Dosen Pengampu :
Renaldi Ardiansyah
2 MRK 3
16 / 2141320056
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Indah Ria Rizkiyah, ST, MT.
Sebagai dosen pengampu mata kuliah Alat Berat yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Renaldi Ardiansyah
(2141320056)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv
BAB I .......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 5
BAB II ......................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 7
PENUTUP ................................................................................................................................. 29
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
a. Volume pekerjaan yang merujuk pada batasan minimal yang wajib
terpenuhi. Hal ini agar proyek tidak menyimpang dari
perencanaan.
b. Kontraktor meneliti situasi lapangan seperti kontur tanah, sifat dan
luasan proyek hingga hal-hal yang bersangkutan agar tidak
berpengaruh pada estimasi biaya dan waktu.
2. Pekerjaan Tanah dan Pasir
Tahap ini meliputi penggalian fondasi, hingga penimbunan galian serta
pemadatan setiap lapisan mencapai titik peil yang telah direncanakan. Dalam
tahap ini, terdapat beberapa ketentuan yang wajib di penuhi kontraktor seperti:
a. Memastikan posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam gambar
serta mendapatkan persetujuan dewan pengawas lapangan.
c. Dasar galian harus mencapai tanah keras dan bersih dari akar-akar
kayu, kotoran-kotoran serta bagian-bagian tanah yang longgar
(tidak padat).
3. Pekerjaan Pemasangan
Tahap ini meliputi pemasangan beton mulai dari beton yang bertulang
hingga beton yang tidak bertulang. Kualitas beton sangat tergantung pada
bahan-bahan yang digunakan.
4. Pekerjaan Lantai
Pemasangan lantai ditujukan berdasarkan petunjuk dari manajemen
konstruksi serta rancangan proyek.
8
5. Pekerjaan Instalasi Listrik
Salah satu komponen yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan listrik yang
berlaku di Indonesia. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pengadaan dan
pemasangan seluruh komponen-komponen kelistrikan tidak terkecuali
sakelar, stop kontak, lampu, panel listrik, hingga tahap percobaan sampai
listrik dapat menyala dengan baik.
6. Pekerjaan Penutup
Pekerjaan penutup ini meliputi pekerjaan pembersihan dan
pemeliharaan. Pada masa pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib
membersihkan seluruh bagian dari proyek yang meliputi lantai, dinding,
atap, pintu, jendela, plafon dan lainnya hingga bangunan siap untuk
dihuni. Sedangkan pada masa pemeliharaan, kontraktor berkewajiban
mengganti material-material yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagai
mana target proyek.
2.2 Tahapan Pelaksanaan Dalam Konstruksi Jalan
1. Mobilisasi
Tahap awal pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan memobilisasi
semua keperluan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
dilapangan seperti tenaga kerja lapangan, personil inti dan alat kerja.
Proses mobilisasi alat berat dilakukan secara bertahap sesuai keperluannya
sehingga tidak ada alat yang menumpuk tidak terpakai sehingga
berpotensi menghambat pelaksanaan di lapangan. Proses mobilisasi pada
kegiatan pembangunan jalan meliputi:
a. Tenaga kerja
b. Pengangkutan material dan sisa
c. Alat berat
9
2. Pembersihan Lahan
Sebelum jalan dibangun maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah pembersihan lahan, baik pembersihan dari pohon-pohonan
maupun akar-akar pohon,dan pemerataan tanah dengan menggunakan
alat-alat seperti excavator.
3. Pekerjaan Tanah
Setelah lahan dibersihkan, kemudian dilakukan pekerjaan pemerataan
tanah dengan mengunakan buldozer. Untuk memindahkan tanah bekas
galian digunakan dump truk
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian tanah, urugan limestone,
urugan tanah dan pemadatan menggunakan alat berat dan stamper.
Volume pekerjaan galian tanah memiliki variasi tergantung kedalaman
penggaliannya. Adapun kedalaman galian yang disyaratkan beserta
volume penggaliannya antara lain:
● Galian tanah biasa, dalam s/d 1 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 1 m s/d 2 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 2 m s/d 3 m 262.50 m3
10
● Galian tanah biasa, dalam 3 m s/d 4 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 4 m s/d 5 m 262.50 m3
● Galian tanah biasa, dalam 5 m s/d 6 m 131.25 m3
11
Gambar 4. Penghamparan Material dan Pemadatan
12
gesekan rem kendaraan dan diperentukan untuk meneruskan beban
kendaraan kelapisan bagian bawahnya.
13
diantara 50-100cm. Fungsi utamanya adalah sebagai perletakan jalan
Raya.
Alat berat yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan jalan, antara
lain :
a. Bulldozer
Bulldozer memiliki bentuk seperti mesin pemotong, dimana bulldozer
berfungsi untuk meratakan dan pembersihan lapangan, dengan cara
memotong dan mendorong serta menggusur material agar lapangan siap
digunakan untuk proyek. bulldozer bisa disebut alat utama untuk
penyiapan lahan proyek atau pematangan lahan, bulldezer sendiri
memiliki blade di bagian depan, blade inilah yang dapat memotong dan
menggusur material ( tanah,pohon, dll) yang dianggap mengganggu
pelaksanaan proyek nantinya,
b. Ripper Bucket
Ripper adalah traktor dengan fungsi utama sebagai bajak, ripper memiliki
batang baja berujung lancip (blade) yang sengaja dipasang pada bagian
belakang bulldozer (traktor) untuk menggemburkan, memecahkan atau
pun membajak lapisan batuan dan material lainnya yang bersifat keras.
Ekskavator atau mesin pengeruk adalah alat berat yang terdiri dari batang,
tongkat, keranjang dan rumah rumah dalam sebuah wahana putar dan
digunakan untuk penggalian (akskavasi).
c. Scrapper
Scrapper merupakan traktor dengan blade berada di tengah. dimana
scrapper memiliki bucket atau wadah yang menampung material yang
ingin dipindahkan dengan kapasitas banyak. scrapper berfungsi untuk
mengupas material tanah atau pun material lain yang kemudian
dimasukkan dalam bucket secara tertutup. scrapper juga disebut alat berat
14
beroda yang digunakan untuk mengangkut atau memuat serta membuang
secara individu dengan tanpa bantuan pendorong (bulldozer).
d. Motor Grader
Motor grader berfungsi sebagai perata, pembentuk permukaan tanah.
motor grader biasa digunakan pada saat mengatur kemiringan jalan yang
nantinya akan memberikan kenyamanan pada pengendara. motor grader
merupakan ala yang paling berperan untuk pekerjaan konstruksi jalan
raya. blade grader bisa miring bahkan bisa berdiri hingga 180 derajat.
e. Loader
Loader memiliki bentuk yang hampir mirip dengan bulldozer namun jenis
buket loader dapat dimainkan, di angkat dengan ketinggian tertentu dan
dapat difungsikan sebagai alat pemuat atau pengangkut material. loader
biasanya menjadi alat pemuat tanah sisa potongan atau tanah yang telah
terurai untuk dimasukkan kedalam truck atau pun dipindahkan ke lokasi
tertentu.
f. Mobil Crane
Mobil crane berfungsi sebagai alat untuk pengangkat material bangunan,
seperti besi tulangan, batu bata, semen dan material berat lainnya. mobile
crane juga merupakan jenis excavator. mobile crane berbeda dengan tower
crane, dimana mobile crane bersifat moving ( dapat berpindah tempat)
sedangkan tower crane bersifat tetap.
g. Dump Truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat pengangkut material material
bangunan seperti tanah, besi tulangan, semen, seng, batu bata dan lain
lain.
h. Tridum Roller
Tridum roller juga biasa di sebut sebagai penggilas roda tiga, dimana
terdapat 1 roda didepan dan di ikuti 2 roda di balakang. three wheel rollrt
15
ini sering juta di sebut dengan macadam roller, karena sering di jumpai
saat dalam pekerjaan pemadatan material berbutir besar. biasanya untuk
menambah berat three wheel roller menggunakan air, minyak atau zat cair
lainnya atau juga bisa di isi pasir. bobot three wheel roleer biasanya
berkisar 5 - 15 ton, saat penambahan berat dengan zat cair tadi pada
slinder bisa mencapai 20 -35 %.
c. Aspek teknis
Persiapan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Penentuan geometri struktur, alinyemen horisontal dan vertikal, sesuai
dengan lingkungan sekitarnya, pemilihan sistem utama jembatan dan
posisi dek;
2. Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika,
arsitektural, dan biaya konstruksi;
3. Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur bawah,
terutama jenis gelagar, tipe pilar ,dan abutment;
4. Pendetailan struktur atas seperti: sandaran, parapet, penerangan, dan
tipe perkerasan;
5. Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan
berdasarkan pertimbangan struktural dan estetika.
d. Survei lapangan
Survei lapangan meliputi :
1. Kondisi situasi penampang sungai yang dilewati jalan atau rencana
jalan;
2. Rencana posisi jembatan;
3. Pengukuran lebar sungai untuk mengetahui rencana bentang jembatan;
4. Data tinggi air maksimum/tinggi air banjir yang pernah terjadi yang
didapat dari penduduk setempat dan dikontrol dengan data yang ada di
dinas pengairan setempat;
5. Survei harga material yang tersedia dan material yang harus dibeli dari
luar desa.
17
e. Perhitungan teknis Daya Dukung Tanah (DDT)
Dalam pembangunan suatu jembatan dibutuhkan data besaran
Daya Dukung Tanah (DDT) dalam menerima beban. DDT perlu diketahui
untuk menghitung dan merencanakan dimensi dan jenis pondasi yang
dapat mendukung beban struktur jembatan dan beban yang melintas
diatasnya.
Dalam perencanaan jembatan pada kegiatan PISEW meskipun
merupakan jembatan perdesaan tetap harus diperhatikan DDT lokasi
jembatan untuk menentukan jenis pondasi jembatan yang akan dibuat.
Untuk lokasi rencana jembatan PISEW yang berdekatan dengan
bangunan jembatan yang mempunyai dokumen perencanaan yang lengkap
(Jembatan Jalan Kabupaten/Provinsi bisa dipakai sebagai acuan.
Perhitungan DDT bisa dilakukan dengan pengujian lapangan dan
laboratorium, pengujian DDT dapat dilaksanakan dengan metode berikut
ini:
1. Boring/Standard Penetration Test (SPT)
2. Sondir/Cone PenetrationTest (CPT)
3. Vane Shear Test (VST)
18
kendaraan.Semua jembatan yang tercakup dalam peraturan ini harus
direncanakan dapat menahan gaya gempa dengan mempertimbangkan:
1. Risiko gerakan-gerakan tersebut di lapangan;
2. Reaksi tanah akibat gempa di lapangan; dan
3. Karakteristik reaksi dinamis dari seluruh struktur.
1. Kesesuaian desain;
2. Kesesuaian jenis bahan bahan bangunan; dan
3. Kesesuaian metoda pelaksanaannya itu sendiri.
2. Gelagar memanjang
19
3. Ikatan angin
4. Sandaran
5. Lantai jembatan
6. Expansion joint
1. Standar
a. Rangka Kayu
b. Rangka Baja
d. Gelagar Kayu
e. Gelagar Baja
h. Komposit
2. Non-standar
b. Cable Stayed
c. Pelengkung
20
1. Pilar (pier)
1. Pilar
2. Kabel penggantung
3. Blok angker
1. Gaya gesekan
3. Gaya rem
4. Gempa
3.1 Landasan
21
atas ke bangunan bawah sekaligus menjadi tumpuan bangunan atas di
atas bangunan bawah. Jenis landasan:
1. Landasan tetap
a) Sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah
dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi
dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan komponen beton
dan batu belah sebagai pengisinya. Pada umumnya pondasi
sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang
umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah
22
dari silinder beton bertulang dengan diameter 250cm, 300cm,
350cm, dan 400cm.
23
terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah
keras atau tanah kerikil.
24
• Perlindungan Terhadap Korosi
Korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi,
maka panjang atau ruas ruasnya yang mungkin terkena
korosi harus dilindungi dengan pengecatan
menggunakan lapisan pelindung dan/atau digunakan
logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat
diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya
seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap
panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di
atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
• Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan
pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun
bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras,
maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan
pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau
siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang
pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang
tanpasepatu, tetapi bilamana ujung dasar tertutup
diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan
cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah
dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
• Pemancangan
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus
dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi
pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan
sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang
baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang
pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan
• Penyambungan
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan
dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja
semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang
dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat
25
menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada
ruasruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa
atau kotak akan diisi dengan beton setelah
pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air.
4. Pelaksanaan Pengeboran
a. Beton digunakan harus di cor kedalam suatu lubang yang kering dan
basah .
b. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa
baja tulangan atau sisi – sisi lubang.
c. Beton harus di cor secepat mungkin setelah pengeboran.
Bilamana elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah,
tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama dengan
atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras
26
6. Pengujian Tiang Bor
7. Pekerjaan beton
a. Kesiapan kerja
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan harus dilakukan pekerjaan
persiapan sebagai berikut:
• Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran.
• Bidang –bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru,
harus dikasarkan dan dibasahi sebelum beton baru dicorkan.
• Tulangan harus bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan beton dengan tulangan.
• Tidak boleh ada air pada semua ruang yang akan dicor beton kecuali
pada system pengecoran Tremie.
b. Rancangan campuran beton
c. Percobaan campuran
Setelah didapat rancangan campuran, kemudian diperlukan suatu batch
kecil campuran percobaan, kira-kira 0,1 m3 beton untuk memastikan
apakah asumsi yang dibuat pada desain campuran telah benar. Campuran
percobaan ini harus diuji untuk kekuatan tekan, slump dan sifat sifat lain
yang disyaratkan oleh perencana untuk menentukan apakah sifat-sifat
tersebut diperoleh dengan proporsi dari material yang diperkirakan .
27
Minimum 20 benda uji harus dibuat dengan maksud memastikan kekuatan
tekan campuran percobaan tersebut. Percobaan campuran harus memenuhi
SNI 03-2834-2000.
d. Pembetonan
➢ Pelaksanaan pengecoran
➢ Pemadatan
➢ Sambungan pelaksanaan (Construction joint)
e. Pengendalian mutu
f. Perawatan
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa
berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pengadaan, keadaan
teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk
pengalaman kontraktor. Metode pelaksanaan dalam suatu proyek bergantung pada
jenis proyek yang akan dikerjakan dan kondisi wilayah proyek.
Metode pelaksanaan dalam konstruksi jalan meliputi perencanaan mobilitas
tenaga kerja, pengangkutan material, dan alat berat, pembersihan lahan,
pemerataan dan pekerjaan tanah, penghamparan material pondasi, dan tahap
finishing serta perawatan jalan. Lalu untuk metode pelaksanaan dalam proyek
jembatan yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi dan bangunan bawah,
pengeboran, pengecoran, pengujian tiang bor, pekerjaan beton, dan pekerjaan
bangunan atas jembatan.
3.2 Saran
Perlu dikenali dan dipahami metode- metode pelaksanaan dalam konstruksi
sebelum menentukan metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam suatu
proyek konstruksi. Hal ini supaya dalam pelaksanaan proyek konstruksi
pekerjaan dapat dijalankan dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi proyek
yang diinginkan. Selain itu pemilihan metode yang tepat dapat memberi efisiensi
dalam pekerjaan proyek, menghindari kecelakaan kerja, meminimalisir biaya
yang tidak perlu dan mempercepat pekerjaan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30