Anda di halaman 1dari 7

1

PEKERJAAN MEKANIKAL DAN PLAMBING

1 LINGKUP PEKERJAAN

a. Saluran pembuangan dan bangunan perlengkapannya, mulai dari


pembuangan awal sampai dengan saluran kotor / alam yang meliputi :

• Jaringan – jaringan air kotor

• Septictank termasuk peresapannya

• Bak penampungan bawah tanah

b. Pengadaan air bersih :

• Jenis dan sistem air bersih

• Torent air, termasuk sistem pemasukan air dan pengurasan

• Jaringan – jaringan distribusi air bersih

• Saluran pipa air hujan dari bangunan.

c. Sistem tata udara yang meliputi pengkondisian udara dan ventilasi


didasarkan pada konsep rancangan yang terpadu dengan konsep
rancangan bidang lainnya terutama dengan bidang arsitektural, interior,
tata cahaya serta penyediaan dan distribusi daya listrik.

2 STANDART ACUAN

a. Standar perencanaan instalasi dalam bangunan dalam bentuk Standar


Nasional Indonesia (SNI)

b. Selama masa itu Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara/


merawat tanaman. Semua penggantian tanaman yang rusak / mati
dengan tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.

c. Buku referensi Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing Souyan


M.Noerbambang dan Tekeo Morimura

d. Tata Udara :
2

 SNI-03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara

 SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi


dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.

 SNI-03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap pada


Bagunan Gedung.

 SNI-03-6767-2002 tentang Spesifikasi Umum Sistem Ventilasi


Mekanis dan Sistem Tata Udara sebagai Pengendali Asap
Kebakaran Dalam Bangunan (Damper Kebakaran)

 SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL,


Atrium dan Ruangan Bervolume Besar.

 ASHRAE 62-2001 Standard of Ventilation for Acceptable IAQ.

 ASHRAE Handbook Series

3 KRITERIA DESIGN

a. Saluran pipa pembuangan dan bangunan perlengkapan.

• Saluran pipa pembuangan air kotor dengan sistem pararel atau radial
disesuaikan dengan bentuk permulaan tanah di lokasi.

• Saluran pipa pembuangan air kotor yang tertutup dibuat dengan


kemiringan 1 – 5 %.

• Pembuangan akhir untuk saluran – saluran diatas harus dipikirkan


akibatnya terhadap lingkungan terutama apabila di sekitar lokasi
masih sulit memastikan penampungan buangannya.

b. Tata udara

Keterkaitan konsep rancangan sistem tata udara ini dengan bidang-


bidang rancangan lainnya digunakan untuk menentukan beberapa acuan
rancangan antara lain:

• Orientasi bangunan
3

• Jenis dan luas dinding bangunan

• Jenis dan luas bahan interior bangunan

• Jenis dan luas jendela

• Fungsi dan peruntukan ruangan

• Perkiraan beban kalor lampu dan peralatan lain

• Kondisi udara luar

• Kondisi udara perancangan

• Perkiraan jumlah hunian

• Fleksibilitas serta optimasi zoning dan distribusi udara atau air dingin

• Pemilihan mesin-mesin utama sistem tata udara

Pengkondisian udara ini sepenuhnya dimaksudkan untuk kenyamanan


penghuni. Pengkondisian udara ini dibagi atas 2 macam, yaitu:

• Pengkondisian temperature dan kelembaban udara dalam ruangan


yang dikondisikan

• Pertukaran udara (ventilasi) baik secara alami maupun mekanis


(dengan ventilating fan) untuk ruang tertentu

4 TAHAPAN ANALISIS

a. Sistem penyediaan dan jaringan air bersih.

Kebutuhan Air Bersih harus tersedia dan kontinu. Selain itu sistem
penyedian air bersih harus sesuai kebutuhan orang dalam
penggunaannya.

Standar perencanaan dan perhitungan kebutuhan air bersih untuk ini


mengacu pada Standar Nasional Indonesia dan literatur-literatur lainnya.
Untuk estimasi kebutuhan air bersih dihitung dari luasan bangunan dan
tingkat okupansinya, kebutuhan Pantry, Toilet dan lain-lain.
4

1. Sumber air bersih berasal dari sumur dangkal lalu di pompa dengan
jet pump dengan kapasitas sebagai berikut :

Debit : 100 Liter per menit


Head : 25 meter
Type : Centrifugal Endsuction Multistage

2. Distribusi air bersih ke seluruh lantai/bangunan menggunakan pompa


penguat (Booster pump) dengan kapasitas sebagai berikut:

Debit : 100 Liter per menit


Head : 20 meter
Type : Endsuction Close Coupled Multistage

b. Sistem pembuangan air kotor

Dengan jumlah peturasan (daerah basah) yang memenuhi kebutuhan


dengan kapasitas cukup banyak, kapasitas air limbah/air kotor yang
dihasilkan dengan diperkirakan 80% dari kebutuhan air bersih. Limbah
cair sebagai salah satu produk limbah yang dihasilkan dari kegiatan setiap
peturasan perlu pertimbangan suatu upaya pengelolaan tertentu dalam
mengatasi persoalan dan meminimalkan polusi lingkungan. Salah satu
cara adalah dengan melakukan pengolahan terhadap kandungan
parameter limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan sampai
pada batas yang disyaratkan oleh Pemerintah.

Dalam SK Dirjen PPM & PLP No. 00.06.6.44 tentang Petunjuk Teknis Tata
cara Penyehatan Lingkungan dijelaskan antara lain sebagai berikut:

 Kualitas limbah (efluen) yang akan dibuang ke lingkungan harus


memenuhi persyaratan Baku Mutu Efluen sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Konsep perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan dan tujuan-tujuan
sebagai berikut:
- Penyelesaian terhadap permasalahan limbah cair buangan dari
setiap peturasan diselesaikan dengan memperhatikan
parameter yang ada.
5

- Mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia yang


bertindak sebagai pengelola limbah. Dengan demikian IPAL
akan dirancang untuk memberikan kemudahan bagi tenaga
pelaksananya.
- Hasil olahan/efluen dapat memenuhi persyaratan Baku Mutu
Lingkungan setempat/daerah terutama sesuai untuk kualitas
badan air penerimanya.
Berdasarkan perbandingan kesamaan kualitas limbah cair dari
berbagai bangunan gedung di Indonesia, dapat ditarik
kesimpulan bahwa parameter kualitas limbah cair terutama
berupa: BOD, COD, NH3 bebas, NO2, Lemak, SS dan pH.

c. Pengelohan air buangan.

 Air buangan yang berasal dari kloset disebut air kotor dibuang ke
saluran yang langsung menuju Tangki Bio Septik (Bio Septic Tank)
dan selanjutnya air keluarannya (efluent) dibuang langsung ke
saluran drainase.
 Air buangan yang berasal dari wastafel (air bekas) dibuang langsung
ke saluran drainase.

d. Sistem drainase air hujan dari atap

Jaringan pipa ini berupa saluran-saluran pembuangan air hujan dari atap
menggunakan talang pipa dimana dimensi saluran dihitung berdasarkan
metoda rasional sebagai berikut :

Q = 0.278 C.I.A

Dimana Q = debit air hujan, m3/detik

C = koefisien aliran

I = curah hujan maksimum,mm/m2/jam

A = luas area, km2

Koefisien aliran (run off coefficient) untuk berbagai area adalah sebagai
berikut:
6

Padang rumput / taman 0,05 – 0,10

Pedesaan 0,10 – 0,25

Permukiman 0,25 – 0,50

Daerah sedang 0,50 – 0,70

Daerah padat 0,70 – 0,90

Jalan aspal 0,25 – 0,60

Atap 0,70 – 0,95

Contoh perhitungan, jika luas area tadah hujan A = 60m x 24m = 1440 m2
= 0.00144 km2. Jika koefisien aliran diambil C = 0.5, dan curah hujan
maksimum I = 30 mm/m2/jam maka :

Q = 0.278 x 0.5 x 30 x 0.00144 = 0.06005 m3/detik

e. Sistem air hujan

Air hujan yang berasal dari atap bangunan dialirkan terlebih dahulu
melalui instalasi pipa tegak (pipa PVC) yang selanjutnya dialirkan terlebih
dahulu menuju sumur-sumur resapan sebelum dibuang ke saluran
drainase lingkungan.

f. Tata udara

Peralatan Air Conditioning dan ventilasi :

• Sistem Air Conditioning dengan Split System.


• Ventilasi mekanis (exhaust fan dan Intake Fan) untuk ruangan-
ruangan, dapur, gudang.
• Ventilasi mekanis (exhaust fan) untuk toilet.

Pertukaran udara untuk ventilasi perjam adalah :

- Ruang Kantor = 4 – 6 kali


- Ruang Toilet/Pantry = 10 – 15kali
- Ruang Mesin = 15 – 30kali
7

- Ruang Lobi = 2 - 4 kali


- Ruang Penyimpanan = 2 – 4 kali

Adapun syarat-syarat perencanaan yang harus dipenuhi adalah sebagai


berikut:

• Sistem Air Conditioning ruangan disesuaikan dengan penggunaan


ruangan bervariasi diantara 180C-240C.

• Kuantitas ventilasi udara sebesar 15-30 cfm per orang.

• Kelembaban relatif (RH) antara 50-55%.

Anda mungkin juga menyukai