2007
KATA PENGANTAR
LEMBAR TUJUAN
NOMOR : SIR-08
DAFTAR ISI
Halaman
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Mengikuti penjelasan TIU dan
Menjelaskan dan menguraikan
TIK dengan tekun dan aktif
tentang : OHT
Mengajukan pertanyaan
Tujuan instruksional umum(TIU)
apabila kurang jelas.
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
Waktu : 5 menit
BAB I
FUNGSI DAN JENIS DRAINASE
Drainase jalan mengandung pengertian membuang atau mengalirkan air (air hujan, air
limbah, atau air tanah) ke tempat pembuangan yang telah ditentukan dengan cara
gravitasi atau menggunakan sistem pemompaan. Secara umum dikenal adanya 2 (dua)
sistem drainase yaitu sistem drainase permukaan dan sistem drainase bawah
permukaan. Kedua sistem tersebut direncanakan dengan maksud untuk mengendalikan
”air” sebagai upaya memperkecil pengaruh buruk air terhadap perkerasan jalan maupun
subgrade (tanah dasar). Secara normatif yang disebut subgrade adalah lapisan tanah
(yang dianggap mewakili subgrade adalah lapsan tanah setebal 1.00 m) yang disiapkan
sebagai badan jalan, bisa berupa tanah asli yang sudah dipadatkan atau tanah timbunan
yang didatangkan dari tempat lain kemudian dipadatkan atau tanah yang distabilisasi
dengan kapur atau bahan lainnya.
Dalam struktur perkerasan jalan, di atas subgrade ini kemudian diletakkan perkerasan
jalan, bisa perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Agar subgrade dapat memikul
beban diatasnya (perkerasan jalan maupun lalu lintas) sesuai dengan batasan-batasan
perencanaan, pada umumnya subgrade dipadatkan pada kadar air optimum. Yang
dimaksudkan dengan kadar air optimum disini adalah kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Fungsi drainase jalan dengan demikian ada 2 (dua) cakupan yaitu :
a. Memperkecil kemungkinan menurunnya daya dukung subgrade karena kadar airnya
naik melebihi kadar air optimum sebagai akibat dari merembesnya air hujan ke dalam
subgrade melalui pori-pori perkerasan jalan atau yang berasal dari air tanah yang naik
ke permukaan;
b. Memperkecil kemungkinan rusaknya perkerasan jalan sebagai akibat terendamnya
perkerasan jalan oleh genangan air hujan.
Sistem drainase permukaan mencakup 2 hal yaitu:
a. drainase air limbah, dimaksudkan untuk membuang air limbah (air kotor dari rumah
tangga, limbah cair dari pabrik dan sebagainya) ke instalasi pengolah air limbah;
b. drainase air hujan, dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan
jalan akibat air hujan.
Air hujan yang jatuh ke permukaan jalan atau badan jalan mempunyai 3 kemungkinan:
a. bergerak sebagai aliran air permukaan;
b. menguap;
c. merembes ke dalam tanah atau perkerasan jalan sebagai air infiltrasi.
Drainase permukaan berkepentingan dengan aliran air yang bergerak sebagai aliran air
permukaan. Persentase besarnya aliran air permukaan dinyatakan sebagai run off
coefficient. Debit air yang berasal dari air permukaan ditampung dan dialirkan ke dalam
selokan samping kemudian dibuang melalui gorong-gorong. Pada jalan-jalan rural
biasanya dipilih selokan samping terbuka, sedangkan pada jalan-jalan di daerah
perkotaan dipilih selokan samping terbuka ataupun tertutup tergantung pada kepentingan
atau kondisi setempat.
Pada umumnya pembuangan air hujan pada jalan rural tidak terlalu menjadi masalah,
karena lahan di kiri-kanan jalan cukup luas. Sedangkan pada jalan-jalan di daerah
perkotaan, pembuangan air hujan yang bergerak sebagai aliran air permukaan justru
merupakan persoalan yang seringkali sulit dicari pemecahannya karena sempitnya lahan
terbuka di kiri-kanan jalan. Bahkan mungkin lokasi di kiri-kanan jalan telah dipadati
dengan bangunan-bangunan pertokoan, tempat tinggal, perkantoran dan lain sebagainya.
Dengan demikian dalam perencanaan drainase jalan di daerah perkotaan jalan perlu
dicari, kemana air hujan harus dibuang setelah dialirkan melalui selokan samping dan
gorong-gorong.
Drainase air limbah bisa dibuat khusus untuk:
a. mengalirkan air limbah saja, atau
b. selain untuk membuang air limbah juga disiapkan untuk menampung air hujan dari
halaman atau atap rumah sekaligus menggelontorkan air limbah, atau
c. sekaligus berfungsi untuk menampung dan membuang air limbah maupun air hujan
baik yang berasal dari sebelah luar badan jalan (dari atap rumah, halaman rumah,
lereng tanah di atas selokan) atau air hujan yang berasal dari permukaan jalan.
Sistem yang terakhir ini adalah yang termurah, akan tetapi mengandung risiko tanah
terkontaminasi air limbah atau polusi lainnya.
Drainase bawah permukaan adalah drainase yang dibuat untuk mengatasi pengaruh
rembesan air, baik yang berasal dari air tanah maupun air hujan yang merembes ke
dalam tanah yang kemungkinan dapat menaikkan permukaan air tanah sehingga
mempengaruhi kadar air subgrade.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa baik drainase permukaan maupun drainase
bawah permukaan dibuat dengan maksud untuk menyelamatkan lapis-lapis perkerasan
jalan dan subgrade dari pengaruh air yang merugikan.
kondisi tertentu, jika infiltrasi air permukaan telah mencapai subgrade, pada kadar air
tertentu yang nilainya melebihi kadar air optimum, maka subgrade mulai menurun daya
dukungnya. Penurunan daya dukung subgrade akan mempengaruhi kemampuan
perkerasan jalan dalam memikul beban lalu lintas, karena secara teoritis daya dukung
subgrade yang lebih rendah akan memerlukan perkerasan yang lebih tebal jika
dibandingkan dengan kebutuhan tebal perkerasan yang dihitung berdasarkan daya
dukung subgrade yang lebih tinggi, yang harus memikul beban repetisi yang sama
seperti yang diprediksikan dalam desain.
Secara umum dikenal ada 2 jenis bangunan drainase permukaan yaitu selokan samping
dan gorong-gorong. Fungsi kedua jenis bangunan ini adalah sebagai “jalan air” agar air
hujan segera keluar dari permukaan jalan untuk menghindarkan perkerasan jalan dari
kerusakan-kerusakan akibat genangan air. Proses terbuangnya air (hujan) dari lapis
permukaan ke areal di luar badan jalan atau ke selokan samping kemudian melalui
gorong-gorong dibuang keluar dari badan jalan atau ke tempat buangan air yang telah
ditentukan, semuanya diupayakan didasarkan atas hukum gravitasi. Air bergerak ke
tempat yang lebih rendah, prinsip inilah yang digunakan dalam mendesain drainase jalan.
Kecepatan bergerak dari air tersebut akan tergantung dari seberapa besar grade (%)
yang harus dilalui, makin tinggi grade yang harus dilalui, jika bangunan drainase terbuat
dari tanah, akan makin mudah bangunan drainase tersebut digerus oleh air.
Lined side ditch digunakan apabila kecepatan aliran air yang melaluinya akan
mengakibatkan tanah tergerus, sedangkan unlined side ditch digunakan apabila
kecepatan aliran air yang melaluinya tidak akan mengakibatkan selokan tanah tergerus.
Berapa kecepatan aliran air maksimum agar selokan samping yang terbuat dari tanah
tidak tergerus? Bagaimana dengan batasan kemiringan selokan samping? Tergantung
dari jenis tanah, berikut ini diberikan table dari berbagai sumber yang memberikan
batasan kecepatan aliran air yang diijinkan maupun kemiringan selokan samping :
Beton 1.50 10
Kemiringan selokan samping kurang lebih perlu direncanakan mengikuti vertical grade
dari trase jalan. Jika ternyata vertical grade dari trase jalan > 5% sedangkan material
badan jalan bukan dari lempung kokoh/lempung padat, maka selokan samping perlu
dibuat dari pasangan batu atau beton atau beton bertulang tergantung dari pertimbangan
desain.
- Selokan samping
7 tertutup (untuk daerah
perkotaan)
1.2.1.2 Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan drainase yang berfungsi untuk :
a. Memberi jalan kepada air yang mengalir dari parit atau sungai kecil yang mengalir
melintasi jalan.
b. Mengalirkan air yang telah terkumpul di dalam bak-bak penampung selokan samping
untuk dibuang keluar ke tempat pembuangan.
Berikut adalah contoh penempatan gorong-gorong yang berfungsi mengalirkan air dari
saluran air yang memotong jalan :
Penempatan
culvert mengikuti
sumbu saluran air
Penempatan
culvert tidak
mengikuti sumbu
saluran air karena
pertimbangan
memperpendek
panjang culvert
Penampang melintang gorong-gorong yang lazim digunakan antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Lingkaran (circular)
- Bentuk ini paling sering dipakai
- Ditinjau dari segi struktur, relative efisien untuk kebanyakan kondisi muatan
- Bisa dibuat dari beton tulang (antara lain 60 cm, 80 cm, 100 cm, 120 cm, 140
cm) atau dari baja (corrugated metal pipe < 2.00 m)
- Penampang melintang :
b. Ellips (elliptical)
- Biasanya dipakai sebagai pengganti bentuk circular jika terdapat keterbatasan
tinggi timbunan.
- Dibandingkan dengan bentuk circular, bentuk pipa lengkung maupun ellips lebih
mahal (pada kondisi debit yang harusm ditampung sama).
- Potongan melintang :
c. Box (rectangular)
- Direncanakan untuk menampung debit yang relative besar
- Bentuk ini biasanya paling cocok digunakan jika posisi tinggi muka air yang
diijinkan (allowable headwater depth) rendah.
- Penampang melintang :
d. Lengkung (arch)
- Bentuk ini dipakai jika kondisi tanah cukup baik.
- Perlu pertimbangan desain yang lebih teliti untuk menghindari scouring
- Potongan melintang :
e. Multiple barrels
- Dipakai pada kondisi kanal yang agak lebar melintasi jalan
- Terdiri dari 2 (dua) atau lebih barrels
- Potongan melintang :
Multiple circulars
Multiple boxes
Penampang normal pada permukaan jalan dibuat miring keluar dimulai dari as jalan
(disebut cross fall), dimaksudkan agar air hujan dapat segera mengalir dan terbuang dari
permukaan jalan. Air yang tertahan di permukaan jalan kalau tidak segera terbuang keluar
akan dimungkinkan meresap ke dalam perkerasan jalan, menempati pori-pori yang ada
pada material perkerasan jalan. Fungsi aspal sebagai perekat bisa terganggu, lapis
perkerasan bisa rusak, beban lalu lintas diatasnya akan semakin menambah rusaknya
perkerasan jalan yang terendam air.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan cross fall untuk berbagai jenis lapis
permukaan. Tabel berikut hanyalah merupakan referensi, penetapan cross fall
sepenuhnya ditentukan oleh perencana dengan berbagai pertimbangan antara lain: air
hujan cepat terbuang, cross fall tidak mengakibatkan permukaan jalan tanah cepat
terkikis, mengurangi rembesan air hujan ke dalam perkerasan dan lain-lain.
Pada tikungan yang berbentuk S curve, terdapat arah kemiringan tikungan yang
berubah dari plus ke minus. Berarti secara teoritis ada bagian dari kemiringan
melintang jalan yang bernilai 0%. Secara praktis, guna mempercepat
pembuangan air hujan, pada transition curve untuk curve yang berbentuk S, perlu
diberikan longitudinal grade sebesar 0.5%.
Kadang-kadang debit air yang harus ditampung oleh selokan samping, berasal dari
catchment area di sebelah luar badan jalan, terlalu besar. Kasus seperti ini bisa terjadi
Drainase bawah permukaan dibuat dengan maksud untuk melindungi tanah dasar atau
pondasi jalan dari pengaruh air tanah agar perkerasan jalan dapat terjaga fungsinya
dengan baik, selain itu juga berfungsi mempertahankan dinding penahan tanah atau
lereng agar tetap stabil. Jika drainase bawah permukaan tidak dipersiapkan dengan baik,
maka pada kondisi tertentu, daya dukung tanah dasar maupun pondasi jalan akan
menurun. Daya dukung tanah dasar akan menurun apabila tanah dasar tersebut jenuh
dengan air akibat naiknya air kapiler dari permukaan air tanah ke tanah dasar. Bagaimana
dengan daya dukung lapis-lapis pondasi jalan? Lapis pondasi jalan, baik lapis pondasi
bawah maupun lapis pondasi atas terdiri dari bahan berbutir kasar, fungsinya akan
menurun apabila rongga-ronga kosong (voids) yang ada di dalamnya kemasukan butir-
butir halus yang berasal dari tanah dasar. Proses masuknya butir-butir halus ke dalam
lapis pondasi dapat dimulai dari terjadinya ”pumping action” oleh beban lalu lintas yang
akan mendorong air tanah dan lumpur (dari tanah dasar yang sudah mulai jenuh dengan
air karena naiknya air kapiler) masuk ke sambungan-sambungan, celah-celah yang ada di
dalam lapis pondasi, atau melalui tepi perkerasan yang akhirnya akan menyebabkan
rusaknya perkerasan jalan.
Air higroskopis menyerupai zat yang sifatnya semi padat dan melekat dengan kuat pada
permukaan butir-butir tanah karena tenaga electro-chemical. Air tersebut tidak dapat
dikeluarkan dari butir-butir tanah kecuali dengan pemanasan yang tinggi.
Air kapiler tertahan dan bergerak dalam tanah dengan tenaga kapiler dari rongga-rongga
tanah dan gaya gravitasi. Air kapiler dapat naik dari permukaan air tanah ke tanah dasar
dan pondasi jalan dan akan menurunkan daya dukung maupn kuat geser dari material-
material tersebut.
Berikut ini sketsa yang menggambarkan keberadaan 3 jenis air di dalam tanah:
Air tanah biasanya diklasifikasikan ke dalam 2 type yaitu air tanah dengan permukaan air
bebas dan air tanah pada kondisi sumur artesis.
Berikut ini diberikan skema yang menggambarkan hubungan antara air tanah, tekanan
air pori dan derajat kejenuhan.
w .h2
Air
h2 kapiler
Tekanan air pori
Permukaan air tanah
Air
h1 tanah
Tekanan air tanah bebas
w .h1 100%
Tekanan air tanah / air pori Derajat kejenuhan
Air bergerak mengikuti hukum gravitasi yaitu menuju ke tempat yang lebih rendah. Air
hujan yang bergerak sebagai aliran permukaan, dalam perjalanan menuju ke tempat yang
lebih rendah mempunyai beberapa kemungkinan:
- Menguap, bergabung menjadi awan untuk kemudian jika ”persyaratannya” sudah
dipenuhi akan turun kembali ke bumi menjadi hujan.
- Meresap ke dalam tanah karena melewati tanah yang koefisien permeabilitasnya
memungkinkan bagi aliran air permukaan untuk infiltrasi ke dalam tanah.
- Melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih rendah karena tidak mempunyai
kesempatan menguap atau merembes ke dalam tanah karena melewati lapisan-
lapisan tanah yang impermeabel, namun setelah mencapai tempat yang lebih rendah
juga mempunyai kemungkinan menguap dan infiltrasi.
Siklus tersebut berulang, namun yang akan kita garisbawahi adalah aliran air permukaan
yang mempunyai kesempatan infiltrasi ke dalam tanah. Apa yang terjadi setelah air
permukaan tersebut merembes ke dalam tanah? Jawabannya adalah tergantung dari
stratifikasi tanah yang dilaluinya, air infiltrasi ini bisa mengumpul menjadi air tanah dengan
permukaan air bebas atau air tanah yang menjadi sumur artesis, mengalir ke permukaan
sebagai mata air.
Sketsa berikut menunjukkan beberapa keadaan air tanah yang berbeda-beda karena
stratigrafi tanah yang keadaannya juga sangat kompleks:
Tinggi muka air tanah dapat berubah karena pengaruh musim, karena adanya galian atau
timbunan, kalau dekat dengan sungai atau danau juga bisa terjadi karena turun atau
naiknya permukaan air sungai danau. Jadi tinggi permukaan air tanah mempunyai sifat
fluktuatif, kalau kebetulan jenis tanahnya mempunyai tenaga kapiler yang tinggi, air dari
sekitarnya akan bergerak menuju ke tanah tersebut. Jika tanah tersebut dalam keadaan
kering, maka tenaga kapiler akan menyedot air yang ada di bawahnya. Pada umumnya
tanah yang berbutir halus mempunyai tenaga kapiler yang lebih besar dari pada tanah
yang berbutir kasar, sehingga tanah yang berbutir halus akan mempunyai kadar air yang
lebih tinggi dari pada tanah berbutir kasar. Lihat grafik tersebut di bawah:
Kadar air di atas permukaan air tanah akan dipengaruhi oleh cuaca. Meskipun demikian,
karena penguapan dari permukaan tanah akan diimbangi oleh suplai dari air kapiler,
maka kadar air tanah pada umumnya tidak menunjukkan fluktuasi yang besar kecuali
pada lapisan yang langsung di bawah permukaan tanah.
Jika kadar air pada tanah dasar naik sampai kadar air optimum, maka nilai kerapatan
kering maksimum juga naik. Artinya daya dukung tanah dasar akan naik seiring dengan
kenaikan kadar air namun hal ini hanya terjadi sampai pada kadar air optimum. Jika kadar
air tanah dasar tadi ditambah lagi sehingga melebihi kadar air optimum, maka nilai
kerapatan kering maksimum akan turun, artinya daya dukung tanah dasar akan semakin
turun jika kadar air yang ditambahkan semakin jauh melewati kadar air optimum. Lihat
grafik yang menunjukkan hubungan antara kerapatan kering maksimum dengan kadar air
tersebut di bawah:
Mengacu pada Spesifikasi, tanah dasar yang dipersiapkan sebagai badan jalan harus
dipadatkan terlebih dahulu sebelum diatasnya dipasang lapis-lapis perkerasan. Apakah
yang dimaksud dengan tanah dasar pada pekerjaan jalan tersebut? Tanah dasar dapat
dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan, lapis pondasi agregat, atau tanah asli di
daerah galian. Tanah dasar harus dipadatkan hanya pada kondisi bilamana kadar air
material berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-
1742-1989.
Lihat skema di atas, pada kondisi I beban roda P diterima oleh bidang yang lebih luas
dibandingkan dengan kondisi II q1 < q2.
Jadi permasalahan daya dukung tanah dasar menjadi krusial apabila elevasi permukaan
air tanah dekat dengan elevasi permukaan tanah dasar. Pada kondisi tertentu akibat air
kapiler, air tanah akan tersedot naik ke tanah dasar sehingga kadar air di dalam tanah
dasar melebihi batas kadar air optimum, berarti daya dukungnya menjadi turun. Hal inilah
yang harus diatasi dengan menyiapkan drainase bawah permukaan agar permukaan air
tanah tidak semakin mendekat ke permukaan tanah dasar.
Sketsa di atas menggambarkan bahwa sebagian dari air hujan akan mengakibatkan
terjadinya aliran permukaan A dan B, sebagian lagi akan merembes (infiltrasi) ke dalam
lapisan perkerasan (aliran C) dan sebagian lagi menguap.
Debit yang berasal dari aliran air permukaan akan ditampung oleh selokan samping dan
gorong-gorong dan kemudian dibuang keluar. Jika perencanaan selokan samping dan
gorong-gorong memenuhi syarat-syarat teknis dan pemeliharannya baik, maka aliran air
permukaan akan cepat terbuang keluar begitu hujan selesai. Berbeda dengan aliran air
permukaan, maka air infiltrasi justru tidak segera terbuang keluar setelah hujan selesai,
akan tetapi kemungkinan tertahan atau terperangkap ke dalam lapisan-lapisan
perkerasan akan lebih besar, tergantung pada permeabilitas bahan perkerasan, bahann
bahu jalan maupun adqa atau tidaknya drainase bawah permukaan.
Debit aliran air permukaan A dan B tergantung pada berbagai faktor yaitu run off
coefficient, rainfall intensity, dan catchment area. Kita ambil contoh paved roads dengan
run off cofficient antara 0.70 – 0.95. Ini artinya adalah pada aliran B, 70% - 95% dari
volume air hujan yang jatuh di permukaan jalan terbuang langsung sebagai aliran air
permukaan. Sisanya sebesar 5% - 30% akan merembes (infiltrasi) ke dalam lapisan
perkerasan melalui lapisan permukaan serta sebagian kecil menguap. Ditinjau dari segi
prosentase, air infiltrasi relatif sedikit, akan tetapi jika ditinjau dari kecepatan mengalirnya
untuk keluar dari lapis-lapis perkerasan relatif sangat kecil dibandingkan dengan
kecepatan terbuangnya aliran permukaan. Oleh karena itu, secara kumulatif air infiltrasi
akan bisa merusak ikatan antara butir-butir material perkerasan dan bitumen sebagai
bahan pengikat.
Pada gambar (a) perkerasan diletakkan di atas timbunan, sedangkan bahu jalan
(shoulder) sebelah kanan terdiri dari material yang impervous. Air yang menggenang di
dalam sub base, base, maupun surface tertahan oleh shoulder, tidak bisa mengalir keluar.
Pada shoulder sebelah kiri, meskipun permeability-nya lebih besar dari pada sebelah
kanan, belum berfungsi membuang air yang menggenang di dalam perkerasan
dengancepat.
Pada gambar (b) perkerasan diletakkan di atas galian. Oleh karena subgrade maupun
shoulder terdiri dari material yang permeabiliti-nya rendah, sistem drainasenya juga
sangat jelek. Pada kasus ini, air tetap terperangkap di dalamm lapis-lapis perkerasan.
Pada gambar (c) perkerasan diletakkan di atas impermeable subgrade, sedangkan
shoulder terdiri dari material yang permeabilitinya juga rendah. Apabila perkerasan dan
shoulder berada dalam kondisi jenuh dengan air, maka akan terjadi bleeding pada tepi
perkerasan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Prinsip utama yang disarankan adalah menjaga agar lapis perkerasan dan subgrade
relatif tetap kering. Sketsa di atas menggambarkan keadaan dimana permukaan air tanah
berada di bawah subbase.
Air infiltrasi relatif tidak sempat masuk ke dalam subbase, karena sesuai dengan sifatnya
yang ”high permable” open graded dapat mengalirkan air kesamping, ditampung oleh
collector pipe. Dari sini air dibuang melalui outlet pipe. Dengan sistem demikian, air
infiltrasi tidak akan sempat tergenang dalam lapisan-lapisan perkerasan untuk jangka
waktu lama. Jadi perkerasan tidak akan berada dalam kondisi jenuh dengan air.
Pada umumnya apabila permukaan air tanah berada pada kedalaman 1 m di bawah
tepi bawah subbase, pengaruhnya terhadap lapisan perkerasan dapat diabaikan.
Apabila permukaan air tanah dekat atau lebih tinggi dari permukaan jalan, akan
diperlukan subgrade drainage berupa longitudinal drain untuk menurunkan permukaan
air tanah. Kalau longitudinal drain belum cukup, dapat ditambahkan drainage layer plus
transverse interceptor drain.
Lihat sketsa di bawah :
Pada gambar (a) jalan dibuat di suatu lereng sehingga sebagian di atas galian dan
sebagian lagi di atas timbunan. Permukaan air tanah diturunkan dengan cara memasang
longitunal drain pada sebelah kiri tepi perkerasan.
Pada gambar (b) jalan dibuat pada daerah galian, padahal posisi semula permukaan air
tanah berada di atas permukaan jalan. Untuk menurunkan permukaan air tanah di tepi
kiri-kanan dipasang longitudinal drain.
Pada gambar (c) dijumpai kasus jalan raya 4 (empat) jalur dengan posisi semula
permukaan air tanah di atas permukaan jalan. Oleh karena jarak antara longitudinal kiri
dan kanan agak jauh, untuk menurunkan permukaan air tanah masih diperlukan
longitudinal drain lagi di tengah-tengah.
Pada gambar (d) diperlihatkan kondisi dimana longitudinal drain saja belum cukup mampu
untuk menghindari rembesan air tanah, padahal bagian jalan tersebut terletak pada
perpindahan dari daerah galian ke daerah timbunan. Yang dikhawatirkan adalah air juga
akan merembes ke daerah timbunan. Untuk menangani kasus ini disarankan
mengkombinasikan pemakaian transverse inceptor drain dan drainage layer yang
dipasang di bawah base, sebagai pengganti subbase. Lihat sketsa di bawah :
Berikut ini adalah contoh-contoh lain cara membuang air tanah yang dinilai
mengganggu daya dukung subgrade :
Filter material
Harus mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi agar dapat membuang dengan
cepat air tanah yang mengganggu tanah dasar.
Terdiri dari pasir, kerikil atau batu pecah yang gradasinya terkontrol.
Bersih dari pelapukan dan mempunyai pembagian butir yang memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu sebagai berikut :
Persyaratan di atas dimaksudkan agar filter tidak tersumbat oleh material halus
dari tanah dasar. Selanjutnya lihat grafik di bawah:
Sumber : Subsoil Drainage, The Post Graduate Program on Highway Engineering, ITB-DPUT-JICA, 1976
BAB II
KONSTRUKSI SALURAN
2.1.1 UMUM
1. Uraian
Pembuatan selokan baru (dengan pasangan atau tidak) sesuai arah dan
ketinggian, relokasi atau perlindungan dari saluran yang ada.
4. Pelaporan
Contoh material dan pembuatan rencana kerja sebelum pekerjaan dimulai.
5. Jadwal kerja
Drainase berfungsi sebelum pekerjaan timbunan (urugan) dan struktur dimulai.
Selokan dipotong sedikit lebih kecil, pemotongan akhir dan perbaikan
dilaksanakan setelah pekerjaan yang berdekatan selesai.
1. Timbunan
Timbunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sifat-sifat bahan-bahan,
penempatan, pemadatan dan jaminan kualitas yang ditetapkan dalam
spesifikasi.
2.1.3 PELAKSANAAN
2. Pembangunan selokan
a. Tumbuh-tumbuhan yang tidak dikehendaki, sampah dan endapan lainnya
harus dipindahkan dari tepi dan lantai dasar selokan yang ada.
b. Penggalian, penimbunan dan pemotongan harus dilaksanakan
sebagaimana disyaratkan untuk membentuk kembali selokan-selokan baru
sehingga mencapai kelandaian yang diperlihatkan dalam gambar
1. Penggalian
Penggalian dan pemotongan yang dilaksanakan untuk pekerjaan selokan dan
saluran air harus diukur dan dibayar sebagai penggalian menurut spesifikasi
atau sebagai bagian dari Pos Pekerjaan Tanah sebagaimana dirumuskan dalam
spesifikasi
2. Penimbunan
Timbunan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus diukur
dan dibayar sebagai Penimbunan menurut spesifikasi atau sebagai bagian dari
Pos Pekerjaan Tanah, seperti dirumuskan dalam spesifikasi.
3. Pelapisan dinding
Pekerjaan pelapisan dinding untuk selokan dan saluran air diukur dan dibayar
sebagai Pekerjaan pasangan batu dengan adukan, pekerjaan beton atau
pasangan batu kosong dengan adukan encer menurut spesifikasi.
2.2.1 UMUM
1. Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri dari pemasangan lapis pelindung pada tepi atau dasar
selokan dan saluran air, dan pembuatan lantai olak, kantung Lumpur dan
bangunan saluran air kecil sejenis lainnya dengan pasangan batu dengan
adukan semen yang dibangun diatas suatu dasar yang telah dipersiapkan
untuk menjamin aliran air yang bebas dan tanpa genangan, sesuai dengan
spesifikasi ini dan sesuai dengan garis, kelandaian, dan ukuran yang
diperlihatkan dalam gambar atau sebagaimana yang diarahkan oleh
Pemimpin Proyek.
b. Pekerjaan tersebut juga meliputi pembangunan lubang sulingan air,
termasuk penyediaan dan pemasangan acuan lubang pembuangan air
(weephole) atau pipa.
c. Pada umumnya pekerjaan pasangan batu dengan adukan tidak akan
digunakan untuk bangunan-bangunan yang menahan beban seperti
gorong-gorong pelat beton, tembok penahan tanah sepanjang jalur lalu-
lintas, tembok kepala gorong-gorong pelat beton, dan sebagainya.
2. Toleransi dimensi
a. Permukaan dari setiap batu tidak boleh berbeda dari profil permukaan rata-
rata pasangan batu disekitarnya lebih dari 30 mm.
b. Untuk pasangan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata yang
dibentuk dengan pasangan batu tidak boleh berbeda dari profil lantai dasar
saluran yang ditentukan atau disetujui lebih dari 20 mm, juga tidak berbeda
dari profil penampang melintang yang ditentukan atau disetujui lebih dari
50 mm.
c. Ketebalan minimum dari setiap pasangan batu dengan adukan harus 100
mm.
d. Profil akhir untuk bangunan tidak utama yang tidak menahan beban seperti
kantung Lumpur dan lantai olak tidak boleh berbeda dari profil yang
ditentukan atau disetujui lebih dari 20 mm.
4. Penjadwalan kerja
a. Jumlah pasangan batu dengan adukan yang dilaksanakan dalam suatu
waktu tertentu harus dibatasi sesuai dengan kecepatan pemasangan untuk
menjamin agar semua batu dipasang dengan adukan segar.
b. Bila pasangan batu dengan adukan akan dipasang pada lereng atau
sebagai lapis dinding selokan, maka pembentukan pertama-tama harus
dipersiapkan seperti tidak akan ada pasangan. Pembentukan akhir sampai
garis yang disyaratkan harus dibuat segera sebelum pemasangan batu.
2.2.2 BAHAN-BAHAN
1. Batu
a. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu galian yang kasar, kuat / keras,
tahan lama, padat, tahan terhadap pengaruh udara dan air serta cocok
dalam segala hal untuk fungsi yang dituju.
b. Kualitas dan ukuran dari batu harus disetujui oleh Pemimpin Proyek
sebelum digunakan. Batu untuk pasangan selokan dan saluran air harus
sedapat mungkin empat persegi bentuknya.
c. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar atau Spesifikasi, maka setiap batu
harus berbobot lebih dari 6 kg.
2. Adukan
Adukan, haruslah adukan semen sesuai dengan persyaratan spesifikasi.
3. Drainase porous
Bahan-bahan untuk pembentukan alas, lubang pembuangan air atau kantong
saringan untuk pekerjaan pasangan batu adukan harus sesuai dengan
persyaratan spesifikasi.
2. Penyiapan batu
a. Batu-batu harus dibersihkan dari cacat dan bahan-bahan yang merusak,
yang dapat mengganggu ikatan dengan adukan.
b. Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruhnya dan diberi waktu
yang cukup untuk menyerap air sampai hamper jenuh.
1. Pengukuran
a. Pekerjaan pasangan batu dengan adukan harus diukur untuk pembayaran
dalam meter kubik sebagai volume nominal dari pekerjaan yang
diselesaikan dan diterima.
b. Untuk pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang digunakan untuk
pasangan selokan dan saluran air, atau melapisi segala permukaan
2. Pembayaran
Kuantitas pekerjaan pasangan batu dengan adukan yang ditentukan
sebagaimana diatas, harus dibayar menurut Harga Penawaran per satuan
pengukuran untuk Jenis Pembayaran yang diberikan dibawah ini dan tercantum
dalam Daftar Penawaran. Harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan,
untuk semua pembentukan atau persiapan pondasi yang diperlukan, untuk
pembuatan lubang pembuangan air, untuk pengeringan tempat pekerjaan, untuk
urugan kembali dan penyelesaian serta semua pekerjaan atau biaya lain yang
diperlukan atau biasa diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang diuraikan
dalam pasal ini dengan layak.
Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran No. Pengukuran
2.3.1 UMUM
1. Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri dari perbaikan, perpanjangan, penggantian atau
pembangunan baru gorong-gorong pipa dan saluran beton termasuk
tembok kepala gorong-gorong, bangunan lubang pemasukan dan lubang
pengeluaran dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan perlindungan
terhadap erosi untuk menjamin aliran air yang bebas dan tanpa genangan,
semuanya sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini dan pada lokasi yang
ditunjuk oleh Pemimpin Proyek.
b. Pekerjaan ini juga harus termasuk pemasangan saluran berdinding lapis
beton, dengan pelat penutup dimana diperlukan, di lokasi yang disetujui
dan dimana air rembesan dari saluran air yang dindingnya tidak dilapisi
dapat mengakibatkan ketidak-stabilan lereng timbunan.
3. Standar rujukan
5. Penjadwalan kerja
a. Tidak ada pekerjaan gorong-gorong atau saluran beton boleh mulai
dikerjakan sebelum persetujuan tertulis Pemimpin Proyek dan lingkup
pekerjaan telah dikeluarkan.
b. Sebagaimana dirinci dalam spesifikasi, maka drainase yang memuaskan
harus berfungsi dan efektif sebelum suatu pekerjaan penggalian atau
penimbunan dilaksanakan. Pada umumnya, pekerjaan gorong-gorong
sebagian besar sudah harus diselesaikan sebelum pekerjaan penimbunan
dimulai, kecuali jika dapat dijamin adanya drainasi yang memadai dengan
pekerjaan sementara khusus yang dibangun oleh kontraktor.
c. Tidak ada pekerjaan persiapan tanah dasar atau pekerjaan pelapisan
ulang perkerasan, baik pada daerah jalur kendaraan maupun bahu jalan,
boleh dimulai sebelum gorong-gorong, tembok kepala gorong-gorong dan
bangunan kecil lain yang berada dibawah permukaan tanah dasar telah
diselesaikan dalam bagian proyek yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan spesifikasi.
2.3.2 BAHAN-BAHAN
1. Alas
Bahan-bahan butiran untuk lapisan alas saluran beton, pipa gorong-gorong dan
bangunan lainnya harus memenuhi persyaratan spesifikasi.
2. Beton
Beton yang digunakan untuk pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini harus
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi.
4. Pipa gorong-gorong
Pipa gorong-gorong harus dari beton bertulang pracetak dan harus sesuai
dengan persyaratan dalam AASHTO M 170.
5. Pasangan batu
Bahan-bahan untuk tembok kepala gorong-gorong dari pasangan batu dengan
adukan dan bangunan lainnya harus sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.
7. Adukan
Adukan untuk sambungan dan cincin pipa (collars) harus berupa adukan semen
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi.
8. Bahan penyaring
Bahan-bahan penyaring yang digunakan dalam pekerjaan harus sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi.
9. Urugan kembali
Bahan-bahan urugan yang digunakan dalam pekerjaan harus sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi.
2.3.3 PELAKSANAAN
1. Pengukuran
a. Untuk pembayaran gorong-gorong pipa harus diukur dalam jumlah meter
panjang bangunan pipa baru atau perpanjangan yang dipasang, diukur dari
tepi luar tembok kepala atau tembok-tembok kepala gorong-gorong, atau
dari ujung ke ujung pipa-pipa yang dipasang dalam hal tak ada tembok
kepala gorong-gorong. Diameter nominal yang terlihat dalam Daftar
Penawaran mempunyai toleransi diameter 50 mm, sebagai contoh
diameter 600 mm akan meliputi pipa berdiamater 551 mm hingga 650 mm.
b. Kuantitas yang diukur untuk semua bangunan lainnya yang diuraikan
dalam bab ini harus merupakan kuantitas berbagai bahan-bahan yang
digunakan, dihitung sebagaimana ditetapkan dalam bab-bab yang
bersangkutan dalam spesifikasi ini.
c. Kecuali untuk penggalian batuan dan bahan drainasi porous yang
digunakan, tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran akan
diadakan untuk pekerjaan penggalian atau penimbunan, biaya untuk
pekerjaan ini dianggap sebagai tambahan untuk pelaksanaan pekerjaan
gorong-gorong atau saluran beton dan telah termasuk dalam harga
penawaran untuk pipa gorong-gorong dan untuk berbagai bahan-bahan
konstruksi yang digunakan.
2. Pembayaran
Kuantitasnya diukur sebagaimana ditentukan diatas, dibayar menurut Harga
Penawaran per satuan pengukuran untuk Jenis Pembayaran yang diberikan di
bawah ini dan tercantum dalam Daftar Penawaran. Harga dan pembayaran ini
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua
bahan-bahan dan untuk semua penggalian dan pembuangan bahan-bahan,
pengurugan kembali, pemadatan, acuan, lubang pembuangan air, dan semua
biaya lain yang diperlukan atau biasa untuk penyelesaian dengan layak
pekerjaan yang diuraikan dalam pasal ini.
Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran No. Pengukuran
BAB III
PENGGALIAN SALURAN
Penyediaan drainase yang memadai merupakan suatu faktor yang paling penting dalam
setiap jenis kontruksi jalan. Adanya drainase yang cukup terutama sangat penting dalam
kontruksi Lapis Pondasi Bawah (LPB). Seperti tertera dalam gambar berikut, LPB yang
jenuh akan menyebabkan kegagalan, biasanya bermula pada tepi perkerasan yang dekat
dengan genangan air. Draienase samping (gambar 3.1) harus selalu disiapkan sebelum
menghampar LPB , kalau tidak LPB akan terkotori dengan tanah atau lempung sehingga
kemungkinana besar akan terjadi kegagalan dini.
Drainase yang cukup tidak berarti hanya membuat selokan atau saluran beton disisi jalan.
Bermilyar-milyar rupiah terbuang karena kerusakan jalan yang sesungguhnya dapat
diselamatkan jika semua pekerja pembangun jalan menyadari perlu dua masalah dasar
yang sederhana dari drainase :
Gambar 3.1 Drainase Permukaan dan Bawah Permukaan Semua Air Mengalir
Menjauhi Perkerasan
- Pelaksana segera memeriksa kondisi jalan setelah hujan turun. Karena Air tidak
mungkin naik kegunung dan hujan merupakan penguji terakhir dari rencana
drainase.
Oleh karena itu seusai inspeksi drainase untuk pembayaran berdasar kontrak harus
dilakukan setelah hujan lebat, untuk menentukan apakah air tergenang pada permukaan
jalan atau pada drainase dan rincian drainase sesuai dengan keadaan lapangan.
Idealnya rencana lapangan dari sistem drainase harus dibuat sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan metode pemeliharaan yang akan di pakai, yaitu apakah dengan tangan,
(saluran dengan pasangan batu), atau dengan menggunakan alat yang sederhana, atau
dengan mesin penggerak.
Air dapat mengikis permukaan LPB sehingga menjadikan kurang aman bagi pengendara
atau menggenang pada permukaan jalan sehingga kendaraan dapat selip. Lapisan air
yang tebal pada permukaan jalan merupakan sebab utama kecelakaan.
Air dapat bergerak menebus perkerasan ; dibawah perkerasan karna daya kapiler, seperti
bunga karang menghisap air atau dari mata air dibawah pekerasan atau karena
perendaman sedikit demi sedikit dari drainase samping yang tak terpelihara atau retakan
pada lapis penutup.
Air merupakan penyebab utama kerusakan jalan karna masuknya air ke LPAB atau tanah
dasar, sehingga menurunkan kekuatan.
Beban berat atau vibrasi akan menyebabkan terjadinya kegagalan dini jika perkerasan itu
jenuh air.
Penggalian drainase dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Dengan tenaga manusia
Penggalian saluran jalan terutama untk daerah luar kota (ural road) dimana tenaga
kerja untuk penggalian mudah diperoleh dapat dilakukan dengan tenaga manusia,
dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti pacul, sekop, linggis belincong
dan lain – lain.
Sebelum penggalian dilakukan terlebih dahulu, harus dilakukan pengukuran,
pematokan dan pemasangan profil yang diperlukan sebagai acuan pelaksanaan
penggalian.
2. Dengan mesin
Untuk pekerjaan penggalian dengan volume besar dapat dilakukan dengan mesin /
alat – alat berat (heavy equipment) seperti motor grader, bulldozer, back hoe dan lain
– lain sesuai kebutuhan.
Motor grader bisanya dipergunakan untuk menggali saluran terbuka di luar kota yang
berbentuk segitiga karena perlengkapan grader (blade) memungkinkan untuk
menangani bentuk segitiga tersebut.
Untuk saluran yang berbentuk segi empat dapat dipergunakan backhoe yang biasa
dipergunakan untuk jalan dalam kota konstruksi beton/beton bertulang
BAB IV
PEMELIHARAAN SALURAN
4.1. UMUM
Pemeriksaan berkala harus diatur sesuai dengan kondisi cuaca setempat seperti musim
hujan, musim kering, dan adanya cuaca khusus (badai, angin ribut)
Pembersihan secara umum terhadap sistem drainase dapat efektif apabila dilakukan
pada menjelang musim hujan atau pada awal musim hujan. Material yang dapat
menyebabkan hambatan harus dibersihkan ketika jumlah material masih dalam jumlah
kecil sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan masih cukup singkat tanpa
menunggu menumpuknya material lebih lanjut. Perhatian khusus harus diberilkan
terhadap kemungkinan timbulnya banjir akibat penumpukan material kotoran tersebut.
Pemeriksaan sistem dan struktur drainase harus dijadwalkan masa hujan besar untuk
menentukan ketinggian air dan peningkatan yang tidak terantisipasi. Kerusakan kecil
(minor) akibat erosi harus segera diperbaiki dan tindakan yang perlu harus segera
diambil untuk mencegah kerusakan secara berulang.
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
Pemeliharaan rutin terhadap sistem drainase pada dasarnya terdiri dari kegiatan
pemeriksaan dan pembersihan secara reguler. Sedangkan pemeliharaan berkala pada
dasarnya meliputi kegiatan perbaikan dan penggantian struktur yang rusak atau yang
tidak berfungsi.
Saluran samping yang dibuat sepanjang samping badan jalan berfungsi mengumpulkan
aliran air dan mengarahkan ke dalam bak penangkap atau bak penampung.
Pembersihan meliputi pembersihan terhadap lumpur, kotoran, sampah, potongan pohon,
dan bekas bahan perkerasan lainnya serta terhadap rumput yang tumbuh baik di dasar
saluran maupun di lereng saluran.
Di kawasan perkotaan, pembersihan selokan secara reguler sepanjang tahun harus
selalu dilakukan. Kotoran berlebihan yang ditemukan harus segera disingkirkan
secepatnya untuk menghidari penumpukan dan penyumbatan. Kerusakan kerb atau tepi
badan jalan atau longsoran badan jalan yang dapat mempengaruhi kelancaran dan
efisiensi saluran harus segera diperbaiki. Saluran penyaring (french drain) selokan
samping harus selalu dalam kondisi bersish dan bebas dari kotoran dan terutama dalam
musim hujan, harus selalu diperiksa untuk memastikan saringan selalu dalam kondisi
terbuka. Saluran penyaring juga harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya bekas
pecahan pipa saluran, retak yang berakibat timbulnya perembesan ke tanah sekitar atau
erosi terhadap saluran termasuk retak atau kerusakan pada perkerasannya harus segera
diperbaiki.
Saluran pencegat ini berfungsi untuk mencegat aliran air permukaan pada lereng dan
mencegah erosi dan pengalihan aliran air dari arah ke tepi badan jalan dengan
menyalurkannya sistem lain seperti permukaan air alam atau saluran tepi jalan. Saluran
pencegat dapat juga berfungsi menyebarkan air pada lapangan di dekatnya atau
mengalirkannya ke sumur kering atau daerah penampungan. Rumput penutup sluran tepi
harus dijaga dari benda-benda penghambat yang bukan merupakan bagian dari
komponen saluran dan pada waktu pembersihan, rumput harus tetap dijaga dari
kerusakan. Halangan pada saluran pencegat yang dapat menyebabkan air mengalir ke
lereng dan berpotensi meyebabkan longsornya lereng harus segera disingkirkan.
Gorong-gorong yang merupakan saluran pembuang di bawah badan jalan dapat berupa:
pipa beton, pipa baja bergelombang, atau kotak beton. Gorong-gorng harus selalu bersih
dan bebas dari hambatan. Hambatan dan material endapan harus segera disingkirkan.
Saat hujan deras atau banjir, daerah kritis harus diinspeksi dan diperiksa, kotoran
dibersihkan dan inlet dibersihkan. Gorong-gorong tidak akan berfungsi secara optimal
apabila inlet dan outletnya tidak mempunyai kemiringan dan dipelihara secara tepat.
Untuk menghindari pengendapan, sering inlet memerlukan perbaikan alinyemen. Dasar,
dinding dan dinding kepala gorong-gorong harus selalu diperiksa terhadap gerusan
sekitar ujung gorong-gorong.
Daerah sekitar inlet gorong-gorong harus dibersihkan terhadap tumbuhan agar air dapat
mengalir secara bebas tanpa hambatan. Pembersihan sekitar saluran atau saluaran alam
di luar ruang milik jalan dari sampah kadang kala dibutuhkan agar kotorna tidak masuk ke
dalam inlet gorong-gorong.
Kerusakan pada gorong-gorong baja atau beton harus segera diperbaiki dengan
penyuntikan beton, atau aspal, atau dengan pemasangan pipa yang lebih kecil dan
penyuntikan/pengisian pada celah di antaranya. Apabila kapasitas gorong-gorong telah
kritis, perubahan kapasitas gorong-gorong harus segera dilakukan dengan memeriksa
ulang desainnya. Apabila gorong-gorong pipa beton turun dan sambungan terpisah,
perbaikan harus dilakukan dengan penyuntikan melalui retakan dengan pompa
bertekanan, dan apabila penurunannya terlalu besar, pipa baru harus dipasang.
RANGKUMAN
1. Menjaga air tetap bebas dari bertumpuknya kotoran, sampah, tanaman dan halangan
lainnya.
2. Memperbaiki bagian-bagian dari sistem drainase yang tidak berfungsi seperti: erosi dan
rusak atau bergesernya konstruksi, selokan air, pipa saluran dan perkerasan.
3. Antisipasi permasalahan yang akan timbul dan membuat perubahan atau modifikasi
terbatas.
Pemeriksaan sistem dan struktur drainase harus dijadwalkan masa hujan besar untuk
menentukan ketinggian air dan peningkatan yang tidak terantisipasi. Kerusakan kecil (minor)
akibat erosi harus segera diperbaiki dan tindakan yang perlu harus segera diambil untuk
mencegah kerusakan secara berulang.
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
Pemeliharaan rutin terhadap sistem drainase pada dasarnya terdiri dari kegiatan
pemeriksaan dan pembersihan secara reguler. Sedangkan pemeliharaan berkala pada
dasarnya meliputi kegiatan perbaikan dan penggantian struktur yang rusak atau yang tidak
berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA
10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit,
Manual Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak
Pemeliharaan dan Peningkatan Jalan, Agustus 1988.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No.
010/BNKT/1990.
12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data Untuk Disain, Oktober
1989.
13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters
and Models for the Roadworks Design System.
14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan
Lalu Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret
1984.
18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume
4, Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.