Anda di halaman 1dari 61

SIR – 07 = PEKERJAAN TANAH

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN


PEKERJAAN JALAN
(SITE INSPECTOR OF ROADS)

2007

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Modul ini berisi bahasan tentang pelaksanaan pekerjaan tanah dalam pekerjaan
konstruksi jalan. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugas-
tugas inspektur jalan dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan pekerjaan
jalan.

Inspeksi pekerjaan jalan dalam rangka pengawasan pekerjaan jalan dimaksudkan


agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan spesifikasi dan
dokumen kontrak lainnya.

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan tanah mencakup pengawasan terhadap


pekerjaan persiapan, pembersihan lapangan, timbunan, galian, dan penyiapan
badan jalan termasuk pengetahuan mengenai jenis dan sifat tanah, pemilihana
peralatan serta cara pemadatan.

Modul ini disusun berdasarkan dokumen pelaksanaan pekerjaan jalan yang


secara umum digunakan oleh penyelenggara jalan.

Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam


meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.

Jakarta, Desember 2005


Penyusun

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) i


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan


Jalan (Site Inspector of Roads)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan
pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan
rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan
4. Membuat Gambar Teknik
5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ii


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

NOMOR : SIR-07

JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memeriksa hasil pelaksanaan
pekerjaan tanah konstruksi jalan dan memastikan kesesuaian dengan gambar
rencana dan gambar kerja.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan tanah dasar
2. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan galian.
3. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan timbunan.
4. Memahami jenis peralatan untuk pekerjaan tanah

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iii


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


LEMBAR TUJUAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site
Inspector of Road) ............................................................................ vi
DAFTAR MODUL ...................................................................................... vii
PANDUAN PEMBELAJARAN .................................................................. viii

BAB I PEKERJAAN TANAH DASAR .................................................. I-1


1.1. LAPISAN TANAH DASAR
(SUBGRADE) .................................................................... I-1
1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH ................................................ I-2
1.2.1 Urugan .................................................................. I-2
1.2.2 Urugan Biasa ........................................................ I-2
1.2.3 Urugan Pilihan ....................................................... I-3
BAB II PEKERJAAN TANAH ................................................................ II-1
2.1. PEMBERSIHAN DAN
PEMBONGKARAN (CLEARING
AND GRUBBING) .............................................................. II-1
2.1.1 Pembersihan Ringan ............................................. II-1
2.2. GALIAN ............................................................................. II-4
2.3. TIMBUNAN ........................................................................ II-5
2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR
(SUBGRADE PREPARATION) .......................................... II-6
BAB III PELAKSANAAN DAN PERALATAN ........................................ III-1
3.1 GALIAN ............................................................................. III-1
3.2 URUGAN ........................................................................... III-3
3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN ............................................. III-5
3.4 PERALATAN ..................................................................... III-6

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) iv


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

3.4.1 Peralatan Untuk Pekerjaan Timbunan ................... III-7


3.4.2 Peralatan Untuk Pekerjaan Galian ........................ III-7
3.4.3 Bulldozer ............................................................... III-7
3.4.4 Wheel Loader ........................................................ III-11
3.4.5 Excavator .............................................................. III-14
3.4.6 Dump Truck........................................................... III-17
3.4.7 Motor Grader ......................................................... III-19
3.4.8 Three Wheel Roller, Vibratory Roller ..................... III-21
3.4.9 Water Tank Truck .................................................. III-24
3.4.10 Pemilihan Alat Berat .............................................. III-26
3.4.11 Konversi Volume Tanah ........................................ III-27
3.4.12 Job Efficiency ........................................................ III-28
3.4.13 Pendekatan Kondisi Kerja ..................................... III-28
3.4.14 Waktu Penyelesaian Pekerjaan ............................. III-29
3.4.15 Pendekatan Produksi Alat ..................................... III-29

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) v


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JALAN (Site Inspector of Road)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan


Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road).

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vi


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIR – 02 Manajemen

3 SIR – 03 Bahan Jalan

4 SIR – 04 Gambar Teknik

5 SIR – 05 Alat Berat

6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah


8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase

9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan

10 SIR – 10 Pekerjaan Beton

11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan

12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

13 SIR – 13 Metode Kerja

14 SIR – 14 Teknik Pelaporan

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) vii


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan


(Site Inspector of Roads )

KODE MODUL : SIR-07

JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH

DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan pelaksanaan


pekerjaan tanah dasar, pekerjaan galian,
pekerjaan timbunan, jenis peralatan untuk
pekerjaan tanah dalam pelatihan Inspektur
Lapangan Pekerjaan Jalan.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) viii


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan
Mengikuti penjelasan TIU dan
Menjelaskan dan menguraikan
TIK dengan tekun dan aktif
tentang : OHT
Mengajukan pertanyaan
 Tujuan instruksional umum(TIU)
apabila kurang jelas.
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Bab I Pekerjaan Tanah


Dasar
Mengikuti penjelasan instruktur OHT
Menjelaskan dan menguraikan
dengan tekun dan aktif
tentang:
Mencatat hal-hal yang perlu
 Lapisan tanah dasar (subgrade)
Mengajukan pertanyaan bila
 Jenis dan sifat tanah perlu
Waktu : 15 menit

3. Ceramah : Bab II Pekerjaan Tanah


Menjelaskan dan menguraikan
Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tentang :
dengan tekun dan aktif
 Pembersihan dan pembongkaran
Mencatat hal-hal yang perlu
(clearing and grubbing)
Mengajukan pertanyaan bila
 Galian perlu
 Timbunan
 Penyiapan tanah dasar
(subgrade preparation)
Waktu : 40 menit

4. Ceramah : Bab III Pelaksanaan


dan Peralatan
Mengikuti penjelasan instruktur OHT
Menjelaskan dan menguraikan
dengan tekun dan aktif
tentang:
Mencatat hal-hal yang perlu
 Galian
Mengajukan pertanyaan bila
 Urugan perlu
 Penyiapan badan jalan
 Peralatan
Waktu : 30 menit

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) ix


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar

BAB I
PEKERJAAN TANAH DASAR

1.1 LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE)


Perkerasan jalan lentur (hotmix) berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Di dalam pelaksanaannya, perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari
beberapa jenis lapisan perkerasan yaitu :
 Lapisan tanah dasar (sub grade)
 Lapisan pondasi bawah (subbase course)
 Lapisan pondasi atas (base course)
 Lapisan permukaan / penutup (surface course)

Lapisan Permukaan (AC)

Lapisan Pondasi Atas (Macadam, CTB, ATB)

Lapisan Pondasi Bawah (Sirtu)

Tanah Dasar

Gambar 1. Lapisan Perkerasan Jalan Lentur.

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan
semen dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
 Lapisan tanah dasar, tanah galian.
 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar

 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.


 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang
kurang baik.

1.2. JENIS DAN SIFAT TANAH

1.2.1. URUGAN

Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :


 Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya.
Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang
tidak memenuhi syarat.
 Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil
gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.
Untuk dapat mengetahui material urugan secara umum terlebih dahulu harus diketahui
pengelompokan dari setiap jenis tanah. AASTHO dan US Army Corp. telah mengenalkan
pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :
 Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.
 Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim
Casagrande).

Sebagai pedoman dapat dilihat pada Tabel 1.1. s/d 1.4.

1.2.2. URUGAN BIASA

Bahan urugan biasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :


 Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari tanah yang
disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.
 Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi
sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar

klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki
CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.
 Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila
diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan urugan. Nilai aktif
diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan
presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).

1.2.3. URUGAN PILIHAN

Bahan urugan pilihan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :


 Urugan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Urugan Pilihan” bila digunakan pada
lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Pengawas.
 Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala
hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai
dengan AASHTO T 193.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3


Tabel 1.1.: Klasifikasi Tanah Menurut Sistim AASTHO

Klasifikasi Umum
Material berbutir Material lanau – lempung
(kurang dari 35 % yang lolos saringan No. 200) (lebih dari 35 % yang lolos sar. No. 200)

A–1 A-2 A-7


Grup Klasifikasi A-3 A-4 A-5 A-6
A-7-5,
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-7-6
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah

Analisa saringan,lolos (%)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)


No. 10 50 max ……… ……… ………. ……… ………. ………. ………. ………. ………. ……….
. . .
No. 40 30 max 50 max 51 min ………. ……… ………. ………. ………. ………. ………. ……….
.
No. 200 15 max 25 max 10 max 35 max 35 max 35 max 35 max 36 min 36 min 36 min 36 min
Sifat-sifat fraksi lolos sar No.400

Batas cair ……… ……… 40 max 41 min 40 max 41 min 40 max 41 min 40 max 41 min
. .
Indeks Plastisitas 6 max N.P 10 max 10 max 11 min 11 min 10 max 10 max 11 min 11 min

Penggunaan jenis material yang Batuan, kerikil Pasir Kerikil kelanauan atau kelempungan Tanah kelanauan Tanah kelempungan
sesuai dan pasir halus dan pasir

Tingkat Penilaian sebagai tanah


Sangat bagus - bagus Cukup bagus - jelek
dasar

* Indeks plastisitas dari A-7-5 sub group adalah setara, atau kurang dari LL minus 30
Indeks plastisitas dari A-7-6 sub group lebih besar dari LL minus 30

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb, Richard D. Walker)

I-4
Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar

Tabel 1.2 : Klasifikasi Tanah Menurut Sistim Unified

Uraian Kode Keterangan

Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil dan pasir,


Tanah berbutir kasar lebih besar dari 50

Kerikil 50% lebih


besar dari fraksi GW

saringan No. 4

Kerikil
bersih
dengan sedikit atau tidak ada material halus.

tertahan pada
% yang tertahan saringan No. 200

kasar yang
Kerikil bergradasi jelek dan campuran kerikil dan
GP pasir,dengan sedikit atau tidak ada material halus
GM Kerikil kelanauan, kerikil, campuran kerikil-pasir dan lanau

halus
Kerik
il
GC Kerikil kelempungan, campuran kerikil-pasir dan lempung
SW Pasir bergradasi baik dan pasir dengan sedikit atau tidak
Pasir lebih besar

kasar yang lolos


dari 50 % fraksi

bersih

ada kerikil.
pada saringan

Pasir

SP Pasir bergradasi jelek dan pasir dengan sedikit atau tidak


No.4

ada kerikil.
SM Pasir kelanauan, campuran pasir -lanau
halus
Pasir

SC Pasir kelempungan, campuran pasir – lempung.


ML Lanau, pasir halus, batu rapuh, pasir halus kelempungan
lempung batas cair
Tanah berbutir halus Lolos saringan

kurang dari 50%

atau kelanauan.
Lumpur dan

CL Lempung, dengan plastisitas dari rendah s/d sedang,


No. 200 lebih dari 50 %

lempung kerikil, lempung kepasiran, lempung kelanauan,


kelempungan
OL Lanau organik dan Lempung kelanauan organik dengan
plastisitas rendah.
MH Lempung, pasir halus mengandung mica atau lanau,
lanau elastis.
Lumpur

CH Lempung dengan tingkat plastisitas tinggi, lempung


OH Lempung organik dengan tingkat plastisitas dari sedang
s/d tinggi

Tanah organik PT Tanah bakaran, rabuk dan segala jenis tanah organik.

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-5


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar

Tabel 1.3. : Perbandingan Sistim Penggolongan Tanah Menurut AASHTO


Dan Unified

Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim Penggolongan Golongan sebanding menurut sistim
Unified AASHTO
tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi tanah menurut Sangat Mungkin Mungkin tapi
sistim AASHTO mungkin bisa tidak sistim Unified mungkin bisa tidak

A-1-a GW, GP SW, SP GM, SM GW A-1-a …… A-2-4, A-2-5,


A-2-6, A-2-7

A-1-b SW, SP, GP …… GP A-1-a A-1-b A-3, A-2-4,


GM, SM A-2-5, A-2-6,

A-3 SP …… SW, GP A-2-7

A-2-4 GM, SM GC, GW, GP GM A-1-b, A-2-4 A-2-6 A-3, A-2-4


SC SW, GP A-2-5, A-2-7 A-2-5, A-2-6
A-2-7

A-2-5 GM, SM …… GW, GP, GC A-2-6, A-2-7 A-2-4 A-4, A-7-6,


SW, GP A-6 A-7-5

A-2-6 GC, SC GM, GW, GP SW A-1-b A-1-a A-3, A-2-4


SM SW, GP A-2-5, A-2-6

A-2-7 GM, GC …… GW, GP A-2-7


SM, SC SW, GP

SP A-3, A-1-b A-1-a A-2-4, A-2-5,

A-4 ML, OL CL, SM, SC GM, GC A-2-6, A-2-7

SM A-1-b, A-2-4 A-2-6, A-4 A-6, A-7-5

A-5 OH, MH, …… SM, GM A-2-5, A-2-7 A-5 A-7-6, A-1-a


ML, OL

SC A-2-6, A-2-7 A-2-4, A-6 A-7-5

A-6 CL ML, OL, GC, GM, A-2-5, A-2-7 A-4, A-7-6


SC SM, GM

ML A-4, A-5 A-6 A-7-5

A-7-5 OH, MH ML, OL, GM, SM,


CH GC, SC CL A-6, A-7-6 A-4

A-7-6 CH, CL ML, OL, OH, MH OL A-4, A-5 A-6


SC GC, GM, A-7-5
SM A-7-6

MH A-7-5, A-5 …… A-7-5


CH A-7-6 A-7-5
OH A-7-5, A-5 …… A-7-6
PT …… ……

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-6


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar

Tabel 1.4. : Petunjuk umum memilih tanah sebagai bahan urugan ( AASHTO )

Klasifikasi Uraian secara Kepadatan Maximum Penggunaan


menurut HRB visual kering maximum % kadar air sebagai urugan

A-1-a Material berbutir 1,81 – 2,24 7 – 15 Baik – sangat baik


A-1-b

A-2-4 Material berbutir 1,73 – 2,12 9 – 18 Cukup baik – sangat baik


A-2-5 dengan tanah
A-2-6
A-2-7

A-3 Pasir halus dan pasir 1,73 – 1,81 9 – 15 Cukup baik - baik

A-4 Lanau kepasiran dan 1,50 – 2,05 10 – 20 Jelek - baik


lanau

A-5 Lanau elastis - 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan


Dan lempung

A-6 Lanau - lempung 1,50 – 1,89 10 – 30 Jelek – cukup baik

A-7-5 Lempung 1,34 – 1,57 20 – 35 Kurang memuaskan


Kelanauan elastis

A-7-6 Lempung 1,42 – 1,81 15 – 30 Jelek – cukup baik

(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb / Richard D. Walker)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-7


Tabel 1.5. : Sifat Tingkat Kepadatan Tanah Dan Penilaian, Klasifikasi Tanah Untuk Konstruksi

Sifat Pemadatan dan Pedoman Kepadatan kering Pengembangan Penggunaan sebagai Penggunaan Penggunaan
Kelas maks. (standar sbg sub grade sebagai
Penggunaan alat pemadat (ekspansif) material urugan
AASHTO) pondasi atas

GW Baik : tractor, rubber-tired, steel wheel, 1,97 – 2,12 Hampir tidak Sangat stabil Sangat baik Baik
atau vibratory roller
GP Baik : tractor, rubber-tired, steel wheel, 1,18 – 1,97 Hampir tidak Cukup stabil Sangat baik- Jelek-cukup
atau vibratory roller baik
GM Baik : rubber-tired atau sheepsfoot 1,89 – 2,12 Rendah Cukup stabil Sangat baik- Jelek-cukup
roller ringan baik
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah

GC Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,81 – 2,05 Rendah Cukup stabil Baik Baik- cukup
cukup roller

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)


SW Baik : tractor, rubber-tired, atau 1,73 – 2,05 Hampir tidak Sangat stabil Baik Cukup-jelek
vibratory roller
SP Baik : rubber-tired, atau vibratory roller 1,57 – 1,89 Hampir tidak Cukup stabil saat padat Baik-cukup Jelek
ringan baik
SM Baik : rubber-tired atau sheepsfoot 1,73 – 1,97 Rendah Cukup stabil saat padat Baik-cukup Jelek
roller ringan baik
SC Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,65 – 1,97 Rendah-menengah Cukup stabil Baik-cukup Cukup-jelek
cukup roller baik
ML Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,50 – 1,89 Rendah-menengah Stabilitas jelek diperlukan tingkat Cukup- jelek Tidak cocok
jelek roller kepadatan yg tinggi

CL Baik- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,50 – 1,89 Menengah Stabilitas baik Cukup- jelek Tidak cocok
cukup roller
OL Cukup- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,26 – 1,57 Menengah-tinggi Tidak stabil,tidak dapat Jelek Tidak cocok
jelek roller dipergunakan

MH Cukup- : rubber-tired atau sheepsfoot 1,10 – 1,50 Tinggi Stabilitas jelek,tidak dapat Jelek Tidak cocok
jelek roller dipergunakan

CH Cukup- : sheepsfoot roller 1,26 – 1,65 Sangat tinggi Stabilitascukup,denganmengur Jelek-sangat Tidak cocok
jelek angi sisi lebar jelek

OH Cukup : sheepsfoot roller 1,02 – 1,57 Tinggi Tidak stabil,tidak dapat Sangat jelek Tidak cocok
-jelek digunakan

PT Tidak : Sangat tinggi Tidak dapat dipergunakan Tidak cocok Tidak cocok
cocok
(Sumber : Highway Material, Robert D. Kerb, Richard D. Walker )

I-8
Bab I : Pekerjaan Tanah Dasar
Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

BAB II
PEKERJAAN TANAH

2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN


(CLEARING AND GRUBBING)

Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu,
termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:
 Pembersihan ringan
 Pembersihan berat

Pembersihan ringan, adalah pekerjaan pembersihan yang dilakukan terhadap semak


belukar, pohon-pohon, tanaman lain, sampah, dan bahan-bahan lain, termasuk
pengupasan / pembuangan lapisan tanah atas (‘top soil’).
Pembersihan berat , adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran tunggul-tunggul
pohon, batu-batu besar dengan ukuran kurang dari 0,5 m3 dan sisa-sisa bangunan
dengan ukuran kurang dari 1 m3, pembongkaran rintangan-rintangan, pengupasan jalan
lama dan sebagainya. Untuk batu-batu besar ukuran lebih besar dari 0.5 m3 dan sisa
bangunan lebih besar dari 1 m3, dimasukkan sebagai pekerjaan galian batu.

2.1.1. PEMBERSIHAN RINGAN

1. Pembersihan Semak Belukar


Semak dan belukar dibabat / ditebang dengan tenaga manusia atau dengan
‘bulldozer’. Penebangan / pembabatan dengan ‘bulldozer’ lebih menguntungkan
jika semak dan belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang
telah ditebang kemudian dikumpulkan / ditumpuk dan kemudian dibakar
(umumnya).
Penumpukan semak belukar yang telah ditebang yang dilakukan dengan
‘bulldozer’, dapat dilakukan dengan salah satu pola di bawah ini:

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-1


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

A.
Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke arah
secara teratur

B.

C.

Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir

Semak-semak
setelah ditebang
didorong ke pinggir

Gambar 2.1.: Pola Pengumpulan Semak Belukar setelah ditebang.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-2


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

2. Pembesihan Semak Belukar Lebat Dengan ‘Bulldozer’


Pembersihan semak belukar lebat ini dapat dilakukan dengan
urutan sebagai berikut:

Gambar 2.2.: Urutan Pembersihan Semak Lebat Dengan ‘Bulldozer’

‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu
operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu
yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum
tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2
tersebut.
Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang
ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang
seharusnya.
3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi
Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi
Teknik untuk penyelesaian selanjutnya

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-3


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan
dan spesifikasi umum.
6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan
Direksi Teknik

2.2. GALIAN

Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai
dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan
juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong- gorong. Masalah
utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di
lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya
air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan
demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila
tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat
dilaksanakan:

1. Tinggi Potongan kurang dari 5,0 Meter


Kemiringan lereng yang dapat diterima untuk semua keadaan normal,adalah 2
(tegak ): 1 (mendatar).
Bila terdapat hal khusus seperti di atas, maka pemilihan kemiringan lereng lebih
landai perlu dipertimbangkan.

2. Tinggi Potongan lebih dari 5,0 Meter


Pada setiap ketiggian 5,0 meter perlu dibuat bagian yang datar selebar I,0 meter.
Pada bagian yang datar itu harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga miring ke
bagian dalam, agar dapat menampung air dan mengalirkannya sepanjang bagian
datar searah dengan jalan tersebut.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-4


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

Berasal dari
air hujan

Gambar 2.3.: Potongan Melintang Yang Tipikal

Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi, di
tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga.

2.3. TIMBUNAN

Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi pekerjaan, yaitu:
1. Kondisi Tanah Asli yang akan ditimbun
 Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang akan
ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.
 Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai dibersihkan,
lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur bekas saluran dan
sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.
 Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.
 Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan.
2. Bahan Urugan dan Jenis Tanah Timbunan
Jenis tanah timbunan merupakan bahan urugan yang memerlukan persetujuan dari
Direksi Teknik.
3. Tinggi Timbunan Talud
Pekerjaan penimbunan dikerjakan setelah jalur patok-patok dipasang. Patok
dipasang di lereng , di tikungan, juga pada penampang, pada pekerjaan jembatan,

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-5


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

patok gorong-gorong, dsb. Patok-patok tersebut dikerjakan / dipasang oleh tim


pengukuran.
4. Cara Pemadatan
Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal
padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu diperhatikan
,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan tertentu yang harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION)

Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California
Bearing Ratio’). Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar.
Nilai ini dinyatakan dalam persen (%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di
Laboratorium dengan kondisi yang selalu dikontrol.
CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan
Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan
tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi,
karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur
sebagaimana Tes CBR di laboratorium
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan
mengambil contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara
0,5 – 1,0 meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium.
Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam
keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk
menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut:
‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP).
Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif
cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran
khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’
Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:
 Dengan Pemadatan
 Dengan membuat Drainase yang baik

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-6


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan, ialah:

1. Tebal Lapis yang dipadatkan


Makin tebal suatu lapisan, maka untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu,
diperlukan alat pemadat yang semakin berat. Untuk tanah lempung, tebal lapisan
15 cm, sedang untuk pasir dapat mencapai 40 cm

2. Kadar Air Tanah


Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan. Jika kadar air
dinaikkan dengan menambah air , air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara
butiran tanah sehingga mudah dipadatkan , tetapi bila kadar air terlalu tinggi,
kepadatannya akan menurun.

Jadi kadar air tersebut perlu ditetapkan yang dikenal dengan kadar air optimum.

Berat isi kering maximum


21

20
Berat isi kering g/cm 3

Berat Jenis Maximum


19
18
17 PASIR Kurva kepadatan pori-pori
16 LANAU hampa udara
15 Kadar air optimum
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Persen Kadar Air
GAMBAR 2.4.: LENGKUNG KEPADATAN LABORATORIUM UNTUK LANAU DAN
PASIR
Gambar 2.4. memberi ilustrasi grafis hubungan Kadar Air Kepadatan terhadap jenis
tanah yang dipadatkan dengan Pengujian Proctor standar. Terlihat pula nilai Kadar Air
Optimum yang perlu diupayakan untuk diterapkan di lapangan.

Dan untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum itu, diadakan
percobaan pemadatan di laboratorium yang dikenal dengan:
 ‘Standard Proctor Compaction Test’ untuk tanah pada umumnya
 ‘Modified Proctor Test' untuk tanah yang mengandung bahan granular

3. Alat Pemadat
Pemilihan alat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Untuk kepadatan
yang tinggi, diperlukan tenaga alat pemadat yang lebih besar. Pada pelaksanaan di

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-7


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Tanah

lapangan, tenaga pemadatan tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat
dan berat alat pemadat sendiri.
Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macam jenisnya.
Untuk itu, pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan
dipadatkan, agar tujuan pemadatan dapat tercapai.
Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:

 ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing)


Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya
dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga
kaki-kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah.
‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit
mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk
tebal lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.

 Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’)


Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan.
Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap
tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang
terdapat di antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi
padat dan dengan susunan yang lebih kompak.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) II-8


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

BAB III
PELAKSANAAN DAN PERALATAN

3.1. GALIAN

Pekerjaan galian mencakup penggalian, penanganan pembuangan material galian untuk


pembentukan badan jalan. Pekerjaan ini juga termasuk penggalian badan jalan eksisting
untuk keperluan penggantian material tanah jelek.
Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :
 Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m 3 atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat
dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton
dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
 Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.

1. Keamanan Pekerjaan Penggalian


 Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh untuk menjamin keselamatan tenaga
kerja yang melaksanakan pekerjaan penggalian dan masyarakat umum.
 Selama pekerjaan penggalian, harus dipertahankan sepanjang waktu lereng
galian sementara yang mantap.
 Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari penggalian dari air
harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan
terjadi runtuhan secara tiba-tiba yang akan mengakibatkan pekerjaan dibanjiri,
digenangi dengan cepat.
 Bahan peledak (jika diperlukan) untuk penggalian batuan harus disimpan dalam
suatu penyimpanan yang aman, jauh dari daerah perkotaan, disuatu lokasi dan
dengan suatu cara yang disetujui oleh instansi terkait.
 Semua penggalian terbuka harus diberi penghalang/pengaman secukupnya
untuk mencegah para pekerja tidak jatuh kedalamnya, dan setiap penggalian
terbuka di daerah jalur kendaraan atau bahu jalan harus diberi tanda tambahan
pada malam hari dengan drum-drum yang dicat putih-hitam dan lampu merah
atau kuning.
 Teknik pengaturan dan pengendalian lalu-lintas harus diterapkan bagi semua
pekerjaan penggalian daerah milik jalan.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

2. Penjadwalan Kerja
 Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.
 Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur
kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar
jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.
 Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka
kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana
penghentiannya dari instansi terkait.

3. Kondisi Lokasi Pekerjaan


Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air, dan kontraktor harus menjamin
tidak ada gangguan terhadap kelangsungan prosedur pengeringan.

4. Bangunan Utilitas
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta
membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas tanah dan
jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan memperbaiki
setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor.

5. Penggunaan Dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian


 Semua bahan-bahan yang layak yang digali, sejauh dimungkinkan digunakan
untuk pembentukan timbunan atau urugan kembali.
 Bahan-bahan galian yang banyak mengandung tanah organik, tanah gambut,
akar-akar, tanah kompresibel, digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat
digunakan untuk timbunan, sehingga harus dibuang.
 Setiap bahan-bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan harus dibuang
keluar dari daerah pekerjaan.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembuangan bahan-bahan kelebihan atau yang tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik atau penghuni tanah dimana
pembuangan itu dilaksanakan.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

6. Pemulihan Lokasi Dan Pembongkaran Pekerjaan Sementara


 Semua struktur sementara harus dibongkar kembali oleh kontraktor setelah
selesainya struktur permanen.
 Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam saluran air, harus segera
disisihkan dan dibuang.
 Semua lubang sumber bahan galian tambahan, quarry atau tempat pembuangan
yang digunakan oleh kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dan
teratur.

7. Prosedur Pelaksanaan
 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus mencakup
pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk
tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
material dibawah dan diluar batas galian.
 Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara
atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau struktur
konstruksi.
 Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan galian
harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin. Batuan/padas yang
lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap
pekerjaan atau orang harus dibuang.

3.2. URUGAN

Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan


dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan.

1. Penjadwalan Kerja
Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah
lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

2. Kondisi Lokasi Pekerjaan


 Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu dalam keadaan kering
sebelum dan selama pekerjaan penempatan dan pemadatan.
 Menjamin adanya persediaan air yang cukup di lapangan untuk pengendalian
pemadatan.

3. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir oleh karena pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh kontraktor dengan tanpa penundaan, dan dipadatkan.

4. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan.

5. Penempatan Dan Pemadatan Timbunan


a. Persiapan lokasi pekerjaan
 Sebelum menempatkan timbunan, maka semua operasi pembersihan,
pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan, dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat harus disisihkan. Seluruh daerah yang akan ditimbun
harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
 Dimana ukuran tinggi timbunan mencapai 1 m, maka daerah dasar/pondasi
timbunan harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan 15 cm teratas
memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan.
 Bila timbunan tersebut akan dibangun diatas sisi/tepi bukit atau ditempatkan
diatas timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk
membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan.

b. Penempatan timbunan
 Timbunan harus disebarkan merata sedemikian sehingga bila telah
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan. Bila akan
ditempatkan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus sedapat
mungkin sama tebalnya.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

 Timbunan harus ditempatkan dalam keadaan cuaca kering, penumpukan


tanah timbunan tidak diijinkan dalam musim hujan.
 Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan menghilangkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan
dan harus dibuat terasering.
 Tanah dasar harus ditutup secepat mungkin dengan lapisan pondasi bawah.

c. Pemadatan
 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan
harus dipadatkan.
 Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
 Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum
lapis berikutnya dipasang.
 Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus
dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui.

3.3. PENYIAPAN BADAN JALAN

Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk


pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis
pondasi agregat (sirtu / macadam).
Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan
pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material
perkerasan ditempatkan di atasnya.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-5


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

1. Pekerjaan Pembentukan Tanah Dasar


 Meliputi semua pekerjaan persiapan tanah dasar untuk pelebaran perkerasan
jalan, bahu jalan, dasar dari lapisan pondasi bawah.
 Pekerjaan penggalian atau pengurugan kembali diluar pekerjaan pos galian dan
timbunan (pekerjaan minor).

2. Prosedur Penyiapan Badan Jalan


 Permukaan jalan sebelum pelaksanaan penyiapan badan jalan harus diperbaiki
dari akibat galian dan urugan yang tidak memuaskan.
 Permukaan badan jalan harus dibentuk dan dengan ketinggian/elevasi yang
sesuai dengan penampang melintang jalan, juga mengikuti penampang
memanjang jalan yang direncanakan.
 Permukaan badan jalan harus dipadatkan sama dengan persyaratan-persyaratan
pemadatan dan jaminan mutu dari urugan.
 Bentuk yang dipersiapkan harus dipelihara dalam kondisi yang baik oleh
kontraktor sampai perkerasan atau bahan-bahan pelapis diatasnya ditempatkan.

3.4. PERALATAN

Dalam mengoperasikan alat berat untuk pekerjaan tanah, dikelompokkan kedalam:


pekerjaan timbunan dan pekerjaan galian.
Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan
fisik proyek jalan secara mekanis.
Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu :
a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu.
b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti kita harus
menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dari butir a, dan b di atas dapat diprogramkan suatu penanganan proyek yang
konseptional, diharapkan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak meleset
dari perkiraan. Ini bisa terjadi bila didukung dengan pemilihan dan analisa kapasitas alat
berat dengan cermat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam Construction Method diharapkan peralatan yang
dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani proyek tersebut.
Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut
pada tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya
untuk aktivitas / pekerjaan : Pengangkutan borrow material, Pekerjaan excavation dan

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-6


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan jenis dan jumlah alat yang
berbeda-beda.
Berikut ini diberikan gambaran umum tentang alat berat yang terkait dengan pekerjaan
perkerasan jalan khususnya untuk peralatan pekerjaan tanah, formula produksi alat,
penentuan kombinasi dan jumlah alat, serta pendekatan site output alat.
Dengan pendekatan site output (produksi alat) tersebut beserta analisisnya, maka akan
membantu para pelaku Proyek antara lain dalam memperkirakan waktu pelaksanaan
proyek, mengendalikan waktu penyelesaian proyek, menerapkan manajemen operasi alat
berat di lapangan, serta pengendalian efisiensi alat, waktu dan biaya.

3.4.1. PERALATAN UNTUK PEKERJAAN TIMBUNAN

Pada pekerjaan timbunan tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :


 Bulldozer : digunakan untuk pembersihan dan pengupasan badan jalan, mendorong
material dan sebagainya, termasuk menumbangkan pohon yang berada dilokasi
rencana badan jalan.
 Wheel Loader : untuk memindahkan bahan dalam jarak dekat dari suatu lokasi
ketempat kendaraan pengangkut jarak jauh (dump truck).
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
 Motor Grader : untuk pekerjaan perataan.
 Vibratory Roller : untuk alat pemadat, dapat juga digunakan alternatif pilihan lain
seperti Three Wheel Roller, Pneumatic Tire Roller.
 Water tank truck : untuk alat pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan
pada waktu pemadatan.

3.4.2. PERALATAN UNTUK PEKERJAAN GALIAN

Pada pekerjaan galian tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :


 Excavator : untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan material yang dapat
langsung dipindahkan ke dump truck.
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.

3.4.3. BULLDOZER

Alat ini hanya dimungkinkan untuk diberikan kedudukan untuk mendorong lurus kedepan.
Bulldozer merupakan alat khusus untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan mendorong yang
menggunakan traktor sebagai tempat kedudukan dan tenaga geraknya.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-7


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Bagian-bagian terpenting bulldozer ini adalah (lihat Gambar 3.3.) :


 Dozer blade (pisau dozer), yang terdiri dari molboard yang berbentuk lengkung dan
mata pisau (cutting edge), cutting edge ini biasanya terdiri dari 3 bagian, sebuah
ditengah yang panjang dan 2 buah tepian masing-masing di-baut (bolted) pada
molboard.
 Push-arm (batang pendorong), yang terdiri dari push-arm nya sendiri, dan pitch-arm
untuk mengatur tegak dan condongnya kedudukan dozer blade.
 Control device (kendali blade), yang terdiri dari satu atau dua buah hydraulic rams
pada hydraulic controlled dozers.
Bulldozer ini untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi (terutama jalan-jalan raya) bersifat
serba-guna, dapat berfungsi antara lain :
 Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu-kayu dan bonggol-
bonggolnya, puing-puing bekas bangunan, dsb.
 Pemindahan / penggusuran tanah jarak dekat (maximum 100 meter).
 Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian-galian tanah, dsb.
 Pembukaan jalan-jalan kerja / darurat.
 Memelihara jalan kerja, jalan angkut, dll.

Gambar 3.1 : Bulldozer.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-8


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.1. : Blade Factor.


Dozing conditions Blade factor
Easy dozing 1,1 – 0,9
Average dozing 0,9 – 0,7
Rather difficult 0,7 – 0,6
dozing
Difficult dozing 0,6 – 0,4

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.2. : Waktu Pindah Gigi.


Time required for
Machine
gear shifting (menit)

Direct drive 0,10


Torqflow 0,05

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.3. : Data / Spesifikasi Bulldozer Komatsu.

No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan


Model blade blade maju mundur
(m) (m) (km/jam) (km/jam)

1. D40A 3,180 0,750 3,2 5,3


2. D60A 3,970 1,050 3,7 4,9
3. D65E 3,970 1,050 3,9 5,0
4. D65P 4,475 0,960 3,5 4,4
4. D75A 4,250 1,050 3,7 4,8
5. D85A 4,365 1,130 3,8 4,9
6. D155A 4,850 1,140 3,7 4,5
7. D355A 5,230 1,350 3,3 5,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-9


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.4. : Data / Spesifikasi Bulldozer Caterpillar.

No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan


Model blade blade maju mundur
(m) (m) (km/jam) (km/jam)

1. D5B 3,630 0,857 3,5 4,2


2. D6D 3,880 0,930 4,0 4,8
3. D7G 4,270 0,960 3,7 4,5
4. D8K 4,620 1,120 4,0 5,0

Sumber : Caterpillar performance handbook.

Perhitungan hasil guna atau produksi bulldozer dengan menggunakan formula sebagai
berikut :

q  60  E
Q
Cm

q  L  H2  a

D D
Cm   Z
F R

di mana :
Q : Produksi per jam (m 3/jam)
q : Produksi per cycle (m 3)
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
L : Lebar blade (m)
H : Tinggi blade (m)
a : Faktor blade
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-10


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

3.4.4. WHEEL LOADER

Alat ini baik sekali untuk pekerjaan-pekerjaan menggali tanah dan sekaligus memuatnya
kedalam truck-truck, juga untuk membuat timbunan bahan persediaan (stockpiling). Batu-
batuan lepas seperti yang terdapat disungai-sungai atau ditempat pengambilan batu dari
gunung (stone quarry) bisa juga dimuat oleh alat ini kedalam alat-alat angkut atau
sekaligus kedalam alat pemecah batu (stone crusher) yang dipasang disekitar tempat
pengambilan tersebut. Wheel Loader ini juga dapat di-operasikan untuk alat pemuat
agregat kedalam hoper cold bin pada Asphalt Mixing Plant (AMP).
Bagian-bagian terpenting wheel loader ini adalah (lihat Gambar 4.4.) :
 Bucket.
 Dumping angles facilitate load / carry.
 Steering control, short turning radius control.
 Bucket & boom actions control.

Gambar 3.2. : Wheel Loader.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-11


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.5. : Kapasitas Bucket.

No. Merk / Model Kapasitas


bucket (m3)

1. W20 0,60
2. W30 0,80
3. W40 1,20
4. W60 1,40
5. W70 1.70
6. W90 2,30
7. W120 3,30
8. W170 3,50

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.6. : Bucket Factor.

Loading conditions Bucket factor (k)

Easy loading 1,00 – 1,10


Average loading 0,85 – 0,95
Rather difficult 0,80 – 0,85
loading
Difficult loading 0,75 – 0,80

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-12


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.7. : Fixed Time.

Fixed time (Z) (menit)

Z 0,60 – 0,75

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.8. : Travel Speed.

Operating Loaded Empty


conditions (km/jam) (km/jam)

Good 10 – 23 11 – 24
Average 10 – 18 11 – 19
Rather poor 10 – 15 10 – 16
Poor 9 – 12 9 – 14

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan hasil guna atau produksi wheel loader dengan menggunakan formula
sebagai berikut :

q1  k  60  E
Q
Cm

2D 2D
Cm   Z
F R

Dimana :
Q : Produksi per jam (m 3/jam)
q1 : Kapasitas munjung (m 3)
k : Faktor bucket

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-13


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Cm : Cycle time (menit)


E : Job efficiency
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)

3.4.5. EXCAVATOR

Excavator merupakan alat untuk pengangkat, menggali, mengisi / membuang (dumping).


Bagian-bagian utama excavator ini adalah (lihat Gambar 4.5.) :
 Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit).
 Bagian bawah untuk berpindah tempat (travel unit).
 Bagian tambahan (attachments).

Gambar 3.3. : Excavator

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-14


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.9. : Kapasitas Bucket.

No. Merk / Model Kapasitas


bucket (m3)

1. PC100 0,18 – 0,55


2. PC120 0,18 – 0,60
3. PC150 0,57 – 0,75
4. PC180 0,57 – 1,00
5. PC200 0,36 – 1,17
6. PC210 0,36 – 1,40
7. PC220, PC240 0,44 – 1,26
8. PC280 0,44 – 1,40
9. PC300 0,52 – 1,80
10. PC400 1,30 – 2,20

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.10. : Bucket Factor.

Excavating conditions Bucket factor

Easy 1,1 – 1,2


Average 1,0 – 1,1
Rather difficult 0,8 – 0,9
Difficult 0,7 – 0,8

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-15


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.11. : Standard Cycle Time (detik).

Model Swing angle


45 - 90 90 - 180

PC60, PW 60 10 – 13 13 – 16
PC80, PC100, PW100, 11 – 14 14 – 17
PC120
PC150, PW150, PC180, 13 – 16 16 – 19
PC200
PC210, PW210, PC220 14 – 17 17 – 20
PC240, PC280, PC300 15 – 18 18 – 21
PC360, PC400 16 – 19 19 – 22
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.12. : Conversion Factor.

Digging Dumping condition


condition Easy Normal Rather Difficult
difficult

Below 40 % 0,7 0,9 1,1 1,4


40 – 75 0,8 1,0 1,3 1,6
%
Over 75 % 0,9 1,1 1,5 1,8
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi excavator dengan menggunakan formula sebagai berikut :

q1  k  60  E
Q
Cm

Cm = (Standard cycle time) x (Faktor konversi)

Q : Produksi per jam (m 3/jam)


q1 : Kapasitas munjung (m 3)
k : Faktor bucket
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-16


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

3.4.6. DUMP TRUCK

Dump truck adalah alat yang khusus dipergunakan sebagai alat pengangkutan. Oleh
karena kemampuannya untuk bergerak dengan cepat, truck ini dapat dikatakan
mempunyai kapasitas yang tinggi dan biaya operasi yang relatif murah.
Bagian-bagian terpenting dari dump truck adalah (lihat Gambar 4.6.) :
 Badan (body) yang terdiri dari bak muatan dengan sistem pengangkatnya (hidrolis).
 Chassis, meliputi frame, bumper, pegas serta roda dan ban.
 Cabine, untuk tempat sopir.
 Power train, terdiri dari mesin, clutch (kopling), transmisi, sumbu gerak.
Daya muat truck, dapat dinyatakan dalam :
 Berat muatan (ton)
 Isi peres (m3)
 Isi munjung (m3)

Gambar 3.4. : Dump Truck.

Tabel 3.13. : Speed Factor.

Distance of each When When


section of haul making a running into
road standing each section
start

500 – 750 0,60 – 0,70 0,75 – 0,80


750 – 1.000 0,65 – 0,75 0,80 – 0,85
> 1.000 0,70 – 0,85 0,80 – 0,90

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-17


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.14. : Waktu Dumping.

Operating t1 (menit)
conditions

Favorable 0,5 – 0,7


Average 1,0 – 1,3
Unfavorable 1,5 – 2,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabe l3.15.: Waktu Tunggu Untuk Pengisian Kembali.

Operating t2 (menit)
conditions

Favorable 0,10 – 0,20


Average 0,25 – 0,35
Unfavorable 0,40 – 0,50

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi dump truck dengan menggunakan formula sebagai


berikut:

C  60  E  M
P
Cmt
D D
Cmt  n.Cm   t1   t2
V1 V2
Capasitas Dump Truck
n
Pr oduksiPer Cycle Me sin Pengisi
C=nxq

di mana :
P : Produksi per jam (m3/jam, ton/jam)
C : Produksi per cycle (m 3, ton)
E : Job efficiency
Cmt : Cycle time (menit)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-18


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

M : Jumlah Dump Truck


n.Cm : Waktu muat (menit)
D/V1 : Waktu angkut (menit)
t1 : Waktu dumping (menit)
D/V2 : Waktu kembali (menit)
t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)
n : Jumlah siklus pengisian
Cm : Cycle time mesin pengisi (menit)
D : Jarak angkut (m)
V1 : Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)
V2 : Kecepatan rata-rata truck kosong (m/menit)
q : Produksi per cycle mesin pengisi (m 3, ton)

3.4.7. MOTOR GRADER

Satu-satunya alat yang paling cocok untuk keperluan perataan atau pembentukan
kemiringan (grade) tanah, sirtu, agregat batu pecah lepas didalam rangka membentuk
permukaan secara mekanis, adalah motor grader.
Dapat pula dipergunakan untuk keperluan lain, seperti untuk penggusuran tanah,
penyampuran bahan-bahan (blending), menggali saluran samping jalan, menggaruk lepas
permukaan tanah yang keras, perataan tanggul-tanggul, backfill, dsb.
Bagian-bagian penting motor grader adalah (lihat Gambar 4.7.) :
 Grader blade yang terpasang pada circle.
 Scarifier (ripper), yang dipasang didepan blade.
 Circle sebagai kedudukan blade digantungkan pada drawbar, yaitu sebuah frame
yang berbentuk segitiga.
 Kendali blade (control levers).
 Kendaraan sebagai mounting dari blade.
Gerakan-gerakan blade terdiri dari 3 gerakan pokok, yaitu :
 Angling : adalah gerakan memberikan kedudukan serong kepada blade terhadap
arah gerak motor grader.
 Side shift : untuk memberikan blade suatu kedudukan disamping poros motor grader,
yaitu untuk mengerjakan permukaan yang oleh sesuatu sebab, tidak boleh di-injak
oleh roda motor grader.
 Circle lift : adalah gerakan naik turun circle (berikut blade) dalam arah vertikal.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-19


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Gambar 3.5. : Motor Grader

Tabel 3.16. : Data / Spesifikasi.


Lebar Lebar blade effective (m)
Merk /
No. blade blade angle Blade angle
Model
(m) 60 o
45o
1. GD313A, GD461A 3,125 2,7 2,2
2. GD510R - GD661A 3,710 3,2 2,6
3. GD705A, GD705R, 4,320 3,7 3,0
GD725A
4. GD825A 4,928 4,2 3,5
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.17. : Kecepatan Kerja.

Working
No. Operation speed
(km/jam)

1. Road repair 2,0 – 6,0


2. Trenching 1,6 – 4,0
3. Bank finishing 1,6 – 2,6
4. Field grading 1,6 – 4,0
5. Leveling 2,0 – 8,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-20


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Perhitungan produksi motor grader dengan menggunakan formula sebagai berikut:

V  L e  L o   E  H
Q
N

Q : Produksi per jam (m 3/jam)


V : Kecepatan kerja (m/jam)
Le : Lebar blade efektif (m)
Lo : Lebar overlap (m)
E : Job efficiency
H : Tebal layer (m)
N : Jumlah pass

3.4.8. THREE WHEEL ROLLER, VIBRATORY ROLLER

3.4.8.1. Three Wheel Roller

Alat pemadat ini adalah type yang tertua, yang hingga kini masih dipergunakan pada
pekerjaan-pekerjaan pembuatan jalan di Indonesia.
Roller ini, pada hakekatnya dipergunakan untuk pemadatan lapisan yang terdiri dari
bahan-bahan yang berbutir kasar, misalnya untuk pembuatan jalan macadam. Meskipun
demikian, cukup baik juga untuk pemadatan tanah sebagai subgrade, base course.
Roller ini umumnya digunakan klas 8 – 10 ton, artinya berat roller dengan roda kosong
adalah 8 ton, sedangkan kalau roda di-isi, beratnya menjadi 10 ton.

Gambar 3.6. : Three Wheel Roller.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-21


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.18. : Data / Spesifikasi Alat.

No Uraian Data
.

1. Type / merk Barat


a
2. Lebar efektif = Driving wheel width 1,00 m
– 0,20 m
3. Kecepatan kerja 4 – km/ja
10 m
4. Jumlah pass 4 –
12
Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

3.4.8.2. Vibratory Roller

Vibratory roller mempergunakan pukulan getar untuk menambah pengaruh tekanan oleh
roda gilasnya. Dengan pukulan-pukulan getar (vibrating) ini dapat dicapai pengaruh
pemadatan yang besarnya 2 sampai 5 kali berat asli (berat statis) roller tersebut.
Vibratory roller baik sekali untuk memadatkan bahan-bahan berbutir kasar.
Berat compaction effect vibratory roller : 10 – 16 ton.

Gambar 3.7. : Vibratory Roller.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-22


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.19. : Kecepatan Kerja.

No. Roller Operating speed

1. Vibration  1,5 km/jam


roller
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.20. : Data / Spesifikasi.

Operating Drum width


No. Model
weight (kg) (m)

1. JV80A 8.000 1,650


2. JV100A 9.600 2,130
3. JV100WA 10.590 2,130
4. JV100WP 11.490 2,130
5. JV140WA 13.600 2,100
6. JV140WAP 13.900 2,100
7. JV180WA 17.500 2,100
8. JV180WAP 17.800 2,100

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.21. : Jumlah Lintasan Pemadatan.

No. Roller Number of compaction


passes

1. Vibration roller 4 – 12
Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel 3.22. : Lebar Effective Pemadatan.

No. Type Effective compaction


width

1. Vibration roller Lebar roller – 0,20 m


Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-23


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Perhitungan produksi roller tersebut diatas dengan menggunakan formula


sebagai berikut :

W  V HE
Q
N

Dimana :
Q : Produksi per jam (m 3/jam)
W : Lebar efektif pemadatan (m)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
H : Tebal padat satu lapis (m)
N : Jumlah pass
E : Job efficiency

3.4.9. WATER TANK TRUCK

Dioperasikan untuk : Pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu
pemadatan.

Gambar1.4.9. : Water tank truck.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-24


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Tabel 3.23. : Data / Spesifikasi.

No. Uraian Data

1. Type / merk Hino


2. Kapasitas 8.000 liter
3. Kecepatan pada kondisi isi 50 km/jam
4. Kecepatan pada kondisi kosong 60 km/jam
5. Faktor kecepatan 0,85
6. Waktu watering 5,00 menit
7. Waktu tunggu untuk isi kembali 0,30 menit

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Pendekatan perhitungan produksi water tank truck dengan menggunakan


formula sebagai berikut :

C  60  E  M
P
Cmt

D D
Cmt  Cms   t1   t2
V1 V2

di mana :
P : Produksi per jam (Ltr/jam)
C : Kapasitas water tank truck (Ltr)
E : Job efficiency
Cmt : Cycle time (menit)
M : Jumlah Water Tank Truck
Cms : Waktu muat (menit)
D/V1 : Waktu angkut (menit)
t1 : Waktu transfer air (menit)
D/V2 : Waktu kembali (menit)
t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)
D : Jarak angkut (m)
V1 : Kecepatan rata-rata water tank truck bermuatan (m/menit)
V2 : Kecepatan rata-rata water tank truck kosong (m/menit)

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-25


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

3.4.10. PEMILIHAN ALAT BERAT

Pemilihan alat berat antara lain didasarkan pada :


 Skala proyek, atau besar / kecil pekerjaan.
 Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan.
 Jenis pekerjaan.
 Pertimbangan keseimbangan kapasitas dari kombinasi operasi alat.
 Kondisi medan kerja.
 Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau di-lapangan.

a. Pekerjaan Timbunan Tanah


Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :
 Volume timbunan
 Jarak angkut dari quarry ke tempat pekerjaan
 Waktu yang disediakan
Alat yang digunakan umumnya (option) :
 Bulldozer, Caterpillar D5B
 Excavator, Komatsu PC 200, Cap. 0,80 m3
 Dump Truck, Hino, Cap. 6 m 3
 Motor Grader, Komatsu GD510R
 Vibratory Roller, Sakai SV500
 Water Tank Truck, Hino, Cap. 5000 ltr
Type atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung
berdasarkan volume timbunan dan waktu yang disediakan.
Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan kapasitas alat
tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

b. Pekerjaan Galian Tanah


Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :
 Volume galian
 Jarak angkut dari galian ke tempat buangan
 Waktu yang disediakan
Alat yang digunakan umumnya (option) :
 Bulldozer, Caterpillar D5B
 Excavator, Komatsu PC 200, Cap. 0,80 m3

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-26


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

 Dump Truck, Hino, Cap. 6 m 3


 Motor Grader, Komatsu GD510R
Type atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung
berdasarkan volume galian dan waktu yang disediakan.
Atau sebaliknya alat ditentukan dahulu kemudian berapa kemampuan kapasitas alat
tersebut untuk dapat mengerjakan suatu volume tertentu.

3.4.11. KONVERSI VOLUME TANAH

Faktor konversi volume tanah mengacu pada Tabel 3.24.

Tabel 3.24. : Faktor Konversi Volume Tanah.

Nature Initial Conditions of earth to be moved


of earth condition Bank Loosened Compacted
Condition Condition Condition

Bank Condition 1,00 1,43 0,90


Clay Loosened Condition 0,70 1,00 0,63
Compacted 1,11 1,59 1,00
Condition

Bank Condition 1,00 1,13 1,03


Gravels Loosened Condition 0,88 1,00 0,91
Compacted 0,97 1,10 1,00
Condition

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-27


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

3.4.12. JOB EFFICIENCY

Job efficiency alat mengacu pada Tabel 4.12 berikut ini. Pendekatan dapat dilakukan
untuk alat lain.

Tabel 3.25. : Job Efficiency.

Operating Dump Motor Wheel


Excavator Bulldozer
conditions truck grader Loader

Good 0,83 0,83 0,83 0,80 0,83


Average 0,75 0,80 0,75 0,70 0,75
Rather poor 0,67 0,75 0,67 0,60 0,67
Poor 0,58 0,70 0,58 0,50 0,58

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

3.4.13. PENDEKATAN KONDISI KERJA

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan asumsi
/ estimit sebagai berikut :
a. Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target
penyelesaian atau kondisi khusus.
b. Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.
c. Anggapan jam kerja harian = 8 jam kerja.
d. Hari kerja efektip dalam setahun :
 Hari minggu dalam setahun = 52 hari
 Hari libur resmi nasional = 13 hari
 Maintenance peralatan = 24 hari
 Hari hujan dalam setahun :
o Januari : 50 % x 31 hari = 15 hari
o Februari : 40 % x 28 hari = 11 hari
o Maret : 30 % x 31 hari = 9 hari
o Oktober : 30 % x 31 hari = 9 hari
o Nopember : 40 % x 30 hari = 12 hari
o Desember : 50 % x 31 hari = 15 hari
Jumlah hari tidak bekerja = 160 hari
Jumlah hari kerja effective = 365 – 160 = 205 hari

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-28


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

205
Prosen hari kerja efektip = = 56 %
365
Angka ini mempunyai nilai variabel sesuai dengan kajian secara khusus.

3.4.14. WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Formula umum :

V
T
Q so

dimana :
T = Waktu yang diperlukan
V = Volume pekerjaan
Qso = Site output terkecil dari produksi kombinasi peralatan

3.4.15. PENDEKATAN PRODUKSI ALAT

Pendekatan perhitungan produksi alat berat diberikan secara computerized program pada
Lampiran dan hasilnya dirangkum sebagai berikut :

3.4.15.1. Peralatan Pekerjaan Galian Tanah

Bulldozer, Excavator, Motor grader.


Produksi per jam Produksi per hari
No. Alat
(BCM) (BCM)

1. Bulldozer, Caterpillar 103,70 830


D5B
2. Excavator, Komatsu 104,00 832
PC200
3. Motor Grader, Komatsu 228,70 1.830
GD510R

Site output 103,70 830


Keterangan : BCM = Bank Cubic Meter.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-29


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Dump truck.
Jumlah
Jarak Produksi per jam Produksi per
Dump
(km) (BCM) hari (BCM)
truck

2 5 112,00 896
4 8 113,70 909
6 10 104,30 834
8 13 106,50 852
10 16 108,60 869
12 18 104,60 837
14 21 105,80 847
16 24 107,50 860
18 26 103,70 830
20 29 105,60 844
22 32 105,30 842
24 34 104,70 838
26 37 106,20 850
28 39 103,70 830
30 43 105,40 843

Keterangan : BCM = Bank Cubic Meter.

3.4.15.2. Peralatan Pekerjaan Timbunan Tanah

Bulldozer, Excavator, Motor grader, Vibratory roller.


Produksi Produksi
No. Alat per jam per hari
(CCM) (CCM)
1. Bulldozer, Caterpillar D5B 93,40 747
2. Excavator, Komatsu PC200 93,60 749
3. Motor Grader, Komatsu GD510R 205,80 1.646
4. Vibratory roller, Sakai SV500 94,10 753
Site output 93,40 747
Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-30


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Bab III: Pelaksanaan dan Peralatan

Dump truck.
Jarak Jumlah Dump Produksi per jam Produksi per hari
(km) truck (CCM) (CCM)
2 5 100,80 806
4 8 102,30 818
6 10 93,90 751
8 13 95,80 767
10 16 97,80 782
12 18 94,10 753
14 21 95,30 762
16 24 96,80 774
18 26 93,40 747
20 29 95,00 760
22 32 94,80 758
24 34 94,20 754
26 37 95,60 765
28 39 93,40 747
30 43 94,80 759
Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.

Water tank truck.


Jumlah Water Produksi per jam Produksi per hari
Jarak
tank truck (CCM) (CCM)
2 1 193,20 1.546
4 1 144,90 1.159
6 1 115,90 927
8 1 96,60 773
10 2 165,60 1.325
12 2 144,90 1.159
14 2 128,80 1.030
16 2 115,90 927
18 2 105,40 843
20 2 96,60 773
22 3 133,70 1.070
24 3 124,20 994
26 3 115,90 927
28 3 108,70 870
30 3 102,30 818
Keterangan : CCM = Compacted Cubic Meter.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-31


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman

RANGKUMAN
Perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yaitu :

 Lapisan tanah dasar (sub grade)


 Lapisan pondasi bawah (subbase course)
 Lapisan pondasi atas (base course)
 Lapisan permukaan / penutup (surface course)
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :Lapisan tanah
dasar, tanah galian.
 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :
 Urugan biasa, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya.
Urugan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang
tidak memenuhi syarat.
 Urugan pilihan, adalah urugan yang digunakan untuk pencapaian elevasi akhir
subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil
gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.
Pengelompokan dari jenis-jenis tanah yaitu :
 Klasifikasi tanah menurut AASHTO system.
 Klasifikasi tanah menurut Unified System (sebagai pengembangan dari sistim
Casagrande).
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang mengganggu,
termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu:
 Pembersihan ringan
 Pembersihan berat
Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang
ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian yang
seharusnya.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-1


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman

3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi


Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke Direksi
Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan
dan spesifikasi umum.
6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan persetujuan
Direksi Teknik
Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai
dengan ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Pada dasarnya daya dukung tanah dapat diperbaiki dengan 2 (dua) cara, yaitu:
 Dengan Pemadatan
 Dengan membuat Drainase yang baik
Macam alat pemadat untuk pekerjaan ‘sub grade’, antara lain adalah sebagai berikut:
 ‘Sheep Foot Roller’ (Penggilas Jenis Kaki Kambing)
Prinsip Sheep Foot Roller ini, adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya
dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga kaki-
kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan pemadatan dari bawah.
‘Sheep Foot Roller’ ini baik digunakan untuk tanah berpasir yang sedikit
mengandung lempung dan juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Untuk tebal
lapisan antara 15 – 25 cm, ‘roller ‘ ini masih berhasil guna.
 Penggilas dengan Getaran (‘Vibration Roller’)
Alat pemadat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Efek yang diakibatkan ‘vibration roller’, adalah gaya dinamis terhadap tanah.
Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat di
antara butir-butirnya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dan
dengan susunan yang lebih kompak.
Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :
 Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m 3 atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat dilepaskan
dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga
kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
 Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-2


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman

Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan


dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan.
Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk
pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis
pondasi agregat (sirtu / macadam).
Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan
pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan material
perkerasan ditempatkan di atasnya
Pada pekerjaan timbunan tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :
 Bulldozer : digunakan untuk pembersihan dan pengupasan badan jalan, mendorong
material dan sebagainya, termasuk menumbangkan pohon yang berada dilokasi
rencana badan jalan.
 Wheel Loader : untuk memindahkan bahan dalam jarak dekat dari suatu lokasi
ketempat kendaraan pengangkut jarak jauh (dump truck).
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
 Motor Grader : untuk pekerjaan perataan.
 Vibratory Roller : untuk alat pemadat, dapat juga digunakan alternatif pilihan lain
seperti Three Wheel Roller, Pneumatic Tire Roller.
 Water tank truck : untuk alat pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan
pada waktu pemadatan.
Pada pekerjaan galian tanah, alternatif alat yang digunakan adalah :
 Excavator : untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan material yang dapat
langsung dipindahkan ke dump truck.
 Dump truck : untuk memindahkan bahan dalam jarak jauh.
Pemilihan alat berat antara lain didasarkan pada :
 Skala proyek, atau besar / kecil pekerjaan.
 Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan.
 Jenis pekerjaan.
 Pertimbangan keseimbangan kapasitas dari kombinasi operasi alat.
 Kondisi medan kerja.
 Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau di-lapangan.

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) R-3


Modul SIR-07 : Pekerjaan Tanah Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi.

2. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy.

3. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods

4. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto

5. Drainage Engineering, By James M Luthin.

6. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Oleh Ir. Rochmanhadi

7. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29

8. Leaflets : Caterpillar, Komatsu, Fassi

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) DP-1

Anda mungkin juga menyukai