
Kuat Tarik : 4200 kg/cm2
Perpanjangan diameter : 10% (minimum)
iii. Anyaman : Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam
dengan tiga lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm yang dibuat
sedemikian rupa hingga tidak lepas-lepas dan dirancang untuk diperoleh
kelenturan dan kekuatan yang diperlukan. Keliling tepi dari anyaman kawat
harus diikat pada kerangka bronjong sehingga sambungan-sambungan
yang diikatkan pada kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan
anyaman.
iv. Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan dimensi
yang disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga dapat
dikirim ke lapangan sebelum diisi dengan batu.
b) Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang
keras dan awet dengan sifat sebagai berikut :
i. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.
ii. Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.
iii. Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.
iv. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium sulfat
dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang dari 10 %.
Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang
dari 40 kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm. Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika kecepatan aliran sungai
cukup tinggi.
c) Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous dengan gradasi yang dipilih
sedemikian hingga tanah pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan landasan
dan juga bahan landasan tidak hanyut melewati pasangan batu kosong atau
bronjong.
d) Adukan Pengisi (Grout)
Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton fc’ 15
MPa atau K-175 seperti yang disyaratkan.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
1) Batu
i. Batu harus terdiri atas batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak
terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan
air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
ii. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin
harus berbentuk persegi.
4 dari 16
iii. Mutu batu harus sesuai dengan bahan batu pada Bagian Pekerjaan
Pasangan Batu Kosong dan Bronjong dari spesifikasi ini.
iv. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu
yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus mempunyai
dimensi lebih besar dari 10 cm.
2) Mortar
Mortar harus merupakan adukan semen yang memenuhi ketentuan Bagian
Adukan Semen dari Spesifikasi ini.
4) Adukan Semen
i. Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-1994
ii. Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45-04
iii. Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan
lekukan (popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N dalam
ASTM C207
iv. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan. Jika timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan
pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai
air yang diusulkan dan dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat
digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28
hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling pada periode
perawatan yang sama.
4.3. Persyaratan Kerja
1) Pasangan Batu
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat
bahan sesuai dengan pasal ini. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dimulai
sebelum ada persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi
cukup tersedia untuk pekerja.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Pengajuan Kesiapan Kerja
i. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran hasil
pengujian seperti yang disyaratkan di atas.
ii. Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
i. Sebelum mulai menggunakan setiap bahan batu yang diusulkan untuk
pekerjaan pasangan batu dengan mortar, Penyedia Jasa harus mengajukan
5 dari 16
kepada Direksi Pekerjaan dua contoh batu yang mewakili, masing-masing
seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan disimpan oleh Direksi Pekerjaan
untuk rujukan selama periode Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan akan digunakan dalam pekerjaan.
ii. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Direksi Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk pelapisan.
b) Kondisi Tempat Kerja
Ketentuan yang disyaratkan dalam Persyaratan Pelaksanan Bagian Pekerjaan
Timbunan dari Spesifikasi ini tentang menjaga tempat kerja agar senantiasa
kering dan menjamin fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di lapangan untuk
para pekerja, harus juga berlaku untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar
4) Adukan Semen
Dalam pengajuan kesiapan kerja Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari
semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan bagian ini.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :
5.1. Pasangan Batu
1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menjamin
kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan menjamin tercapainya
mutu adukan yang baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konsrtruksi yang akan
dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih tinggi dari
tanah sekitarnya ).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi
petugas pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran disiapkan
secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak pengangkutan
adukan dan ember disiapkan dekat kotak adukan kearah konstruksi yang akan
dibangun.
2) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)
a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat
untu Bagian Galian Spesifikasi ini.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak
lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus
mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan.
d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan,
suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus
memenuhi ketentuan dari Bagian Beton dari Spesifikasi ini.
6 dari 16
3) Pelaksanaan Pemasangan Batu
a) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan air
dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung
adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh
pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan.
b) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design bangunan.
Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10 cm sebagai
lantai kerja.
c) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta
persetujuan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
d) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat
serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.
e) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 - 3
cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat
dengan adukan.
f) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan
menggunakan sendok adukan.
g) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak (pada dinding
penahan, sayap bendung dan sebagainya). Suling dari pipa paralon yang
dibungkus ijuk diujung pipa bagian dalam dipasang bersamaan dengan
pasangan batu.
h) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak
tertentu sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya (diatasnya)
dipasang berselang-seling arah vertikal.
i) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik agar pasangan
yang masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
4) Pelaksanaan Kotak Adukan
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang
bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir (1 Pc :
4 Ps)
c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk, disusul 1 takar
semen dan 2 takar pasir berikutnya.
d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata (homogen) .
e) Tuangkan air sedikt demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh adukan
homogen. Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan tidak terurai
saat dituang serta tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat dituang tidak terlalu
kering, sehingga mudah digunakan.
f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan
batu. Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak, adukan harus
sudah dipasang paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
7 dari 16
g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasang terisi penuh.
h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum
mengeras.
i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan
batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.
5) Pelaksanaan Plesteran
a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/kontrak harus
di plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir
yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran
dipasang diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah
permukaan batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air
agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.
6) Pelaksanaan Siaran
a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau petunjuk
Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring
atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus dikorek
sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan
siar timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan
dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan
siaran.
5.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci
pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan
harus dipasang sesuai dengan ketentuan. Seluruh permukaan yang disiapkan
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penempatan pasangan batu kosong
atau bronjong.
2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk
serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik
kecil sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara
keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus
menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka bronjong
antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat
pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan dibengkokkan ke
dalam keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan
maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi
setengah dari tingginya, dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan
(settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai
permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman.
8 dari 16
c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik
atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal
harus dibuat berselang seling.
3) Penempatan Pasangan Batu Kosong
a) Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada garis
dan arah yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
b) Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan dipadatkan
lapis per lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka lapisan dasar berupa lapisan saringan pasir setebal 7,5 cm
dan lapis saringan kerikil diatasnya setebal 12,5 cm atau seperti tercantum
dalam gambar, harus dibuat.
c) Bahan saringan pasir dan kerikil harus menurut Spesifikasi Teknik. Lapisan
dasar harus diletakkan dengan tebal yang sama dan cukup rata, meskipun
demikian menjadi pondasi yang kuat untuk pemasangan batu belah dan batu
pecah.
d) Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus
diletakkan pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga
pasangan batu kosong yang selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak akan
longsor.
e) Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus dihindari. Harus
diusahakan agar semua batu belah dapat dijamin dan dipasang dengan baik
pada bidang yang datar. Batu belah harus diletakkan demikian rupa sehingga
tidak menonjol diatas garis yang dicantumkan dalam gambar atau menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan. Semua celah dalam pasangan batu kosong harus
diisi (dikunci) dengan batu pecah yang baik. Banyaknya batu pecah yang
dipakai tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan untuk mengisi rongga
diantara batu belah.
f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan dasar sesuai dengan
persyaratan atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan batu kosong dengan
kemiringan yang layak sehingga dapat memperkuat lapisan atas pasangan batu
kosong. Lapisan penutup harus terdiri dari batu pelat pilihan yang lebar
diletakkan pada jalur dan arah yang sesuai dengan gambar atau menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan.
4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.
5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan
a) Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum
ditempatkan. Beton harus diletakkan di atas batu yang telah dipasang
sebelumnya selanjutnya batu yang baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus
ditanamkan secara kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan
dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan
batu kosong yang diperlukan.
b) Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu
kecil, sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan
9 dari 16
beton sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari
permukaan batu-batu tersebut.
c) Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari
3 hari setelah selesai dikerjakan
5.3. Pasangan Batu dengan Mortar
1) Metode Pekerjaan
a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan
setiap satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan
pemasangan yang menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan batu hanya
dipasang dengan adukan yang baru.
b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai pelapisan
selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal harus dibuat
seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan mortar.
Pemangkasan tahap akhir hingga batas-batas yang ditentukan harus
dilaksanakan sesaat sebelum pemasangan pasangan batu dengan mortar.
2) Penyiapan Formasi atau Pondasi
a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai
dengan ketentuan.
b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu dengan
mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan Bagian
c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan jika
disyaratkan, sesuai dengan ketentuan.
3) Penyiapan Batu
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi
kelekatan dengan adukan.
b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
4) Pemasangan Lapisan Batu
a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang
pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan
sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam
pada adukan sebelum mengeras.
b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian
rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal
pelapisan yang diperlukan di mana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap
lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus diisi
adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan
harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara
menyapunya dengan sapu yang kaku.
10 dari 16
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang
disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam Pengerjaan Akhir dari Bagian Beton
dari Spesifikasi ini.
e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan
untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan
batu dengan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan adukan
mortar kemudian diikuti dengan batu sedemikian sehingga semua batu akan
terlapisi dengan adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan pemasangan
batu tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu batu
kemudian dituangkan adukan mortar ke atasnya.
5) Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit di mana
terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan,
harus dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan
setebal 60 % dari ukuran maksimum batu yang digunakan dan kemudian
dengan segera memasang batu di atas adukan yang belum mengeras.
Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan proses tersebut diulangi
sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya harus segera
ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan
atas yang rata.
b) Jika bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan
kuat, dan jika digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan batu dengan
mortar untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang
diuraikan untuk Pasangan Batu dalam Bagian Pasangan Batu dari Spesifikasi
ini.
c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang
terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk
pelapisan batu.
d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat harus
ditimbun sesuai dengan ketentuan Bagian Timbunan.
5.4. Adukan Semen
1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan
warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan
lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga
menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi
tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali
dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan
kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.
11 dari 16
2) Pemasangan
a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari minyak
atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai
merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang pada
permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan semen.
b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan
pada permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup sehingga
menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk menjadi
permukaan yang halus dan rata.
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :
6.1. Pasangan Batu
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari
sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi
harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu
yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir
kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang
ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak
hanyut melewati sambungan.
3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
pekerjaan dilaksanakan.
b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu
harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan
dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.
12 dari 16
e) Jika pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu
yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan,
penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan yang berkaitan
dengan Bagian Pekerjaan Timbunan.
f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu
sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada
tepi pekerjaan pasangan batu.
4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak memuaskan atau Rusak
a) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, dengan cara yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya sendiri
untuk menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak baik, yang
menurut Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa tidak diminta pertanggungjawabannya terhadap kerusakan
akibat bencana alam, seperti angin topan atau tanah longsor yang tidak dapat
dihindari di tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan tersebut telah diterima dan
dinyatakan secara tertulis bisa diterima alasannya oleh Direksi Pekerjaan.
6.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas
6.3. Pasangan Batu dengan Mortar
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.
2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi toleransi yang
disyaratkan dalam persyaratan bahan di atas dari Spesifikasi ini harus
diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri dan dengan cara yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah diselesaikan terganggu
atau rusak, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan diakibatkan oleh
kelalaian Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus mengganti dengan
biayanya sendiri untuk setiap pekerjaan yang terganggu atau rusak. Penyedia
Jasa tidak bertanggungjawab atas kerusakan yang timbul berasal dari alam
seperti angin topan atau pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat
dihindarkan, dengan syarat pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima dan
dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan telah selesai.
3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas
pemeliharaan rutin dari semua pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk
13 dari 16
drainase yang telah selesai dan diterima selama sisa Periode Kontrak termasuk
Periode Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan
dan harus dibayar terpisah.
6.4. Adukan Semen
1) Adukan Semen
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada
pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang bersangkutan dari Spesifikasi ini, harus
terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam
beton yang sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang disiapkan harus
memiliki kuat tekan yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan untuk beton
dimana adukan semen dipakai.
2) Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, adukan semen untuk pasangan
harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari. Dalam
adukan semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sebanyak 10% berat
semen.
14 dari 16
dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan
pembayaran, tebal nominal lapisan harus diambil yang terkecil dari berikut ini :
i. Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau
diperintahkan Direksi Pekerjaan;
ii. Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam
pengukuran lapangan.
c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk
pelapisan, volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai volume
teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang yang ditentukan atau
disetujui.
4) Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan ini
harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang
diuraikan dalam Spesifikasi ini.
15 dari 16
Bibliografi
Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2005, Spesifikasi Bidang Umum dan Jalan, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2005, Spesifikasi Bidang Umum dan Saluran/bangunan air,
Jakarta.
16 dari 16
Volume I : Umum
Bagian – 7 : Pekerjaan Dewatering
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 9
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
desain dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan
berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada
Acuan Normatif.
Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan
untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari aliran dan aman terhadap banjir.
Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.
iii
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 7 : Pekerjaan Dewatering
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaaan
dewatering.
Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan
untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari alir dan aman terhadap banjir.
Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-6456.1-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Kionstruksi
Bendungan Bagian 1 : Pengendalian Sungai Selama Pelaksanaan
Konstruksi Bendungan.
- SNI 03-6456.2-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Kionstruksi
Bendungan Bagian 2 : Penutupan Alir Sungai dan Bendungan
Pengelak.
1 dari 9
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar, biasanya sekitar 15 m.
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan
selesai.
c) Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik
quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendungan.
b) Tinggi bendung pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek sekarang
menggunakan tinggi 50 meter sesuai dengan pertambahan kedalaman
kerusakan sungai dan atau sesuai dengan beda tinggi tenaga 20 atau bahkan
30 meter antara elevasi muka air maksimum di hulu dan di hilir.
c) Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari material
basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan memerlukan 60% lebih berat
dari blok granit (ρ = 2,7).
4.2 Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda
Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat, lembaran plastik
kedap air dan material lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk bendungan
permanen.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
a) Pasangan Batu
(1) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang
dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.
- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
- Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih.
3
- Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m dengan
ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali
hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai
persetujuan Direksi Pekerjaan dan digunakan bersama-sama dengan batu
belah.
- Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah
kali lebarnya.
(2) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil dari
sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
2 dari 9
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan
lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan
mutu pasangan batu.
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Penutupan Sungai Secara Vertikal
- Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik
quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;
- Material yang digunakan unutk penutupan-penutupan penting adalah beton,
baik yang berbentuk kubus maupun struktur yang lebih kompleks;
- Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari
material basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan memerlukan 60%
lebih berat dari blok granit (ρ = 2,7);
- Bentuk kubus akan lebih baik dalam aliran turbulen dan superkritis dan bentuk
kerakal akan lebih baik untuk kondisi-kondisi lainnya.
b) Penutupan Sungai Secara Horisontal
- Material penutupan horisontal terdiri dari batuan atau beton.
- Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik
quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;
- Material urugan batu yang diklasifikasi atau blok beton harus lebih diperketat,
sejumlah besar material lebih sesuai untuk material kuari daripada untuk
beton mana yang lebih ekonomis untuk digunakan blok beton yang besar;
- Pemilihan material berdasarkan elevasi terandah dan tidak sama dengan
elevasi rata-rata;
c) Pekerjaan Bendung Pengelak
Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat, lembaran plastik
kedap air dan material lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk
bendungan permanen.
4.3 Persyaratan Kerja
1) Pekerjaan Pengelakan Tahapan Ganda
a) Ujung bendung pengelak yang berhubungan dengan aliran harus dilindungi
dengan urugan batu-batu besar yang berat, bronjong atau turap pancang
berongga atau penuh.
b) Ruang kerja di belakang bendung harus cukup untuk penempatan alat-alat
konstruksi dan jalan masuk.
c) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang
dari 5 m.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
Kekedapan air pada dinding saluran dan lapisan lindung dapat dicapai dengan
menggunakan beton, tetapi dapat juga digunakan bahan lain (turap, urugan batu,
pasangan batu).
3 dari 9
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan
selesai;
c) Menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi
yang memadai tersedia di lapangan untuk para pekerja;
d) Penutupan sungai pada sungai landai berpasir atau berkerakal dapat dilakukan
dengan alat keruk kapasitas besar.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Bendung pengelak dibangun di alur sungai;
b) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendung;
c) Banjir rencananya sampai pada kisaran minimal 25 tahun;
d) Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi
cukup tersedia untuk pekerja.
5) Pekerjaan Pengeringan Pondasi
a) Alat pengeringan rembesan tersedia dalam berbagai jenis dan dapat
dioperasikan dengan baik;
b) Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah muka air
tanah, bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu untuk
memudahkan proses penggalian;
c) Proses pengeringan harus dilakukan dengan cara yang benar.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
dewatering harus memuat :
5.1. Pengelakan Tahapan Ganda
1) Urutan Pekerjaan
Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut:
a) Laksanakan pembangunan bendung pengelak yang biasanya diperpanjang
sampai alur sungai untuk menyediakan ruang kerja yang kering agar konstruksi
bangunan pengeluaran permanen dan sebagian dari bendung utama dapat
dikerjaan, penggalian dapat dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar
penampang sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran;
b) Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada lokasi yang
kering di belakang bendung pengelak;
c) Bendung pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai untuk
memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai dielakkan ke
bangunan pengeluaran permanen;
d) Sebagian atau seluruh bendung pengelak dibongkar sehingga dapat melalui
bangunan pengeluaran permanen;
e) Dibangun bendung pengelak tahap kedua;
f) Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di belakang bendung
pengelak tahap kedua;
g) Penutup sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan
pengeluaran.
4 dari 9
2) Tahap Pengelakan
Pengelakan terdiri atas dua tahap sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000, sebagai
berikut :
a) Pada tahap pertama, bendung pengelak dibangun dari tiap tebing untuk
pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air pelayaran, .Kecepatan
permukaan air yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt yang
merupakan kecepatan maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di
sungai dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di belakang
bendung pengelak kanan, digunakan untuk pengelak tahap kedua;
b) Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendung pengelak di tengah alur untuk
bangunan pelimpah, bendung pengelak tahap pertama dibongkar untuk
memungkinkan aliran sungai mengalir melalui bukaan pelimpah dan dua pintu
turbin di tebing kanan tempat stasiun pembangkit tenaga listrik yang dibuat
sebelumnya. Pintu air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.
5.2. Saluran Pengelak
Saluran pengelak kebanyakan digunakan pada lembah lebar. Saluran alami atau alur
dasar kadang-kadang digunakan, tetapi pada kenyataannya kasus diperlukan
penggalian. Oleh karena kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt dan
kebanyakan volume galian sebanyak 200 m /setiap m3/det aliran. Apabila ada tipe
aliran tidak memungkinkan untuk dihitung, model hidraulik perlu dibuat. Keadaan aliran
pada bagian masuk dn bagian keluar dengan bagian yang meruncing menggambarkan
belokan tajam dengan resiko gerusan lokal yang sangat tinggi sesuai dengan SNI 03-
6456.1-2000.
5.3. Penutupan Alur Sungai
Berdasarkan SNI 03-6456.2-2000 pekerjaan penutupan alur sungai adalah sebagai
berikut :
1) Penutupan Sungai Secara Vertikal
Kecepatan penutupan dapat mencapai 1000 ton/jam, tergantung kapasitas angkut
serta jalan masuk. Penyelesaian penutupan yang tinggi, digunakan beberapa blok
yang sangat besar (satu diantaranya diletakkan ke hulu untuk menenangkan air)
yang dirangkai dengan kabel sehingga akan sangat membantu dalam tahap yang
sulit. Kajian tentang ketersediaan kuari sangat diperlukan guna menentukan
penutupan.
Penutupan sungai mempunyai dua tahapan yang sangat berbeda, yaitu:
a) Tahap pertama, apabila perbandingan antar kedalaman dan tekanan air cukup
besar, aliran belum mencapai kritis, kecepatannya yang menyinggung material
penutup lebih rendah dari kecepatan rata-rata di alur sungai. Kepadatan serta
lebar tanggul memerlukan diameter material D yang secara kasar sepadan
dengan 1/3 tinggi tekan air dan dapat dikurangi menjadi ¼ jika material yang
dapat diterima hanya sedikt atau untuk beda tekan yang kecil.
b) Tahap kedua atau tahap terakhir penutupan kondisi kritis akan muncul dan tidak
dapat dihindarkan. Biasanya kondisi kritis terjadi pada saat ujung timbunan
mendekati penyambungan. Untuk mempertahankan tampang melintang yang
tetap dengan menggunakan material yang jauh lebih besar atau tetap dengan
menggunakan material kecil dengan memperkenankan banyak butir yang
hilang. Pada penutupan kecil (1,5 m sampai 2 m) dapat dihemat banyak
material jika material penutupan (yang dibatasi sampai beberapa ratus m3)
ditempatkan bulldozer dalam beberapa menit. Selama tahap akhir atau ketika
5 dari 9
aliran kritis terjadi dalam tahap pertama, perilaku material akan serupa dengan
dipergunakan sebagai pelindung pemecah gelombang.
Penggunaan dua tanggul mengakibatkan tekanan air hampir selalu terbagi dua
pada masing-masing tanggul. Penutupan ganda lebih mudah dilaksanakan
dibandingkan dengan penutupan tunggal.
2) Penutupan Sungai Secara Horisontal
Penutupan dilakukan dengan membuat tanggul secara merata dan serentak
melintang sungai. Untuk meletakkan material secara serentak diperlukan peralatan
khusus, umumnya terdiri dari jembatan, jembatan layang, derek kabel (untuk blok
sampai 10 ton atau lebih), atau ban berjalan atau kapal keruk (untuk material
ukuran kecil). Tahapan penutupan secara horisontal adalah sebagai berikut :
a) Pada tahap pertama penutupan, ukuran material ditentukan oleh tinggi tekan
air.
b) Pada tahap akhir, ukuran material ditentukan oleh debit per aliran per meter
pada lereng downstream.
c) Pada tahap pertengahan (yang biasanya paling sulit), ditentukan oleh kedua
parameter yaitu oleh tinggi tekan air dan debit per eliran per meter serta produk
yang dihasilkannya misalnya energi per meter.
Ukuran material yang diperlukan dapat diperkecil dengan membuat penutupan alur
sebesar mungkin agar dapat mengurangi debit aliran per meter sehingga energi
maksimum dapat berkurang.
Pekerjaan penutupan alur sungai mengacu dan berpedoman pada.
6 dari 9
Proses pengeringan harus dilaksanakan dengan cara yang benar, sehingga dapat
memcegah terjadinya penurunan daya dukung pondasi, mempertahankan
kestabilitasan pada kaki galian, menghasilkan kegiatan konstruksi yang bebas dari
genangan air, dan menghasilkan pondasi yang kering sehingga ikatan yang baik antara
pondasi dengan material timbunan kembali.
Penyedia Jasa perlu mengontrol saluran pembuang di sepanjang galian pondasi atau
di tempat-tempat lain, untuk mencegah adanya akumulasi limpasan air.
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
dewatering harus memuat :
6.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan
dewatering.
6.2. Kondisi Cuaca
Dalam pelaksanaan pekerjaan dewatering harus dilakukan pada saat musim kemarau
atau tidak terjadi hujan.
7 dari 9
Nomor Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
8 dari 9
Bibliografi
9 dari 9
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 8 : Pekerjaan Pintu Air
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 11
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan, pengujian dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya
mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) tercantum
pada Acuan Normatif.
Pedoman ini mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing,
pengecatan, pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi
Pekerjaan.
iii
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 8 : Pekerjaan Pintu Air
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indoensia (SNI) :
- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di
Laboratorium
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi
Berukuran Struktural
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat Tekan
Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural.
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – B (Bahan Bangunan Dari
Besi/Baja)
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – C (Bahan Bangunan Dari
1 dari 11
3.4. Deformasi atau lendutan adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang
diberikan pada benda uji.
3.5. Dimensi benda uji adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji, dalam
milimeter, dan ukuran panjang dalam meter.
3.6. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan
kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya
3.7. Kayu konstruksi adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai komponen struktur
bangunan, dan mempunyai dimensi penampang tidak kurang dari 50 mm.
3.8. Lekukan adalah kerusakan lokal pada permukaan kayu yang diakibatkan tekana
beban terpusat atau reaksi tumpuan.
3.9. Lendutan geser adalah deformasi lentur yang terjadi akibat geser, dalam mm.
3.10. Modulus elastisitas lentur adalah modulus elastisitas yang dihitung berdasarkan
beban lentur.
3.11. Tekuk adalah perubahan bentuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan kayu
uji yang sedang diberi beban (tekan aksial atau lentur)
2 dari 11
4.2. Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan Daun Pintu
a) Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI 03-
6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja
b) Kayu.
Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm, 100 mm
dan 120 mm.
Kayu yang akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan kekuatan lentur
yang pengujian sesuai SNI 03–3959–1995, Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu
di Laboratorium dan persyaratan pengujian kuat Tekan sesuai SNI 03–3958–
1995, Metode Pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium dan sebelum
dipasang harus diawetkan terlebih dahulu sesuai SNI 03–3233–1009, Tata
Cara Pengawetan kayu untuk bangunan rumah dan gedung.
2) Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur maupun kerangka
ambang baik yang tertanam di beton maupun yang terbuka agar tahan terhadap
cuaca harus dicat dengan “coaltar epoxy resin”, Pengecatan Komponen tersebut
harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06 – 6452 – 2000, Metode Pengujian cat
bitumen sebagai lapis pelindung
3) Pekerjaan alat angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka
pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat batang
Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, Tumpuan/bantalan,
maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-
6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja;
c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter
pada setiap panjang 3 (tiga) meter.
4.3. Persyaratan Kerja
1) Daun Pintu
a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat dan
komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus sesuai dengan
Gambar dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka Penyedia
Jasa harus membuatnya dengan persetujuan Direksi;
c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat pintu air
adalah 6 (enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;
d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran korosi 2
(dua) milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus kurang dari 1/800
bentang pada beban maximum;
3 dari 11
e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan baut, mur
dan cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya dengan cara divulkanisir
agar menerus. Tegangan tarik pada sambungan harus lebih besar dari 50%
(lima puluh persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk
sedemikian sehingga dapat menahan air dengan baik.
2) Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu, kerangka atas
dan kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang diperlukan pada
pemasangan rangka pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika
konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci disini, maka harus dibuat oleh
Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
a) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus
direncanakan agar dapat meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton
atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.
b) Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter
pada setiap panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin
dan diperkeras untuk memberikan perlindungan terhadap keausan.
c) Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus mendukung
pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu menahan beban pengangkat.
3) Stang
a) Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual dan
tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan,
menurunkan dan memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan
mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan
komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus
direncanakan agar mampu menahan beban yang terjadi.
Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus
dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Peralatan Mekanis, meliputi :
(1) Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
(2) Roda gigi reduksi
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons pospor
tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja tempa. Roda gigi dan bantalan
harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi harus mempunyai “rumah”
yang dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.
(3) Kloping
4 dari 11
Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan pelekatan
secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian kedudukan pintu
dilapangan.
(4) Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain yang
disetujui dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat yang dapat
dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri dari penopang roda gigi
dan bantalan pemandu sebagai penguat.
(5) Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
(6) Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual yang
dapat mengangkat beban penuh sebagaimana direncanakan. Gaya untuk
memutar alat harus lebih kecil dari 15 (lima belas) kilogram.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pintu ini harus memuat :
5.1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan
rencana, yang meliputi :
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
- Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.
- Beban – beban lain
- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan terjadi
pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
b) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan, beban karet
sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian pintu dan
perangkat. Rangka pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat
pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup dan pintu
terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar. Kapasitas
rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau menurunkan
pintu pada kombinasi yang paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah
sebagai berikut :
5 dari 11
Batang Baja Tegangan Izin
Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50% (lima
puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal. Tegangan ekivalen
yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau triaxial tidak boleh melebihi
tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak diijinkan ada tegangan yang
melebihi 90% (sembilan puluh persen) dari tegangan maksimum material yang
digunakan. Tebal pelat baja untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam)
mm. Modulus kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama
harus kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.
b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal atau
kondisi beban rata – rata harus direncanakan berdasarkan angka keamanan
terhadap tegangan batas bahan yang digunakan, sebagai berikut :
c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2 dan
tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang
diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2.
5.2. Perakitan dan Pengujian di Bengkel
1) Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan, pintu
harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan posisinya. Setiap
kesalahan dan ketidak tepatan yang ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak
karet harus tepat pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok
atas dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua
ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran pintu harus diperiksa dan setiap
6 dari 11
kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku
cadang harus sesuai dan dihindari selama perakitan dan pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan
permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua
kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan yang terjadi pada
setiap gerakan peralatannya.
Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan gomok dan
oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak tepatan operasi yang
ditemukan harus diperbaiki dan pengujian diulang kembali.
5.3. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan
1) Rangka Pintu
a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar yang
telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Letak
baut atau perlengkapan lain harus dipasang pada rangka pintu dengan posisi
yang tepat.
b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat beton
dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan untuk menjamin
posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan penjepit tambahan.
c) Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada permukaan yang
tepat sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak diperkenankan
bila belum dirakit dengan lengkap dan teliti. Sewaktu pengecoran beton harus
diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai gambar dan dalam batas toleransi.
Jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.
2) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu–pintu
harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan.
3) Pengangkat
a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli harus
dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah
dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap
dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui.
Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat
pengangkat pintu.
b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan pintu,
pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan
tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan stang, kemudian ditest
dandistel sehingga dapat dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan
prosedur pengujian diulang kembali.
4) Pengecatan
a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan;
b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk
pengecatan dari pabrik;
c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
7 dari 11
d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan peralatan
yang disarankan dari pabrik;
e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1 (satu)
tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di
lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada permukaan.
Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar seragam
selama dipergunakan;
h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang
suhunya kurang dari 10o Celcius;
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan permukaan.
Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya
sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan pada
bagian–bagian dibawah ini :
(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang ada
diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI
06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang
disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4 (empat)
lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas. Tebal total lapisan
tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan
harus dicat sesuai dengan standar pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang tampak
selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan harus
dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam bensin agar
tidak berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan pintu
dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung busur
metal atau las busur otomatis;
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan oleh
standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan tegangan
listrik selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin
harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum batang
las 4,5 mm;
8 dari 11
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan
daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan bahwa
cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding
carbon and Carbon Manganise steels.
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
lain-lain ini memuat :
6.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku untuk semua jenis
pekerjaan).
6.2. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan)
9 dari 11
pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan
semua perangkat keras yang diperlukan termasuk besi beton dan lain – lain.
10 dari 11
Bibliografi
11 dari 11
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 9 : Pekerjaan Lain-lain
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 17
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan
berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) tercantum pada Acuan
Normatif.
Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel, pengisi
sambungan plastik, pipa PVC, lubang drainase, pekerjaan gebalan rumput, pengadaan
gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan, jalan penghubung sementara dan
pembuatan papan nama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
iii
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 9 : Pekerjaan Lain-lain
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan metode pelaksanaan pekerjaan, serta pengukuran dan
pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan lain-lain.
Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel, pengisi
sambungan plastik, pipa PVC, lubang drainase, pekerjaan gebalan rumput, pengadaan
gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan, jalan penghubung sementara dan
pembuatan papan nama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. ACUAN NORMATIF
- Pd.T xx-xxxx.A : Pedoman analisa harga satuan pekerjaan, Volume I: Umum,
Bagian-9. Pekerjaan Lain-lain.
4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
lain-lain ini harus memuat :
4.1. Pembongkaran Struktur
1) Bahan Yang Diamankan Dalam Bongkaran
a) Semua bahan yang diamankan tetap menjadi milik Pemilik yang sah sebelum
pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak ada bahan bongkaran yang akan
menjadi milik Penyedia Jasa.
b) Semua bahan yang diamankan harus disimpan sebagaimana yang diminta oleh
Direksi Pekerjaan.
1 dari 17
c) Terkecuali tidak dituntut secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, semua beton
yang dibongkar yang ukuran bahannya cocok untuk pasangan batu kosong (rip
rap) dan tidak diperlukan untuk digunakan dalam proyek, harus ditumpuk pada
lokasi yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
2) Bahan Yang Dibuang Dalam Bongkaran
Bahan dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan atau diamankan
dapat dibakar atau dikubur atau dibuang seperti yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
2 dari 17
d) Cara penanaman
Jarak penanaman apabila diambil dari stek adalah 22 – 40 cm, ditanam pada
awal musim hujan.
4.3. Pekerjaan Kayu
Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang tahan terhadap cuaca. Material kayu
harus disimpan di atas ganjal kayu agar tidak terkena langsung dengan tanah
sepanjang waktu penyimpanan.
1) Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu-kayu harus ditumpuk
dan disusun sehingga tidak menyentuh tanah secara langsung dan diletakkan pada
tempat yang sudah disediakan dan sesuai dengan persyaratan. Apabila material
kayu tersebut beupa kayu bundar, maka harus disusun sedemikian rupa sehingga
setiap batang beban dari batang yang berdampingan dengan jarak tidak kurang
dari 7,5 cm. Demikian juga balok kayu bentuk persegi harus disusun seperti kayu
bundar atau disusun tegak lurus terhadap lapisan di bawahnya atau dipisahkan
dengan tumpuan pada jarak tertentu untuk mencegah perubahan bentuk kayu.
- Kayu pada setiap lapisan harus dipisahkan dengan kayu yang berdampingan
dengan jarak horizontal minimal 2,5 cm.
- Pengerjaan Kayu
Pekerjaan pelaksanaan struktur kayu ini sesuai dengan Gambar Rencana dengan
hasil akhir sesuai dengan persyaratan. Dalam hal pemotongan, pengetaman,
penyambungan tidak tertera atau tidak disyaratkan, maka perlu diusulkan kepada
Direksi Pekerjaan untuk menentukannya.
2) Sambungan
Semua sambungan harus dilaksanakan dengan rapi agar diperoleh sambungan
yang cocok tanpa menggunakan pasak atau pengikat. Kecuali disyaratkan lain atau
tertera pada Gambar Rencana, maka bagian kayu struktur tidak boleh disambung
untuk seluruh panjangnya, ujung-ujung balok kayu harus dipotong tegak dan untuk
bidang kontak harus saling berhubungan dengan baik.
Semua lubang-lubang baut dan lubang-lubang penyambung lain dilaksanakan
dengan bor dengan ukuran yang sesuai dan teliti. Semua lubang pen dan
sambungan-sambungan kayu dibentuk sehingga sambungan menjadi rapat.
Lubang-lubang untuk baut harus dibor dengan mata bor yang mempunyai diameter
1,5 mm lebih besar dari diamater baut, kecuali lubang baut untuk lantai jembatan
yang mempunyai diameter lubang sama dengan diameter baut yang digunakan.
3) Sambungan dengan Pelat Besi
i. Kecuali disyaratkan lain pada Gambar Rencana, semua baut, strip, paku, pelat,
cincin baut dan lain-lain pekerjaan besi harus terbuat dari baja lunak (
steel).
ii. Semua pekerjaan besi setelah fabrikasi dan sebelum dikirim ke lokasi
pekerjaan, harus digosok dan dibersihkan dan dimasukkan dalam minyak
“linseed” dalam keadaan panas atau bahan lain yang telah disetujui.
iii. Baut harus mempunyai bentuk kepala baut yang sesuai, persegi atau bundar,
dengan aur persegi, dengan panjang ulir minimum 4 kali diameter baut. Semua
mur harus pas betul tanpa toleransi.
iv. Panjang baut yang tertera pada Gambar Rencana hanya merupakan ukuran
perkiraan, dan Penyedia Jasa harus menyediakan baut-baut dengan panjang
yang cukup sesuai dengan kondisi di lapangan.
3 dari 17
v. Ujung baut tidak boleh lebih dari setengah kali diameter lebih panjang dari mur,
apabila berlebihan maka kelebihan panjang itu harus dipotong.
vi. Cincin baut persegi harus digunakan di belakang semua mur dan baut, kecuali
dalam hal kepala baut terbenam pada permukaan kerb, gelagar dan papan
lantai jembatan. Di mana kepala baut harus dipasang terbenam pada lubang
persegi atau bundar, maka cincin baut tidak digunakan.
vii. Semua tempat dimana kepala baut terbenam harus diisi padat dengan
campuran aspal pasir untuk mencegah masuknya air ke dalam lubang tersebut.
4.4. Pekerjaan Besi Tulangan
1) Umum
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama disetiap
bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang digunakan dilokasi
pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2 (dua) % diameter yang
telah ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan
cacat–cacat pembuatannya.
Jika oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy daftar besi
tulangan yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan persetujuan sebelum
mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan harus
sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.
2) Pemasangan Besi Tulangan
a) Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak,
kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang
ditempat yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan dijaga
kedudukannya agar tetap dan tidak berubah selama berlangsungnya
pengecoran, penggetaran dan pemadatan beton.
b) Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa harus mempunyai
kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menempatkan tulangan dengan jarak tertentu
dan terikat kuat pada tempatnya.
c) Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan dengan besi
tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat. Besi tulangan harus diikat
dengan kawat baja lunak yang disetujui Direksi Pekerjaan, dan pengikatan
harus cukup kuat dengan tang. Ujung kawat pengikat harus mengarah kedalam.
d) Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan melaksanakan pengecoran,
sebelum penulangannya disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum penulangan siap dicor.
3) Penyiapan Gambar Penulangan
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–gambar
penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh Direksi
Pekerjaan, sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Gambar
penulangan tersebut harus mencakup gambar penempatan besi tulangan, daftar
besi tulangan dan gambar lain yang diperlukan untuk memudahkan pembuatan dan
pemasangan tulangan.
4) Penyambungan Besi Tulangan
4 dari 17
Jika perlu sambungan besi tulangan dibuat lain dari pada yang ditunjukkan didalam
gambar, posisi dan metode dari sambungan harus ditentukan dari perhitungan
kekuatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
5) Selimut Beton untuk Tulangan
Bila tidak ditunjukkan dalam gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, maka
tabel dibawah ini dipakai untuk menetapkan tabel selimut beton yang diperlukan
untuk besi tulangan diukur dari sisi luar besi.
5 dari 17
Semua pekerjaan besi yang terletak diluar harus dicat atau digalvanis. Galvanis
harus merupakan hasil proses pencelupan panas, dan untuk semua bagian selain
kawat baja, harus mempunyai ketebalan selimut seng tidak kurang dari 550 gram
per meter persegi dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh
ada pengaruh mekanis yang akan dilakukan perkuatan tersebut.
Semua pengeboran, pemukulan, pemotongan, pembersihan semua kotoran dan
penyikatan pada semua bagian harus sudah selesai sebelum digalvanis.
Permukaan–permukaan yang berhubungan dengan minyak tidak boleh digalvanis.
4) Pekerjaan Besi untuk Bangunan
a) Pipa Baja Gavanis untuk Saringan Batu
- Penyedia Jasa harus memasang pipa–pipa galvanis pada bagian depan pintu
pengambilan, bangunan penguras atau pada lokasi lain sesuai dengan
perencanaan seperti tertera pada rencana, atau petunjuk Direksi Pekerjaan,
susunan pipa ini berfungsi sebagai saringan batu.
- Uraian pekerjaan penerapan las dan prosedur pengelasan yang diusulkan
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pengelasan
dimulai. Contoh–contoh pengelasan harus disiapkan oleh setiap tukang las,
sebelum memulai pekerjaan pada bangunan dan selama pelaksanaan sesuai
dengan yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada satupun
penjelasan bangunan diijinkan Direksi menyetujui prosedur pengelasan,
kemampuan tukang las dan pengujiannya.
b) Lapisan Galvanis
Semua pekerjaan besi yang terletak diluar harus dicat atau digalvanis. Galvanis
merupakan hasil proses pencelupan panas, dan untuk semua bagian selain
kawat baja, celupan panas, dan untuk semua bagian selain kawat baja, harus
mempunyai ketebalan selimut seng tidak kurang dari 550 gram per meter
persegi dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada
pengaruh mekanis yang akan dilakukan perkuatan tersebut.
Semua pengeboran, pemukulan, pemotongan, pembersihan semua kotoran
dan penyikatan pada semua bagian harus sudah selesai sebelum digalvanis.
Permukaan–permukaan yang berhubungan dengan minyak tidak boleh
digalvanis.
c) Pekerjaan Besi yang Tertanam
Pekerjaan besi yang tertanam pada bagian–bagian konstruksi beton untuk
pemasangan pintu–pintu harus dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk
Direksi Pekerjaan oleh Penyedia Jasa. Semua material yang dipergunakan
pada pekerjaan besi yang tertanam dalam beton harus berkualitas tinggi yang
dapat diterima Direksi Pekerjaan.
d) Tangga Besi
Tangga besi harus disediakan dan dipasang pada bendung dan bangunan lain
sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Tangga besi terbuat dari besi
bulat diameter 19. Besi bulat tersebut harus memenuhi spesifikasi besi tulangan
beton dan material lainnya yang digunakan harus berkualitas tinggi yang telah
disetujui Direksi Pekerjaan.
Tangga besi dipasang pada permukaan tegak atau miring dari bangunan
seperti terlihat pada gambar.
e) Pipa Galvanis untuk Pagar Pengaman dan sebagainya
6 dari 17
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan memasang pipa galvanis untuk pagar
pengaman jembatan, gorong–gorong dan jembatan pelayanan pada bagian
penguras bendung, intake, pinggiran dinding tembok tegak, pintu pengambilan
dan pada tempat–tempat yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau
ditetapkan Direksi Pekerjaan. Pipa tersebut harus dijamin baru dan berkualitas
tinggi.
Semua pipa besi terpasang sesuai gambar. Penjelasan pipa besi hanya
dikerjakan bilamana ditentukan dalam gambar atau mengikuti petunjuk Direksi
Pekerjaan. Setelah pipa terpasang dengan lengkap, permukaan yang terbuka
harus dicat.
f) Expansion Joint pada Jembatan
Expansion joint harus dipasang pada tempatnya antara pelat jembatan dan
kepala jembatan seperti terlihat pada gambar. Expansion joint pada jembatan
harus dilaksanakan sesuai standar yang dibuat oleh Bina Marga.
4.6. Pengecatan
1) Semua cat dan bahan lainnya untuk pengecatan permukaan besi yang kelihatan
pada bangunan dan pekerjaan kayu, kecuali untuk pintu air dan pelengkapnya,
harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan digunakan berdasarkan anjuran pabrik
untuk pengecatan pada lokasi khusus. Kualitas cat dan bahan lainnya harus
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
2) Cat dasar harus dengan warna khusus yang disetujui Direksi Pekerjaaan. Setiap
pengecatan harus dilakukan pada permukaan yang bersih dan kering pada
kelembaban dan suhu udara tertentu dimana penguapan pada permukaan yang
dicat lebih besar dari pengembunan.
3) Permukaan yang telah dibersihkan atau dipersiapkan harus segera dicat dasar
secukupnya, bila perlu mengasarkan permukaan yang telah disiapkan lebih dahulu.
4) Tidak boleh dilakukan pengecatan pada permukaan yang terlalu panas bila cat
yang digunakan dari jenis yang boleh kena panas. Agar permukaan yang dicat
tetap dingin harus dikerjakan ditempat teduh dan dilindungi dari panas yang
berlebihan hingga cukup kering, agar tidak retak atau melepuh.
5) Pekerjaan kayu dan logam yang dicat harus diampelas secara hati–hati, dengan
cara yang sama pada setiap akan melapisi cat berikutnya. Setelah 24 jam lewat
dilakukan pelapisan cat berikutnya, atau cara lain yang ditentukan secara khusus
oleh pabriknya. Untuk penyempurnaan pengecatan Penyedia Jasa harus
menghilangkan bintik - bintik cat dan harus melakukan perbaikan atau pengecatan
ulang atas pekerjaan yang tidak sempurna. Pengecatan permukaan bagian luar
(diluar) harus dilindungi dari pengaruh cuaca sampai cat tersebut benar - benar
kering dan mengeras.
6) Pekerjaan kayu yang akan dicat harus diampelas dengan ampelas kayu, dilicinkan
dan dimeni. Semua lubang, retakkan dan celah–celah harus ditutup lebih dahulu
dengan dempul. Setiap sambungan kayu harus dicat dasar sebelum dirakit. Setelah
pendempulan, seluruh pekerjaan kayu harus dicat dasar kemudian dilanjutkan
dengan cat akhir sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
7) Pengecatan besi dan pekerjaan logam, kecuali pintu–pintu air dan pelengkapnya
khusus di atas, harus dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut, tergantung dari
letaknya :
a) Untuk bagian yang Tercelup Didalam Air
Pembersihan dengan sand blasting harus dikerjakan untuk memperoleh logam
putih bersih bebas dari serpihan, karat dan kotoran lainnya menurut keinginan
7 dari 17
Direksi Pekerjaan. Lapisan pertama pengecatan yang sudah disiapkan harus
dilakukan pada permukaan yang sudah dibersihkan, jangan lebih lama dari 4
(empat) jam setelah pembersihan.
b) Untuk Bagian yang Tidak Tercelup Didalam Air
Permukaan besi dan logam, selain besi tulangan beton yang harus dipasang
didalam beton atau pekerjaan lain, harus dicat dasar dipabrik dan harus disikat
dengan sikat kawat secara sempurna agar bebas dari karat segera sebelum
dipasang.
4.7. Tulangan Dowel
1) Tulangan dowel dipasang pada contraction joint seperti tercantum pada gambar
atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Tulangan dowel adalah berupa batang baja
polos yang lurus dan memenuhi syarat.
2) Setelah panjang tulangan penyambung harus ditutup dengan selang PVC atau pipa
lain dengan bahan yang disetujui untuk mencegah ikatan dengan beton. Harus
dipasang pada jarak-jarak sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Bagian
setengahnya harus direkatkan pada beton dengan kuat.
4.8. Pengisi Sambungan Elastik
1) Expansion joint yang terlihat pada gambar atau lokasi lain yang disetujui Direksi
Pekerjaan harus diberi bahan pengisi. Penyedia Jasa harus menyediakan semua
material, pekerja dan peralatan yang diperlukan. Pengisi sambungan elastik harus
diisikan disepanjang sambungan antara kedua pelat beton yang disambung dan
dibuat secara menerus atau mengikuti petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Bahan pengisi sambungan terbuat dari aspal dicampur dengan sirtu (fiber), mineral
serbuk dan lain-lain dan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
3) Sambungan elastis pada pelat jembatan umumnnya berukuran kurang lebih lebar
15 mm dan kedalaman 60 mm seperti terlihat pada gambar, diisi dengan aspal
panas cair dari atas melalui sepotong pelat.
4.9. Pipa PVC
1) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang pipa PVC (Poly Vinyl Cloride)
untuk pipa-pipa lubang pembuang seperti yang tercantum pada gambar-gambar
atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Pipa PVC untuk lubang pembuang harus mempunyai diameter 100 (seratus)
milimeter seperti yang tercantum pada gambar, atau ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan.
3) Pipa PVC harus terbuat dari merek yang terkenal yang dapat disetujui Direksi
Pekerjaan dan dipasang pada posisi yang betul pada bangunan tanpa adanya
perubahan selama pengecoran beton seperti yang tercantum pada gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4.10. Lubang Drainase
8 dari 17
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang pipa PVC (Poly Vinyl Cloride) untuk
pipa-pipa lubang pembuang seperti yang tercantum pada gambar-gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
Pipa PVC untuk lubang pembuang harus mempunyai diameter 100 (seratus) milimeter
seperti yang tercantum pada gambar, atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pipa PVC harus terbuat dari merek yang terkenal yang dapat disetujui Direksi
Pekerjaan dan dipasang pada posisi yang betul pada bangunan tanpa adanya
perubahan selama pengecoran beton seperti yang tercantum pada gambar atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4.11. Jalan Penghubung Sementara dan Jalan Inspeksi
1) Jika tidak terdapat jalan penghubung untuk mencapai lokasi pekerjaan, Penyedia
Jasa harus membuat dan memelihara jalan penghubung sementara kearah lokasi
tersebut pada tempat yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa juga harus membuat
fasilitas yang diperlukan untuk melintasi sungai, aliran atau jalan air yang ada atau
harus memperbaiki dan memperkuat suatu fasilitas yang ada untuk digunakan
menuju lokasi pekerjaan, jika diperlukan.
2) Penyedia Jasa boleh menggunakan jalan umum, jalan desa dan jalan inspeksi
pada saluran yang ada atau saluran baru atau saluran pembuang dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus membayar
pembuatan, pemeliharaannya dan perbaikannya berdasarkan perjanjian bersama
antar Penyedia Jasa. Direksi atau Pemberi Tugas tidak akan menerima tuntutan
terhadap pemakaian bersama pada jalan penghubung yang dibuat oleh Penyedia
Jasa.
4.12. Papan Nama Proyek
1) Penyedia Jasa wajib membuat 2 (dua) buah papan nama Proyek, yang
ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu menurut petunjuk Direksi selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari setelah terbitnya Surat Pemenang Pelelangan.
2) Papan nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
i. Ukuran papan 100 x 150 cm harus dibuat dari bahan kayu kamper yang dilapisi
dengan seng BWG. 30.
ii. Tiang penyangga terdiri dari 2 (dua) batang, sedang sebuah penvokong %a-a
berukuran 3 x 7 cm dibuat dari bahan kayu kruing atau sejenis yang dise-..,
halus.
iii. Pemasangan papan sedemikian rupa sehingga tepi bawah papan terletak
setinggi 150 cm dari tanah, bawah tiang penyangga dan penyokong ditanarn
dalam lobang-lobang yang kemudian di cor dengan beton tumbuk campuran
1:3:5 sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas tanah.
iv. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat
dasar sekali dan cat penutup sekali.
v. Warna-warna diatur menurut ketentuan sebagai berikut :
- Warna dasar biru laut (dominan)
- Tulisan putih dengan garis penutup kuning
- Lambang Departemen P.U. kuning dan hitam.
vi. Tulisan-tulisan yang akan d1muat, dari atas ke bawah adalah sebagai berikut:
- Departemen Pekerjaan Umum
- Direktorat Jenderal Pengairan
9 dari 17
- Proyek "....................................................."
- Judul pekerjaan dan lingkup pekerjaan
- Tanggal-tanggal permulaan dan akhir pekerjaan
- Besarnya nilai kontrak
- Nama Konsultan
- Nama Pemborong
vii. Pemborong wajib memelihara dan merawat papan nama dan menjaganya agar
tetap dalam keadaan baik sampai dengan penyerahan pekerjaan yangr terakhir
kalinya kepada Direksi.
4.13. Keamanan, Kesehatan dan Perlindungan terhadap Kebakaran
1) Umum
Selama dalam pelaksanaan Penyedia Jasa harus selalu memperhatikan hal-hal
antara lain mengenai sanitasi dan fasilitasnya, penerangan, bahan bakar, sarana
oleh raga, alat pemadam kebakaran, ketenangan dan lain-lain. Untuk itu Penyedia
Jasa harus membagi-bagi tugas dengan membentuk struktur organisasi, sehingga
dapat dengan mudah mengontrolnya.
2) Tindakan Pencegahan untuk Keselamatan dan Keamanan
Penyedia Jasa harus mengadakan tindakan pencegahan atas risiko kehilangan dan
keselamatan pekerja selama dalam pelaksanaan dengan melengkapi sepatu
lapangan, topi, sabuk pengaman atau sejenisnya. Pada tempat-tempat yang
diperlukan Penyedia Jasa, harus memasang penerangan, tanda dan penjaga atau
alat pengamanan lainnya. Penyedia Jasa harus mentaati peraturan tentang
keselamatan kerja yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Penyedia Jasa dapat
mengadakan pertemuan berkala antara kepala bagian keamanan dengan Direksi
guna meningkatkan keamanan. Penyedia Jasa harus melaporkan kepada Direksi
selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian kecelakaan kerja.
Penyedia Jasa harus selalu menyediakan alat pemadam kebakaran yang selalu
siap pakai di tempat lokasi pekerjaan atau ditempat-tempat yang ditunjukkan
Direksi. Penyedia Jasa juga harus bertanggung jawab atas keselamatan dan
keamanan tenaga kerja dari sub Kontraktor. Penyedia Jasa harus menyediakan
fasilitas PPPK untuk tenaga kerjanya yang selalu siap pakai setiap saat.
3) Keamanan
Penyedia Jasa harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang perlu
sebelum semua resiko kematian atau kecelakaan terjadi pada setiap orang yang
dipekerjakan pada pekerjaan atau orang lain yang mempunyai cukup alasan
berada di lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa juga harus menjaga keselamatannya
sesuai petunjuk Direksi. Penyedia Jasa harus memperhatikan hal-hal yang perlu
terhadap rusaknya barang-barang milik Pemberi Tugas atau milik orang lain yang
berdekatan dengan lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa harus mentaati peraturan
pencegahan kecelakaan dan peraturan keselamatan sepanjang waktu
pelaksanaan. Penyedia Jasa harus melaporkan kepada Direksi semua kejadian
mengenai kematian atau luka serius pada setiap orang yang ada dilokasi pekerjaan
yang terlibat oleh pekerjaan Penyedia Jasa.
4) Penyimpanan Bahan Bakar
Penyedia Jasa harus merencanakan tempat penyimpanan bahan bakar pada
tempat yang aman dari jangkauan api dan mudah untuk mengadakan bongkar
muatan atau penanganannya. Penyedia Jasa harus mengurus ijin kepada
pemerintah untuk menyimpan bahan bakar di tempat/lokasi pekerjaan, ongkos atau
10 dari 17
biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa dalam mendapatkan ijin menjadi
tanggungannya sendiri.
5) Pemadam Kebakaran
Penyedia Jasa harus menyediaka fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
yang disyaratkan dalam peraturan pemerintah atau petunjuk Direksi. Tidak
diperkenankan membakar hasil pembersihan dan hasil tebangan pohon pada saat
musin kemarau tanpa seijin Direksi. Penyedia Jasa harus memadamkan semua api
atau bara api yang ada di lokasi atau sekitarnya, kecuali bila api itu merupakan
sumber api alam.
4.14. Gambar Teknis
1) Gambar yang disediakan oleh Pengguna Jasa
Gambar-gambar yang disediakan oleh Direksi Pekerjaan hanyalah semata-mata
untuk maksud penawaran. Setelah perjanjian Kontrak ditandatangani, berdasarkan
gambar tersebut, Penyedia Jasa dapat mempersiapkan dan membuat gambar
pelaksanaan (construction drawing). Penyedia Jasa harus bekerja berdasarkan
pada gambar pelaksanaan.
2) Gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa
a) Umum
Semua gambar yang dibuat oleh Penyedia Jasa, harus menurut atau sesuai
dengan ukuran yang ditetapkan oleh Direksi. Penyedia Jasa harus
menyerahkan gambar-gambar tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk
dikoreksi dan disahkan sebelum pekerjaan yang dimaksud dimulai. Sebagai
koreksi dari Direksi dapat menghasilkan gambar-gambar yang sama atau berbeda
sama sekali dengan Dokumen Tender. Tidak ada tambahan biaya khusus untuk
maksud tersebut di atas.
b) Gambar-gambar Pelaksanaan (Construction Drawing)
Setelah penandatanganan kontrak, Penyedia Jasa harus membuat gambar
pelaksanaan berdasarkan gambar kontrak atau dengan perubahan-perubahan
seperlunya sesuai dengan pelaksanaan di lapangan nantinya.
Penyedia Jasa harus mengerjakan pekerjaan di lapangan sesuai/menurut
gambar pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi. Semua gambar baik
bentuk maupun ukurannya harus skalatis namun Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan dengan mengukur skala pada gambar,
tapi harus menggunakan dimensi/angka yang tertera dalam gambar. Pada
bagian-bagian tertentu untuk memperjelas dalam pelaksanaan harus dibuat
gambargambar detail dengan skala besar. Gambar-gambar tambahan bila
dirasa perlu dapat dibuat oleh Penyedia Jasa, guna memperjelas dalam
pelaksanaan.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk maksud tersebut di atas menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.
c) Gambar Kerja
Penyedia Jasa dapat membuat gambar kerja berdasarkan gambar pelaksanaan.
Gambar kerja dibuat untuk mengetahui rangkaian urutan kerja suatu kegiatan, di
dalam gambar kerja antara lain harus memperlihatkan bentuk bangunan yang
akan dicor, penulangannya, material yang digunakan, letak bangunan, dimensi
dan detail-detail lain yang diperlukan. Semua gambar kerja harus disetujui oleh
Direksi sebelum digunakan
d) Gambar Tata Letak Bangunan Sementara
11 dari 17
Tiga puluh (30) hari setelah pengumuman pemenang, Kontraktor harus
mengajukan kepada Direksi lay out (tata letak) bangunan-bangunan pendukung
sebanyak tiga (3) set untuk mendapat koreksi dan persetujuannya. Gambar lay
out tersebut harus mencantumkan, letak kantor Direksi, letak gudang, bangunan,
penimbunan, bengkel dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan selama dalam
pelaksanaan.
e) Gambar Purnalaksana (As Built Drawing)
Selama dalam pelaksanaan/pekerjaan berjalan, Kontraktor dapat mempersiapkan
gambar purnalaksana (as built drawing) yang mencakup semua jenis pekerjaan
yang dikerjakan. Format gambar purnalaksana harus disetujui oleh Direksi.
Gambar purnalaksana dapat digunakan oleh Direksi sebagai alat untuk
memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan.
Bila untuk semua jenis pekerjaan telah dilaksanakan oleh kontraktor sesuai
dengan gambar pelaksanaan serta sudah dapat diterima oleh Direksi, maka
Kontraktor dapat menggambar hasil pelaksanaan tersebut menjadi gambar
purnalaksana. Setelah disetujui oleh Direksi, Gambar (purnalaksana) ini secara
bersama-sama ditandatangani oleh Kontraktor dan Direksi.
Tiga puluh hari sesudah penyerahan pekerjaan (Penyerahan I) , Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi gambar purnalaksana tersebut sebanyak satu set,
serta copynya sebanyak satu set yang telah ditandatangani oleh Direksi.
12 dari 17
a) Pipa galvanis untuk saringan batu
Pengukuran untuk pembayaran terhadap pipa dibuat berdasarkan panjang yang
terpasang sesuai dengan gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Tangga Besi
Pengukuran untuk pembayaran terhadap pipa dibuat berdasarkan panjang yang
terpasang sesuai dengan gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
c) Pipa galvanis untuk pagar pengaman dan sebagainya
Pengukuran untuk pembayaran pipa pagar pengaman dibuat berdasarkan
panjang pipa terpasang sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
d) Expantion joint pada Jembatan
Pengukuran untuk pembayaran expantion joint dibuat berdasarkan meter
panjang terpasang sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
6) Pengecatan
Pengukuran untuk pembayaran atas pekerjaan pengecatan pada bangunan harus
diukur berdasarkan luasan.
7) Tulangan dowel
Pengukuran untuk pembayaran tulangan dowel dibuat sesuai dengan jumlah berat
tulangan dowel yang terpasang pada bangunan sesuai gambar atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.
8) Pengisi Sambungan Elastik
Pengukuran pembayaran pengisi sambungan elastis diukur berdasarkan jumlah
panjang sambungan pada bangunan yang dikerjakan.
9) Pipa PVC
Pengukuran untuk pembayaran terhadap pengadaan, pemasangan pipa PVC harus
dibuat sesuai dengan panjang pipa PVC yang dilaksanakan sesuai gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
10) Lubang Drainase PVC
Pengukuran untuk pembayaran lubang drainasi PVC dibuat sesuai dengan jumlah
set lubang drainasi yang dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
11) Jalan Penghubung Sementara atau Jalan Inspeksi
Pengukuran untuk pembayaran jalan penghubung sementara disesuaikan dengan
dengan jenis pekerjaan yang berkaitan dalam pembuatan jalan inspeksi yang
dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
12) Papan Nama Proyek
Pengukuran untuk pembayaran papan nama proyek disesuaikan dengan jumlah set
papan nama proyek yang dilaksanakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
13) Gambar Teknis
13 dari 17
Pengukuran untuk pembayaran gambar teknis disesuaikan dengan jumlah set
gambar yang harus sesuai atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
5.2. Dasar Pembayaran
1) Pembongkaran Struktur
Pekerjaan diukur seperti ditentukan di atas harus dibayar berdasarkan Harga
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pembuangan atau
pengamanan, penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan dari
kerusakan, untuk semua pekerja, peralatan, perkakas, dan semua pekerjaan
lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana
mestinya seperti disyaratkan.
2) Pekerjaan Gebalan Rumput
Pembayaran akan dilakukan atas dasar jumlah meter persegi yang telah diukur
seperti tersebut diatas dengan ketentuan harga satuan per meter persegi yang
tercantum di dalam Bill of Quantities.
3) Pekerjaan Kayu
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan kayu pada bangunan dibuat
berdasarkan harga satua per meter kubik seperti yang tercantum dalam Rencana
Anggaran Biaya, mencakup biaya–biaya pengadaan material, pengangkutan,
penurunan, pemotongan, finishing, pengecatan semua bahan, upah pekerja,
peralatan yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan
termasuk besi beton dan lain – lain.
4) Pekerjaan Besi Tulangan
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan besi tulangan akan dibuat dalam
harga satuan perkilogram seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, mencakup biaya upah kerja, material dan peralatan, termasuk biaya-biaya
pengangkutan, penempatan, penurunan, penyimpanan, pemotongan, pengikatan,
pembersihan, pemasangan, dan penempatan pada posisinya untuk semua besi
tulangan seperti yang diperlihatkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi.
5) Pekerjaan Besi
a) Pipa galvanis untuk saringan batu
Pembayaran untuk pengadaan material, pemasangan, pengangkutan dan
finishing semua pekerjaan pipa besi dibuat berdasarkan harga satuan per meter
panjang seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga
satuan harus mencakup upah kerja, harga bahan.
b) Tangga Besi
Pembayaran pekerjaan tangga besi dibuat dalam harga satuan pekerjaan besi
tulangan berdasarkan kenyataan yang terpasang seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan harus sudah mencakup semua biaya
upah pekerjaan, material, peralatan dan biaya tak terduga untuk
penyempurnaan, penyimpanan, pengangkutan besi bulat, pembuatan,
pemasangan, pengecatan, mur, baut dan pekerjaan atau material lainnya yang
diperlukan.
c) Pipa galvanis untuk pagar pengaman dan sebagainya
Pembayaran pipa besi pengaman harus dihitung berdasarkan harga satuan
meter panjang pipa, seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
14 dari 17
Harga satuan mencakup biaya upah pekerja, peralatan, pengadaan bahan,
pembuatan, pengangkutan, pemasangan, pengecatan pipa pengaman,
penutup, pembengkokan dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
d) Expantion joint pada Jembatan
Pembayaran expansion joint dibuat berdasarkan harga satuan per meter
panjang yang dilaksanakan sesuai gambar seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, mencakup semua upah pekerja, pengadaan material,
peralatan, pengangkutan, pemasangan, baut, angker dan pekerjaan lainnya
yang diperlukan.
6) Pengecatan
Pembayaran untuk pengadaan dan pengecatan dibuat berdasarkan harga satuan
per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, mencakup biaya–
biaya pengadaan material, pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan
yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan termasuk
besi.
7) Tulangan dowel
Pembayaran untuk tulangan dowel harus dibuat berdasarkan harga satuan
kilogram besi batang tulangan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan
mencakup semua biaya pengadaan, pemasanagn seperti dinyatakan diatas, berikut
penutup selang PVC, tabung atau pipanya.
8) Pengisi Sambungan Elastik
Pembayaran pengisi sambungan elastis dibuat dengan harga satuan permeter
panjang seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, sudah
mencakup pengisian aspal panas cair pada sambungan seperti tersebut diatas.
9) Pipa PVC
Pembayaran pipa PVC dibuat berdasarkan harga satuan permeter panjang seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang mencakup semua biaya
pengadaan dan pemasangan pipa PVC seperti diuraikan diatas.
10) Lubang Drainase
Pembayarannya dibuat berdasarkan harga satuan perbuah seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitias dan Harga, mencakup upah pekerja, material, peralatan
termasuk pengadaan, transportasi pipa PVC dan pemasangan filter pasir dan
kerikil.
15 dari 17
Nomor Mata Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
16 dari 17
Bibliografi
17 dari 17
Spesifikasi Teknis
Volume II : Bendung
Bagian – 3 : Pekerjaan Konstruksi
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
survey, investigasi dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu
dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM).
iii
Spesifikasi Teknis
Volume II : Bendung
Bagian – 3 : Pekerjaan Konstruksi
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran.
Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari pekerjaan persiapan
umum dan khusus, pekerjaan konstruksi umum dan khusus pada pembangunan bendung serta
pekerjaan lain-lain.
2. ACUAN NORMATIF
Rancangan Pedoman Teknis :
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 1, Pekerjaan Tanah
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan Geoteknik
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 4, Pekerjaan Beton dan Bekisting.
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 5, Pekerjaan Pasangan Batu, Batu Kosong dan
Bronjong, dan Adukan Semen.
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 6, Pekerjaan Pemancangan
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 7, Pekerjaan Dewatering
- Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 9, Pekerjaan Lain-lain
1 dari 15
yang saling terpisah sehingga biasaya untuk mencegah adanya rembesan atau
perbedaan penurunan perlu dilengkapi dengan dowel Bar atau injeksi semen.
3.6. Direksi pekerjaan adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik pekerjaan untuk
membimbing dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan agar mendapatkan hasil yang
sesuai dengan rencana
3.7. Dokumen perencanaan adalah keterangan yang mencakup tentang spesifikasi teknik,
gambar perencanaan maupun gambar detail dari seri krib yang akan dibuat
3.8. Endapan keras kering adalah merupkan endapan yang terbentuk setelah proses
pembuatan. Endapan ini bila dipotong potong akan hancur menjadi remah remah
3.9. Gambar pelaksanaan adalah gambar bangunan (krib) yang sudah dilaksanakan apabila
terjadi perubahan dimensi dari perencanaan
3.10. Gel adalah bagian dari cat yang terbentuk setelah proses pembuatan dan tidak dapat
bercampurlauapun dengan pengadukan
3.11. Intake adalah bangunan bangunan yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai,
guna mengatur pemasukan air ke saluran irigasi
3.12. Konstruksi adalah merupakan rangkaian proses kegiatan yang dituangkan dalam
bentuk pekerjaan fisik di lapangan berdasarkan gambar yang didapatkan dari hasil
kegiatan perencanaan teknik
3.13. Lantai kerja adalah lantai yang terbuat dari beton dengan campuran 1 semen : 3 pasir :
5 kerikil, dipergunakan untuk tatakan mencetak tiang pancang beton
3.14. Perencana adalah personil yang membuat desain/rencana krib, meliputi perhitungan;
gambar konstruksi dan spesifikasi teknis
3.15. Solvent adalah pelarut untuk melarutkan pengikat cat dan setelah menguap cat akan
mengering.
2 dari 15
Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus dianggap merupakan Jadwal Pelaksanaan
yang mengikat dan menjadi bagian dari Dokumen Kontrak.
4) Jadwal Pelaksanaan yang sudah mengikat tersebut harus diperbarui oleh Penyedia
Jasa pada setiap jangka waktu 4 (empat) bulan jika diminta oleh Direksi Pekerjaan dan
Jadwal Pelaksanaan yang diperbarui harus disetujui oleh Penyedia Jasa dan Direksi
Pekerjaan, dan termasuk dalam Dokumen Kontrak.
5) Jika selama pelaksanaan pekerjaan, rata-rata kecepatan pekerjaan ternyata dibawah
yang disetujui menurut pendapat Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus dapat
menyelesaikan setiap bagian pekerjaan pada waktu yang disetujui, maka Direksi
Pekerjaan akan memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah pekerja dan atau
peralatan pelaksanaan ke lokasi pekerjaan untuk mengejar ketinggalan pada bagian
pekerjaan tersebut.
3 dari 15
5) Aspek Sosial dan Budaya
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi berkewajiban memperhatikan kondisi sosial dan
budaya masyarakat di lokasi pelaksanaan pekerjaan. Hal-hal yang cukup sensitif,
seperti gangguan kebisingan pada waktu ibadah, waktu istirahat, hal-hal yang
ditabukan, atau lokasi-lokasi yang dianggap suci oleh masyarakat setempat sedapat
mungkin dihindarkan dari gangguan pekerjaan atau personil yang terlibat dalam
pekerjaan.
4.3. Sumber Bahan Pelaksanaan
1) Penyedia Jasa bertanggung jawab atas pengadaan material beton pasangan, bronjong
dan sebagainya dengan jumlah yang cukup dan berkualitas baik. Proyek akan
memberi petunjuk beberapa sumber bahan pelaksanaan yang ada untuk bahan
timbunan dan material beton berikut jarak dari lokasi pekerjaan.
2) Jika Penyedia Jasa akan mengambil material untuk beton dan batu dari sumber lain,
Penyedia Jasa harus mengatur sedemikian hingga mendapatkan ijin dari instansi
terkait dan membayar semua biaya dan kompensasi yang diperlukan.
4 dari 15
Penyedia Jasa harus mendatangkan semua mesin dan peralatan, lengkap dengan
suku cadangnya yang cukup, untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3) Material Pengganti
Penyedia Jasa harus berusaha untuk mendapatkan bahan material yang ditentukan
dalam spesifikasi teknik atau gambar, tapi jika material tersebut tidak dapat diperoleh
dengan alasan diluar kemampuan Penyedia Jasa, boleh memakai material pengganti
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada material pengganti tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
4) Pemeriksaan Peralatan dan Material
Peralatan dan material yang didatangkan oleh Penyedia Jasa harus diperiksa dan
sesuai dengan Kontrak pada saat di lokasi berikut ini atau seperti yang ditentukan oleh
Pemberi Tugas :
i. Tempat produksi atau pabrik
ii. Pengangkutan
iii. Lokasi Proyek
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengguna Jasa semua spesifikasi
peralatan dan material yang diperlukan oleh Pengguna Jasa untuk tujuan
pemeriksaan. Pemeriksaan peralatan dan material termasuk tempat dimana berasal
tidak berarti melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya untuk mengadakan
peralatan dan material yang tercantum dalam spesifikasi teknik.
5) Program dan Catatan Pengangkutan
Bersamaan dengan penyerahan Jadwal Pelaksanaan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan program pengangkutan peralatan dan material secara rinci, dengan
urutan pengangkutan dan pengiriman di lapangan sesuai dengan rencana Jadwal
Pelaksanaan tersebut kepada Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus memberitahu
Direksi Pekerjaan kedatangan peralatan, material dan pemasangan peralatan di
lapangan.
6) Spesifikasi, Brosur dan Data yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 (tiga) set spesifikasi lengkap, brosur dan data
mengenai material dan peralatan yang akan didatangkan sesuai Kontrak kepada
Direksi Pekerjaan untuk disetujui, dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah
menerima surat perintah kerja. Bagaimanapun juga persetujuan terhadap spesifikasi,
brosur dan data tersebut tidak akan melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung
jawabnya sesuai dengan Kontrak.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknik
konstruksi bangunan bendung harus memuat :
5.1. Pekerjaan Persiapan Umum
Pelaksanaan pekerjaan yang bersifat umum meliputi :
1) Mobilisasi dan Demobilisasi
Pelaksanaan pekerjaan mengacu pada Pd T-xx-xxxx, Pedoman Penyusunan
Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain
2) Jalan Penghubung Sementara
5 dari 15
Pelaksanaan pekerjaan mengacu pada Pd T-xx-xxxx, Pedoman Penyusunan
Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain
3) Laboratorium dan Peralatan
Ketentuan dan persyaratan untuk laboratoriuum dan alat pengujian lapangan sebagai
berikut :
a) Penyedia Jasa di dalam hal ini tidak diperkenankan melakukan pengujian
laboratorium, pengujian dilakukan oleh laboratorium yang telah ditunjuk oleh
Direksi Pekerjaan
b) Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan pengetesan lain yang diperlukan
seperti yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknik untuk mengontrol material
pelaksanaan dan tanah.
c) Selambat-lambatnya tanggal... ... ... , Penyedia Jasa harus menyerahkan schedule
pengujian kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuannya. Schedule
pengujian harus mencakup semua pengujian material beton, pengujian pemadatan
tanah triaxial dan pengujian alat-alat laboratorium yang akan dipakai. Laboratorium
yang disediakan Penyedia Jasa harus diatur dan dirawat Penyedia Jasa.
Pengadaan listrik dan air untuk keperluan laboratorium harus disediakan Penyedia
Jasa.
4) Kantor, Gudang dan Bengkel untuk Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus membuat, merawat dan selanjutnya membongkar bangunan
sementara seperti kantor, bengkel, dan gudang yang hanya diperlukan pada saat
pelaksanaan. Penyedia Jasa harus mengirimkan rencana pelaksanaan secara detail
termasuk fasilitas sementara kepada Direksi Pekerjaan selambat-lambatnya tanggal ...
... ...
5) Perumahan dan Barak untuk Staf dan Tenaga Penyedia Jasa
Jika tidak ditentukan lain, Penyedia Jasa harus menyediakan, merawat dan
membongkar semua bangunan sementara dimana Direksi Pekerjaan atau Pengguna
Jasa, Staf Penyedia Jasa dan Sub-Penyedia Jasa akan berada termasuk perabot,
penerangan, air minum, saluran, jalan, tempat parkir, tempat buangan dan akomodasi
yang bersifat sementara. Sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum penanganan
pekerjaan ini. Penyedia Jasa harus mengirimkan rencana dan detail usulan bangunan
termasuk fasilitasnya kepada Direksi Pekerjaan.
6) Air Kerja
Penyedia Jasa harus menyediakan/membuat sumber air baku untuk tempat tinggal staf
Penyedia Jasa, Pekerja, Laboratorium, Bengkel dan tempat lain yang perlu dilokasi
pekerjaan. Sistim jaringan air minum tersebut harus mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
7) Sumber Listrik untuk Pelaksanaan Pekerjaan
Penyedia Jasa harus mengatur kebutuhan penerangan listrik di lokasi pekerjaan,
perumahan staf Penyedia Jasa, Barak, Laboratorium, Bengkel, Gudang dan Kantor.
Penyedia Jasa harus membuat jaringan listriknya, mengoperasikan dan merawat
sampai dengan akhir masa perawatan atau lebih cepat sesuai dengan pengarahan
Direksi Pekerjaan dan kemudian membongkar semua fasilitas listrik sementara yang
ada antara lain : generator, kawat, alat-alat penyambung dan lain sebagainya
5.2. Pekerjaan Persiapan Khusus
Pekerjaan persiapan khusus untuk pelaksanaan konstruksi bendung meliputi :
6 dari 15
1) Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Kegiatan pengukuran meliputi ; pemasangan benchmark dan pelaksanaan pekerjaan
pengukuran itu sendiri.
Pelaksanaan pekerjaan pengukuran mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx-200x,
Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran Topografi dan Pemetaan.
2) Gambar-gambar Pelaksanaan
Gambar-gambar yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan
ditentukan berdasarkan Pd T-xx-xxxx, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik,
Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain
5.3. Pekerjaan Konstruksi Bangunan Utama dan Penunjang Bendung
Pelaksanaan kegiatan konstruksi bangunan utama dan penunjang bendung terdiri dari
pekerjaaan :
1) Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah pada pelaksanaan konstruksi bendung meliputi : pembersihan; galian;
timbunan dan timbunan kembali.
Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx-200x,
Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-1, Pekerjaan Tanah.
2) Pekerjaan Penyelidikan Geoteknik
Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan geoteknik mengacu dan berpedoman pada Pd T-
xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-1, Pekerjaan Tanah.
3) Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton pada pelaksanaan konstruksi bendung harus memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan detail desain.
Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx-200x,
Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-4, Pekerjaan Beton.
4) Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan pasangan pada pelaksanaan konstruksi bendung harus memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan detail desain. Kegiatannya
meliputi : pasangan batu kali; pekerjaan siaran; pekerjaan plesteran; pekerjaan batu
kosong dan bronjong yang berfungsi sebagai rip-rap.
Pelaksanaan pekerjaan pasangan mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang
Bersifat Umum, Bagian-5, Pasangan Batu, Batu Kosong dan Bronjong, Batu Dengan
Mortar, dan Adukan Semen.
5) Pekerjaan Pemancangan
Pelaksanaan pekerjaan pemancangan mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang
Bersifat Umum, Bagian-6, Pekerjaan Pemancangan.
6) Pekerjaan Pintu
Pelaksanaan pekerjaan pintu mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat
Umum, Bagian-8, Pekerjaan Pintu.
7 dari 15
5.4. Pekerjaan Lain-lain
Pekerjaan lain-lain pada konstruksi bendung sebagi berikut :
1) Papan duga muka air
Penyedia Jasa harus melengkapi dan memasang papan duga ketinggian air bendung
seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti arahan Direksi Pekerjaan.
Spesifikasi dan pelaksanaan konstruksi papan duga muka air mengacu pada Pd T-xx-
200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain
2) Asuransi
Pelaksanaan asuransi ditentukan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang
berlaku; misal DEPNAKER dan Jamsostek.
5.5. Pelaporan dan Photo Dokumentasi
1) Pelaporan
Pelaporan yang dihasilkan dalam pekerjaan konstruksi, meliputi :
a) Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Sebelum tanggal..............tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan
Direksi, Penyedia Jasa harus menyerahkan 5 (lima) salinan laporan Kemajuan
Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan
secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
i. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan
berikutnya.
ii. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase
rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai pada
bulan laporan.
iii. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan ramalan
tanggal permulaan dan penyelesaiannya.
iv. Daftar tenaga setempat
v. Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan dilapangan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan
dipindahkan dari lapangan.
vi. Jumlah volume pekerjaan merupakan bagian pekerjaan tetap harus diuraikan
8 dari 15
b) Rencana Kerja Harian, Mingguan dan Bulanan
Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Mingguan yang
sudah disetujui oleh Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk minggu berikutnya.
Rencana tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah, pekerjaan konstruksi
lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, pengadaan bahan,
pengangkutan dan peralatan dan lain-lain yang diminta Direksi.
Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap rencana kerja harian secara
tertulis semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari maupun
untuk hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah,
pekerjaan beton dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyediakan Rencana Kerja Bulanan dengan sistem bar-
chart pada akhir bulan dan untuk bulan-bulan berikutnya. Rencana kerja ini harus
memperlihatkan tenggang waktu dari mulai sampai akhir kegiatan utama dengan
volume pekerjaannya. Rencana kerja ini harus diserahkan pada Direksi pada hari
ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.
c) Rapat Bersama Untuk Pembicaraan Kemajuan Pekerjaan
Rapat tetap antara Direksi dan Penyedia Jasa diadakan seminggu sekali pada
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari rapat ini
membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang
diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul
agar dapat segera diselesaikan.
2) Foto Dokumentasi
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan
album foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan penjelasan
foto. Untuk setiap lokasi pekerjaan minimal dibuat 3 seri foto yaitu sebelum
pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah selesai dilaksanakan, dimana arah
pengambilan melalui satu titik yang sama.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi foto-foto yang dibuat oleh tukang
yang berpengalaman.
Foto-foto harus berwarna dan ditujukan sebagai laporan / pencatatan tentang
pelaksanaan yaitu pada awal pertengahan dan akhir suatu bagian tertentu dari
pekerjaan yang diperintahkan oleh Direksi.
Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan harus dari titikk
dan arah yang sama dan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Jika mungkin maka pada latar belakang supaya diusahakan adanya suatu tanda
khusus untuk memudahkan mengenali lokasi tersebut dan memperkirakan dimensi
obyek yang akan difoto.
Foto negatif dan cetakannya tidak boleh diubah atau ditambah apapun.
Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka harus dibuat rencana / denah yang
menunjukan lokasi, posisi dari kamera juga arah bidikan yang kemudian diserahkan
kepada Direksi untuk disetujui.
Tiap foto berukuran 3R dan diberi catatan sebagai berikut :
- Detail Kontrak
- Nama atau Lokasi
9 dari 15
- Tanggal Pengambilan
- Tahap Pelaksanaan
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi dengan suatu set
pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut. Juga pada akhir
pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus diserahkan kepada Direksi dalam album-
album. Foto-foto ditempelkan dalam album secara beraturan menurut lokasinya
masing-masing. Tiap obyek harus lengkap tahapnya yakni 0 %, 50 % dan 100 % dan
ditempelkan pada satu halaman.
Penyerahan dilakukan sebanyak 6 (enam) ganda bersama 1 (satu) ganda album
negatifnya. Tiap album dan juga yang berisi negatif harus diberi keterangan atau tanda
sama untuk memudahkan mengidentifikasi negatif dan cetakannya.
Semua album menjadi milik Pemberi Tugas dan tanpa ijinnya tidak boleh diberikan /
dipinjamkan kepada siapapun.
10 dari 15
iv. pekerjaan seperti ini memerlukan perbaikan likuiditas yang mendesak. bila kondisi
likuiditas jelek terus dan tidak dapat diperbaiki, dampaknya dapat mengurangi
kondisi rentabilitas, seperti pekerjaan yang semula nilai kontraknya bagus tetapi
dalam proses pembayarannya sering terhambat (tidak lancar).
v. rentabilitas jelek dan likuiditas bagus
vi. pekerjaan seperti ini memerlukan strategi pengendalian biaya dengan
memanfaatkan likuiditas yang bagus sehingga dapat menolong kondisi rentabilitas
menjadi lebih baik, seperti pekerjaan yang nilai kontraknya cukup berat, tetapi
semua pembayarannya sangat lancar.
vii. rentabilitas jelek dan likuiditas jelek
viii. pekerjaan seperti sedapat mungkin dihindari atau dicegah sejak awal agar tidak
terjadi, seperti pekerjaan yang nilai kontraknya berat, ditambah lagi
pembayarannya tidak lancar. oleh karena itu, pengendalian likuiditas pekerjaan
perlu menjadi perhatian, terutama bagi para engineer dalam rangka pengendalian
pekerjaan.
2) Pengertian dan Maksud Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan adalah semua
upaya/usaha yang dilakukan oleh seluruh staf pekerjaan (Manajer Pekerjaan dan Staf)
dan perusahaan, agar biaya pelaksanaan pekerjaan menjadi wajar, murah dan efisien
sesuai dengan rencana dan atau hasil evaluasi yang dilakukan.
Pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan terkait erat dan sangat dipengaruhi oleh :
a) Pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan (efek dari penambahan biaya tidak
langsung)
b) Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan pekerjaan (efek dari pekerjaan ulang,
finishing, pembongkaran, dan lain-lain yang harus menambah biaya lagi, yaitu
biaya langsung maupun tidak langsung)
c) Pengendalian sistem manajemen operasional pekerjaan yang bersangkutan, yang
kurang baik atau tidak konsisten dalam pelaksanaan / penerapannya (efek
penambahan biaya karena in-efisiensi realisasi biaya pekerjaan dari yang
seharusnya direncanakan).
Pengendalian yang diterapkan dalam operasional pelaksanaan pekerjaan tidak
sekedar berarti pengawasan dan atau pemeriksaan obyek dan kejadian, tetapi lebih
merupakan tindakan yang sekaligus merupakan aktifitas perencanaan, pengawasan,
pemeriksaan, evaluasi dan tindakan pencegahan atau perbaikan
3) Pelaksanaan Pengendalian Biaya di Pekerjaan
Tindakan pengendalian yang lebih tepat disebut sebagai pengendalian operasional
pelaksanan pekerjaan. Dilaksanakan sebagai langkah antisipasi dan pencegahan
terhadap hal-hal yang secara luas mempengaruhi tercapainya nilai biaya pekerjaan
yang wajar, murah dan efisien, dilakukan dengan dua cara :
(1) Cara langsung
Cara ini dilakukan dengan :
- Peninjauan
- Pengawasan
- Pemeriksaan
- Audit
Sasaran yang dicapai:
11 dari 15
- Mengetahui dan mendapat informasi
- Evaluasi langsung pada obyek (pekerjaan) dan subyek (pelaksana) pekerjaan
- Memberikan alternatif tindakan pencegahan dan perbaikanlangsung atas
ketidaksesuaian proses hasil kerja dan perkiraan kejadiannegatif yang akan
timbul.
Memastikan sasaran pengendalian:
- apakah waktu pelaksanaan dan progres fisiknya masih sesuai dengan rencana
atau jadwal pelaksanaan pekerjaan?
- apakah mutu hasil pekerjaan dan proses pelaksanaan pekerjaan memenuhi
standar spesifikasi teknis dan kontrak?
- apakah ada keluhan dari pemberi kerja atau yang terkait?
- apakah hasil kerja dan proses tersebut bisa diterima dengan baik oleh pemilik
pekerjaan?
- apakah biaya pekerjaan sampai waktu itu masih memenuhi batasan rencana
anggaran pekerjaan? sebandingkah dengan produksi yang dihasilkan?
- alternatif tindakan apa yang harus dilakukan dengan adanya penyimpangan
dan ketidaksesuain yang telah diketahui sebab-sebabnya itu, guna mencapai
sasaran seperti yang telah direncanakan sebelumnya?
(2) Cara tidak langsung
(a) Dokumen Pekerjaan
Melalui Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) pekerjaan sebagai pedoman
biaya pelaksanaan
- termasuk dalam hal metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan efisien
- termasuk dalam hal jadwal pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dan efektif
- termasuk dalam hal unit price pekerjaan, material dan alat sesuai rencana
yang wajar, murah dan efisien.
(b) Melalui Rencana Arus Kas Pekerjaan (Cash Flow)
Sebagai pedoman kerja dalam hal kondisi keuangan, agar selalu tercapai
likuiditas pekerjaan yang berada dalam kondisi balance positif atau surplus.
- dilakukan penagihan progress fisik (progress billing) yang intensif sesuai
dengan batasan periode atau jumlah nilai penagihan tertentu dan ditindak
lanjuti secepatnya dengan benar sehingga segera menjadi cash in (cair)
- dilakukan evaluasi dan rencana pembayaran (pembelian) mendesak dan
hutang jatuh tempo, sebagai tindakan prioritas pengunaan dana cash pada
yang berkepentingan dengan mempertimbangkan batas waktu hutang jatuh
tempo dan urgensi obyek yang harus diberikan dana tersebut.
(c) Adanya dokumen kontrak dan tehnical specification, yang dalam hal ini menjadi
batasan dan aturan pelaksanaan yang harus diikuti/dipenuhi
Pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi akan menimbulkan biaya
tambahan (mungkin pembongkaran, perbaikan atau penalty/klaim dari pemilik
pekerjaan), kecuali apabila penyimpangan tersebut sebelumnya telah
direkomendasikan oleh pemilik pekerjaan sebagai langkah khusus dan legal
(d) Melalui prosedur kerja dan instruksi kerja yang dibuat dan ditetapkan pada
pekerjaan (perusahaan) yang bersangkutan. Jika pelaksanaanya tidak
konsisten prosesnya pun akan tidak sesuai demikian juga mutunya atau hasil
12 dari 15
pekerjaannya pun menjadi rentan terhadap penambahan biaya mungkin untuk
kerja ulang, pekerjaan finishing, dan lain-lain
Kecuali bila hal tersebut sudah melalui perhitungan dan evaluasi bahwa hal-hal
yang dilakukan demikian itu akan menghasilkan kerja dan proses kerja yang
baik (keputusan berada pada Manajer Pekerjaan; alasan teknis harus wajar)
(e) Laporan-laporan pekerjaan
- melalui laporan harian pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh para
pengawas kepada pelaksana utama atau site manajer
- melalui laporan mingguan pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh para
koordiantor pengawas atau pelaksana utama kepada site manager atau
project manager
- melalui laporan bulanan hasil usaha pekerjaan atau operasional pelaksanaan
pekerjaan yang dibuat oleh site manager atau manajer pekerjaan kepada
perusahaan / direksi.
Isi laporan mencakup hal-hal sebagai berikut :
- realisasi progress fisik terhadap rencananya
- rencana diambil dari rap / jadwal pelaksanaan pekerjaan
- realisasi pendapatan dan biaya pekerjaan terhadap rencana-nya
Rencana diambil dari RAP yang masih valid (RAP yang merupakan edisi / revisi
terakhir) :
- realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pekerjaan terhadap rencana
yang diambil dari rap / cash flow.
- penjelasan atas upaya yang dilakukan pekerjaan untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian agar realisasi tercapai sesuai dengan yang direncanakan
termasuk penjelasan upaya antisipasi pencegahan dan perbaikannya
(preventive action) untuk hasil usaha bulan berikutnya terhadap rencana
sampai bulan depan
- foto-foto dokumentasi beberapa pekerjaan penting atau menonjol
13 dari 15
- metode pemeriksaan
- frekuensi pemeriksaan
- spesifikasi / persyaratan mutu : misalnya kepadatan 100%
- toleransi hasil : misalnya 0 %
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan konstruksi SDA, haruslah dinilai dari beberapa
aspek, yaitu penyelesaian pekerjaan tepat waktunya sesuai kontrak, ukuran-ukuran sesuai
dengan desain kualitasnya memenuhi spesifikasi teknik, biayanya tidak melebihi anggaran
yang telah ditetapkan dan selama pelaksanaan pekerjaan haruslah dijamin keselamatan
dan keamanan pekerja ataupun pihak lain. Untuk mencapai maksud tersebut haruslah
dilakukan pengendalian yang seksama selama proses pelaksanaan konstruksi, meliputi
pengendalian biaya, mutu dan waktu. Prosedur pengendalian mutu dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Metode pengawasan kualitas pekerjaan, meliputi :
a) Pelaksanaan dan pengambilan sampel
Tahap pelaksanaan terdiri dari dua kegiatan, yaitu:
i. memberi penjelasan dan latihan kepada semua unsur yang terkait dengan
pelaksanaan tentang tata cara pelaksanaan.
ii. mengawasi jalannya pelaksanaan sesuai dengan tata cara pelaksanaan yang
telah ditetapkan, mengambil benda-benda uji / sample untuk pemeriksaan.
membuat laporan jalannya pelaksanaan, hasil pengujian lapangan dan benda-
benda uji yang akan dikirim ke laboratorium
b) Tahap pemeriksaan
Tahap pemeriksaan yaitu memeriksa laporan, hasil-hasil pengujian lapangan dan
hasil pengujian laboratorium. Membuat kesimpulan-kesimpulan dari hasil
pemeriksaan
c) Tahap tindak lanjut
Tahap ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu:
i. Jika hasil pemeriksaan berkesimpulan bahwa kualitas sudah sesuai dengan
spesifikasi teknik, harus dibuat rekomendasi agar pekerjaan dilanjutkan
berdasarkan tata cara pelaksanaan yang sudah ditetapkan.
ii. Jika hasil pemeriksaan berkesimpulan tidak sesuai (tidak baik), haruslah
dilakukan survai/penelitian apa penyebab dari ketidak sesuaian tersebut.
Penyebab ketidak sesuaian pekerjaan tersebut ada beberapa kemungkinan :
- tata cara pelaksanaan tidak dilaksanakandengan baik, maka pekerjaan harus
dibongkar dan di kerjakan ulang mengikuti tata cara pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
- tata cara pelaksanaan itu sendiri tidak cocok untuk pekerjaan tersebut, maka
tata cara pelaksanaan harus di perbaiki/diubah dan pekerjaan diperbaiki
menurut cara baru
2) Penerapan standar/pedoman
a) Standar/pedoman spesifikasi
Standar sesuai dengan spesfikasi mutu bahan atau pekerjaan yang tercantum
dalam dokumen pekerjaan
b) Standar/pedoman pengujian
14 dari 15
Pengujian dilakukan berdasarkan standar-standar yang berlaku
c) Standar/Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan
Standar pelaksanaan ialah prosedur untuk menjamin tercapainya kualitas
pekerjaan yang dikehendaki. Standar pelaksanaan mencakup beberapa aspek
seperti pemilihan bahan, percobaan-percobaan, tata cara pelaksanaan
(mengolah/meramu, mengangkut dan merekayasa).
6.3. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu dapat dilakukan dengan cara pembuatan jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang memuat masing-masing jenis pekerjaan. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan :
i. kebutuhan dan fungsi pekerjaan tersebut dengan selesainya pekerjaan tersebut
diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
ii. keterkaitannya dengan pekerjaan berikutnya ataupun kelanjutan dari pekerjaan
sebelumnya.
iii. alasan sosial politik lainnya, apabila pekerjaan tersebut milik pemerintah.
iv. kondisi alam dan lokasi pekerjaan
v. keterjangkauan lokasi pekerjaan ditinjau dari fasilitas perhubungannya
vi. ketersedian dan keterkaitan sumber daya material, peralatan dan material pelengkap
lainnya yang menunjang terwujudnya pekerjaan yang bersangkutan
vii. kapasitas/daya tampung area kerja pekerjaan terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional paelaksanaan berlangsung
viii. produktivitas sumber daya, peralatan pekerjaan, dan tenaga kerja pekerjaan, selama
operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan
ix. cuaca, musim, debit banjir, skala gempa tahunan, dan lain-lain
x. referensi hari kerja efektif (pekerjaan) dengan mempertimbangkan hari-hari libur resmi
nasional, daerah, dan hari-hari keagamaan, serta adat setempat dimana pekerjaan
berada.
xi. kesiapan sponsor pekerjaan atau sumber daya finansial pekerjaan atau ketersediaan
dana pekerjaan yang bersangkutan.
Pengendalian waktu dapat dikontrol dengan pembuatan jadwal pekerjaan Beberapa jenis
jadwal dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan pekerjaan antara lain adalah :
a) Bar Charts – Basic An Linked (Diagram Balok-Asli Dan Terkait)
b) Critical path metode atau network planning
15 dari 15
Spesifikasi Teknis
Volume III : Jaringan Irigasi
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
iii
Spesifikasi Teknis
Volume III : Jaringan Irigasi
Bagian – 3 : Pekerjaan Konstruksi
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi yang
meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan, pekerjaan jalan,
pekerjaan pintu, dan pekerjaan lain-lain.
Pedoman ini mencakup kegiatan perubahan gambar desain yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan konstruksi daerah irigasi. Pedoman ini menetapkan ketentuan
dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di
Sungai
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium
SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah
SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir.
SNI-03-2843-1992 : Tata cara pelaksanaan survey kondisi jalan tanah/kerikil.
SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer.
SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan
Benda Uji.
SNI 03–3958–1995 : Metode Pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium
SNI 03–3959–1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di Laboratorium
SNI 03–3233–1999 : Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan rumah dan Gedung
SNI 06–6452–2000 : Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung
SNI 03-6222-2002 : Metode Perhitungan Debit Banjir
SNI 03-6861-2002 : Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja)
SNI 03-6888-2002 : Tata Cara Pengambilan contoh Uji Secara Acak Untuk Bahan
Konstruksi.
British Standard :
BS 6031–1981 : Earthworks
BS 5135–1984 : Proces of Arc welding carbon and Carbon Manganise steels
BS 8004–1986 : Foundations
Rancangan Pedoman Teknis :
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-1, Pekerjaan Tanah.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan
Pemetaan.
1 dari 17
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan dan Analisa Geoteknik.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-4, Pekerjaan Beton, Bekisting dan Waterstop.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-5, Pekerjaan Pasangan Batu, Batu Kosong,
Bronjong dan Adukan Semen.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-6, Pekerjaan Pemancangan.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-7, Pekerjaan Dewatering.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-8, Pekerjaan Pintu.
- Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain.
2 dari 17
3.9 Siaran adalah adukan yang dipasang diantara batu–batu yang harus dikorek
sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan
siar timbul, dan 2 - 3 cm untuk jenis siar tenggelam.
3.10 Plesteran adalah pasangan dengan adukan 1 PC : 3 Psr yang harus dipasang
pada bagian atas dari dinding, ujung-ujung saluran pasangan, dan untuk 0.10 m
dibawah tepi atas atau sesuai dengan yang tertera pada gambar.
3.11 Beton adalah pasangan yang terdiri dari campuran antara semen, pasir dan
kerikil dalam ukuran tertentu yang telah ditetapkan, sesuai yang tercantum dalam
gambar kontrak. Proporsi campuran beton akan ditentukan oleh Direksi agar
didapatkan produksi beton yang awet dan ekonomis dan mempunyai kekuatan
yang setara dengan waktu dan derajat kekuatan, dengan perhitungan kondisi
tekanan, alam terbuka dan pertimbangan lain.
3 dari 17
4.2 Aspek-aspek yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan Pekerjaan
1) Aspek Keselamatan Kerja
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memperhatikan ketentuan kesehatan
dan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Ketentuan-ketentuan tersebut harus
diadopsi oleh pelaksana pekerjaan dalam prosedur/manual pekerjaan secara
menyeluruh untuk setiap tahapan pekerjaan, mulai dari tahap pekerjaan persiapan
hingga pemeliharaan setelah penyerahan pekerjaan.
2) Aspek Lingkungan
Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, Penyedia Jasa harus membuat
program dampak lingkungan yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan dengan
mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau manual prosedur pengelolaan/
pemantauan lingkungan (jika RKL/RPL atau UKL/UPL tidak ada). Program ini harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3) Aspek Administrasi
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memiliki prosedur dan tata cara
administrasi yang baku dalam bentuk surat menyurat, surat pengumuman, surat
undangan dan surat-surat lainnya untuk menunjang seluruh kegiatan pekerjaan.
Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pelaksanaan, serah
terima, dan pemeliharaan harus didokumentasikan secara sistematis sesuai
dengan kelompok pekerjaan, urutan waktu, atau kategori lain yang dianggap
penting. Dokumentasi ini diperlukan guna menunjang laporan proyek (Laporan
Mingguan dan Bulanan).
4) Aspek Ekonomis
Penyedia Jasa pekerjaan wajib memperhatikan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan. Termasuk dalam hal ini aspek SDM, peralatan, dan pengadaan
bahan.
SDM yang digunakan harus secara efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan
kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis peralatan-peralatan pendukung pekerjaan
harus diperhitungkan dengan seksama sesuai jadwal pekerjaan terutama bila
peralatan-peralatan tersebut diadakan dengan sewa. Pengadaan bahan/material
harus diupayakan efektif sesuai pekerjaan yang dijadwalkan.
5) Aspek Sosial dan Budaya
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi berkewajiban memperhatikan kondisi sosial
dan budaya masyarakat di lokasi pelaksanaan pekerjaan. Hal-hal yang cukup
sensitif, seperti gangguan kebisingan pada waktu ibadah, waktu istirahat, hal-hal
yang ditabukan, atau lokasi-lokasi yang dianggap suci oleh masyarakat setempat
sedapat mungkin dihindarkan dari gangguan pekerjaan atau personil yang terlibat
dalam pekerjaan.
Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah pemasangan Bench Mark dan
pelaksanaan pengukuran itu sendiri.
4 dari 17
Pelaksanaan pemasangan dan spesifikasi bench mark dan teknis pengukuran harus
mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan
yang bersifat Umum, Bagian-2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan.
Yang termasuk Pekerjaan Pasangan meliputi : pekerjaan pasangan batu kali, pekerjaan
plesteran, pekerjaan siaran, pekerjaan beton bertulang, pekerjaan pasangan batu kosong
dan pekerjaan bronjong.
Hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan kegiatan pekerjaan pasangan
mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan
yang bersifat Umum, Bagian-5, Pekerjaan Pasangan Batu Kali dan Adukan Semen.
Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah pemasangan Bench Mark dan
pelaksanaan pengukuran itu sendiri.
Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, maka pihak Penyedia jasa diminta untuk
mengajukan request kepada Direksi untuk pekerjaan pengukuran ini.
Penarikan / penentuan titik-titik elevasi dilakukan dari patok elevasi yang telah disetujui /
ditentukan oleh Direksi. Jika tidak ada patok elevasi yang dapat dipakai, biasa digunakan
elevasi lokal yang dipindahkan ke Patok Bantu Elevasi (PBE) dari ukuran 4/6, dengan
persetujuan Direksi.
Semua alat ukur topografi yang digunakan harus dikalibrasi dan disetujui oleh Direksi.
Pada saat pelaksanaan pengukuran alat ukur harus dilindungi dari terik matahari/hujan.
Semua pemasangan Patok Bantu Elevasi (PBE) harus diikatkan pada titik atau diletakkan
pada bangunan yang sifatnya tetap/tidak berubah.
Identifikasi PBE harus dilakukan agar fungsi patok tersebut dalam pekerjaan pengukuran
mudah digunakan. Pekerjaan ini diantaranya meliputi : pemberian nomor, pengecatan dan
pemberian catatan lain yang perlu, sehubungan dengan jenis pekerjaan pengukuran yang
dilakukan.
Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Penyedia jasa harus dibuat dari beton
bertulang klas K-175, dengan ukuran 0.20 x 0.20 x 1.00 m sesuai dengan gambar dari album
Standar Perencanaan Irigasi, atau menurut petunjuk lain dalam gambar.
7 dari 17
Tiap BM harus dilengkapi dengan paku kuningan tanda elevasi dan plat nama dari marmer
ukuran 0.12 x 0.12 m pada satu sisi.
Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian dengan hati-hati diurug
kembali sampai tinggal 0.20 m diatas permukaan tanah. Penempatan patok-patok BM
dilaksanakan Penyedia jasa sesuai dengan petunjuk Direksi.
Semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan pemasangan Bench Mark, survey
dan pengukuran mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi
Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran dan Pemetaan.
8 dari 17
(b) Gambar-gambar untuk Pekerjaan Sementara yang ditinggalkan.
Penyedia jasa hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang berkaitan dengan
pekerjaan tetap secara lebih mendetail dan diserahkan kepada Direksi untuk
mengubah dan mendapat persetujuan sebelum tanggal dimulainya pelaksanaan.
9 dari 17
Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai diterangkan dibawah ini,
apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti yang tertera
pada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
• Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m vertikal
• Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m vertikal
• Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal
• Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horisontal
Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak boleh
dipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas.
Semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu pada RPT0 Pd T-
xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-1,
Pekerjaan Tanah.
10 dari 17
5.7. Pekerjaan Beton
Semua pekerjaan beton yang akan dilaksanakan harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
Tidak lebih dari 2 (dua) bulan setelah pengadaan peralatan untuk pelaksanaan beton,
Penyedia jasa / Pelaksana harus mengirim Diagram Alir, Gambar dan Rencana Kerja untuk
pekerjaan dan penempatan beton / mortar dengan mengacu pada Dokumen ini.
Apabila spesifikasi peralatan yang akan dipergunakan pada pelaksanaan pekerjaan di
lapangan tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh Direksi, maka Penyedia jasa / Pelaksana
harus memberikan alternatif jenis peralatan atau metode kerja yang menghasilkan produk
yang setara dengan yang diusulkan oleh pihak Direksi.
Penyedia jasa harus memberi perhatian khusus terhadap akibat yang mungkin timbul karena
pengaruh pencucian material yang bisa mengakibatkan tercemarnya air di perairan umum,
dengan membangun kolam-kolam tampungan atau bangunan lainnya.
Bahan-bahan konstruksi beton yang akan dipakai, adalah sebagai berikut:
a) Semen
Penyedia jasa harus menginformasikan secara periodik setiap tanggal 1 awal bulan
data-data sebagai berikut :
Jumlah persediaan semen yang ada di lapangan sampai hari terakhir bulan lalu.
• Rencana pengadaan semen yang baru selama bulan yang akan jalan.
• Jumlah semen yang dipakai selama periode 1 (satu) bulan lalu.
• Penerimaan pengadaan semen selama bulan yang lalu
• Penggunaan atau kehilangan selama bulan yang lalu dengan alasan
• Data lain yang dibutuhkan / dianggap perlu oleh Direksi
b) Bahan Additive
Jika Penyedia jasa akan menggunakan zat pelambat atau zat tambahan lain yang
berfungsi untuk membantu pengecoran sesuai metodenya atau dibutuhkan beberapa
zat tambahan lainnyan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang sesuai tuntutan
spesifikasi, Penyedia jasa harus mendapatkan persetujuan dari Direksi tentang
komposisi dan metode dari penggunaan zat tambahan.
c) Aggregat Halus
Pengertian material halus yang dipergunakan adalah material dengan ukuran
maksimum 5 mm. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan
bahan lain seperti pasir dari batu pecah akan diijinkan, apabila menurut pendapat
Direksi, pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya. Penyedia jasa harus melengkapi
hasil tes agregat halus untuk beton dan spesi (mortar) untuk type yang dihasilkan
atau selain yang disetujui oleh Direksi.
d) Aggregat Kasar
Pengertian material kasar yang dipergunakan adalah material dengan ukuran lebih
besar dari 5 mm dan mempunyai gradasi yang baik dari 5 mm sampai ukuran
maksimum yang dibutuhkan dan tergantung dari klas betonnya. Agregat kasar untuk
beton adalah batu alam kecuali jika di instruksi oleh Direksi dan harus disediakan
oleh Penyedia jasa Pelaksana.
e) Air
Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan membuat adukan harus dari
sumber yang disetujui oleh Direksi dan memenuhi Pasal 9 Standar Nasional
Indonesia.
11 dari 17
Semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan beton mengacu dan berpedoman
pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-4, Pekerjaan Beton, Pembesian dan Bekisting.
12 dari 17
5.10. Pekerjaan Lain-lain
Jenis pekerjaan yang termasuk bagian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
5.10.1 Papan Duga Pengukur Ketinggian Air (Water Level Staff Gauge)
Penyedia jasa harus melengkapi dan memasang papan duga ketinggian air di
bendung dan saluran induk dilokasi seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti
diarahkan oleh Direksi.
Papan duga akan terbuat dari pelat besi anti karat (stainless steel) atau dilapisi
dengan galvanized dan sisi yang terbaca terdiri dari urutan angka dalam interval
sentimeter. Penyedia jasa akan memasang papan duga (staff gauge) seperti yang
telah disebutkan lokasinya dengan baut dari besi anti karat (stainless steel) atau
semacamnya seperti diarahkan oleh Direksi terhadap ketinggian yang telah
ditentukan secara persis oleh hasil survey/pengukuran yang telah ditentukan dan
disetujui oleh Direksi.
5.10.2 Pencatat Hujan (Rainfall Recorder)
Penyedia jasa harus melengkapi dan memasang pencatat hujan jenis manual di
lokasi seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi. Lokasi
dimana pencatat hujan akan dipasang akan mempunyai luas 10m x 10m dikelilingi
dengan pagar permanen dan dilengkapi dengan kunci pagar dan bebas dari naungan
pohon dan lain-lain.
Penyedia jasa akan mengajukan rencana, perkiraan dan rencana konstruksi dari
pencatat hujan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
5.10.3 Pos Klimatologi.
Penyedia jasa harus melengkapi dan mendirikan/memasang pos klimatologi di lokasi
seperti ditunjukan dalam gambar atau seperti diarahkan Direksi. Bangunan harus
berada di lokasi terbuka berukuran minimum 6 x 10 m2 dengan lantai tanaman
rumput berjenis pendek, untuk menempatkan alat ukur unsur cuaca, dikelilingi
dengan pagar permanen dan dilengkapi dengan kunci pagar dan bebas dari naungan
pohon dan lain-lain.
Pos klimatologi ini harus dilengkapi daftar keterangan pos klimatologi yang
menerangkan : Nama Stasiun, no Kadaster, Koordinat, No. Stasiun, Tinggi dari
permukaan laut, Tahun pendirian, Dibangun oleh, Desa, Kecamatan, Kabupaten,
Propinsi, Tujuan Pendirian, Elemen Hidroklimatologi yang dipasang.
5.10.4 Pipa Peresapan (Suling-Suling)
Tembok-tembok penahan, melebihi dari 1.50 m pasangan miring dan tembok-tembok
kepala harus dilengkapi dengan suling-suling yang dibuat dari pipa PVC dengan
diameter 50 mm dan paling tidak satu buah untuk setiap 2.0 m2 luas permukaan.
Setiap ujung pemasukan suling-suling harus dilengkapi dengan saringan. Suling-
suling dipasang bersamaan dengan pasangan batu dan disisakan 0.20 m keluar sisi
belakang pasangan batu guna pasangan saringan sebelum diurug. Pada pasangan
miring saringan kerikil juga dibuat bersama dengan pasangan batu.
Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa menonjol keluar
pasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah sekeliling pipa setebal 15 cm.
Saringan krikil tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk membatasi saringan dari
tanah asli atau tanah urug.
Pada pasangan miring dan tembok-tembok kepala harus dilengkapi dengan suling-
suling yang dibuat dari pipa PVC dengan diameter 50 mm dan paling tidak satu buah
untuk setiap 2.0 m2 luas permukaan.?
13 dari 17
5.10.5 Laporan dan Foto
a) Program Pelaksanaan
Penyedia jasa harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan Syarat-
syarat Kontrak. Program tersebut harus dibuat dalam dua bentuk yaitu bar-chart
dan network planning yang dilengkapi dengan daftar yang memperlihatkan setiap
kegiatan :
• Mulai tanggal paling awal
• Mulai tanggal paling akhir
• Waktu yang diperlukan
• Waktu float
• Sumber tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan
pekerjaan sementara dan tetap, kelonggaran waktu yang diperlukan untuk
persiapan dan persetujuan gambar-gambar, pengiriman peralatan dan bahan
kelapangan dan juga kelonggaran dengan adanya hari libur umum maupun
keagamaan.
b) Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Sebelum tanggal (10) sepuluh tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan
Direksi, Penyedia jasa harus menyerahkan 5 (lima) salinan laporan Kemajuan
Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan
secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
• Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan
berikutnya.
• Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase
rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai
pada bulan laporan.
• Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan ramalan
tanggal permulaan dan penyelesaiannya.
• Daftar tenaga setempat
• Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan dilapangan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan
dipindahkan dari lapangan.
• Jumlah volume pekerjaan merupakan bagian pekerjaan tetap harus
diuraikan sebagai berikut :
- Jumlah volume untuk berbagai pekerjaan pembetonan
- Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan timbunan
- Jumlah volume dari bahan perkerasan jalan yang digunakan
- Jumlah banyaknya bangunan, dll.
• Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama masa
laporan.
• Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan kebutuhan
pembayaran yang diperlukan bulan berikutnya.
14 dari 17
• Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang timbul
atau berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama bulan laporan.
c) Rencana Kerja Harian, Mingguan Dan Bulanan
Penyedia jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Mingguan yang
sudah disetujui oleh Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk minggu berikutnya.
Rencana tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah, dan pekerjaan
konstruksi lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,
pengadaan bahan, pengangkutan dan peralatan dan lain-lain yang diminta
Direksi.
Penyedia jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap rencana kerja harian secara
tertulis, semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari maupun
untuk hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah,
pekerjaan beton dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan Rencana Kerja Bulanan dengan sistim bar-
chart pada akhir bulan dan untuk bulan-bulan berikutnya. Rencana kerja ini harus
memperlihatkan tenggang waktu dari mulai sampai akhir kegiatan utama dengan
volume pekerjaannya. Rencana kerja ini harus diserahkan pada Direksi pada hari
ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.
Rapat Bersama Untuk Membicarakan Kemajuan Pekerjaan (progress meeting)
Rapat tetap antara Direksi dan Penyedia jasa diadakan seminggu sekali pada
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari rapat ini
membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang
diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul
agar dapat segera diselesaikan.
e) Dokumentasi
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan
dibuatkan album foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi
dan penjelasan foto. Untuk setiap bagian tertentu dari pekerjaan yang
diperintahkan oleh Direksi minimal dibuat 3 seri foto yaitu sebelum pelaksanaan
(0%), pada saat pelaksanaan (50%) dan setelah selesai dilaksanakan (100%),
dimana pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan
harus dari titik dan arah yang sama sesuai yang sudah ditentukan sebelumnya.
Penyedia jasa harus menyerahkan kepada Direksi foto-foto yang dibuat oleh
tukang foto yang berpengalaman.
Bilamana mungkin maka pada latar belakang supaya diusahakan adanya suatu
tanda khusus untuk memudahkan mengenali lokasi tersebut dan memperkirakan
dimensi obyek yang akan difoto.
Foto negatif dan cetakannya tidak boleh diubah atau ditambah apapun.
Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka harus dibuat rencana / denah yang
menunjukan lokasi, posisi dari kamera juga arah bidikan yang kemudian
diserahkan kepada Direksi untuk disetujui.
Tiap foto berukuran 3R dan diberi catatan sebagai berikut :
Detail Kontrak
• Nama atau Lokasi
• Tanggal Pengambilan
• Tahap Pelaksanaan
15 dari 17
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi dengan suatu
set pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut. Juga pada akhir
pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus diserahkan kepada Direksi dalam
album-album. Foto-foto ditempelkan dalam album secara beraturan menurut
lokasinya masing-masing. Tiap obyek harus lengkap tahapnya yakni 0 %, 50 %
dan 100 % dan ditempelkan pada satu halaman.
Penyerahan dilakukan sebanyak 6 (enam) ganda bersama 1 (satu) ganda album
negatifnya. Tiap album dan juga yang berisi negatif harus diberi keterangan atau
tanda sama untuk memudahkan mengidentifikasi negatif dan cetakannya.
Semua album menjadi milik Pemberi Tugas dan tanpa ijinnya tidak boleh
diberikan / dipinjamkan kepada siapapun.
5.10.6 Kantor Penyedia jasa, Perkampungan, Gudang, Bengkel, Pemondokan Buruh dsb
Penyedia jasa supaya menyerahkan rancangan tempat kerja dan bangunan
sementara secara umum kepada Direksi untuk mendapat persetujuan pada waktu
yang ditetapkan. Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum mendapat
persetujuan Direksi.
Perkampungan staf Penyedia jasa dan pemondokan buruh harus dilengkapi dengan
semua pelayanan yang perlu seperti saluran pembuang, penerangan, jalan, gang,
tempat parkir, pemagaran, kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan
peralatan pencegahan api sesuai dengan batas yang ditentukan dalam kontrak.
Penyedia jasa supaya juga melengkapi keperluan air bersih dan penerangan yang
cukup untuk kantor Penyedia jasa, perkampungan stafnya, pemondokan buruh,
bengkel dan tempat lainnya didaerah kerja.
5.10.7 Papan Tanda Proyek
Pekerjaan dibawah ini tidak termasuk dalam Kontrak tetapi merupakan pekerjaan
yang menjadi kewajiban Penyedia jasa untuk melaksanakan atau mengerjakan :
a. Penyedia jasa harus membuat, memasang dan memelihara minimal 2 (dua) papan
tanda proyek. Papan tanda proyek harus menunjukkan dan memuat nama Pemilik
Pekerjaan / Proyek dan nama Penyedia jasanya, judul nama proyek disertai
perkiraan jumlah hari pelaksanaan.
b. Lokasi Pemasangan ditunjukkan oleh Direksi / Engineer Konsultan dalam jangka
waktu 30 (tiga-puluh) hari sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan. Jika pekerjaan
telah selesai dan telah diserahterimakan, maka papan nama proyek harus dicabut
oleh Penyedia jasa.
c. Jamuan Tamu
Jamuan tamu yang meninjau atau memeriksa pekerjaan dalam batas yang wajar.
5.10.8 Papan Nama Bangunan/ Nomenklatur
Prasasti Proyek/Papan Nama Bangunan/Nomenklatur dibuat pada lokasi bangunan
untuk memberikan ciri atau tanda pada bangunan tersebut. Penyedia jasa terlebih
dahulu harus mengajukan desain dan spesifikasi teknis pekerjaan ini kepada Direksi
untuk mendapat persetujuan.
5.10.9 Patok Hektometer / Kilometer
Patok Hektometer dari beton harus dipasang sepanjang tiap saluran pada jarak 100
m, dan Patok Kilometer dipasang setiap 10 Patok Hektometer pada waktu semua
pekerjaan tanah selesai. Sebagai titik nol yang dipakai untuk pengukuran ditentukan
Pintu Pengambilan Saluran sekunder pada bangunan bagi.
16 dari 17
Patok ditempatkan pada lokasi yang tidak mudah diganggu dan ditentukan oleh
Direksi.
Patok dibuat dari beton bertulang klas K-175 ditandai dengan angka hektometer dan
keterangan tentang saluran sesuai dengan gambar pada album gambar standar
Perencanaan Irigasi, atau seperti ditunjuk pada gambar.
Patok harus di cat sesuai dengan standar PU, yaitu biru, kuning dan hitam mengkilat
menurut petunjuk pada gambar.
Semua hal yang berkaitan dengan perkerjaan ini mengacu pada Pd T-xx-200x : Pedoman
Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-
lain.
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan konstruksi saluran harus memuat :
a) Diskusi Bulanan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan mengetahui
sejauh mana progres pekerjaan dan pembahasan tentang kesulitan yang diperlukan.
b) Diskusi Pendahuluan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan
koordinasi awal pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan survey, investigasi
lapangan dan persetujuan produk yang berupa laporan pendahuluan
c) Diskusi Pertengahan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk menentukan arah
pembahasan pemecahan masalah berdasarkan data kondisi lapangan dan proses
persetujuan produk yang berupa laporan pertengahan
d) Diskusi Akhir dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan pembahasan
seluruh kegiatan pekerjaan
17 dari 17