Anda di halaman 1dari 30

METODE PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

JALAN DAN JEMBATAN

Dosen Pengampu :

Indah Ria Rizkiyah, ST, MT.


Disusun oleh :

Renaldi Ardiansyah

2 MRK 3

16 / 2141320056

DIV-MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Indah Ria Rizkiyah, ST, MT.
Sebagai dosen pengampu mata kuliah Alat Berat yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 22 September 2022

Renaldi Ardiansyah
(2141320056)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv

BAB I .......................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 6

BAB II ......................................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 7

2.1 Metode Pelaksanaan Pada Proyek Konstruksi ................................................................ 7

2.2 Tahapan Pelaksanaan Dalam Konstruksi Jalan ............................................................... 9

2.3 Tahapan Pelaksanaan Dalam Konstruksi Jembatan ...................................................... 16

BAB III ...................................................................................................................................... 29

PENUTUP ................................................................................................................................. 29

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 29

3.2 Saran ............................................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengukuran Awal Pekerjaan ................................................................................... 7

Gambar 2. Pembersihan Lahan ............................................................................................... 10

Gambar 3. Pekerjaan Tanah .................................................................................................... 11

Gambar 4. Penghamparan Material dan Pemadatan ............................................................. 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahap Pelaksanaan Pekerjaan adalah tahap realisasi design rencana menjadi
sebuah bangunan yang utuh. Pada tahap ini dibutuhkan metodologi yang efektif
dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan shop drawing. Metode yang dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan dapat berbeda meskipun untuk pekerjaan yang sama,
hal ini tergantung dari sumber daya dan kondisi lingkungan yang dihadapi.
Perencanaan yang matang mengenai tahapan-tahapan dalam menyelesaikan pekerjaan
di lapangan mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan. Selain menjamin mutu yang dihasilkan, perencanaan
juga harus memperhitungkan keselamatan kerja semua yang terlibat dalam proses
pelaksanaan pekerjaan sehingga tercapai ZERO ACCIDENT sesuai dengan standar
OHSAS dalam proyek.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian Jalan,
termasuk bangunan penghubung, bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah, dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan rel, jalan lori, dan jalan kabel.
Pengertian dari jembatan yaitu, penghubung antara wilayah satu dengan
wilayah lainnya yang diputus oleh zona seperti sungai, jurang, rel kereta api dan lain
sebagainya, sehingga wilayah yang awalnya terisolir maka dapat dicapai dan
membawa keuntungan bagi wilayah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa sajakah tahapan pelaksanaan dalam suatu proyek konstruksi ?
b. Bagaimana tahapan- tahapan pelaksanaan pada konstruksi jalan dan jembatan
?
c. Alat berat apa sajakah yang digunakan dalam proyek konstruksi jalan dan
jembatan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan dalam proyek konstruksi
b. Untuk memahami tahapan pelaksanaan pekerjaan dalam konstruksi jalan dan
jembatan
c. Untuk mengetahui alat berat apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan
konstruksi jalan dan jembatan

6
BAB II
PEMBAHASAN

Metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa


berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pengadaan, keadaan
teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk
pengalaman kontraktor.
2.1 Metode Pelaksanaan Pada Proyek Konstruksi
1. Pekerjaan Pendahuluan

Gambar 1. Pengukuran Awal Pekerjaan

Pekerjaan pendahuluan merupakan persiapan awal yang wajib


dilakukan dalam melaksanakan suatu proyek. Pada tahap ini, segala izin
yang dibutuhkan untuk proses pembangunan telah diurus serta segala
sesuatu yang menyangkut kelancaran pekerjaan pelaksanaan harus telah
disiapkan di lokasi sebelum melaksanakan pekerjaan. Penyusunan jadwal
terinci, mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, hingga kelengkapan
administrasi lapangan harus sudah disiapkan sebelum memulai pekerjaan.
Situasi lapangan yang harus dipertimbangkan antara lain :

7
a. Volume pekerjaan yang merujuk pada batasan minimal yang wajib
terpenuhi. Hal ini agar proyek tidak menyimpang dari
perencanaan.
b. Kontraktor meneliti situasi lapangan seperti kontur tanah, sifat dan
luasan proyek hingga hal-hal yang bersangkutan agar tidak
berpengaruh pada estimasi biaya dan waktu.
2. Pekerjaan Tanah dan Pasir
Tahap ini meliputi penggalian fondasi, hingga penimbunan galian serta
pemadatan setiap lapisan mencapai titik peil yang telah direncanakan. Dalam
tahap ini, terdapat beberapa ketentuan yang wajib di penuhi kontraktor seperti:
a. Memastikan posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam gambar
serta mendapatkan persetujuan dewan pengawas lapangan.

b. Penggalian tanah fondasi dimulai setelah pemasangan bouwplank


dan patok-patok disetujui direksi / pengawas lapangan. Fondasi
yang dibangun menggunakan batu gunung yang bermutu tinggi
serta mengandung lumpur dan pada bagian entrance menggunakan
dengan batu bata.

c. Dasar galian harus mencapai tanah keras dan bersih dari akar-akar
kayu, kotoran-kotoran serta bagian-bagian tanah yang longgar
(tidak padat).

d. Dilakukan pengurugan yang meliputi urugan pasir, urugan tanah


dan urugan kembali bekas tanah galian sesuai dengan gambar
proyek.

3. Pekerjaan Pemasangan
Tahap ini meliputi pemasangan beton mulai dari beton yang bertulang
hingga beton yang tidak bertulang. Kualitas beton sangat tergantung pada
bahan-bahan yang digunakan.
4. Pekerjaan Lantai
Pemasangan lantai ditujukan berdasarkan petunjuk dari manajemen
konstruksi serta rancangan proyek.
8
5. Pekerjaan Instalasi Listrik
Salah satu komponen yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan listrik yang
berlaku di Indonesia. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pengadaan dan
pemasangan seluruh komponen-komponen kelistrikan tidak terkecuali
sakelar, stop kontak, lampu, panel listrik, hingga tahap percobaan sampai
listrik dapat menyala dengan baik.
6. Pekerjaan Penutup
Pekerjaan penutup ini meliputi pekerjaan pembersihan dan
pemeliharaan. Pada masa pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib
membersihkan seluruh bagian dari proyek yang meliputi lantai, dinding,
atap, pintu, jendela, plafon dan lainnya hingga bangunan siap untuk
dihuni. Sedangkan pada masa pemeliharaan, kontraktor berkewajiban
mengganti material-material yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagai
mana target proyek.
2.2 Tahapan Pelaksanaan Dalam Konstruksi Jalan
1. Mobilisasi
Tahap awal pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan memobilisasi
semua keperluan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
dilapangan seperti tenaga kerja lapangan, personil inti dan alat kerja.
Proses mobilisasi alat berat dilakukan secara bertahap sesuai keperluannya
sehingga tidak ada alat yang menumpuk tidak terpakai sehingga
berpotensi menghambat pelaksanaan di lapangan. Proses mobilisasi pada
kegiatan pembangunan jalan meliputi:
a. Tenaga kerja
b. Pengangkutan material dan sisa
c. Alat berat

9
2. Pembersihan Lahan
Sebelum jalan dibangun maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah pembersihan lahan, baik pembersihan dari pohon-pohonan
maupun akar-akar pohon,dan pemerataan tanah dengan menggunakan
alat-alat seperti excavator.

Gambar 2. Pembersihan Lahan

3. Pekerjaan Tanah
Setelah lahan dibersihkan, kemudian dilakukan pekerjaan pemerataan
tanah dengan mengunakan buldozer. Untuk memindahkan tanah bekas
galian digunakan dump truk
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian tanah, urugan limestone,
urugan tanah dan pemadatan menggunakan alat berat dan stamper.
Volume pekerjaan galian tanah memiliki variasi tergantung kedalaman
penggaliannya. Adapun kedalaman galian yang disyaratkan beserta
volume penggaliannya antara lain:
● Galian tanah biasa, dalam s/d 1 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 1 m s/d 2 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 2 m s/d 3 m 262.50 m3

10
● Galian tanah biasa, dalam 3 m s/d 4 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 4 m s/d 5 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 5 m s/d 6 m 131.25 m3

Gambar 3. Pekerjaan Tanah

4. Penghamparan Material Pondasi Bawah


Penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali dengan
mengunakan transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan
dengan mengunakan alat tandem roller. Pekerjaan perataan dengan
tandemroller dilakukan lagi pada saat pengamparan lapis pondasi atas dan
lapis permukaan gunanya untuk pemadatan. Pada saat penghamparan lapis
pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urukan dengan alat theodolit
dan perlengkapanya.

11
Gambar 4. Penghamparan Material dan Pemadatan

5. Tahap Pemadataan dan Perataan


Pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dan perataan jalan raya
dengan alat peneumatic roller.
Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis seperti kue lapis, dengan
tujuan untuk dapat menerima beban dan menyebarkan beban serta
meneruskan beban kebawahnya. Biasanya material yang dipakai untuk
perkerasan lapisan jalan raya adalah semakin kebawahsemakin berkurang
kwalitasnya. Karena lapisan yang ada dibawahnya semakin sedikit menerima
beban. Lapisan tersebut dapat dilihatseperti yang ada dibawah ini.:
1. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan ini terletak paling atas pada jalan raya.
Lapisan yang langsung bersentuhan dengan pijakan atau, lapisan yang
langsung bersentuhan dengan ban kendaraan. Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan beban roda kendaraan. Lapisan Permukaan tersebut
jugamemiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk melindungi
lapisan pondasi yang ada dibawahnya. Sehingga air mengalir
kesaluran samping bagian jalan raya, tahan terhadap kehausan akibat

12
gesekan rem kendaraan dan diperentukan untuk meneruskan beban
kendaraan kelapisan bagian bawahnya.

2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapisan permukaan ini terletak paling atas pada jalan raya.
Lapisan yang langsung bersentuhan dengan pijakan atau, lapisan yang
langsung bersentuhan dengan ban kendaraan. Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan beban roda kendaraan. Lapisan Permukaan tersebut
jugamemiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk melindungi
lapisan pondasi yang ada dibawahnya. Sehingga air mengalir
kesaluran samping bagian jalan raya, tahan terhadap kehausan akibat
gesekan rem kendaraan dan diperentukan untuk meneruskan beban
kendaraan kelapisan bagian bawahnya.

3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbace Course)


Lapisan Pondasi bawah adalah berada dibawah lapisan pondasi
atas, dan diatas lapisan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi
untukmenyebarkan beban lapisan pondasi bawah kelapisan tanah
dasar. Untuk menghemat material yang digunakan untuk lapisan atas,
karena biasanya menggunakan material yang lebih murah. Selain itu
lapisan pondasi baawah juga berfungsi untuk mencegah partikel halus
yangmasuk kedalam material perkerasn dan melindungi air agar tidak
masuk kelapisan dibawahnya.
4. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan Tanah Dasar adalah bagian terbawah dari lapisan
pondasi jalan raya, Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan
jalan yangspesipikasi yang direncanakan maka tanah tersebut
akanlangsung dipadatkan dengan mengunakan alat. Tebalnya berkisar

13
diantara 50-100cm. Fungsi utamanya adalah sebagai perletakan jalan
Raya.
Alat berat yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan jalan, antara
lain :
a. Bulldozer
Bulldozer memiliki bentuk seperti mesin pemotong, dimana bulldozer
berfungsi untuk meratakan dan pembersihan lapangan, dengan cara
memotong dan mendorong serta menggusur material agar lapangan siap
digunakan untuk proyek. bulldozer bisa disebut alat utama untuk
penyiapan lahan proyek atau pematangan lahan, bulldezer sendiri
memiliki blade di bagian depan, blade inilah yang dapat memotong dan
menggusur material ( tanah,pohon, dll) yang dianggap mengganggu
pelaksanaan proyek nantinya,
b. Ripper Bucket
Ripper adalah traktor dengan fungsi utama sebagai bajak, ripper memiliki
batang baja berujung lancip (blade) yang sengaja dipasang pada bagian
belakang bulldozer (traktor) untuk menggemburkan, memecahkan atau
pun membajak lapisan batuan dan material lainnya yang bersifat keras.
Ekskavator atau mesin pengeruk adalah alat berat yang terdiri dari batang,
tongkat, keranjang dan rumah rumah dalam sebuah wahana putar dan
digunakan untuk penggalian (akskavasi).
c. Scrapper
Scrapper merupakan traktor dengan blade berada di tengah. dimana
scrapper memiliki bucket atau wadah yang menampung material yang
ingin dipindahkan dengan kapasitas banyak. scrapper berfungsi untuk
mengupas material tanah atau pun material lain yang kemudian
dimasukkan dalam bucket secara tertutup. scrapper juga disebut alat berat

14
beroda yang digunakan untuk mengangkut atau memuat serta membuang
secara individu dengan tanpa bantuan pendorong (bulldozer).
d. Motor Grader
Motor grader berfungsi sebagai perata, pembentuk permukaan tanah.
motor grader biasa digunakan pada saat mengatur kemiringan jalan yang
nantinya akan memberikan kenyamanan pada pengendara. motor grader
merupakan ala yang paling berperan untuk pekerjaan konstruksi jalan
raya. blade grader bisa miring bahkan bisa berdiri hingga 180 derajat.
e. Loader
Loader memiliki bentuk yang hampir mirip dengan bulldozer namun jenis
buket loader dapat dimainkan, di angkat dengan ketinggian tertentu dan
dapat difungsikan sebagai alat pemuat atau pengangkut material. loader
biasanya menjadi alat pemuat tanah sisa potongan atau tanah yang telah
terurai untuk dimasukkan kedalam truck atau pun dipindahkan ke lokasi
tertentu.
f. Mobil Crane
Mobil crane berfungsi sebagai alat untuk pengangkat material bangunan,
seperti besi tulangan, batu bata, semen dan material berat lainnya. mobile
crane juga merupakan jenis excavator. mobile crane berbeda dengan tower
crane, dimana mobile crane bersifat moving ( dapat berpindah tempat)
sedangkan tower crane bersifat tetap.
g. Dump Truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat pengangkut material material
bangunan seperti tanah, besi tulangan, semen, seng, batu bata dan lain
lain.
h. Tridum Roller
Tridum roller juga biasa di sebut sebagai penggilas roda tiga, dimana
terdapat 1 roda didepan dan di ikuti 2 roda di balakang. three wheel rollrt

15
ini sering juta di sebut dengan macadam roller, karena sering di jumpai
saat dalam pekerjaan pemadatan material berbutir besar. biasanya untuk
menambah berat three wheel roller menggunakan air, minyak atau zat cair
lainnya atau juga bisa di isi pasir. bobot three wheel roleer biasanya
berkisar 5 - 15 ton, saat penambahan berat dengan zat cair tadi pada
slinder bisa mencapai 20 -35 %.

2.3 Tahapan Pelaksanaan Dalam Konstruksi Jembatan


1. Pekerjaan Persiapan
a. Lokasi
Pemilihan Lokasi Jembatan Penentuan lokasi dan layout jembatan
tergantung pada kondisi lalu lintas. Secara umum, suatu jembatan
berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, kecuali bila
terdapat kondisi-kondisi khusus. Prinsip dasar dalam pembangunan
jembatan adalah jembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan raya untuk
jembatan”. Oleh karenanya kondisi lalu lintas yang berbeda-beda dapat
mempengaruhi lokasi jembatan pula. Panjang pendeknya bentang
jembatan akan disesuaikan dengan lokasi jalan setempat. Penentuan
bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa alternatif bentang pada
beberapa lokasi yang telah diusulkan. Beberapa pertimbangan terhadap
lokasi sangat didasarkan pada kebutuhan. Dalam penentuan lokasi akan
dijumpai suatu permasalahan apakah akan dibangun di daerah perkotaan
ataukah pinggiran kota bahkan di pedesaan.

b. Aspek lalu lintas


Aspek Lalu Lintas Persyaratan transportasi meliputi kelancaran arus
lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki (pedestrians) yang melintasi
jembatan tersebut. Perencanaan yang kurang tepat terhadap kapasitas lalu
lintas perlu dihindarkan, karena akan sangat mempengaruhi lebar
jembatan. Untuk itu sangatlah penting diperoleh hasil yang optimum
dalam perencanaan lebar optimumnya agar didapatkan tingkat pelayanan
lalu lintas yang maksimum. Mengingat jembatan akan melayani arus lalu
lintas dari segala arah, maka muncul kompleksitas terhadap existing dan
rencana, volume lalu lintas, oleh karenanya sangat diperlukan ketepatan
16
dalam penentuan tipe jembatan yang akan digunakan. Selain daripada itu,
pendekatan ekonomi selayaknya juga sebagai bahan pertimbangan biaya
jembatan perlu dibuat seminimum mungkin. Berdasarkan beberapa kasus
biaya investasi jembatan didaerah perkotaan adalah sangat tinggi. Dalam
hal ini akan sangat terkait dengan kesesuaian lokasi yang akan
direncanakan.

c. Aspek teknis
Persiapan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Penentuan geometri struktur, alinyemen horisontal dan vertikal, sesuai
dengan lingkungan sekitarnya, pemilihan sistem utama jembatan dan
posisi dek;
2. Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika,
arsitektural, dan biaya konstruksi;
3. Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur bawah,
terutama jenis gelagar, tipe pilar ,dan abutment;
4. Pendetailan struktur atas seperti: sandaran, parapet, penerangan, dan
tipe perkerasan;
5. Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan
berdasarkan pertimbangan struktural dan estetika.

d. Survei lapangan
Survei lapangan meliputi :
1. Kondisi situasi penampang sungai yang dilewati jalan atau rencana
jalan;
2. Rencana posisi jembatan;
3. Pengukuran lebar sungai untuk mengetahui rencana bentang jembatan;
4. Data tinggi air maksimum/tinggi air banjir yang pernah terjadi yang
didapat dari penduduk setempat dan dikontrol dengan data yang ada di
dinas pengairan setempat;
5. Survei harga material yang tersedia dan material yang harus dibeli dari
luar desa.

17
e. Perhitungan teknis Daya Dukung Tanah (DDT)
Dalam pembangunan suatu jembatan dibutuhkan data besaran
Daya Dukung Tanah (DDT) dalam menerima beban. DDT perlu diketahui
untuk menghitung dan merencanakan dimensi dan jenis pondasi yang
dapat mendukung beban struktur jembatan dan beban yang melintas
diatasnya.
Dalam perencanaan jembatan pada kegiatan PISEW meskipun
merupakan jembatan perdesaan tetap harus diperhatikan DDT lokasi
jembatan untuk menentukan jenis pondasi jembatan yang akan dibuat.
Untuk lokasi rencana jembatan PISEW yang berdekatan dengan
bangunan jembatan yang mempunyai dokumen perencanaan yang lengkap
(Jembatan Jalan Kabupaten/Provinsi bisa dipakai sebagai acuan.
Perhitungan DDT bisa dilakukan dengan pengujian lapangan dan
laboratorium, pengujian DDT dapat dilaksanakan dengan metode berikut
ini:
1. Boring/Standard Penetration Test (SPT)
2. Sondir/Cone PenetrationTest (CPT)
3. Vane Shear Test (VST)

f. Perencanaan Struktur Tahan Gempa


Perencanaan jembatan juga harus memperhatikan ketahanan
konstruksi terhadap gempa. Untuk gempa rencana, gaya-gaya,
perpindahan, dan pengaruh lainnya akan menyebabkan kerusakan pada
jembatan, tetapi kerusakan ini terbatas hanya pada beberapa tempat saja
yang mudah dicapai dan dapat diperbaiki dengan mudah. Jembatan
termasuk jalan pendekatnya harus segera dapat dilalui lagi. Kerusakan
akibat gempa besar yang lebih besar dibandingkan gempa rencana,
disyaratkan bahwa jembatan tidak boleh runtuh. Jembatan harus dapat
digunakan oleh lalu lintas darurat setelah perbaikan sementara dan
kemungkinan dapat digunakan pada derajat beban yang lebih rendah
setelah perbaikan permanen. Perencanaan beban gempa disesuaikan
dengan umur rencana jembatan. Jalur lalu lintas Jalur lalu lintas

18
kendaraan.Semua jembatan yang tercakup dalam peraturan ini harus
direncanakan dapat menahan gaya gempa dengan mempertimbangkan:
1. Risiko gerakan-gerakan tersebut di lapangan;
2. Reaksi tanah akibat gempa di lapangan; dan
3. Karakteristik reaksi dinamis dari seluruh struktur.

Banyak jembatan direncanakan tahan gempa dengan anggapan


bahwa pengaruh gempa dapat diperkirakan dengan suatu sistem gaya
statik ekivalen.Untuk jembatan-jembatan yang besar, kompleks, dan
penting, analisis dinamis yang terinci harus digunakan. Analisis ini harus
dilaksanakan oleh perencana dengan pengetahuan dan pengalaman khusus
yang sesuai.Dari hasil pengamatan di lapangan pada berbagai kejadian
gempa, kerusakan yang terjadi pada bangunan diakibatkan oleh abainya
penerapan prinsip-prinsip bangunan tahan gempa di lapangan. Dari
kejadian tersebut mengindikasikan diperlukannya penerapan prinsip-
prinsip teknologi bangunan tahan gempa sesuai dengan standar yang
berlaku. Bangunan tahan gempa itu dapat rusak akibat gempa tapi tidak
boleh roboh atau setidaknya memberikan waktuyang cukup bagi
pengguna/penghuni untuk melakukan evakuasi ke luar bangunan. Secara
umum terdapat 3 hal yang harus diperhatikan untuk penerapan bangunan
tahan gempa yaitu:

1. Kesesuaian desain;
2. Kesesuaian jenis bahan bahan bangunan; dan
3. Kesesuaian metoda pelaksanaannya itu sendiri.

2. Struktur Bangunan Atas dan Bangunan Bawah

2.1 Bangunan Atas

Bangunan atas jembatan (Upperstructure) adalah bagian dari


struktur jembatan yang berfungsi memikul langsung beban lalulintas
serta melimpahkannya ke bangunan bawah melalui struktur
perletakan. Bagian-bagian bangunan atas terdiri dari:

1. Gelagar utama (rangka, balok, masif, box, girder)

2. Gelagar memanjang
19
3. Ikatan angin

4. Sandaran

5. Lantai jembatan

6. Expansion joint

Bangunan atas jembatan (Upperstructure) terbagi menjadi beberapa


jenis, yaitu:

1. Standar

a. Rangka Kayu

b. Rangka Baja

c. Rangka Beton (Prestressed, beton bertulang)

d. Gelagar Kayu

e. Gelagar Baja

f. Gelagar Beton Bertulang

g. Gelagar Beton Prategang

h. Komposit

2. Non-standar

a. Gantung (Suspension Bridge)

b. Cable Stayed

c. Pelengkung

2.2 Bangunan Bawah

Adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi memikul


bangunan atas dan semua beban yang bekerja pada struktur atas
jembatan kemudian menyalurkannya ke pondasi.Jenis bangunan
bawah terdiri dari :

20
1. Pilar (pier)

2. Abutment (kepala jembatan)

Sedangkan untuk jembatan gantung, bangunan bawah terdiri dari :

1. Pilar

2. Kabel penggantung

3. Blok angker

Kepala jembatan (abutment), adalah bangunan bawah


jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar–pilar jembatan,
berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (angin, kendaraan,
dll.) dan mati (beban gelagar, dll.), serta berfungsi sebagai tembok
penahan tanah yaitu menahan tekanan tanah aktif. Sedangkan Pilar di
gunakan untuk memberikan tekanan terhadap beban-beban yang
bekerja pada pada bangunan atas, tidak terbatas hanya beban vertikal
saja tetapi :

1. Gaya gesekan

2. Gaya aliran dan benda hanyutan

3. Gaya rem

4. Gempa

Pemilihan konstruksi bawah jembatan harus memperhatikan


kondisi berdasarkan pertimbangan kekuatan, biaya, serta kemudahan
dalam pelaksanaan.

3. Landasan dan Pondasi Jembatan

3.1 Landasan

Landasan adalah suatu bagian ujung dari suatu bangunan atas


jembatan yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan

21
atas ke bangunan bawah sekaligus menjadi tumpuan bangunan atas di
atas bangunan bawah. Jenis landasan:

1. Landasan tetap

2. Landasan bergerak (rol, sliding): landasan baja, landasan karet,


dan landasan pot.

Landasan dibuat dari bahan yang cukup keras yaitu


mempunyai hardness 55+5 duro. Untuk landasan dengan ketebalan
>1”, menggunakan laminasi antara pelat baja dengan karet.
Diperlukan aging test bahan karet sesuai ASTM 573, dimana
pemuluran sampai putus 50%, perubahan kuat tarik maks 15%,
kekerasan maks 10 HS. Bahan polymer dalam campuran karet tidak
boleh lebih dari 60% terhadap volume total Elastomer.

Pondasi adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi


memikul bangunan bawah serta melimpahkannya kelapisan tanah
pendukung. Tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan
pondasi jembatan antara lain:

i. Pemeriksaan rencana tahanan lateral ultimit geser maupun


tahanan tekanan pasif pada fondasi.

ii. Stabilitas terhadap geser dan guling.

iii. Kapasitas daya dukung ultimit.

iv. Penurunan (settlement) pada fondasi.

3.2 Pondasi Dalam

a) Sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah
dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi
dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan komponen beton
dan batu belah sebagai pengisinya. Pada umumnya pondasi
sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang
umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah

22
dari silinder beton bertulang dengan diameter 250cm, 300cm,
350cm, dan 400cm.

ii. Pondasi Tiang Bor/Bore Pile


Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang mempunyai
bentuk seperti tabung memanjang yang terdiri dari campuran
beton dengan besi bertulang dengan dimensi diameter tertentu
yang dipasang didalam tanah dengan menggunakan metode
pengeboran dengan instalasi pemasangan besi setempat serta
pengecoran beton setempat. Pondasi ini digunakan jika level tanah
dipermukaan atas tidak cukup untuk menahan beban bangunan
secara keseluruhan, sehingga diperlukan daya dukung tambahan.

iii. Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari
struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer
(menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang
terletak pada kedalaman tertentu.Tiang pancang bentuknya
panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang
lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan
beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul,
di bor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan
Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan
karakteristik penyebaran beban tiang pancang di klasifikasikan
berbeda-beda.
a) Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat
digunakan sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang
pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-
cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi
bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil
sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang
besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam
tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan
bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya
runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang

23
terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah
keras atau tanah kerikil.

Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah


rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan
kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah
memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan
diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang
pancang.

b) Tiang Pancang Beton

Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang


dari beton bertulang yang dicetak dandicor dalam acuan
beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat
dandipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil
dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat
sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang
beton ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat
sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan
dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawakesulitan
untuk transport. Tiang pancang ini dapat memikul beban
yang besar (>50ton untuk setiap tiang), hal initergantung
dari dimensinya. Perencanaan dimensi tiang pancang beton
precast ini harus dihitung dengan teliti, dilakukan
penyambungan, hal ini sangat sulit dilakukan sehingga akan
banyak memakan waktu dan biaya.

c) Tiang Pancang Baja Struktur

Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus


berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan
kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau
kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton
tersebut minimum harus K250.

24
• Perlindungan Terhadap Korosi
Korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi,
maka panjang atau ruas ruasnya yang mungkin terkena
korosi harus dilindungi dengan pengecatan
menggunakan lapisan pelindung dan/atau digunakan
logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat
diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya
seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap
panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di
atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
• Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan
pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun
bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras,
maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan
pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau
siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang
pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang
tanpasepatu, tetapi bilamana ujung dasar tertutup
diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan
cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah
dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
• Pemancangan
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus
dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi
pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan
sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang
baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang
pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan

• Penyambungan
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan
dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja
semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang
dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat
25
menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada
ruasruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa
atau kotak akan diisi dengan beton setelah
pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air.

4. Pelaksanaan Pengeboran

Langkah – Langkah pelaksanaan pengeboran, antara lain :


1) Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana.
2) Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus
dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah
permukaan beton selama penarikan dan operasi penempatan , kecuali
ditentukan lain oleh direksi.
3) Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan
dengan alat penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan ,
demikian juga bila ada air dalam lubang bor harus dikeluarkan .
4) Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton
pada dinding casing.
5) Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka
digunakan cara tremie.
6) Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira- kira satu meter di atas elevasi
yang akan dipotong , semua beton yang lepas , kelebihan dan lemah harus
dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus
mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang
sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya.

5. Pengecoran Tiang Bor

a. Beton digunakan harus di cor kedalam suatu lubang yang kering dan
basah .
b. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa
baja tulangan atau sisi – sisi lubang.
c. Beton harus di cor secepat mungkin setelah pengeboran.
Bilamana elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah,
tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama dengan
atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras
26
6. Pengujian Tiang Bor

Perkembangan dan penggunaan metode Load Cell test untuk


pengujian static dengan kapasitas tinggi pada pondasi tiang bor memberikan
pengaruh dan konstribusi yang sangat besar bagi para perencana struktur
pondasi untuk dapat mengevaluasi kapasitas dari struktur pondasi yang
direncanakan dan mengakaji pemilihan teknik konstruksi pada pondasi tiang
bor. Load Cell adalah alat pengangkat yang dimobilisasi dengan mekanisme
hidrolis selama proses pengujian beban.

7. Pekerjaan beton
a. Kesiapan kerja
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan harus dilakukan pekerjaan
persiapan sebagai berikut:
• Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran.
• Bidang –bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru,
harus dikasarkan dan dibasahi sebelum beton baru dicorkan.
• Tulangan harus bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan beton dengan tulangan.
• Tidak boleh ada air pada semua ruang yang akan dicor beton kecuali
pada system pengecoran Tremie.
b. Rancangan campuran beton
c. Percobaan campuran
Setelah didapat rancangan campuran, kemudian diperlukan suatu batch
kecil campuran percobaan, kira-kira 0,1 m3 beton untuk memastikan
apakah asumsi yang dibuat pada desain campuran telah benar. Campuran
percobaan ini harus diuji untuk kekuatan tekan, slump dan sifat sifat lain
yang disyaratkan oleh perencana untuk menentukan apakah sifat-sifat
tersebut diperoleh dengan proporsi dari material yang diperkirakan .

27
Minimum 20 benda uji harus dibuat dengan maksud memastikan kekuatan
tekan campuran percobaan tersebut. Percobaan campuran harus memenuhi
SNI 03-2834-2000.
d. Pembetonan
➢ Pelaksanaan pengecoran
➢ Pemadatan
➢ Sambungan pelaksanaan (Construction joint)
e. Pengendalian mutu
f. Perawatan

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa
berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pengadaan, keadaan
teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk
pengalaman kontraktor. Metode pelaksanaan dalam suatu proyek bergantung pada
jenis proyek yang akan dikerjakan dan kondisi wilayah proyek.
Metode pelaksanaan dalam konstruksi jalan meliputi perencanaan mobilitas
tenaga kerja, pengangkutan material, dan alat berat, pembersihan lahan,
pemerataan dan pekerjaan tanah, penghamparan material pondasi, dan tahap
finishing serta perawatan jalan. Lalu untuk metode pelaksanaan dalam proyek
jembatan yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi dan bangunan bawah,
pengeboran, pengecoran, pengujian tiang bor, pekerjaan beton, dan pekerjaan
bangunan atas jembatan.
3.2 Saran
Perlu dikenali dan dipahami metode- metode pelaksanaan dalam konstruksi
sebelum menentukan metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam suatu
proyek konstruksi. Hal ini supaya dalam pelaksanaan proyek konstruksi
pekerjaan dapat dijalankan dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi proyek
yang diinginkan. Selain itu pemilihan metode yang tepat dapat memberi efisiensi
dalam pekerjaan proyek, menghindari kecelakaan kerja, meminimalisir biaya
yang tidak perlu dan mempercepat pekerjaan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Vera Kurnia.(2017). https://docplayer.info/58110944-Bab-ii-data-proyek-data-umum-


proyek.html. Diakses pada tanggal 22 September 2022 pukul 19.17 WIB.
ARSITUR STUDIO .(2020). https://www.arsitur.Pengertian Jalan dan Jenis-jenis Jalan
yang ada di Indonesia (arsitur.com). Diakses pada tanggal 22 September 2022
pukul 19.50 WIB.
Hadi Setiabudi.(2017).Metode Pelaksanaan Konstruksi Jalan.
https://docplayer.info/METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA - PDF
Download Gratis (docplayer.info). Diakses pada tanggal 22 September 2022
pukul 20.20 WIB.
ILMUTEKNIKSIPIL.(2020).https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-
2/metode-pelaksanaan-pekerjaan-konstruksi-jembatan. Diakses pada tanggal
22 September 2022 pukul 20.36 WIB.
Ardi Limbo Allo. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan.(2017).
https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/metode-pelaksanaan-
pekerjaan-konstruksi-jembatan. Diakses pada tanggal 22 September 2022
pukul 20.40 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai