Anda di halaman 1dari 32

SPESIFIKASI TEKNIK

REHABILITASI TPA KAB. LOMBOK UTARA


(PENANGANAN PASCA BENCANA)
LOKASI : KABUPATEN LOMBOK UTARA

PAKEP S

TAHUN ANGGARAN 2019

1
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................ ........ i

BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM .................................... 1-1
Uraian Umum ................................................................ 1-1
1.1 Pekerjaan Persiapan ............................................ ... 1-2
1.2.1 Kantor Direksi, Kantor Pemborong, dan Gudang 1-2
1.2.2 Papan Nama Proyek.................................... 1-2
1.2.3 Pengukuran dan Pematokan ........................ 1-3
1.2.4 Pembersihan dan Penebangan Pohon .......... 1-3
1.2.5 Pembuangan Tanah dan Sampah ................ 1-4
1.2 Pelaksanaan Peil, Ukuran Tinggi dan Ukuran Dasar .. 1-4
1.3 Pekerjan Jalan Masuk ............................................. 1-5

BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL ................. 2-1
2.1 Pekerjaan Tanah...................................................... 2-1
2.1.1 Umum ........................................................... 2-1
2.1.2 Sumber Penggunaan Material .......................... 2-1
2.1.3 Tanah Dasar dari Material yang Kurang Baik..... 2-2
2.1.4 Penghamparan dan Pemadatan……………….. ..... 2-2
2.1.5 Percobaan Pemadatan .................................... 2-3
2.1.6 Kepadatan Yang Harus Dicapai untuk Konstruksi Urugan 2-3
2.1.7 Kadar Air ........................................................ 2-3
2.1.8 Urugan Pasir .................................................. 2-4
2.2 Pekerjaan Beton ....................................................... 2-4
2.2.1 Umum ............................................................. 2-4
2.2.2 Material ........................................................... 2-4

2
2.2.3 Semen ........................................................... 2-4
2.2.4 Agregat Halus (Pasir) ...................................... 2-5
2.2.5 Agregat Kasar (kerikil atau Koral)...................... 2-5
2.2.6 Baja Tulangan ................................................. 2-6
2.2.7 Pekerjaan Pengisi Dilatasi (bila diperlukan) ........ 2-7
2.2.8 Bahan Campuran Tambahan............................. 2-8
2.2.9 Air .................................................................. 2-8
2.2.10 Mutu Beton.................................................... 2-8
2.2.11 Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design) 2-8
2.2.12 Pengujian Beton dan Peralatannya .................. 2-8
2.2.13 Beton Bertulang ............................................. 2-9
2.2.13.1 Kekuatan dan Penggunaan Beton ......... 2-9
2.2.13.2 Campuran Tambahan ........................... 2-9
2.2.13.3 Pengadukan ........................................ 2-9
2.2.14 Pembuatan Beton dan Peralatannya ................ 2-11 2.2.15
Penolakan Pekerjaan Beton ....................................... 2-11
2.2.16 Pengangkutan dan Pengecoran Beton ............. 2-12
2.2.17 Pemadatan Beton........................................... 2-13
2.2.18 Perlindungan Terhadap Cuaca Alam ................ 2-13
2.2.19 Perawatan ..................................................... 2-13
2.2.20 Cacat pada Beton ........................................... 2-13
2.2.21 Pekerjaan Pasangan Bata (bila diperlukan) ...... 2-14
2.2.22 Pekerjaan Plesteran ....................................... 2-15
2.2.23 Pekerjaan Cat ................................................ 2-15
2.2.24 Pekerjaan Water Proofing ............................... 2-16
2.3 Pekerjaan Jalan Operasi, Galian dan Saluran Drainase 2-16
2.3.1 Umum ............................................................. 2-16
2.3.2 Prosedur Galian ............................................... 2-16
2.3.3 Bahan-bahan ................................................... 2-17
2.3.4 Penempatan dan Pemadatan Timbunan ............ 2-18
2.3.5 Prosedur Pengerjaan ........................................ 2-20

3
2.3.6 Subbase .......................................................... 2-21
2.3.7 Base ............................................................... 2-23
2.3.8 Saluran Drainase ............................................. 2-25
2.3.9 Box Culvert...................................................... 2-25
2.3.10 Pipa-pipa Drainase ......................................... 2-25
2.4 Pekerjaan Pasangan Pekerjaan Pasangan Bronjong 2-26

4
BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

1.1 Uraian Umum

a. Sebelum memulai pelaksanaan, pemborong wajib mempelajari dengan seksama


gambar kerja dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan pekerjaan. Selain
itu pemborong wajib pula membuat metoda kerja, time schedule, daftar peralatan
yang dimiliki serta personil yang terlibat dan harus mengikuti seluruh peraturan yang
masih berlaku di Indonesia.
b. Setelah pekerjaan selesai pemborong harus menyerahkan as built drawing kepada
direksi. Gambar as built drawing ini digambar dalam kertas ukuran A3.
c. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada direksi setiap ada perbedaan ukuran
diantara gambar-gambar, perbedaan antara gambar kerja dan rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali
bagi pemborong memperbaiki sendiri perbedaan tersebut di atas. Akibat-akibat dari
kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemborong.
d. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada pemborong (selama
pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa
pemborong mengetahui benar-benar mengenai.
- Letak bangunan yang akan dibangun
- Batas-batas persil/kaveling maupun keadaannya pada waktu itu
- Keadaan kontur tanah.
e. Pemborong wajib menyerahkan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu
membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun menyediakan
bahan-bahan bangunan alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan
lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.
f. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar
dan RKS di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh pemilik proyek
dan direksi.
g. Atas perintah direksi, kepada pemborong dapat dimintakan membuat gambar-
gambar penjelasan dan perincian membuat bagian-bagian khusus, semuanya atas
beban pemborong. Gambar tersebut setelah disetujui oleh direksi secara tertulis
membuat gambar pelengkap dari pelaksanaan.
h. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanannya maupun yang sedang
dilaksanakan, pemborong diwajibkan berhubungan dengan direksi, untuk ikut
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/
persetujuan.
i. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari direksi
dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
j. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus
benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan
standar peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-
bahan tersebut diatas harus mendapat pengesahan/persetujuan dari direksi sebelum
akan dimulai pelaksanaannya.
k. Ketelitian dan kerapihan kerja dan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh direksi,
terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun perapihan (finishing
works).
l. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapihan, harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak pemborong yang benar-benar ahli.

5
m. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
n. Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat
teknis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.1 TENAGA DAN PERALATAN


1.1.1 Tenaga Yang di perlukan

Lama
Jabatan dalam
Jumlah Pengalam
Tingkat Pendidikan pekerjaan yang akan Profesi/ Keterampilan
Orang an Kerja
diusulkan
(tahun)
1 2 3 4 5
SKA Muda - Ahli
S1 Teknik Lingk./Sipil 1 Project Manager 5 Manajemen Konstruksi /
Proyek

S1 Teknik Sipil 1 Koordinator Pelaksana 5 SKA Madya – Ahli Teknik


Bangunan Gedung
SKT - Pelaksana
D3 / STM 1 Pelaksana 4
Bangunan Gedung
SKT - Pelaksana
D3 / STM 1 Pelaksana 4
Bangunan Gedung
SKT - Pelaksana
D3 / STM 1 Pelaksana 4
Bangunan Gedung
SKT - Pelaksana Juru
D3 / STM 1 Juru Ukur / Surveyor 4 Ukur / Teknisi Survey
Pemetaan
SKT - Pelaksana Juru
Juru Gambar /
D3 / STM 1 4 Gambar / Draftman -
Draftman
Sipil
Pelaksana Kontrol SKT - Pelaksana Teknisi
D3 / STM 1 4
Kualitas Laboratorium Beton
SKA Muda - Ahli K3
S1 Teknik Sipil / D3 1 Petugas K3 3 Konstruksi dan Sertifikat
Pelatihan K3
SLTA / Sederajat 2 Logistik 3 -
Administrasi Umum
SLTA / Sederajat 1 3
dan Keuangan -

6
1.1.2 Peralatan yang dibutuhkan

No Jenis Kapasitas Minimal Jumlah


1 Vibro 7 ton 1
2 Dump Truck 3,5 ton 3
3 Concrete Mixer 350 ltr 2
4 Pompa Air 10ltr/Sec 4
5 Truck Mixer 5 m3 1

1.2 Pekerjaan Persiapan

1.2.1 Kantor Direksi Keet

a. Pemborong wajib menyediakan kantor direksi, tempat para staf direksi melakukan
tugasnya, yang biasanya menjadi tanggungan pemborong.
b. Kantor direksi tersebut merupakan bangunan sementara dengan lantai rabat beton
diplester, konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup atap asbes semen
gelombang, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk pengawasan dan
pencahayaan. Letak kantor direksi harus cukup dekat dengan kantor pemborong
tetapi terpisah dengan tegas.
c. Kantor direksi (direksi keet) dijelaskan sebagai berikut
1. Dengan luas 6 x 10 m2 yang terbagi :
- Ruang Direksi
- Gudang
- KM dan WC
2. Perlengkapan Kantor Direksi :
- 1 (satu) buah meja rapat ukuran 1,2 x 2 m diplitur, dengan 12 (dua belas)
buah kursi lipat
- 1 (satu) buah filling cabinet 3 rak
- 1 (satu) unit lemari kayu dari multipleks ukuran 50 x 210 cm panjang sesuai
kebutuhan untuk penyimpanan contoh bahan/material dan peralatan
- 2 (dua) buah white board ukuran 1,2 x 2,4 m, untuk ruang rapat dan ruang
direksi.
- 1 (satu) unit foto camera
- 1 (satu) unit komputer/laptop beserta alat cetak (printer)
- 3 (tiga) buah lampu petromaks
- 1 (satu) unit alat waterpass
- 1 unit kotak P3K
d. Kantor untuk pemborong diproyek dibuat oleh pemborong sendiri, luas ruangan
minimal 6 x 10 m2. Pemborong juga membuka/menyediakan fasilitas ruangan untuk
para pemborong atau kontraktor-kontraktor khusus yang akan melaksanakan
pekerjaan di luar lingkup pekerjaan.
e. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material yang harus terlindung
seperti pasir, besi beton, dan lain-lain dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Khusus

7
untuk gudang semen agar lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30
cm di atas permukaan lantai plesteran.

1.2.2 Papan Nama Proyek

a. Pemborong diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek dan
dipancangkan di tempat yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek
dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.
c. Bentuk, ukuran, dan isi papan nama proyek akan ditentukan kemudian oleh direksi..

1.2.3 Pengukuran dan Pematokan

a. Pemborong harus mengerjakan pematokan dan pengukuran untuk menentukan


batas-batas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai dengan gambar
rencana.
b. Dari pengukuran ini dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian
lokasi/areal kerja untuk disetujui direksi, sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan
berikutnya dapat dilaksanakan. Bilamana ada perbaikan dari direksi, maka
Pemborong harus melaksanakan pengukuran ulang. Dalam pengukuran ini harus ada
patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu. Patok-patok yang ada akan
digunakan terdiri dari 2 macam patok :
- Patok utama yang terbuat dari beton dengan ukuran 20 x 20 x 70 cm,
- Patok-patok yang lain digunakan untuk pembatas site, terbuat dari pipa PVC
paralon dan diberi tulang besi bergaris tengah 12 mm, dicor beton 1 : 2 : 3 dan
diberi tanda koordinat.
c. Sebelum dimulainya pekerjaan tersebut, pemborong harus memberitahukan kepada
direksi dalam waktu tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam sebelumnya,
secara tertulis.
d. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh pemborong, dimintakan
persetujuan direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh direksi yang
dapat digunakan sebagai dasar pekerjaan selanjutnya.
e. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar pelaksanaan, pemborong
harus mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari daerah yang dipatok itu.
f. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan pada satu lembar gambar
tersebut dan mengembalikannya kepada pemborong, gambar ini merupakan gambar
pelengkap dan merupakan satu kesatuan dengan gambar nyata.
g. Apabila terdapat revisi, maka setelah diperbaiki pemborong mengajukan kembali
kepada direksi untuk dimintakan persetujuan.
h. Gambar tersebut (butir g di atas) harus digambar di atas kertas. Ukuran maupun
huruf yang dipakai pada gambar harus sesuai dengan ketentuan direksi dan dijadikan
gambar pelaksanaan pengganti gambar lama.
i. Penyedia Jasa tidak diperbolehkan melaksanakan pekerjaan bila Mutual Check (MC-
0%) pekerjaan bersangkutan belum mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
Kegagalan Penyedia Jasa dalam mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa atas
MC-0% yang ia sampaikan, tidak dapat dipergunakan sebagai alasan Penyedia Jasa
untuk mengusulkan perpanjangan waktu pelaksanaan.

8
1.2.4 Pembersihan dan Penebangan Pohon

a. Pembersihan di luar batas lapangan pekerjaan ini tidak diberikan pembayaran kepada
pemborong, kecuali pekerjaan semacam itu di atas permintaan direksi. Penebangan
pohon dilakukan seperlunya, pohon-pohon rindang atau tanaman ornamen tertentu
dipertahankan dari penebangan.
b. Semua pohon-pohon, batang-batang pohon, akar-akar dan lain sebagainya yang
ditebang harus dibongkar sampai kedalaman 50 cm di bawah permukaan lahan
seperti tripping dan permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih
rendah), dan bersama-sama dengan segala bentuknya harus dibuang pada tempat-
tempat yang tampak dari tempat pekerjaan, menurut cara yang praktis yang telah
disetujui direksi.
c. Seluruh kerusakan, termasuk kerusakan pagar milik orang lain yang terjadi pada saat
pembersihan harus diperbaiki oleh pemborong atas tanggung jawab sendiri. Pada
pelaksanaan pembersihan, pemborong harus hati-hati untuk tidak mengganggu
setiap patok-patok pengukur, atau tanda-tanda lainnya.
d. Pekerjaan pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan,
pohon-pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah-sampah dan bahan-bahan lain
yang menggangu, termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi, sisa-sisa
material dari sisa-sisa pekerjaan, dan hal-hal lainnya sehubungan dengan persiapan
pelaksanaan pekerjaan berikutnya, kecuali bila direksi menentukan lain.

1.2.5 Pembuangan Tanah dan Sampah

Material-material yang tidak dikehendaki (seperti sampah, sisa-sisa bahan, akar-akar dan
lain-lain) atau tanah yang tidak diizinkan direksi untuk dipakai, harus
disingkirkan/dibuang keluar daerah lokasi proyek, sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan atau lingkungan sekitarnya.

1.3 Pelaksanaan Peil, Ukuran Tinggi dan Ukuran Dasar

a. Sebelum pelaksanaan dimulai, pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama


gambar-gambar, uraian dan syarat dan lain-lainnya.
b. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada direksi pelaksanaan,setiap ada
perbedaan-perbedaan ukuran diantara gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat
untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong
untuk memperbaiki sendiri perbedaan-perbedan tersebut di atas. Akibat-akibat dari
kelalaian pemborong dalam hal ini, sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemborong.
c. Pemborong bertanggungjawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar-gambar dan uraian dan
syarat-syarat pelaksanaan ini.
d. Setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan, pemborong harus memberitahu direksi
pelaksanaan, untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan peil, ukuran dan sebagainya.
e. Mengingat setiap kesalahan baik peil maupun ukuran pada satu bagian pekerjaan
akan selalu dapat mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan/ selanjutnya, maka
ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh.
f. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak akan ditolerir dan direksi pelaksanaan
berhak memerintah untuk memperbaiki/membongkar pekerjaan yang telah dilakukan
atas beban pemborong.

9
g. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lainnya
dalam tiap bagian pekerjaan, dan segera melaporkan kepada direksi pelaksanaan
setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran. Pemborong tidak dibenarkan untuk
membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan direksi pelaksanaan
h. Sebagai peil dasar/induk pekerjaan ini adalah peil setempat yang telah dibuat oleh
konsultan.
i. Penetapan titik/peil dilakukan pemborong di lapangan dengan alat teropong
waterpass atau theodolite yang baik dan ditera kebenarannya terlebih dahulu.
j. Ketidakcocokan antara gambar dan keadaan di lapangan harus segera dilaporkan
kepada direksi pelaksana untuk diperiksa.
k. Kebenaran hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Adanya pengawasan dari direksi tidak mengurangi tanggung jawab
tersebut.Pengukuran sudut siku hanya dilakukan dengan pesawat theodolite.
Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga pytagoras hanya dilakukan
untuk bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan direksi pelaksanaan.
l. Papan bangunan (bowplank) harus dipasang pada patok-patok kayu yang nyata dan
kuat bertancap di dalam tanah, sehingga tidak bisa bergerak-gerak ataupun berubah-
ubah. Setelah pemasangan papan bangunan selesai, harus dilaporkan kepada direksi
untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.

10
BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL

2.1 Pekerjaan Tanah

2.1.1 Umum

a). Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan pengupasan dan
penimbunan atau pembuangan tanah, batu-batu atau material lain dari atau ke
tempat proyek, atau pembongkaran dan pembersihan bekas-bekas saluran air,
selokan parit dan pembuangan bekas-bekas tanah longsor dan yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi, menurut gambar
pelaksanaan atau petunjuk direksi.
b). Pada lokasi yang akan diurug, pemborong harus melakukan stripping terlebih dahulu,
sehingga mendapatkan permukaan tanah asli yang bebas dari segala bentuk kotoran,
humus, akar-akar atau sisa-sisa material lain yang dapat membusuk.
c). Bila yang akan didirikan bangunan, kontraktor harus melakukan pengupasan,
ketebalan pengupasan ini minimum 30 cm dari permukaan tanah asli untuk tanah
yang cukup baik tetap memperhatikan syarat-syarat tersebut diatas. Tanah bekas
stripping ini harus dibuang/disingkirkan sesuai dengan petunjuk direksi.
d). Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus menggunakan
tanah yang baik dan bersih dari tanaman, akar-akaran, brangkal-brangkal, puing-
puing dan segala macam kotoran lainnya.
e). Pekerjaan pengurugan terdiri dari pekerjaan mengurug tanah, sesuai dengan syarat-
syarat serta ketentuan-ketentuan pada RKS ini dan gambar-gambar pelaksanaan yang
disetujui direksi. Gambar pelaksanaan menunjukkan antara lain gambar-gambar profil
melintang memanjang, kemiringan dan dimensi-dimensi dengan jelas.

2.1.2 Sumber Penggunaan Material

a). Material untuk timbunan site/lokasi terdiri dari material-material yang sesuai untuk
keperluan itu dan disetujui oleh direksi.
b). Apabila tanah untuk pengurugan harus diambil dari luar site, maka tanah yang diambil
harus dari satu sumber dan harus dilakukan test laboratorium meliputi : compactor
(standar proctor) kandungan bahan-bahan organik, plastisitas dan harus mendapat
persetujuan direksi.
c). Material lebih atau material yang tidak dapat dipakai harus dibuang sesuai dengan
ketentuan yang telah dicantumkan dalam RKS ini atau menurut petunjuk direksi.
Material yang ada dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering dapat dipakai
harus dikeringkan lebih dahulu/sampai mencapai kadar air optimum baru kemudian
digunakan untuk timbunan.
d). Material penimbunan dari tanah asli yang didatangkan dengan memenuhi persyaratan
material penimbunan jalan, standar Bina Marga antara lain :
- Bukan termasuk tanah lempung (clay).
- Memenuhi persyaratan plastisitas.
- Bersih dari bahan-bahan organik.
- CBR rendaman laboratorium minimal 4%.
e). Kepadatan yang harus dicapai di lapangan
- CBR minimal 1-4 %.

11
- Kepadatan lapangan 95% dari kepadatan standard proctor laboratorium pada
kadar air yang optimum.
f). Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, direksi dapat memerintahkan untuk
pemadatan permukaan yang telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang telah
dicantumkan dalam RKS ini.

2.1.3 Tanah Dasar dari Material yang Kurang Baik

Bila direksi menghendaki, pemborong harus menggali tanah yang kurang baik mutunya
sampai kedalaman yang dianggap cukup oleh direksi sebelum pekerjaan konstruksi
timbunan maupun bangunan dimulai. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, direksi
dapat memerintahkan untuk memadatkan permukaan tanah yang telah dibersihkan itu
dengan kepadatan yang tercantum dalam RKS ini.

2.1.4 Penghamparan dan Pemadatan

a). Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah disetujui direksi akan
dihamparkan berlapis-lapis dengan ketebalan perlapis 20 cm lalu dipadatkan. Untuk
pekerjaan pemadatan ini, pemborong harus melaksanakan sedemikian rupa, sehingga
kepadatan yang direncanakan dapat tercapai, dengan memperhatikan kadar air
optimum dari material timbunan tersebut.
b). Untuk melaksanakan hamparan, maka pemborong harus melindungi dari curahan
hujan, panas matahari yang mengakibatkan perubahan kadar air optimum. Bila
hamparan ini kena hujan, maka pemborong harus mengupas kembali hamparan
tersebut.
c). Dalam pekerjaan penghamparan dan pemdatan ini pemborong harus
melaksanakannya dengan sistem pentahapan atau pembagian lokasi per zone. Untuk
itu pemborong harus menyampaikan rencananya kepada direksi untuk disetujui
pelaksanaannya.
d). Pekerjaan Pemadatan "Fill"
- Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis. Tiap lapis tidak boleh dari 25
cm tebal sebelum dipadatkan atau 20 cm setelah dipadatkan.
- Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan blade
graders dan 3 wheel power roller yang beratnya 8 ton sampai 10 ton, atau
pneumatic roller lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari perencanaan
sebelum tanah harus dipadatkan dengan sheep foot roller.
- Tanah yang dipadatkan harus mencapai 90% kepadatan maksimum yang dapat
dicapai pada keadaan kadar air optimum yang ditentukan dengan modified
AASTHO T-99.
- Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan kadar
air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test
compaction modified proctor dari contoh fill material.
- Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari kadar air optimum,
maka fill material harus diberi air sehingga menyamai kadar optimum. Sebaliknya
apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih besar dari kadar air optimum
maka fill material harus dikeringkan terlebih dahulu atau ditambah dengan bahan
timbunan yang lebih kering.
- Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai 100% compacted dari
modified proctor (untuk lapisan sub grade setebal 30 cm di bawah su base) tetapi
tidak mencapai nilai soaked CBR=4, maka tanah (sub grade) tersebut harus

12
diganti dengan fill material yang fill 100% compacted mencapai nilai soaked CBR
minimum = 5.
- Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan terjadi penggenangan
air maka pemadatan harus dihentikan, diusahakan supaya air dapat mengalir
dengan membuat saluran-saluran drainase.
- Setiap lapisan dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan field density test
untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta moisture content. Dapat
dilakukan satu test untuk setiap 1500 m2 per lapis field density test dengan cara
sand cone.
- Apabila tanah yang telah dipadatkan tidak mencapai 1,6 ton/m3, maka tanah
tersebut harus diganti dengan tanah lain atau dicampur pasir, sehingga tanah
tersebut menjadi 1,6 ton/m3.
e). Pemadatan tanah pada daerah "Cut"
- Untuk daerah cut, maka tanah digaru/digali lagi minimum sedalam 30 cm
kemudian dipadatkan hingga mencapai 100% compacted dari modified proctor.
Syarat pemadatan dengan daerah fill.
f). Khusus untuk pemadatan pada daerah jalan
- Kontraktor harus melakukan pemadatan daerah cut/fill pada badan jalan sampai
dengan peil permukaan sub base.
- Harus selalu dihindarkan terjadinya genangan-genangan air pada daerah badan
jalan selama lapisan-lapisan konstruksi jalan tersebut dikerjakan.

2.1.5 Percobaaan Pemadatan

a). Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, pemborong harus


mengirimkan sampel tanah urug yang akan dipakai, dan setelah disetujui direksi
kemudian diadakan test di laboratorium untuk mendapatkan nilai kadar air optimum
dan standar penggilasan dengan road roller/walls yang akan digunakan.
b). Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan dipakai
dan hubungan antara jumlah penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai
contoh material urugan tersebut.
c). Pemborong wajib melaksanakan field density test sesuai dengan ASTM D 1556 (sand
cone method) di lokasi pemadatan yang dilaksanakan. Lokasi tempat test ini akan
ditentukan oleh direksi. Lapisan pemadatan berikutnya belum dapat dilaksanakan
sebelum field density test dilakukan. Semua biaya laboratorium/test adalah
tanggungjawab pemborong.

2.1.6 Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan

Kepadatan yang dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut : Tiap lapisan
tanah setinggi 20 cm harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan (kering) maximum
yang dipakai test ASTM D 1556 (san cone method).

2.1.7 Kadar Air

a). Material urugan yang tidak mengandung air yang cukup untuk dapat mencapai
kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler)
dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak boleh dipadatkan
sebelum cukup dikeringkan dan disetujui direksi untuk dipakai. Cara-cara
mengeringkan tanah basah tersebut dapat dengan cara digelar/dihampar atau cara-
cara lain yang umum dipakai.

13
b). Test kadar air di lapangan dilakukan dengan alat pengetes yang cepat dan disediakan
oleh pemborong.
c). Pekerjaan pemadatan urugan tanah tadi harus dilaksanakan pada kadar air optimum
sesuai dengan sifat-sifat dan alat-alat pemadat yang tersedia.
d). Pada pelaksanaan, pemborong harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan
agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan lancar dan harus
dipersiapkan kemungkinan adanya pengerutan atau pengembangan.

2.1.8 Urugan Pasir

a). Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar dengan stemper hingga
padat.
b). Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar dengan tebal urugan
sesuai dengan gambar, termasuk lantai rabat, sehingga diperoleh peil-peil yang
dikehendaki.
c). Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah dalam bangun dengan
ketebalan sesuai dengan gambar rencana, dan di bawah pondasi, pipa dan lain-lain
sesuai dengan gambar.

2.2 Pekerjaan Beton

2.2.1 Umum

Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang


tercantum di dalam Peraturan Beton Inonesia (PBI NI-2 1971). Pemborong harus
melaksnakan pekerjaannya dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi menurut
spesifikasi gambar kerja dan instruksi-instruksi dari direksi pelaksnaan. Direksi
pelaksanaan berhak untuk memeriksa/mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
pemborong. Direksi pelaksanaan berhak untuk melakukan pemeriksaan, dan setiap
kegagalan direksi pelaksanaan tidak membebaskan pemborong dari tanggungjawabnya.
Semua pekerjaan-pekerjaan yang jelek atau tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat
peleksanaan (spesifikasi) harus dibongkar dan diganti dari yang ditentukan (contoh) dan
harus disetujui direksi pelaksanaan sebelum dipakai. Direksi pelaksanaan akan
menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar untuk memeriksa
selanjutnya. Semua material yang tidak disetujui direksi harus segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan atas biaya pemborong.

2.2.2 Material

Semua material harus mempunyai kualitas yang terbaik dan memenuhi syarat PBI 1971.
Pemborong harus menyediakan contoh dari material-material yang akan digunakan untuk
menghasilkan beton, untuk dimintakan persetujuan dari direksi, dan tidak boleh
memesan/mengirim dahulu sebelum persetujuan diberikan. Direksi akan menyimpan
contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar, dengan maksud untuk
memeriksa/mencocokkan pengiriman-pengiriman selanjutnya. Pemborong tidak diizinkan
mengirimkan material-material dengan perbedaan yang besar dari standar sampel tanpa
persetujuan dari direksi. Semua material yang ditolak oleh direksi harus segera
dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya pemborong.

14
2.2.3 Semen

a). Semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement type I yang memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam N.I.8 1972 dan Standard Industri Indonesia (SII 0013-
81). Semen harus diperoleh dari satu pabrik yang telah disetujui direksi dan dikirimkan
ke tempat pekerjaan dengan kantong tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal
terpaksa menggunakan semen dari pabrik lain, harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari direksi, merk semen tersebut setarap dengan Tiga Roda.
b). Bila direksi menganggap perlu pemborong harus mengirimkan surat pernyataan dari
pabrik yang menyetakan tipe, kualitas dari semen beserta manufacture's test
certificate yang menyatakan memenuhi semua syarat-syarat yang ditentukan N.I.8.
Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong yang robek/rusak ditolak untuk
disegel.
c). Semen harus disimpan dalam gudang/silo dengan ventilasi yang cukup dan tidak
bocor, serta diletakkan di atas lantai yang ditinggikan minimal 30 cm dari tanah.
Kantong-kantong semen tidak diperbolehkan ditumpuk/ditimbun melebihi 2 (dua)
meter dan setiap pengiriman diberi tanda pengenal sehingga dapat dipakai sesuai
dengan tanggal pengiriman.
d). Pemborong harus mengirimkan laporan dari pengujian-pengujian semen di
laboratorium kepada direksi secara rutin. Laboratorium yang ditunjuk untuk
pengetesan tersebut, terlebih dahulu harus disetujui direksi.

2.2.4 Agregat Halus (Pasir)

a). Agregat halus untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai
dengan persyaratan pada PBI atau ASTM.
b). Klasifikasi dan gradasi agregat halus sebagai berikut :
Ukuran ayakan
Lolos, %
(US standard sieve)
No. 4 100%
No. 8 92 – 100 %
No. 16 65 - 85 %
No. 30 35 – 55 %
No. 50 15 – 30 %
No. 100 0 – 12 %
No. 200 %
c). Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap
kering), dan yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0,063 mm atau ayakan No. 200 bila test sesuai dengan ASTM C 117.
d). Agregat halus harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik dalam organis
lumpur, tanah, karang, garam dan sebagainya. pasir laut sama sekali tidak boleh
dipergunakan.
e). Pemborong harus mengajukan contoh agregat halus yang akan dipergunakan untuk
mendapatkan persetujuan direksi. Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh di
atas berupa :
- test gradasi sesuai dengan ASTM C 136
- test abrou-holder (larutan NaOH)
- test-test lainnya bila memang dianggap perlu oleh direksi
f). Bahan agregat halu harus disimpan di tempat bersih, keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pengotoran dan pencampuran satu sama lain.

15
g). Persyaratan-pesyaratan agregat halus di atas dari ayat a s/d f berlaku juga untuk
beton ready mix.

2.2.5 Agregat Kasar (Kerikil atau Koral)

a). Agregat kasar untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai
dengan persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM.
b). Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut :
Agregat kasar type A1 : (besar)
Ukuran ayakan
Lolos, %
(US standard sieve)
1 Inch 100%
3/4 Inch 90 - 98 %
1/2 Inch 30 - 45 %
3/8 Inch 0 - 10 %
No. 4 0-5%
Agregat kasar type A2 : (medium)
Ukuran ayakan
Lolos, %
(US standard sieve)
1/2 Inch 100%
3/8 Inch 90 - 98 %
No. 4 30 - 45 %
No. 8 0 - 10 %
c). Agregat tersebut tidak mengandung lumpur melebihi dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering). yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos
melalui ayakan 0,063 mm atau ayakan no. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C 117.
Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.
d). Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpasir. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai bila butir-butir pipih
tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Yang dimaksud butir agregat pipih adalah perbandingan antara lebar dengan tebalnya
lebih besar dari pada 3 (tiga). Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
e). Pemborong harus mengajukan contoh agregat kasar yang akan dipergunakan untuk
dapat persejutuan direksi. Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh di atas
berupa :
- test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to abrasion of small size
coarse.
- test gradasi sesuai dengan ASTM A 136.
- test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C 117.
- test-test lainnya bila dianggap perlu dan semuanya menjadi tanggungjawab
pemborong.
f). Agregat tersebut harus disimpan di tempat yang saling terpisahkan di permukaan
tanah yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap pengotoran dan
pencampuran.
g). Persyaratan-persyaratan agregat kasar di atas dari ayat a s/d g berlaku juga untuk
beton ready mix.

16
2.2.6 Baja Tulangan

a). Bahan
Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI-1971. Mutu,
ukuran dan jenis tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Jenis
Diameter Mutu  au (0,2)
Batang
Lebih kecil atau sama dengan (<) 12 mm Polos U.24 2.400 kg/cm2
Lebih besar atau sama dengan (>) 12 mm Profil U.39 3.900 kg/
cm2
Keterangan :
 au = Tegangan lelah karakteristik
0,2 = Tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap 0,2%.
Baja tulangan yang dipakai adalah setaraf produksi Krakatau Steel.
Kawat beton : Kawat pengikat baja tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan
diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh
seng.
b). Penggantian diameter:
- Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis
dari direksi.
- Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh
kurang dari yang tercantum dalam gambar atau perhitungan.
- Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang ada gambar
sejauh bukan kesalahan gambar adalah tanggungan pemborong.
c). Pelaksanaan:
- Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran-kotoran, karat,
cat, kulit giling serta bahan lain yang akan mengurangi daya lekat terhadap beton.
- Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin serta dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.
- Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak berubah
tempat atau bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut tulangan
minimum 3 cm.
- Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus sesuai buku pedoman
perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur tembok bertulang
untuk gedung 1983.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari direksi.
- Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan 20 mm
baik untuk kolom maupun balok, setiap panjang 6 m selang seling dilakukan
sesuai dengan buku pedoman perencanaan untuk struktur tembok bertulang untuk
gedung 1983.
d). Penyimpanan
Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat, dengan cara
meletakkannya di atas papan atau balok kayu sehingga tidak langsung di atas tanah,
untuk penyimpanan waktu lama maka besi beton harus disimpan di bawah atap.
e). Test dan sertifikat
- Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai dengan
RKS ini, maka pada saat pemesanan baja tulangan pemborong harus
menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium.

17
- Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan test periodik
minimal 3 contoh untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan
contoh baja tulangan akan ditentukan oleh direksi.
- Semua pengetesan tersebut di atas, harus dilakukan di laboratorium yang
direkomendasi oleh direksi dan minimal sesuai dengan standar/peralatan lain yang
setaraf.
- Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh pemborong.

2.2.7 Pekerjaan Pengisi Dilatasi (Bila Diperlukan)

Bahan untuk pengisisan dilatasi dipergunakan bahan setaraf sikaflexla atau feabseal 2
part dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
- Bahan untuk pengisian delatasi (joint delatation)
Warna : Abu-abu
Elastisitas: Permanen
Kekerasan: Shore A durometer 28 kurang lebih 5 Sifat perekatan pada beton tetap
baik dalam jarak suhu 20 sampai 60 derajat celcius. Tahan terhadap asam, alkali,
lemak dan bahan yang berasal dari Hydrocarbon.
Memenuhi standar : DIN 18540 BS 4252 : 1967, BS 5 : 1980 JIS A 5757
- Setelah plat lantai beton maupun plat atap menjadi kering, maka lubang dilatasi
segera dibersihkan dari segala macam kotoran.
- Pasang back up material (stirr up foam).
- Pasang masking tape pada sisi beton.
- Priming dengan sika primer.
- Selanjutnya bahan delatasi ini dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan
mengikuti petunjuk dari pabriknya.
- Disarankan agar pemasangan dikerjakan oleh licenced applicator.

2.2.8 Bahan Campuran Tambahan

a). Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin direksi dan harus sesuai dengan
pasal 3.8 bab 2 PBI 1971 dan ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete.
b). Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan sesuai ASTM C 494.

2.2.9 Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang merusak beton atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

2.2.10 Mutu Beton

Mutu beton yang dipergunakan adalah :


Kolom : K - 225
Pelat Lantai/Slab : K - 225 dan K - 175
Pelat Dinding/Wall : K - 225
Untuk menjamin kestabilan mutu beton, dianjurkan memakai beton ready mixed.

2.2.11 Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)

18
a). Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, pemborong harus
membuat design procedure dan prelimary test atas biaya sendiri untuk mendapatkan
mutu seperti yang disyaratkan. campuran harus menggunakan perbandingan berat
antara semen, pasir, kerikil, dan air.
b). Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat 4.6. dan dievaluasi
kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5.
c). Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kualitas dari semen dan/atau agregat
diganti, maka harus dicari lagi campuran yang baru sehingga tetap memenuhi syarat,
sesuai ayat-ayat di atas.
Jumlah semen yang dipakai 340 kg per m3 beton, dan pada pondasi, pipa caps dan
luifel atap jumlah minimum tersebut adalah 375 kg/m3 beton.
d). Dalam hal dipakai beton beton ready mix, maka semua syarat-syarat dalam standard
spesification for ready mixed concrete AASHTO designation H. 157-74 harus dipenuhi.

2.2.12 Pengujian Beton dan Peralatannya

a). Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan dan tempat untuk
melakukan percobaan berikut :
- Slump test.
- Test specimens.
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton.
- Test kadar lumpur.
Pemborong juga menyediakan peralatan untuk menentukan moisture content dari
agregat halus, timbangan dan alat lain. Alat yang perlu untuk melakukan percobaan-
percobaan berikut.
b). Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari mixer minimum 5 cm dan
maksimum 10 cm untuk campuran koral beton dan maksimum 12 cm untuk campuran
dengan crushed stones.
c). Atas biaya sendiri pemborong harus membuat, merawat dan mengangkut semua test
specimens ke laboratorium yang ditentukan/disetujui oleh direksi pelaksanan untuk
dilakukan compresion test pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
d). Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor kode dan hari
pembuatan, bersama-sama dengan tanda dari bagian pekerjaan mana sample diambil.
Sistem dari pengukuran dan penandaan dari kubus akan ditentukan oleh direksi
pelaksanaan.
e). Pemborong harus memberikan material untuk pembuatan sample, dari semua test
yang diperlukan pada bagian ini dalam spesifikasi. Kontraktor harus menyampaikan
semua hasil test tersebut kepada direksi secara rutin. Segala hal biaya yang
menyangkut pengetesan tersebut adalah biaya kontraktor.

2.2.13 Beton Bertulang

2.2.13.1 Kekuatan dan Penggunaan Beton

a). Beton struktural:


Meliputi beton konstruksi plat atas, dinding dan plat dasar. Untuk mencapai mutu K.
225, Pemborong wajib membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix yang
disetujui.
b). Beton non struktural:
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl
meliputi beton lantai kerja, tebal 5 cm, tidak dicor ke dalam cetakan.

19
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl
meliputi rabat beton, sesuai dengan gambar kerja.
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl
meliputi kolom atau beton bertulang yang mempunyai ukuran maksimal 15 cm,
kanstin, neut kaki kusen kayu, pengisi lubang angker dan sudut-sudut beton dan
lain-lain.
- Beton mortal dengan adukan 1 pc + 2 ps + 5 krl
K adalah tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15 x 15 cm pada
usia 28 hari. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam PBI 1971.

2.2.13.2 Campuran tambahan

Selain bahan seperti sudah ditentukan pada ayat 3.6.7. RKS ini, bahan campuran lainnya
yang digunakan hanya jika disetujui oleh direksi secara khusus dan tertulis.

2.2.13.3 Pengadukan

Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk yang berkapasitas
tidak kurang dari 600 liter dan dilengkapi dengan alat timbangan berat.
a. Bahan
- Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari plywood dengan tebal 12 mm
dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood ini diberi perkuatan
kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting tersebut.
- Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan persetujuan direksi
- Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas II tebal
sesuai kebutuhan dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton, acuan ini
diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting tersebut.
- Untuk perkerasan bekisting (acuan) tersebut, apabila diperlukan direksi dapat
meminta kontraktor menghitungnya dan kemudian disetujui direksi.
b. Konstruksi
- Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah pergeseran atau
perubahan/kelongsoran penyangga. Permukaan bekisting halus halus dan rata,
tidak boleh melendut atau cekung. Sambungan-sambungan bekisting harus
diusahakan agar lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal
- Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus dibuat sebaik mungkin dan
mampu menunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya kerusakan atau
overstress ataupun pergeseran tempat pada bagian konstruksi yang dibebani.
- Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian
rupa, sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat
sendiri dan beban-beban yang berada di atasnya selama pelaksanaan
- Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting untuk semua balok
dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut ke atas sebagai
berikut:
- Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar bentang pada tengah-tengah
bentang. Semua balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari bentang, dihitung dari
ujung bebas.
c. Baut
Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
sedemikian rupa sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi
tulangan akan berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat pengikat tidak diizinkan

20
pada beton exposed yang akan berhubungan langsung dengan keadaan alam, dimana
dapat menimbulkan warna yang tidak merata. Semua bekisting harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan paku tanpa merusak beton.
d. Pembersihan
Semua bekisting harus dibersihkan sebelum dipergunnakan. Pekerjaan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton
yang keropos dan lain-lain kerusakan/cacat pada beton. Segera sebelum beton dicor
pada beberapa bagian dari bekisting, bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan
dari semua material lain, termasuk air. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian
yang struktural harus diperiksa oleh direksi pelaksanaan segera sebelum beton dicor
di bagian itu. Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi,
pada tepi bawahnya harus dibuat bukaan atau dua sisinya untuk mengeluarkan
kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut. Bukaan ini boleh
ditutup setelah diperiksa dan disetujui oleh direksi pelaksanaan.
e. Pelapisan (coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting yang dipergunakan untuk beton
yang tidak diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas pada beton. Bekisting untuk beton biasa (yang perlu diplester
lagi permukaannya) harus dibasahi air dengan seksama sebagai pengganti minyak
sebelum beton dicor.
f. Pembongkaran
Bangunan tidaak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan
yang melebihi beban dengan rencana pembongkaran bekisting pada beton.
Pertanggungjawaban atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian
bekisting atau penyangga berada dipihak pemborong.
g. Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting.
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur ditentukan dari percobaan kubus
benda uji yang memberikan kuat desak minimum sebagai berikut :

Waktu minimum pembongkaran bekisting


Bagian struktur
(hari)
- Sisi balok dan dinding 1
- Penyanggah pelat lantai 21
- Penyanggah balok 21

2.2.14 Pembuatan Beton dan Peralatannya

a. Pemborong bertanggungjawab seluruhnya atas pembuatan campuran beton yang


baik/unform dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Untuk memenuhi syarat-
syarat ini, pemborong atas biaya sendiri harus menyediakan dan menggunakan, mesin
pencampur beton (beton molen) yang baik, volumetric system untuk mengukur air
dengan tepat yang disetujui direksi.
b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material-material
harus dengan persetujuan direksi.
c. Mencampur beton dengan tidak menggunakan perbandingan berat (timbangan), tidak
diperbolehkan.
d. Mixer harus betul-betul kosong sebelum menampung/menerima material untuk
adukan selanjutnya, harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih lama
dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan. Mixer juga harus dibersihkan dan
dikosongkan lebih dulu, bila beton yang akan dibuat berbeda mutunya.

21
e. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tidak
diizinkan. Demikian juga penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi (dari
hasil mixer) dengan tujuan memudahkan pengerjaan dan sebagainya tidak diizinkan.

2.2.15 Penolakan Pekerjaan Beton

a. Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Pemborong harus
mengganti atau memperbaiki/membongkar pekerjan beton yang tidak memenuhi
syarat, atas biaya sendiri, sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh direksi
pelaksanaan.
b. Percobaan compressive strength dari pengujian kubus harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
- Sr adalah deviasi standard rencana.
- Tidak boleh lebih dari 1 (satu) nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut, terjadi kurang dari ' bk.
- Tidak boleh satupun rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut,
terjadi kurang dari (' bk + 0,82 Sr).
- Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 (empat) hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
- Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus memenuhi
(' bk = ' bm - 1,64 Sr).
c. Bila compressive strength test dari kelompok kubus test gagal memenuhi syarat di
atas, maka direksi pelaksanaan akan menolak semua pekerjaan-pekerjaan beton dari
kubus-kubus tersebut diambil.

2.2.16 Pengangkutan dan Pengecoran Beton

a. Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum direksi memeriksa dan menyetujui
cetakan, bekisting (formwork), tulangan, angker-angker dan lain-lain, dimana beton
akan dituangkan/dicor. Tempat dimana beton akan dituangkan harus bebas dari
segala macam kotoran, puing-puing, potongan-potongan, kayu, air dan sebagainya.
b. Air (genangan) harus dibuang dari tempat/ruangan yang akan diisi/dicor beton. Air
yang mengalir ke dalam galian harus dikontrol/dibuang dengan cara yang disetujui
direksi pelaksanaan.
c. Isi dari mixer yang dikeluarkan pada suatu operasi continous harus diangkut tanpa
menimbulkan degradasi. Beton harus diangkut dalam gerobak yang bersih dan kedap
air. Metoda yang digunakan harus disetujui direksi pelaksanaan, setelah pemborong
mengajukan proposal/usulan cara-cara pengangkutan.
d. Alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus diberikan dan
dicuci bila pekerjaan terhenti lebih lama dari 30 menit dan pada setiap akhir
pekerjaan. Semua campuran beton di tempat pekerjaan harus diletakkan/dicor dan
dipadatkan pada tempatnya dalam waktu 40 menit setelah penuangan air ke dalam
mixer.
e. Beton pada umumnya tidak boleh dijatuhkan bebas/dituangkan dari ketinggian lebih
besar dari 1,5 m. pengecoran harus dilaksanakan dengan menghindari timbulnya
degradasi dan menjamin suatu pengecoran yang tidak terputus. Beton harus
diletakkan dalam lapisan tidak lebih dari 60 cm tebalnya dan dipadatkan sesuai
ketentuan di bawah ini tanpa timbulnya degradasi/pemisahan. pengecoran dari satu
unit atau bagian dari pekerjaan harus dilaksanakan dengan satu operasi yang
continous atau sampai construction joint tercapai.

22
f. Beton, acuan atau penulangan tidak boleh diganggu selama minimal 24 jam setelah
pengecoran, kecuali dengan izin direksi pelaksanaan. Semua pengecoran harus
dilaksanakan di siang hari dan pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan jangan
dimulai apabila tidak dapat diselesaikan pada siang hari, kecuali atas izin Direksi
Pelaksanaan boleh dikerjakan pada malam hari. Izin ini tidak boleh diberikan, bila
sistem penerangan yang dipersiapkan Pemborong belum disetujui Direksi
Pelaksanaan.
g. Dalam hal dinding, kolom beton atau bagian-bagian yang dianggap tinggi, tidak boleh
dicor dari atas, tetapi harus dari samping melalui satu bukaan pada ketinggian yang
disetujui. Saluran curah untuk pengecoran tidak boleh dipergunakan, kecuali jaraknya
dekat dan hanya dengan persetujuan direksi pelaksanaan. Bila hal ini disetujui direksi
pelaksanaan, maka saluran itu harus dibuat dari logam (metal) atau bahan dihaluskan,
agar dapat mengalirkan adukan beton dengan lancar, sedangkan kemiringan
saluran/talang tersebut tidak lebih curam dari perbandingan 1 (satu) tegak dan 2
(dua) mendatar.
h. Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian sehingga tidak banyak mengurangi
kekuatan konstruksi. Bila siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan dalam gambar-
gambar rencana, maka tempat-tempatnya harus disetuji oleh direksi.
i. Penyimpanan tempat siar daripada yang dinyatakan dalam gambar harus disetujui
direksi.
j. Penempatan air (penyambungan pengecoran) pada dinding yang berfungsi
menampung air, harus dipasang water stop dari type yang terlebih dahulu disetuji
direksi.

2.2.17 Pemadatan Beton

a. Beton harus dipadatkan keseluruhan dengan mechanical vibrator yang dikerjakan oleh
orang-orang yang berpengalaman dan telah mendapatkan trainning untuk pekerjaan
tersebut. Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan suatu massa yang
bebas dari lubang-lubang degradasi atau kropos-kropos (honey combing).
b. Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan frekuensi tidak
kurang dari 6.000 cycles per menit. harus diperhatikan agar pemadatan/ penggetaran
semua bagian beton tidak menyebabkan degradasi dari material-material akibat over
vibration. Vibration tidak boleh dipergunakan pada tulang-tulang, terutama tulang-
tulangan yang telah masuk pada beton yang mulai mengeras.
c. Banyaknya vibrator yang dipergunakan harus disesuaikan dengan volume dan
kecepatan pengecoran. Pemborongan juga harus menyediakan paling sedikit 1
vibrator tambahan/cadangan untuk mengganti yang rusak pada waktu yang sedang
dipakai.

2.2.18 Perlindungan Terhadap Cuaca Alam

a. Cuaca Panas
Bila perlu dipergunakan rangkaian instalasi penahanan angin, naungan, fog spraying,
memerciki dengan air, menggenangi dengan air ataupun menutup dengan penutup
basah yang berwarna muda dapat dibuat bagian yang telah selesai dicor, dan
tindakan perlindungan yang sedemikian harus segera diambil setelah pengecoran dan
pekerjaan akhir selesai dikerjakan.
b. Musim Hujan

23
- Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton yang baru
dicor harus segera dilindungi dari curahan hujan. Sambungan harus dilindungi
seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi ini.
- Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang terkena
hujan/aliran air hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dulu dari beton-
beton yang tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran selanjutnya harus mendapat
izin direksi pelaksanaan terlebih dahulu.

2.2.19 Perawatan

a. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang
disebabkan oleh alat-alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah,
selama paling sedikit 7 hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa yang berlubang
atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan beton itu selalu dalam keadaan
basah.
b. Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah selama perawatan untuk
mencegah retak pada sambuungan dan penegringan beton yang terlalu cepat. Air
yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali bebas dari unsur-
unsur kimia yang dapat menyebabkan kerusakan atau perubahan warna pada beton.

2.2.20 Cacat pada Beton

Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, pemberi tugas mempunyai


wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut.
a. Konstruksi beton yang sangat keropos.
b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak
seperti yang ditunjukkan oleh gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

2.3 Pekerjaan Galian

2.3.1 Umum

Pekerjaan yang meliputi :


- Prosedur galian.
- Bahan-bahan.
- Penempatan dan pemadatan timbunan.
- Jaminan kualitas.
- Prosedur pengerjaan.
akan disajikan dalam uraian berikut ini.

2.3.2 Prosedur Galian

a. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang ditentukan
dalam gambar atau diperintahkan oleh direksi dan harus meliputi pembuangan
semua bahan-bahan yang ditemukan, termasuk tanah, batuan, batu bata, batu
beton, pasangan batu dan bahan-bahan perkerasan jalan lama.

24
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
hadap bahan-bahan di bawah dan diluar batas galian.
c. Apabila batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada jalur
selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu jalan, atau
pada dasar parit pipa atau galian pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus
digali lebih dari 150 mm sampai suatu permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak
boleh ada tonjolan batuan ditinggalkan dari permukaan yang terbuka dan semua
pecahan batu yang berdiameter lebih besar dari 150 mm harus dibuang. Profil galian
yang ditentukan harus dicapai dengan bahan-bahan urugan kembali yang dipadatkan
dan disetujui oleh direksi.
d. Peledakan tidak boleh digunakan untuk pekerjaan galian.
e. Galian batuan dilaksanakan sampai kedalaman sesuai perencanaan yang dinyatakan
pada gambar kerja atau yang ditetapkan oleh direksi. Permukaan harus datar,
dengan 50 mm maksimum gelombang permukaan. Batuan lepas dengan ukuran lebih
dari 150 mm harus disingkirkan.
f. Permukaan dasar batuan harus dibersihkan menggunakan kompresor air bertekanan
tinggi.
g. Jika diperlukan, kontraktor harus memasang landasan beton tanpa tulang belulang
sebelum pekerjaan beton struktur.
h. Parit atau pipa, gorong kecil dan saluran beton, pasangan batu atau pasangan batu
adukan encer harus berukuran cukup untuk memungkinkan pemasangan yang layak
dari bahan-bahan, pemeriksaan pekerjaan dan pemadatan urugan kembali di bawah
dan disekeliling pekerjaan yang ditempatkan.
i. Jika gorong-gorong atau parit lainnya digali pada embankmen baru, embankmen
harus dibangun sampai tinggi permukaan yang disyaratkan dengan suatu jarak pada
masing-masing sisi lokasi parit tidak kurang dari 5 kali ukuran lebar parit, dan
setelahnya parit digali dengan sisi-sisi hampir vertikal sebagaimana kondisi tanah
mengijinkan.
j. Setiap pemompaan dari galian harus dikerjakan denngan cara yang cermat untuk
menghindari kemungkinan setiap bagian bahan-bahan konstruksi yang baru
ditempatkan dapat terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan selama
penempatan beton atau suatu perioda sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya,
harus dilaksanakan dari suatu bak yang tepat, dan terletak diluar acuan beton, dan
aliran air yang dipompa masuk ke dalam sistim drainasi yang telah ditetapkan.

2.3.3 Bahan-bahan

a. Sumber bahan-bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui direksi.
b. Timbunan biasa
- Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau
bahan-bahan batuan yang disetujui oleh direksi.
- Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mingkin, tidak termasuk penggunaan
tanah liat yang sangat plastis, diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145
atau sebagian CH pada Unified or Cassagrande Siol Classification System. Dimana
penggunaan tanah-tanah yang plastis berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara
layak, maka bahan-bahan tersebut hanya kan digunakan dibagian dasar timbunan
atau dalam urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan
geser yang tinggi. Tidak ada tanah plastis berkadar tinggi yang akan digunakan
sama sekali pada lapisan bahan-bahan 400 mm di bawah setiap tanah dasar

25
perkerasan atau bahu jalan. Sebagai tambahan, maka timbunan dalam daerah
ini bilamana diuji sesuai dengan AASHTO T-193 harus mempunyai suatu nilai CBR
tidak kurang dari 6 % setelah terendam empat hari bila dipadatkan sampai 100%
kepadatan kering maksimum sebagaimana ditentukan sesuai AASHTO T-99.
- Bila digunakan situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir tidak dapt
dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atu
kerikil atau bahan-bahan butiran bersih lainnya dengan suatu Indeks Plastisitas
maksimum 6%.
- Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau lereng atau dalam situasi
lainnya dimana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan
normal, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan
batuan atau kerikil berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir atau
tanah liat yang memiliki plastisitas rendah. jenis bahan-bahan yang terpilih dan
disetujui oleh direksi akan bergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun atau pada tekanan tanah yang harus dipikul.

2.3.4 Penempatan dan Pemadatan Timbunan

a. Penempatan Timbunan
- Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan
merata serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan tertentu.
- Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian ke permukaan yang
dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak
akan diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin
tertulis dari direksi.
- Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan
drainase porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk menghindari
pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan
drainase vertikal, maka suatu pemisah yang luas antara kedua bahan-bahan
tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan sementara dari lembaran
baja tipis yang secara bertahap akan ditarik sewaktu penempatan timbunan dan
bahan drainase porous dilaksanakan.
- Penimbunan kembali di atas pipa atau di belakang struktur harus sesuai dengan
galian dan urugan kembali untuk struktur.
- Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus
dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan dan
harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru
terikat pada timbunan yang ada hingga memuaskan direksi. Timbunan yang
diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan horizontal sampai pada
ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang
ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
- Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuh-tumbuhan
harus dibuang dari permukaan atas di mana timbunan tersebut ditempatkan dan
permukaan yang sudah dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau
pengupasan selajutnya akan dipadatkan kembali, sesuai dengan jenis
pemadatan yang ditentukan untuk timbunan jalan raya selanjutnya. Jika
permukaan asli di atas mana timbunan yang akan ditempatkan adalah jalan
lama, permukaan tersebut harus dibajak, dikupas, atau dihancurkan tanpa
menghiraukan tinggi dari timbunan yang akan ditempatkan. Dalam tiap-tiap
kasus tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk pekerjaan ini

26
sebagaimana hal tersebut dipertimbangkan sebagai tambahan pada item lain-lain
di dalam bill of quantities.
b. Pemadatan
- Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan
harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak
serta disetujui oleh direksi sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan.
- Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan
berada dalam batas antara 3% kurang daripada kadar air optimum sampai 1%
lebih daripada kadar air optimum. Kadar air optimum tersebut harus ditentukan
sebagai kadar air dimana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah
tersebut dipadat sesuai dengan AASTHO T99.
- Semua timbunan batuan harus ditutup degan sebuah lapisan atau lapisan dengan
tebal 200 mm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak
lebih besar dari 50 mm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas
timbunan batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan
untuk timbunan tanah.
- Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana
ditentukan, diuji untuk kepadatan diterima oleh direksi, sebelum lapisan berikut
ditempatkan.
- Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu
jalan dengan suatu cara yang sedemikian sehingga setiap bagian menerima
jumlah pemadatan yang sama. Dimana mungkin lalu lintas alat konstruksi harus
dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan jalur yang digunakan diubah secara
terus menerus untuk menyebar pengaruh pemadatan dari lalu-lintas.
- Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak
lebih dari 150 mm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat tangan mekanis (mechanical temper) yang disetujui. Perhatian khusus
harus diberikan guna menjamin pemadatan yang memuaskan dibawah dan ditepi
pipa untuk menghindari rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.
c. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
- Lapisan yang lebih dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95% dari standar maksimum kepadatan kering yang
ditentukan sesuai AASTHO T99. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10%
bahan-bahan yang tertahan pada ayakan 3/4 inch, kepadatan kering maksimum
yang dipadatkan harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih
besar sebagaimana diarahkan oleh direksi.
- Lapisan 300 mm atau kurang di bawah ketinggian tanah harus dipadatkan sampai
100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASTHO T99.
- Pengujian kepadatan harus dibuat setiap lapisan timbunan yang dipadatkan
sesuai dengan AASTHO T191 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa
kepadatan kurang daripada kepadatan yang disyaratkan maka kontraktor harus
membetulkan pekerjaan tersebut sesuai dengan ketentuan diatas. Pengujian
harus dibuat sampai kedalaman lapisan sepenuhnya pada lokasi yang diarahkan
oleh direksi, tetapi satu dengan yang lainnya tidak terpisah lebih 50 cm. Untuk
urugan kembali disekeliling struktur atau pada parit gorong-gorong, sekurang-
kurangnya satu pengujian untuk satu lapisan urugan kembali yang ditempatkan
harus dilaksanakan. Pada timbunan, sekurang-kurangnya satu pengujian harus
dilaksanakan pada setiap 150 meter kubik timbunan yang ditempatkan.
- Kriteria untuk timbunan batuan

27
Penempatan dan pemadatan timbunan batuan harus dilaksanakan dengan
menggunakan mesin gilas atau mesin pemadat bergetar atau sebuah traktor
beroda rantai yang berbobot sekurang-kurangnya 20 ton atau peralatan
konstrukasi berat yang serupa. Pemadatan harus dikerjakan dalam arah
memanjang sepanjang timbunan, dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan menuju
ke arah sumbu, dan harus diteruskan sampai tak ada gerakan yang nampak di
bawah peralatan tersebut. Setiap lapisan harus terdiri dari batuan bergradasi
yang cukup baik dan semua rongga permukaan harus terisi dengan pecahan kecil
sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
Batuan tidak boleh digunakan pada 150 mm lapisan atas timbunan dan tidak ada
batu dengan suatu ukuran melebihi 100 mm boleh dimasukkan ke dalam lapisan
atas ini.
- Percobaan pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda
untuk mencapai kepadatan yang diisyaratkan, maka pemadatan berikutnya harus
menyusul.
Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan
tercapai sehingga memuaskan direksi. Hasil percobaan lapangan ini kemudian
harus digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang diisyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.

2.3.5 Prosedur Pengerjaan

a. Galian untuk struktur


- Parit untuk struktur dan telapak struktural digali menurut garis, kelandaian dan
ketinggian yang terlihat pada gambar atau sebagaimana diarahkan oleh direksi.
Ketinggian dasar telapak yang terlihat pada gambar adalah hanya perkiraan saja
dan direksi boleh menginstruksikan perubahan pada ukuran atau ketinggian
telapak sebagaimana dianggap perlu untuk menjamin hasil yang memuaskan.
Batu besar bulat, balok kayu dan bahan-bahan lain yang di bawah dan di sekitar
pekerjaan yang ditempatkan.
- Parit harus berukuran cukup untuk memungkinkan pemasangan bahan-bahan
yang layak, pemeriksaan pekerjaan dan pemadatan urugan kembali di bawah dan
di sekitar pekerjaan yang ditempatkan.
- Bila gorong-gorong atau parit lainnya akan digali ada timbunan baru, maka
timbunan tersebut harus dibangun hingga setinggi permukaan yang diperlukan
suatu jarak sisi lokasi parit tidak kurang 5 kali ukuran lebar parit tersebut,
sesudah itu parit tersebut akan digali dengan sisi-sisi yang vertikal sesuai dengan
kondisi yang memungkinkan.
- Setiap pemompaan galian harus dikerjakan dengan cara tertentu untuk
menghindari kemungkinan setiap bagian bahan-bahan konstruksi yang baru
ditempatkan terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan selama
penempatan beton, atau untuk suatu perioda sekurang-kurangnya 24 jam setelah
itu, harus dikerjakan dari tempat penampungan air yang terletak di bagian luar
acuan beton.
b. Urugan kembali pada standar
- Daerah yang digali di sekitar struktur harus diurug kembali dengan bahan-bahan
yang disetujui dalam pelapisan horisontal dengan kedalaman tidak lebih dari 150
mm sampai setinggi permukaan tanah asal atau setinggi permukaan tanah

28
dasar, dan dipilih yang lebih rendah. Setiap lapisan harus dibasahi atau
dikeringkan sampai kadar air optimum sebagimana diisyartkan dan dipadatkan
seluruhnya.urugan kembali yang membentuk bagian timbunan harus dipadatkan
sampai 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuatu dengan
AASTHO T99. Urugan kembali di luar daerah jalan dan timbunan harus
dipadatkan sampai suatu kepadatan sekurang-kurangnya setinggi bahan-bahan
yang berdampingan dan tak terganggu.
c. Pengendalian lalu lintas
- Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan persyaratan pengaturan dan
pengendalian lalu lintas.
- Kontraktor harus bertanggungjawab untuk semua akibat dari lalu lintas yang
diizinkan melewati tanah dasar. Semua lalu lintas selain mesin-mesin konstruksi
yang langsung terlibat dalam penempatan lapisan di atasnya harus dicegah
melewati tanah dasar setelah penyelesaian dan penerimaan.
d. Bahan-bahan
Tanah dasar dibentuk pada timbunan biasa, timbunan dengan bahan-bahan terpilih,
agregat lapisan pondasi atau drainase porous, atau pada tanah asli dengan
merapikan atau memotong dengan menggunakan galian biasa atau galian batuan.
Bahan-bahan yang akan digunakan pada setiap contoh harus sebagaimana diarahkan
oleh direksi. Sifat bahan-bahan untuk digunakan dalam pembentukan tanah dasar
harus sesuai dengan sifat bahan-bahan khusus yang sedang digunakan sebagaimana
diberikan di bagian lain dalam spesifikasi ini.
e. Pemadatan tanah dasar
Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari spesifikasi
ini. Persyaratan pemadatan dan persyaratan jamian kualitas untuk tanah dasar harus
sesuai dengan ketentuan spesifikasi ini

2.4 Pekerjaan Pasangan Bronjong

2.4.1 RUANG LINGKUP

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,


pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu
dan adukan semen. Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi
bronjong, pasangan batu Kali, pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta
pekerjaan adukan semen. Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang
diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan
yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2.4.2. PERSYARATAN BAHAN


1. Batu

a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet.
Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau
lemah.

29
b. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang dipecah
salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.
c. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.
d. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih.
e. Ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya
boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan Direksi
dan digunakan bersama-sama dengan batu belah.
Batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm hanya boleh dipergunakan
sebagai batuan pengisi/pengunci.
2. Pasir
a. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang) yang
diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi.
b. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik, sampah
kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya, seperti
air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan batu.

3. Material Cement
a. Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada dipasaran dan
harus memenuhi standart.
b. Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca, air atau
bahan organic lainnya tidak boleh dipakai
c. Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan harus
kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah dan tinggi
tumpukan maksimum 3 m.

4. Air
Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur, minyak, bahan organic
atau bahan kimia.

2.4.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Bronjong Kawat Galvanis diameter 3” (pabrikasi)
a. Spesifikasi teknis untuk bronjong kawat galvanis 3 mm pabrikasi sama dengan
spesifikasi bronjong kawat galvanis 3 mm dengan anyaman tangan akan tetapi dalam
penganyaman harus dilaksanakan oleh mesin bukan manusia.
b. Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah
disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan ( Unit ) buah
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya umum dan
keuntungan.
c. Batu isi untuk bronjong harus berdiameter 200 mm sampai dengan 400 mm dimana
sekurang-kurangnya 25 % harus berdiameter lebih besar dari 250 mm dan untuk batu
kecil hanya untuk pengisi bagian rongga.
d. Dalam pengisian batu perlu diperhatikan utamanya untuk semua sisi permukaan
dimana batu yang dipakai adalah batu yang mempunyai permukaan yang rata dan
ditopang bagian belakangnya dengan batu pengisi sesuai dengan demensi bronjong.
e. Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yan telah

30
disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan ( Unit ) M 3.
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi Upah
tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan, Biaya Umum dan
keuntungan.

2.4.4. ACUAN NORMATIF


Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan - SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian
Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
American Standard Test Method
- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

2.4.5. ISTILAH DAN DIFINISI

b. Agregat halus : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm
sampai 4 mm yang biasa disebut pasir
c. Agregat kasar : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm
sampai 31,5 mm yang biasa disebut kerikil.
d. Semen Portland : adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium Silikat Hidrat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau
lebih bentuk kristal senyawa Kalsium Sulfat.
e. Batu alam : adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang bersatu dan
memadat, sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang berbentuk secara
alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan
alamiah.
f. Batu candi : adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara
khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
g. Batu pecah : adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli atau
dibelah menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk dipergunakan dalam
pembuatan bangunan dasar
h. Bronjong : adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah dan di ikat
oleh anyaman kawat
i. Pasangan batu kosong : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan
material yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk melindungi bahaya
gerusan.
j. Pasangan batu belah : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan
material yang berupa batu kali, pasir dan semen Portland

31
k. Plesteran : adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penutup / pengikat
ujung pasangan batu
l. Siaran : adalah sutau konstruksi yang berfungsi untuk menutup / mengikat /
memperkuat antara batu muka

32

Anda mungkin juga menyukai