PENGANTAR
Paradigma baru peningkatan kualitas tenaga kerja bertumpu pada tiga pilar utama,
yaitu standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi
oleh lembaga yang independen.
Standar kompetensi kerja yang telah dibakukan akan menjadi acuan dalam
mengembangkan program pelatihan dan untuk keperluan pengembangan pelatihan
berbasis kompetensi tersebut, perlu ditata dan dikembangkan keseluruhan unsurnya dalam
satu kesatuan sistem pelatihan berbasis kompetensi.
Salah satu komponen utama dalam pelatihan berbasis kompetensi adalah tersedianya
materi/ modul pelatihan untuk mendukung tercapainya kompetensi yang telah ditetapkan.
Materi/ modul pelatihan tersebut akan memberikan kondisi pembelajaran dengan
menggunakan berbagai metodologi yang tepat agar dalam pelaksanaannya dapat
mendorong peran aktif peserta selama proses pelatihan.
Modul/materi pelatihan Pelaksana Jalan merupakan modul pelatihan yang telah mengacu
kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang akan menjadi bahan
rujukan utama bagi pelatih/instruktur dan peserta latih untuk mendukung tercapainya
kompetensi yang telah ditetapkan dalam pelatihan berbasis kompetensi tersebut.
Dengan tersedianya materi/modul pelatihan tersebut diharapkan akan membantu peserta
latih untuk mampu belajar secara mandiri (self instructional), serta memberikan kesempatan
peserta untuk melakukan tes mandiri (self test) dan disamping itu dapat
mengakomodasikan kesulitan peserta dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik.
Di sisi lain pelatih dapat mengembangkan pembelajaran aktif yang banyak melibatkan
peserta latih dan merangsang diskusi dengan pertanyaan terbuka untuk mengembangkan
proses pembelajaran dengan berbagai alternatif metode dalam penerapan learner’s oriented
(berorientasi kepada pembelajar/peserta latih).
Diharapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan ini dapat
memberikan masukan untuk penyempurnaan materi/modul pelatihan tersebut, yang
pada akhirnya akan menjamin hasil pelatihan yang direncanakan, yaitu peserta latih yang
kompeten sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Bab 1
Penerapan Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan, merupakan
tranformasi dari Unit Umum, Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko Kecelakaan Kerja,
Analisis Bahaya Risiko Kecelakaan Kerja dan Pencemaran Lingkungan, Pengendalian
Bahaya dan Risiko Kecelakaan Kerja, Sikap Kepedulian Terhadap Pelaksanaan K3-L, serta
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Bab 2
Komunikasi dan Kerja Sama di Tempat Kerja, merupakan transformasi dari Unit Kompetensi
Umum, Interpretasi Informasi dan Instruksi Kerja yang diterima terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan, mengkomunikasikan Instruksi Kerja Kepada Bawahan, serta Pelaksanaan
Koordinasi Dengan Unit-Unit Terkait.
Bab 3
Pemeliharaan Harian Mesin Pencampur Aspal, merupakan transformasi dari Unit
Kompetensi Umum,Persiapan Pekerjaan Drainase,Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Drainase,
Perhitungan Kuantitas Hasil Pekerjaan Drainase, serta Kompilasi Formulir Hasil Pekerjaan
Drainase.
Bab 4
Teknik Menghidupkan Komponen Mesin Pencampur Aspal, merupakan transformasi dari
Unit Umum, Persiapan Pekerjaan Tanah, Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah, serta
Perhitungan Kuantitas Hasil Pekerjaan Tanah.
Bab 5
Teknik Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal untuk Menyalurkan Aspal, merupakan
transformasi dari Unit Umum, Persiapan Pekerjaan Perkerasan Berbutir, Tahapan
Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan berbutir, Perhitungan Kuantitas Hasil Pekerjaan
Perkerasan berbutir, serta Kompilasi Formulir Hasil Pekerjaan Perkerasan berbutir
Bab 7
Teknik Memroduksi Campuran Aspal Panas (Hot Mix), merupakan transformasi dari Unit
7.1
Umum, Persiapan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen, Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Beton Semen, Pengendalian mutu, Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan
Beton Semen, Perhitungan Kuantitas Hasil Pekerjaan Beton Semen, serta Kompilasi
Formulir Hasil Pekerjaan Beton Semen.
PENERAPAN
KETENTUAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA DAN
LINGKUNGAN (K3L)
1.1 Umum
Pada dasarnya mesin pencampur aspal yang dioperasikan selain dijaga agar dapat
dioperasikan dengan benar juga harus dioperasikan dengan aman. Kondisi ini harus
dipertahankan agar dicapai produktivitas yang tinggi dalam situasi dan kondisi pengoperasian
yang aman.
Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang tidak disiplin menerapkan
peraturan keselamatan kerja selama melaksanakan pemeliharaan dan pengoperasian alat-alat
berat.
Untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut operator harus membaca
dan memahami semua petunjuk dan peringatan yang ada pada buku petunjuk dan tanda
peringatan yang terdapat pada mesin, yaitu untuk mengenal potensi kecelakaan kerja pada
setiap tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Dampak pencemaran lingkungan yang timbul karena pengoperasian mesin pencampur aspal
misalnya pada pekerjaan penanganan agregat di stock pile dan pengisian agregat ke dalam
cold bin dan pada saat memroduksi campuran aspal panas (hot mix), harus dapat diidentifikasi
dan dikenal potensi pencemarannya.
2 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 2
Dengan
n Risiko Kecelakaan Kerja
mengetahui Masalah keselamatan kerja dalam pengoperasian dan pemeliharaan mesin
dan pencampur aspal menjadi prioritas untuk selalu diperhatikan oleh para
melaksana pelakunya yaitu operator dan mekanik mesin pencampur aspal.
n
Hampir semua kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktaatan
tersebut
dalam melaksanakan peraturan yang mendasar dari keselamatan kerja
atas
dalam pengoperasian dan pemeliharaan mesin pencampur aspal.
ter
ling Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sebaiknya
kerja operator mesin pencampur aspal memahami dan melaksanakan segala
aman ketentuan keselamatan kerja dan mengikuti petunjuk yang terdapat pada
ter buku petunjuk pemeliharaan dan pengoperasian (Operation and
da Maintenance Manual) dan juga tanda peringatan yang terpasang pada lokasi
terjadi yang ditentukan sebelum melakukan pengoperasian dan pemeliharaan
kecela mesin pencampur aspal.
kerja,
manusia
1.2.1 Potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada pengoperasian mesin
maupun
peralatan pencampur aspal
. Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang
tidak disiplin menerapkan ketentuan keselamatan kerja selama
1 I melaksanakan emeliharaan dan pengoperasian alat-alat berat.
. d
2 Untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut operator
e
n mesin pencampur aspal harus membaca dan memahami semua
t petunjuk dan peringatan yang ada pada buku manual dan tanda
i peringatan yang terpasang pada unit/mesin.
f Langkah pertama yang harus dilakukan oleh operator mesin
i pencampur aspal untuk menghindarkan kecelakaan kerja tersebut
k adalah mengenal dengan benar potensi bahaya dan kecelakaan
a kerja pada setiap tahapan pekerjaan pengoperasian dan
s
pemeliharaan mesin pencampur aspal.
i a.
3 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 3
b)
keti
kinerja
pe
dan
filler
c)
4 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 4
d) Terpeleset ketika naik/turun tangga;
e) Baju yang longgar terlilit komponen yang bergerak/berputar;
f) Tersengat arus listrik;
g) Terkena percikan/semburan api burner.
3) Pada kegiatan akhir produksi
a) Terpeleset ketika naik/turun tangga;
b) Terhisap debu ketika memeriksa/membersihkan komponen;
c) Terkena aspal panas ketika memeriksa komponen penyalur aspal;
d) Tersengat arus listrik.
2) Berdasarkan peraturan K3
a) Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Tujuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti pada
pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1
5 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 5
tahun 1970, maka dapat diketahui antara lain:
(1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat
kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
(2) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
(3) Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa hambatan
apapun.
Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
ditanggulangi.
Oleh karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain
adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional.
Dalam Undang undang tersebut dicantumkan antara lain kewajiban dan hak
tenaga kerja:
(1) Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/
Ahli K3;
(2) Memakai alat-alat pelindung diri;
(3) Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
(4) Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang
diwajibkan;
(5) Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3
dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PER/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi Pekerjaan Umum
(1) Tujuan diberlakukannya pedoman ini agar semua pemangku
kepentingan mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya
dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi serta menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan nyaman, yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas kerja.
(2) Dalam pelaksanaan konstruksi para pekerja termasuk operator mesin
pencampur aspal melalui P2K3 (Panitia Pembina K3) yaitu badan
pembantu di perusahaan dan tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja, memiliki peran dalam
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Tingkat risiko kegiatan yang akan dilaksanakan yang telah disusun
dan dituangkan dalam daftar simak menjadi kewajiban pekerja dan
termasuk operator mesin pencampur aspal untuk melaksanakan
penerapannya.
6 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 6
c. Pembuatan rencana/langkah mengantisipasi adanya potensi bahaya dan kecelakaan
kerja
Hasil identifikasi potensi kecelakaan kerja akan menjadi acuan bagi operator untuk
pembuatan rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja, dimana pada setiap
tahapan kegiatan telah teridentifikasi potensi kecelakaan yang mungkin terjadi.
Hasil identifikasi tersebut dituangkan ke dalam form daftar simak potensi kecelakaan
kerja dan dengan adanya pemindahan data ke dalam laporan, akan menjadikan
suatu bentuk perhatian bagi operator dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja selama melakukan kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian mesin
pencampur aspal.
1) Siapkan catatan hasil identifikasi dan daftar simak potensi kecelakaan kerja;
2) Interpretasikan potensi kecelakaan kerja hasil identifikasi dan yang tercantum dalam
daftar simak ke dalam rencana/langkah mengantisipasi adanya potensi bahaya dan
kecelakaan kerja.
3) Pendeteksian potensi kecelakaan kerja dan selanjutnya dijadikan bahan dalam
pembuatan rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja, akan
menghasilkan suatu kondisi kerja tanpa kecelakaan kerja atau zero accident.
7 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 7
Pabrik pembuat mesin pencampur aspal telah memberikan informasi tentang
prosedur untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi terjadinya kecelakaan
kerja.
Pada dasarnya informasi ini merupakan prosedur untuk pemeliharaan dan
pengoperasian mesin pencampur aspal dengan aman.
1) Meletakan label peringatan “Jangan dioperasikan” (“Do Not Operate”) atau
tanda peringatan sejenis pada saklar induk atau tuas kendali sebelum
melakukan pemeliharaan atau perbaikan mesin pencampur aspal;
2) Hati--hati terhadap jaringan listrik tegangan tinggi dan kabel arus listrik
bawah tanah
3) Jangan memakai pakaian kerja yang longgar, dapat terlilit komponen yang
bergerak/ berputar;
4) Selalu memakai topi keselamatan, kaca mata pelindung, dan alat pelindung
diri lainnya sesuai kebutuhan;
5) Harus diperiksa dan merasa yakin bahwa semua pelindung komponen yang
berputar (protective guard) telah terpasang dengan baik pada tempatnya;
6) Buang kotoran, minyak pelumas, dan material lainnya serta jauhkan tools dari
deck, tempat lewat petugas dan dari tempat pijakan (anak tangga);
7) Jangan mengijinkan orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam
ruang operator.
8 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 8
tinggi juga bertekanan dapat menimbulkan pancaran yang keras yang
dapat menimbulkan kecelakaan;
b) Pakai masker atau pelindung muka dan sarung tangan yang dapat
melindungi tangan;
2) Dryer
a) Nyala api burner dan panas yang tinggi di sekitar dryer sangat
berbahaya bila penanganannya terlalu dekat;
b) Alat pengaman nyala api terpasang pada saluran bahan bakar.
3) Vibrating screen
Hati--hati waktu naik ke arah geladak saringan (screen deck), harus
dipastikan anak tangga dan pegangannya dalam kondisi kuat dan aman.
4) Komponen yang bergerak
Sabuk (belt) penyalur agregat yang bergerak merupakan potensi bahaya.
Semua puli, sabuk dan penggerak mekanis lainnya harus dipasang
pelindung (protecting guard).
5) Debu (dust)
Debu yang ditimbulkan, merupakan sumber bahaya, karena selain
ancaman bagi paru-paru dan mata, juga memberikan andil yang besar
terhadap terganggunya jarak pandang, khususnya yang ditimbulkan oeh
pengoperasian dump truck, loader atau alat-alat berat lain yang beroperasi
pada stockpile dan cold bin. Terganggunya jarak pandang dalam kegiatan
lalu lintas merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan.
9 Materi Pelatihan
Bab 1Pelaksana
: Penerapan
Lapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 9
a) Bersihkan semua material yang mudah terbakar seperti bahan bakar,
minyak pelumas dan kotoran dari komponen yang mempunyai
temperature tinggi (misalnya dryer);
b) Simpan bahan bakar dan bahan pelumas dalam penampungan yang
telah ditentukan;
Simpan kain lap/majun yang mengandung minyak pelumas dan
material yang mudah terbakar pada tempat khusus yang terlindung;
c) Jangan merokok di tempat penyimpanan material yang mudah
terbakar;
d) Jangan mengelas saluran/pipa atau tangki cairan yang mudah terbakar,
sebelum dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cairan pelarut yang
tidak mudah terbakar;
e) Periksa kabel listrik setiap hari dari kemungkinan adanya kabel yang
putus atau terurai. Perbaiki sebelum mengoperasikan mesin pencampur
aspal.
f) Perlu perhatian khusus pada saat mengisi bahan bakar dan aspal:
10 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
10
1.2.3 Rencana penerapan K3 dan pengendalian bahaya
a. Prosedur pengidentifikasian rencana penerapan K3 dan pengendalian bahaya
Secara individu setiap operator akan mengusahakan agar penerapan K3 untuk
dirinya selalu terpenuhi karena akan menyangkut keselamatannya, sedangkan
yang menyangkut kewajiban anggota kelompok kerja atau pejabat lain, maka
sebagai wujud kepedulian terhadap keselamatan kerja di tempat kerja, operator
dapat mengingatkan tentang kewajiban orang lain tersebut.
Dalam penerapan pengendalian bahaya, operator bersama dengan anggota
kelompok kerja lainnya, melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan fasilitas
dan sarana penanggulangan bahaya dan kecelakaan kerja, seperti APD, APK,
pelindung (guard) komponen yang berputar, dan fasilitas lainnya.
c. Pengidentifikasian penerapanpengendalianbahayapadakegiatanpengoperasian
mesin pencampur aspal
Dalam usaha membatasi terjadinya kecelakaan kerja, operator harus berusaha
untuk menerapkan pengendalian bahaya yang dapat diidentifikasi melalui
kegiatan diantaranya:
1) Memeriksa kelengkapan dan kelaikan pakai APD yang akan digunakan setiap
hari;
2) Memeriksa kelengkapan dan kondisi dan kelaikan pakai APK yang disiapkan
setiap hari;
3) Membersihkan ruang operator dari material yang mudah terbakar;
4) Membersihkan anak tangga (tempat pijakan) dan pegangan tangga (tempat
pegangan) agar tidak licin;
5) Memelihara, memperhatikan dan mengikuti petunjuk K3 yang terdapat pada
label peringatan yang terpasang pada mesin
1.3 Analisis Bahaya Risiko Kecelakaan Kerja dan Pencemaran Lingkungan
1.3.1 Identifikasi komponen yang rusak dan yang berisiko kecelakaan kerja
a. Jenis kecelakaan kerja akibat adanya komponen yang rusak
11 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
11
Beberapakompo galamikerusakankemungkinanakanmenimbulkan kecelakaan kerja memerlukan
nenyangbilamen pemeriksaan dan perhatian dari operator, misalnya:
1) Pelindung (safety guard) dari komponen yang bergerak/berputar
Bila pelindung (guard) ini rusak atau tidak berfungsi dengan baik maka dapat
menimbulkan kecelakaan terhadap operator atau mekanik yang melakukan
pemeriksaan.
2) Baut penguat anak tangga atau pegangan tangga yang rusak atau tidak
terpasang dengan baik, dapat menimbulkan kecelakaan jatuh dari tempat yang
tinggi.
3) Kebocoran pipa penyalur aspal panas, dapat menyemburkan aspal panas keluar
dan dapat mengenai petugas yang menimbulkan luka bakar.
4) Kebocoran bahan bakar dalam sistem penyalaan burner dapat menimbulkan
kebakaran yang mencelakai orang/petugas dan merusak kompoenen mesin
pencampur aspal.
c. Tindak lanjut sesuai dengan prosedur bila teridentifikasi adanya komponen yang
rusak dan dapat menimbulkan kecelakaan kerja
1) Prosedur tindak lanjut
a) Setiap teridentifikasi adanya komponen yang rusak dan dapat menimbulkan
kecelakaan kerja, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan;
b) Jangan melakukan tindakan pebaikan bila belum ada perintah dari atasan
atau perbaikannya diluar kewenangan operator;
c) Melakukan kerjasama dengan petugas perbaikan (mekanik) yang ditugaskan
untuk mengatasi kelainan tersebut.
2) Tindak lanjut bila teridentifikasi adanya komponen yang rusak dan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja
a) Periksa komponen yang rusak dan dapat menimbulkan kecelakaan kerja;
b) Catat kelainan yang terdeteksi pada komponen tersebut dan laporkan
kondisi kelainan yang ditemukan secara lebih rinci;
c) Laporkan hasil pemeriksaan dan temuan yang didapat serta tindakan
12 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
12
sementara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
kerusakan yang lebih berat;
d) Sementara itu komponen tidak boleh dioperasikan dahulu, menunggu
hasil pemeriksaan atau perbaikan yang dilakukan oleh mekanik khusus
yang ditugaskan mengatasi kerusakan tersebut;
e) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan perbaikan dengan petugas yang
ditunjuk (mekanik) untuk mengatasi kerusakan tersebut.
1.3.1 Identifikasi medan kerja yang berisiko kecelakaan kerja
a. Jenis risiko kecelakaan kerja akibat kondisi medan
Sering ditemui terjadinya kecelakaan kerja karena kondisi medan yang tidak
memenuhi peryaratan kerja yang dapat menimpa manusia atau alat (mesin
pencampur aspal), misalnya:
1) Terkena sengatan arus listrik pada lokasi dengan drainase yang kurang
baik yang menimbulkan banyak genangan air, sehingga pada pekerjan
pemeriksaan atau perbaikan instalasi listrik dapat tersengat arus listrik.
2) Kecelakaan lalu lintas di lokasi kerja akibat debu tebal yang dapat
mengurangi jarak pandang atau karena tidak cukup rambu-rambu kerja/lalu
lintas yang di pasang di medan kerja;
3) Luka bakar, akibat ceceran aspal atau bahan bakar yang tidak segera
dibersihkan dan menimbulkan kebakaran yang dapat menimpa petugas di
lapangan.
13 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
13
c. Tindak lanjut sesuai dengan prosedur bila teridentifikasi adanya kondisi medan
yang mempunyai risiko kecelakaan kerja
Sebenarnya untuk mengatasi masalah terkait dengan kondisi medan kerja yang
mempunyai risiko kecelakaan kerja, bukan sepenuhnya tugas operator mesin
pencampur aspal sehingga secara formal operator tidak terlibat langsung dalam
penanggulangannya.
Namun sebagai bentuk sikap peduli terhadap pelaksanaan K3 dalam
penanggulangan kecelakaan kerja, operator mesin pencampur aspal
memberikan informasi atau laporan kepada atasan tentang kondisi tersebut.
1) Periksa medan kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja;
2) Catat kondisi medan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang
terdeteksi secara lebih rinci;
3) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan perbaikan medan kerja tersebut
dengan petugas yang ditunjuk.
1.3.2 Analisis dampak potensi kecelakaan kerja
a. Pengidentifikasian dampak dari setiap potensi kecelakaan kerja
Dari Gambar 1.3, dapat dijelaskan bahwa kecelakaan kerja akan berdampak
kepada perusahaan dan karyawan dalam hal ini operator dan teman seprofesi
pada kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan mesin pencampur aspal.
14 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
14
terhentinya sementara proses produksi yang berakibat menurunnya
kapasitas produksi;
b) Dengan berkurangnya kapasitas produksi maka target waktu
penyelesaian pekerjaan akan mengalami kemunduran waktu;
c) Kemunduran waktu penyelesaian pekerjaan akan dikenakan sangsi oleh
pengguna jasa berupa denda kelambatan pekerjaan sesuai pasal-pasal
dalam kontrak kerja;
d) Agar tidak terkena sangsi denda dan menurunnya reputasi kinerja
perusahaan maka harus dilakukan penjadwalan kembali (re-scheduling)
yang akan memerlukan biaya tambahan yang tidak sedikit yang
berdampak pada kerugian perusahaan yang bersangkutan.
2) Akibat kecelakaan kerja terhadap korban/ karyawan
Kecelakaan kerja selain merugikan bagi perusahaan juga berakibat
merugikan bagi karyawan yang menjadi korbannya.
a) Apabila korban mengalami luka dan harus beristirahat untuk
penyembuhannya maka dia tidak dapat melakukan tugas-tugasnya
sehingga menurunkan kinerjanya;
b) Apabila korban mengalami cacat fungsi maka kemampuannya akan
berkurang dan produktivitasnya menurun;
c) Apabila korban mengalami cacat tetap maka produktivitasnya berhenti
yang kemungkinannya diberhentikan dari perusahaan;
d) Apabila korban sampai meninggal maka keluarga yang
ditinggalkannya akan terlantar (tidak ada tulang punggung keluarga).
c. Penyampaian informasi dampak yang dapat terjadi dari potensi kecelakaan kerja
Agar kecelakaan tidak sampai terjadi pada pengoperasian mesin pencampur aspal,
maka kita harus dapat mengendalikan bahaya dan risiko kecelakaan kerja dengan cara
mencegahnya.
15 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
15
Pengendalian bahaya dan resiko kecelakaan kerja tersebut hanya dapat
dilaksanakan bila semua orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut telah diberi
informasi untuk memahami adanya potensi kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya.
1) Penyampaian informasi atau sosialisasi tentang adanya potensi kecelakaan
kerja di tempat kerja ini harus dilaksanakan oleh Ketua Kelompok secara berkala;
2) Semua anggota kelompok kerja secara bersama-sama melakukan usaha
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja;
3) Operator mesin pencampur aspal, baik sebagai individu atau sebagai anggota
kelompok kerja berusaha meningkatkan kompetensi dalam pekerjaan
pengoperasian mesin pencampur aspal agar mampu mengendalikan bahaya
dan kecelakaan kerja di bidang tugasnya.
1.3.3 Analisis dampak potensi pencemaran lingkungan
a. Pengidentifikasian dampak yang terjadi dari setiap potensi pencemaran
lingkungan
Pengoperasian dan pemeliharaan mesin pencampur aspal memilki potensi
menimbulkan pencemaran lingkungan baik pencemaran udara, limbah cair
maupun pencemaran suara (bising).
Debu merupakan material yang berbahaya, karena selain berbahaya bagi paru-
paru dan mata, juga dapat menjadikan terbatasnya jarak pandang, terutama
pada saat dump truck, loader, atau peralatan lain beroperasi sekitar cold
bin dan stockpiles. Menurunnya kemampuan jarak pandang merupakan
penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Pencemaran udara terjadi akibat debu terbang dari pengeringan dan pemanasan
agregat yang terbawa ke udara bebas melalui cerobong asap.
Suara bising memiliki ancaman ganda, karena berbahaya bagi pendengaran dan
mungkin dapat mengalihkan perhatian pekerja terhadap aktivitas peralatan dan
bahaya lainnya.
Limbah cair kemungkinan terjadi dari aliran kotoran debu yang dikumpulkan
pada pengumpul debu cair yang terkumpul dalam kolam yang kurang
terpelihara.
16 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
16
c) Meningkatkan pemeliharaan kolam/penampungan debu basah
sehingga aliran limbahnya dapat dikendalikan;
d) Pengisian bahan bakar dan aspal dilakukan dengan hati-hati agar tidak
tercecer dan menimbulkan pencemaran.
2) Pencegahan pencemaran pengoperasian peralatan
a) Mengatur metode pengoperasian dump truck dan loader di stockpiles
dan cold bin untuk mengurangi timbulnya pencemaran lingkungan;
b) Melakukan pemeliharaan jalan kerja pengangkutan hotmix untuk
menghilangkan/mengurangi timbulnya debu akibat lalu lintas dump
truck pengangkut hot mix;
c) Pemuatan hot mix ke dalam dump truck tidak terlalu penuh dan
sebelum diangkt bak dump truck ditutup pelindung (plastik) agar hot
mix tidak tercecer.
17 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
17
potensi kecelakaan kerja di lokasi tersebut, misalnya “Dilarang Masuk Area
Pekerjaan Kecuali yang Berkepentingan” mengandung arti bahwa di
lokasi pekerjaan tersebut kemungkinan terjadi kecelakaan bagi orang
yang tidak memahami situasi dan kondisi pekerjaan di lokasi tersebut.
a) Kotak kiri
Menggambarkan po-tensi bahaya yang bisa terjadi yaitu tersengat
arus listrik;
Potensi bahaya terse-but bisa menjadi kece-lakaaan yaitu sengatan
listrik yang dapat meng-akibatkan kematian;
18 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
18
Gambar potensi bahaya dilukiskan dalam bingkai segitiga
kewaspadaan.
b) Kotak kanan
Menjelaskan tingkat potensi bahaya yaitu “DANGER” yang
mengandung pesan dimana pada kegiatan ini terdapat
kemungkinan yang tinggi terjadinya kecelakaan berat bahkan
sampai kematian apabila penyebabnya tidak dapat dihindarkan;
Bahaya tegangan listrik, bisa terjadi kejutan listrik yang berbaya;
Petunjuk pencegahannya ”putuskan sambungan dari sumber daya
listrik sebelum melakukan kegiatan”
19 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
19
Kontak dengan listrik
20 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
20
b. Pemeriksaan kecukupan, kondisi dan kelaikan pakai APD
Alat Pelindung Diri (APD) harus diperiksa kondisinya sebelum dipakai agar alat
tersebut dapat berfungsi secara optimal pada saat dikenakan. APD yang sudah
tidak memenuhi syarat harus diganti dengan yang baru sesuai standar yang
ditentukan.
APD wajib dikenakan oleh para pekerja selama yang bersangkutan sedang
dalam posisi bekerja, baik saat mengoperasikan alat maupun saat melakukan
pemeliharaan harian.
1) Periksa kecukupannya/jenisnya sesuai dengan kondisi lapangan (baju
kerja, helm keselamatan, sepatu keselamatan, sarung tangan, masker, dan
seterusnya);
2) Periksa kondisi fisik setiap APD yang akan di pakai dalam pekerjaan
pengoperasian mesin pencampur aspal (baik, rusak, lengkap, sesuai
ukurannya);
3) Periksa kelaikan-pakainya, terutama menyangkut standar untuk keselamatan
kerja yang sesuai dengan SNI, atau standar K3 lainnya
21 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
21
1.4.3 Pemeriksaan Alat Pengaman Kerja (APK)
a. Jenis dan fungsi APK yang dipakai selama pengoperasian mesin pencampur
aspal
Jenis alat pengaman kerja (APK) yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi kerja
(pengoperasian mesin pencampur aspal), antara lain:
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
2) Rambu-rambu kerja;
a) Safety Cone
b) Label Peringatan
Label “YANG TIDAK BERKEPENTINGAN DILARANG MASUK”
mengandung arti bahwa adanya orang lain di dalam ruang atau
tempat kerja akan mengganggu petugas yang sedang bekerja di
tempat kerja tersebut.
c) Obat P3K.
Obat yang tersedia dalam kotak P3K terbatas pada obat yang diperlukan
dalam kondisi mendesak untuk pertolongan pertama, misalnya obat
luka dan pembalutnya
22 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
22
dan landasannya masih dapat berfungsi dengan baik) serta warnanya masih
cukup baik (terang);
2) Rambu-rambu masih terpasang dengan baik pada tempatnya dalam kondisi
baik;
3) Obat dalam kotak P3K masih lengkap dan belum kadaluarsa.
23 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
23
kerja, yang dapat menimpa siapa saja yang berada di lokasi kerja atau menuju ke tempat
kerja.
1) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian juga
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui;
2) Dalam pembuatan laporan kecelakaan kerja, operator mesin pencampur aspal
sebagai tenaga kerja pada pekerjaan tersebut diwajibkan untuk memberikan
keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3.
a. Kewajiban operator dalam menghadapi kecelakaan kerja di tempat kerja
Operator mesin pencampur aspal yang dalam tugasnya melakukan pengoperasian
mesin pencampur aspal di lokasi pekerjaan (plant), adalah salah satu orang yang
bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja di tempat kerjanya.
Langkah yang dilakukan dalam menghadapi terjadinya kecelakaan kerja di tempat
kerja, antara lain:
1) Melakukan pertolongan pertama, dilanjutkan dengan membawa ke tempat
perawatan kesehatan (poliklinik atau rumah sakit);
2) Menyampaikan laporan terjadinya kecelakaan kerja dengan memberikan
keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3. Laporan atau
informasi tersebut harus disampaikan dengan benar dan penuh tanggung
jawab, karena akan menjadi bahan dalam tindak lanjutnya, yaitu antara lain agar
kecelakaan kerja sejenis tidak terulang lagi.
b. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja
Pertolongan pertama pada kecelakaan dilakukan untuk memberikan pertolongan
awal agar tidak terjadi akibat kecelakaan yang lebih parah dan mecegah terjadinya
infeksi sebelum korban dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan lebih
lanjut.
1) Bawa korban ke tempat yang aman;
2) Lakukan pertolongan pertama sesuai prosedur P3K;
3) Segera dibawa ke rumah sakit untuk pertolongan lebih lanjut.
24 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
24
a) Berikan keterangan yang benar kepada pejabat yang berwenang sesuai
dengan pertanyaan (data yang dibutuhkan) terkait dengan terjadinya
kecelakaan di tempat kerja;
b) Berikan laporan tindakan yang telah dilakukan dalam melakukan
pertolongan pertama;
c) Berikan masukan tentang langkah yang diusulkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan serupa di masa yang akan datang.
2) Laporan eksternal
Laporan kecelakaan kerja yang dibuat petugas/ahli K3 tersebut disampaikan
kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24
jam untuk bahan proses peneyelasaian selanjutnya sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku.
1.5 Sikap Kepedulian Terhadap Pelaksanaan K3-L
Dalam pengoperasian mesin pencampur aspal, seorang operator tidak mungkin bekerja
secara sendiri sebagai individu dan sebagai anggota kelompok kerja, sehingga dalam
pelaksanaannya selalu melakukan kerjasama dengan anggota lainnya.
Mekanisme kerja sama harus berpedoman kepada uraian tugas yang ditetapkan perusahaan
sehingga setiap petugas (anggota kelompok kerja) dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan dalam pelaksanaan tugas setiap anggota kelompok
memiliki rasa kebersamaan yang tinggi dan kepada setiap anggota kelompok diberikan
pengertian untuk mampu memiliki sikap peduli kepada pelaksanaan kegiatan kelompok dan
kegiatan individu.
Salah satu tugas individu yang berdampak kepada kepentingan kelompok adalah pelaksanaan
K3-L sehingga setiap anggota kelompok termasuk operator mesin pencampur aspal telah
dibekali dengan sikap kepedulian terhadap pelaksanaan K3-L di tempat kerja.
Sikap ini antara lain dtandai dengan adanya kemauan dari setiap anggota kelompok untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam rangka memupuk kebersamaan dan sikap
disiplin dalam melaksanakan setiap ketentuan termasuk ketentuan K3-L.
25 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
25
b. Pemilihan ketentuan K3 dan lingkungan yang relevan untuk disosialisasikan
Salah satu langkah dalam mensosialisasikan pengetahuan baru misalnya dalam
bidang K3-L, adalah memilah materi yang tepat untuk disebarkan kepada
anggota kelompok lainnya
1) Mengumpulkan materi atau ketentuan K3-L yang relevan dengan kegiatan
pengoperasian mesin pencampur aspal baik dari anggota kelompok kerja
maupun sumber lain di perusahaan;
2) Memilih materi atau ketentuan K3-L yang tepat untuk dibahas bersama
ketua kelompok dan disiapkan untuk disosialisasikan kepada anggota
kelompok lainnya;
26 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
26
1.5.2 Penerapan ketentuan K3-L
a. Jenis ketentuan K3-L yang terkait dengan kegiatan kelompok kerja
Jenis ketentuan K3-L yang terkait dengan kegiatan pengoperasian mesin
pencampur aspal yang tercantum dalam peraturan perundangan keselamatan
kerja dan lingkungan hidup, dan petunjuk keselamatan dan lingkungan yang
tercantum dalam buku pedoman pemeliharaan dan pengoparsian, menjadi
pedoman bagi kelompok kerja dalam penerapan ketentuan K3 dan lingkungan di
tempat kerja
27 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
27
1.5.3 Pengisian daftar simak potensi kecelakaan kerja dan pelaksanaan K3L
a. Tatacara pengisian daftar simak potensi kecelakaan kerja dan pelaksanaan K3-L.
Pada dasarnya daftar simak potensi kecelakaan kerja adalah untuk
mengingatkan kepada petugas yang mengisi daftar simak tersebut(dalam
hal ini operator mesin pencampur aspal), tentang bahaya yang munkin
terjadi pada setiap tahap pekerjaan, sehingga yang bersangkutan akan lebih
berhat-hati dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga keselamatan dirinya,
orang sekitarnya dan peralatan/ mesin yang dioperasikannya.
Dalam kondisi ini operator harus disiplin dalam mengisi daftar simak yang telah
disiapkan sebelumnya dengan benar.
b. Pencatatan data yang diperlukan untuk mengisi daftar simak potensi kecelakaan
kerja, pelaksanaan K3 dan potensi pencemaran lingkungan
Daftar simak potensi kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan telah
disiapkan oleh tenaga ahli di bidang K3 dan lingkungan hidup Potensi
kecelakaan kerja dan pencemaran yang tercantum dalam daftar simak, telah
disosialisasikan kepada operator alat-alat berat termasuk operator mesin
pencampur aspal, sehingga setiap operator telah memahami setiap potensi
kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan pada pekerjaan yang
dihadapinya dan mencatat datanya untuk bahan pengisian daftar simak.
1) Siapkan daftar simak yang harus diisi operator mesin pencampur aspal;
2) Lakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pengisian daftar simak;
28 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
28
timbul juga dari kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung.
1) Pencemaran udara terjadi akibat pengoperasian dump truck dan loader
pada lokasi stockpile dan cold bin; hal tersebut terjadi karena kondisi
tempat penampungan agregat yang kurang terpelihara;
2) Pencemaran udara terjadi akibat pengoperasian dump truck pada jalan
masuk dan jalan keluar untuk mengisi dan mengangkut campuran aspal
panas (hot mix); hal ini terjadi karena kondisi jalan yang kurang terpelihara;
3) Pencemaran limbah cair dari kolam penampung debu (settle pond) yang
meluap tidak tersalurkan dengan baik dan tercampur ceceran aspal, masuk
ke dalam saluran drainase yang kurang memenui syarat
29 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
29
c. Tindak lanjut sesuai dengan ketentuan bila teridentifikasi adanya
kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
1) Prosedur tindak lanjut
a) Setiap teridentifiksi adanya kondisi lingkungan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan, harus dicatat dan dilaporkan
kepada atasan;
b) Jangan melakukan kegiatan untuk mengatasi potensi pencemaran bila
belum ada perintah dari atasan atau kegiatannya diluar kewenangan
operator;
c) Melakukan kerjasama untuk mengatasi potensi pencemaran lingkungan
tersebut.
2) Tindak lanjut bila teridetifikasi adanya kondisi lingkungan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan
a) Periksa lokasi, atau kegiatan atau meterial yang berpotensi
menimbulkan pencemaran;
b) Catat potensi pencemaran yang teridentifikasi dan laporkan hasil
temuan secara lebih rinci;
c) Laporkan tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah
pencemaran yang mungkin terjadi;.
d) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan pemeriksaan dan perbaikan
dengan petugas yang ditunjuk untuk mengatasi potensi pencemaran
yang teridentifikasi tersebut.
1.6.2 Penerapan ketentuan pencegahan pencemaran lingkungan
a. Ketentuan pencegahan pencemaran lingkungan sesuai dengan peraturan
perundangan lingkungan hidup
Peraturan perundangan lingkungan hidup antara lain Peraturan Pemerintah
Nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahn 1999 tentang Pengendalian pencemaran
lingkungan, pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengendalikan sumber gangguan yang bertujuan mencegah dan atau
menanggulangi turunnya mutu udara bebas dan mutu air.
Pada pengoperasian mesin pencampur aspal terdapat potensi pencemaran
udara dan pencemaran air sehingga semua ketentuan yang tercantum dalam PP
20/1990 dan PP 41/1999 harus dilaksanakan di lingkungan perusahaan termasuk
di lokasi pekerjaan.
30 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
30
a) Pencegahan timbulnya sumber pencemaran, dengan mengoperasikan
komponen untuk menghilangkan pencemaran udara;
b) Pencegahan terjadinya polusi udara, dengan mempertahankan baku
mutu emisi melalui penggunaan bahan bakar yang sesuai ketentuan,
burner yang ramah lingkungan (menurunkan kebisingan dan dengan
tingkat emisi yang terkendali);
2) Pencemaran air
Mengupayakan tidak terjadinya limbah cair, dengan penerapan upaya
menghilangkan/ mengurangi adanya kebocoran aspal atau bahan bakar
yang akan larut ke dalam aliran air dalam drainase atau terserap ke dalam
tanah.
c. Tindak lanjut sesuai dengan ketentuan bila terindikasi adanya kegiatan yang
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
1) Prosedur tindak lanjut
a) Bila terindikasi adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan;
b) Jangan melakukan kegiatan untuk mengatasi potensi pencemaran bila
belum ada perintah dari atasan atau kegiatannya di luar kewenangan
operator.
2) Tindak lanjut bila terindikasi adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan
menimbulkan pencemaran lingkungan
a) Catat kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
tersebut dan laporkan hasil temuan secara lebih rinci;
b) Laporkan tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan tersebut;
c) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan untuk mengupayakan
mengatasi potensi pencemaran yang terindikasi tersebut.
1.6.3 Pemeriksaan potensi pencemaran lingkungan dari material produksi
a. Pengidentifikasian kegiatan produksi campuran aspal panas (hotmix) yang
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
Kegiatan produksi campuran aspal panas (hot mix) yang berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan yang paling dominan adalah
pengeringan dan pemanasan agregat dalam dryer, dibandingkan dengan
penanganan aspal dan filler.
Upaya untuk menghilangkan pencemaran lingkungan dari kegiatan tersebut,
pabrik pembuat mesin pencampur aspal telah melengkapi dengan komponen
pengumpul debu (dust collector) baik primary dust collector maupun secondary
dust collector sehingga debu yang keluar ke udara bebas melalui cerobong asap
dihilangkan atau setidaknya dikurangi/dibatasi.
31 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
31
b. Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja dari kemungkinan adanya material yang
tercecer dampak dari kegiatan produksi campuran aspal panas
Pada kegiatan produksi dapat diidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berpotensi
untuk menjadikan kondisi lingkungan kerja kurang teratur karena adanya
material yang tercecer selama kegiatan produksi. Untuk menghilangkan material
yang tercecer tersebut, perlu suatu langkah penyempurnaan metode kerja
berdasarkan pemeriksaan yang tertib dan teratur terhadap beberapa kegiatan
yang teridentifikasi tersebut.
1) Periksa secara teratur kegiatan penyaluran agregat:
a) Adakah agregat yang tercecer sepanjang cold conveyor dan joint
conveyor;
b) Adakah penanganan agregat oversize dari vibrating screen;
c) Adakah agregat yang tercecer pada hot elevator;
d) Adakah penanganan agregat over flow dari hot bin;
e) Adakah hot mix yang tercecer selama penuangan dari mixer ke dalam
dump truck dan pengangkutan keluar plant;
Bila ada maka lakukan pemeriksaan dan perbaikan sesuai dengan prosedur.
2) Periksa secara teratur kegiatan penyaluran aspal:
a) Adakah kebocoran tangki aspal;
b) Adakah tumpahan aspal dari tangki pada saat pengisian;
c) Adakah kebocoran aspal pada sistem pemipaan;
Bila ada maka lakukan pemeriksaan dan perbaikan sesuai dengan prosedur.
3) Periksa secara teratur kegiatan penyaluran filler:
a) Adakah kebocoran silo atau tumpahan filler saat pengisian silo;
b) Adakah tumpahan atau kecoran filler dalam komponen penyalur filler;
Bila ada maka lakukan pemeriksaan dan perbaikan sesuai dengan prosedur.
32 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
32
a. Dampak dari kondisi gas buang yang keluar dari cerobong asap
Masalah asap atau gas buang ini terkait dengan masalah lingkungan sehingga
setiap operator mesin pencampur aspal wajib memperhatikan kondisi asap
buang ini. Bila terjadi perubahan dari asap buang dan membawa gas yang
dapat mengganggu lingkungan, kemudian tidak dapat diatasi oleh operator
sesuai dengan prosedur, maka harus secepatnya melaporkan kepada atasan atau
pejabat plant terkait.
Asap buang yang tidak bersih, selain akibat kurang sempurna penyalaan burner,
dapat diakibatkan telalu banyak debu yang terbawa keluar akibat penangkap
debu kurang berfungsi dengan baik.
b. Pemeriksaan kemungkinan adanya gas buang yang keluar dari cerobong asap
ke udara bebas yang akan mencemarkan udara
Secara teratur operator mesin pencampur aspal harus memantau kondisi gas
buang selama mesin pencampur aspal dioperasikan, baik secara langsung
memantau gas yang keluar dari cerobong asap atau melalui monitor di ruang
operator.
Pemantauan gas buang ini merupakan salah satu upaya pencegahan
pencemaran udara, karena dari gas buang tersebut dapat membawa gas
yang tercampur dengan debu halus dan atau bersama dengan emisi dari
pembakaran bahan bakar pada penyalaan burner.
1) Lakukan pemantauan warna gas buang, warna yang bersih
mengindikasikan tidak ada atau sangat sedikit mengandung polusi udara,
sedangkan asap yang pekat mengindikasikan kandungan polusi cukup
tinggi yang berasal dari emisi bahan bakar atau kandungan debu yang
cukup banyak;
2) Laporkan kondisi gas buang yang menimbulkan polusi dan usaha
mengatasinya tidak berhasil, kepada atasan langsung untuk segera diambil
langkah mengatasinya.
c. Tindak lanjut dilakukan bila terjadi pencemaran udara akibat gas buang
1) Prosedur tindak lanjut
a) Bila terjadi pencemaran udara akibat gas buang yang keluar dari
cerobong asap, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan;
b) Jangan melakukan kegiatan untuk mengatasi pencemaran udara
tersebut bila belum ada perintah dari atasan atau kegiatannya di luar
kewenangan operator.
2) Tindak lanjut bila terjadi pencemaran udara akibat gas buang yang keluar
dari cerobong asap
a) Catat kondisi pencemaran udara akibat gas buang yang keluar dari
cerobong asap tersebut dan laporkan hasil temuan secara lebih rinci;
b) Laporkan tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah
pencemaran udara akibat gas buang yang keluar dari cerobong asap
33 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
33
yang lebih berat;
c) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan pencegahan terjadinya
pencemaran akibat gas buang yang keluar dari cerobong asap tersebut,
yaitu misalnya dengan melakukan pengaturan pengumpul debu,
dengan mengoperasikan exhauster secara tepat, agar debu yang lolos
dari pengumpul debu pertama dapat dihambat dan ditahan pada
pengumpul debu kedua, sehingga gas buang yang ke luar ke udara
bebas telah bersih atau hanya sedikit kandungan debunya.
1.6.5 Prosedur pelaporan kelainan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan
a. Prosedur mengatasi pencemaran lingkungan
Pengendalian pencemaran lingkungan, pada dasarnya merupakan tindakan yang
dilakukan untuk mengendalikan sumber gangguan yang bertujuan mencegah
dan atau menanggulangi turunnya mutu udara bebas dan mutu air.
Pada pengoperasian mesin pencampur aspal, sumber terjadinya pencemaran
antara lain adalah pada proses produksi dan pada tidak berfungsinya dengan
baik komponen mesin pencampur aspal, sehingga untuk mencegah terjadinya
pencemaran harus dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap
sumber pencemaran tersebut.
34 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
34
aspal panas disemprotkan ke dalam mixer untuk dilakukan pencampuran basah
yang menghasilkan campuran aspal panas (hot mix).
Selama proses penyaluran agregat, filler dan aspal ke dalam mixer sampai
berlangsungnya pencampuran ketiga jenis material produksi tersebut di dalam
mixer, kemungkinan pencemaran lingkungan dapat terjadi sehingga diperlukan
adanya pemantauan secara terus menerus untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pencemaran lingkungan tersebut.
1) Lakukan pendeteksian kemungkinan adanya pencemaran pada setiap tahap
proses produksi campuran aspal panas;
2) Lakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap tahapan proses yang terdeteksi
adanya potensi pencemaran lingkungan, misalnya pada proses pengeringan
dan pemanasan agregat;
3) Catat dan laporkan potensi pencemaran pada tahap proses produksi yang
terdeteksi dan tindakan perbaikan yang telah dilakukan;
4) Lakukan kerja sama dengan mekanik yang ditugaskan untuk memeriksa dan
memperbaiki kelainan proses produksi yang telah dilaporkan.
d. Penyampaian laporan kelainan yang terdeteksi dalam proses produksi hot mix
yang berdampak kepada pencemaran lingkungan
Terjadinya pencemaran lingkungan karena adanya kelainan selama proses
produksi harus dicatat dengan teliti termasuk usaha penanggulangannya untuk
bahan laporan kepada atasan langsung dan pejabat terkait lainnya.
1) Lakukan pencatatan yang teliti dan benar hasil identifikasi kelainan yang
terjadi dalam proses produksi hot mix yang berdampak kepada
pencemaran lingkungan termasuk usaha penanggulangannya;
2) Buat laporan pencemaran lingkungan akibat kelainan yang terjadi dalam
proses produksi hot mix berdasarkan catatan hasil identifikasi termasuk
usaha penanggulangannya;
3) Sampaikan laporan pencemaran dan usaha penangggulangannya kepada
atasan langsung.
35 Materi Pelatihan
Bab 1 :Pelaksana
PenerapanLapangan
Ketentuan
Perkerasan
Keselamatan
Jalandan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
35
BAB 2
KOMUNIKASI DI
TEMPAT KERJA
2.1 Umum
Kerjasama dengan rekan kerja menuntut adanya komunikasi. Komunikasi adalah
keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, di mana dapat kita lihat
komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk
sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang
lain dil ingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain
di lingkungannya adalah komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal.
Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
terlebih manusia yang melakukan aktifitas atau pekerjaan di lingkungan tertentu.
Dalam melaksanakan pekerjaan dalam satu tim
diperlukan:
• Interpretasi Instruksi Kerja Yang Diterima Terkait Dengan Pelaksanaan Pekerjaan.
• Komunikasikan Instruksi Kerja Kepada Bawahan.
• Pelaksanaan Koordinasi Dengan Unit-Unit Terkait.
GANGGUAN GANGGUAN
MEDIA
FEED BACK/EFEK
Gambar 2.1 : Proses Komunikasi
36 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 36
pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang
akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal
atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa:
• Informasi.
• Rencana kerja.
• Pertanyaan.
• Ajakan dan sebagainya.
b. Simbol (Isyarat)
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan
dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata dan
bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
c. Media/Penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi
oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan
sebagainya.
d. Mengartikan Kode/Isyarat
Setelah pesan diterima melalui panca indera (telinga, mata dan seterusnya),
maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbol/kode dari pesan
tersebut, sehingga dapat dimengerti/ dipahaminya.
e. Penerima Pesan (Komunikan)
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk kode/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim.
f. Feedback
Feedback adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa feedback seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan. Hal ini
penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah
diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Feedback dapat
disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima
pesan. Feedback yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan tanggapan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan
tersebut dan sekaligus mengindikasikan apakah apakah pesan itu dapat
dipahami oleh komunikan sesuai dengan makna yang disampaikan
komunikator.
Feedback yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan orang
tersebut terhadap perilaku maupun ucapan komunikan. Pemberi feedback
menggambarkan perilaku komunikan sebagai reaksi dari pesan yang
diterimanya. Feedback bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang
dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan
37 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 37
kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga feedback dapat
memperjelas persepsi.
38 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 38
g. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang
merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah
menafsirkan pesan yang diterimanya.
39 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 39
pemandu (signal man), polisi yang mengatur lalu lintas, isyarat lampu
lalu lintas dan sebagainya.
2.2 Interpretasi Informasi dan Instruksi Kerja yang diterima terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan
Penerimaan dan penyampaian informasi merupakan tali penghubung antara pihak yang
menerima informasi dengan yang menyampaikan informasi. Materi informasi dalam
perusahaan dapat berupa perintah (instruksi), laporan atau ketentuan-ketentuan yang
harus ditaati oleh setiap anggota kelompok kerja, agar tidak menimbulkan hambatan,
maka komunikasi harus dilakukan dengan benar dan efektif.
2.2.1 Identifikasi Informasi dan Instruksi Kerja Dengan Benar
a. Identifikasi informasi yang sesuai dengan hubungan kerja
1) Penerimaan Sumber Informasi Yang Benar
Dalam pelaksanaan tugas, seorang mandor akan menerima informasi dari
berbagai sumber antara lain dari sesama anggota kelompok kerja atau dari
pimpinan kelompok kerja, baik disampaikan secara tertulis maupun secara
lisan (verbal).
Setelah informasi tersebut diterima, maka mandor pertama kali harus dapat
meneliti bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang benar,
misalnya berasal dari :
- Pelaksana lapangan.
- Anggota Kelompok Kerja (juru ukur, operator alat berat
atau anggota kelompok lainnya yang terdaftar sebagai
anggota kelompok).
2) Penerimaan Uraian Informasi Yang Benar
Seorang mandor harus mampu meneliti bahwa isi informasi yang
dterimanya telah benar dan sesuai dengan tugas pekerjaannya.
Misalnya untuk seorang mandor mampu menentukan bahwa informasi
tersebut benar sesuai dengan tugas pekerjaannya:
a) Bila berasal dari atasan langsung, antara lain berisi informasi :
• Job description yang menyangkut tugas dan wewenang
sebagai mandor.
• Surat Perintah Kerja.
• Prosedur yang harus dilakukan dalam melaksanakan tugas
(sesuai SOP).
• Surat Keputusan.
• Surat Edaran.
b) Bila berasal dari sesama anggota kelompok kerja : Juru ukur (Surveyor)
Apabila jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh mandor
bekerjasama
dengan juru ukur dimana pengukuran as, lebar dan elevasi jalan sudah
selesai, maka mandor dapat melanjutkan pengukuran perkerasan jalan
40 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 40
dengan
• Memasang patok ukur
• Kemiringan jalan potongan melintang
3) Penerimaan Dan Penyampaian Informasi Melalui Cara Dan Media Yang
Tepat
Jika ditinjau dari prosesnya komunikasi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
• Proses komunikasi secara primer, adalah proses penyampaian
pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
lambang (simbol) sebagai media saluran. Lambang ini umumnya
bahasa, tetapi dalam situasi tertentu lambang yang dipergunakan
dapat berupa gerak anggota tubuh, gambar, warna dan
sebagainya.
• Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media pertama. Kalau komunikan berada pada lokasi
yang jauh, dipergunakan surat atau telepon, apabila komunikan jauh
dan jumlahnya banyak dipergunakan surat kabar, radio dan televisi.
• Proses komunikasi secara linear adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Komunikasi linear belangsung baik dalam situasi komunikasi tatap
muka (face to face communication), maupun dalam situasi
komunikasi bermedia (mediated communication). Pada umumnya,
proses
ini berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui
media telepon.
• Proses komunikasi secara sirkuler, adalah terjadinya feedback atau
umpan balik, yaitu terjadi arus dari komunikan ke komunikator.
Konsep umpan balik dalam proses komunikasi seperti ini amat
penting, karena dengan terjadinya umpan balik komunikator dapat
mengetahui apakah umpan balik itu positif atau negatif. Bila positif ia
patut gembira, sebaliknya jika negatif akan menimbulkan
permasalahan sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan
gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.
4) Penggunaan Media Yang Tepat
Dalam kegiatan proyek sehari-hari ke 4 media komunikasi tersebut
banyak digunakan, antara lain :
a) Komunikasi primer secara verbal digunakan pada pemberian tugas
dengan media bahasa yang dituangkan dalam tulisan, yaitu surat
perintah kerja, gambar kerja, daftar simak pemeriksaan alat, daftar
simak potensi bahaya dan kecelakaan, laporan harian operasi alat dan
sebagainya.
b) Komunikasi primer secara non verbal seperti sering dilakukan oleh
operator alat pemadat dengan Mandor atau pekerja dengan
menggunakan bahasa isyarat.
41 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 41
c) Komunikasi sekunder dengan alat (handy talkie) dilakukan oleh juru
ukur kuantitas yang berada ruangan kantor proyek dengan
Pelaksana di
42 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 42
lapangan
d) Komunikasi secara linear dalam bentuk tatap muka paling sering
digunakan, antara lain pada rapat koordinasi, diskusi, negosiasi,
instruksi lesan, laporan lisan dan sebagainya.
e) Komunikasi secara sirkuler digunakan terutama untuk evaluasi apakah
yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami dan dimengerti
dengan baik oleh komunikan. Dengan demikian jelas bahwa faktor
media komunikasi, disamping cara berkomunikasi sangat penting untuk
menunjang keberhasilan komunikasi yang efektif antara komunikator
dan komunikan.
43 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 43
• Lapis penutup yang menggunakan burtu.
• Lapis penutup yang menggunakan burda.
• Lapis penutup yang menggunakan latasbun.
• Lapis penutup yang menggunakan lasbutag.
• Lapis penutup yang menggunakan lapen.
• Lapis penutup yang menggunakan latasir.
• Lapis penutup yang menggunakan laston.
• Lapis penutup yang menggunakan lataston.
3) Bentuk instruksi kerja
a) Instruksi Kerja Lapisan Pondasi Dasar Menggunakan Sirtu Yang
Mengandung Sedikit Tanah
STATUS
KRITERIA BERTERIMA
NO. LANGKAH KERJA
BAIK TIDAK
1 Pemberian batas lokasi yang akan dikerjakan Sesuai spesifikasi
2 Menentukan lokasi untuk mencampur Sesuai petujuk direksi
material
3 Mencampur antara sirtu dengan tanah Perbandingan : 70 :30
4 Angkut ke lokasi pekerjaan -
5 Dihampar dengan motor grader Tebal padat 20 cm
6 Gilas dan dipadatkan dengan alat pemadat
sebanyak delapan lintasan
7 Apabila kadar air kurang bisa disiram lagi dan Sesuai spesifikasi
dipadatkan
8 Cek kepadatan lapangan 95 %
44 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 44
b) Instruksi Kerja Lapisan Pondasi Dasar Menggunakan Material ATSB
43 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 43
Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal
Dibuat oleh Staf Teknik
Disetujui oleh Kepala Proyek
44 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 44
11 Pada waktu berlangsungnya pencampuran Kadar aspal efektif min
material untuk menghasilkan HRS, selalu 6,8 % terhadap berat
dimonitor dengan test benda uji total
Stabilitas Marshal 450 –
850 kg
45 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 45
6 Campuran yang telah tersedia harus
dilindungi terhadap pengaruh kelembaban
selama pengangkutan ke lokasi
penghamparan.
Gilas dan dipadatkan dengan alat pemadat
sebanyak delapan lintasan
7 Campuran dihampar dengan alat
penghamparan mekanis, harus segera siap
untuk dipadatkan
8 Pemadatan awal dilakukan dengan mesin 100 % kepadatan
gilas roda besi (4- 6 ton) sebanyak 2- 4 standar (MPJP PB 0112)
lintasan, kecepatan 3-4 km/jam Pemadatan
akhir dilakukan dengan mesin gilas Roda
Karet (10-12 ton), kecepatan 5 km/jam
2.2.2 Penjabaran Informasi Dan Instruksi Kerja Dalam Bentuk Daftar Simak (Chek List)
a. Penjelasan Tentang Informasi dan Instruksi Kerja
1) Informasi
Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki
arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.
Kualitas informasi tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu
:
• Informasi harus akurat, berarti informasi bebas dari kesalahan, tidak
bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya.
• Informasi harus tepat pada waktunya, berarti informasi yang
datang pada penerima tidak boleh terlambat.
• Informasi harus relevan, berarti informasi tersebut mempunyai
manfaat untuk pemakainya, relevansi informasi untuk tiap-tiap
orang satu dengan yang lainnya berbeda.
Informasi adalah salah satu bentuk pesan. Bentuk pesan yang lain adalah :
• Rencana kerja.
• Pertanyaan,
• Ajakan dan sebagainya.
Penerimaan dan penyampaian informasi merupakan tali penghubung
antara pihak yang menerima informasi dengan yang menyampaikan
informasi. Materi informasi dalam perusahaan dapat berupa perintah
(instruksi), laporan atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati
oleh
46 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 46
setiap anggota kelompok kerja, agar tidak menimbulkan hambatan,
maka komunikasi harus dilakukan dengan benar dan efektif.
2) Instruksi kerja
a) Instruksi kerja adalah urutan kerja yang dilakukan oleh seorang
pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Proses penyusunan
Instruksi Kerja diawali dari pengalaman melaksanakan beberapa
pekerjaan perkerasan jalan, dicatat dan didokumentasi oleh bagian
teknik yang telah disetujui Kepala Proyek sebagai penanggung
jawab proyek tersebut. Semua Instruksi Kerja dari proyek dikirim ke
Kantor Pusat untuk diperiksa/verifikasi dan dikoreksi, sehingga
menjadi Instruksi Kerja Standar yang dapat dipakai sebagai standar
Instruksi Kerja untuk pekerjaan yang sama pada perkerasan jalan yang
akan datang, sehingga tidak perlu proyek menyusun instruksi Kerja
baru lagi.
b) Penyiapan Instruksi Kerja
Sesuai dengan prosedur perusahaan, sebelum pekerjaan dimulai
Kepala proyek yang diwakili bagian teknik meminta Instruksi Kerja
Standar dari Kantor Pusat, kemudian membagikan kepada pejabat
yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan pisik antara lain para
Pelaksana Lapangan dan Mandor.
Kepala Proyek/bagian teknik/Pelaksana/Pelaksana Lapangan/ Mandor
dapat memeriksa Instruksi Kerja Standar yang telah diterima. Apabila
Instruksi Kerja tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan, maka
instruksi Kerja dapat diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Dengan Instruksi Kerja tertulis, maka ada aturan yang jelas dan
bersifat standar/umum, tidak perlu membuat instruksi kerja lagi
setiap dapat proyek baru.
STATUS
NO LANGKAH KERJA
BAIK TIDAK
1 Pemberian batas lokasi yang akan dikerjakan
2 Menentukan lokasi untuk mencampur material
47 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 47
STATUS
NO LANGKAH KERJA
BAIK TIDAK
7 Apabila kadar air kurang bisa disiram lagi dan dipadatkan
STATUS
NO LANGKAH KERJA BAIK TIDAK
1 Ukurlah dan beri tanda batas tepi yang akan dihampar
2 Pasang rambu-rambu untuk keselamatan lalu lintas jalan
3 Penurunan permukaan Lapis ATB dari permukaan jalan lama
adalah setebal laisan HRS (3 cm)
4 Membuat Mix Design dan diajukan kepada Pemberi Kerja
5 Pada waktu berlangsungnya pencampuran material untuk
menghasilkan ATB, selalu dimonitoring dengan test benda uji
6 Suhu maximum di AMP adalah 165ºC
7 Batas maximum suhu ATB yang siap dihampar di lokasi
pekerjaan adalah 110º C
8 Segera setelah ATB dihampar dan diratakan permukaan harus
diperiksa dan setiap ketidakrataan permukaan harus diperiksa
dan setiap ketidakrataan cepat diperbaiki
9 Penggilasan lapisan ATB harus terdiri dari tiga operasi alat
yang berbeda yaitu :
- Penggilasan Awal/Pemecahan dengan alat Tandem Roller
(roda ban baja)
- Penggilasan Sekundair/Antara dengan alat Tire Roller
(Roda Ban Karet)
- Penggilasan Akhir/Penyelesaian alat Tandom Roller (Roda
Ban Baja)
10 Setelah dipadatkan dilaksanakan uji Core Drill
48 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 48
3) Penyusunan informasi Dalam Bentuk Daftar Simak
STATUS
NO INFORMASI
BENAR T.BENAR
1 Pekerja pekerjaan perkerasan jalan menggunakan sabuk
keselamatan (Safety belt)
2 Pekerja pekerjaan perkerasan jalan menggunakan sepatu kerja
(Safety shoes)
3 Pekerja pekerjaan perkerasan jalan menggunakan pakaian kerja
4 Perlengkapan kerja pekerjaan perkerasan jalan menggunakan
jaring pengaman
5 Perlengkapan kerja pekerjaan perkerasan jalan menggunakan
rambu-rambu lalu lintas
2.2.3 Pemeriksaan Kesesuaian Daftar Simak informasi dan Instruksi Kerja Dengan
Kondisi Lapangan
a. Pemeriksaan Kondisi Lapangan
Sebelum memulai pekerjaan mandor perlu memeriksa kondisi di lapangan untuk
mengetahui antara lain :
• Penggunaan alat-alat di lapangan.
• Persyaratan/ketentuan teknis yang berlaku.
• Metode konstruksi pekerjaan proyek yang disusun proyek.
Seorang Kepala Proyek yang ditunjuk untuk memimpin proyek baru,
menyusun metode konstruksi pekerjaan pada proyek tersebut, yang
dilanjutkan dengan menyiapkan instruksi kerja yang dipakai oleh personil
proyek yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan pisik proyek, antara lain
Pelaksana Lapangan dan Mandor. Instruksi Kerja standar telah disiapkan
oleh managemen perusahaan.
Misalnya seorang mandor perkerasan jalan menerima informasi tentang
penggunaan peralatan K3, informasi itu perlu dicek apakah peralatan K3 itu
sesuai dengan pekerjaan perkerasan jalan yang akan dikerjakan. Bila alat
itu tidak sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan jalan tersebut berarti
informasi itu tidak tepat atau tidak akurat.
49 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 49
pekerjaan perkerasan yang dilaksanakan. Untuk itu Mandor dapat mengusulkan
kepada Pelaksana Lapangan adanya revisi Instruksi Kerja tersebut kepada
Pelaksana Lapangan untuk diteliti kembali. Selanjutnya bila instruksi kerja
disetujui, maka Pelaksana Lapangan mengusulkan kepada Kepala Proyek untuk
mendapat persetujuannya, sebelum diberlakukan sebagai instruksi Kerja pada
proyek tersebut.
50 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 50
b. Penjelasan Tentang Daftar Simak Instruksi Kerja Kepada Bawahan.
Seorang Mandor harus dapat menjelaskan daftar simak Instruksi Kerja
kepada pekerja (bawahan), dimana instruksi kerja berisi tentang :
1) Urutan langkah-langkah kegiatan yang harus diikuti pekerja dalam
melaksanan pekerjaan.
2) Setiap langkah-langkah kegiatan harus memenuhi ketentuan/
persyaratan yang telah ditentukan berdasarkan spesifikasi atau perintah
Direksi.
3) Apabila langkah kerja sudah dilakukan ternyata hasilnya tidak
memenuhi syarat yang telah direncanakan, maka pekerjaan tersebut
harus diperbaiki
/ diulang sampai hasilnya memenuhi persyaratan yang ada.
51 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 51
oleh Pelaksana/Pelaksana Lapangan yang sehari-hari selalu ada komunikasi
dengan mandor.
2) Koordinasi Dengan Tenaga Kerja
Koordinasi dengan tenaga kerja dimulai dengan pengaturan dan
pengelompokan di lapangan, agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
yang diharapkan. Tahap ini penting karena jika terjadi ketidak tepatan
pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung
terhadap tujuan pekerjaan.
Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyusun
jenis kegiatan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Kemudian dilanjutkan
dengan menetapkan tenaga kerja yang nantinya bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut.
52 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 52
2.4 Pelaksanaan Koordinasi Dengan Unit-Unit Terkait
2.4.1 Penyusunan Rencana Koordinasi Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Pihak
Terkait.
a. Maksud Dan Tujuan Koordinasi Pelaksanaan Pekerjaan
Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan
untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat
atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan
bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan
agenda rapat / pertemuan semua unsur.
Koordinasi dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal.
Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja
yang telah dilakukan, terutama kinerja staf dalam organisasi itu sendiri,
sedangkan koordinasi eksternal misalnya antara mandor dengan petugas
pemadat adalah proses evaluasi kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek (Kontraktor, Konsultan dan Pemilik proyek).
Koordinasi antara Mandor dengan petugas pemadat dibawah
koordinasi
Pelaksana Lapangan.
Koordinasi dengan petugas petugas pemadat dilakukan pada waktu tertentu,
bisa satu minggu atau setiap akan bekerja sama dalam pelaksanaan
pekerjaan tergantung urgensinya.
Koordinasi antara mandor dengan petugas petugas pemadat yang bekerja
bersama-sama bertujuan :
1) Untuk menyamakan persepsi sesuai dengan prosedur kerja dan
mengevaluasi tugas masing-masing.
2) Serta untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama
proses pelaksanaan pekerjaan.
3) Agar ada keselarasan dan saling pengertian diantara pihak-pihak yang
berkoordinasi.
Hal ini menjadi sangat penting karena kelancaran pelaksanaan kegiatan sangat
tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam proses
pelaksanaan pekerjaan.
53 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 53
pertemuan, sehingga secara bersama akan mengerti atas bahan yang
akan disampaikan tersebut.
3) Bahan yang akan disampaikan harus diusahakan dapat membangkitkan
pemenuhan kebutuhan tugas anggota dan kelompok kerja.
Masukan rapat dapat terdiri dari berbagai masalah, misalnya :
• Buah pikiran yang telah disaring dan dipertimbangkan dengan baik.
• Pengalaman yang telah dilakukan dan ternyata dapat memberikan
kemajuan pada pelaksanaan tugas.
• Usulan atas suatu perubahan sistem, prosedur atau hal lain lagi (menambah,
menghilangkan, memindah/merubah) sesuatu yang dapat memberikan
hasil lebih baik bagi tujuan kelompok tanpa merugikan salah satu pihak
ataupun individu.
• Masalah yang ditemukan untuk mendapatkan bantuan pemecahannya.
• Dan lain sebagainya.
54 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 54
dihadapi oleh orang lain yang
bersangkutan.
Rasa empathy akan membuat kita mampu untuk menyampaikan masukan
(pesan) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan komunikan
(communicatee) menerima pesan yang kita sampaikan. Prinsip dasar ini
adalah memperlakukan orang lain seperti halnya kita ingin diperlakukan.
Empati bisa juga diartikan sebagai kemampuan untuk mendengar dan
bersikap perspektif, yaitu sikap menerima masukan ataupun umpan balik
apapun dengan sikap yang positif.
Komunikasi satu arah tidak akan efektif, manakala tidak ada umpan
balik
(feed back) yang merupakan arus balik dari penerima
pesan.
• Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik.
Kunci utama untuk menerapkan prinsip ini dalam
mengirimkan/
menyampaikan pesan adalah
:
• Buatlah pesan/masukan yang akan disampaikan mudah dimengerti.
• Fokus pada informasi yang penting.
• Gunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan
yang disampaikan.
• Berilah perhatian pada fasilitas yang ada dan lingkungan di sekitar.
• Antisipasi kemungkinan muncul suatu masalah.
• Selalu siapkan rencana atau pesan cadangan (back up).
• Clarity
Adalah kejelasan pesan yang ingin
disampaikan.
Pesan yang ingin disampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity ini juga
sangat tergantung dari kualitas suara dan bahasa yang dipergunakan.
Penggunaan bahasa yang tidak dimengerti membuat isi dari pesan tidak
dapat mencapai tujuannya. Sering orang menganggap remeh pentingnya
clarity, sehingga tidak menaruh perhatian pada suara dan kata-kata yang
dipilih untuk berkomunikasi.
Beberapa cara untuk menyiapkan pesan agar jelas, antara lain
:
• Tentukan goal yang jelas.
• Luangkan waktu untuk menyiapkan ide.
• Penuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang dipakai.
• Humble
55 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 55
Yaitu rendah
hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan prinsip yang pertama,
membangun rasa menghargai orang lain. Kerendahan hati juga bisa berarti
tidak sombong dan menganggap dirinya penting ketika berbicara. Justru
dengan kerendahan hatilah orang dapat menangkap perhatian dan
respons yang positif dari sipenerima pesan.
56 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 56
Dengan menerapkan prinsip dasar komunikasi tersebut, diharapkan
penyampaian pesan kepada semua peserta akan berjalan baik dan
mendapatkan respon yang positif yang pada gilirannya akan tercapai
hubungan yang harmonis dan saling menunjang (sinergi).
Rapat koordinasi antara mandor dengan pihak terkait hanya dilakukan
antara mandor dengan Pelaksana Lapangan.
Rapat dengan Pelaksana Lapangan biasanya dilakukan seminggu sekali
pada awal minggu. Agenda rapat koordinasi antara lain mengevaluasi
progres/kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam satu minggu.
Realisasi progres dibandingkan dengan rencana dapat terjadi perbedaan.
Bila realisasi progres lebih besar dari rencana, berarti kinerja mandor baik,
kondisi demikian perlu dipertahankan bahkan dapat lebih ditingkatkan lagi,
hal tersebut menjadi penilaian kinerja bagi mandor oleh Pelaksana
Lapangan. Namun bila realisasi progres lebih rendah dari rencana, maka
perlu dievaluasi untuk menenemukan kendala yang menyebabkan
tidak tercapainya target. Sering mandor tidak dapat menemukan kendala
yang terjadi, maka perlu Pelaksana Lapangan memberikan masukkan bagi
mandor hal-hal yang perlu diperbaiki untuk pekerjaan berikutnya.
57 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 57
semua keputusan kelompok yang telah disetujui bersama.
58 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 2 : Komunikasi di Tempat Kerja 58
58 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan
BAB 3
PEKERJAAN
DRAINASE
3.1 Umum
Penyediaan drainase yang memadai melakukan satu faktor yang paling dalam setiap
konstruksi jalan.
Pekerjaan drainase bertujuan untuk mencegah kehancuran konstruksi jalan dengan cara
perlahan menjaga kadar air rendah dalam konstruksi jalan dan membuang air (air permukaan
dan atau air tanah) secepatnya keluar dari badan jalan.
PELAKSANAAN
1) Penetapan Titik Pengukuran Pada
Saluran
Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua
selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, dan lokasi semua
lubang penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan,
harus ditandai dengan cermat oleh Kontraktor sesuai dengan gambar atau
detil pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan .
2) Pelaksanaan Pekerjaan Selokan
a) Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan
sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan baru atau
lama sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada gambar yang
disetujui dan memenuhi profil jenis selokan yang ditunjukkan dalam
PELAKSANAAN
(1) Penyiapan Formasi atau Pondasi
(a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus
disiapkan sesuai dengan ketentuan pada Selokan dan Saluran Air.
(b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan
batu dengan mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai
dengan ketentuan pada Galian.
(c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus
disediakan bilamana disyaratkan, sesuai dengan ketentuan pada,
Drainase Porous.
(2) Penyiapan Batu
(a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat
mengurangi kelekatan dengan adukan.
(b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya
dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai
jenuh.
(3) Pemasangan Lapisan Batu
(a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus
dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan
ini harus dikerjakan sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan
batu akan tertanam pada adukan sebelum mengeras.
(b) Batu harus ditanam dengan kuat diatas landasan adukan semen
sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya
sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal
ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat
diantara satu batu dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan
ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan
lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
(c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan
permukaan harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal
(initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu
yang kaku.
(d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang
disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam spesifikasi ini .
(e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus
dengan pasangan. batu dengan mortar sehingga akan memberikan
PELAKSANAAN
(1) Pesiapan Tempat Kerja
(a) Penggalian dan persiapan parit serta pndasi untuk drainase beton
dan gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini, dan khususnya pada Galian untuk Struktur dan Pipa.
(b) Bahan untuk landasan harus ditempatkan sesuai dengan ketentuan
dari spesifikasi ini khususnya pada Pemasangan Bahan Landasan.
(2) Penempatan Gorong-gorong Pipa Beton
(a) Pipa beton harus dipasang dengan hati-hati, lidah sambungan
harus diletakkan di bagian hilir, lidah sambungan harus dimasukkan
sepenuhnya ke dalam alur sambungan dan sesuai dengan arah serta
kelandaiannya.
(b) Sebelum melanjutkan pemasangan bagian pipa beton berikutnya,
maka sisi dalam dari setengah bagian bawah alur sambungan harus
diberi adukan yang cukup. Pada saat yang sama setengah bagian
atas lidah sambungan pipa berikutnya juga harus diberi adukan yang
sama.
(c) Setelah pipa beton terpasang, sambungan yang belum terisi harus
Berikut adalah contoh prosedur perencanaan kebutuhan alat proyek yang perlu diketahui oleh
pelaksana:
PROSEDUR
PERENCANAAN KEBUTUHAN ALAT PROYEK
1. TUJUAN : Untuk dapat memenuhi kebutuhan alat secara efisien dan produktif dalam
pelaksanaan proyek.
2. RUANG LINGKUP : Proyek.
3. DEFINISI : 1) Perencanaan kebutuhan alat proyek adalah untuk proyek yang
sudah didapat;
2) Kebutuhan alat adalah kebutuhan riil mencakup jenis,
kapasitas dan jumlah alat yang diperlukan.
4. PROSEDUR :
PERHITUNGAN-PERHITUNGAN :
- MEMPERKIRAKAN KAPASITAS PRODUKSI ALAT
- MENENTUKAN KOMPOSISI ALAT DAN JUMLAH
ALAT YANG DIPERLUKAN
- MEMPERKIRAKAN BIAYA INVESTASI
- MEMPERKIRAKAN BIAYA OPERASI/KERJA
TIDAK
BIAYA FEASIBLE?
YA
Sebelum meminta bahan yang diperlukan, pelaksana perlu untuk mempelajari spesifikasi bahan
dimaksud. Disamping hal tersebut, dengan melihat gambar kerja maka dapat dihitung volume
bahan yang diminta.
Setiap perusahaan mempunyai prosedur (SOP) permintaan bahan untuk kontrol biaya pemakaian
bahan. Prosedur tersebut harus dipelajari dulu dan diisi untuk disampaikan ke bagian logistik.
Apabila sudah membuat schedule pendatangan bahan, maka dapat dirinci, kebutuhan bahan
sesuai waktu dan volume yang sudah dicantumkan pada schedule tersebut.
Berikut contoh format-format:
- Uraian kebutuhan material;
- Rincian jenis material;
- Daftar kriteria keberterimaan material / produk.
Akses Kerja
1. Menyediakan pintu masuk dan pintu keluar darurat di tempat kerja;
2. Akses di lapangan maupun di tempat kerja dipastikan dalam kondisi aman;
3. Akses di lapangan yang dipakai rute pekerja dilengkapi dengan rambu / tanda
peringatan yang jelas;
4. Lubang yang ada harus ditutup dan diberi tanda yang jelas, agar pekerja tidak
terperosok ke dalam lubang;
MANFAATKAN
pintu masuk dan keluar
secara OPTIMAL
Segera lapor ke
pimpinan apabila
jalan akses kerja
tertimbun kotoran
dan sisa kerja
Pedoman ini diperlukan supaya dalam pelaksanaan survei lapangan dapat dilaksanakan dan
mendapatkan hasil yang optimal.
Pada peninjauan lapangan dapat dibedakan dari jenis proyek antara lain :
• Irigasi
• Jembatan
• Jalan
A. Data umum survei lapangan
1. Nama proyek : ....................................................
2. Keadaan site :
- Rata / bergelombang
- Banyak pepohonan
- Ditumbuhi belukar
- Berbukit-bukit
- Rawa
- Bebas tumpukan barang
3. Jalan masuk ke site :
- Ada / belum ada
- Perlu diperkuat / diperlebar bila dilalui alat berat
- Berapa panjang jalan
- Berapa volume jalan yang perlu diperbaiki
- Perlu diketahui kelas jalan
4. Lapangan kerja, apakah cukup luas untuk menampung :
- Kantor sementara direksi / kontraktor
- Gudang / barak kerja
- Workshop untuk equipment
- Fabrikasi steel structure, tiang pancang dsb
5. Sumber air kerja :
- Disediakan atau tidak
- Membuat sumur
- Menggunakan air sungai
- Menggunakan pam
- Jarak sumber air kerja
6. Listrik :
12. Disposal area - Cara pengambilan material ( diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
- Disediakan / tidak
- Kondisi disposal area
- Jarak dari job site
- Kondisi jalan menuju site
13. Penggunaan alat berat :
- Ada tidaknya peralatan yang disewakan di sekitar lokasi (data alat/biaya sewa)
- Galian (bulldozer / hydraulic Excavator / dragline)
- Pengecoran beton (beton mollen / batching plant / truck mixer) dan alat bantu
pengecoran (mobile crane / concrete pump)
14. Mobilisasi :
- Jarak pelabuhan untuk menurunkan alat berat dan bahan bangunan dan job
site
- Fasilitas pelabuhan ( demaga / crane / tonage / gudang )
- Perlu menghubungi emkl setempat (untuk biaya penyewaan)
- Jika fasilitas pelabuhan tidak ada perlu disurvei kemungkinan penurunan dan
pengangkutan dengan lct (landing craft tank) dan LST (landing ship tank)
15. Lokasi penempatan alat :
- Ada tidaknya dudukan alat
- Perlu / tidak alat bantu untuk mencapai lokasi
16. Kondisi sosial lingkungan proyek :
- Perlu / tidak adanya pendekatan khusus.
- Perlu tidaknya tambahan keamanan lingkungan berupa pos kepolisian atau
militer
17. Pemotretan perlu dilakukan untuk bagian site yang penting termasuk :
- Jalan masuk
- Jalan dari pelabuhan ke-site
- Jembatan kritis yang perlu diperkuat
- Fasilitas pelabuhan dan lain-lain
Sesuai spec
efisien dan ekonomis
alternatife terbaik
Catatan :
Perlu diketahui bahwa pertanggungan jawab pembuatan metoda pelaksanaan adalah
kepala proyek. Pelaksana hanya memberikan data-data lapangan yang penting. Begitu
juga perhitungan analisa harga satuan.
Tetapi dalam hal ini, semua staf inti proyek termasuk pelaksana lapangan harus
mengetahui maksud dan tujuan pembuatan metoda pelaksanaan, cara pembuatan
dan mempelajari dengan cermat dan teliti metoda pelaksanaan setiap item
pekerjaan, untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c. Jadwal Kerja
Untuk pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan, pelaksana lapangan membuat
jadwal kerja harian / mingguan berdasarkan jadwal kerja induk.
Jadwal mingguan tersebut akan menjadi pedoman pelaksana pekerjaan untuk para
mandor dan sub kontraktor.
Dismaping jadwal kerja harian / mingguan, pelaksana lapangan harus memeriksa,
memahami dan secara aktif melaksanakan pengendalian waktu yang tertua dalam jadwal
material, jadwal peralatan dan jadwal tenaga kerja.
Berikut uraian mengenai jadwal harian / mingguan, jadwal peralatan, bahan dan tenaga
kerja.
1) Jadwal Pelaksanaan Harian /
Mingguan
Tujuan Membuat Jadwal Kerja Harian
Jadwal kerja harian, biasanya untuk satu minggu ke depan, agar cukup waktu
untuk membuat atau menyesuaikan jadwal kerja harian pada minggu
berikutnya.
Jadwal kerja harian dibuat berdasarkan jadwal kerja mingguan.
Prinsip pembuatan jadwal kerja harus realistik dan memungkinkan untuk
dilaksanakan, berdasarkan kapasitas kerja mandor / sub kontraktor yang tersedia.
Antara beban kerja yang menjadi tanggung jawab mandor / sub kontraktor
harus diimbangi dengan kapasitas kerja mandor / sub kontraktor. Hal ini untuk
menghindari penyimpangan penyelesaian waktu. Diupayakan beban kerja dalam
satu minggu dapat tercapai tepat waktu atau waktu penyelesaian lebih cepat,
agar bila ada keterlambatan kemudian hari yang tidak dapat diperkirakan, total
waktunya masih dapat terpenuhi.
Jadwal harian dibuat sebagai pedoman pencapaian target per hari. Bila
realisasi waktu pelaksanaan pekerjaan tidak tercapai, maka Pelaksana Lapangan
harus melakukan tindakan koreksi terhadap jadwal kerja harian pada minggu
berikutnya.
Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga dan alat yang output nya berupa
kuantitas pekerjaan proyek konstruksi.
Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas (atau volume)
:
a. Pekerjaan galian
(m3)
b. Pekerjaan timbunan (m3)
c. Pekerjaan pemasangan beton
(m3)
d. Pekerjaan pemasangan formwork (m2)
e. Pekerjaan penulangan beton (kg)
f. Pekerjaan dinding bata (m2)
g. Pekerjaan plesteran, lantai, plafond dan seterusnya.
Sedang input nya dalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk
operatornya). Bila tenaga atau alat bekerja secara individual, maka
produktivitas yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga atau alat
bekerja secara kelompok, maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas
kelompok. Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari anggota
kelompok.
(2) Faktor yang mempengaruhi produktivitas
100 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
100
Produktivitas tenaga kerja atau alat, dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :
a. Kondisi pekerjaan dan lingkungan
b. Keterampilan tenaga kerja / kapasitas
alat.
101 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
101
c. Motivasi tenaga kerja /
operator d. Cara kerja (metode)
e. Manajemen (SDM dan alat)
Waste
Tingkat waste juga berkaitan dengan kemampuan mandor / sub kontraktor dalam
mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang kecil, perlu
diketahui
/ dipahami hal-hal sebagai berikut :
(1) Pengertian waste
Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan yang
tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste, hampir selalu ada, apapun
penyebabnya. Oleh karena itu, upaya / program yang realistik adalah menekan
waste serendah mungkin.
(2) Jenis waste
Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu jenis
material dan waste campuran, yaitu yang menyangkut material campuran.
Material campuran seperti beton, hotmix dan lain-lain, berasal juga dari raw material
(bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda yaitu waste individu untuk
bahan bakunya dan waste campuran setelah jadi material campuran. Hal ini perlu
mendapat perhatian khusus.
(3) Penyebab waste material
Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal sebagai
berikut :
Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk disini
dimensi struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan dalam gambar.
Masa tunggu / idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum waktu yang
diperlukan.
Masalah akibat transportasi / angkutan, baik yang di luar lokasi (site) maupun
transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk material lepas seperti pasir,
batu pecah dan lain-lain.
Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari persyaratan.
Misal, diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton K 450, sehingga mungkin
terjadi waste untuk semen.
Persediaan (stok) yang berlebihan.
Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk disini material /
produk yang ditolak (reject).
Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat
penyusutan.
b) Pengendalian Mutu
Pelaksanaan uji mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas laboratorium
Pelaksana lapangan harus mengetahui test laboratorium, apa saja yang harus
dilaksanakan petugas lab untuk setiap item pekerjaan tertentu.
102 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
102
Begitu test laboratorium selesai dikerjakan dan diketahui hasilnya maka pelaksana
lapangan harus segera meminta hasil test lab dari petugas lab.
Apabila ternyata hasil test lab kurang atau tidak memenuhi syarat, pekerjaan tidak bisa
dimulai atau kalau sudah dimulai secepatnya harus dihentikan.
Apabila pekerjaan sudah jadi dan ternyata tidak memenuhi syarat maka segera harus
dilakukan perbaikan.
Untuk pekerjaan drainase, persyaratan mutu yang penting adalah sebagai berikut :
Contoh pada pengawasan mutu beton, harus dipastikan petugas lab berada di
bacthing plant untuk memastikan beton yang dikirim kualitasnya sesuai yang
disyaratkan.
Kepadatan dasar saluran dipastikan sudah sesuai dengan spesifikasi teknis.
c) Pengendalian Waktu
Untuk pengendalian waktu dilapangan, pelaksana lapangan harus membuat schedule
harian / mingguan sebagai pedoman waktu pelaksanaan untuk mandor / sub kontraktor.
Selain hal tersebut, pelaksana lapangan harus memahami dan memeriksa schedule
pengadaan alat, material dan tenaga kerja.
Apabila terjadi penyimpangan, maka perlu dilakukan tindakan / action agar waktu
pelaksanaan sesuai target yang telah ditetapkan.
Target waktu penyelesaian suatu item pekerjaan harus selalu di update dan
direvisi sehingga deadline suatu penyelesaian pekerjaan sudah sesuai target yang
ditetapkan.
103 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
103
/ penyusutan tanah yang bersifai ekspansip. Penanganannya dilakukan dengan mengisi
retak-retak yang ada dengan campuran aspal pasir atau adukan semen pasir. Kemudian
disekitar retak-retak itu diplester dengan adukan semen pasir. Jika retaknya cukup berat,
maka bagian yang retak dibongkar, tanah ekspansip dibawahnya diganti sedalam ± 20
cm, dan disimpan serta dipadatkan kemudian bangunan drainase tersebut diperbaiki.
Pemeliharaan Drainase
Karena drainase merupakan bagian dan jalan yang akan mempengaruhi kestabilan
badan jalan serta kemantapan perkerasannya yang dikaitkan dengan masalah
air, maka perawatan drainase perlu diperhatikan secara khusus agar tetap dapat
berfungsi penuh untuk mengalirkan air secepatnya dari daerah sekitar jalan, baik
air pada permukaan maupun air tanah, agar tidak mempengaruhi perkerasan jalan
dan tanah dasar.
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN GALIAN UNTUK SELOKAN DRAINASE DAN SALURAN AIR
1) Pengukuran Galian
Pekerjaan galian selokan dan saluran air harus diukur untuk pembayaran dalam meter
kubik sebagai volume actual bahan yang dipindahkan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan galian ini diperlukan untuk pembentukan atau pembentukan
kembali selokan dan saluran air yang memenuhi pada garis , ketinggian dan profil yang
benar seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Penggalian yang melebihi dari yang ditunjukkan dalam gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tidak boleh diukur untuk pembayaran.
2) Pengukuran dan Pembayaran Timbunan
Timbunan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus diukur dan
dibayar sebagai timbunan sesuai spesifikasi .
3) Pengukuran dan Pembayaran Pelapisan Saluran
Pelapisan saluran untuk selokan drainase dan saluran air akan diukur dan dibayar
104 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
104
sebagai Pasangan Batu dengan Mortar dalam spesifikasi
ini.
4) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian, ditentukan seperti yang disyaratkan di atas akan dibayar berdasarkan
Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah
ini dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan semua pekerja, perkakas
dan peralatan untuk galian selokan drainase dan saluran air, untuk semua formasi
penyiapan pondasi selokan yang dilapisi dan semua pekerjaan lain atau biaya lainnya yang
diperlukan atau biasanya diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya seperti yang diuraikan dalam seksi ini.
105 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
105
dan pekerjaan akhir, dan semua pekerjaan atau biaya lainnya yang diperlukan atau
biasanya diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya seperti
yang diuraikan dalam Seksi ini.
106 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
106
Laporan harian itu dibuat oleh mandor / sub kontraktor dan disetujui oleh pelaksana
lapangan.
107 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
107
Penjelasan dan contoh pengisian yang benar perlu diberikan oleh pelaksana lapangan kepada
mandor / sub kontraktor. Pelaksanaan yang dibuat sederhana mungkin dan cukup satu lembar
saja tiap hari.
Laporan harian adalah laporan tentang kegiatan pelaksanaan proyek setiap hari. Maksud
laporan harian dibuat, agar pelaksana lapangan dan mandor/sub kontraktor mengetahui hasil
pekerjaan pada hari itu, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja harian. Laporan harian
biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut :
Laporan Cuaca.
Laporan ini membuat kondisi cuaca selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari.
Biasanya dibagi menjadi cerah, gerimis dan hujan lebat.
Laporan Tenaga Kerja.
Laporan ini memuat jumlah dan jenis tenaga kerja yang bekerja pada hari yang
bersangkutan. Jumlah tenaga harus sesuai dengan kegiatan yang ada.
Laporan Material
Laporan ini memuat jumlah dan jenis material yang masuk / datang pada hari yang
bersangkutan.
Laporan Kegiatan Kerja.
Laporan ini memuat jenis-jenis kegiatan yang dilakukan pada hari yang bersangkutan.
Kadang-kadang jumlah kuantitas pekerjaan yang diselesaikan juga minta dilaporkan.
108 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
108
langkah- langkah yang harus dilakukan sesuai prosedur ISO 9001 yaitu prosedur
proyek bagi perusahaan konstruksi yang telah melaksanakannya.
109 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
109
Proses tersebut melibatkan staf proyek dimana biasanya pelaksana lapangan
sebagai wakil dari kepala proyek melakukan proses penunjukan mandor/sub
kontraktor tersebut.
Contoh : proses penunjukan mandor adalah sebagai berikut :
• Mengevaluasi kinerja mandor selama masa penugasannya di proyek dengan
mengisi formulir evaluasi kinerja mandor.
Item penilaian utama dalam evaluasi tersebut adalah :
- Persiapan kerja
- Mutu kerja
- Pemenuhan target produksi
- Kemampuan pengerahan tukang / tenaga kerja
Contoh : formulir evaluasi kinerja mandor.
Pada proses penunjukkan mandor, pertama dilakukan evaluasi mandor dengan
memeriksa referensi yang dimiliki. Kemudian dilakukan pengisian data pembanding
penujukkan mandor borong dari beberapa penawaran harga yang masuk.
Contoh : Formulir data pembanding penunjukkan mandor borong
110 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
110
c) Berita Acara Prestasi Pekerjaan
Dibuat per satuan waktu atau setiap menyelesaikan setiap tahapan pekerjaan. Yang
perlu dicermati adalah :
(1) Volume pekerjaan perlu diukur dan diselesaikan bersama.
(2) Potongan baik dari uang muka atau kasbon atau pinjaman lainnya perlu
dicatat secara teliti oleh kedua belah pihak.
(3) Pajak kalau ada perlu disetujui bersama baik nilainya maupun cara
perhitungannya.
(4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan. Dibuat pada waktu pekerjaan selesai
Apabila mandor memberikan suatu keberatan misalnya ingin melakukan klaim agar
Berita Acara ini jangan ditanda tangani dulu.
111 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 3 : Pekerjaan Drainase
111
BAB 4
PEKERJAAN
TANAH
4.1 Umum
Pekerjaan tanah terdiri dari pekerjaan timbunan dan pekerjaan galian. Pekerjaan galian
adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta
elevasi permukaan sesuai dengan gambar. Termasuk pula untuk membuang material yang
tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan.
Pekerjaan timbunan harus didahului dengan cleaning dan grubbing. Pekerjaan timbunan
harus dilaksanakan lapis demi lapis pada kondisi kadar air optimum.
106 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 106
dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan dipadatkan.
e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat bertekanan
udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan
dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan
cara lain jika, menurut pendapatnya. Peledakan tersebut berbabaya bagi
manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana dirasa kurang cermat dalam
pelaksanaannya.
f ) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang
perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh Direksi
Pekerjaan.
g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau
cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang
aman dan serata mungkin. Batu yang dilepas atau bergantungan dapat menjadi
tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus
dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun lama.
2. Galian pada Tanah dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan dan
Talud
Ketentuan dalam Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan dalam
Seksi ini.
107 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 107
Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu
periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa
yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.
e) Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak
boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.
BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan“Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.
2) Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastis tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO Ml45 atau sebagai CH menurut
“Unified atau Casagrande Soil Classification Sistem”. Bila Penggunaan tanah yang
berplastis tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan
hanya tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah
plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan
langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar
bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan
SNI 03-1744-
1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6% setealah perendaman 4 hari
bila dipadatkan 100% kepadatan leering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
108 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 108
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25. atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai
“very high” atau“extra high”, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan.
Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / P1-(SNI 03-1966-1989)
dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
3) Timbunan Pilihan
a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebgai “Timbunan Pilihan” bila digunakan
pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan atau
disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang
digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase poros bila
ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai dengan Spesifikasi ini.
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan
biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung
dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji
sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10% setelah
4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan leering maksimum
sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keaadan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil
atau bahan berbutir lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6%.
d) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang
cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadalan kering normal, maka
timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan
bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah.
Jenis bahan yang dipilih dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung
pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada
tekanan yang akan dipikul.
4) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.
109 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 109
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan
pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang
dihampar horizontal lapis demi lapis.
2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan . Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan
ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.
Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok diantara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari
pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit saat pengisian timbunan drainase
porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada
sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity. Sebelum penimbunan
kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau
pasangann batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang
dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada
permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci
pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi
lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan
jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
secepat mungkin bilamana, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan
ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
dipadatkan denga peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencaai kepadatan yang disyaratkan .
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan leering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau setebal 20 cm dari
110 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 110
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5
cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu
tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan .
d) Setiap lapisan timbunan yang dihamparharus dipadatkan sepertiyangdisyaratkan,
diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat
konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati
harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha
pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanan harus dilakukan sedemikian rupa agar timunan
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-
gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh
dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur
atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan
ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidal
lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah mauun
di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya
rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
j) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan
air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
4) Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan
Ketentuan dari Penyiapan Badan Jalan harus berlaku.
JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat
111 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 111
Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar
perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan
untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang
disyaratkan .
2. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 95% dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari
10% bahan yang tertahan pada ayakan ¾ , kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan sesuai dengan persyaratan dari Seksi ini. Pengujian
harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk
penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-
gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis
penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling
sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.
3. Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu
Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan
menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan
berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan. dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat.
Setiap lapis harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya
dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas tertimbun dan
batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan
dalam lapisan teratas ini.
4. Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti:
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan
peralatan pemasat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai
sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini
selanjutnya harus
112 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 112
digunakan untuk pemadatan berikutnya.
5. Pemilihan Sumber Daya (Manusia, Material, Alat) Pekerjaan Tanah
Untuk sub bab ini, material pelatihan dapat dilihat pada sub bab 4.4.2 pada modul
pelatihan pekerjaan drainase.
6. Hasil Survei Lapangan Pekerjaan Tanah
Survei tersebut dicocokkan dengan gambar desain, peta situasi dan data hasil
penyelidikan tanah. Dengan survei tersebut akan dapat ditentukan jalan kerja
(dari quarry maupun jalan site), pembuatan site plan dan menentukan metode
pelaksanaan.
Berikut disampaikan pedoman survei lapangan, apa saja yang harus dikerjakan,
dicatat dan diambil datanya. Survei ini lengkap sekali, untuk itu pelaksana
lapangan perlu konsultasi kepada atasan langsung survei apa saja yang perlu
dilakukannya.
Berikut disampaikan pedoman survei lapangan, apa saja yang harus dikerjakan,
dicatat dan diambil datanya. Survei ini lengkap sekali, untuk itu pelaksana
lapangan perlu konsultasi kepada atasan langsung survei apa saja yang perlu
dilakukannya.
Contoh
Pedoman survei lapangan
Pedoman ini diperlukan supaya dalam pelaksanaan survei lapangan dapat dilaksanakan dan
mendapatkan hasil yang optimal.
Pada peninjauan lapangan dapat dibedakan dari jenis proyek antara lain :
• Irigasi
• Jembatan
• Jalan
A. Data umum survei lapangan
1. Nama proyek : ....................................................
2. Keadaan site :
- Rata / bergelombang
- Banyak pepohonan
- Ditumbuhi belukar
- Berbukit-bukit
- Rawa
- Bebas tumpukan barang
3. Jalan masuk ke site :
- Ada / belum ada
- Perlu diperkuat / diperlebar bila dilalui alat berat
- Berapa panjang jalan
- Berapa volume jalan yang perlu diperbaiki
113 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 113
- Perlu diketahui kelas jalan
114 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 114
4. Lapangan kerja, apakah cukup luas untuk menampung :
- Kantor sementara direksi / kontraktor
- Gudang / barak kerja
- Workshop untuk equipment
- Fabrikasi steel structure, tiang pancang dsb
5. Sumber air kerja :
- Disediakan atau tidak
- Membuat sumur
- Menggunakan air sungai
- Menggunakan pam
- Jarak sumber air kerja
6. Listrik :
- Menggunakan fasilitas PLN
- Mengusahakan sendiri (genset)
7. Tenaga kerja :
- Didapat dari daerah sekitar job site
- Mendatangkan dari luar
- Akomodasi yang diperlukan
- Perlu ijin khusus / tidak
- Perlu biaya khusus untuk ijin / tidak
8. Keadaan cuaca di site :
- Terang / kadang-kadang hujan / hujan terus-menerus
- Diperlukan data curah hujan dari badan meteorologi dan geofisika setempat.
9. Data penyelidikan tanah (sondir, boring log dsb) :
- Jika tidak disertakan dalam kontrak, perlu ditanyakan ke konsultan
- Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali / yang terlihat dari luar (batu,tanah keras,
dsb).
- Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah).
10. Quarry / borrow area :
- Disediakan atau mencari sendiri
- Jika disediakan, apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan test)
- Ada berapa quarry / borrow area
- Lokasi quarry ( gunung / sungai / tanah datar / belukar )
- Jenis batuan / pasir / tanah timbun
- Jalan menuju quarry / borrow area ( ada, membuat baru, perlu diperbaiki perlu
diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang
sudah ada) dan lain-lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
115 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 115
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
- Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
11. Survei harga bahan lokal :
- Ada / tidak pabrik kayu balok, papan, plywood
- Pembayaran untuk kayu (kontan / tidak)
- Harga bahan / kayu loco di pabrik / di lokasi proyek
- Harga pasir, batu, split, tanah urug di lokasi pengambilan dan sampai dengan di
lokasi proyek berapa
- Harga material pada waktu musim hujan berbeda / tidak
- Lokasi borrow area ( gunung / sungai / tanah datar / belukar)
- Jarak ke site
- Jenis batuan
- Jalan menuju borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar,
perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang sudah ada)
dan lain- lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
- Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
12. Disposal area
- Disediakan / tidak
- Kondisi disposal area
- Jarak dari job site
- Kondisi jalan menuju site
13. Penggunaan alat berat :
- Ada tidaknya peralatan yang disewakan di sekitar lokasi (data alat / biaya sewa)
- Galian (bulldozer / hydraulic Excavator / dragline)
- Pengecoran beton (beton mollen / batching plant / truck mixer) dan alat bantu
pengecoran (mobile crane / concrete pump)
14. Mobilisasi :
- Jarak pelabuhan untuk menurunkan alat berat dan bahan bangunan dan job site
- Fasilitas pelabuhan ( demaga / crane / tonage / gudang )
- Perlu menghubungi emkl setempat (untuk biaya penyewaan)
- Jika fasilitas pelabuhan tidak ada perlu disurvei kemungkinan penurunan dan
116 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 116
pengangkutan dengan LCT (landing craft tank) dan LST (landing ship tank)
15. Lokasi penempatan alat :
- Ada tidaknya dudukan alat
- Perlu / tidak alat bantu untuk mencapai lokasi
16. Kondisi sosial lingkungan proyek :
- Perlu / tidak adanya pendekatan khusus.
- Perlu tidaknya tambahan keamanan lingkungan berupa pos kepolisian atau militer
17. Pemotretan perlu dilakukan untuk bagian site yang penting termasuk :
- Jalan masuk
- Jalan dari pelabuhan ke site
- Jembatan kritis yang perlu diperkuat
- Fasilitas pelabuhan dan lain-lain
18. Sarana kesehatan :
- Ada tidaknya rumah sakit, puskesmas yang terdekat dari lokasi proyek
Proyek jembatan
1. Jembatan sementara / lama :
- perlu / tidaknya jembatan sementara (bailley / kayu, dsb)
- perlu / tidaknya pembebasan (rumah penduduk, pohon-pohon, tanaman dll)
- perlu / tidaknya pembongkaran jembatan lama (sebagian / seluruhnya)
2. Kondisi sungai:
- tinggi air maksimum
- tinggi air normal
- tinggi air minimum
- dasar sungai, apakah batu / pasir / lumpur
- tebing sungai terjal / landai
- jenis tanah tebing sungai
- kecepatan / kekuatan arus sungai
- dasar sungai landai / terjal
- bila ada pengaruh pasang surut laut berapa tinggi air pasang surut pada kurun waktu
tertentu
- bagaimana kondisi pengendapan dan penggerusan tebing
3. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
4. Metode pelaksanaan :
- perlu atau tidaknya penyimpangan aliran sungai.
117 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 117
- perlu tidak pengeringan.
- perlu atau tidaknya pembuatan kistdam berat / ringan (Sheet Pile / batang kelapa/dolken)
- perlu atau tidaknya steiger werk (perancah)
5. Galian abutment / pier :
- apakah menggunakan tenaga manusia / alat berat
6. Pekerjaan beton :
- alat pengecoran serta alat bantu pengecoran yang digunakan
- alat untuk mengangkat balok prestressed ( crane / launching ) Proyek jalan
7. Keadaan site :
- untuk proyek jalan baru (rata, bergelombang, berbukit, rawa)
- untuk proyek perbaikan jalan (ramai / sepi oleh kendaraan, rusak berat / ringan)
8. Fasilitas alat-alat berat :
- ada / tidaknya alat berat yang dapat di sewa di sekitar site
9. Lokasi alat-alat berat :
- penempatan stone crusher
- penempatan Asphalt mixing plant (dikaitkan dengan lokasi stone crusher dan tempat
pergelaran hotmix)
10.Lokasi keet :
- penempatan keet induk dan keet tambahan direncanakan seefisien mungkin
- jumlah keet yang dibutuhkan se efisien mungkin
11.Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
12.Sub kontraktor :
- daftar sub kontraktor setempat untuk jenis pekerjaan tertentu
Proyek jalan
1. Keadaan site :
- untuk proyek jalan baru (rata, bergelombang, berbukit, rawa)
- untuk proyek perbaikan jalan (ramai / sepi oleh kendaraan, rusak berat / ringan)
2. Fasilitas alat-alat berat :
- ada / tidaknya alat berat yang dapat di sewa di sekitar site
3. Lokasi alat-alat berat :
- penempatan stone crusher
- penempatan Asphalt mixing plant (dikaitkan dengan lokasi stone crusher dan tempat
pergelaran hotmix)
4. Lokasi keet :
118 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 118
- penempatan keet induk dan keet tambahan direncanakan seefisien mungkin
- jumlah keet yang dibutuhkan se efisien mungkin
5. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
6. Sub kontraktor :
- daftar sub kontraktor setempat untuk jenis pekerjaan tertentu
Catatan :
Untuk pekerjaan tanah, survei meliputi klasifikasi tanah, jarak tempuh pengangkutan
material borrow dan disposal area serta lingkungan sekitarnya. Ditambah dengan survei jalan
kerja dan curah hujan / cuaca.
119 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 119
lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting atau pekerjaan
yang jarang ada, atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan
(volume kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup
diberi uraian singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan
kebutuhan alat dan tanpa gambar / sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan.
Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja
dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan pekerja). Perhitungan kebutuhan
material dan jadwal kebutuhan material. Dokumen lainnya sebagai penjelasan
dan pendukung perhitungan dan kelengkapan yang diperlukan. Metode
Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik
120 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 120
Merupakan acuan / dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan di proyek.
121 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 121
Memperhatikan aspek lingkungan.
122 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 122
penting. Begitu juga perhitungan analisa harga satuan.
Tetapi dalam hal ini, semua staf inti proyek termasuk pelaksana lapangan
harus mengetahui maksud dan tujuan pembuatan metoda pelaksanaan, cara
pembuatan dan mempelajari dengan cermat dan teliti metoda pelaksanaan
setiap item pekerjaan, untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
123 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 123
berikut:
Excavator untuk galian tanah timbunan di borrow
area.
Dump truck untuk alat angkut dari borrow area ke lokasi
timbunan.
Dozer untuk meratakan hasil hamparan dari dump truck Vibro roller untuk
pemadatan tanah timbunan lapis per lapis Tanki Air untuk menjaga kondisi kadar
air pada saat pemadatan.
124 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 124
Instruksi Kerja
Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia c/q Menteri Pekerjaan Umum sudah
mensyaratkan kontraktor harus melaksanakan sistem jaminan mutu atau Quality Assurance
pada pelaksanaan proyek di Indonesia.
Pelaksanaan Quality Assurance biasanya berupa sistem manajemen mutu ISO 9000 (untuk
kontraktor berupa seri ISO 9002) yang harus dilaksanakan oleh seluruh personil
pelaksanaan proyek termasuk juga pelaksana lapangan beserta mandor dan sub kontraktor.
Salah satu prosedur mutu yang harus dilakukan adalah instruksi kerja atau IK. Instruksi
kerja menjelaskan proses kerja secara detail dan merupakan petunjuk kerja bagi pelaksana
dan mandor yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Biasanya seorang mandor dalam melaksanakan pekerjaannya membuat langkah-langkah kerja
tertentu tetapi tidak tertulis sehingga sulit diketahui apakah langkah kerja itu urutan dan
isinya sudah benar dan apakah langkah kerja itu betul-betul sudah dilaksanakan.
Pada pelaksanaan di lapangan prosedur mutu ISO 9000 mensyaratkan bahwa pelaksana
lapangan harus mengendalikan pekerjaan dengan melaksanakan pengisian
Jadwal Kerja
Untuk sub sub bab ini, materi pelatihan dapat dilihat pada sub sub bab 4.3.2.3 pada modul
pelatihan pekerjaan drainase.
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah
125 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 125
a) Pekerjaan galian dan timbunan
1.) Pekerjaan Galian Tanah
(a) Metoda Pelaksanaan
Menentukan batas galian bodem
Menentukan batas timbunan kanan dan kiri (untuk benangan) Menggali
tanah sampai kedalaman yang ditentukan.
Hasil galian dibuang kenanan dan kekiri atau dibuang dengan
dump truck. Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kiri
galian tanah sifatnya kasar belum di finish sehingga belum tepat
sesuai kemiringan yang ditentukan.
Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kanan galian
tanah, sifatnya kasar belum difinishkan sehingga belum tepat sesuai
kemiringan yang ditentukan.
Memasang kembali patok as batas bodem, batas kemiringan atas kanan
dan kiri pada patok-patok yang kurang akibat operasi alat berat
Rapikan Galian sesuai ketentuan
Peralatan :
- Excavator ……… unit
- Dump truck ……… unit
- Dozer ……… unit
- Compactor / Vibrator ……… unit
- Tangki air ……… unit
b) Pekerjaan Timbunan Tanah
1.) Metode Konstruksi Timbunan
Setting out lokasi oleh surveior bersama dengan konsultan supervisi
Setting out lokasi Borrow area yang telah disetujui surveior beserta konsultan
supervisi
Selected material untuk timbunan dari quarry yang telah disetujui, mulai digali
dengan menggunakan Excavator dan ditransport ke site menggunakan dump
truck dengan jumlah yang cukup dengan jarak angkut yang disetujui bersama
dengan konsultan (sekitar 1-25 km).
Permukaan tanah yang akan ditimbun harus dikupas dulu dan dibersihkan
dari kotoran, tumbuh-tumbuhan dan material lain. Juga harus dibersihkan dari
genangan air atau tanah yang terlalu basah.
Sebelum menimbun tanah, permukaan tanah harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bull dozer
Material tanah yang dihampar dengan ketebalan + 20-30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan dozer
Material tanah harus dibasahi dengan menggunakan tangki air apabila
moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu
tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum
126 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 126
Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan Vibro roller atau Sheep Foot
roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan
Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment
Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan exacavator.
2.) Peralatan berat yang dipakai :
Dozer ….. unit
Excavator ….. unit
Dumptruck ….. unit
Vibro roller ….. unit
WATER TANK Truck ….. unit
Berikut dari contoh metode pelaksanaan pekerjaan tanah pada jalan tol gempol –
pandaan
(a) Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Tanah dalam PEMBANGUNAN JALAN GEMPOL - PANDAAN
(STA-0+471 – 5+500) ini merupakan kombinasi antara pekerjaan Galian dengan
Timbunan Tanah. Pekerjaan Galian dan Timbunan Tanah akan dilaksanakan
untuk mendapatkan Alinyemen
Vertikal dan Horisontal Rencana. Pada paket 1 ini kami membagi area menjadi 4
Zona antara lain :
(1). Zona 1 : STA. -0+471 sampai dengan STA.
1+200 (2). Zona 2 : STA. 1+200 sampai dengan STA.
3+700 (3). Zona 2 : STA. 3+700 sampai dengan STA.
5+500
(4). Zona 4 : Struktur Jenis Jembatan dan Konstruksi Melintang Main Road
Tampak gambar diatas pembagian zona paket 1, hal ini untuk memudahkan
pelaksanaan dan pengawasan di lapangan baik terhadap Kontraktor, Konsultan dan
Pemberi Kerja. Adapun Pekerjaan Galian dan Timbunan Tanah akan dilakukan,
sebagai berikut :
Penggalian akan menggunakan alat berat Excavator dengan memperhatikan
utilitas yang kemungkinan terdapat di lokasi. Dengan pengawasan yang baik, kami
akan melakukan penggalian tanpa menimbulkan kerusakan pada utilitas yang
kemungkinan terdapat / tertanam di area galian struktur.
Untuk memudahkan Kontraktor melaksanakan Pekerjaan Tanah terkait jadwal
penimbunan dan pemadatan tanah, maka Kontraktor akan menempatkan tanah
dari Paket 2 sebanyak 722.980,00 m3 diarea timbunan STA. 4+300 sampai dengan
STA. 5+500. Galian biasa untuk timbunan dan borrow material akan
didistribusikan kelokasi timbunan sebagaimana yang telah terlihat pada Profil
(b) Memanjang Jalan Rencana.
Pekerjaan
Galian
127 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 127
Pekerjaan Galian
akan dikerjakan
menggunakan
Excavator sebagai
penggali dan
dump truck
sebagai
pengangkut tanah
galian menuju
Disposal Area
sesuai Petunjuk
128 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 128
Pemilik Proyek. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor akan terlebih
dahulu melakukan pekerjaan pembersihan dan Stripping guna membuang
material / sampah yang tidak digunakan untuk struktur badan jalan. Ditinjau
dari kriteria pelaksanaan galian dan timbunan tanah, maka yang dimaksud
dengan Stripping
/ Land Clearing adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran semua tanaman,
termasuk akar pohonnya dan dibuang keluar menuju tempat pembuangan /
Disposal Area yang telah disetujui oleh Pemberi Kerja. Bila tanah sudah bersih dari
tanaman dan akar pohonnya, Pekerjaan Galian mulai dapat dilaksanakan. Pada
pekerjaan ini membutuhkan alat berat seperti :
1. Bulldozer
2. Excavator
3. Dump Truck
Pembersihan dan Stripping guna membuang material / sampah yang tidak
digunakan untuk struktur badan jalan. Ditinjau dari kriteria pelaksanaan galian
dan timbunan tanah, maka yang dimaksud dengan Stripping / Land Clearing
adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran semua tanaman, termasuk
akar pohonnya dan dibuang keluar menuju tempat pembuangan / Disposal Area
yang telah disetujui oleh Pemberi Kerja. Bila tanah sudah bersih dari tanaman dan
akar pohonnya, Pekerjaan Galian mulai dapat dilaksanakan. Pada pekerjaan ini
membutuhkan alat berat seperti :
1. Bulldozer
2. Excavator
3. Dump Truck
Seperti penjelasan diatas bahwa pekerjaan galian untuk badan jalan terdapat pada
STA. 3+700 sampai dengan STA. 4+300. Tanah hasil dari pekerjaan galian
dapat digunakan untuk dijadikan sebagai bahan timbunan, jika sesuai spesifikasi
tanah timbunan dan disetujui oleh Konsultan & Owner. Selain pekerjaan galian
untuk Main Road / Jalan Utama, pekerjaan pile cap juga membutuhkan galian
yang disebut Galian Struktur. Galian Struktur untuk pekerjaan Simpang Susun
Gempol (STA. -0+025 s/d STA. 0+125), Perlintasan Kereta Api (STA. 1+125 s/d
STA. 1+225), Perlintasan Bawah Jl. Kab. Kesemi (STA. 2+125 s/d STA. 2+150). Jika
memerlukan proteksi pada area tertentu dimana tanah eksiting relatif lunak
dengan kondisi yang curam, maka Sheet Pile akan dipasang demi keamanan
dan kenyamanan pekerjaan pile cap. Tahapan galian struktur yang dimaksud
sebagai berikut :
Galian Struktur
Persiapan berupa pekerjaan pengukuran dan pembuatan acuan sementara dari papan
sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan.
Dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan
pembongkaran dan pembersihan tempat kerja selesai dilakukan pada areal tertentu.
Bila pada suatu area diperlukan jalan akses, harus disiapkan terlebih dahulu.
Selama pekerjaan galian berlangsung, jika ditemukan adanya sumber air maka di area
yang rawan genangan air dibuatkan saluran pembuang, agar lokasi pekerjaan tetap kering.
129 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 129
Proteksi akan diberikan pada area yang membutuhkan perkuatan untuk menghindari
terjadinya longsoran tanah setempat.
130 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 130
Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level rencana sesuai gambar kerja yang
telah disetujui.
Pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara Excavator untuk
menggali dan memindahkan tanah hasil galian serta dump truck untuk transportasi tanah
ke lokasi pembuangan (disposal area) atau tempat timbunan sesuai spesifikasi dan atas ijin
direksi.
Peralatan yang dipakai sbb :
Excavator
Dump truck
Alat Bantu
Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan Timbunan yang dimaksud dalam pembahasan pada Bab ini adalah pekerjaan
timbunan tanah jalan utama.
Persiapan berupa pekerjaan pengukuran dan pembuatan acuan sementara dari
papan sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan.
Pembersihan lokasi timbunan dari semua bahan yang tidak diperlukan.
Pengangkutan material timbunan ke lokasi timbunan. Sesuai spesifikasi (AASHTO T
99) atau seijin Direksi.
Penghamparan material timbunan dengan ketebalan masing masing lapisan
material timbunan sama tebalnya.
Pemadatan timbunan dimulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan.
Pengendalian mutu berupa uji kepadatan.
Penyiapan Badan Jalan
Pekerjaan Badan Jalan merupakan pekerjaan yang dikombinasikan dengan Pekerjaan
Timbunan untuk membentuk/membuat Jalan Kerja/Akses. Berikut uraian Penyiapan Badan
Jalan :
Persiapan berupa pekerjaan pengukuran dan pembuatan acuan sementara dari papan
sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan.
Dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, pekerjaan penyiapan badan jalan
meliputi galian minor atau penggarukan serta pekerjaan timbunan minor yang diikuti
dengan pembentukan, pemadatan dan pemeliharaan permukaan sampai bahan
perkerasan atau timbunan ditempatkan diatasnya pada areal tertentu.
Bila pada suatu area diperlukan jalan akses, harus disiapkan terlebih dahulu.
Selama pekerjaan penyiapan badan jalan berlangsung, jika ditemukan adanya sumber air
maka di area yang rawan genangan air dibuatkan saluran pembuang, agar lokasi
pekerjaan tetap kering.
Pekerjaan Penyiapan badan jalan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara
Excavator atau bulldozer untuk galian minor, perataan dan memindahkan tanah hasil
galian / perataan serta dump truck untuk transportasi tanah ke lokasi pembuangan
(disposal area) dan atas ijin direksi.
131 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 131
4.3.3 Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan Tanah.
Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan difokuskan pada 3 hal terpenting yaitu
pengendalian kerja, mutu dan waktu.
a) Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dilaksanakan oleh staf teknik proyek. Pelaksana lapangan bertugas
melakukan pengendalian bisa dengan sistem target, dimana yang bersangkutan harus
melakukan pengawasan terhadap produktifitas alat dan produktifitas tenaga kerja serta
waste untuk bahan.
Dengan adanya efisiensi penggunaan dan pengadaan alat, bahan dan tenaga kerja akan
menghasilkan produk sesuai target waktu dan target volume pekerjaan sesuai ketentuan
yang telah ditetapkan.
Apa itu produktifitas dan waste dapat dijelaskan sebagai berikut :
Produktivitas
Untuk mencari tingkat produktivitas yang ada, baik produktivitas tenaga maupun
alat, perlu diketahui / dipahami hal-hal sebagi berikut :
(1) Pengertian produktivitas
Secara teori, produktivitas adalah output dibagi input, yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
132 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 132
a. Kondisi pekerjaan dan lingkungan
b. Keterampilan tenaga kerja/ kapasitas alat. c. Motivasi tenaga kerja/
operator
d. Cara kerja (metode)
e. Manajemen (SDM dan alat)
Waste
Tingkat waste juga berkaitan dengan kemampuan mandor / sub kontraktor dalam
mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang kecil, perlu
diketahui/ dipahami hal-hal sebagai berikut :
(1) Pengertian waste
Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan
yang tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste, hampir selalu ada,
apapun penyebabnya. Oleh karena itu, upaya / program yang realistik adalah
menekan waste serendah mungkin.
(2) Jenis
waste
Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu jenis
material dan waste campuran, yaitu yang menyangkut material campuran.
Material campuran seperti beton, hotmix dan lain-lain, berasal juga dari raw
material (bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda yaitu waste
individu untuk bahan bakunya dan waste campuran setelah jadi material
campuran. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus.
(3) Penyebab waste material
Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal
sebagai berikut :
Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk disini
dimensi struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan dalam
gambar.
Masa tunggu / idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum waktu
yang diperlukan.
Masalah akibat transportasi / angkutan, baik yang di luar lokasi (site)
maupun transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk material lepas
seperti pasir, batu pecah dan lain-lain.
Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari
persyaratan. Misal, diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton K 450,
sehingga mungkin terjadi waste untuk semen.
Persediaan (stok) yang berlebihan.
Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk disini
material / produk yang ditolak (reject).
Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat
penyusutan.
b) Pengendalian Mutu
133 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 133
Pelaksanaan uji mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas laboratorium
134 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 134
Pelaksana lapangan harus mengetahui test laboratorium, apa saja yang harus
dilaksanakan petugas lab untuk setiap item pekerjaan tertentu.
Begitu test laboratorium selesai dikerjakan dan diketahui hasilnya maka pelaksana
lapangan harus segera meminta hasil test lab dari petugas lab.
Apabila ternyata hasil test lab kurang atau tidak memenuhi syarat, pekerjaan tidak bisa
dimulai atau kalau sudah dimulai secepatnya harus dihentikan.
Apabila pekerjaan sudah jadi dan ternyata tidak memenuhi syarat maka segera harus
dilakukan perbaikan.
Contoh pada pengawasan mutu beton, harus dipastikan petugas lab berada di bacthing
plant untuk memastikan beton yang dikirim kualitasnya sesuai yang disyaratkan.
Untuk pekerjaan tanah, persyaratan mutu yang penting adalah sebagai berikut:
a) Test CBR Lapangan (proving ring) setiap titik mewakili 350m2
b) Density Lapangan (sand cone)
c) Proff rolling (tes membal memakai dump truck bermuatan penuh)
c) Pengendalian Waktu
Untuk pengendalian waktu dilapangan, pelaksana lapangan harus membuat schedule
harian/mingguan sebagai pedoman waktu pelaksanaan untuk mandor/sub kontraktor.
Selain hal tersebut, pelaksana lapangan harus memahami dan memeriksa schedule
pengadaan alat, material dan tenaga kerja.
Apabila terjadi penyimpangan, maka perlu dilakukan tindakan/action agar waktu
pelaksanaan sesuai target yang telah ditetapkan.
Target waktu penyelesaian suatu item pekerjaan harus selalu di update dan
direvisi sehingga deadline suatu penyelesaian pekerjaan sudah sesuai target yang
ditetapkan.
Cara Pencegahan
Galian dengan volume besar (+10 009 m3 atau lebih harus dipersiapkan dengan
matang termasuk kajian geologis setempat, rute transportasi dan lokasi penempatan
/ pembuangan agar tidak menimbulkan efek samping yang sering lebih parah dari
135 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 135
proyeknya sendiri.
Galian ditepi jalan. saluran air dan jalan-jalan tembus, sering ada saluran utulitas
dibawah tanah yang tidak tergambar dalam peta, wajib diteliti sebelumnya agar
tidak menimbulkan kerugian bagi banyak orang.
Galian yang terbuka pada musim hujan akan menjadi genangan berbahaya bagi lalu-
lintas, anak-anak dan konstruksi jalan (melunakkan sub grade terdekat)
Jenis tanah hasil gahan sifatnya diteliti bila klasifikasinya memenuhi syarat untuk
timbunan maka dapat mengurangi beban tempat pembuangannya.
Pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu untuk
memperoleh kepadatan yang homogen keseluruhan badan jalan. Apabiia tebal
lapisan terlalu tebal, maka bagian bawah tanah tidak cukup padat, sehingga
kepadatan menjadi tidak homogen, sehingga menimbulkan penurunan (pemadatan
sekunder) dikelak kemudian ban dengan akibat ketidakrataan permukaan jalan
dengan segala konsekuensinya.
Pengendalian Mutu
Untuk membandingkan hasil pemadatan di lapangan dengan kepadatan kering maksimum
laboratorium, baik menurut standar maupun modified AASHTO, tes harus dilakukan
pada tiap-tiap lapis tanah yang telah selesai dipadatkan dengan menggunakan dua cara
Metoda Sand-Cone (ASTM D-1556) yang lebih umum digunakan, atau metoda Rubber
Ballon (ASTM D2167). Kedua cara tersebut pada prinsipnya sama, yaitu mengukur volume
dan berat tanah yang digali sedapat mungkin tidak mengganggu kepadatan aslinya.
136 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 136
duduk diatas tiang pancang yang terhunjam dalam, mencapai tanah keras, sedang urugan
oprit duduk diatas tanah yang dapat terperas
Sebaiknya sebelumnya diteliti apakah perlu desain khusus untuk timbunan oprit misalnya
dengan material ringan, expanded Poly Styrene, atau tiang pancang sebagai persiapan
apabila kemungkinan dituntut untuk mencapai hasil kerja yang permanen
Pemadatan pasir iaut biasanya tidak akan berhasil meski dengan alat Vibro Compactor
sekalipun disarankan menambah tanah lempung agar gradasi seragam pasir Iaut yang
menimbulkan rongga-rongga dapat diisi dengan tanah lempung.
137 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 137
Karena langsung berhubungan dengan air, tanah lempung atau lanau tidak
memenuhi syarat sebagai bahan timbunan Konstruksi jalan seperti tersebut di
atas, permukaannya sering bergelombang. Disamping itu konsolidasi berlangsung
dalam waktu yang cukup lama (selama beberapa tahun) sehingga perlu, dilakukan
peninggian secara berkala
2. Menggali seluruh tanah lunak di bawah badan jalan
Bila tanah lunak relatif tidak terlampau dalam (3-5 meter), mengganti seluruh tanah
lunak dengan material yang mungkin merupakan pilihan yang paling ekonomis
untuk menimbun badan jalan permanen dengan lalu lintas tinggi. Cara ini menjadi
sangat mahal dan tidak praktis untuk lapisan tanah lunak hilang dalam atau bila
terletak di bawah lapisan tanah baik. Juga dipertimbangkan tersedianya material
yang baik untuk mengganti tanah yang dibuang.
Penimbunan dilaksanakan dengan terlebih dahulu menggali suluruh kedalaman
tanah jelek selebar jangkauan alat. misalnya dragline kemudian material ditumpah
kan dan dump truck atau didorong dengan dozel untuk mengisi galian tersebut
dan dipadatkan Kemudian alat dipindahkan ke daerah timbunan yang barn selesai
dan prosesnya berlangsung sampai seluruh daerah yang memerlukan penggantian
material selesai dikerjakan Material berbulir (granular borrow) batas digunakan
untuk penimbunan sampai ketinggian + 75 cm di atas permukaan ash tanah rawa.
3. Mempercepat konsolidasi tanah dasar
Bila tanah lunak cukup dalam dan tidak banyak bercampur bahan organik mungkin
lebih efektif mempercepat konsolidasi tanah di bawah timbunan dasar
menggantikannya. Cara yang sering dilakukan untuk mempercepat settlement adalah,
dengan membebankan beban surcharge akibat muatan timbunan yang dipasang
melebihi tinggi desain Tanah lunak mungkin perlahan- lahan mengalami konsolidasi
akibat timbunan yang secara bertahap ditinggikan mencapai tinggi efektif surcharge.
Dalam setiap tahap, tinggi timbunan tidak boleh menghasilkan tekanan yang
melebihi kemampuan kekuatan tanah lunak dibawahnya Akibat beret timbunan,
air terpeia’ keluar dari tanah lunak sehingga menambah daya dukung tanah
Berdasarkan analisa mekanika tanah, dapat disiapkan hubungan antara waktu dan
tinggi surcharge untuk memberikan jadwal penarnbahan tinggi surcharge yang
aman.
Proses konsolidasi juga dapat dipercepat dengan perbaikan drainase seperti
pemasangan sand blanket (selimut pasir) atau vertical sand drain (kolom-kciom pasir
vertikal) seperti pada Gambar 5.03. Konstruksi terdiri kolom-kolom vertikal berisi pasir
diameter 15-18 inch yang dimasukkan keseluruh kedalaman tanah jarak melalui pipa
besi atau mandrel yang dicabut bila kolom telah berisi pasii Akibat beban timbunan
tanah di atasnya, maka air di dalam tanah akan. keiuar laik melalui kolom-kolom
pasir dan mengalir keluar melalui lapisan pasir yang dipasang horizontal di atas
permukaan tanah asli.
138 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 138
kuat cenderung menggelincir ke bawah
2. Timbunan di lereng bukit akan mengganggu aliran air permukaan maupun
bawah tanah. Air yang tertahan badan jalan akan menambah berat massa
penggelincir sekaligus mengurangi daya tahan terhadap geser. Meskipun air tidak
tampak dipermukaan, akumulasi air tanah disepaniang kemiringan bidang dasar
akan melicinkan dan memperbesar potesi untuk menggelincir, Dengan demikian,
pengendalian air bawah tanah sangat menentukan kemantapan badan jalan.
Bila konstruksi di lokasi ssmacam itu tidak bisa dihindari, beberapa cara yang
disarankan meliputi pembuatan benching (sengkedan) untuk mengunci timbunan
pada tanah dasar yang stabil dan sistem drainase yang baik untuk mencegah
akumulasi air permukaan maupun air bawah.
139 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 139
pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian yang secara
spesifik
140 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 140
tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah:
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang yang
disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran
kecuali bilamana:
(1) Galian yang diperluakan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat seperti yang disyaratkan , atau untuk membuang batu atau
bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan .
(2) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng atau struktur sementara
penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku ) yang sebelumnya telah
diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu,
tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan Pembayaran
harus dilaksanakan menurut Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak
akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing-masing bahan
tersebut, sesuai dengan Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi (reinstatement)
perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan
ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-
masing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan
Spesifikasi ini.
e) Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali
untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan
pembayaran akan dilaksankaan sesuai Spesifikasi ini.
f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensansi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam
harga penawaran dalam lumpsum untuk berbagai operasi pemeliharaan rutin yang
tercakup dalam Spesifikasi ini
g) Pekerjaan galian yang dilaksankan untuk memperoleh bahan konstruksi dari sumber
bahan (borrow pits) atau sumber lainnya diluar batas-batas daerah kerja tidak boleh
diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan dalam
harga satuan penawaran untuk timbunan atau bahan perkerasan.
h) Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam spesifikasi ini selain
untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama. Tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan
penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran struktur lama sesuai
dengan Spesifikasi ini.
2. Pengukuran Galian untuk Pembayaran
a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau
timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini:
(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
141 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 141
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) 1,2.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disetujui dan gamabr pekerjaan galian akhir dengan garis,
kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan
haruslah metode luas ujung rata-rata, dengan menggunakan penampang melintang
pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
b) Pekerjaan Galian yang dapat dimasukkan untuk penggukuran dan pembayaran
menurut Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian
tersebut tidak digunakan akan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.
c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor sebagai
bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi
semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber bahan
(borrow pits) tidak akan dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang-bidang sebagai berikut:
(1). Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian
tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan
sifatnya.
(2). Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3). Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi. Pengukuran volume
tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuaraikan di atas sebagai
pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
e) Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan
Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan
dibuang.
f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak melebihi 5 km
harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dam kubik meter bahan
yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai lokasi pembuangan.
3. Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk
penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.
Bilamana penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam mata
Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan harga, maka pekerjaan ini
akan
142 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 142
dibayar menurut Harga Penawaran dalam lumpsum sesuai dengan ketentuan berikut
ini; pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan
setiap dan semua penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water
control), dan operasi-operasi lainnya yang diperluakan untuk diterimanya penyelesaian
galian yang termasuk dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang
ditentukan.
143 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 143
Pekerjaan.
(c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang
oleh Kontraktor untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-
gorong, drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk
pembayaran dalam Seksi ini, dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang
telah termasuk dalam harga satuan penawaran untuk bahan
yang bersangkutan, sebagaiman disyaratkan menurut Seksi lain dari
Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan yang diperlukan untuk
mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur dan dibayar
menurut Seksi ini.
(d) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak
Pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai,
atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam
pengukuran timbunan.
(e) Drainase porous akan diukur sesuai Spesifikasi ini dan tidak akan
termasuk dalam pengukuran dari Seksi ini.
2. Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak amgkut berapapun
yang diperlukan, harus dibayar untuk persatuan pengukuran dari masing-masing harga
yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar
di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian
bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana
mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
144 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 4 : Pekerjaan Tanah 144
BAB 5
PEKERJAAN
PERKERASAN
BERBUTIR
5.1 Umum
Pekerjaan perkerasan berbutir atau lapis pondasi agregat adalah sebagian dari struktur
perkerasan jalan yang terletak diantara badan jalan dan lapis permukaan, terbuat dari
material agregat bergradasi baik dan punya sifat-sifat sesuai spec.
Sebagai penyumbang kekuatan terbesar dalam memikul beban lalu lintas, lapis pondasi
agregat harus benar-benar kokoh dan memiliki stabilitas tinggi.
140 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
140
Agregat halus yang lolos ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan
No. 200
141 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
141
tidak boleh lebih besar dua per tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.
40.
5. Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang
diberikan dalam Tabel 4.2.1 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam
6. Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan
di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan
menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran
yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
142 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
142
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi
20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
3. Pemadatan
a) Segera setelah pencapuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda
karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja
dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis
Pondasi Agregat.
c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan
olehkepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan
oleh SNI03-1743-1989, Metode D.
d) Operasi penggilasan harus diraulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian
yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang
rend all dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin
gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui.
4. Pengujian
a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, namun
harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan ,minimum pada
tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk
mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan
tersebut.
b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang
diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode
produksinya.
c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan. untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
143 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
143
bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5
(lima)
144 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
144
pengujian indeks plastisitas, 5 (lima) pengujian gradasi partikel, dan 1 (satu)
penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-
1989, Metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh
Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
5.2.2 Pemilihan Sumber Daya (Manusia, Material Dan Alat) Pekerjaan Perkerasan
Berbutir.
Untuk sub sub bab ini, material pelatihan dapat dilihat pada sub sub bab 4.4.2 pada modul
pelatihan pekerjaan drainase
Contoh
Pedoman survei lapangan
Pedoman ini diperlukan supaya dalam pelaksanaan survei lapangan dapat dilaksanakan dan
mendapatkan hasil yang optimal.
Pada peninjauan lapangan dapat dibedakan dari jenis proyek antara lain :
• Irigasi
• Jembatan
• Jalan
A. Data umum survei lapangan
1. Nama proyek : ....................................................
2. Keadaan site :
- Rata / bergelombang
- Banyak pepohonan
- Ditumbuhi belukar
- Berbukit-bukit
- Rawa
- Bebas tumpukan barang
145 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
145
3. Jalan masuk ke site :
- Ada / belum ada
- Perlu diperkuat / diperlebar bila dilalui alat berat
- Berapa panjang jalan
- Berapa volume jalan yang perlu diperbaiki
- Perlu diketahui kelas jalan
4. Lapangan kerja, apakah cukup luas untuk menampung :
- Kantor sementara direksi / kontraktor
- Gudang / barak kerja
- Workshop untuk equipment
- Fabrikasi steel structure, tiang pancang dsb
5. Sumber air kerja :
- Disediakan atau tidak
- Membuat sumur
- Menggunakan air sungai
- Menggunakan pam
- Jarak sumber air kerja
6. Listrik :
- Menggunakan fasilitas pln
- Mengusahakan sendiri (genset)
7. Tenaga kerja :
- Didapat dari daerah sekitar job site
- Mendatangkan dari luar
- Akomodasi yang diperlukan
- Perlu ijin khusus / tidak
- Perlu biaya khusus untuk ijin / tidak
8. Keadaan cuaca di site :
- Terang / kadang-kadang hujan / hujan terus-menerus
- Diperlukan data curah hujan dari badan meteorologi dan geofisika setempat.
9. Data penyelidikan tanah (sondir, boring log dsb) :
- Jika tidak disertakan dalam kontrak, perlu ditanyakan ke konsultan
- Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali / yang terlihat dari luar (batu,tanah
keras, dsb).
- Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah).
10. Quarry / borrow area :
- Disediakan atau mencari sendiri
- Jika disediakan, apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan test)
- Ada berapa quarry / borrow area
146 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
146
- Lokasi quarry ( gunung / sungai / tanah datar / belukar )
- Jenis batuan / pasir / tanah timbun
- Jalan menuju quarry / borrow area ( ada, membuat baru, perlu diperbaiki perlu
diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang
sudah ada) dan lain-lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
- Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
11. Survei harga bahan lokal :
- Ada / tidak pabrik kayu balok, papan, plywood
- Pembayaran untuk kayu (kontan / tidak)
- Harga bahan / kayu loco di pabrik / di lokasi proyek
- Harga pasir, batu, split, tanah urug di lokasi pengambilan dan sampai dengan di
lokasi proyek berapa
- Harga material pada waktu musim hujan berbeda / tidak
- Lokasi borrow area ( gunung / sungai / tanah datar / belukar)
- Jarak ke site
- Jenis batuan
- Jalan menuju borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar,
perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang sudah ada)
dan lain-lain.
• Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
• Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
• Biaya retribusi material (royalti) per m3
• Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
• Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
12. Disposal area
- Disediakan / tidak
- Kondisi disposal area
- Jarak dari job site
- Kondisi jalan menuju site
13. Penggunaan alat berat :
- Ada tidaknya peralatan yang disewakan di sekitar lokasi (data alat / biaya sewa)
- Galian ( bulldozer / hydraulic Excavator / dragline )
- Pengecoran beton ( beton mollen / batching plant / truck mixer ) dan alat bantu
147 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
147
pengecoran ( mobile crane / concrete pump )
14. Mobilisasi :
- Jarak pelabuhan untuk menurunkan alat berat dan bahan bangunan dan job site
- Fasilitas pelabuhan ( demaga / crane / tonage / gudang )
- Perlu menghubungi emkl setempat (untuk biaya penyewaan)
- Jika fasilitas pelabuhan tidak ada perlu disurvei kemungkinan penurunan dan
pengangkutan dengan LCT (landing craft tank) dan lst (landing ship tank)
15. Lokasi penempatan alat :
- Ada tidaknya dudukan alat
- Perlu / tidak alat bantu untuk mencapai lokasi
16. Kondisi sosial lingkungan proyek :
- Perlu / tidak adanya pendekatan khusus.
- Perlu tidaknya tambahan keamanan lingkungan berupa pos kepolisian atau militer
17. Pemotretan perlu dilakukan untuk bagian site yang penting termasuk :
- Jalan masuk
- Jalan dari pelabuhan ke site
- Jembatan kritis yang perlu diperkuat
- Fasilitas pelabuhan dan lain-lain
18. Sarana kesehatan :
- Ada tidaknya rumah sakit, puskesmas yang terdekat dari lokasi proyek
Proyek jembatan
1. Jembatan sementara / lama :
- perlu / tidaknya jembatan sementara (bailley / kayu, dsb )
- perlu / tidaknya pembebasan (rumah penduduk, pohon-pohon, tanaman dll)
- perlu / tidaknya pembongkaran jembatan lama ( sebagian / seluruhnya)
2. Kondisi sungai:
- tinggi air maksimum
- tinggi air normal
- tinggi air minimum
- dasar sungai, apakah batu / pasir / lumpur
- tebing sungai terjal / landai
- jenis tanah tebing sungai
- kecepatan / kekuatan arus sungai
- dasar sungai landai / terjal
- bila ada pengaruh pasang surut laut berapa tinggi air pasang surut pada kurun waktu
tertentu
- bagaimana kondisi pengendapan dan penggerusan tebing
148 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
148
3. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
4. Metode pelaksanaan :
- perlu atau tidaknya penyimpangan aliran sungai.
- perlu tidak pengeringan.
- perlu atau tidaknya pembuatan kistdam berat / ringan (Sheet Pile / batang kelapa/
dolken)
- perlu atau tidaknya steiger werk (perancah )
5. Galian abutment / pier :
- apakah menggunakan tenaga manusia / alat berat
6. Pekerjaan beton :
- alat pengecoran serta alat bantu pengecoran yang digunakan
- alat untuk mengangkat balok prestressed (crane / launching) Proyek jalan
Proyek Jalan
1. Keadaan site :
- untuk proyek jalan baru (rata, bergelombang, berbukit, rawa)
- untuk proyek perbaikan jalan (ramai / sepi oleh kendaraan, rusak berat / ringan)
2. Fasilitas alat-alat berat :
- ada / tidaknya alat berat yang dapat di sewa di sekitar site
3. Lokasi alat-alat berat :
- penempatan stone crusher
- penempatan Asphalt mixing plant (dikaitkan dengan lokasi stone crusher dan tempat
pergelaran hotmix)
4. Lokasi keet :
- penempatan keet induk dan keet tambahan direncanakan seefisien mungkin
- jumlah keet yang dibutuhkan se efisien mungkin
5. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
6. Sub kontraktor :
- daftar sub kontraktor setempat untuk jenis pekerjaan tertentu
Proyek jalan
1. Keadaan site :
149 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
149
- untuk proyek jalan baru (rata, bergelombang, berbukit, rawa)
- untuk proyek perbaikan jalan (ramai / sepi oleh kendaraan, rusak berat / ringan)
2. Fasilitas alat-alat berat :
- ada / tidaknya alat berat yang dapat di sewa di sekitar site
3. Lokasi alat-alat berat :
- penempatan stone crusher
- penempatan Asphalt mixing plant (dikaitkan dengan lokasi stone crusher dan tempat
pergelaran hotmix)
4. Lokasi keet :
- penempatan keet induk dan keet tambahan direncanakan seefisien mungkin
- jumlah keet yang dibutuhkan se efisien mungkin
5. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
6. Sub kontraktor :
- daftar sub kontraktor setempat untuk jenis pekerjaan tertentu
Catatan :
Untuk pekerjaan perkerasan berbutir, survei meliputi klasifikasi batuan, jarak tempuh
pengangkutan material borrow dan disposal area serta lingkungan sekitarnya. Ditambah
dengan survei jalan kerja dan curah hujan / cuaca.
150 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
150
d. Komposisi alat (singkat / produktivitas alatnya)
e. Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan pelaksanaan
2. Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
3. Uraian pelaksanaan pekerjaan.
4. Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek(urutan secara
global). Contoh-contoh metode pelaksanan seluruh pekerjaan saluran irigasi dapat
dilihat pada modul pelaksanaan pekerjaan saluran irigasi Bab IV, sub bab 4.3. Mengatur
Pelaksanaan Pekerjaan di Lapangan.
5. Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan yang perlu penjelasan
lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting atau pekerjaan yang
jarang ada, atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume
kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian
singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa
gambar
/ sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan
6. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan konstruksi
dan jadwal kebutuhan peralatan
7. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan
pekerja)
8. Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material
9. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan
yang diperlukan
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik
10. Memenuhi syarat teknis
a. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas memenuhi informasi
yang dibutuhkan
b. Bisa dilaksanakan dan efektif
c. Aman untuk dilaksanakan
1) Terhadap bangunan yang akan dibangun
2) Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan
3) Terhadap bangunan lainnya
4) Terhadap lingkungan sekitarnya
d. Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik yang
berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi tonase tertentu, memenuhi
mutu tegangan ijin tertentu dan telah memenuhi hasil testing tertentu.
e. Memenuhi syarat ekonomis
1) Biaya murah
2) wajar dan efisien
f. Memenuhi pertimbangan non teknis lainya
1) Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui oleh
lingkungan setempat
2) Rekomendasi dan polisi dari pemilik proyek
151 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
151
3) Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan apabila hal itu
merupakan alternatif pelaksanaan pelaksanan yang istimewa dan riskan
g. Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan
dipertimbangkan. Masalah metode pelaksanaan pekerjaan banyak sekali
variasinya, sebab tidak ada keputusan ’engineering’ yang sama persis dari dua ahli
teknik. Jadi pilihan yang terbaik yang merupakan tanggung jawab
manajemen dengan tetap mempertimbangkan engineering economies.
h. Manfaat positif construction method
1) Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas
penyelesaian pekerjaan.
2) Merupakan acuan / dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan di proyek.
3) Memperhatikan aspek lingkungan.
152 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
152
3) Penggunaan alat harus jelas jenis, tipe kapasitas, asal alat maupun jumlahnya;
4) Penggunaan material harus jelas macam, spesifikasi, ukuran, merek/asal maupun
kuantitasnya;
5) Tenaga kerja (pengawas, operator, mekanik, pekerjaan dan lain-lain) harus jelas
kualifikasi yang disyaratkan maupun jumlahnya;
6) Waktu pelaksanaan dihitung, dengan memperhitungkan hari-hari libur
resmi, prakiraan cuaca, gangguan-gangguan yang bisa terjadi dan lain-lain.
d. Untuk bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan pelaksanaanya kepada Sub Pelaksana
Konstruksi (Sub Kontraktor), metoda konstruksi yang digunakan harus dibahas bersama
Sub Pelaksana Konstruksi dan disepakati bersama metoda konstruksi yang dinilai paling
efektif bagi pelaksanaan proyek.
e. Metoda konstruksi dari bagian-bagian pekerjaan ini perlu ditinjau kembali bila terjadi
perubahan-perubahan pada keadaan lapangan maupun pada pelaksanaan pekerjaan,
sehingga selalu didapatkan metoda konstruksi yang optimal.
Site plan
Kebutuhan alat/
produktifitas Unit price :
Analisis • Ekonomis
Method Kebutuhan tenaga kerja
harga satuan • Wajar
Kebutuhan material
Urutan tahapan pekerjaan • Efisien
Sketsa penjelasan
Sesuai spec
efisien dan ekonomis
alternatife terbaik
Catatan :
Perlu diketahui bahwa pertanggungan jawab pembuatan metoda pelaksanaan adalah kepala
proyek. Pelaksana hanya memberikan data-data lapangan yang penting. Begitu juga
perhitungan analisa harga satuan.
Tetapi dalam hal ini, semua staf inti proyek termasuk pelaksana lapangan harus mengetahui
maksud dan tujuan pembuatan metoda pelaksanaan, cara pembuatan dan mempelajari
dengan cermat dan teliti metoda pelaksanaan setiap item pekerjaan, untuk pedoman
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Berikut adalah contoh dari metoda pelaksanaan pekerjaan tanah :
PEKERJAAN JALAN
Item pekerjaan perbaikan dan pembuatan jalan masuk terdiri dari:
1. Timbunan Tanah
2. Lapisan Agregrat B, tebal 25 cm, CBR 50 %
153 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
153
3. Lapisan Agregat A, tebal 15 cm, CBR 70 %
4. Lapisan Asphalt Treatment Base (ATB), tebal 5 cm 6. Lapisan HRS, tebal 3 cm
Uraian tahap-tahap pekerjaan dari item-item pekerjaan di atas dijelaskan berikut
ini: a. Lapisan Aggregat B
Pelaksanaan:
1) Lapisan Base B adalah merupakan lapisan pondasi.
2) Material yang digunakan berupa batu pecah (batu gunung/ batu kali) dengan
gradasi yang telah ditentukan.
3) Dilakukan penyusunan batu-batu pecah sesuai elevasi rencana.
4) Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penghamparan dan pemadatan material sub
base course diatas tanah timbunan yang telah selesai.
5) Material sub base course terdiri dari pecahan batu atau pecahan batu kerikil yang
telah lolos dalam pengujian gradasi dengan ayakan yang telah ditentukan
6) Setelah persiapan permukaan tanah selesai, marking untuk pekerjaan sub base
course harus dipasang dengan acuan center line pada timbunan tanggul
yang sudah ada.
7) Material disupply dengan memakai dump truck dan didrop serta dilevelling h)
Penempatan material harus dimulai dari titik yang disetujui Direksi
8) Setelah dilevelling dan dicek elevasi, kemudian dipadatkan dengan menggunakan
compactor / vibro roller yang mana sebelumnya telah dilaksanakan trial
compaction. Sewaktu pemadatan dilaksanakan, kadar air harus dijaga dalam
kondisi optimum. Pemadatan oleh vibro roller harus overlapping selebar 20 cm
antar area pemadatan. Tebal pemadatan jadi adalah 25 cm, dengan tingkat
kepadatan CBR 50 %.
9) Ketika dibutuhkan lebih dari satu lapisan, setiap lapisan harus dibentuk dan
dipadatkan sebelum lapisan berikutnya dikerjakan.
b. Lapisan Aggregat A
Pelaksanaan:
1) Lapisan BaseA adalah merupakan lapisan pondasi.
2) Dilakukan penghamparan batu-batu pecah sesuai elevasi rencana.
3) Setelah Lapisan Base B dipasang sesui elevasi dan ketebalan yang direncanakan
kemudian dihampar Lapisan Base A. Lapisan Base B bergradasi lebih kasar
dibanding gradasi Lapisan Base A, Lapisan Base A merupakan material pengunci
Lapisan Base B.
4) Setelah Lapisan Base B dan Lapisan BaseA terpasang dilanjutkan dengan pekerjaan
pemadatan.
5) Base course dihamparkan dan dipadatkan diantara sub base course dan lapis
permukaan aspal, tebalnya = 15cm setelah dipadatkan, dengan tingkat kepadatan
70 % CBR.
6) Material Base course terdiri dari pecahan batu atau pecahan batu kerikil yang telah
lolos dalam pengujian gradasi dengan ayakan yang telah ditentukan
7) Setelah persiapan permukaan sub base course selesai, maka marking untuk
154 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
154
pekerjaan Base course harus dipasang dengan acuan center line pada lapisan
sub base yang sudah ada.
8) Material disupply dengan memakai dump truck dan didrop serta dilevelling i)
Penempatan material harus dimulai dari titik yang disetujui Direksi
9) Setelah dilevelling dan dicek elevasi, kemudian dipadatkan dengan menggunakan
compactor / vibro roller yang mana sebelumnya telah dilaksanakan trial compaction.
Sewaktu pemadatan dilaksanakan, kadar air harus dijaga dalam kondisi optimum.
Pemadatan oleh vibro roller dibuat dengan metode makadam, yaitu dengan
membagi menjadi 2 (dua) lapisan, dengan ketebalan masing-masing 7.5 cm
setelah dipadatkan. Ketebalam maksimum setelah dipadatkan 15 cm.
Pemadatan oleh vibro roller harus overlapping selebar 20 cm antar area
pemadatan.
10) Ketika dibutuhkan lebih dari satu lapisan, setiap lapisan harus dibentuk dan
dipadatkan sebelum lapisan berikutnya dikerjakan.
155 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
155
biasa, pengendalian mutu dan pengendalian waktu dapat dilaksanakan dengan baik.
156 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
156
2. Jadwal Kerja
Untuk sub sub bab ini, materi pelatihan dapat dilihat pada sub sub bab pada modul
pelatihan pekerjaan drainase.
157 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
157
Peralatan :
1. Excavator 0,7 m3 ……unit
2. Dump truk 5 m3 ……unit
3. Motor grader ……unit
4. Vibro compactor ……unit
5. Water tank truck ……unit
158 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
158
selebar
e) 15 cm antar area pemadatan. Untuk menjaga kekurangan kadar air
Aggregat, dilakukan dengan cara penyiraman air dari truck Tangki air.
f) Lapis Pondasi Aggregat kelas B digunakan sebagai lapis pondasi bawah
pada badan Jalan
Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga dan alat yang output-
nya berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi.
Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas (atau volume) :
1) Pekerjaan galian (m3)
2) Pekerjaan timbunan (m3)
3) Pekerjaan pemasangan beton (m3)
4) Pekerjaan pemasangan formwork (m2)
5) Pekerjaan penulangan beton (kg)
6) Pekerjaan dinding bata (m2)
7) Pekerjaan plesteran, lantai, plafond dan seterusnya.
Sedang input-nya dalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk
operatornya). Bila tenaga atau alat bekerja secara individual,makaprodduktivitas
yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga atau alat bekerja secara
159 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
159
kelompok, maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas kelompok.
Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari anggota
kelompok.
A. Waste
Tingkat waste juga berkaitan dengan kemampuan mandor / sub kontraktor dalam
mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang kecil, perlu
diketahui
/ dipahami hal-hal sebagai berikut :
a. Pengertian waste
Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan yang tidak
menambah nilai suatu pekerjaan. Waste, hampir selalu ada, apapun penyebabnya.
Oleh karena itu, upaya / program yang realistik adalah menekan waste serendah
mungkin.
b. Jenis waste
Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu jenis
material dan waste campuran, yaitu yang menyangkut material campuran.
Material campuran seperti beton, hot mix dan lain-lain, berasal juga dari raw material
(bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda yaitu waste individu untuk
bahan bakunya dan waste campuran setelah jadi material campuran. Hal ini perlu
mendapat perhatian khusus.
c. Penyebab waste material
Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk disini dimensi
struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan dalam gambar.
2. Masa tunggu / idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum waktu yang
diperlukan.
3. Masalah akibat transportasi / angkutan, baik yang di luar lokasi (site) maupun
transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk material lepas seperti pasir,
batu pecah dan lain-lain.
4. Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari persyaratan. Misal,
diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton K 450, sehingga mungkin terjadi
waste untuk semen.
160 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
160
5. Persediaan (stok) yang berlebihan.
6. Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk disini material/
produk yang ditolak (reject).
7. Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat penyusutan.
B. Pengendalian Mutu
a. Pelaksanaan uji mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas laboratorium
b. Pelaksana lapangan harus mengetahui test laboratorium, apa saja yang harus
dilaksanakan petugas lab untuk setiap item pekerjaan tertentu.
c. Begitu test laboratorium selesai dikerjakan dan diketahui hasilnya maka
pelaksana lapangan harus segera meminta hasil test lab dari petugas lab.
d. Apabila ternyata hasil test lab kurang atau tidak memenuhi syarat, pekerjaan tidak
bisa dimulai atau kalau sudah dimulai secepatnya harus dihentikan.
e. Apabila pekerjaan sudah jadi dan ternyata tidak memenuhi syarat maka segera
harus dilakukan perbaikan.
Untuk pekerjaan perkerasan berbutir, persyaratan mutu yang penting adalah sebagai
berikut :
1. Test CBR lapangan (Proving ring) setiap titik mewakili 350 m2
2. Proof rolling (test membal memakai dump truck bermuatan penuh).
Untuk pekerjaan perkerasan berbutir, persyaratan mutu yang penting adalah sebagai
berikut :
1. Test CBR Lapangan (Proving ring)
2. Density lapangan (sand cone)
3. Proof & Rolling (test membal memakai dump truck bermuatan penuh)
C. Pengendalian Waktu
Untuk pengendalian waktu dilapangan, pelaksana lapangan harus membuat schedule
harian / mingguan sebagai pedoman waktu pelaksanaan untuk mandor / sub kontraktor.
Selain hal tersebut, pelaksana lapangan harus memahami dan memeriksa schedule
pengadaan alat, material dan tenaga kerja.Apabila terjadi penyimpangan, maka perlu
dilakukan tindakan/action agar waktupelaksanaan sesuai target yang telah ditetapkan.
Target waktu penyelesaian suatu item pekerjaan harus selalu di update dan direvisi
sehingga deadline suatu penyelesaian pekerjaan sudah sesuai target yang ditetapkan.
161 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
161
bisa diubah tapi nenimbulkan harga naik
d. Bentuk batu banyak yang pipih sulit dipadatkan, batu pecah bentuk jagung
e. (cubical) masih mahal
f. Batu pecah tangan cenderung tidak punya butir halus, sulit mencapai gradasi yang
disyaratkan.
162 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
162
Perbaikan Kesalahan
1. Daerah dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memuaskan toleransi
yang disyaratkan, atau yang permukaanrya berkembang menjadi tidak rata baik
selama konstruksi atau setelah konstruksi, harus diperbaiki dengan menggaru
permukaan dan membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan, yang
selanjutnya dibentuk kembali dan dipadatkan kembali.
2. Pondasi agregat yang terialu kering untuk pemadatan dalam hal batas kedap airnya
seperti yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi harus diperbaiki
dengan menggaru material tersebut yang dilanjutkan dengan penyiramansejumlah
air yang cukup dan mencampurnyadengan menggunakan “Grade” atau peralatan
lainnya yang disetujui
3. Pondasi agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang ditetapkan dalam
batas kedap air yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi harus
diperbaiki dengan menggaru material tersebut yang dilanjutkan dengan pekerjaan
berulang-ulang dengan grader atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan selang
waktu istirahat dalam cuaca kering Atau cara lain adalah, Direksi memerintahkan
memindahkan material basah tersebut dan menggantinya dengan material kering
yang memenuhi,
4. Pondasi agregat yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena sebab
lainnya setelah terpadatkan dengan memuaskan dengan persyaratan ini, biasanya
tidak akan memerlukan perbaikan asalkan sifat material dan kesatuan dari
permukaan memenuhi kebutuhan dipersyaratkan ini
5. Perbaikan dan pondasi agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat material
yang dibutuhkan dalam persaratan ini harus seperti yangdiperintahkanoleh
Direksi dan dapat meliputi pemadatan tambahan. penggaruan yang
dilanjutkan oleh pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, pemindahan
dan penggantian material atau penggunaan tebal tambahan dan material.
163 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
163
sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
didasarkan atas penampang melintang yang ditunjukkan pada Gambar bila
tebal yang diperlukan merata, dan pada penampang melintang yang disetujui
Direksi Pekerjaan bila tebal yang diperlukan tidak merata, dan panjangnya
diukur secara mendatar sepanjang sumbu jalan.
b. Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang baru atau perkerasan
lama dan bahu jalan lama dimana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar tidak
diukur atau dibayar menurut Seksi ini, tetapi harus dibayar terpisah dari harga
penawaran yang sesuai untuk Penyiapan Badan Jalan dan Pengembalian
Kondisi Perkerasan Lama atau Bahu Jalan yang ada menurut spesifikasi ini.
2. Pengukuran
Bilamana perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan
telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan , kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar seandainya pekerjaan semula
tidak diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan untuk
pekerjaan tambahan tersebut atau juga kuantitas yang diperlukan untuk
pekerjaan perbaikan tersebut. Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan sebeium pemadatan, tidak ada pembayaran tambahan
yang dilakukan untuk penambahan air atau pengeringan bahan atau untuk
pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk mendapatkan kadar air yang memenuhi
ketentuan.
3. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar pada Harga
Satuan. Kontrak per satuan. pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran
yang terdaftar di bawah ini dan termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang
harga serta pembayaranya harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, pemeliharaan
permukaan akibat dilewati oleh lalu lintas, dan semua biaya lain-lain yang diperlukan
atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam Seksi ini.
164 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 5 : Pekerjaan Perkerasan Berbutir
164
BAB 6
PEKERJAAN
PERKERASAN
ASPAL
6.1 Umum
Pekerjaan Perkerasan Aspal meliputi pembuatan hotmix di lokasi AMP, transport,
penghamparan dan pemadatan di lokasi pekerjaan.Bahan hotmix terdiri dari aspal dan
agregat. Aspal harus memenuhi spec yang disyaratkan, sedangkan agregat terutama
menyangkut gradasinya. Pelaksana pekerjaan didahului dengan pembuatan jobmix
formula, di mana ditetapkan presentasi aspal yang dipakai, jumlah dan gradasi agregat
yang dipakai dan standar stabilitas yang harus dicapai.Dilanjutkan dengan persyaratan
mengenai transport material hotmix, penghamparan dan pemadatan dilapangan.
164 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
164
5.
6.
165 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
165
telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang
telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan sapu.
7. Untuk pelaksanaan Lapis Resap pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, bermosaik agregat kasar dan
halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.
8. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah
disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Catatan:
takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang permukaan yang terjal. Lereng
melintang yang besar atau permukaan yang tidak rata.
166 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
166
Tabel 6.2.2 Suhu Penyemprotan
Catatan:
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksankan bila memanaskan setiap aspal cair.
c. Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang- ulang pada
temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menrut pendapat Direksi
Pekerjaan, yang telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus
diganti atas biaya Kontraktor.
Pelaksanaan Penyemprotan.
a. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus
diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang
disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
b. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprot
dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika
penyemprotan dengan distributor tidak lagi praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai dengan grafik penyemprotan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot
dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan
selama pelaksanaan penyemprotan.
c. Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau
setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20
cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20
cm ini hars dibiarkan terbuka dan tidak boeh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai
lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah dilaksanakan. Demikian pula
lebar yang telah disemprot harus lebiih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hak
ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan
dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
d. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang
cukupkedap.Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas
bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan
167 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
167
benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan
disemprot dengan demikian kecepaan lajurnya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan
kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
e. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen
dari apasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam
sistem penyemprotan.
f. Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera
diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
g. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan,
harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang
yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang
lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel.
Takaran pemakain rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan menurut Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini:
Toleransi takaran pemakaian =
Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sbelum lintasan penyemprotan
berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan
berikutnya.
h. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan
peralatan semprot pada saat beroperasi.
i. Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal
yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus
diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu
dari karet.
j. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang
menunjukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan
penyerap (blotter material) yang memenuhi Spesifikasi ini sebelum penghamparan
lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam
setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat.
k. Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur
kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir
sama dengan kadar di sekitarnya.
168 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
168
menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 %
kapasitas intalasi pencampuran.
b. Penyiapan Bahan Aspal
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140°C sampai160°C di
dalam suatu tangki yang dirancang sedemiki an rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat
pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat.
Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat
30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat
pencampur.
c. Penyiapan Agregat
1) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui
pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra- pencampuran agregat
dari berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan.
Agregat untuk campuran aspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan ke daam alat pencampur. Nyala api yang
terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat
agar dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
2) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus
kering dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang
yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 15°C di atas
temperatur bahan aspal.
3) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan
pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung
kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak
boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam
penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar
pengendalian kadar filler dapat dijamin.
d. Penyiapan Pencampuran
1) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi rumus perbandingan campuran. Proporsi takaran ini
harus harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh
yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi
campuran dimulaidan padaintervalwaktutertentu sesudahnya, sebagaimana
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran.
Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, seluruh
agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah
aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan
waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan "pengujian derajat
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan prosedur
AASHTO T195:—67 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasiikan
campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti
aspal dengan merata. Waktu pencampuran yang homogen dan semua
169 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
169
butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total
harus ditetapkan oleh Direksi
170 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
170
Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal.
Untuk instalsi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang
dibutuhkan harus ditentukan dengan "pengujian derajad penyelimutan
aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan prosdur AASHTO
Tl95-67, dan paling lama 60 detik, dan dapat ditentukan dengan menyetel
ketinggian sekat baja dalam alat pencampur.
2) Temperatur campuran aspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus
dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam tabel 6.3.5.(1). Tidak
ada campuran aspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur
pencampran maksimum yang disyaratkan.
e. Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan
1) Campuran aspal harus diserahkan ke alat penghamparan dengan
temperatur dalam rentang absolut ditunjukkan dalam Tabel 6.2.3.
SUHU CAMPURAN
NO PROSEDUR PELAKSANAAN VISKOSITAS ASPAL (PA.S)
ASPAL (°C) Pen. 60/70
1. Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1
2. Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1
3. Suhu pencampuran maks. Di AMP Tidak diperlukan 165
Pencampuran, rentang temperature
4. 0,2 – 0,5 145 – 155
sasaran
Menuangkan campuran aspal dari alat
5. 0,5 – 1,0 135 – 150
pencampur ke dalam truk
6. Pemasokan ke alat penghampar 0,5 – 1,0 130 – 150
7. Penggilasan awal (roda baja) 1–2 125 – 145
8. Penggilasan ke dua (roda karet) 2 – 20 100 – 125
9. Penggilasan akhir (roda baja) <20 >95
Catatan :
1) Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau memerintahkan setiap perubahan yang
dianggap perlu terhadap rentang suhu yang diberikan dalam tabel di atas, berdasarkan
data pengujian viskolitas aspal yang dipakai, untuk menjamin agar rentang viskositas
yang disyaratkan terpenuhi. Dengan demikian kriteria batas-batas viskositas inilah yang
diatur dalam Spesifikasi ini, bukan kriteria suhu.
2) Bilamana campuran aspal sulit dipadatkan (retak atau sungkur) temperatur campuran
harus diturunkan lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel ini. Hal ini terjadi
sehubungan dengan jenis campuran aspal yang berbeda (terlalu halus, atau kadar
pasir terlalu tinggi).
3) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang dan setiap muatan harus dicatat
berat kotor, berat kosong dan berat neto. Muatan campuran aspal tidak boleh dikirim
171 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
171
terlalu sore agar penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih
terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Penghamparan Campuran
1. Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
a. Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam
kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama
telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan
lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya
dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan lain yang
disetujui oleh Direksi pekerjaan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi
terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam
campuran yang tidak memadai, sebagaimana yang ditunjukkan dengan
adanyakelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan
bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan
ke bawah samapi diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi setelah
diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis
pondasi agregat.
b. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini.
Acuan Tepi
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan serta
ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
172 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
172
harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah
diemukan dan diperbaiki.
Penambalan tempat-tempat yang mengalami segregasi, koyakan atau alur dengan
menaburkan bahan halus dari campuran aspal dan diratakan kembali sebelum
penggilasan sedapat mungkin harus dihindari. Butiran kasar tidak boleh ditaburkan
di atas permukaan yang dihampar dengan rapi.
7. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
8. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk
setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur yang satu
dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
Pemadatan
1. Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa clan ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur
campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan
penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada
Tabel 6.2.3.
2. Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini:
Catatan:
Perkiraan waktu di atas hanyalah pedoman kasar. Bagaimanapun juga
aplikasi penggilasan harus berdasarkan viskositas aspal yang ditentukan dalam
tabel 6.2.3.
3. Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda
baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal harus dioperasikan
dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan
harus menerima minimum dua lintasan penggilasan awal.
4. Penggilasan kedua atau utama harus dilaksankan dengan alat pemadat roda karet
sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan akliir atau penyelesaian
harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
5. Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan keebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan
campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk
menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus
dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.
173 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
173
6. Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemdian dari
174 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
174
tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berrutan
menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai
dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan hars saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan
lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter
dari lintasan sebelumnya.
7. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat tnuk penggilasan awal
harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga
tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi sambungan
yang belum dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang berurutan harus
dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit
melewatisambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi.
8. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/
jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis,kecepatan dan arah penggilasan tidak
boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya
campuran aspal.
9. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secar terus menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam kondisi
mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat
dihilangkan.
10. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang
baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersbeut dingin.
11. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
tersebut dingin.
12. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alsan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan
oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan
dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Kontraktor atas perkerasan yang
terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaan perbaikan ini menjadi beban
Kontraktor.
13. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang
dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran aspal
padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak
dalam bentuk apapu, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang
baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-
tempat tertentu dari campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar
sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran aspal
terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau
kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat,
tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang
keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
14. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahanyang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dibuang oleh Kontraktor di
175 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
175
luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan
1. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris yang
lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan
pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas. Sambungan
melintang harus lurus dan dihampar secara bertangga dengan penggeseran jarak
minimum 25 cm.
2. Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah
dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah
dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah
dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan
permukaan lama dan baru hatus diberikan sesaat sebelum campuran aspal dihampar
di sebelah campuran aspal yan telah digilas sebelumnya.
Contoh
Pedoman survei lapangan
Pedoman ini diperlukan supaya dalam pelaksanaan survei lapangan dapat dilaksanakan dan
mendapatkan hasil yang optimal.
Pada peninjauan lapangan dapat dibedakan dari jenis proyek antara lain :
• Irigasi
• Jembatan
• Jalan
A. Data umum survei lapangan
1. Nama proyek : ....................................................
2. Keadaan site :
176 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
176
- Rata / bergelombang
- Banyak pepohonan
- Ditumbuhi belukar
- Berbukit-bukit
- Rawa
- Bebas tumpukan barang
3. Jalan masuk ke site :
- Ada / belum ada
- Perlu diperkuat / diperlebar bila dilalui alat berat
- Berapa panjang jalan
- Berapa volume jalan yang perlu diperbaiki
- Perlu diketahui kelas jalan
4. Lapangan kerja, apakah cukup luas untuk menampung :
- Kantor sementara direksi / kontraktor
- Gudang / barak kerja
- Workshop untuk equipment
- Fabrikasi steel structure, tiang pancang dsb
5. Sumber air kerja :
- Disediakan atau tidak
- Membuat sumur
- Menggunakan air sungai
- Menggunakan pam
- Jarak sumber air kerja
6. Listrik :
- Menggunakan fasilitas PLN
- Mengusahakan sendiri (genset)
7. Tenaga kerja :
- Didapat dari daerah sekitar job site
- Mendatangkan dari luar
- Akomodasi yang diperlukan
- Perlu ijin khusus / tidak
- Perlu biaya khusus untuk ijin / tidak
8. Keadaan cuaca di site :
- Terang / kadang-kadang hujan / hujan terus-menerus
- Diperlukan data curah hujan dari badan meteorologi dan geofisika setempat.
9. Data penyelidikan tanah (sondir, boring log dsb) :
- Jika tidak disertakan dalam kontrak, perlu ditanyakan ke konsultan
- Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali / yang terlihat dari luar (batu,tanah keras,
177 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
177
dsb).
- Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah).
10. Quarry / borrow area :
- Disediakan atau mencari sendiri
- Jika disediakan, apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan test)
- Ada berapa quarry / borrow area
- Lokasi quarry ( gunung / sungai / tanah datar / belukar )
- Jenis batuan / pasir / tanah timbun
- Jalan menuju quarry / borrow area ( ada, membuat baru, perlu diperbaiki perlu
diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang
sudah ada) dan lain-lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
- Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
11. Survei harga bahan lokal :
- Ada / tidak pabrik kayu balok, papan, plywood
- Pembayaran untuk kayu (kontan / tidak)
- Harga bahan / kayu loco di pabrik / di lokasi proyek
- Harga pasir, batu, split, tanah urug di lokasi pengambilan dan sampai dengan di
lokasi proyek berapa
- Harga material pada waktu musim hujan berbeda / tidak
- Lokasi borrow area ( gunung / sungai / tanah datar / belukar)
- Jarak ke site
- Jenis batuan
- Jalan menuju borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar, perlu
membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang sudah ada) dan lain-
lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
- Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
12. Disposal area
- Disediakan / tidak
- Kondisi disposal area
178 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
178
- Jarak dari job site
- Kondisi jalan menuju site
13. Penggunaan alat berat :
- Ada tidaknya peralatan yang disewakan di sekitar lokasi (data alat / biaya sewa)
- Galian (bulldozer / hydraulic Excavator / dragline)
- Pengecoran beton (beton mollen / batching plant / truck mixer) dan alat
bantu pengecoran (mobile crane / concrete pump)
14. Mobilisasi :
- Jarak pelabuhan untuk menurunkan alat berat dan bahan bangunan dan job site
- Fasilitas pelabuhan ( demaga / crane / tonage / gudang )
- Perlu menghubungi emkl setempat (untuk biaya penyewaan)
- Jika fasilitas pelabuhan tidak ada perlu disurvei kemungkinan penurunan dan
pengangkutan dengan LCT (Landing Craft Tank) dan LST (Landing Ship Tank)
15. Lokasi penempatan alat :
- Ada tidaknya dudukan alat
- Perlu / tidak alat bantu untuk mencapai lokasi
16. Kondisi sosial lingkungan proyek :
- Perlu / tidak adanya pendekatan khusus.
- Perlu tidaknya tambahan keamanan lingkungan berupa pos kepolisian atau militer
17. Pemotretan perlu dilakukan untuk bagian site yang penting termasuk :
- Jalan masuk
- Jalan dari pelabuhan ke site
- Jembatan kritis yang perlu diperkuat
- Fasilitas pelabuhan dan lain-lain
18. Sarana kesehatan :
- Ada tidaknya rumah sakit, puskesmas yang terdekat dari lokasi proyek
Proyek jembatan
1. Jembatan sementara / lama :
- perlu / tidaknya jembatan sementara (bailley / kayu, dsb )
- perlu / tidaknya pembebasan (rumah penduduk, pohon-pohon, tanaman dll)
- perlu / tidaknya pembongkaran jembatan lama ( sebagian / seluruhnya)
2. Kondisi sungai:
- tinggi air maksimum
- tinggi air normal
- tinggi air minimum
- dasar sungai, apakah batu / pasir / lumpur
- tebing sungai terjal / landai
179 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
179
- jenis tanah tebing sungai
- kecepatan / kekuatan arus sungai
- dasar sungai landai / terjal
- bila ada pengaruh pasang surut laut berapa tinggi air pasang surut pada kurun
waktu tertentu
- bagaimana kondisi pengendapan dan penggerusan tebing
3. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
- kekerasan dari batuan
4. Metode pelaksanaan :
- perlu atau tidaknya penyimpangan aliran sungai.
- perlu tidak pengeringan.
- perlu atau tidaknya pembuatan kistdam berat / ringan (sheet pile / batang kelapa /
dolken)
- perlu atau tidaknya steiger werk (perancah)
5. Galian abutment / pier :
- apakah menggunakan tenaga manusia / alat berat
6. Pekerjaan beton :
- alat pengecoran serta alat bantu pengecoran yang digunakan
- alat untuk mengangkat balok prestressed ( crane / launching ) proyek jalan
Proyek jalan
1. Keadaan site :
- untuk proyek jalan baru (rata, bergelombang, berbukit, rawa)
- untuk proyek perbaikan jalan (ramai / sepi oleh kendaraan, rusak berat / ringan)
2. Fasilitas alat-alat berat :
- ada / tidaknya alat berat yang dapat di sewa di sekitar site
3. Lokasi alat-alat berat :
- penempatan stone crusher
- penempatan Asphalt Mixing Plant(dikaitkan dengan lokasi stone crusher dan tempat
pergelaran hotmix)
4. Lokasi keet :
- penempatan keet induk dan keet tambahan direncanakan seefisien mungkin
- jumlah keet yang dibutuhkan se efisien mungkin
5. Data geologi :
- jenis batuan
- sifat batuan
180 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
180
- kekerasan dari batuan
6. Sub kontraktor :
- daftar sub kontraktor setempat untuk jenis pekerjaan tertentu
Catatan :
Untuk pekerjaan perkerasan berbutir, survei meliputi klasifikasi batuan, jarak tempuh
pengangkutan material borrow dan disposal area serta lingkungan sekitarnya. Ditambah
dengan survei jalan kerja dan curah hujan / cuaca.
181 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
181
g. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan
pekerja)
h. Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material
i. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan
yang diperlukan
182 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
182
Metoda Konstruksi / Pelaksanaan
a. Sebelum mulai menyusun metoda konstruksi yang definitife dan juga dokumen-
dokumen lainnya yang menjadi bagian dari Rencana Pelaksanaan Proyek, perlu
dilihat lebih dahulu item pekerjaan yang ada dan kuantitasnya yang akan dipakai
sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Proyek.
1. Pada Kontrak Konstruksi dengan sistim Unit Price, maka item pekerjaan dan
kuantitasnya sesuai dengan bill of quantities atau RAB.
2. Pada Kontrak Konstruksi dengan sistim Lump Sum Price, maka perlu
ditinjau kembali daftar item pekerjaan maupun kuantitasnya, sampai
didapatkan item pekerjaan dan kuantitas yang akurat.
3. Pada Kontrak Konstruksi dengan sistim “Fast Track”, dimana gambar desain
diterima secara bertahap, item pekerjaan dan kuantitasnya secara parsial
dihitung berdasarkan gambar yang telah ada. Bila gambar selanjutnya telah
ada, maka dibuat revisi dari daftar item pekerjaan dengan kuantitasnya
masing-masing.
b. Adanya perbedaan waktu antara tender / pemasukan penawaran dengan
pelaksanaan proyek, mungkin terjadi perubahan keadaan lapangan, sehingga perlu
disusun kembali metoda konstruksi yang paling optimal yang dinilai efektif untuk
dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu dicek ulang antara lain:
1 Kondisi topografi;
2 Kondisi jalan masuk;
3 Kondisi lingkungan.
c. Metoda konstruksi yang akan digunakan pada setiap bagian pekerjaan harus dapat
dipahami dengan mudah. Untuk itu metoda konstruksi harus dibuat dengan jelas,
yaitu dengan cara:
1 Urutan kegiatan dan cara melakukannya diuraikan dengan gambar-gambar dan
penjelasan yang jelas serta rinci, selain itu realistis dapat dilaksanakan;
2 Back-up perhitungan teknis dan ekonomis perlu dibuat untuk pekerjaan-
pekerjaan utama dan pekerjaan pendukungnya;
3 Penggunaan alat harus jelas jenis, tipe kapasitas, asal alat maupun jumlahnya;
4 Penggunaan material harus jelas macam, spesifikasi, ukuran, merek/asal maupun
kuantitasnya;
5 Tenaga kerja (pengawas, operator, mekanik, pekerjaan dan lain-lain) harus jelas
kualifikasi yang disyaratkan maupun jumlahnya;
6 Waktu pelaksanaan dihitung, dengan memperhitungkan hari-hari libur
resmi, prakiraan cuaca, gangguan-gangguan yang bisa terjadi dan lain-lain.
d. Untuk bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan pelaksanaanya kepada Sub
Pelaksana Konstruksi (Sub Kontraktor), metoda konstruksi yang digunakan harus
dibahas bersama Sub Pelaksana Konstruksi dan disepakati bersama metoda
konstruksi yang dinilai paling efektif bagi pelaksanaan proyek.
e. Metoda konstruksi dari bagian-bagian pekerjaan ini perlu ditinjau kembali bila
terjadi perubahan-perubahan pada keadaan lapangan maupun pada
pelaksanaan pekerjaan, sehingga selalu didapatkan metoda konstruksi yang optimal.
183 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
183
Pembuatan Metode Pelaksanaan
Site plan
Kebutuhan alat/
produktifitas Unit price :
Analisis • Ekonomis
Method Kebutuhan tenaga kerja
harga satuan • Wajar
Kebutuhan material
Urutan tahapan pekerjaan • Efisien
Sketsa penjelasan
Sesuai spec
efisien dan ekonomis
alternatife terbaik
Catatan :
Perlu diketahui bahwa pertanggungan jawab pembuatan metoda pelaksanaan adalah
kepala proyek. Pelaksana hanya memberikan data-data lapangan yang penting. Begitu
juga perhitungan analisa harga satuan.
Tetapi dalam hal ini, semua staf inti proyek termasuk pelaksana lapangan harus
mengetahui maksud dan tujuan pembuatan metoda pelaksanaan, cara pembuatan
dan mempelajari dengan cermat dan teliti metoda pelaksanaan setiap item
pekerjaan, untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Berikut adalah contoh dari metoda pelaksanaan pekerjaan tanah :
PEKERJAAN JALAN
Item pekerjaan perbaikan dan pembuatan jalan masuk terdiri dari:
a. Timbunan Tanah
b. Lapisan Agregrat B, tebal 25 cm, CBR 50 %
c. Lapisan Agregat A, tebal 15 cm, CBR 70 %
d. Lapisan Asphalt Treatment Base (ATB), tebal 5 cm 6. Lapisan HRS, tebal 3 cm
Asphalt Treatment Base (ATB)
Pelaksanaan:
1. Asphalt Treatmen Base (ATB) atau disebut juga lapisan permukaan, merupakan
lapisan struktural yang menyebarkan beban kendaraan ke lapisan pondasi.
2. Sebagai lapisan perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
3. Sebagai lapisan kedap air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap
kelapisan dibawahnya yang dapat merusak lapisan tersebut.
4. Setelah lapisan pengikat ditebar dengan merata dengan menggunakan alat
manual atau menggunakan alat asphalt sprayer, dilakukan penghamparan
material Asphalt Treatment Base, kemudian diratakan sesuai elevasi rencana.
5. Dilakukan pemadatan awal dengan menggunakan tandem roller dengan lintasan
penggilasan yang telah ditentukan.
184 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
184
6. Setelah penggilasan awal dilakukan penggilasan antara dengan menggunakan
Pneumatic Tire roller.
7. Kemudian dilakukan pemadatan akhir, pemadatan akhir dilakukan untuk
menghilangkan jejak-jejak roda ban, penggilasan dilakukan di atas titik lembek
aspal.
Lapisan HRS
Pelaksanaan
:
1. Lapisan HRS, merupakan lapisan aus yang berfungsi untuk menghindari
kerusakan pondasi jalan akibat resapan air.
2. Lapisan HRS dihampar setelah lapisan permukaan dipadatkan.
3. Suhu aspal saat pemadatan harus sesuai dengan spesifikasi, jika terlalu lembek
maka akan terjadi bleeding dan jika aspal terlalu keras maka pemadatan akan
sulit dilaksanakan, hasil pemadatan tidak sempurna jika aspal terlalu lembek dan
terlalu keras sehingga masih terdapat banyak poro-pori yang dapat
menyebabkan jalan cepat rusak.
4. Lapisan HRS juga merupakan lapisan yang memberikan kenyamanan bagi
pengendari.
5. Lapis permukaan diatas base course adalah material bitumen dan material
pengering dengan persyaratan material dan komposisi sesuai dengan
spesifikasi.
6. Sebelumnya base course sudah dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan
compressor.
7. Pekerjaan persiapan, membuat guideline disisi dan dicenterline dari rencana jalan
8. Penempatan aggregate penutup dilakukan secara manual setelah lapisan perekat
di atas base course selesai, waktu penghamparan paling lama 5 menit secara
merata. Bila ada celah harus segara ditutup.
9. Aspal yang sudah dimasak sampai dengan suhu 120°C, disiramkan secara merata
diatas permukaan lapisan peniutup. Perkiraan jumlah aspal 1 liter/ m2 bidang
siraman. Penyiraman dilakukan secara manual.
10. Kurang dari 5 menit setelah penghamparan aspal, maka lapisan pengering dari
pasir harus dihamparkan dengan menggunakan sekop.
11. Selanjutnya dilakukan pemadatan dengan menggunakan macadam roller.
185 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
185
Lapis pengikat dihamparkan di atas lapisan aspal maupun beton yang sudah
dibersihkan dari kotoran, material lepas maupun debu. Pembersihan permukaan
aspal
186 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
186
maupun beton menggunakan sapu dan Air Compressor. Lapis pengikat dihampar
menggunakan Alat Penyemprot Aspal (Asphalt sprayer).
187 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
187
Penggilasan Laston terdiri dari tiga operasi yaitu: pemadatan awal, pemadatan antara
dan pemadatan akhir.
Penggilasan awal dilakukan dengan alat pemadat roda baja (tandem roller). Penggilasan
kedua dilaksanakan menggunakan penggilas roda karet (tire roller). Penggilasan
kedua dilaksanakansedekat mungkin dengan penggilasan pertama. Penggilasan
akhir menggunakan alat pemadat roda baja tanpa penggetar.Penggilasan dilakukan
pertama-tama pada sambungan melintang dengan memasang kasau dengan
ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan campuran aspal akibat
penggilasan. Penggilasan kemudian dimulai dari tempat sambungan memanjang
dan kemudian dari tepi luar. Selanjutnya penggilasan, penggilasan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan. Lintasan yang berurutan
dibuat tumpang tindih dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada
titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
Kecepatan alat pemadat maksimum 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk
roda karet. Semua operasi penggilasan dilakukan menerus untuk memperoleh
kepadatan yang merata. Roda alat pemadat dibasahi secara terus menerus untuk
mencegah pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang
berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet sedikit diminyaki untuk mencegah
lengketnya campuran aspal pada roda.
Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang
baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
Untuk penghubung antar lokasi penghamparan dengan AMP digunakan radio
komunikasi (HT).
Sketsa komposisi alat-alat pekerjaan Laston seperti gambar berikut :
PEKERJAAN PENGASPALAN
Aspal Surface t=5 cm diangkut dari AMP menggunakan Dump truck. Bak Dump truck
harus terbuat dari metal dan harus bersih dari kotoran, agar Aspal Surface t=5 cm (AC-
WC) tidak melekat ke bak dump truck, bak Dump truck harus disiram dengan air sabun
dengan jumlah seminimal mungkin. Untuk penghubung antara lokasi penghamparan
dengan AMP digunakan radio komunikasi (HT).
188 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
188
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LASTON LAPIS AUS ASPAL BETON (AC-WC)
Dari Dump truck, material Lapis Aus Aspal Beton (AC-WC) di curahkan ke mesin
penghampar. Mesin penghampar yang dilengkapi dengan corong curah dan ulir-ulir
pendistribusian, menempatkan material secara merata di depan batang perata yang
dapat disetel.Dalam penghamparan selalu diikuti tenaga surveior, agar dapat
mengontrol ketebalan dan kemiringan penghamparan.
Peralatan yang digunakan adalah sbb :
• Aspalt Mixing Plant (AMP)
• Aspalt Finisher
• Dump truck
• Tandem roller
• Pneumatic Tire roller
189 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
189
c. Dipasang identifikasi titik detail dan titik utama sesuai gambar
d. Dipasang titik control / BM sementara untuk mengontrol pekerjaan.
190 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
190
Manfaat bagi unit kerja mandor borong antara lain :
- Efektifitas dan efisiensi operasional mandor / sub kontraktor meningkat
- Produktifitas meningkat dan biaya pekerjaan ulang berkurang.
- Karena proses / langkah kerja dimonitor dan dikendalikan secara tertulis dapat
diketahui siapa saja tukang atau pekerja yang potensial.
Ada kesan pelaksanaan Jaminan Mutu hanya memperbanyak pekerjaan administratif
saja sehingga perlu sosialisasi kepada seluruh karyawan yang ada. Setelah hal
tersebut betul-betul dikerjakan di lapangan, manfaat yang ada akan segera terlihat.
Sudah saatnya pelaksana lapangan mengharuskan seorang mandor/sub kontraktor
mengetahui konsep dasar penerapan ISO 9000, yaitu :
- Tulis apa saja yang anda
kerjakan
- Kerjakan apa yang anda tulis
- Sudah efektif? Perbaiki yang perlu.
- Rekam dan catat hasil pelaksanaannya.
c. Jadwal Kerja
Untuk sub sub bab ini, materi pelatihan dapat dilihat pada sub sub bab 4.3.2.3 pada modul
pelatihan pekerjaan drainase.
191 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
191
4. Asphalt Treated Base (ATB)
Asphalt Treated Base(ATB) adalah khusus diformulasi untuk meningkatkan keawetan
dan ketahanan kelelahan. Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari
spesifikasi ini,khususnya pengurangan dalam kadar bitumen, memungkinkan tidak
berlakunya rancangan perkerasan proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang
lebih tebal.
b. Aspal
Aspal adalah sisa penyulingan minyak bumi yang diproses sedemikian sehingga
memenuhi persyaratan yang dituntut sebagai material jalan raya.
Aspal alam adalah aspal yang meresap dalam batuan seperti misalnya yang terdapat di
pulau Buton (Aspal Batu Buton atau As buton).
Aspal minyak adalah material sisa penyulingan minyak bumi yang isinya terdiri dari
Asphalten, Malthen, Resin dan Saturates.
Aspal alam adalah minyak bumi yang menerobos masuk ke lapis batuan di atasnya,
menempel atau meresap ke dalam batuan mengering atau mengental menjadi bagian
dari lapis batuan atau tanah setempat.
Klasifikasi aspal bisa atas dasar angka penetrasinya (Pen 60/70, pen 80/100) atau
viscositasnya (A250, A500) atau unjuk kerjanya/ performance nya (PG 64, PG
70).Pada iklim panas, curah hujan tinggi dan beban berat/ berjalan lambat, parameter
titik lembek dan kelengketan menjadi dominan, sehingga bila perlu harus ditambah
aditif (polimer, cellulose, lainnya).
Aspal adalah material visco-elastic yang sifatnya berubah akibat pengaruh panas,
sehingga kontrol temperatur sangat penting.
Aspal modifikasi adalah aspal minyak yang diproses lagi atau dicampur dengan
aditif untuk meningkatkan kinerjanya (misalnya untuk menaikkan titik lembek atau
meningkatkan kelengketannya).
Ada tiga klasifikasi untuk aspla: Viscosity grade (didasarkan tingkat viskositasny),
Penetration grade (didasarkan kepadatingkat penetrasinya) dan performance grade
(didasarkan kepada tingkat unjuk kerjanya).
Persyaratan aspal minyak AASHTO M-20 dan Aspal Polimer adalah sebagai berikut :
Aspal Biasa Polimer *)
1 Penetrasi dm 25 C 60-79 min 50
2 Titik lembek C 48-58 min 54
3 Daktilitas 25 C cm min 100 min 40
4 Titik nyala C min 220 min 220
5 Kehilangan berat gr/ cc max 1.0 max 1.0
6 Kelarutan % min 98 min 98
192 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
192
Aspal terdiri dari asphalten (belum padat) malten (minyak) resin (pengikat) dan saturates
(minyak-minyak yang bersifat pengawet).
Tergantung perbandingan masing-masing komponen tadi, sifat aspal bisa berubah-ubah
bisa lunak, gampang rapuh, getas dsb.
Aspal berfungsi untuk: mengikat batu-batuan, mengisi rongga campuran,menyelimuti
permukaan batuan supaya awet, membuat campuran tahan air, dan pelicin waktu
campuran beton aspal mulai dipadatkan.
c. Agregat
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40%
dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan selanjutnya
timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40 % dari sisa kebutuhnnya.
Tiap-tiap agregat harus diangkat ke pusat pencampuran lewat Cold bin yang terpisah.
Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak
diperbolehkan.
Agregat kasar untuk “Campuran Aspal”
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhii gradasi yang disyaratkan seperti di
bawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau campuran yang
memadai dari batu pecah dengan kerikil besi, kecuali fraksi agregat kasar untuk Latasir
klas A dan B boleh bukan batu pecah.
193 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
193
UKURAN SARINGAN JENIS CAMPURAN
Dalam keadaan apapun, pasir alam kotor dan berdebu dan mengandung partikel harus
lolos ayakan no 200 lebih besar dari8% dan atau mempunyai nilai ekuivalen pasir kurang
dari 50 menurut AASHTO T176, tidak boleh digunakan dalam campuran.Bahan mengisi
untuk campuran Aspal (AASHTO M 17). Bahan mengisi harus terdiri dari abu batu kapus
(limestone dust), semen Portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non
plastik lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus
bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
194 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
194
Marshall Stability adalah nilai tertinggi dari kekuatan briket campuran beton aspal
menahan tekanan mesin (kilogram)
Flow adalah mulurnya benda uji pada waktu menderita beban terbesar (dinyatakan dalam
mm)
Airvoid adalah rongga udara didalam briket beton aspal setelah dipadatkan (dinyatakan
dalam % terhadap volume total)
Marshall Quotient adalah nilai Marshall Stability dibagi denganFlow (dinyatakan dalam Kg/
mm)
Voids in Mineral Agregate (VMA) adalah rongga udara dari susunan agregat (dinyatakan
dalam % thd Volume agregat)
Voids filled with Asphalt (VFA) adalah rongga didalam susunan agregat yang terisi oleh
aspal (dinyatakan dalam % )
195 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
195
pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki
efisiensi
196 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
196
pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap
penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih dari log mineral yang
berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.
e Penampung / Bin
Perlengkapan harus termasuk penampung-penampung (bins) yang berkapasitas penuh.
Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus diatur
untuk menjamin penyimpananyang terpisah serta memadai untuk masing-masing fraksi
agregat, tidak termasuk bahan pengisi. Masing-masing bagian (ruang) harus dilengkapi
dengan pipa pengeluar yang sedemikiah rupa agar baik ukuran maupun lokasinya
dapat mencegah masuknya material kedalam penampung lainnya. Penampung harus
dikonstruksi sedemikian rupa agar contoh (sampel) dapat diperoleh dengan rnudah.
f Unit Pengontrol Aspal
Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang atau mengukur
aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material aspal didalam campuran
dalam batas toleransi yang dipersyaratkan untuk campuran kerja itu. Dengan susunan
penyemprot pada pencampur yang baik untuk unit pencampur dengan takaran, harus
dapat menyediakan kuantitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran campuran.
g Perlengkapan
Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100°C sampai 200°C harus
dipasang dalam saluran pemasokan aspal pada tempat yang tepat dekat katup
pengeluaran (discharge) pada pencampur. Unit harus juga dilengkapi dengan
termeometer dengan skala cakram tipe air raksa (mercury-acruated), pyrometer listrik
atau perlengkapan pengukur panas lainnya yang disertai yang dipasang pada corong
pengeluaran dari alat pengering dari agregat yang dipanaskan. Sebuah pengukur listrik
yang mengukur perbedaan temperatur (Termo Cample) atau “tahanan lampu (resistance
bulb)” harus agregat halus sebelum memasuki pencampur.
h Pengumpul debu (Dust Collector)
Unit pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa agar membuang atau mengembalikannya secara merata ke elevator
seluruh atau sebagian dari material yang dikurnpulkannya, sebagaimana diperhatikan
oleh Direksi Teknik.
i Persyaratan khusus unit pencampur Batch (Batching Plant)
Kotak penimbang atau penampung harus mencakup suatu cara untuk menimbang
secara teliti masing-masing penampang ukuran agregat tertentu dalam kotak
penimbang atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk
menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan
tangan atau tanpa tumpah. Pintu pengeluaran sedemikian rupa agar kotak
penimbang harus digantung sedemikian rupa agar agregat tidak mengalami dan
segregasi waktu ditumpahkan kedalam pencampur dan harus tertutup rapat bila
penampung kosong sehingga tidak ada material yang bocor kedalam campuran didalam
pencampur sewaku proses penimbangan untuk campuran berikutnya. Pencampur (Mixer)
harus tipe “twin pugmill” (pengaduk putarganda) yang disetujui yang mampu
menghasilkan campuran merata toleransi campuran kerja. Pencampur harus memiliki
kapasitas pencampuran yang tidak kurang dari 500 kg dan konstruksinya harus
sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran isinya. Pencampur harus dilengkapi dengan
jumlah pengaduk atau pisau (blade) yang cukup dengan pengaturan
197 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
197
yang tepat untuk dapat menghasilkan batch campuran yang benar dan merata.
j Penyiapan Material Aspal
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140°C dan 160’C didalam
tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan
pada temperatur yang merata setiap saat, kealat pencampur. Sebelum operasi
pencampuran dimulai setiap hari, harus paling sedikit ada30.000 kg liter aspal panas
yang slap untuk dialirkan kepencampuran.
k Penyiapan Agregat
Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering
sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang digunakan untuk pengeringan
dan pemanasan harus diatur secara tepat untuk mencegah rusaknya agregat dan
mencegahterbentuknya selaput jelaga dan agregat. Bila dicampur dengan material aspal,
agregat tersebut harus kering dan pada rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk
material aspal, tetapi tidak lebih dari 14 °C diatas temperatur material aspal.Bahan pengisi
tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gradasi, harus ditakar secara
terpisah dan penampung kecil yang dipasang tepat diatas pencampuran. Menaburkan
bahan pengisi diatas tumpukan agregat yang menumpahkannya kedalam penampung
pada alat pemecah batu tidak diijinkan.
l Penyiapan Campuran
Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus digabung diunit
pengolah dalam proposi yang akan menghasilkan fraksi agregat rancangan sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan campuran kerja.
Proposi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan basah pada contoh yang diambil
dari penampung panas (hot bin) segera sebelum diproduksi campuran dimulai dan pada
selang waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditentukan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal harus ditimbang atau diukur
dan dimasukkan kedalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh
Direksi Teknik. Bila digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara
menyeluruh dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah yang tepat
ditambahkan kedalam agregat tersebut dan keseluruhannya diaduk selama paling
sedikit 45 detik, atau lebih lama lagi jika diperlukan, untuk menghasilkan campuran
yang merata dan seluruh butir agregattersebutterselaput secara merata. Total waktu
pencampuran harus ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur dengan alat pengatur
waktu yang sesuai. Untuk itu pencampur menerus, waktu pencampuran yang
dibutuhkan harus juga paling sedikit
45 detik dan dapat diatur dengan menetapkan alat pengukur minimum dalam unit
pencampur dan atau dengan setelan unit pencampuran lainnya. Sewaktudikeluarkan
dari pencampur temperatur campuran harus pada temperatur batas absolut dan toleransi
yang diperbolehkan.
m Transport Material Beton Aspal
Definisi dan Spesifikasi
Material beton aspal yang keluar dari pugmil dan diangkut ke tempat gelaran dan
di jaga agar sifat-sifat lisiknya tetap sesuai dengan batasan spesifikasi yang digunakan.
Angkutan biasanya dilakukan dengan Dump truck yang bersih dari debu maupun minyak.
ditutup dengan terpal agar panas campuran tidak mudah turun dibawah standar.Panas
198 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
198
campuran saat dimuat seharusnya dicatat dan dibandingkan panas saat tiba di lokasi
gelaran, bila terlalu cepat mendingin harus dicari akal dan cara agar hal itu tidak
terulang (pakai terpal, macet dijalan, kehujanan)
n Peralatan pengangkut
Truk untuk mengangkat campuran aspal yang mempunyai bak dari logam yang rapat,
bersin dan rata yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah
diencerkan, minyak atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak.
Jika ada genangan minyak pada bak truk setelah penyemprotan harus dibuang sebelum
campuran dimasukkan kedalam truk. Tiap muatan ditutup dengan kanvas / terpal atau
bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran terhadap cuaca.Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat
sistem pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata
atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik
harus dikeluarkan dan pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki. Nila dianggap perlu, agar
campuran yang dikirim ketempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan bak
truk hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran mudah
dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.
o Pengangkutan dan penyerahan di tempat kerja
Campuran harus diangkat dari ke mesin pencampur dengan temperatur yang
dipersyaratkan. Masing-masing kendaraan yangtelah dimuati harus ditimbang ditempat
pencampuran, dan harus dibuat catatan yang menyangkut berat kotor, berat kosong dan
berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh dikirim terlalu sore agar penyelesaiaan
penghamparan dan pemadatan campuran sewaktu hari masih terang terkecuali tersedia
penerangan yang memuaskan.
p Angkutan Beton Aspal
• Kontrol cuaca, di AMP,sepanjang perjalanan dan kokasi
gelaran
• Bak truk harus dalam keadaan kering(dari debu,minyak,air)dan bersih
• Periksa temperatur adonan beton aspal pada waktu dituang dariPugmill ke bak
truk,tidak boleh lebih dari panas tertentu
• Selama perjalanan adukan beton aspal harus ditutup terpal
• Tiba dilokasi gelaran harus diperiksa temperatur campuran,tidak boleh dibawah
nilai tertentudan diatas nilai tertentu.(terlalu panas aspal hangus tidak punya daya
lengket lagi,terlalu dingin tidak bisa sempurna dipadatkan,keropos,bocor air)
q Gelaran dan Pemadatan Campuran Beton Aspal
Definisi dan Spesifikasi
Gelaran beton aspal adalah proses menggelar beton aspal yang datang di lokasi dalam
keadaan panas, dituang dengan mesin gelar (finisher) dan dipadatkan dengan mesin
pemadat. Gelaran beton aspal dapat dilakukan untuk subbase atau base atau lapis
penutup tergantung desain perkerasan yang dipakai, perbedaannya hanya pada
jenis campurannya (gradasi, kandungan aspal dan nilai stabilitasinya). Satu set mesin
gelar biasanya diikuti oleh sejumlah Dump truck (angkutan dari AMP ke lokasi), mesin
kompresor (untuk membersihkan permukaan sebelum di lapis) asphalt distributor
(truk tangki pengangkut aspal cair/ emulsi dengan spray-bar dibelakangnya), tandem
roller (pemadat awal dan akhir), PTR (Pneumatic tyre roller, mesin pemadat ban karet)
199 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
199
dan Babyroller (pemadatan melintang). Satu set kru yang melayani jalannya mesin gelar
seharusnya orang-orang yang sudah terlatih untuk menjaga kualitas hamparan serta
membentuk kerjasama yang serasi dalam satu kelompok.
r Peralatan penghampar dan pembentuk
Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah disetujui,
mempunyai mesin sendiri mampu menghampar dan membentuk campuran sampai
sesuai dengan garis, permukaan serta penampung melintang yang diperlukan. Mesin
penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan tipe vibrator
yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas “screed” pada temperatur yang
diperlukan untuk pengamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
Istilah “screet” meliputi pemangkasan, penutupan, atau tindakan praktis lainnya yang
efektif untuk menghasilkan peermukaan akhir dengan kerataan atau tekstur yang
dipersyaratkan, tanpa terbelah, tergeser atau beralur.
s Peralatan pemadat
Setiap mesin penghampar harus disertai dua mesin gilas baja (steel wheel roller)
dan satu mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga
penggerak sendiri. Mesin gilas betekanan (pnemumatic tired rollers) harus dari type yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda dengan ban halus dengan ukuran
dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8.5 kg/cm2 (120 psi).
t Penghamparan campuran
Menyiapkan Permukaan yang akan DisuplaiSesaat sebelum penghamparan campuran
aspal, permukaan yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak
dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika
diperlukan.
u Sepatu (screed) tepi
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis serta
ketinggian yang diperlukan pada tepi- tepi dari tempat dimana Campuran Aspal panas
akan diframpar.
v Penghampar dan Pembentukan
Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin penghampar harus
dipanaskan. Campuran harus dihamparkan dan diratakan sesuai dengan kelandaian,
elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan. Mesin penghampar harus dioperasikan
pada suatu kecepatan yang tidak akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau
bentuk ketidak teraturan lainnya pada dipermukaan. Jika terjadi segregasi, belum atau
alur pada permukaan mesin penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan lagi
sampai penyebabnya telah diketemukan dan diperbaiki. Tempat-tempat yang kasar
atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (fine) dan
perlahan- lahan diratakan.
w Pemadatan
Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi yang berada segadai berikut:
200 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
200
No Penggilasan Waktu setelah Penghamparan
1 Penggilasan awal atau Pemecahan 0-10 menit
2 Penggilasan sekunder atau antara 10-20 menit
3 Penggilasan akhir atau 20-40 menit
Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau penyelesaian harus
seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan sekunder atau antara
harus dilakukan dengan mesin gilas ban angin.Penggilasan sekunder atau antara harus
mengikuti sedekat mungkin penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu
campuran masih berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan
maksimum. Pemadatan akhir harus dilakukan sewaktu material masih berada dalam
kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk menghilangkan bekas tanda-tanda
penggilasan.Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapatmenjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari
perkerasan yang rusak tersebut oleh Kontraktor. Permukaan campuran setelah
pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan ketinggian permukaannya
yang masih dalam batas-batas toleransi yang dipersyaratkan. Sewaktu permukaan
sedang dipadatkan dan diselesaikan Kontraktor harus memotong tepi-tepi perkerasan
agar bergaris rapi. Setiap material yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah
penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan sehingga tidak
kelihatan dari jalan.
x Di lokasi gelaran
Periksa temperatur kedatangan untuk menetapkan kapan harus mulai digilas dengan
Pemadat Roda besi berat 6 ton
1. Temperatur bahan yang lebih rendah dari yang disyaratkan tidak boleh dituang ke
Finisher,dan harus segera dikeluarkan dari proyek
2. Pada dasarnya tidak boleh sisa sisa bahan yang tercecer tidak boleh dituang kembali
ke gelaran karena akan cenderung tidak mau lengket dan mudah terkelupas
dikemudian hari.
3. Pembasahan roda Roller dengan air campur solar tidak boleh dilakukan karena akan
membahayakandaya lengket aspal
4. Selesai memindahkan muatannya ke Finisher maka truk truk dianjurkan menegakkan
baknya supaya semua minyak tertuang keluar
5. Tack coat harus dari tipe yang ditetapkan dalam spasifikasi
6. Jarak pemadatan tidak boleh terlalu jauh dibelakangFinisherdikuatirkan sudah
dingin
7. Pemadatan dilakukan sesuai dengan jumlah lintasan yang telah ditetapkan dan
dilakukan dalam range temperatur sesuai spec.
201 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
201
a Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dilaksanakan oleh staf teknik proyek. Pelaksana lapangan bertugas
melakukan pengendalian bisa dengan sistem target, dimana yang bersangkutan harus
melakukan pengawasan terhadap produktifitas alat dan produktifitas tenaga kerja serta
waste untuk bahan.
Dengan adanya efisiensi penggunaan dan pengadaan alat, bahan dan tenaga kerja akan
menghasilkan produk sesuai target waktu dan target volume pekerjaan sesuai ketentuan
yang telah ditetapkan.
Apa itu produktifitas dan waste dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Produktivitas
Untukmencari tingkat produktivitas yang ada, baik produktivitas tenaga maupun alat,
perlu diketahui / dipahami hal-hal sebagi berikut :
Pengertian produktivitas
Secara teori, produktivitas adalah output dibagi input, yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga dan alat yang output-nya
berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi.
Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas (atau volume)
:
a. Pekerjaan galian
(m3)
b. Pekerjaan timbunan (m3)
c. Pekerjaan pemasangan beton
(m3)
d. Pekerjaan pemasangan formwork
(m2)
e. Pekerjaan penulangan beton (kg)
f. Pekerjaan dinding bata
(m2)
g. Pekerjaan plesteran, lantai, plafond dan seterusnya.
Sedang input-nya dalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk
operatornya). Bila tenaga atau alat bekerja secara individual,
makaprodduktivitas yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga atau alat
bekerja secara kelompok, maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas
kelompok. Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari anggota
kelompok.
2. Faktor yang mempengaruhi produktivitas
Produktivitas tenaga kerja atau alat, dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :
a. Kondisi pekerjaan dan lingkungan
202 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
202
b. Keterampilan tenaga kerja / kapasitas
alat. c. Motivasi tenaga kerja/ operator
d. Cara kerja (metode)
203 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
203
e. Manajemen (SDM dan alat)
3. Waste
Tingkat waste juga berkaitan dengan kemampuan mandor / sub kontraktor dalam
mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang kecil, perlu
diketahui / dipahami hal-hal sebagai berikut :
a) Pengertian waste
Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan
yang tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste, hampir selalu ada, apapun
penyebabnya. Oleh karena itu, upaya / program yang realistik adalah menekan
waste serendah mungkin.
b) Jenis waste
Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu jenis
material dan waste campuran, yaitu yang menyangkut material campuran.
Material campuran seperti beton, hot mix dan lain-lain, berasal juga dari raw
material (bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda yaitu waste
individu untuk bahan bakunya dan waste campuran setelah jadi material
campuran. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus.
c) Penyebab waste material
Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal sebagai
berikut :
1) Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk disini
dimensi struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan dalam
gambar.
2) Masa tunggu / idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum waktu
yang diperlukan.
3) Masalah akibat transportasi / angkutan, baik yang di luar lokasi (site)
maupun transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk material
lepas seperti pasir, batu pecah dan lain-lain.
4) Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari persyaratan.
Misal, diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton K 450, sehingga
mungkin terjadi waste untuk semen.
5) Persediaan (stok) yang berlebihan.
6) Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk disini material/
produk yang ditolak (reject).
7) Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat
penyusutan.
4. Pengendalian Mutu
a) Pelaksanaan uji mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas laboratorium
b) Pelaksana lapangan harus mengetahui test laboratorium, apa saja yang harus
dilaksanakan petugas lab untuk setiap item pekerjaan tertentu.
c) Begitu test laboratorium selesai dikerjakan dan diketahui hasilnya maka
204 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
204
pelaksana lapangan harus segera meminta hasil test lab dari petugas lab.
d) Apabila ternyata hasil test lab kurang atau tidak memenuhi syarat, pekerjaan
tidak bisa dimulai atau kalau sudah dimulai secepatnya harus dihentikan.
e) Apabila pekerjaan sudah jadi dan ternyata tidak memenuhi syarat maka segera
harus dilakukan perbaikan.
Untuk pekerjaan Perkerasan Aspal, persyaratan mutu yang penting adalah sebagai
berikut :
a) Cek suhu hotmix (di AMP dan dilapangan)
b) Kerataan dan tekstur
c) Ketebalan
d) Join melintang dan memanjang
e) Kerapihan tepi jalan yang di overlay
b. Ketentuan Kepadatan
1) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T166, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan Standar
Kerja (Job Standard Density) untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran
aspal lainnya.
2) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168dan SNI-06-
2489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atauASTM D5581 untuk
ukuran maksimum 50 mm.
3) Kontraktor dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan campuran
aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari
nilai-nilai yang diberikan Tabel 6.3.1
4) Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam
serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk
205 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
205
pembayaran, lebih besar dari 1,08 : 1 maka benda uji inti tersebut harus dibunag dan
serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Kepadatan yang Jumlah benda uji per Kepadatan Minimum Nilai minimum setiap
Disyaratkan (% JSD) pengujian Rata-rata (%JSD) pengujian tunggal
(%JSD)
98 3-4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
97 3-4 97,1 94
6 97,3 93,9
5 97,5 93,8
Tabel6.3.1 Ketentuan Kepadatan
206 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
206
Frekuensi pengujian (satu pengambilan
Pengujian
contoh per)
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan 1000 m/
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m*” (min. 2 pengujian per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 nr”
Campuran :
- Suhu di Amp dan suhu saat sampai dilapangan Jam
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian per hari)
- Kepadatan dan stabilitas, kelelehan, Marshal
200 ton (min. 2 pengujian per hari)
Quotient, rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal 3000 ton
207 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
207
Kontraktor hars menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu
memotong benda uji inti berdiameter 4" maupun 6" pada lapisan beraspal yang telah
selesai dikerjakan. Biaya ektraksi benda uji inti untuk
pengendalian proses harus sdah ternasuk ke dalam harga satuan Kontraktor untuk
pelaksanaan perkerasan lapis beraspal dan tidak dibayar secai-a terpisah.
f. Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Aspal
Kontraktor harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut hams
diseralikan kepda Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan pengujian berikut ini, yang
dilakasanakan setiap hari produksi, beserta lokasi penghamparan yang sesuai :
1) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap
penampung panas.
2) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalasi pencampur aspal (AMP)
maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).
3) Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang diperiksa.
4) Kepadatan hasilpemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan relatif
terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti
(core).
5) Stabilitas, kelelehan, Marsahall Quotient, paling sedikit dua contoh.
6) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi sentrifugal
digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan AASHTO
T164.
7) Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung
berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209).
8) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat Jenis
Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209).
g. Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Aspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran aspal
yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran aspal dari
rumah timbang sesuai dengan Spesifikasi ini.
h. Pengendalian Waktu
Untuk pengendalian waktu dilapangan, pelaksana lapangan harus membuat schedule
harian/mingguan sebagai pedoman waktu pelaksanaan untuk mandor / sub kontraktor.
Selain hal tersebut, pelaksana lapangan harus memahami dan memeriksa schedule
pengadaan alat, material dan tenaga kerja.Apabila terjadi penyimpangan, maka perlu
dilakukan tindakan/action agar waktu pelaksanaan sesuai target yang telah ditetapkan.
Target waktu penyelesaian suatu item pekerjaan harus selalu di update dan
direvisi sehingga deadline suatu penyelesaian pekerjaan sudah sesuai target yang
ditetapkan.
208 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
208
atau terlalu banyak mengalami proses pemanasan (storage, AMP, permukaan jalan)
sehingga terjadi proses oxidasi berlebihan, minyak menguap hanya karbon yang
tersisa (ageing=menua). Permukaan jalan menggelembung (bulging), marka jalan
bengkok atau bergeser
Mutu aspal dari jenis yang rawan terhadap temperatur tinggi (titik lembek rendah,
kurang dari panas permukaan jalan), campuran tidak cukup mengandung filler
Permasalahan dan Penyimpangan Mutu di Lapangan Pada Pembuatan Job Mix Formula
1. Stabilitas campuran tidak tercapai ( kurang dari 800 kg )
a. Butiran halus dan kecil terlalu dominan
b. Pengaruh penggunaan pasir sungai
c. Batu mudah pecah, LA lebih dari 40 %
d. Aspal yang dipakai aspal mudah melunak pada panas tinggi
e. Filler kurang
2. Lelehan (Flow) terlalu tinggi (> 5 mm)
a. Butiran halus dan kecil terlalu dominan
b. Pengaruh penggunaan pasir sungai
c. Batu mudah pecah, LA lebih dari 40 %
d. Aspal yang dipakai aspal mudah melunak pada panas tinggi
e. Filler kurang
3. MQ terlalu rendah ( <200)
a. Butiran halus dan kecil terlalu dominan
b. Pengaruh penggunaan pasir sungai
c. Batu mudah pecah, LA lebih dari 40 %
209 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
209
d. Aspal yang dipakai aspal mudah melunak pada panas tinggi
e. Filler kurang terlalu tinggi
4. MQ terlalu tinggi (>400)
Stabilitas terlalu tinggi, flow terlalu kecil, biasanya akibat dari aspal dengan TL
tinggi, batu tajam, pasir gunung
5. VIM terlalu tinggi (>5%)
Campuran cenderung bocor air, gradiasi diubah kearah butir kecil/halus, aspal
dinaikkan prosentasenya
6. VIM terlalu rendah (<3%)
Campuran mudah deformasi, batu kasar harus diperbanyak, aspal pakai jenis yang
titik lembek tinggi
7. Kandungan aspal terlalu rendah/tinggi
Aspal content terlalu kecil (< 5%) lapisan mudah bocor air Aspal content terlalu tinggi
(6%) mudah timbul deformasi plastis
210 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
210
Cara Pencegahan dan Perbaikan Mutu
1. Batu-batuan sebaiknya batuan yang memenuhi syarat kekerasan ukuran dan
kebersihan. Biasanya dipecah dari batu gunung/sungai ukuran lebih besar dari2,5
cm, yang kurang dari itu dibuang (karena cenderung permukaannya bulatakan
mengganggu pemadatan nantinya) batu berbentuk tipis membahayakan kualitas
beton aspal tergelar karena cenderung tidak padat dan keropos
2. Peralatan harus diperiksa ulang secara berkala, alat-alat kontrol temperatur dan
timbangan dikalibrasi secara teratur.
3. Saringan pada hot bin harus sering periksa (sobek, bocor, mampet), ukurannyapun
disesuaikan dengan gradasi yang diminta oleh spesifikasi. Kelainan pada saringan
(overflow terlau besar, lambat terisi) akan menyebabkan pemanasan pada pugmill
be/lebihan bila hal ini tidak terdeteksi aspal di pugmill mengalami “overheat”,
hangus, kehilangan daya lengket
4. Bukaan pintu cold bin tidak boleh diubah -ubah, harus di kunci demikian pula bukaan
(kraan) pada aspal
5. Pada waktu tertentu hasil campuran beton aspal yang keluar dari pugmill perlu
diperiksa di laboratorium (job mix production) untuk dibandingkan dengan JMF
211 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
211
Cara Pencegahan dan Perbaikan Mutu di Lapangan
1. Truk-truk pengangkut beton aspal harus dalam kondisi bersih dari debu dan
rninyak serta dicegah kemungkinan terlambat dalam perjalanan kelokasi
hamparan oleh sebab apapun (mesin mogok, bensin habis, ban pecah dan
sebagainya)
2. Harus disediakan fasilitas komunikasi antara AMP dan lokasi gelaran serta di jalan,
bila terjadi ancaman gangguan cuaca (kabut, hujan, angin keras, macet berat dan
sebagainya) dapat dipertimbangkan untuk menunda produksi hingga ancaman
tersebut dianggap dapat diatasi.
3. Jurnal harian proyek selayaknya mencatat keberangkatan dan kedatangan dump
truk lengkap dengan nomor polisinya serta kondisi muatannya.
4. Perlu diupayakan agar penempatan AMP sudah memperhitungkan waktu angkut
ke lokasi gelaran paling jauh tidak melebihi waktu angkut maksimum, sehingga
temperatur beton aspal yang akan digelar tidak turun dibawah persyaratan yang
ditetapkan.
212 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
212
c. Disamping berbekas memanjang, dapat juga bebentuk belok-belok seperti ular,
yang seyogyanya dapat dicegah dengan melakukan pemotongan memanjang
denga saw-cutter
d. Sering pemberian tack coat tidak sengaja terlalu banyak sehingga terlihattanda
mengkilat memanjang
5. Sambungan memanjang bocor dan terburai memanjang
a. Pemadatan disepanjang sambungan memanjang memerlukan pemadatan extra
diawal pemadatan bagian lain. Apabila terlihat tidak rata harus segera dipapras
(diratakan) dan dipadatkan ulang atua sebaliknya di tambah dengan butir halus
beton aspal yang tersisa tapi masih punya panas cukup.
6. Sambungan melintang tidak mulus
a. Sambungan melintang hampir sama dengan sambungan memanjang,
memerlukan perlakuan khusus oleh kru berpengalaman, terutama pada
sambungan melintang memerlukan pemadatan melintang dengan “baby roller”
7. Hasil pemadatan kurang sempurna (kepadatan tidak mencapai syarat, 97 %)
a. Mesin pemadat mungkin beratnya kurang, PTR tekanan anginnya kurang
b. Prosedur baku tidak diikuti antara lain yang pertama di padatkan adalah bagian
tepi-tepi lajur baru ke tengah lajur agar membentuk lajur bantalan mencegah
lajur tengah bergeser waktu ditekan oleh mesin pemadat
8. Ada luka permukaaan menggaris dan memanjang
a. Ada batu pecah yang terseret mesin gelar atau sreed kurang panas sehingga ada
batu yang menempel
213 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
213
lambat dimulai aspal sudah dingin dan mengeras.
8. Apabila permukaan beton aspal tergelar telah mantap yaitu tidak bergerak/
bergelombang dibawah tekanan roda breakdown roller (biasanya antara2-6 lintasan)
maka bisa dimulai pemadatan dengan menggunakan PTR dengan 6-8 lintasan
disusul dengan Steel wheel roller yang lebih berat (12 ton) sebagaipenghalus
permukaan dengan 2-6 lintasan) Total lintasan biasanya antara 12 s/d16 lintasan
sebaiknya dicoba sebelumnya di AMP untuk mengetahui jumlah lintasan yang
tepat supaya efektif dan ekonomis.
9. Pemadatan awal adalah sambungan melintang dan memanjang, kemudian tepi- tepi
jalur dimantapkan baru bergeser ketengah. Perubahan arah mesin pemadat tidak
boleh dilakukan diatas lapis baru tapi diluar lajur yang akan dipadatkan. Sementara
itu kru pemadat mengikuti gerakan mesin pemadat, membersihkan tumpukan
material yang dapat menganggu gerkan roda finisher atau rantainya supaya
ketebalan lapisan selalu terjaga dengan teliti. Pada dasarnya sisa-sisa material dikiri-
kanan hasil gelaran tidak boleh ditabur balik lagi ke lapis gelaran karena dapat
menimbulkan segregrasi dan temperaturnya sangat mungkin sudah dingin jadi
juga mengganggu proses pemadatan
10. Biarkan permukaan yang telah selesai dipadatkan memulai proses pendinginan oleh
udara bebas, akan lebih cepat bila banyak angin atau cuaca dingin, jadi yang
penting bukan lamanya proses pendinginan (memang biasanya setengah sampai
satu jam sejak selesai dipadatkan) tapi pencapaian temperatur dibawah 60°C,
karena pada temperatur tersebut marshale stability menunjukkan kemampuan
menahan beban s/d 800 Kg. Namun lebih aman lagi bila mencapai 50°C dengan
keyakinan bagian bawah dan tenagh lapisan sudah mencapai 60°C.
11. Permukaan hasil gelaran akan mampu dilewati lalu-lintas namun dianjurkan untuk
kecepatan rendah hingga 2 s/d 3 jam setelah penggelaran beton aspal,
dikhawatirkan kalau ada yang mengerem dengan mendadak yang dapat melukai
permukaan beton aspal baru tersebut karena lapisan tadi dipadatkan secara vertikal
sedang gaya rem adalah horizontal
12. Permukaan beton aspal baru juga perlu waktu dua minggu untuk dapat dipasang
marka jalan, bukan karena stabiltitasnya kurang, tapi karena minyak-minyak ringan
yang dikandung aspal masih akan keluar dan dapat mengotori marka jalan tersebut.
13. Pelapisan ulang terhadap permukaan baru tersebut, (bila diperlukan) dianjurkan
dilakukan setelah 6 bulan, waktu yang diperlukan agar minyak-minyak ringan yang
melunakkan aspal telah seluruhnya menguap sehingga membentuk permukaan
yang kokoh dengan sedikit kemungkinan gerakan akibat aspal melunak.
214 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
214
6.7.2 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Perkerasan Aspal
Perhitungan kuantitas pekerjaan Perkerasan Aspal didasarkan pada spesifikasi teknis
mengenai pengukuran dan pembayaran.
Berikut adalah contoh pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan Perkerasan
Aspal sebagai berikut :
215 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
215
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN UNTUK PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL
1. Pengukuran Pekerjaan
a. Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran aspal haruslah
berdasarkan beberapa penyesuaian di bawah ini
1) Untuk bahan lapisan permukaan (misalnya SS, HRS-WC dan AC-WC) jumlah
per meter persegi dari bahan yang dihampar dan diterima, yangdihitung
sebagai hasil perkalian dari panjang ruas yang diukur dan lebar yang
diterima.
2) Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya HRS-Base, AC-BC dan AC-
Base) jumlah meter kubik dari bahan yang telah dihampar dan diterima,
yang dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi dan tebal nominal
rancangan yang diterima.
b. Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi dengan
tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang dapat diterima ataisetiap
bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menipis (tapered) di sepanjang
tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal yang tidak
memenuhi Spesifikasi tidak akan dierima untuk pembayaran.
c. Campuran aspal yng dihampar langsung di atas permukaan aspal lama yang
dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut pendapat Direksi Pekerjaan
memerlukan koreksi bentuk yang cukup besar, harus dihitung berdasarkan tebal
rata-rata yang diterima yang dihitung berdasarkan berat campuran aspal yang
diperoleh dari penimbangan muatan di rumah timbang dibagi dengan pengujian
benda uji inti (core), dan luas lokasi penghamparan yang diterima. Bilamana tebal
rata-rata campuran aspal yang telah diperhitungkan; melebihi dari tebal aktual
dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang
ditentukan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan harus berdasarkan atas suatu
perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata- rata yang dibutuhkan.
d. Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran aspal yang
diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal nominal rancangan
yang ditentukan dalam Gambar.
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang
berdasarkan pertimbangan teknis atau ketebalan lebih untuk lapis perata
seperti yang diijinkan menurut Spesifikasi ini maka pembayaran campuran aspal
akan dihitung berdasrkan luas atau volume hamparan yang dikoreksi menurut
butir (h) di bawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini :
Tidak ada penyesuaian luas atau volume hamparan seperti di atas yang dapat
ditetapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan bila
campuran aspal tersebut dihampar di atas permukaan yang juga dikerjakan
dalam kontrak ini, kecuali jika diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan atau
ditunjukkan dalam Gambar.
216 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
216
e. Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh Kontraktor
di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak
lurus sumbu jalan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang tipis atau tidak
memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan. Interval jarak pengukuran
memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi
harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 25 meter. Lebar yang akan
digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap lokasi
perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang diuur dan
disetujui.
f. Pelapisan campuran aspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang
sumbu jalan dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur
tanah.
g. Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran aspal dengan kadar aspal
yang ditetapkan dalam ramus perbandingan campuran. Pembayaran campuran
aspal akan dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang dikoreksi
berikut ini. Tidak ada penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar aspal yang
melampaui nilai yang disyaratkan dalam Rumus Perbandingan Campuran.
h. Luas atau volume yang digunakan untuk pembayaran adalah : Luas atau volume
seperti disebutkan pada butir (a) di atas x Ct x Cb
Bilamana tidak terdapat penyesuaian maka faktor koreksi Ct dan Cb diambil
satu. i. Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan
telah
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi ini, maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akandibayar
bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk
pekerjaan atau kuantitas tambahan yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.
j. Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan
Kontraktor dalam menghitung harga satan untuk berbagai campuran aspal yang
termasuk dalam penawarannya haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak
ada penyesuaian harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar
aspal yang disetujui dalam Rumus Perbandingan Campuran dan kadar aspal
dalam analisa harga satuan dalam penawaran.
2. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di
bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan
dan memproduksi dan mencampur serta menghampar semua bahan, termasuk
semua pekerja, peralatan, pengujian, perkakas dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
217 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
217
Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
6.3.(1) Latasir Kelas A (SS-A) Meter Persegi
6.3.(2) Latasir Kelas B (SS-B) Meter Persegi
6.3.(3) Lataston Lapis Aus (HRS-WC) Meter Persegi
6.3.(4) Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) Meter Persegi
6.3.(5) Laston Lapis Aus (AC-WC) Meter Persegi
6.3.(6) Laston Lapis Pengikat (AC-BC) Meter Kubik
6.3.(7) Laston Lapis Pondasi (AC-Base) Meter Persegi
218 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Bab 6 : Pekerjaan Perkerasan Aspal
218
BAB 7
PEKERJAAN
PERKERASAN
BETON SEMEN
7.1 Umum
Rigid pavement menahan beban terbesar, berbeda dengan perkerasan lentur dimana
kekuatan perkerasan diperoleh dari lapisan tebal pondasi bawah, pondasi dan lapisan
permukaan.
Karena hal tersebut maka pelaksanaan pekerjaan perkerasan beton semen harus betul- betul
dilakukan sesuai spesifikasi sehingga struktur tersebut akan betul-betul dapat menahan beban
sesuai rencana.
7.2
Persiapan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
Persiapan pekerjaan Perkerasan Aspal merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang sangat
penting didalam menentukan sukses tidaknya suatu pelaksana proyek. Apabila persiapan
pekerjaan dilakukan tepat waktu, maka pekerjaan selanjutnya dapat diatur tepat waktu pula.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Umum
Sebelum memulai pekerjaan beton semua pekerjaan
pondasi Agregat, ducting dan kerb yang berdekatan harus
sudah selesai dan disetujui Konsultan Pengawas.
Kecuali untuk daerah yang tercakup , semua beton harus
dihamparkan merata, dipadatkan dan diselesaikan dengan
mesin.
b) Pemasangan Acuan
Acuan harus dipasang dimuka bagian perkerasan yang
sedang dilaksanakan, agar mempermudah pelaksanaan dan
persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan bentuk
permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang pada
tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku
untuk setiap 3 m bagian panjang acuan. Patok (pin) ini harus
diletakkan pada masing-masing sisi setiap sambungan. Acuan
harus kokoh dan tidak goyah. Toleransi acuan dari garis yang
sebenarnya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga kokoh, tanpa terlihat adanya
lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan getaran dari
peralatan pemadat dan penempa. Acuan harus bersih dan
214 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
214
dilapisi
pelumas
sebelum
be
dihampa
.
Alinemen
dan
kelandaian
acuan
dipe
bila
dipe
oleh
Kontrak
segera
sebelum
be
dihampa
.
berubah
posisi
atau
kelandaian
ya
stabi
harus
dibetul
dan
ulan
215 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
215
c) Penghamparan Beton
Beton harus dihampar dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga dihindari
terjadinya pemindahan atau pengerjaan ulang. Apabila truk mixer, truk pengaduk,
atau alat angkutan lainnya tidak dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa
menimbulkan segregasi material, maka beton harus diturunkan ke alat penghampar
dan dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi.
Penghamparan harus dilakukan secara kontinyu di antara sambungan melintang
tanpa sekatan sementara. Bila penghamparan perlu dilakukan dengan tangan, harus
memakai sekop. Pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton memakai sepatu
yang kotor.
Bila lajur yang dikerjakan bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai
lebih dahulu, dan peralatan mekanik harus bekerja di atas lajur tersebut, kekuatan
beton lajur itu harus sudah mencapai sekurang-kurangnya90 % dari kekuatan beton
28 hari. Jika hanya peralatan finishing yang melewati lajur existing, pekerjaan ini bisa
dilakukan setelah umur betonnya mencapai 3 hari.Beton harus dipadatkan secara
merata, pada tepi.dan sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan,
dengan menggunakan vibrator yang dibenamkan ke dalam beton. Vibrator tidak
boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator
tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.Beton harus dituangkan
sedekat mungkin dengan sambungan kontraksi dan sambungan ekspansi tanpa
merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong curah ke arah
perlengkapan sambungan kecuali corong curah tersebut telah ditempatkan
sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak menggeser posisi sambungan.
d) Penempatan Baja Tulangan
Setelah beton dituangkan, baja tulangan harus ditempatkan agar sesuai dengan
bentuk penampang melintang yang tercantum pada Gambar. Bila beton
dihamparkan dalam dua lapisan, lapisan bawah harus dihampar sehingga anyaman
kawat baja atau bar mat dapat diletakkan di atas beton dengan tepat. Baja tulangan
harus langsung diletakkan di atas hamparan beton tersebut, sebelum lapisan
atasnya dituangkan. Lapisan bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30
menit tanpa diikuti penghamparan lapisan atas harus dibongkar dan diganti
dengan beton bam atas biaya Kontraktor. Bila perkerasan beton dibuat langsung
dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton dihamparkan,
atau ditempatkan pada kedalaman sesuai ketentuan Gambar pada beton yang
masih lembek, setelah terhampar, dengan memakai alat mekanik atau vibrator.
Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus
terletak diatas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang saling tindih
(overlap) tidak kurang dari 450 mm.Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak,
cat, lemak, dan karat yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton.
e) Finishing Dengan Mesin
Begitu dituangkan, beton harus segera disebarkan, dipadatkan dan diratakan dengan
mesin finishing. Mesin harus melintasi setiap bagian permukaan jalan beberapa
kali dengan interval yang semestinya untuk menciptakan kepadatan yang
memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuanharus tetap bersih dan
gerakan mesin diatas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga
mengganggu kecermatan pekerjaan finishing.Pada lintasan pertama mesin
finishing, beton didepan screed
216 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
216
harus dibuat rata pada keseluruhan jalur yang dikerjakan.
f) Finishing Dengan Tangan
Bila luas perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau bila
tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode seperti yang
ditentukan dalam sub Pasal (e) di atas, beton harus dihampar dan diratakan dengan
tangan tanpa segregasi atau pemadatan awal.
Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator, harus ditekan sampai level
tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan,
permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton harus dipadatkan
dengan balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak
kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari225 mm, dan daya penggerakannya
tidak kurang dari 250 watt per meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan
digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Juga
bisa dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila
ketebalan beton melebihi 200 mm, atau bila diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal
tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan
beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan pelan-pelan pada
permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan
permukaan.Permukaan jalan harus di ukur kerataannya dengan paling sedikit 2
kali lintasan mal datar yang digeserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m.
Bila permukaan lapisan rusak karena mal datar (straight-edge), karena permukaan
tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti dengan mal-datar lagi.
Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan
pertama harus dihamparkan, dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja
tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah
itu lapisan atas beton dituangkan dan di finishing.
g) Pelepaan (Floating)
Setelah ditempa dan dikonsolidasikan, beton harus diperhalus lagi dengan bantuan
alat-alat lepa, dengan salah satu metoda berikut:
h) Metode Manual
Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari
350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar
tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas jembatan
yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara pelepa selalu sejajar dengan
garis sumbu jalan (centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi
perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus
berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa.
Kelebihan air atau cairan harus dibuang. Dengan mesin Pelepa mekanik harus
jenis yang disetujui Konsultan Pengawas dan dalam keadaan dapat
dioperasikan dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan
jalan yang dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse
finishing machine).Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa
pemotong dan pelepa penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan melalui
rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 atau lebih, yang
bertumpu pada acuan samping.Bila perlu setelah pelepaan dengan
217 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
217
salah satu metode di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada
permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan batang pegangan yang panjang
(bertangkai), dengan papan panjang tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm.
Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti
atau pelengkap salah satu metode pelepaan di atas. Bila penempaan dan pemadatan
dikerjakan tangan dan bentuk permukaan jalan tidak memungkinkan digunakannya
pelepa longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa
bertangkai. Setelah pelepaan air dan sisa beton yang ada dipermukaan harus
dibuang dari permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3 m atau lebih. Setiap
geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.
i) Memperbaiki Permukaan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton bam, ditempa,
dikonsolidasi dan di finishing lagi. Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong
dan di finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus
terus diperiksa dan dibetulkan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan
dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang
ditentukan. Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straightedge)
tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan dalam Spesifikasi.
j) Membentuk Tepian
Segera setelah beton ditempa dan dipadatkan, tepian perkerasan beton di sepanjang
acuan dan pada sambungan harus diselesaikan dengan alat untuk membentuk
permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu yaitu, bila tak ditentukan
lain pada Gambar, adalah 12 mm.
k) Penyelesaian Permukaan
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan pengawet (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis
sumbu (center line) jalan.Pengkasaran ini diiakukan dengan menggunakan sikat
kawat selebar tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan
bam adalah100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus
terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-
masing pusat untaian maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek
panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari
0,75 mm
l) Menguji Permukaan
Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar
(straightedges) 3 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi
tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3 m itu harus ditandai dan segera diturunkan
dengan alat gurinda yang telah disetujui sampai bila dites lagi, ketidak-rataannya
tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang
sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan diganti oleh
Kontraktor atas biaya sendiri.Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m
ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari
pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang
dari 3 m, harus ikut dibongkar dan diganti.
218 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
218
m) Pengawetan (Curing)
Permukaan beton yang terbuka harus segera dilapisi pengawet (curing compound)
setelah di finishing dengan sikat, dengan menyemprotkan bahan pengawet pada
permukaan menggunakan penyemprot atau alat lain yang disetujui dengan
kecepatan 0,22 - 0,27 lt/m2 untuk penyemprotan mekanis atau 0.27 - 0.36 lt/m2
untuk penyemprotan manual. Bahan ini tak boleh masuk ke alur pada alur-alur
sambungan.
Setelah pekerjaan finishing selesai dan kerusakan pada beton tak akan terjadi,
seluruh permukaan beton tersebut harus segera dilapisi penutup, dapat berupa
karung goni, dan dirawat dengan metode tertentu . Bila gagal menyediakan bahan
penutup dan air yang cukup untuk perawatan yang memadai dan memenuhi
persyaratan lainnya dengan semestinya, maka pekerjaan beton harus dihentikan.
n) Membongkar Acuan
Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang bam
dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar
dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton
harus dirawat (curing) sesuai dengan sub-Pasal (I) di atas.Daerah rongga (honey
comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan didempul dengan adukan semen
kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus.Rongga (honey comb)
yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang
dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh
lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang
berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3 m harus ikut
dibongkar dan diganti.
o) Percobaan Penghamparan
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksa- naan
pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang
dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar daerah kerja permanen.
Percobaan tambahan mungkin akan diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas, bila
percobaan pertama dinilai tidak memuaskan.
Setelah percobaan pertama disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka perco- baan
sepanjang minimum 150 m tapi tidak lebih dari 300 m harus diiakukan di daerah
kerja permanen. Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan
harus mencakup setiap tipe sambungan yang digunakan dalam
pekerjaan.Kontraktor harus menyampaikan kepada Konsultan Pengawas, paling
lambat 1 bulan sebelum pelaksanaan percobaan pertama, uraian terperinci
mengenai instalasi, peralatan dan metode pelaksanaan pekerjaan. Pembangunan
instalasi, traktor tidak boleh melanjutkan menghamparkan perkerasan beton
sebagai pekerjaan permanen sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan,
atau belum ada ijin dari Konsultan Pengawas untuk melaksanakan percobaan
lanjutan.
Agar pekerjaan "percobaan lanjutan" disetujui, hasil pekerjaan tersebut harus sesuai
dengan Spesifikasi tanpa ada pekerjaan perbaikan.Bila hasil "percobaan lanjutan"
tidak sesuai dengan Spesifikasi, Kontraktor harus menyiapkan lokasi percobaan
lanjutan yang lain. Panjang jalan "percobaan lanjutan" yang tidak sesuai dengan
Spesifikasi harus dibongkar, kecuali bila Konsultan Pengawas menentukan lain.
219 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
219
7.2.2 Pemilihan Sumber Daya (Manusia, Material, Alat) Pekerjaan Beton
Semen
Untuk sub sub bab ini, material pelatihan dapat dilihat pada sub sub bab 4.4.2 pada modul
pelatihan pekerjaan drainase
Contoh
Pedoman survei lapangan
Pedoman ini diperlukan supaya dalam pelaksanaan survei lapangan dapat dilaksanakan dan
mendapatkan hasil yang optimal.
Pada peninjauan lapangan dapat dibedakan dari jenis proyek antara lain :
• Irigasi
• Jembatan
• Jalan
A. Data umum survei lapangan
1. Nama proyek : ....................................................
2. Keadaan site :
- Rata / bergelombang
- Banyak pepohonan
- Ditumbuhi belukar
- Berbukit-bukit
- Rawa
- Bebas tumpukan barang
3. Jalan masuk ke site
:
- Ada / belum ada
- Perlu diperkuat / diperlebar bila dilalui alat berat
- Berapa panjang jalan
- Berapa volume jalan yang perlu diperbaiki
- Perlu diketahui kelas jalan
4. Lapangan kerja, apakah cukup luas untuk menampung :
- Kantor sementara direksi / kontraktor
220 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
220
- Gudang / barak kerja
221 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
221
- Workshop untuk equipment
- Fabrikasi steel structure, tiang pancang dsb
5. Sumber air kerja :
- Disediakan atau tidak
- Membuat sumur
- Menggunakan air sungai
- Menggunakan pam
- Jarak sumber air kerja
6. Listrik :
- Menggunakan fasilitas pln
- Mengusahakan sendiri (genset)
7. Tenaga kerja :
- Didapat dari daerah sekitar job site
- Mendatangkan dari luar
- Akomodasi yang diperlukan
- Perlu ijin khusus / tidak
- Perlu biaya khusus untuk ijin / tidak
8. Keadaan cuaca di site :
- Terang / kadang-kadang hujan / hujan terus-menerus
- Diperlukan data curah hujan dari badan meteorologi dan geofisika setempat.
9. Data penyelidikan tanah (sondir, boring log dsb) :
- Jika tidak disertakan dalam kontrak, perlu ditanyakan ke konsultan
- Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali / yang terlihat dari luar (batu,tanah keras,
dsb).
- Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah).
10. Quarry / borrow area :
- Disediakan atau mencari sendiri
- Jika disediakan, apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan test)
- Ada berapa quarry / borrow area
- Lokasi quarry ( gunung / sungai / tanah datar / belukar )
- Jenis batuan / pasir / tanah timbun
- Jalan menuju quarry / borrow area ( ada, membuat baru, perlu diperbaiki perlu
diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang
sudah ada) dan lain-lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
222 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
222
- Cara pengambilan material (diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
11. Survei harga bahan lokal :
- Ada / tidak pabrik kayu balok, papan, plywood
- Pembayaran untuk kayu (kontan / tidak)
- Harga bahan / kayu loco di pabrik / di lokasi proyek
- Harga pasir, batu, split, tanah urug di lokasi pengambilan dan sampai dengan di
lokasi proyek berapa
- Harga material pada waktu musim hujan berbeda / tidak
- Lokasi borrow area ( gunung / sungai / tanah datar / belukar)
- Jarak ke site
- Jenis batuan
- Jalan menuju borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar, perlu
membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki jembatan yang sudah ada) dan
lain- lain.
- Apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
- Transport material ke site (truck, dump truck, dipikul)
- Biaya retribusi material (royalti) per m3
- Bagaimana penempatan alat-alat di quarry / borrow area (bila diperlukan)
- Cara pengambilan material ( diledakkan, membeli dari leveransir, membeli dari
masyarakat setempat, mengambil di lokasi)
12. Disposal area
- Disediakan / tidak
- Kondisi disposal area
- Jarak dari job site
- Kondisi jalan menuju site
13. Penggunaan alat berat :
- Ada tidaknya peralatan yang disewakan di sekitar lokasi (data alat / biaya sewa)
- Galian ( bulldozer / hydraulic Excavator / dragline )
- Pengecoran beton ( beton mollen / batching plant / truck mixer ) dan alat bantu
pengecoran ( mobile crane / concrete pump )
14. Mobilisasi :
- Jarak pelabuhan untuk menurunkan alat berat dan bahan bangunan dan job site
- Fasilitas pelabuhan ( demaga / crane / tonage / gudang )
- Perlu menghubungi emkl setempat (untuk biaya penyewaan)
- Jika fasilitas pelabuhan tidak ada perlu disurvei kemungkinan penurunan dan
pengangkutan dengan lct (landing craft tank) dan lst (landing ship tank)
15. Lokasi penempatan alat :
- Ada tidaknya dudukan alat
223 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
223
- Perlu / tidak alat bantu untuk mencapai lokasi
16. Kondisi sosial lingkungan proyek :
- Perlu / tidak adanya pendekatan khusus.
- Perlu tidaknya tambahan keamanan lingkungan berupa pos kepolisian atau militer
17. Pemotretan perlu dilakukan untuk bagian site yang penting termasuk :
- Jalan masuk
- Jalan dari pelabuhan ke site
- Jembatan kritis yang perlu diperkuat
- Fasilitas pelabuhan dan lain-lain
18. Sarana kesehatan :
- Ada tidaknya rumah sakit, puskesmas yang terdekat dari lokasi proyek
Proyek jembatan
1. Jembatan sementara / lama :
a. perlu / tidaknya jembatan sementara (bailley / kayu, dsb )
b. perlu / tidaknya pembebasan (rumah penduduk, pohon-pohon, tanaman dll)
c. perlu / tidaknya pembongkaran jembatan lama ( sebagian / seluruhnya)
2. Kondisi sungai:
a. tinggi air maksimum
b. tinggi air normal
c. tinggi air minimum
d. dasar sungai, apakah batu / pasir /
lumpur e. tebing sungai terjal / landai
f. jenis tanah tebing sungai
g. kecepatan / kekuatan arus sungai
h. dasar sungai landai / terjal
i. bila ada pengaruh pasang surut laut berapa tinggi air pasang surut pada kurun
waktu tertentu
j. bagaimana kondisi pengendapan dan penggerusan tebing
3. Data geologi :
a. jenis batuan
b. sifat batuan
c. kekerasan dari batuan
4. Metode pelaksanaan :
a. perlu atau tidaknya penyimpangan aliran sungai.
b. perlu tidak pengeringan.
c. perlu atau tidaknya pembuatan kistdam berat / ringan (Sheet Pile / batang kelapa/
dolken)
224 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
224
d. perlu atau tidaknya steiger werk (perancah)
5. Galian abutment / pier :
a. apakah menggunakan tenaga manusia / alat berat
6. Pekerjaan beton :
a. alat pengecoran serta alat bantu pengecoran yang digunakan
b. alat untuk mengangkat balok prestressed ( crane / launching ) Proyek jalan
Proyek Jalan
1. Keadaan site :
a. untuk proyek jalan baru (rata, bergelombang, berbukit, rawa)
b. untuk proyek perbaikan jalan (ramai / sepi oleh kendaraan, rusak berat / ringan)
2. Fasilitas alat-alat berat :
a. ada / tidaknya alat berat yang dapat di sewa di sekitar site
3. Lokasi alat-alat berat :
a. penempatan stone crusher
b. penempatan Asphalt mixing plant (dikaitkan dengan lokasi stone crusher dan
tempat pergelaran hotmix)
4. Lokasi keet :
a. penempatan keet induk dan keet tambahan direncanakan seefisienmungkin
b. jumlah keet yang dibutuhkan se efisien mungkin
5. Data geologi :
a. jenis batuan
b. sifat batuan
c. kekerasan dari batuan
6. Sub kontraktor :
a. daftar sub kontraktor setempat untuk jenis pekerjaan tertentu
Catatan :
Untuk pekerjaan perkerasan beton semen, survei meliputi klasifikasi batuan, jarak
tempuh pengangkutan material borrow dan disposal area serta lingkungan sekitarnya.
Ditambah dengan survei jalan kerja dan curah hujan / cuaca.
225 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
225
itu dalampenilaian untuk menentukan pemenang tender, penyajian metode pelaksanaan
mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai
penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran merupakan
jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang tender/pelelangan.
Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:
a. Project plan
1) Denah fasilitas proyek(jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain)
2) Lokasi pekerjaan
3) Jarak angkut
4) Komposisi alat (singkat / produktivitas alatnya)
5) Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan pelaksanaan
b. Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan
pekerjaan. c. Uraian pelaksanaan pekerjaan.
d. Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek(urutan secara
global). Contoh-contoh metode pelaksanan seluruh pekerjaan saluran irigasi dapat
dilihat pada modul pelaksanaan pekerjaan saluran irigasi Bab IV, sub bab 4.3. Mengatur
Pelaksanaan Pekerjaan di Lapangan.
e. Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan yang perlu penjelasan
lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting atau pekerjaan yang
jarang ada, atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume
kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian
singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa
gambar
/ sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan
f. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan konstruksi
dan jadwal kebutuhan peralatan
g. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan
pekerja)
h. Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material
i. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan
yang diperlukan
226 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
226
d. Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik yang
berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi tonase tertentu,
memenuhi mutu tegangan ijin tertentu dan telah memenuhi hasil testing
tertentu.
e. Memenuhi syarat ekonomis
1) Biaya murah
2) wajar dan efisien
f. Memenuhi pertimbangan non teknis lainya
1) Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui oleh
lingkungan setempat
2) Rekomendasi dan polisi dari pemilik proyek
3) Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan apabila hal itu
merupakan alternatif pelaksanaan pelaksanan yang istimewa dan riskan
g. Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan
dan dipertimbangkan. Masalah metode pelaksanaan pekerjaan banyak sekali
variasinya, sebab tidak ada keputusan ’engineering’ yang sama persis dari dua
ahli teknik. Jadi pilihan yang terbaik yang merupakan tanggung jawab
manajemen dengan tetap mempertimbangkan engineering economies.
h. Manfaat positif construction method
1) Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan
fasilitas penyelesaian pekerjaan.
2) Merupakan acuan / dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan di proyek.
3) Memperhatikan aspek lingkungan.
227 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
227
penjelasan yang jelas serta rinci, selain itu realistis dapat dilaksanakan;
2) Back-up perhitungan teknis dan ekonomisperlu dibuat untuk pekerjaan-
pekerjaan utama dan pekerjaan pendukungnya;
3) Penggunaan alat harus jelas jenis, tipe kapasitas, asal alat maupun
jumlahnya;
4) Penggunaan material harus jelas macam, spesifikasi, ukuran, merek/asal maupun
kuantitasnya;
5) Tenaga kerja (pengawas, operator, mekanik, pekerjaan dan lain-lain) harus
jelas kualifikasi yang disyaratkan maupun jumlahnya;
6) Waktu pelaksanaan dihitung, dengan memperhitungkan hari-hari libur
resmi, prakiraan cuaca, gangguan-gangguan yang bisa terjadi dan lain-lain.
d. Untuk bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan pelaksanaanya kepada Sub
Pelaksana Konstruksi (Sub Kontraktor), metoda konstruksi yang digunakan
harus dibahas bersama Sub Pelaksana Konstruksi dan disepakati bersama metoda
konstruksi yang dinilai paling efektif bagi pelaksanaan proyek.
e. Metoda konstruksi dari bagian-bagian pekerjaan ini perlu ditinjau kembali bila
terjadi perubahan-perubahan pada keadaan lapangan maupun pada
pelaksanaan pekerjaan, sehingga selalu didapatkan metoda konstruksi yang optimal.
Sesuai spec
efisien dan ekonomis
alternatife terbaik
228 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
228
- pemasangan plastic sheet
- crack in duser
- longitudinal joint (t bar)
- dowel
- setting time concrete
- cutting concrete 8 s/d 15 jam
- curing
- sealant
- grooving
Perhatikan kondisi sub grade dan lean concrete (kerataan dan kebersihan) pemasangan
plastic sheet, crack in duser, dowel, penghamparan beton, pemasangan t-bar, grooving,
cutting compound, penutupan permukaan dengan plastic atau geotekstil, dilanjutkan
dengan cutting, sealant.
Metode penghamparan memakai concrete paver dilengkapi dengan automatic
leveling control, finishing permukaan dilakukan dengan sistem mekanis atau
autofloat (untuk menghindari terjaidnya gelombang / permukaan tidak rata)
meratakan permukaan dengan manusia sebetulnya tidak diperlukan pekerja, hanya
untuk perapihan sisi pinggir tegak.
Berikut adalah contoh dari metoda pelaksanaan pekerjaan Beton Semen.
A. PEKERJAAN PERKERASAN
Pada proyek ini, lapisan perkerasan yang digunakan adalah perkerasan rigid atau
perkerasan yang solid dengan menggunakan bahan beton. Pekerjaan rigid ini akan
dilakukan dengan cara mengecor langsung di tempat (Cast in situ).
Tahapan untuk melaksanakan Perkerasan Beton / Concrete pavementdijelaskan
sebagai berikut :
1. Persiapan Bekisting
2. Pekerjaan Penulangan
3. Pekerjaan Pengecoran
4. Pekerjaan Perawatan Beton / Curing
5. Pekerjaan Pengaspalan
229 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
229
Gambar 7.2.1 Tipikal Perkerasan Jalan Arteri
230 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
230
Pekerja sudah berpengalaman. Pelaksana lapangan hanya melakukan pemeriksaan agar hasil
an pengukuran dapat dipakai untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan.
penguk Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan pengukuran dilakukan juru ukur untuk
uran menghasilkan patok center line, pengukuran situasi, potongan memanjang dan melintang
ini (cross section dan long section), titik koordinat dan polygonnya dilanjutkan dengan
dilakuk pemasangan patok-patok.
an oleh
Patok pinggir atau stick dibuat dari baja dilengkapi dengan wirestring. Profil tersebut untuk
juru
menetukan elevasi, ketebalan, kemiringan dan penggunaan stickwire string untuk sensor
ukur
automatic levelingcontrol.
yang
Contoh tahapan pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Pengecekan benchmark dimulai dari cek fisik BM, dilanjutkan cek nilai BM dengan ikatan
BM yang lain.
b. Dilakukan pengukuran patok sementara dan diikat pada BM, selanjutnya memasang
BM baru dengan jarak sesuai kebutuhan.
c. Pelaksanaan pengukuran awal
1) Gambar kerja dipelajari
2) Disiapkan data untuk pengukuran situasi (staking out) berupa jarak, sudut dan elevasi
3) Dipasang identifikasi titik detail dan titik utama sesuai gambar
4) Dipasang titik control / BM sementara untuk mengontrol pekerjaan.
231 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
231
(untuk kontraktor berupa seri ISO 9002) yang harus dilaksanakan olehseluruh personil
pelaksanaan proyek termasuk juga pelaksana lapangan beserta mandor dan sub
kontraktor.
Salah satu prosedur mutu yang harus dilakukan adalah instruksi kerja atau IK. Instruksi
kerja menjelaskan proses kerja secara detail dan merupakan petunjuk kerja bagi
pelaksana dan mandor yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Biasanya seorang mandor dalam melaksanakan pekerjaannya membuat langkah-
langkah kerja tertentu tetapi tidak tertulis sehingga sulit diketahui apakah langkah
kerja itu urutan dan isinya sudah benar dan apakah langkah kerja itu betul-betul
sudah dilaksanakan.
Pada pelaksanaan di lapangan prosedur mutu ISO 9000 mensyaratkan bahwa
pelaksana lapangan harus mengendalikan pekerjaan dengan melaksanakan pengisian
check list Instruksi Kerja.
Manfaat bagi mandor / sub kontraktor dalam penerapan prosedur mutu tersebut
antara lain :
a. Tugas dan tanggung jawab menjadi jelas
b. Menumbuhkan keyakinan kerja, karena bekerja berdasarkan prosedur kerja yang
jelas dan benar.
c. Berkurang atau tidak adanya kerja ulang karena sistem mutu yang baik,
Manfaat bagi unit kerja mandor borong antara lain :
a. Efektifitas dan efisiensi operasional mandor / sub kontraktor meningkat
b. Produktifitas meningkat dan biaya pekerjaan ulang berkurang.
c. Karena proses / langkah kerja dimonitor dan dikendalikan secara tertulis
dapat diketahui siapa saja tukang atau pekerja yang potensial.
Ada kesan pelaksanaan Jaminan Mutu hanya memperbanyak pekerjaan administratif
saja sehingga perlu sosialisasi kepada seluruh karyawan yang ada. Setelah hal
tersebut betul-betul dikerjakan di lapangan, manfaat yang ada akan segera terlihat.
Sudah saatnya pelaksana lapangan mengharuskan seorang mandor / sub kontraktor
mengetahui konsep dasar penerapan ISO 9000, yaitu :
a. Tulis apa saja yang anda
kerjakan b. Kerjakan apa yang anda
tulis
c. Sudah efektif? Perbaiki yang perlu.
d. Rekam dan catat hasil pelaksanaannya.
e.
C. Jadwal Kerja
Untuk sub sub bab ini, materi pelatihan dapat dilihat pada sub sub bab 7.3.2.3 pada modul
pelatihan pekerjaan drainase
232 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
232
pada jalan baru maupun pada jalan lama (lapis tambah beton semen).
Pedoman mencakup persyaratan bahan, penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi,
penyiapan pembetonan, pembetonan, pengendalian mutu dan pembukaan untuk
lalu-lintas.
2. Acuan Normatif
a) SNI 03-1738-1989, Metode pengujian CBR lapangan SNI 03-1973-1990, Metode
pengujian berat isi beton
b) SNI 03-2816-1992, Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk
campuran mortar dan beton
c) SNI 03-1969-1990, Metode pengujian berat Jenis dan penyerapan air agregat
kasar
d) SNI 03-3416-1994, Metode pengujian partikel ringan dalam agregat
e) SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi
Los Angeles
f) SNI 06-2422-1991, Metode pengujian keasaman dalam air dengan
titrimetrik
g) SNI 06-2424-1991, Metode pengujian oksigen terlarut dalam air dengan
titrimetrik
h) SNI 06-2505-1991, Metode pengujian kadarkarbon organik total dalam air
dengan alat KOT-Meter Inframerah
i) SN! 06-2502-1991, Metode pengujian kadar minyak dan lemak dalam airsecara
gravimetri SNI 06-2426-1991, Metode pengujian sulfat dalam air dengan alat
spektrofotometer SNI 06-2431-1991, Metode pengujian klorida dalam air
dengan argentometrik mohr SNI 03-2495-1991, Spesifikasi bahan tambah
untuk beton
j) SNI 03-6388-2000, Spesifikasi agregat lapis pondasi bawah, lapis pondasi
atas dan lapis permukaan
k) SNI 03-1743-1989, Metoda pengujian kepadatan berat untuk tanah
l) SNI 03-1744-1989, Metota pengujian CBR laboratorium
m) SNI 03-2491-2002, Metoda pengujian kuat tarik belah beton
n) SNI 15-2049-1994, Spesifikasi semen untuk beton semen
o) SK SNI 04-1989-F, Spesifikasi agregat kasar untuk beton semen
p) SNI 03-2853-1992, Tata cara pelaksanaan lapis pondasi jalan dengan batu
pecah
q) SNI 03-2854-1992, Spesifikasi kadar ion klorida dalam beton
r) Sll 0051-74, Spesifikasi besar butir / gradasi agregat untuk beton semen
s) Sll 0076-75, Spesifikasi agregat halus untuk beton semen
t) Sll 0053-74, Spesifikasi kandungan partikel lunak
u) Sll 0456-81, Spesifikasi kepipihan / panjang agregat kasar
v) Sll 0083-75, Spesifikasi keawetan terhadap Na2 S04 dan Mg S04
w) Sll 0079-75, Spesifikasi kekerasan agregat kasar (R’udeloff )
233 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
233
x) Sll 0455-81, Spesifikasi sifat-sifat reaktif campuran semen dengan agregat
halus (metode batang adukan)
y) Sll 0582-81, Cara uji cepat sifat silica reaktif agregat beton (metode
z) kimia) Sll 0013-81, Persyaratan semen Portland untuk campuran beton
aa) Sll 0132 - 75, Metode pengujian mutu dan cara uji semen pozolan
ab) AASHTO M - 155, Granular material to control pumping under concretepavement
ac) AASHTO M-30-1990, Zinc-coated steel wire rope and futtings for highway
guardrail
ad) AASTHO T-222-81, Non repetitive static plate test of soil and flexible pavement
components, for use in evaluation and design of airport and highway pavement
ae) AASHTOT-128-86 (1990), Fineness of hydroulic cement by the no. 100 (150-j.i.m)
and no. 200 (75-jj.m)
af ) AASHTO M 31-81, Deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement
ag) AASHTO M 42-81, Rail-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement
ah) AASHTO M 53-81, Axle-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement
ai) AASHTO M 35-81, Preformed expantion joint filler for concrete
aj) AASHTO M 221-81, Steel welded wire fabric, deformed, for concrete reinforcement
ak) AASHTO M 144-78, Calcium chloride
al) AASHTO M 194-82, Chemical admixtures for concrete
am) AASHTO M 54-81, Fabricated deformed steel bar mats for concrete
reinforcement
an) ASTM C 309-89, Specification for liquid membrane-forming compounds for
curing concrete
ao) ASTM D 2835-89, Standard specification for lubricant for
instalation of compression seal in concrete pavements
ap) ASTM C 78-84, Test method forflexural strength of concrete (using simple
beam with third-point loading)
aq) ASTM C 174-87, Test method for measuring length of drilled concrete cores
ar) ASTM C 618 -91, Specification for fly ash and row or calcined natural pozzolan
for use as a mineral admixture in Portland cement concrete
as) Pd. 0302-76, Spesifikasi kandungan bahan padat total air
at) Pd. S-02-1996-03, Spesifikasi beton siap campur (Ready-mixedConcrete)
3. Istilah Dan Definisi
a) Acuan Gelincir (Slip Form)
Jenis acuan yang biasanya terbuat dari baja dan bersatu dengan mesin
penghampar pada waktu penghamparan beton semen
b) Acuan tetap (fixed form)
234 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
234
Jenis acuan yang umumnya terbuat dari baja dan dipasang di lokasi
penghamparan sebelum pengecoran beton semen
c) Bahan Anti Lengket
Jenis bahan untuk mencegah lengket antara adukan beton semen dengan
acuan
d) Batang Pengikat (Tie Bar)
sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan
maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal
e) Jalur Lalu-Lintas (Carriage Way)
Bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan
bermotor
(beroda 4 atau lebih)
f) Lajur Lalu-Lintas (Lane)
Bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan bermotor
beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan
g) Lapis resap pengikat
Lapisan tipis aspal cair berviskositas rendah diletakkan diatas lapis pondasi
sebelum lapis berikutnya dihampar
h) Lapis Pondasi Bawah Dengan Bahan Pengikat (Bound SubBase)
Pondasi bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi
dengan semen aspal, kapur abu terbang (fly ash) atau slag yang dihaluskan
sebagai bahan pengikatnya
i) Perkerasan Jalan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (Jointed Unreinforced
Concrete Pavement)
Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan
ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi
oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis
perkerasan ini berkisar antara 4-5 meter
j) Perkerasan Jalan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavement)
Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat dengan tulangan dengan
ukuran pelat berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya
dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari
jenis perkerasan ini berkisar antara 8-15 meter
k) Perkerasan Jalan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan (Continuously
Reinforced Concrete Pavement)
Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan
panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi oleh adanya sambungan-
sambungan muai melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini lebih
besar dari 75 meter
l) Perkerasan Jalan Beton Semen Pra-Tegang (Prestressed Concrete Pavement)
Jenis perkerasan jalan beton semen menerus, tanpa tulangan yang
menggunakan kabel-kabel pratekan guna mengurangi pengaruh susut, muai
235 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
235
dan lenting akibat perubahan temperatur dan kelembaban
m) Perkerasan Jalan Beton Semen
Suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis
pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan
n) Ruji (Dowel)
Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan
melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga pelat
yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan
yang berarti.
o) Stabilisasi
Suatu tindakan perbaikan mutu bahan perkerasan jalan atau meningkatkan
kekuatan bahan sampai kekuatan tertentu agar bahan tersebut dapat
berfungsi dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada bahan aslinya
p) Sambungan Lidah Alur
Jenis sambungan pelaksanaan yang sistim pengatur bebannya digunakan
hubungan lidah alur
4. Simbol dan singkatan
BJTU : Baja Tulangan Ulir
LASTON : Lapis Aspal Beton
AASHTO : American Association of State Highway and Transportation
Officials
ASTM : American Society for Testing and Materials
SNI : Standar Nasional Indonesia
SKSNI : Standar Konsep Standar Nasional Indonesia
Pd. : Pedoman
5. Penyiapan Tanah Dasar Dan Lapis Pondasi
a) Umum
Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar
dan atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran,
penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa
bahan pengikat, dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan
sesuai dengan spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992).
Pembentukan permukaan secara tepat sangat penting dalam pelaksanaan
ditinjau dari segi jumlah beton semen yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi
perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi
tanah expansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin
penghampar. Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan
tetap, pembentukan akhir dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan
yang dipasang sesuai dengan rencana alinyemen. Bagian-bagian permukaan
yang menonjol harus dikupas hingga elevasi sesuai dengan gambar rencana.
236 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
236
Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan
persyaratan pemadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sis'tem
pengatur elevasi otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan
di atas permukaan yang akan dibentuk. Pembentukan akhir permukaan
lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum bahan
mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam).
b) Persyaratan Permukaan
Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah
dasar harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang
yang ditentukan pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi permukaan
maksimum 2 cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh lebih besar
1cm bila diukur dengan mistar pengukur (straight edge) sepanjang 3 m.
Permukaan tanah dasar agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi
atau beton semen dihamparkan. Alat-alat berat tidak boleh dioperasikan di
lajur permukaan yang sudah selesai dilaksanakan. Ketentuan pelaksanaan umum
yang berlaku untuk tanah dasar berlaku pula untuk lapis pondasi. Toleransi
ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5 cm dan perbedaan
penyimpangan kerataan permukaan harus lebih kecil 1 cm bila diukur dengan
mistar pengukur sepanjang 3 m. Apabila lapis pondasi menggunakan lapis aspal
resap pengikat, pengecoran beton semen tidak boleh dilaksanakan sebelum
permukaannya kering. Sebelum pengecoran beton semen, lapis pondasi
harus dibasahi terlebih dahulu guna mendapatkan kelembaban yang cukup. Hal
ini dimaksudkan untuk menjaga penguapan yang cepat dan mengurangi bahaya
retak, khususnya pada lapis pondasi dengan stabilisasi semen. Bila disyaratkan
penggunaan lembar kedap air maka lembar tersebut harus dipasang di atas
permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang
tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah
lebar dan 30 cm pada arah memanjang. Pemasangan lembar kedap air harus
dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut.
Juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.
6. Penyiapan Pembetonan
a) Acuan perkerasan beton semen
Dalam penghamparan perkerasan beton semen, dikenal dua metode
pelaksanaan yaitu :
1) Metode Acuan tetap (Fixed form Paving Method).
2) Metode Acuan Gelincir (Slipform Paving Method).
Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan,
dilaksanakan di antara acuan.
Pada penghamparan metode acuan gelincir, pengecoran, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, di
antara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak.
6.1 Acuan tetap
a. Bahan dan ukuran
237 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
237
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6 mm bila
diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 mdan beban yang sama
dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya
yang akan bergerak di atasnya. Tebal baja yang digunakan adalah antara
6 mm dan 8 mm. Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton
yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan agar
acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton
semen, dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton
tapi tidak kurang dari 20 cm. Acuan harus diperkuat sedemikian rupa
sehingga setelah terpasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat
tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar
flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari
acuan tidak unrong dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan bidang
atas acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang dan
kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk setiap
3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus
mempunyai sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat
acuan-acuan tersebut.Rongga udara di bawah acuan harus
diupayakan sekecil mungkin sehingga air semen tidak keluar. Pada
lengkungan dengan jari- jari 30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau
acuan melengkung.
b. Pemasangan acuan
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen
dan ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu dipasang
acuan dapatdisanggasecara seragampada seluruh panjangnyadan terletak
pada elevasi yang benar. Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa dan
bila perlu diperbaiki menjelang penghamparan beton semen. Bila terdapat
acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil, pondasi harus diperbaiki
terlebih dahulu dan acuan harus distel kembali. Acuan harus dipasang
cukup jauh di depan tempat penghamparanbeton semen sehingga
memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu
kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang pada posisi yang
benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan
dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat
pemadat mesin atau manual. Acuan harus diikat pada tempatnya, paling
sedikit dengan tiga pasak pada setiap 3,00 m panjang. Setiap acuan harus
benar- benar terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak. Pada setiap titik
acuan tidak boleh menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya. Tidak
diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat
peralatan pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian
dalam acuan harus dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket.
238 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
238
c. Pembongkaran acuan
Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang- kurangnya
selama 8 jam setelah pengecoran beton semen. Apabila temperatur
udara turun dibawah 10° C pada kurun waktu 8 jam sejak pengecoran
beton, acuan agar dipasang lebih lama guna menjamin bahwa ujung
perkerasan beton semen tidak rusak.Perawatan terhadap tepi perkerasan
beton harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah acuan dibongkar.
6.2 Acuan gelincir
Pada acuan gelincir, pemadatan dan penyelesaian akhir beton semen
dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, yaitu di antara sisi-sisi
dalam acuan yang sedang bergerak. Adukan beton semen dapat di masukkan
langsung ke dalam penghampar, atau disebarkan dan diratakan menggunakan
mesin terpisah dari alat penghampar utama. Rangka acuan bagian tepi yang
tersedia hanya digunakan untuk menyangga selama pelaksanaan pembetonan
berlangsung. Untuk mengontrol tebal slab, jika diperlukan dapat
menggunakan beberapa bentuk acuan pengontrol ketinggian otomatis
danpengendali. Biasanya digunakan kawat yang ditegangkan secara teliti
yang diset di depan operasi penghamparan. Karena beton harus tersangga
sendiri pada tepinya setelah penghampar lewat, penting untuk mengontrol
kemudahan kerja (workability) dan getaran. Pengoperasian mesin harus
dilakukan secara teliti untuk mengendalikan elevasi dengan memperhatikan
permukaan pelat sebagai acuan datum dan bila perlu dipasang penyangga
tepi sementara. Penghampar acuan-gelincir umumnya dikendalikan olen
sensor, mengikuti kawat yang ditegangkan yang diset secara bebas pada
setiap jalur. Pesan dari sensor pengendali elevasi dan arahnya diatur secara
otomatis oleh mekanisme pengendali.
a. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat
1) Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi
untuk batang polos AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau AASHTO
M 31-81.
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga
tidak mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton. Apabila
digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal
expansion cap) pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung
ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang
pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu
pelaksanaan tidak rusak. Batang ruji harus ditempatkan di tengah
ketebalan pelat. Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar
ruji bisa berfungsi secara sempurna.Bagian batang ruji yang bisa
bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat.
Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi
dengan dengan cat atau diolesi dengan bahan anti lengket
sebelum rujidipasang pelindung muai. Ujung batang ruji yang
dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi / penutup topi
pelindung muai. Pelapis ruji dari
239 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
239
jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan
anti lengket. Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan
ruji seperti dudukan untuk penyangga tulangan, yang diletakkan
pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk menahan pergeseran
atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan.
2) Pemasangan Dudukan Ruji
Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah
dasar yang sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan
tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar
Rencana. Ruji harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah
ditetapkan sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu
kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan
memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa
sehingga mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat. Susunan
batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan elevasi
yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan
menggunakan patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan
dudukannya dibuat secara bagian demi bagian maka susunan
tersebut harus merupakan satu kesatuan.
3) Batang pengikat (Tie Bars)
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi
spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan
berdiameter minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat
dari jenis baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan
dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan.
4) Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-
bahan organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton
atau yang dapat menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat,
kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat
minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian
benda uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil
dari yang disyaratkan.
Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut:
a) Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk
tulangan dari kawat baja berulir;
b) Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M42-81
dan AASHTO M 53-81.
Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan
adalah sebagai berikut:
240 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
240
a) Pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan,
241 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
241
tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman
batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman
batang baja harus diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang, kawat / batang baja yang paling
luar terletak 7,5 cm dari tepi / sambungan pelat.
b) Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat.
Batang-batang baja yang disambung, bagian ujung- ujungnya
harus berimpit dengan panjang tidak kurang dari30 kali
diameternya.
c) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara
mengelas pada tiap persilangan batang-batang tersebut, bagian
ujung-ujung batang memanjang harus berimpit dengan panjang
minimal 30 kali diameternya; Pola anyaman harus sedemikian
rupa sehingga batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak
kurang dari 5 cm.
d) Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan
sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar
anyaman harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;
e) Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor,
maka permukaan lapis pertama harus rata dan terletak pada
kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah permukaan akhir
pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran;
Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar
pengecoran dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan
agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir tanpa terjadi
kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah
pergeseran, anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat;
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di
atas tulangan. Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton
lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30 menit,
terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin. Selama
penghamparan pemasangan tulangan harus selalu diperiksa
dan apabila dipandang perlu harus dilakukan perbaikan.
f) Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka
tulangan harus dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut
beton adalah % tebal pelat + 2,5 cm dan tulangan melintangnya
tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal pelat.
Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus
diletakkan pada dudukan agar pada saat pengecoran tulangan
tersebutdapat ditahan pada posisi yang telah ditentukan; Bahaya
kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi
dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau
bertangga dari satu tepi perkerasan ketepi lainnya seperti terlihat
pada Gambar 1. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya
harus berimpit satu sama lainnya dengan panjang minimum 30
kali diameternya, tetapi tidak boleh kurang dari 40 cm.
242 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
242
b. Pembetonan
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang
ditentukan dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam
batas yang dianjurkan sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana
beton akan digunakan. Beton harus mempunyai faktor air semen yang
tidak lebih besar dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi
lingkungan yang mungkin terjadi.
Sifat-sifat beton semen
Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen
harus memiliki kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan
dalam pengerjaaan tanpa terjadi segregasi atau bliding dan setelah
beton mengeras memenuhi kriteria kekuatan, keawetan, kedap air
dan keselamatan berkendaraan.
a) Kadar Air Dan Kandungan Udara;
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas
kemudahan kerja) untuk mendapatkan beton yang padat dan
awet dengan kandungan udara yang sesuai dengan persyaratan.
b) Mutu Agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu
agregat harus tetap dijaga.
c) Bahan Tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah
dilakukan penilaian dan pengujian lapangan yang teliti.
d) Kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam
mempertahankan kekesatan permukaan perkerasan beton.
c. Bahan beton semen
Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah
diketahui dan dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan
dalam pedoman ini, baik mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi
setempat tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan perubahan /
penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi mutu
hasil pekerjaan.
d. Agregat
Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus < 1/3 tebal pelat atau < 3A
jarak bersih minimum antar tulangan.
243 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
243
Cara pengelolaan
a) Agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir,
penurunan mutu, pengotoran atau pencampuran antar fraksi
dari jenis yang berbeda. Bila bahan mengalami pemisahan butir,
penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum digunakan
harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan
ulang, pencucian atau cara-cara lainnya
b) Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 1,0 m. Masing-masing lapis agar ditumpuk dan
dibentuk sedemikian rupa dan penumpukan lapisan berikutnya
dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai dan dijaga agar
tidak membentuk kerucut
c) Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak
boleh di satukan
d) Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu
minimum 12 jamsebelum digunakan
e) Waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan
untuk agregat yang berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak
seragam
f ) Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk,
agregat tersebut harus mempunyai kadar air yang seragam
g) Agregat halus / pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume
agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari
5%, harus dikoreksi. Pada penakaran dengan berat,
banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.
Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi
e. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai
dengan SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai
lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus
cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a) Semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
b) Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari
lantai ruangan, tidakmenempel /melekat pada dinding ruangan dan
maksimum setinggi 10 zak semen
c) Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa
d) Semen dari berbagai jenis / merk harus disimpan secara terpisah
sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis / merek yang lain
e) Semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan
semen yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut
urutan pengiriman
244 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
244
f) Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari
2 bulan maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu
bahwa semen tersebut memenuhi syarat
g) Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari
70 °c
h) Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya
tidak perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam
berat.
f. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan
bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur ataubahan-
bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus
berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan
sesuai SK SNI S-04-1989-F.Air harus diukur dalam volume atau berat
dengan alat ukur yang mempunyai akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus
diperiksa setiap hari.
g. Bahan tambah (Admixtures)
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud; kemudahan
pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau pengikatan beton yang
245 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
245
lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing), pembukaan acuan dan
pembukaan jalur lalu- lintas dapat dipercepat, atau pengikatan yang
lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh. Proporsi bahan
tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi
sebagai berikut:
a) SNI 03-2495 -1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi
bahan tambah pembentukan gelembung udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan
yang digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada
Tabel 7.3.1
246 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
246
h. Penentuan Proporsi Campuran Beton Semen
Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan
rancangan dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana
campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran skala
penuh pada awal pekerjaan.Apabila ketentuan kadar semen minimum
diterapkan,makadisarankan untuk menggunakan semen minimum
335 kg/cm3, kecualibila pengalaman setempat menunjukkan bahwa
nilai tersebut dapat diturunkan. Disarankan kuat tarik lentur beton yang
ditentukan untuk tujuan perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari
tidak boleh lebih kecil dari 4 MPa (40 kg/cm2). Bila dalam perencanaan
dimasukkan parameter lain dari beton, maka kebutuhan semen per
m3 beton berdasarkan metoda semen minimum, harus dinaikkan atau
diturunkan berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar semen
tidak boleh lebih kecil dari 280 kg/m3.
i. Pengadukan beton semen
6.3 Unit penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk
setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak
penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran
(Batchingcontrols). Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang
terpisah, dan tidak boleh ditimbang kumulatif dengan agregat.Timbangan
harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan sekali
menimbang. Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara
teliti.Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara
berkala selama pelaksanaan.
247 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
247
e) Abu terbang (f/y ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat
dengan batas ketelitian 3 %.
6.5 Cara pengadukan beton semen
Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-
tahapan, harus menghasilkan betonsemen yang homogen, seragam dan
ekonomis. Untuk memperoleh riasii yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoprasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan
alat pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke daiam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruhair campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan
selesai. Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan
dari hasil percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari
75 detik, kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready mixed Concrete), pelaksanaan
pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03.
1) Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan
yang telah memenuhi semua persyaratan yang bisadikendalikan secara
otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun
pengadukannya. Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari
pabrik yang menyatakan kapasitas dan jumlah putaran per menit yang
dianjurkan.
2) Cara semi masinal
Apabila cara masinal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, pengadukan
beton dapat dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan peralatan
atau mesin yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara otomatis
(beton molen). Kondisi pelaksanaan seperti ini harus disertai dengan
pengawasan yang lebih baik.
3) Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau
dalam hal kondisi darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing)
menggunakan sekop dan cangkul boleh dilakukan.
6.6 Pengangkutan Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan
antara lain: tipping truck, truck mixer atau agitators, sesuai dengan
pertimbangan ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan
harus dapat menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan
tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton.
Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non- agitating),
rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk
248 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
248
beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki
sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton > 30° C. Apabila digunakan
truckmixers atau truckagitators, rentang waktu pengangkutan dapat diijinkan
hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi jika untuk
beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton > 30°C
6.7 Pengecoran, Penghamparan, Dan Pemadatan
a. Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m -
1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat,
penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket)
dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan
di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar.
Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke
adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum
terjadi pengikatan akhir (final setting).
Pengecoran Pada Cuaca Panas
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila
temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 24°C, pencegahan
penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar
matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna
putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang
sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan
air. Pengecoran beton ha’rus dihentikan bila temperatur beton pada
saat dituangkan lebih dari 32°C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan
menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu
yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan
seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan
pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air
bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan
b. Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
1) Metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-
sambungan melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau
dengan cara digergaji sebelum retak susut terjadi.
2) Metoda panel berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang.
Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor,
pengecorannya dikerjakan setelah 4-7 hari berikutnya. Pada pekerjaan
besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir
249 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
249
(auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir,
kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin
penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah
menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada
pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan
cara manual. Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai
dengan tipe dan kapasitas alat pemadat.Apabila perkerasan beton
menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus diperkuat oleh
dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.
c. Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua
metoda untuk memadatkan beton yaitu: pemadatan dengan tangan
dan pemadatan dengan getaran.
1) Pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat
ini dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan
panjang sesuai lebar jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok
kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm seperti diperlihatkan
pada Gambar 3.Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini
dipasang mendatar di atas permukaan beton, kemudian diangkat
dandijatuhkan secara berulang-ulang. Setelah pemadatan selesai,
alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan
permukaan beton.
2) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan
tangan(Hand-operated vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.
Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok
penggetar yang dioperasikan secara manual seperti diperlihatkan
pada Gambar 4. Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-
bagian tepi atau sudut, dapat digunakan alat pemadat yang
dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Pemadatan beton
harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan
beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal
terjadi. Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi
dan sudut- sudut sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak
beraturan, pada jalan masuk dan persimpangan, diperlukan
penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.
6.8 Pembentukan Tekstur Permukaan
a. Penyelesaian Akhir Perkerasan Beton Semen
Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan
dirapihkan dengan alat perata. Tipikel alat perata ditunjukkan pada
Gambar 5.Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk
memberikan kekesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai
dengan beberapa cara. Ini termasuk penarikan karung goni (burlap),
250 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
250
penyikatan dengan kawat atau paku dan pembuatan alur, seperti
diperlihatkan pada Gambar 6 a dan 6b.
b. Penarikan Burlap (Sejenis Karung Goni)
Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan
dengan kecepatan lalu lintas rendah. Cara ini dilakukan dengan menarik
lembar burlap pada arah memanjang permukaan perkerasan. Sebagai
contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat sekitar 340 gr/m2 dapat
menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya untuk
mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan penarikan
burlapi dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur
awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir.
Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari.
6.9 Penyapu / Penyikat Melintang
Penyapu / penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas yang
rendah maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan.
Penyikat bisa dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan
menghasilkan tekstur permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5
mm seperti diperlihatkan pada Gambar 6a.Penyikatan biasanya dilakukan
dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak
boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua ban’s dengan jarak 2 cm
dari sumbu ke sumbu,” masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan
kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14
kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zig zag. Panjang kawat 10
cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.
251 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
251
beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban
relatif, temperatur beton dan udara serta kecepatan angin. Tingkat
penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,
temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin
bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas,
cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya
kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan pengisian
kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang cepat
juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat
pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara. Jika laju
penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya
laju penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram
seperti diperlihatkan pada Gambar 7.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis
:
Buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau
sinar matahari terhadap permukaan beton semenkendalikan
perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara
baik cuaca panas maupun dingin
Hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran
beton
Rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
Lindungi betonselamabeberapajam pertama setelahpengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan
penguapan
2) Perlindungan Terhadap Hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup
dengan bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
3) Perlindungan Terhadap Kerusakan Permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek,
dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu,
penghalang, dan lain sebagainya.
Gambar 4.3.6 Nomogram penentuan besar laju penguapan
b. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan
mutu akhir beton.Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh
permukaan belon harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik
adalah dengan cara penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti
pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau
bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput kompon yang
sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan dengan jumlah
252 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
252
0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat > 12,5 cm dan 0,2 ltr/m2
(2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm. Bidang-bidang tepi perkerasan
harus
253 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
253
segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila
pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan
perawat tersebut harus segera diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih
dapat dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak
memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus
dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan
terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara
pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang.
Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar
50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat
dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus
dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup
sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton
setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya
masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan
beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh
diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan.
Penutup harus dipertahankan dalam keadaan basah dan pada
tempatnya selama minimal 7 hari.
6.12 Kelandaian yang curam
Pada kelandaian yang curam (> 6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk
memberikan kekesatan yang lebih tinggi.Prosedur pelaksanaan seperti yang
diuraikan pada Butir 7.1 - 7.9 harus diikuti, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
254 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
254
menit sejak penyelesasian akhir.
6.13 Pembuatan sambungan
Pembuatan sambungan bisa dilaksananakan pada saat beton masih plastis
atau dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik
penggergajian merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan
untuk ruas-ruas jalan utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting
teknik pembentukan basah lebih ekonomis.
a. Sambungan Dengan Penggergajian Melintang
Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus
dimulai secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak
terjadi pelepasan butir, umumnya 4 jam - 8 jam, tergantung dari hasil
uji coba lapangan.Semua sambungan susut harus digergaji sebelum
retak-retak yang tidak dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan
penggergajian, harus dilakukan terus menerus siang malam tanpa
memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat dilakukan lebih awal
guna menghindari retak acak. Penggergajian pada sambungan susut
melintang harus dihentikan bilamana retak sudah terjadi dekat dengan
lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan susut harus
berurutan pada lajur-lajur yang berurutan. Lebar dari penggergajian
awal untuk sambungan susut melintang dan memanjang tidak lebih
dari 3 mm. Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas
celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah
penggergajian awal. Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang
harus dilakukan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penghamparan.
Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan
harus dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup
sementara dengan bahan yang telah direncanakan.
b. Sambungan Basah
Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan
lembaran plastik dengan cara menekan batang berbentuk “T” ke
dalam beton yang masih plastis, seperti diperlihatkan pada Gambar
7.3.9.Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup. Gambar
7.3.9 Pelaksana sambungan susut melintang basah
c. Penutup Sambungan
Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain
yang akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada
permukan sambungan seperti lepasnya agregat, masuknya material luar
yang akan menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan
ditekan perlu diperbaiki. Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada
lajur perkerasan sebelum sambungan diberi bahan penutup permanen
atau sementara.
6.14
255 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
255
Pemasangan Penutup Sambungan Siap Pakai
Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus
dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan
kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus
diperbaiki terlebih dahulu.
6.15
Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang
sesuai pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan
cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan
sambungan pada saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar
tepat masuk ke dalam celah. Pemuluran maksimum bahan penutup
setelah pemasangan adalah 10%.
Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm - 7 mm di bawah
permukaan perkerasan.
Lapis Tambah
a. Persiapan Permukaan Lapis Perkerasan Yang Ada
Hal yang harus diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada
(perkerasan lama) adalah :lubang, genangan air, kotoran dan benda-
benda asing lainnya;pamping atau rembesan air pada sambungan.
Rongga dapat ditutup dengan menggunakan campuran aspal atau
bahan lain yang sesuai. Pada daerah dimana terjadi kerusakan
perkerasan yang cukup parah pada perkerasan atau tanah dasar, harus
dilakukan pembongkaran dan diganti dengan material untuk
mendapatkan kondisi pondasi permukaan yang memenuhi
persyaratan. Sebelum pelaksanaan lapis tambah persyaratan
permukaan seperti yang diuraikan pada Butir 5.2 harus dilaksanakan.
b. Beton Semen Di Atas Beton Semen Dengan Lapis Pemisah
256 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
256
Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda- benda
asing, gompal, penutup sambungan yang lepas,
sisa perapihan tambahan atau bahan lain yang dapat mengganggu
ikatan antara perkerasan yang lama dengan lapis tambah. Lapis
pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir, harus
dihamparkan sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan.
Pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan,
pengangkutan, pengecoran, pembentukan tekstur permukaan,
perlindungan dan perawatan, pembuatan sambungan dan pembukaan
untuk lalu lintas mengacu pada Butir 7.1, sampai Butir 7.11. Pembuatan
sambungan lapis tambah beton semen harus pada lokasi yang sama
dengan letak sambungan lapis beton semen di bawahnya. Harus
diperhatikan agar sambungan susut atau muai lapis beton semen di
bawahnya tetap berfungsi.
c. Beton semen di atas perkerasan beraspal
Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-
benda asing, sisa perapihan tambahan atau bahan lain yang tidak
sesuai. Lapis pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir
harus dihamparkan sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan
pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan,
pengangkutan, pengecoran, pembentukan tekstur permukaan,
perlindungan, perawatan dan pembuatan sambungan mengacu pada
Butir 7.1, sampai Butir 7.11.
6.17 Sambungan Peralihan Antara Perkerasan Beraspal Dan Perkerasan
Beton Semen
Guna menghindari penurunan pada bagian perkerasan beraspal, perlu
dibuat lapisan transisi pada sambungan peralihan antara perkerasan beraspal
dan perkerasan beton semen. Tipikal bentuk sambungan dapat dilihat
pada Gambar 7.3.10.
Lebar slab transisi :
- 2,0 m untuk sambungan melintang
- 0,6 untuk sambungan memanjang
Gambar 7.3.10 Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan
perkerasan beton semen.
257 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
257
Tebal pelat (cm) Kuat tekan minimum yang diijinkan (fc) (MPa) kg/cm2
12,5 > 12,5 27,6 (276) 17,9 (179)
Tebal pelat (cm) Kuat tekan untuk pembukaan lalu lintas umum (fc) (MPa)kg/cm2
Hanya kendaraan penumpang Lalu-lintas campuran*
12,5 > 12,5 17,9 (179) 27,6 (276) 17,9 (179)
Catatan:
* Menganggap ada 500 lintasan beban sumbu ekivalen (ESAL) dalam satu arah antara waktu
pembukaan dan waktu beton mencapai kuat tekan rencana (kuat tekan pada 28 hari).
7.4 Pengendalian mutu
a. Kegiatan Pengontrolan Yang Harus Dilakukan Selama Pelaksanaan
Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan sslama pelaksanaan perkerasan
beton semen sebagai berikut:
1) Pekerjaan Awal;
a) Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi
b) Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan peralatan
dan Organisasi Kontraktor penentuan tugas dan tanggung jawab
c) Menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan peralatan
dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian
2) Bahan;
a) Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian
dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan
yang ditolak. Bahan tersebut meliputi:
b) Semen
c) Agregat air
d) Bahan tambah
e) Tulangan, ruji, dan bahan pengikat
f) Material perawatan beton
g) Bahan sambungan
3) Perbandingan Campuran;
a) Pengujian agregat meliputi: gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung
b) Data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air,
rongga
udara, kelecakan dan kekuatan
c) Volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan
koreksi kadar air agregat
4) Unit Penakar / Penimbang Meliputi;
a) pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur:semen, agregat, air dan
258 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
258
bahan tambah
b) pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan skala
timbangan
5) Unit Pencampur;
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu
dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran beton semen ;
a) acuan: kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji
b) tanah dasar: kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air sambungan
muai: bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan ruji
6) Pembetonan;
a) persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung
cuaca
b) pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir
segregasi dan keterlambatan
c) pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan
konsistensi
d) pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh, penyebaran,
pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan pemeriksaan
sambungan
e) penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan,
lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
f) pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan, alinemen,
perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
7) Setelah Pembetonan ;
a) waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari
b) perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan
dan lama waktu perawatan
c) perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan
pencatatan temperatur
d) sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran
bagian atas pada sambungan
e) penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup, pembersihan
sambungan dan penutupan
f) pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau
penggantian
8) Pengujian Beton Semen.
a) campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara.
b) pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan
dan
c) perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur,
pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat
tarik lentur.
259 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
259
9) Toleransi Penyimpangan
a) Kerataan Permukaan Baik Melintang Atau Memanjang;
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisaditentukan dengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.Toleransi
permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan
dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm
dengan menggunakan mistar perata 3 meter.
b) Ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika
dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core drill) dari
perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang
dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil pengeboran harus
diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus didasarkan
pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah
selesai.Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh
inti tambahan yang diambil dengan jarak
10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan
bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan
sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan
sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.
7.5 Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan Beton Semen
Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan difokuskan pada 3 hal terpenting
yaitu pengendalian kerja, mutu dan waktu.
a. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dilaksanakan oleh staf teknik proyek. Pelaksana lapangan bertugas
melakukan pengendalian bisa dengan sistem target, dimana yang bersangkutan harus
melakukan pengawasan terhadap produktifitas alat dan produktifitas tenaga kerja serta
waste untuk bahan.
Dengan adanya efisiensi penggunaan dan pengadaan alat, bahan dan tenaga kerja akan
menghasilkan produk sesuai target waktu dan target volume pekerjaan sesuai ketentuan
yang telah ditetapkan.
Apa itu produktifitas dan waste dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Produktivitas
Untuk mencari tingkat produktivitas yang ada, baik produktivitas tenaga maupun
alat, perlu diketahui / dipahami hal-hal sebagi berikut :
(a) Pengertian produktivitas
Secara teori, produktivitas adalah output dibagi input, yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
260 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
260
Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga dan alat yang output-
nya berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi.
Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas (atau volume):
(1) Pekerjaan galian (m3)
(2) Pekerjaan timbunan (m3)
(3) Pekerjaan pemasangan beton (m3)
(4) Pekerjaan pemasangan formwork (m2)
(5)
Pekerjaan penulangan beton (kg)
(6)
Pekerjaan dinding bata (m2)
(7)
Pekerjaan plesteran, lantai, plafond dan seterusnya.
Sedang input-nya dalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk
operatornya). Bila tenaga atau alat bekerja secara individual, makaprodduktivitas
yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga atau alat bekerja secara
kelompok, maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas kelompok.
Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari anggota
kelompok.
(b) Faktor yang mempengaruhi produktivitas
Produktivitas tenaga kerja atau alat, dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :
(1) Kondisi pekerjaan dan lingkungan
(2) Keterampilan tenaga kerja / kapasitas alat.
(3) Motivasi tenaga kerja/ operator
(4) Cara kerja (metode)
(5) Manajemen (SDM dan alat)
2) Waste
Tingkat waste juga berkaitan dengan kemampuan mandor / sub kontraktor dalam
mengelola sumber daya material. Untuk mencapai tingkat waste yang kecil, perlu
diketahui / dipahami hal-hal sebagai berikut :
(a) Pengertian waste
Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan/didatangkan
yang tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste, hampir selalu ada,
apapun penyebabnya. Oleh karena itu, upaya/program yang realistik adalah
menekan waste serendah mungkin.
(b) Jenis waste
Jenis waste ada dua yaitu waste individu, yaitu yang menyangkut satu
jenis material dan waste campuran, yaitu yang menyangkut material
campuran. Material campuran seperti beton, hot mix dan lain-lain, berasal
juga dari raw material (bahan baku). Oleh karena itu, terjadi waste ganda
yaitu waste individu untuk bahan bakunya dan waste campuran setelah
jadi material campuran. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus.
(c) Penyebab waste material
261 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
261
Waste dengan pengertian tersebut di atas dapat terjadi karena hal-hal
sebagai berikut :
(1) Produksi yang berlebihan (lebih banyak dari kebutuhan), termasuk
disini dimensi struktur bangunan yang lebih besar dari persyaratan
dalam gambar.
(2) Masa tunggu/ idle, yaitu material yang didatangkan jauh sebelum
waktu yang diperlukan.
(3) Masalah akibat transportasi/angkutan, baik yang di luar lokasi (site)
maupun transportasi di dalam lokasi (site) khususnya untuk material
lepas seperti pasir, batu pecah dan lain-lain.
(4) Proses produksi, termasuk disini mutu yang lebih tinggi dari
persyaratan. Misal, diminta beton K 350 tetapi yang dibuat beton K
450, sehingga mungkin terjadi waste untuk semen.
(5) Persediaan (stok) yang berlebihan.
(6) Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi, termasuk
disini material/ produk yang ditolak (reject).
(7) Kehilangan, termasuk disini berkurangnya kuantitas material akibat
penyusutan.
b. Pengendalian Mutu
1. Pelaksanaan uji mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas laboratorium
2. Pelaksana lapangan harus mengetahui test laboratorium, apa saja yang harus
dilaksanakan petugas lab untuk setiap item pekerjaan tertentu.
3. Begitu test laboratorium selesai dikerjakan dan diketahui hasilnya maka
pelaksana lapangan harus segera meminta hasil test lab dari petugas lab.
4. Apabila ternyata hasil test lab kurang atau tidak memenuhi syarat, pekerjaan tidak
bisa dimulai atau kalau sudah dimulai secepatnya harus dihentikan.
5. Apabila pekerjaan sudah jadi dan ternyata tidak memenuhi syarat maka segera harus
dilakukan perbaikan.
Contoh pada pengawasan mutu beton, harus dipastikan petugas lab berada di
bacthing Plant untuk memastikan beton yang dikirim kualitasnya sesuai yang
disyaratkan.
Untuk pekerjaan Beton Semen, persyaratan mutu yang penting adalah sebagai
berikut :
a) Slump (nilai slump harus konsisten)
b) Suhu concrete max 32 C
c) Cek ketebalan dengan benang dan meteran manual
d) Beton tidak boleh pakai Hyash
e) Maximal bersambung tanpa tulangan
f) Pakai white pigment curing compound
g) Cutting (maximum 5 mm, kedalaman ¼ tebal) umur beton tidak boleh lebih dari
8 jam
h) Sealant softening ponintnya minimal 85 C
262 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
262
i) Perhatikan cycle time concrete
c. Pengendalian Waktu
Untuk pengendalian waktu dilapangan, pelaksana lapangan harus membuat schedule
harian/mingguan sebagai pedoman waktu pelaksanaan untuk mandor/sub kontraktor.
Selain hal tersebut, pelaksana lapangan harus memahami dan memeriksa schedule
pengadaan alat, material dan tenaga kerja.Apabila terjadi penyimpangan, maka perlu
dilakukan tindakan/action agar waktu pelaksanaan sesuai target yang telah ditetapkan.
Target waktu penyelesaian suatu item pekerjaan harus selalu di update dan direvisi
sehingga deadline suatu penyelesaian pekerjaan sudah sesuai target yang ditetapkan.
Bleeding
Adalah bentuk lain clan segregasi, dimana partikel agregat kasar turun ke bawah
karena ketidakmampuan mengikat campuran air dan adukan mortar, sehingga air keluar
ke atas permukaan beton.
Sebab-sebab Bleeding :
a. Campuran beton terlalu basah.
b. Temperatur terlalu tinggi pada saal pengecoran,
c. Rancangan campuian beton (design mix) kurang baik,
d. Adanya penambahan air pada saat pengecoran berlangsung.
Perbaikan
Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
a. Tidak memenuhi toleransi dimensi,
b. Permukaan akhir yang tidak
sesuai,
c. Sifat-sifat campuran yang tidak memenuhi persyaratan maka harus dilakukan
perubahan proporsi campuran untuk sisa pekerjaan.
d. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh atau sebagian pekerjaan yang
dipandang tidak memenuhi ketentuan.
263 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
263
Akibat Kesalahan Pada Pelaksanaan Beton
a. Segregasi
b. Bleeding
c. Retak
d. Keropos
7.6 Perhitungan Kuantitas Hasil Pekerjaan Beton Semen
7.6.1 Pemeriksaan Data Hasil Uji Mutu Dan Dimensi Beton Semen
Pemeriksaan data hasil uji mutu bekerja sama dengan petugas lab untuk mengetahui
bagian pekerjaan yang dapat diterima dan bagian pekerjaan yang tidak/belum dapat
diterima. Pemeriksaan data dimensi pekerjaan Beton Semen bekerja sama dengan bagian
pengukuran untuk mengetahui volume pekerjaan yang sudah diselesaikan. Dengan
demikian pekerjaan yang dapat diterima bisa dihitung dimensi/volumenya.
264 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
264
yang disesuaikan, seperti ditentukan di bawah ini. Tidak ada pembayaran
tambahan untuk jalan yang ketebalan rata-ratanya melebihi ketebalan yang tertera
dalam Gambar.
b. Penyesuaian harga
Bila ketebalan rata-rata perkerasan kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih
dari 5 mm, tidak lebih dari 25 mm, pembayaran didasarkan pada harga yang telah
disesuaikan sebagai berikut:
265 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
265
DAFTAR PUSTAKA
Alberta Environmental Protection, 1993. WRMM (Water Resources Management Model), Program
Description, Calgary, Canada.
Delft Hydraulics, 1993. Ribasim, River Basin Simulation Model, User Manual.
Imam Syahputra Tunggal SH, CN, LLM, Drs. Amin Widjaja Tunggal Ak, MBA, Peraturan
Perundang- undangan Ketenagakerjaan di Indonesia, Harvarindo, Jakarta, 2003.
Katelaars, A. L. E., 1991. Water Resources Simulation Model on Symphony Spreadsheet (WAFLEX),
Application to Incomati river basin in Mozambique, IHE-Delft, Netherlands.
Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02;
Permen PU No. 17 Tahun 2011 tentang Pedoman Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi
Permen PU No. 30 Tahun 2007 tentang Irigasi Partisipatif
Permen PU No. 31 Tahun 2007 tentang Komisi Irigasi
Permen PU No. 32 Tahun 2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Permen PU No. 33 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan
P3A PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
PP NO. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Pusat Litbang Pengairan and Delft Hydraulics, 1989. Cisadane Cimanuk Integrated Water
Resources Development (BTA-155), Vol XIII WRD Analysis Cisadane-Jakarta-Bekasi Area,
Ministry of Public Works, Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang tentang Pengelolaan SDA
UU NO.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
Virama Karya et al, 2000. Pedoman Penyusunan Model Alokasi Air dengan Ms-Excel, Departemen
Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Virama Karya et al, 2000. Pedoman Penyusunan Model Alokasi Air dengan WRMM, Departemen
Permukiman dan Pengembangan Wilayah
266 Materi Pelatihan Pelaksana Lapangan Perkerasan JalanBab 7 : Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
266