PROPOSAL SKRIPSI
Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti seminar
dan ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Perkapalan pada
Departemen Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar
OLEH:
RAHMATULLAH
D31116514
PROPOSAL SKRIPSI.................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................4
1.4 Tujuan..................................................................................................................5
1.5 Manfaat................................................................................................................5
BAB 2. landasan teori....................................................................................................6
2.1 Metode pembangunan kapal................................................................................6
2.1.1 Pendekatan Konvensional/ Tradisional........................................................7
2.1.2 Pendekatan modern.......................................................................................9
2.2 Product-Work Breakdown Structure (PWBS)...................................................11
2.3 Metode Jalur Kritis / Critical Path Method (CPM)...........................................15
2.4 Pengelasan.........................................................................................................17
2.4.1 Prosedur Pengelasan...................................................................................18
2.4.2 Posisi Pengelasan........................................................................................19
2.4.3 Jenis Jenis Pengelasan................................................................................20
2.5 Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)........................................................24
BAB 3. METODE PENELITIAN...............................................................................27
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................27
3.1.1 Lokasi Penelitian........................................................................................27
3.1.2 Waktu Penelitian.........................................................................................27
3.2 Data Penelitian...................................................................................................27
3.2.1 Jenis dan Sumber Data...............................................................................27
i
3.3 Teknik Analisa Data..........................................................................................28
3.3.1 Pembuatan Model 3D Ruang Muat........................................................28
3.4 Pembuatan Jaringan Kerja.................................................................................28
3.5 Kerangka Pikir......................................................................................31Daftar Pustaka
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan beberapa hal yaitu 1. Latar Belakang, 2.
Penulisan.
menciptakan dan menghasilkan produk, baik berupa barang maupun jasa dengan
menuju terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujudkan cita-cita
tersebut dibutuhkan peran serta seluruh warga negara diantaranya adalah peran
seperti PT. Bahtera Bahari Shipyard (BBS). Karena dengan Perencanaan Jaringan
Kerja Pada Erection Block Kapal adanya perusahaan galangan kapal inilah yang
membantu pembangunan dan perbaikan kapal sehingga sarana transportasi laut dapat
Pembangunan kapal ini memakan waktu lama dan salah satu bagian utama dari
1
proyek pembangunan kapal tersebut adalah pada bagian erection block kapal
pekerjaan pada pengerjaan erection block kapal dan masih kurang efektif waktu
pengendalian proyek. Terdapat dua metode dasar yang biasa digunakan dalam
network planning ini yaitu metode lintasan kritis / Critical Path Method (CPM) dan
teknik menilai dan meninjau kembali program /Program Evaluation and Review
Technique (PERT).
Salah satu kapal yang di bangun di PT. Bahtera Bahari Shipyard (BBS) adalah
kapal SPOB. Dimana kapal SPOB adalah salah satu jenis kapal khusus untuk muatan
minyak atau suatu tongkang yang didesain khusus untuk muatan minyak dengan
mempunyai alat penggerak. Kapal SPOB yang di makasud adalah kapal dengan
kapasitas 5000 DWT. Yang terdiri dari bottom, sisi, sekat dan deck. Seperti terlihat
2
pada Gambar 1. Pada perakitan ruang muat kapal dalam konsep PWBS, biasanya
mungkin sumber daya yang tersedia. Bentuk peningkatan kualitas perencanaan dan
pembangunan kapal dapat dengan mudah dikontrol sehingga dapat dilakukan secara
sistematis.
judul “Rencanaan Jaringan Kerja Perakitan Blok Zona Ruang Muat Kapal SPOB
5000 DWT”. Perakitan blok zona ruang muat kapal SPOB memerlukan strategi agar
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa durasi pengerjaan perakitan blok ruang muat kapal SPOB 5000 DWT?
pembangunan, dan biaya) pada perakitan blok ruang muat kapal SPOB 5000
DWT?
pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut;
1. Menentukan Critical Path Methode (CPM) atau Metode Jalur Kritis pada
pekerjaan perakitan blok ruang muat kapal SPOB 5000 DWT di PT. Bahtera
4
1.4 Tujuan
muat.
ruang muat.
1.5 Manfaat
pihak galangan untuk lebih memahami jaringan kerja dalam perakitan blok
3. Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk
kedepannya.
5
BAB 2. LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan menjelaskan dasar teori yang mendukung pemelitian seperti
Metode pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan
sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem
terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok seksi, sistem blok.
membentuk blok seksi, contoh bagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung
3. Sistem blok adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi
beberapa blok, dimana tiap-tiap blok sudah siap pakai (lengkap dengan sistem
perpipaannya).
6
Desain Fabrikasi Assembl Block Joint
y or Erection
Pembuatan kapal baru kita mengenal beberapa metode atau pendekatan yakni:
Bila badan kapal hampir selesai dirakit pekerjaan outfitting dimulai. Pekerjaan
produktifitas masih sangat rendah, karena semua lingkup pekerjaan dilakukan secara
berurutan dan saling ketergantungan satu sama lain sehingga membutuhkan waktu
7
yang sangat lama. Mutu hasil pekerjaan sangat rendah karena hampir seluruh
pekerjaan dilakukan secara manual di building berth, kondisi tempat kerja kurang
idleness bagi pekerja yang lain. Selain itu, hampir semua aktivitas produksi
dikerjakan di-building berth pada posisi yang relative sulit. Semua keadaan di atas
b. Hull Block Construction Method dan Pre Outfitting (Sistem Seksi atau Blok
Konvesional)
pembuatan blok-blok atau seksi-seksi di las, seperti seksi geladak dan kulit dan
lainlain, yang kemudian dirakit menjadi badan kapal. Perubahan ini diikuti dengan
perubahan pekerjaaan outfitting, dimana pekerjaan ini dapat dikerjakan pada blok dan
pada badan kapal yang sudah jadi. Perubahan ini dikenal dengan pre-outfitiing.
8
Tahapan kedua ini masih dipertimbangkan tradisional, karena design, material
defenition dan procurement masih dikerjakan sistem demi sistem. Sedang proses
produksinya diorganisasi berdasarkan zone atau block, sehingga tahapan ini juga
dikenal sebagai ”sistem/stage”. Karena adanya dua aspek yang bertentangan antara
a. Proses Lane Construction dan Zone Outfitting atau Full Outfitting Block System
(FOBS)
dimulai pada tahapan ini yang disebut dengan zone/area/stage. Tahapan ini ditandai
dengan process lane construction dan zone outfitting, yang merupakan aplikasi group
teknologi (GT) pada hull construction dan outfitting work. GT adalah suatu metode
Process lane dari segi praktis adalah suatu seri work station (bengkel) yang
dilengkapi dengan fasilitas produksi (mesin, peralatan dan tenaga kerja dengan
keahlian tertentu) untuk membuat satu kelompok produk yang mempuyai kesamaan
pertama adalah process lane untuk subassembly bentuk datar, kurva dan bentuk
9
proses produksi berdasarkan kesamaan proses produksi, yang memungkinkan pekerja
Teknologi ini membagi pekerjaan outfitting ke dalam 3 tipe yaitu on unit, on block,
dalam shop/workshop terdiri dari kumpulan pipa dan sistem pendukung lainnya,
tangki, fitting, dan kabel listrik yang telah di cat sesuai dengan jenisnya.
badan kapal, outfitting dan pengecatan sudah diintegrasikan. Keadaan ini digunakan
untuk menggambarkan teknologi yang paling maju di industri perkapalan, yang telah
dicapai IHI Jepang. Pada tahapan ini proses pengecatan dilakukan sebagai bagian dari
proses pembuatan kapal yang terjadi dalam setiap stage. Selain itu karakteristik
utama dari tahapan ini adalah digunakannya teknik-teknik manajemen yang bersifat
10
analitis, khususnya analisa statistik untuk mengontrol proses produksi atau yang
Dalam modul construction and IHOP for increa (Agarwala, 2014). Ketika
metode IHOP diterapkan pada industri dan pekerjaan profesional yang lebih besar,
yang perlu dilakukan termasuk baja (penetrasi, baki kabel, pipa kabel, fondasi, alat
kelengkapan, dll.), lambung kapal, mesin, dek, interior, dan listrik, ada
dijelaskan disini, Group Teknologi (GT) dan Family Manufacturing (FM) adalah
logika, PWBS pertama membagi proses pembangunan kapal kedalam tiga jenis
dengan jelas berbeda satu sama lain. Lebih lanjut, masing-masing dapat segera
11
dibagi lagi menjadi jenis-jenis pekerjaan untuk fabrikasi dan assembly.
Pembagian pada tahapan assembly inilah yang secara umum dihubungkan dengan
zone dan yang merupakan dasar untuk penentuan zone dalam siklus manajemen
yang berorientasi zone yaitu: Metode Konstruksi Blok Lambung (Hull Block
parameter umumnya.
Demikian juga, unit-unit outfitting yang berbeda diperlakukan dengan cara yang
12
langsung misalnya welder, gas cutter, fitter, finisher, rigger, material
peralatan, dll.
sebuah kapal harus dikonstruksi sesuai dengan rencana yang dengan cermat
berbeda.
13
Dua aspek produk, yaitu system dan zone digunakan untuk membagi
sebuah design kapal kedalam paket terencana yang dapat diatur. Masing-masing
sebagai contoh dapat diterapkan pada sejumlah bagian-bagian atau pada sebuah
sebuah paket kerja yang terpisah. Dua aspek produk yang lain yaitu area dan
stage digunakan untuk membagi proses kerja yang dimulai dari pembelian
material hingga penyerahan kapal yang lengkap. Aspek-aspek produk itu adalah :
produk yaitu sekat longitudinal, sekat melintang, mooring system, fuel oil
sebuah produk yaitu: Ruang muat (cargo hold), bangunan atas (super
structure), ruang mesin, dll. Dan sub-divisi – sub-divisi atau kombinasi (yaitu
sebuah struktur blok atau unit outfit, sebuah assembly dari sebuah bagian atau
komponen).
1) berdasarkan sifat (yaitu blok datar vs kurva, struktur aluminium vs baja, pipa
14
2) berdasarkan jumlah (yaitu job by job vs jalur aliran, volume outfitting on blok
untuk ruang mesin vs volume outfitting on blok untuk ruang selain ruang mesin,
dll)
Berbagai macam teknik analisis jaringan kerja yang pemakainnya cukup luas
adalah jalur kritis atau CPM (Critical Path Method). Menurut Shurrab dalam Zia
dan penjadwalan, dimana aspek yang terkait dengan metode ini antara lain:
15
2) Membangun hubungan antar kegiatan. Memutuskan kegiatan mana yang
5) Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur
kritis.
pengembalian proyek.
Jalur kritis memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut (Gitosudarmo dalam
Rahmawati ,2007):
1. Jalur kritis merupakan jalur yang mempunyai waktu terpanjang dalam proses
produksi.
2. Jalur kritis tidak memiliki tenggang waktu antara waktu selesainya suatu
tahap kegiatan dengan waktu mulainya suatu tahap kegiatan yang lain dalam
proses produksi.
16
menjaga jadwal penyelesaian proyek.
2.4 Pengelasan
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari pengertian
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa pengertian las adalah sebuah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas baik
sumbernya dari panas aliran listrik maupun api dari pembakaran gas.
Pengelasan menurut DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah suatu ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas
disambung dengan bagian geladak dan sekat sekaligus membentuk panel, sub-
blok atau bahkan blok. Teknologi las juga membuat banyak pekerjaan perakitan
dapat dilakukan dengan baik dengan tingkat akurasi, efesiensi dan keamanan yang
blok dengan blok lain membentuk sebuah kapal. Proses ini diistilahkan
17
2.4.1 Prosedur Pengelasan
Prosedur pengelasan atau lebih umum disebut dengan Welding Procedure
Karena itu penentuan prosedur pengelasan harus didasari oleh pengetahuan tentang
bahan dan teknologi pengelasan itu sendiri sehingga efisiensi dapat tercapai. Ada
tertulis yang harus disiapkan untuk dijadikan petunjuk pengelasan sesuai dengan
persyaratan Codes, Rules dan standart konstruksi lainnya. Prosedur ini dibuat
mulai dari pembuatan konsep, review konsep, persiapan dan pelaksanan pra
pekerjaan pengelasan sesuai dengan persyaratan Code atau Rules yang digunakan,
18
Dalam membuat kualifikasi sebuah WPS dapat diikuti urutan kegiatan
sebagai berikut :
dengan memperhatikan ukuran Test Piece, menyiapkan mesin las yang telah
terkalibrasi, penyiapan kawat las yang sesuai dengan logam induk, gas pelindung
adalah catatan atau rekaman hasil kualifikasi prosedur pengelasan sejak awal
hingga hasil uji NDT / DT beserta data pendukung sesuai dengan persyaratan
kepala (overhead), seperti ditampilkan pada Gambar 2.8. Ketinggian meja dan
bangku kerja harus disetel untuk memudahkan pengelasan dilakukan pada posisi
19
pengelasan pipa sangat sulit sehingga untuk menghasilkan sambungan las yang
baik dan efisiensi pengelasan tinggi diperlukan juru las terlatih. Oleh karena itu
posisioner.
sebagai berikut.
20
A. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
sering digunakan baik untuk memenuhi kebutuhan skala rumahan maupun proyek
yang besar.
dan sekaligus sebagai bahan pengisi. Elektroda sekaligus berfungsi sebagai kutu
negatif dan benda kerja sebagai kutub positif. Panas berasal dari adanya busur listrik
yang menyebabkan elektroda dan logam dasar melebur secara bersamaan. Fluks
elektroda (pembungkus elektroda) berfungsi untuk melindungi logam las agar tidak
Elektroda dengan diameter kecil, maka arus yang digunakan juga lebih
rendah. Eletroda jenis ini biasa digunakan untuk material carbon steel yang tipis pada
digunakan juga arus tinggi. Elektroda jenis ini biasanya untuk pengelasan material
ringan dan biaya rendah. Contoh kode filler metal yang sering digunakan dalam AWS
adalah E 7018.
21
B. Gas Metal Arc Welding (GMAW/MIG)
Pengelasan berikutnya adalah Gas Metal Arc Welding. Ada 2 macam pada
pengelasan jenis ini yaitu MIG (Metal Inert Gas) dan MAG (Metal Active Gas).
Perbedaan keduanya adalah pada gas yang digunakan dalam proses pengelasan.
Proses MIG memakai gas mulia saja; Argon, Helium, sedangkan MAG menggunakan
untuk tonase yang besar karena kecepatannya sangat tinggi (tanpa harus berhenti
Arc Welding (SAW). Busur listrik dan logam cair dilindungi oleh fluks cair dan
kontinu, dibenamkan ke dalam fluks dan pada saat itu busur listrik tidak berfungsi.
mekanik dapat digunakan bila posisi pengelasan flat, sedangkan system semi otomatis
22
Proses pengelasan SAW banyak digunakan pada material yang berbentuk plat
digunakan arus DCEP. Sambungan dapat di-backing dengan Cu, fluks, berbagai jenis
isolasi ataupun baja. Proses pengelasan SAW dapat digunakan untuk baja karbon,
F7A6-EM12K.
Inti logam dapat berupa atau mengandung mineral, serbuk paduan besi dan
B2.
digunakan (tungsten) tidak ikut melebur, yang melebur adalah bahan pengisi (filler)
23
biasa disebut welding rod. Busur listrik terjadi antara elektroda dan material dasar
logam cair.
secara DCSP (DCEN/ direct current electrode negative) untuk material CS, SS, Ti.
DCEP (direct current electrode positive). Gas yang digunakan adalah gas mulia;
material SS semua diameter. Selain itu juga digunakan pada plat tipis bahan SS atau
pipa aluminium.
SMAW), biasanya digunakan untuk ketebalan pipa ≥ 6 mm baik material CS atau SS,
ER70SG, ER80SG
24
manusia dalam suatu proyek mempertimbangkan perkiraan jenis pekerjaan, waktu
serta lokasi proyek baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Faktor-faktor
4. Jenis pekerjaan
Tenaga kerja dibagi menjadi 2 jenis yaitu tenaga kerja langsung dan tidak
langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat secara
sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak terlibat
Operator alat angkat merupakan tenaga kerja yang bertugas untuk memindahkan
Juru las (welder) merupakan tenaga kerja yang bertugas untuk menghubungkan
25
3. Juru setel (Fitter)
Fitter (juru penyetel) merupakan tenaga kerja yang bertugas untuk menyetel
5. Helper
Helper atau tenaga kerja bantu bertugas untuk membantu welder atau operator
26
BAB 3. METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang tahapan – tahapan yang dilakukan dalam penelitian
agar prosesnya dapat terarah dengan baik sesuai dengan tujuan penelitian yang
disebutkan pada bab 1. Metode penelitian ini meliputi data penelitian, jenis dan
sumber data, teknik analisa data, pembuatan jaringan, serta kerangka pikir.
Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder merupakan data
diperoleh dari dari literatur yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu kapal
Shipyard.
27
3.3 Teknik Analisa Data
Hal ini bertujuan untuk mengetahui dimensi pelat dan berat komponen. Berat
Keterangan:
=7850 kg/m3
komponen kegiatan
Pada langkah pertama ini, semua data berupa gambar konstruksi dari PT.
28
Sub-assembly atau perakitan komponen konstruksi menjadi beberapa
konstruksi yang kemudian disesuaikan dengan tiap kegiatan. Beban pekerjaan yang
didapatkan akan diolah untuk mendapatkan durasi dari setiap kegiatan. Hal ini
Dari hasil beban kerja kegiatan dapat ditentukan durasi kegiatan. Pada proses
ini, data yang dibutuhkan adalah data produktifitas tiap jenis kegiatan. Data
pekerjaannya tiap satuan jam. Dengan menggunkan data hasil perhitungan, setiap
kegiatan mulai dari pengangkatan hingga pengelasan dapat diberikan perkiraan waktu
29
penyelesaiannya. Sehingga hasil keluaran pada proses ini adalah total waktu yang
BAB 5. Pengidentifikasian jalur kritis dan durasi waktu penyelesaian ruang muat.
Mengidentifikasi jalur kritis pada jaringan kerja, Jalur kritis ialah jalur yang
terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek, yang bila terlambat akan
jaringan kerja. Data yang dibutuhkan dalam proses ini ialah komponen-komponen
kegiatan serta total durasi yang telah diidentifikasi pada proses sebelumnya kemudian
mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan kemudian
adalah menyusun bagan jaringan kerja. Setelah bagan jaringan kerja terbentuk maka
didapatkan score jalur kritisnya (Critical Path), waktu kritisnya serta waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek. Pada tahap ini
kebutuhan material langsung dan tidak langsung, peralatan, dan biaya dari
30
kegiatan kegiatan yang telah di urutkan pada jaringan kerja. Pada tahap ini digunkan
Kerangka pikir merupakan alur dari proses penelitian yang akan membantu
dalam penyelesaian penelitian ini. Adapun langkah kerja dari penilitian ini dapat
31
Jaringan Kerja Perakitan RuanMuat Muat
Muat
Pengidentifikasian dan
penguraian blok ruang muat
menjadi komponen komponen
kegiatan.
Pengidentifikasian jumlah
sumber daya yang diutuhkan.
Gambar 3.1
32
Daftar Pusaka
Luthan, P.L., & Syafriandi.2006. Aplikasi Microsoft Project untuk Penjadwalan Kerja
Proyek Tekni Sipil. Yogyakarta: Andi Publisher.
Putra, Donny Pratama, dkk. 2017. Studi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja
Subkontraktor Pada Pekerjaan Bangunan Kapal Baru di PT. Adiluhung Sarana
Segara Indonesia. Surabaya: Universitas Teknologi Adhi Tama Surabaya.
33
Soeharto, Iman. 1999, Manajemen Proyek. Jakarta: Erlangga
Shipbuilding Research Program: Integrated Hull Construction Oufitting and Painting
(IHOP). Washington: Todd Pacific Shipyard Corporation
Wahyuddin. 2011. Buku Ajar Teknologi Produksi Kapal. Makassar: Lembaga Kajian
Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
Yuli A, Rahmawati. 2007. Penerapan Analisis Jaringan Kerja Untuk Optimalisasi
Perencanaan Produksi Dengan Metode Jalur Kritis. . Skripsi Program Strata
Satu Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
34