Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM BETON

Diajukan Kepada:
Iman Jujur Mendrofa, S.Pd., M.Pd.T
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Beton

Oleh

Anugerah Lase (219902002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NIAS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
kemurahan-Nya, sehingga makalah yang berjudul MENGANALISIS PENERAPAN
PENGERJAAN BETON kami ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami berterimakasih
kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman
yang telah bertugas dan mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Namun, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang positif sehingga kami dapat
melakukan perbaikan kedepannya. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat untuk
kita semua.

Gunungsitoli, 28 Oktober 2022

Anugerah Lase

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengerjaan Beton.......................................................................................................2
B. Persiapan....................................................................................................................2
C. Penakaran...................................................................................................................3
D. Pengadukan................................................................................................................3
E. Pengangkutan Beton..................................................................................................6
F. Penuangan Adukan....................................................................................................6
G. Pemadatan..................................................................................................................8
H. Pekerjaan Akhir.........................................................................................................8
I. Perawatan...................................................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................10


A. Kesimpulan................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahan campuran dalam pengerjaan beton sangat berpengaruh pada hasil beton
yang hendak dibuat. Perlu diperhatikan juga komposisi masing material penyusun
beton untuk memaksimalkan beton yang baik. Oleh karena itu, setelah melakukan
analisis bahan-bahan yang dibutuhkan dalam campuran atau perancangan campuran
adukan beton serta memperhatikan kadar bahan tambahan maka selanjutnya dilakukan
pengerjaan beton.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimaana tata cara pengerjaan beton?
2. Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam pengerjaan beton?
3. Bagaimana pengerjaan beton?

C. Tujuan
1. Menganalisis tata cara pengerjaan beton
2. Menganalisis apa saja yang perlu dipersipkan dalam pengerjaan beton
3. Menganalisis pengerjaan beton

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengerjaan Beton

Untuk memperoleh komposisi yang menyatu dari bahan-bahan penyusun beton


dilakukan pencampuran bahan-bahan penyusun beton berdasarkan rancangan
pencampuran beton. Karena komposisi yang baik dari bahan-bahan penyusun beton
akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika tidak sesuai
dengan rancangan pencampuran, maka hasilnya tidak maksimal. Adapun tahapan
dalam pelaksanaan pengerjaan beton, yakni:
1. Persiapan
2. Penakaran
3. Pengadukan (Mixing)
4. Penuangan/pengecoran (Placing)
5. Pemadatan (Vibrating)
6. Penyelesaian akhir (Finishing)
7. Perawatan (Curing)

B. Persiapan

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penuangan beton


dilaksanakan, yakni:
1. Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran
2. Peralatan yang digunakan untuk pengadukan harus bersih
3. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan diisi dengan
menggunakan bahan khusus, seperti lapisan bahan kimia, lapisan minyak mineral,
atau lembaran polyurethane.
4. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari lapisan penutup yang
memungkinkan dapat merusak beton (mengurangi kelekatan antara beton dengan
tulangan
5. Pasangan dinding bata yang berhubungan dengan beton dibasahai air sampai jenuh
(penuh air)
6. Air yang tedapat pada ruang yang akan diisi dengan beton harus dibuang kecuali
jika penuangan dilakukan dengan seijin pengawas ahli

2
7. Untuk menuangkan campuran beton yang baru maka semua kotoran dan material
lain serta serpihan yang menempel pada beton yang telah mengeras harus
disingkirkan.

C. Penakaran

Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil rancangan


harus sesuai ketentuan dalam SK.SNIT-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan
dan Pengecoran Beton dan ASTM C.685 Standard Made By Volumetric Batching and
Continuous Mixing serta ASTM .94:
1. Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar dari atau sama dengan 20
MPa proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran berat.
2. Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih kecil dari 20 MPa proporsi
penakarannya dengan menggunakan teknik penakaran volume dan tekniknya harus
berdasarkan atas penakaran berat yang dikonversikan kedalam penakaran volume
untuk setiap campuran bahan penyusunnya.

D. Pengadukan (Mixing)

Proses selanjutnya adalah pengadukan (pencampuran) setelah didapatkan


komposisi yang direncanakan untuk kuat tekan beton dengan menyesuaikan
komposisinya pada kapasitas alat aduk. Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan
sifat yang plastis dalam campuran beton segar. Dengan indikasi warna adukan yang
merata, kelecakan yang cukup, dan tampak homogen (senyawa/sama). Selama proses
pengadukan, harus dilakukan pendataan mengenai:
1. Jumlah batch-aduk yang dihasilkan;
2. Proporsi material;
3. Perkiraaan lokasi dari penuangan akhir pada struktur; dan
4. Waktu dan tanggal penuangan serta pengadukan.

Di dalam pengadukan ada dua metode yang digunakan yaitu metode manual
dan mesinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan (sekop) sedangkan
pengadukan dengan mesin memanfaatkan bantuan alat aduk seperti molen atau
blatching plant. Menurut SNI, Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan jika
kebutuhan beton lebih kecil dari 10 m 3 dalam periode yang pendek, dapat digunakan

3
campuran dengan perbandingan 1:2:3, tetapi jika sebaliknya, campuran harus
direncakan.

1. Pengadukan Manual

Berikut tata cara pengadukan manual, antara lain:


a. Alat bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, ataupun alat
sejenisnya.
b. Pasir dengan semen dicampur dalam keadaan kering dan dengan komposisi
tertentu, di atas tempat datar dan kedap air;
c. Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen;
d. Menambahkan kerikil, dan mencampur lagi;
e. Membuat lubang ditengah adukan sebagai tempat air yang ditambahkan kira-
kira 75% dari kebutuhan air;
f. Mengaduk hingga merata dan menambahkan sedikit demi sedikit air yang
tersisa.

2. Pengadukan dengan Mesin

Pengadukan dengan mesin harus dilakukan menggunakan mesin-mesin


yang telah disetujui (PB, 1989:27). Campuran beton yang dihasilkan jika
menggunakan mesin aduk lebih menghemat biaya dan hasilnya pun bersifat lebih
plastis dan homogen, dengan dilakukan sesuai manual alat aduknya. Untuk beton
siap pakai (PB, 1989:27) pengadukan dan pengangkutan harus mengikuti
persyaratan dari “Spesifiication For Ready Mixed Concrete ASTM.C94 atau
Spesifiication For Concrete Made by Volumetric And Continuous Mixing” ASTM
C.685.

Setelah pencampuran semua bahan ke dalam batching, harus dilakukan


pengadukan kembali minimal selama 1.5 menit, kecuali bila dapat dibuktikan
bahwa pengadukan yang dilakukan dalam jangka waktu pendek mampu
memberikan hasil yang memuaskan dengan memenuhi ketetapan ASTM.C94

Kapasitas dari Mixer ASTM.C94 dan ACI 318

0.8-3.1 1 menit

4
3.8-4.6 2 menit

7.6 3 menit

Menurut SK.SNI.T-28-1991-03 Ps. (3.3.3), waktu pengadukan minimal


untuk campuran beton yang volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m 3 adalah
1.5 menit, dan ditambahkan selama 0.5 menit untuk penambahan 1 m3 beton serta
pengadukan ditambahkan selama 1.5 menit setelah semua bahan tercampur. Waktu
pengadukan akan berpengaruh pada mutu beton. Pengadukan yang terlalu lama
akan mengakibatkan:
1. Naiknya suhu beton;
2. Keausan pada agregat sehingga agregat pecah;
3. Terjadinya kehilangan air sehingga penambahan diperlukan;
4. Bertambahnya nilai slump dan menurunnya kekuatan beton.

Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus


dengan mengawasi terus dengan memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan
jarak pengangkutan

Alat aduk mesin jika dilihat dari arah perputaran dapat dibedakan menjadi
3, yaitu: alat aduk yang berputar vertical (vertical mixing), alat aduk yang berputar
mendatar (horizontal), dan alat aduk yang berputar miring (tilting drum mixing).
Mesin pengaduk vertical dan yang berputar miring biasanya digunakan pada
pengerjaan di lapangan dan yang berputar horizontal biasanya digunakan di
laboratorium.

3. Syarat Pengadukan SK.SNI T-28-1991-03

Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus


dilengkapi dengan:
1. Sertifikasi mutu produsen
2. Jika tidak tedapat sertifikasi mutu, harus tersedia data uji dari laboratorium
yang diakui
3. Jika tidak tedapat sertifikasi mutu atau data hasil uji, harus berdasarkan bukti
dari hasil pengujian khusus pemakaian nyata yang dapat menghasilkan beton
yang kekutan, ketahanan, dan keawetannya memenuhi syarat.
5
Selain itu, bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari
Standar Nasional Indonesia SK.SNI.S-1989-F tentang Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam). Peralatan yang digunakan
untuk mengaduk harus sesuai syarat standar.

E. Pengangkutan Beton

Campuran beton dibawa ke tempat penuangannya (tempat konstruksi akan


dibuat setelah pengadukan selesai. Pengangkutan beton dari tempat pengaduka ke
tempat penyimpanan akhir (sebelum dituang) harus dilakukan sedemikian rupa unuk
mencegah terjadinya pemisahan atau kehilangan material. Alat yang digunakan juga
harus mampu menyediakan beton di tempat penyimpanan akhir (dengan menggunakan
alat manual dan mesin) seperti (ember, dolak, gerobak dorong serta truck mixer)
dengan lancar tanpa hambatan yang mengakibatkan hilangnya plastisitas beton
(PB,1989:28).

F. Penuangan Adukan (Placing)


1. Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mugkin dengan
cetakan akhir untuk mencegah segresasi karena penanganan kembali atau
pengaliran adukan;
2. Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur
sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat
mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan;
3. Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur;
4. Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami penambahan air
tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli;
5. Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus dilakukan tanpa
henti hingga diselesaikan penuangan panel atau penampang;
6. Permukaan atas acuan harus terisi rata dengan campuran beton;
7. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus bersih;
8. Sebelum pengecoran harus dibasahi;
9. Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna
dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.
10. Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1.50 meter;

6
11. Tidak dilakukan penuangan selama terjadi hujan agar kedap air tetap terjaga
(kecuali jika pengecoran dilakukan di bawah atap);
12. Setiap kali penuangan, tebal lapisan maksimum 30-45 cm, agar pemadatannya
dapat dilaksanakan dengan mudah.

a) Penuangan Beton Dalam Air

Penuangan beton atau pengecoran dalam air, dapat ditambahkan sekitar


10% semen untuk menghindari kehilangan pada saat penuangan. Penuangan ini
dapat dilakukan dengan alat-alat bantu:

1. Penuangan menggunakan karung dilakukan dengan mengisi karung-karun


dengan beton segar, kemudian memasukkannya ke dalam air;
2. Penuangan beton dengan bak khusus, campuran beton diisikan dalam sebuah
bak. Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang otomatis terbuka
sendiri;Penuangan dengan pipa tremi, dilakukan dengan cara mengisikan
camuran beton ke dalam pipa tremi, kemudian mengangkat pipa tremi secara
perlahan sampai beton mengalir keluar.
3. Penuangan dengan pipa nylon diameter 600 mm yang fleksibel untuk
menuangkan beton yang cara pengerjaannya sama dengan pipa tremi.
4. Penuangan dengan beton pra-susun dilakukan dengan menyusun terlebih
dahulu agregat kasar yang lebih besar dari 28 mm kemudian melakukan
grouting (mencampur semen, pasir,dan air).

b) Penuangan Beton dengan Pemompaan

Penuangan beton atau pengecoran dengan pemompaan melalui pipa-pipa


sangat menguntungkan apabila:
1. Menggunakan campuran dengan sifat pengrjaan sedang, dengan ukuran
agregat tidak lebih dari 40 mm
2. Pengawasan yang ketat selama pelaksanaan
3. Menggunakan bahan tambah yang memperbesar sifat plastis dari beton segar.
Dengan keuntungan: pengurangan tenaga kerja, hasilnya baik jika
persiapannya baik, produksi kerja akan lebih tinggi jika pompa yang digunakan
berkapasitas baik dan besar.

7
G. Pemadatan Beton (Vibrating)

Pemadatan dilakukan segera setelah penuangan beton dilakukan. Kebutuhan


akan alat pemadat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan sifat kesuliran
pengerjaan. Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang
terdapat dalam beton segar. Pada pengerjaan beton berkapasitas kecil, dapat digunakan
alat berupa kayu atau besi tulangan. Tapi jika pengecoran dengan kapasitas lebih dari
10 m3 alat pemadat mesin harus digunakan yang dikenal dengan vibrator (alat getar).
Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar yang berupa tongkat dan
digerakkan dengan mesin.
2. Alat getar cetakan (external vibrator), yaitu alat getar yang menggetarkan form
work sehingga betonnya bergetar dan memadat.

Beberapa pedoman dalam proses pemadatan adalah:


1. Pada jarak yang berdekatan/pendek, pemadatan dengan alat getar dilaksanakan
dalam waktu yang pendek;
2. Pemadatan secara vertical dan jatuh dengan beratnya sendiri;
3. Tidak menyebabkan terjadinya bleeding;
4. Pemadatan merata;
5. Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan bekisting;
6. Alat bergetar tidak berfungsi untuk mengalirkan, mengangkut atau
memindahkakan beton.

H. Pekerjaan Akhir (Finishing)

Pekerjaan akhir dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah permukaan beton


yang rata dan halus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada saat beton mulai mencapai
final setting, karena pada masa ini beton masih dapat dibentuk. Alat yang digunakan
biasanya ruskam, jidar, dan alat-alat perata lainnya.

I. Perawatan Beton (Curing)

Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton
telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak
8
mengalami gangguan. Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan
kekuatan beton yang tinggi, tapi juga untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton ,
kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi
minimal 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab (PB,1989:29).
Perawatan terdiri dari perawatan dengan pembasahan, perawatan dengan penguaapan,
perawatan dengan membran, dan perawatan lainnya.

Pengerjaan Beton Pada Cuaca Panas

Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi beton segar dan beton keras.
Kerugian yang diakibatkan oleh temperatur tinggi adalah
1. Penggunaan air lebih banyak;
2. Kehilangan slump;
3. Setting lebih cepat;
4. Kesulitan pemadatan;
5. Kemungkinan terjadinya bleeding lebih besar;
6. Penyusutan yang besar diawal pengerasan;
7. Kemungkinan terjadinya cracking besar.
8. Perlu pendinginan material

Tindakan pencegahan:

Tindakan pencegahan dilakukan agar kekuatan dan sifat-sifat beton segar dapat
terjaga yang meliputi bahan-bahan pencampur dan pelaksanaan pada beton segar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
9
1. Tahapan dalam pelaksanaan pengerjaan beton, yakni:
a. Persiapan
b. Penakaran
c. Pengadukan (Mixing)
d. Penuangan/pengecoran (Placing)
e. Pemadatan (Vibrating)
f. Penyelesaian akhir (Finishing)
g. Perawatan (Curing)
2. Faktor persiapan dan pencampuran beton sangat mempengaruhi tingkat kekuatan
beton serta keawetan beton
3. Dalam pengadukan dan penuangan beton perlu digunakan alat-alat bantu serta
memperhatikan kondisi lingkungan pekerjaan.

DAFTAR ISI

Mulyono, Tri, 2004. Teknologi Beton.Yogyakarta:C.V. ANDI OFFSET

10
ASTM, Concrete and Agregates Annual Book of ASTM Standard Vol.04.02 Philadelphia:
ASTM, 1995

Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitain dan Pengembangan PU, Pedoman Beton
1989. SKBI.1.4.53.1989 Draft Konsensus, Jakarta: DPU.LPMB, 1989

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB Tata Cara Rencana Pengadukan dan Pengecoran
Beton. SK.SNIT-28-1991-03 Cetakan Pertama, Bandung: DPU – Yayasan LPMB,
1992

11

Anda mungkin juga menyukai