Anda di halaman 1dari 8

Kajian Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Menurut SNI Pd T-14-2003 dan Spesifikasi Teknik Jalan


Studi Kasus : Proyek Peningkatan Jalan Sindangbarang – Agrabinta - Tegalbuleud di
Kabupaten Cianjur

Oleh : Ir.H. Yudi Sekaryadi, MT.


Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNSUR Cianjur

Abstrak
SNI Pd T-14-2003 adalah Standar untuk perencanaan perkerasan jalan beton semen (rigid
pavement) dan Spesifikasi Teknis Bina Marga merupakan pedoman didalam melaksanakan
pekerjaan perkerasan jalan dengan menggunakan beton semen (rigid pavement).
Dalam aplikasinya, proyek peningkatan jalan Sindangbarang - Agrabinta – Tegalbuleud
memodifikasi SNI Pd T-14-2003 dan Spesifikasi Teknis Bina Marga untuk menyesuaikan
dengan kondisi lapangan sepanjang tidak merubah substansinya.
Perubahan dalam design yaitu pada struktur perkerasan secara keseluruhan dan penulangan
dowel dan tie bars. Sedangkan dalam pelaksanaan yaitu pada proses pencampuran beton,
pada penghamparan dan pemeliharaan (curing).

Kata Kunci : SNI, Spesifikasi Teknis dan rigid pavement.

1. PENDAHULUAN disamping mempunyai daya dukung tanah


Secara umum dibandingkan dengan yang rendah (CBR rata-rata 1,5%) juga
perkerasan lentur (flexible pavement), memiliki sistem drainase yang kurang bagus
perkerasan kaku (rigid pavement) memiliki karena terdapat pada daerah pantai,
serviceability tinggi, mampu memikul beban sehingga Dinas Bina Marga Provinsi Jawa
besar, mempunyai durabilitas lebih lama Barat melalui Proyek Peningkatan Jalan
(mencapai umur 30 – 40 tahun), sehingga Sindangbarang – Agrabinta – Tegalbuleud,
dewasa ini para pemegang kebijakan meningkatkan Jalan Sindangbarang –
dibidang pembangunan jalan lebih Tegalbuleud dengan Perkerasan Kaku
menggunakan rigid pavement dibanding (Rigid Pavement) Panjang 18,00 Km, lebar
flexible pavement, terutama pada daerah- design 6,00 m.
daerah yang memiliki daya dukung tanah
rendah dan sistem pengelolaan drainase
yang kurang bagus. Disisi lain,
pemeliharaan permukaan jalan menjadi
lebih ringan.

Para praktisi jalan, mempedomani SNI Pd T-


14-2003 dan Spesifikasi Teknis Bina Marga
dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Jalan dengan perkerasan
kaku. Sindangbarang –
Tegalbuleud
Akan halnya kondisi eksisting ruas jalan
Sindangbarang – Agrabinta – Tegalbuleud,

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 1-47


2. KAJIAN SNI
Peta lokasi ruas jalan Sindangbarang -
2.1 DEFINISI
Tegalbuleud
Definisi Perkerasan jalan beton semen (rigid
pavement) dilihat dari teori jalan raya
adalah suatu struktur perkerasan yang
umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis
pondasi bawah dan lapis beton semen
dengan atau tanpa tulangan

Dalam perancangannya, menurut Sony


Sulaksono, W (Sipil ITB, 2006) kemampuan
perkerasan beton (rigid pavement) dalam
menahan repetisi beban lalu lintas
tergantung sepenuhnya pada lapisan
betonnya, sehingga perkerasan beton harus
mampu menyebarkan beban pada bidang
yang luas sehingga dihasilkan tegangan
yang sangat rendah pada lapisan
dibawahnya.

Secara umum tebal lapisan beton di desain


agar mampu memikul tegangan yang
ditimbulkan oleh beban kendaraan,
perubahan suhu dan kadar air serta
perubahan volume pada lapisan
dibawahnya.

Pembebanan lalu lintas yang terjadi adalah


beban berulang (repetisi) sehingga
keruntuhan struktur perkerasan beton
didasarkan pada kelelahan (fatique).
Menurut SNI Pd T-14-2003, Perkerasan
Beton Semen (Rigid Pavement) dibedakan
ke dalam 4 jenis yaitu :
 Perkerasan beton semen bersambung
tanpa tulangan
 Perkerasan beton semen bersambung
dengan tulangan
 Perkerasan beton semen menerus
dengan tulangan
 Perkerasan beton semen pra-tegang

Kondisi eksisting ruas jalan Dengan demikian Perkerasan Beton Semen


Sindangbarang - Tegalbuleud dapat didefinisikan sebagai struktur yang
terdiri atas pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau
dengan tulangan, atau menerus dengan
tulangan, terletak di atas lapis pondasi
bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 2-47


lapis permukaan beraspal. Struktur merupakan salah satu cara untuk mereduksi
Perkerasan beton semen secara tipikal prilaku tanah ekspansif.
dapat dilihat dibawah ini :
Lapis Pondasi Bawah yang menggunakan
material berbutir tanpa pengikat harus
memenuhi persyaratan SNI-03-6388-2000.
Persyaratan dan gradasi pondasi bawah
harus sesuai dengan Agregat kelas B.

Ketebalan minimum lapis pondasi bawah


untuk tanah dasar dengan CBR minimum
Gbr 1 Tipical Struktur Rigid Pavement 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis
pondasi bawah minimum 100 %, sesuai
dengan SNI 03-1743-1989.
2.2 TANAH DASAR & LAPIS PONDASI
Lapis pondasi bawah dengan menggunakan
Persyaratan Teknis Perkerasan Beton bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah
Semen secara umum hanya 2 (dua) yaitu : satu dari :
 Tanah Dasar
 Lapis Pondasi Bawah 1) Stabilisasi material berbutir dengan
kadar bahan pengikat yang sesuai
2.2.1. Tanah Dasar dengan hasil perencanaan, untuk
Daya dukung tanah dasar ditentukan menjamin kekuatan campuran dan
dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan
SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium pengikat dapat meliputi semen, kapur,
sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing- serta abu terbang dan/atau slag yang
masing untuk perencanaan tebal perkerasan dihaluskan.
lama dan perkerasan jalan baru. Apabila 2) Campuran beraspal bergradasi rapat
tanah dasar (dense-graded asphalt).
mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2%, 3) Campuran beton kurus giling padat yang
maka harus dipasang pondasi bawah yang harus mempunyai kuat tekan
terbuat dari beton kurus (Lean-Mix karakteristik pada umur 28 hari minimum
Concrete) setebal 15 cm yang dianggap 5,5 MPa (55 kg/cm2 ).
mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5
%. Campuran Beton Kurus (CBK) apabila
digunakan sebagai Lapis Pondasi bawah
2.2.2. Lapis Pondasi Bawah harus mempunyai kuat tekan beton
Bahan Lapis Pondasi Bawah dapat berupa : karakteristik pada umur 28 hari minimum 5
- Bahan berbutir MPa (50 kg/cm2) tanpa menggunakan abu
- Stabilisasi atau dengan beton kurus terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila
giling padat (Lean Rolled Concrete) menggunakan abu terbang, dengan tebal
- Campuran beton kurus (Lean-Mix minimum 10 cm.
Concrete).
2.3 SAMBUNGAN
Pemasangan Lapis pondasi bawah perlu Sambungan pada perkerasan beton semen
diperlebar sampai 60 cm diluar tepi ditujukan untuk :
perkerasan beton semen agar memudahkan  Membatasi tegangan dan pengendalian
dalam pemasangan bekisting. retak yang disebabkan oleh penyusutan,
pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
Untuk tanah ekspansif perlu  Memudahkan pelaksanaan.
dipertimbangkan dalam hal jenis dan lebar  Mengakomodasi gerakan pelat.
lapisan pondasi dengan memperhitungkan
tegangan pengembangan yang mungkin Pada perkerasan beton semen terdapat
timbul, sehingga pemasangan lapis pondasi beberapa jenis sambungan antara lain :
dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 3-47


 Sambungan memanjang
 Sambungan melintang
 Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup
dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali
pada sambungan isolasi terlebih dahulu
harus diberi bahan pengisi (joint filler).

2.3.1 SAMBUNGAN MEMANJANG


Sambungan memanjang bertujuan
Sambungan Melintang Dengan ruji
untuk mengendalikan terjadinya retak
memanjang. Pemasangan sambungan
Jarak sambungan susut melintang untuk
memanjang menggunakan batang pengikat perkerasan beton bersambung tanpa
(tie bars). Jarak antar sambungan tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk
memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan perkerasan beton bersambung dengan
memanjang harus dilengkapi dengan batang tulangan 8 - 15 m dan untuk sambungan
ulir dengan mutu minimum BJTU- perkerasan beton menerus dengan tulangan
24 dan berdiameter 16 mm. Bentuk sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.
pemasangan sambungan memanjang
Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji
sebagaimana pada gambar dibawah. polos panjang 45 cm, jarak antara ruji 30
cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam
yang akan mempengaruhi gerakan bebas
pada saat pelat beton menyusut.

Setengah panjang ruji polos harus dicat atau


dilumuri dengan bahan anti lengket untuk
menjamin tidak ada ikatan dengan beton.

3. KAJIAN SPESIFIKASI
3.1 Perkerasan Beton Semen
Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement)
Spesifikasi Bina Marga mensyaratkan
menggunakan Mutu Beton minimal K-350.
2.3.1 SAMBUNGAN MELINTANG Dalam pelaksanaannya mengacu kepada
Kedalaman sambungan melintang kurang beberapa Standar Rujukan, sebagai berikut :
lebih mencapai seperempat dari tebal pelat
untuk perkerasan dengan lapis pondasi  AASHTO M 85 : Persyaratan semen
berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk  AASHTO T 26 : Persyaratan air semen
lapis pondasi stabilisasi semen sebagai  SNI 03-2417-1991, SNI 03-3407-1994,
mana diperlihatkan pada gambar. SNI M 01-1994-03 dan SNI M 02-1994-
03 : Untuk Pengujian Agergat
 AASHTO M 154 atau M 194 : Untuk
bahan tambahan (additive)
 AASHTO M 55 : Untuk Tulangan
Anyaman Kawat Baja
 AASHTO M 54 : Untuk Tulangan
Jaringan Batang Baja
 AASHTO M 254 : Batang Baja untuk
Sambungan Melintang Tanpa ruji Dowel berlapis Plastik, Jenis A.
 AASHTO M 31 : Batang Baja untuk
Batang Pengikat (Tie-Bars)

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 4-47


3.2 WET LEAN CONCRETE 4.1 Tinjauan Design
Wet Lean Concrete adalah Untuk mengatasi kondisi tanah demikian,
Konstruksi Beton dengan Mutu Beton maka struktur perkerasan dibawah Wet
minimal K-125 yang berfungsi sebagai lapis Lean Concrete terlebih dulu dihampar Lapis
Pondasi dan lantai kerja sebelum dilakukan Perkerasan Berbutir (Agregat Kelas A dan
pengecoran Rigid Pevement (Beton K-350). Kelas B) tergantung kedalaman tanah
lunaknya. Apabila kurang dari 20 cm cukup
4. STUDI KASUS dengan Agregat Kelas A dan ditambah
Ruas jalan Sindangbarang – dengan Agregat Kelas B bila kedalaman
Agrabinta – Tegalbuleud, rata-rata tanah lunaknya lebih dari 20 cm.
mempunyai nilai CBR ± 1,5 % dan nilai Berikut adalah gambar struktur perkerasan
Indeks Plastisitas (PI) lebih besar dari 6% tersebut :
serta swelling (kembang susut) yang cukup
tinggi. Sehingga pada musim kemarau
kondisi tanah asli cukup keras sedangkan
sebaliknya pada musim hujan sangat lunak.

Untuk tulangan, sambungan memanjang


batang pengikat (tie bars) digunakan
tulangan batang ulir diamater 19 mm
dengan jarak 60 cm (Ǿ 19 – 60).
Sedangkan sambungan susut batang
melintang (dowel) digunakan tulangan
diamater 25 mm dengan jarak 30 cm (Ǿ 25
– 30) dan jarak antar sambungan 5 m.

4.2 Tinjauan Pelaksanaan


Dalam pelaksanaan pekerjaan beton semen,
mengalami beberapa perubahan terutama
disebabkan karena keterbatasan sumber
material, akses menuju lokasi proyek yang
cukup sulit serta terjadi anomali cuaca.

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 5-47


Agregat diambil dari beberapa quarry,
diantaranya dari Quarry Cilaki, Cidaun,
Cidamar, Cibuni, Cimandiri, Pelabuhan Ratu
dan Borobudur Jebrod, sehingga Job Mix
Formula (JMF) pun bermacam-macam.

Peralatan pencampur beton (batching plant),


untuk mengantisipasi lokasi efektif yang
berjauhan dipasang Batching plant mekanik
dan manual. Manual batching plant
dipasang dari pohon kelapa dengan dibantu Alat penghampar mekanik
oleh excavator untuk menumpahkan
material beton serta mencampurnya
langsung menggunakan Truck Mixer
sebelum dibawa ke lokasi penghamparan.

Alat penghampar manual

Tahapan terakhir dalam pekerjaan


perkerasan beton semen adalah perawatan
beton (curing). Perawatan ini dilakukan
Alat pencampur mekanik setelah beton mencapai final setting, untuk
menjaga proses hidrasi selanjutnya. Dengan
keterbatasan sumber air, maka dilakukan
perawatan dengan membran yaitu
menggunakan serat atau film untuk
menghalangi penguapan air beton.

Alat pencampur manual

Dalam menghamparan campuran beton,


dengan keterbatasan lahan ke arah samping
(hanya 8 m) maka digunakan alat Curing dengan Serat dari Geotextil
penghampar manual.

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 6-47


5. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
SNI Pd T-14-2003 merupakan Standar Departemen Pekerjaan Umum, “SNI Pd-T-
dalam Perencanaan Perkerasan Jalan 14-2003, Pedoman Perencanaan
Beton Semen (Rigid Pavement), akan tetapi Perkerasan Jalan Beton Semen”.
pada Proyek Peningkatan Jalan Spesifikasi Teknik Bina Marga Edisi
Sindangbarang – Agrabinta – Tegalbuleud Desember 2006.
terjadi modifikasi untuk menyesuaikan Sulaksono, S, “Rekayasa Jalan”,
dengan kondisi eksisting. Perbedaan Departemen Teknik Sipil, Institut
tersebut sebagai berikut : Teknologi Bandung.
Wright, P.H dan Paquette, R.J, “Highway
No. Uraian SNI ‘2003 Lapangan Engineering”, Georgia Institute of
1. Struktur - Beton - Beton Technology.
Perkerasan - LC/Pond - LC
- Tanah - Agregat RIWAYAT HIDUP
Dasar A/B
1. Tahun 2003 – 2011, Sekretaris Jurusan
- Tanah
Dasar pada Program Studi Teknik Sipil,
2. Tulangan - Ǿ 16mm - Ǿ 19mm Fakultas Teknik Universitas
Melintang - Jarak 75 - Jarak 60 Suryakancana Cianjur.
(Tie bar) cm cm 2. Tahun 2004 – 2006, menyelesaikan
3. Tulangan - Ǿ 36mm - Ǿ 25mm Program Pasca Sarjana Teknik Sipil di
Memanjang - Jarak 30 - Jarak 30 Institut Teknologi Bandung.
(Dowel) cm cm
3. Tahun 2002 – 2006, mengajar Mata
Kuliah Mekanika Tanah, Perancangan
Spesifikasi Teknik Bina Marga, juga
Pelabuhan dan Konstruksi Jalan Kereta
merupakan pedoman dalam pelaksanaan
Api.
pekerjaan beton semen (rigid pavement).
4. Tahun 2006 – 2011, mengajar Mata
Untuk menyesuaikan dengan kondisi
Kuliah Struktur Beton Bertulang, Beton
lapangan maka dalam pelaksanaan
Prategang dan Teknologi Bahan
pekerjaan Perkerasan Beton Semen (Rigid
Konstruksi.
Pavement) terdapat beberapa perubahan,
5. Tahun 2002 – 2011, Praktisi di Bidang
diantaranya :
Perencanaan dan Pelaksanaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan.
No. Uraian Spek Lapangan
1. Alat Batching Manual
Pencampur Plant Plant
(Batching Mekanik
Plant)
2. Alat Mekanik Manual
Penghampar (Komako)
3. Perawatan Pembasa- Geotextil
Beton han atau
(Curing) steam

JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 7-47


JURNAL TEKNIK SIPIL VOLUME 01 No.04 ,MEI 2013 8-47

Anda mungkin juga menyukai