Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.

2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

ANALISA KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DENGAN


ANALISA GAP ACCEPTANCE DAN MKJI 1997
Eko Putranto Kulo
Semuel Y. R. Rompis, James A. Timboeleng
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Email: kuloeko@gmail.com

ABSTRAK
Kinerja jaringan jalan harus memperhitungkan tundaan akibat adanya simpang,
baik itu simpang bersinyal maupun simpang tak bersinyal. Karena semakin banyak simpang
pada suatu jaringan jalan, maka akan semakin besar peluang tundaan yang terjadi.
Sebagai salah satu simpang yang berada di pusat kota Manado, Simpang Tak
Bersinyal Lengan Tiga Jln. Toar dan Jln. Garuda sangat sering terjadi kemacetan dan
antrian yang panjang. Berdasarkan pengamatan dilapangan adapun pengaruh peralihan
arus lalu lintas tepatnya Sistem Satu Arah pada jalan Sam Ratulangi, Manado, yang
berakibat menambah tundaan kendaraan yang melewati simpang tersebut. Kondisi tersebut
sering terjadi pada jam-jam sibuk di pagi, siang, dan sore hari. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji kinerja persimpangan apakah simpang ini masih mampu menyalurkan volume
kendaraan yang melewati simpang tersebut dengan menggunakan Metode Gap Acceptance
dan MKJI 1997.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data pergerakan arus lalu lintas selama
7 hari dengan kamera video selama 13 jam yang nantinya akan diolah dengan menggunakan
bantuan software computer untuk mendapatkan data primer berupa data gap dan volume.
Data sekunder berupa data pertumbuhan penduduk dikumpulkan dari instansi terkait.
Selanjutnya data volume, gap yang diterima dan gap yang ditolak pengemudi dari jalan
minor digunakan untuk mengevaluasi nilai-nilai kritis serta untuk menentukan nilai derajat
kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.
Berdasarkan hasil analisa Gap Acceptance dengan perhitungan distribusi headway
diperoleh persentase gap yang aman di jalan utama dengan persentase yang lumayan kecil
terjadi pada Sabtu dan Minggu. Ini menunjukan banyaknya gap yang aman dari arus utama
kurang dari jumlah volume arus minor belok kanan. Begitu juga dengan hasil perhitungan
absorbtion capacity menunjukan bahwa kapasitas penyerapan jalan utama dengan jumlah
yang lebih besar dari arus minor hanya terjadi pada hari Sabtu dan Minggu. Sedangkan
untuk analisa MKJI 1997 menunjukan nilai derajat kejenuhan sudah lebih besar dari 0,75,
yang mana nilai tersebut sudah lebih besar daripada nilai derajat kejenuhan yang
disarankan oleh MKJI 1997, yaitu DS ≤ 0,75. Dengan hasil ini disimpulkan bahwa sekarang
kondisi simpang jalan Toar dan jalan Garuda tergolong buruk. Direkomendasikan untuk
persimpangan ini perlu peningkatan pengaturan lalu lintas dengan memperhatikan sistem
pengendaliannya berupa lampu lalu lintas.
Kata Kunci : Gap Acceptance, Distribusi Headway, Kapasitas Penyerapan, MKJI 1997,
Derajat Kejenuhan

PENDAHULUAN Akibatnya masalah kemacetan, kecelakaan


serta antrian yang panjang sering terjadi
Latar belakang dibeberapa ruas jalan.
Dengan makin meningkatnya Salah satu masalah yang perlu
pertumbuhan lalu lintas di negara diperhatikan adalah persimpangan.
berkembang termasuk Indonesia Persimpangan jalan merupakan tempat
menimbulkan beberapa masalah lalu lintas bertemunya arus lalu lintas dari dua jalan
karena fasilitas yang diberikan belum dapat atau lebih. Kinerja jaringan jalan harus
mengimbangi pertumbuhan lalu lintas. memperhitungkan tundaan akibat adanya

51
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

simpang, baik itu simpang bersinyal Batasan Masalah


maupun simpang tak bersinyal. Karena Penelitian ini mengarah pada
semakin banyak simpang pada suatu perhitungan gap kritis (critical gap) dan
jaringan jalan, maka akan semakin besar MKJI 1997 pada persimpangan tanpa
peluang tundaan yang terjadi. Tundaan sinyal/lampu lalu lintas sebagai parameter
merupakan salah satu masalah yang sering utama kapasitas penyerapan dan distribusi
ditemui di Manado. Seiring dengan adanya headway untuk gap kritis serta Derajat
peralihan arus lalu lintas tepatnya Sistem Kejenuhan, Tundaan dan peluang antrian
Satu Arah pada jalan Sam Ratulangi, untuk dengan batasan penulisan sebagai
Manado , akhirnya memberi dampak pada berikut :
daerah sekitarnya. Terjadi peningkatan 1. Penelitian ini dilakukan di Simpang Tak
pengguna jaringan lalu lintas, sehingga Bersinyal Lengan Tiga Jln. Toar – Jln.
perlu di tunjang dengan pelayanan fasiltas- Garuda, Manado, Sulawesi Utara.
fasilitas lalu lintas yang memadai, terutama 2. Data Primer arus lalu lintas di ambil
pada persimpangan jalan yang berpotensi dari pengamatan di lapangan
menimbulan tundaan bila tidak ditangani menggunakan Camrecorder.
secara teknis. 3. Data Sekunder arus lalu lintas diperoleh
Daerah sekitar persimpangan dari instansi terkait.
lengan Jalan Toar dan Jalan Garuda 4. Metode yang digunakan dalam
termasuk kawasan bisnis, sehingga menganalisa kinerja ruas jalan adalah
memiliki lalu lintas yang kompleks. Tak MKJI 1997 dan Gap Acceptance.
lepas dari pengaruh Sistem Satu Arah pada 5. Kendaraan yang di analisis di batasi
jalan Sam Ratulangi, Jalan Garuda yang hanya untuk kendaraan ringan (LV)
dulunya termasuk jalan Satu Arah kini
menjadi jalan Dua Arah akibatnya kini Tujuan Penelitian
jalan tersebut kurang mampu menampung Penelitian ini bertujuan untuk :
arus lalu lintas yang lewat. Dan dengan 1. Mengevaluasi kinerja simpang tak
tidak adanya rambu lalu lintas pada bersinyal lengan tiga dengan metode
persimpangan tersebut makin memperparah Gap Acceptance dan MKJI 1997
kemacetan. Begitu pula dengan kurangnya 2. Melakukan analisis terhadap gap yang
pengetahuan pengemudi soal hak prioritas diterima dan yang ditolak untuk
pada persimpangan khususnya pada menentukan nilai gap kritis dengan
simpang lengan tiga, membuat para metode deterministik (metode Raff,
pengemudi dengan sembrono menyudahi metode Greenshields dan Acceptance
maneuver yang diperlukan ketika Curve)
memasuki simpang dan menyebabkan 3. Menghitung distribusi headway
penurunan kecepatan bagi pegendara lain simpang tak bersinyal lalu
yang akan memasuki simpang. membandingkannya dengan volume
terukur lalulintas yang didapat di
Rumusan Masalah lapangan
Berdasarkan latar belakang yang 4. Menghitung kapasitas penyerapan
dikemukakan sebelumnya, maka pokok simpang tak bersinyal lalu
permasalahan dalam kajian adalah : membandingkannya dengan volume
1. Bagaimana kinerja simpang dalam terukur lalulintas yang didapat di
memberikan layanan terhadap lalu lintas lapangan
yang ada? 5. Memberi solusi terhadap masalah
2. Berdasarkan evaluasi teori gap yang kinerja simpang yang sudah tidak layak
diterima (gap acceptance theory) dan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia Manfaat Penelitian
(MKJI 1997), solusi apa yang dapat di Manfaat dari penelitian ini adalah:
berikan untuk permasalahan pada 1. Untuk pemerintah dan masyarakat:
persimpangan Jln. Toar – Jln. Garuda? Sebagai salah satu bahan masukan
mengenai simpang tak bersinyal di

52
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

simpang Jalan Toar – Jalan Garuda, yang penting dalam pengendalian


kota Manado. lalulintas. (Manual Kapasitas Jalan
2. Untuk penulis: Indonesia, 1997)
Menambah pengalaman dan Masalah utama pada persimpangan adalah :
pengetahuan yang bermanfaat a. Volume dan kapasitas yang secara
tentang analisis simpang tak langsung mempengaruhi hambatan.
b. Desain geometrik dan kebebasan
bersinyal berdasarkan teori gap
pandang.
acceptance di simpang Jalan Toar – c. Parkir dan pembangunan yang sifatnya
Jalan Garuda, kota Manado. umum.
3. Untuk disiplin ilmu: d. Pejalan kaki.
Sebagai bahan pertimbangan untuk e. Jarak antara persimpangan
penelitian-penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan masalah Tipe persimpangan
gap dan persimpangan tak bersinyal. Di bawah ini adalah tabel tipe
simpang tak bersignal lengan tiga menurut
MKJI 1997
LANDASAN TEORI Tabel 1. Simpang Tiga Lengan
Pendekat jalan Pendekat
Utama Jalan Minor
Teori Persimpangan Kode Tipe
Jumlah Median Jumlah Lajur
Persimpangan merupakan bagian Lajur
yang tak terpisahkan dari jalan, hampir 322 1 T 1
dalam setiap kita berkendaran sepanjang 324 2 T 1
jalan pasti kita akan menemui yang 324M 2 Y 1
namanya persimpangan. Persimpangan 344 2 T 2
adalah simpul pada bagian jalan dimana 344M 2 Y 2
dua atau lebih ruas jalan (link) bertemu atau Tipe persimpangan pada kondisi
berpotongan yang mencakup fasilitas jalur eksisting adalah tipe 322, yaitu simpang
jalan (road way) dan tepi jalan (road side), tiga tanpa median dengan jumlah lajur tiap
dimana lalulintas dapat bergerak pendekat adalah satu.
didalamnya. Persimpangan ini merupakan
bagian yang terpenting dari jalan raya Jenis Pertemuan Gerakan Persimpangan
sebab sebagian besar akan tergantung dari Ada 4 jenis pergerakan lalulintas
efisiensi, kapasitas lalulintas, kecepatan, yang terjadi pada persimpangan, yaitu:
biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan 1. Memotong (Crossing)
dan kenyamanan akan tergantung pada 2. Menyilang (Weaving)
perencanaan persimpangan tersebut. Setiap 3. Mengumpul (Merging)
persimpangan mencakup pergerakkan 4. Memisah (Diverging)
lalulintas menerus dan lalulintas yang
saling memotong pada satu atau lebih dari Karakteristik Kendaraan
kaki persimpangan dan mencakup juga 1. Kendaraan adalah unsur dalam lalulintas
pergerakkan perputaran. (MKJI, 1997) di atas roda
Lalulintas pada masing-masing 2. Kendaraan Ringan atau Light Vehicle
kaki persimpangan menggunakan ruang (LV) adalah kendaraan bermotor dua as
jalan yang ada pada persimpangan secara beroda empat dengan jarak dua as 2,00
bersama-sama dengan lalulintas lainnya. m – 3,00 m termasuk mobil penumpang,
Persimpangan juga merupakan faktor yang oplet, minubus, pick up, dan truk kecil
penting dalam menentukan kapasitas dan sesuai sistem klasifikasi.
waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, 3. Kendaraan berat atau Heavy Vehicle
khususnya di daerah-daerah perkotaan yang (HV) adalah kendaraan bermotor
memiliki tingkat kepadatan lalulintas yang dengan jarak as lebih dari 3,50 m dan
tinggi. Persimpangan merupakan aspek biasanya beroda lebih dari empat
termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan

53
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi C = Kapasitas (smp/jam)


Bina Marga.
4. Sepeda Motor atau Motorcycle (MC) Tundaan
adalah kendaraan bermotor beroda 2 Tundaan pada simpang dapat
atau 3 termasuk sepeda motor dan terjadi karena dua sebab :
kendaraan roda tiga sesuai dengan 1. Tundaan lalulintas (DT) akibat interaksi
klasifikasi Bina Marga. lalulintas dengan gerakan yang lain
5. Kendaraan tak bermotor atau dalam simpang.
Unmotorized (UM) adalah kendaraan 2. Tundaan geometrik (DG) akibat
beroda yang menggunakan tenaga perlambatan dan percepatan kendaraan
manusia atau hewan termasuk sepeda, yang terganggu dan tak-terganggu.
becak, kereta kuda dan kereta dorong. Tundaan geometrik (DG) dihitung
dengan rumus :
Teori Persimpangan Tak Bersignal Untuk DS < 1,0 :
menurut MKJI 1997 DG = (1-DS) × (PT×6 + (1-PT ) ×3) +
Metode dan prosedur yang DS×4 (det/smp).
diuraikan dalam MKJI 1997 mempunyai Untuk DS ≥ 1,0: DG = 4.
dasar empiris. Alasannya adalah bahwa
perilaku lalulintas pada simpang tak Peluang Antrian
bersignal dalam hal aturan memberi jalan Peluang antrian ditentukan dari
disiplin lajur dan aturan antri sangat sulit kurva peluang antrian/derajat kejenuhan
digambarkan dalam suatu model perilaku, secara empiris. Manual kapasitas jalan ini
perilaku pengemudi yang berbeda dengan dapat digunakan untuk berbagai penerapan
kebanyakan Negara barat, menjadikan seperti perencanaan, perancangan dan
penggunaan metode manual kapasitas analisa operasional. Tujuan perencanaan
Negara barat ini tidak dapat diterapkan. adalah untuk mendapatkan denah dan
Hasil yang paling menentukan dari perilaku ukuran geometrik yang memenuhi sasaran
lalulintas adalah rata-rata hampir dua yang di tetapkan untuk kondisi lalulintas
pertiga dari seluruh kendaraan yang datang rencana tersebut.
dari jalan minor melintasi simpang dengan Perancangan berbeda dari
perilaku tidak menunggu celah dan celah perencanaan hanya pada skala waktu. Pada
kritis yang kendaraan tidak memaksa lewat penerapan perencanaan, masukan data
adalah sangat rendah yaitu 2 detik. lalulintas biasanya berhubungan dengan
suatu jam puncak. Pada perancangan,
Kapasitas informasi data lalulintas biasanya dalam
Kapasitas total untuk seluruh lengan bentuk LHRT yang diramalkan, yang
simpang adalah hasil perkalian antara kemudian harus dikonversikan ke dalam
kapasitas dasar (Co) yaitu kapasitas pada jam puncak rencana, biasanya dengan
kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor menggunakan suatu faktor persentase
penyesuaian (F), dengan memperhitungkan normal.
pengaruh kondisi lapangan terhadap
kapasitas. Ringkasan Prosedur Perhitungan
Bentuk model kapasitas menjadi sebagai Langkah-langkah perhitungan kinerja
berikut: persimpangan / perilaku lalulintas di
C=Co×FW ×FM×FCS × FRSU × FLT × persimpangan dalam bagan alir berikut :
FRT × FMI

Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan untuk seluruh
simpang, (DS), dihitung sebagai berikut:
DS = Qsmp / C
dimana:
Qsmp = Arus total (smp/jam)

54
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

Gap Kritis dan Follow-Up Time


Highway Capacity Manual (HCM
2000) mendefinisikan gap kritis sebagai
headway minimum arus di jalan utama
dimana kendaraan jalan minor dapat
melakukan manuver melewati
persimpangan. Gap kritis diperkirakan
dengan mengukur gap yang diterima dan
gap yang ditolak kendaraaan di jalan utama
oleh kendaraan dari jalan minor kendaraan
yang ingin menyeberang atau masuk ke
jalan utama.
Kyte, M (Gattis dan Low 1998)
mendefinisikan follow-up time (tf) adalah
headway minimum antara kendaraan
pertama dan kendaraan kedua yang masuk
ke arus utama yang sama ketika terjadi
antrian pada pendekat arus minor. Untuk
memperkirakan nilai follow-up time
Gambar 2. Bagan Alir Simpang Tak dijelaskan hubungan antara tc dan tf seperti
Bersignal pada persamaan berikut
tf = 0,6 tc
Lag, Gap dan Headway
Salter (1998) mendefinisikan ‘lag’ Model Deterministik
sebagai bagian suatu ‘gap’ tersisa ketika Model deterministik telah menjadi
seorang pengemudi tiba di persimpangan pendekatan konvensional studi gap
jalan utama dan jalan minor. acceptance. Beberapa gap kritis telah
Hewitt (Gattis dan Low 1998) digunakan, seperti median, mean, atau
mendefinisikan gap sebagai selang waktu ukuran gap tertentu di mana persentase
anatara dua kendaraan di jalan utama yang penolakan dan penerimaan adalah sama.
dipertimbangkan pengemudi sewaktu Contoh umum termasuk Greenshields, Raff
memasuki persimpangan prioritas dari jalan dan Acceptance Curve.
minor.
Highway Capacity Manual (HCM Metode Greenshields
2000) mendefinisikan gap sebagai interval Metode Greenshields
waktu antara dua kendaraan yang berurutan menggunakan histogram yang
pada arus jalan utama yang dievaluasi oleh mempresentasikan total jumlah gap yang
pengemudi kendaraan di arus jalan minor diterima dan ditolak pada setiap interval
untuk melakukan manuver crossing atau gap. Sumbu vertikal histogram
merging. Sedangkan headway didefinisikan menggambarkan jumlah gap yang diterima
sebagai waktu antara dua kendaraan yang (positif) atau gap yang ditolak (negatif)
melewati sebuah titik diukur dari bumper pada setiap interval gap, sedangkan sumbu
depan ke bumper depan kendaraan lain horizontal menggambarkan interval ukuran
yang ada di belakangnya. Untuk lebih gap. Nilai gap kritis diidentifikasi sebagai
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 rata-rata gap yang mempunyai jumlah yang
sama antara gap yang diterima dan gap
Distance
yang ditolak. Gambar 4 menunjukan
(m) histogram dengan menggunakan metode
Greenshields.

Metode Raff
Gambar 3 Gap dan Headway kendaraan Raff dan Hart (1950) mende-
finisikan gap kritis sebagai ukuran gap

55
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

dimana jumlah gap yang diterima lebih


kecil dari yang diberikan dan sama dengan
jumlah gap yang ditolak lebih besar dari
yang diberikan adalah nilai rata-rata
pengamatan gap yang diterima dan yang
ditolak. Definisi ini membentuk
perpotongan dua kurva kumulatif pada
jumlah pada gap yang diterima dan gap
yang ditolak. Kurva gap ditolak diperoleh Gambar 5 Penentuan gap kritis metode
dengan menggunakan total gap di tolak Raff
dengan ukuran gap ditolak lebih besar dari
batas bawah kelas ukuran gap yang telah
ditentukan. Kurva gap diterima diperoleh
dari kurva kumulatif yang menggambarkan
total jumlah gap diterima lebih kecil dari
batas kelas bawah ukuran gap yang telah
ditentukan (lihat gambar 5).

Metode Acceptance Curve Gambar 6 Penentuan gap kritis metode


Secara teoritis dan empiris Acceptance Curve
disyaratkan bahwa bila variabel tidak bebas
(dependent variable) merupakan variabel METODOLOGI PENELITIAN
binary, bentuk fungsi respon akan menjadi
garis lengkung. Artinya bahwa fungsi
Disain penelitian disajikan dalam
respon variabel binary membentuk “S”,
betuk flow chart (diagram alir) ditunjukan
dengan y = 0 dan y = 1 sebagai asimtot.
pada gambar 7
Variabel terikat dari kurva respon ini
merupakan probabilitas kumulatif sebuah
gap yang diterima pada interval tertentu
(gambar 6). Nilai x sama dengan 0,5
probabilitas dapat digunakan sebagai gap
kritis (gambar 6). Maze (Gattis dan Low,
1998) menjelaskan perhitungan probabilitas
sebagai berikut.
di
Pi  ,0  P  1 ... 2.2
N
Dimana :
Pi : kumulatif probabilitas gap yang
diterima
di : jumlah gap yang diterima
N : jumlah total data/sampel
Gambar 7 Flow chart metode penelitian

Survey Pendahuluan
Setelah melakukan pengamatan
pendahuluan pada simpang Jln. Toar dan
Jln. Garuda, terlihat bahwa sering terjadi
masalah lalu lintas berupa tundaan pada
pendekat Garuda terutama saat jam sibuk.

Gambar 4 Penentuan gap kritis metode Studi Literatur


Greenshields Adapun literatur yang mendukung
dalam penulisan skripsi ini, antara lain

56
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

studi Gap Acceptance sebelumnya, teori- - Hand Counter


teori tentang jalan dan sistem transportasi - Tripod
perkotaan, penanggulangan masalah - Rol meter tangan
transportasi, kajian-kajian mengenai - Komputer Mobile
transportasi serta sumber- sumber yang - Alat tulis
bersifat ilmiah lainnya (jurnal, majalah,
makalah, seminar, penelitian dan lainlain) Data Geomertik Simpang
yang masih bersinggungan dengan pokok Melalui pengukuran secara
penelitian ini. langsung data geometrik yang diperlukan
untuk perhitungan kinerja lalu lintas
Deskripsi Lokasi (kapasitas Jalan) dalam penelitian ini :
Penelitian ini dilakukan pada - Lebar Jalan (m)
simpang lengan tiga jalan Toar dan jalan • Pendekat Garuda : 6,4 m
Garuda. Karena terletak ditengah kota, • Pendekat Sam Ratulangi : 10 m
simpang ini memiliki arus lalu lintas yang • Pendekat Toar : 10 m
kompleks. Terlihat dari volume kendaraan - Tipe Simpang
yang tinggi pada arus jalan minor dan jalan • Simpang tersebut tergolong Tipe
mayor. Sehingga memungkinkan 322 (3 lengan, 2 lajur di jalan
tersedianya gap yang cukup saat Mayor, 2 lakur di jalan Minor
pengambilan data.
Data Volume Lalu Lintas
Data volume kendaraan yang di
ambil adalah kendaraan yang melewati pos
pengamatan yang di bedakan dalam
beberapa jenis kendaraan yaitu;
1. Kendaraan ringan (light vehicle) Terdiri
dari kendaraan bermotor beroda 4
termasuk mobil penumpang, oplet,
mokrobus, pick up, mikro truck.
2. Kendaraan berat (heavy vehicle) Terdiri
dari kendaraan bermotor yang
Gambar 8 Foto Image Persimpangan Jalan
mempunyai lebih dari 4 roda termasuk
Toar dan Jalan Garuda
bus truk 2 gandar dan kombinasi truk
Peralatan Penelitian lainya.
Pengumpulan data di bagi menjadi 3. Sepeda motor (motor cycle) Terdiri dari
2 yaitu; Pengumpulan data Gap dan kendaraan bermotor beroda 2 atau 3
Pengumpulan data Volume. Pengumpulan termasuk sepeda motor dan kendaraan
data Gap diperloeh dengan menggunakan roda 3 lainnya.
Kamera Xiaomi 4K Action Camera (4K
video recording & 12MEGA pixel photo) Data Sekunder
dengan memory External 32gb durasi 6 Data sekunder adalah data yang di
jam (240 menit). Sedangkan untuk dapat dari instansi terkait. Data jumlah
pengumpulan data volume digunakan penduduk merupakan data sekunder karena
Video Recorder Handphone Xiaomi Mi4i diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS)
memory internal 16gb durasi 3 jam (180 kota Manado, data jumlah penduduk ini
menit) digunakan untuk menentukan ukuran kota
Untuk pemutaran ulang dilakukan pada sesuai dengan MKJI 1997.
computer mobile dengan bantuan software
media player classic “MPC-HC x64”. Pengolahan Volume Kendaraan
Peralatan lain yang digunakan dalam Volume adalah jumlah kendaraan
penelitian ini adalah : yang melewati simpang selama interval
- Stopwach

57
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

waktu tertentu (jam, hari, tahun), biasanya Dalam penelitian ini, gap kritis
dalam interval 15 menit. yang dihitung hanya dibatasi untuk
Klasifikasi kendaraan dalam kendaraan ringan dari arah jalan minor
penelitian ini adalah : yang nantinya akan bergabung dengan arus
1. Kendaraan ringan (light vehicle): Sedan, kendaraan di jalan utama baik kendaraan
carry van, mikrolet, Mini Bus, Pick Up, tersebut akan berbelok ke kanan maupun
Truk sedang (2-As) berbelok ke kiri. Dikarenakan jumlah
2. Kendaraan berat (heavy vehicle): Truk kendaraan berat (HV) sedikit dan pola
3-as, bus sedang, bus besar pergerakan sepeda motor (MC) yang tidak
3. Sepeda motor (motorcycle) teratur
Dengan demikian dalam konversi Gap yang diterima adalah selang
satuan mobil penumpang (smp) digunakan waktu kendaraan yang melakukan gerakan
hanya terhadap 3 jenis kendaraan tersebut. membelok ke kiri atau ke kanan untuk
bergabung ke arus jalan utama sedangkan
Perilaku Pengemudi gap yang ditolak adalah selang waktu saat
Berdasarkan pengamatan di lokasi, kendaraan yang tidak melakukan gerakan
perilaku kendaraan arus minor membelok ke kiri atau ke kanan ataupun ke
dikelompokan menjadi : kiri namun terus menunggu hingga tersedia
1. Mendapat gap alami (natural gap) gap yang dianggap aman untuk bergabung
2. Memaksa mendapat gap (forced gap) ke arus jalan utama.
3. Mengikuti kendaraan yang
mendapatkan gap Analisis Data untuk Simpang Tak
4. Tidak memerlukan gap Bersinyal dengan Metode Gap
5. Bergerak bebas Acceptance
Data gap yang telah dicatat
Pengolahan Gap Acceptance kemudian dipisahkan antara gap yang
Langkah pertama adalah ditolak dan gap yang diterima oleh
mengidentifikasi kendaraan yang mendapat pengemudi. Sesudah itu data lalu dianalisa
natural gap dan force gap, melakukan pause menggunakan model deterministik (metode
pada media player dan mencatat gap dua Raff, metode Greenshields, dan metode
kendaraan arus utama yang dimanfaatkan Acceptance Curve). Metode ini dipilih
kendaraan arus minor, langkah ini berdasarkan pertimbangan hasil kajian
dilakukan secara terus menerus. Pencatatan yang telah pernah dilakukan yang
waktu gap dengan memanfaatkan durasi menyimpulkan bahwa ketiga metode ini
waktu yang tertera pada media player sangat sesuai dipakai untuk menentukan
dengan operasi pengurangan antara gap kritis persimpangan tanpa sinyal/lampu
kendaraan akhir terjadinya gap dan lalulintas. Ketiga metode ini menghasilkan
kendaraan awal terjadinya gap. Selisihnya nilai gap kritis yang berbeda yang akan di
merupakan gap alami. pilih metode yang akan digunakan dalam
menentukan absorption capacity dan
Sisi Jauh dan Sisi Dekat distribusi headway pada simpang tak
Dalam penelitian ini, istilah sisi bersinyal
jauh dan sisi dekat digunakan untuk
menerangkan aliran arus lalulintas Traffic Absorption
kendaraan pada jalan utama. Sisi jauh yang Persimpangan tak bersinyal dan
dimaksud adalah aliran arus lalulintas pada jalan masuk pada jalan raya dengan
jalan utama yang paling jauh dengan lalulintas cepat adalah keadaan dimana
kendaraan di jalan minor. Sisi dekat adalah lalulintas lain menggunakan sebagian
aliran arus lalulintas pada jalan utama yang kapasitas yang tidak terpakai dari arus lalu
paling dekat dengan kendaraan di jalan lintas utama. Jumlah kendaraan yang dapat
minor. melintasi ataupun bergabung dengan arus
lalulintas, dengan aliran qp, diperoleh
Pengukuran Gap dengan mengasumsikan bahwa gap dalam

58
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

aliran cukup memadai untuk diterima untuk kondisi arus lalulintas yang
memungkinkan kendaraan untuk masuk padat.
(tn).
Kapasitas penyerapan dalam satuan Analisis Data untuk Simpang Tak
kendaraan/waktu untuk kendaraan yang Bersinyal dengan MKJI 1997
melintasi arus lalu lintas utama dengan Data Primer dan data Sekunder
aliran qp. Secara khusus, dapat digunakan yang diperoleh merupakan variable yang
untuk persimpangan tak bersinyal serta nantinya digunakan dalam perhitungan
bundaran. Namun, dalam praktek umum Simpang Tak Bersinyal dengan
diasumsikan bahwa kapasitas penyerapan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
(absorption capacity) adalah sekitar 80% Indonesia (MKJI) 1997 untuk mengetahui
dari nilai yang diprediksikan. Saat arus dari kinerja simpang apakah masih layak atau
jalan minor adalah signifikan di bawah qN, tidak.
maka tundaan rata-rata setiap arus jalan
minor dihitung sebagai jumlah penundaan, HASIL ANALISIS DATA
ini dikarenakan:
1. pertemuan gap pertama berada di bawah Pelaksanaan Survey
gap kritis Penelitian ini dilakukan di simpang
2. pertemuan gap-gap selanjutnya berada lengan tiga jalan Toar dan Jalan Garuda,
di bawahgap kritis dimulai dengan pengambilan data primer
3. menunggu kendaraan sebelumnya untuk berupa data geometrik simpang, volume
dilanjutkan dan data gap kendaraan. Adapun
4. Kedatangan terlambat untuk pengambilan data dilakukan dalam periode
menggunakan gap kritis yang ada waktu 7 (tujuh) hari, mulai dari hari Kamis,
3 November 2016 sampai dengan Rabu, 9
Distribusi Headway yang digunakan November 2016 selama 13 jam (06.00 s/d
dalam perhitungan Gap Acceptance 19.00) dengan melibatkan tenaga surveyor
Distribusi gap antar kendaraan sebanyak 3 orang.
pada arus yang berbeda memiliki pengaruh Pengumpulan data diperoleh dari
besar pada kinerja simpang tanpa sinyal. hasil pengambilan dilapangan dengan
Namun demikian yang perlu menggunakan Camrecorder. Hasil
dipertimbangkan adalah distribusi gap pengumpulan data berupa data video
terbesar sebagai gap yang diterima. Gap tersebut kemudian diolah untuk
kecil yang ditolak berpengaruh kecil dalam mendapatkan data volume dan gap
pemodelan secara detail. kendaraan dengan menggunakan Hand
Model umum menggunakan pola Counter dan seperangkat peralatan
kedatangan kendaraan secara acak, computer, yang akan di catat pada format
sehingga antar kedatangan kendaraan survey perhitungan volume lalu lintas dan
mengikuti distribusi eksponensial. format survey gap kendaraan. Data-data
Distribusi yang umum ditemukan adalah tersebut nantinya akan digunakan dalam
distribusi eksponensial negatif yang biasa analisa Gap Acceptance dan MKJI 1997.
disebut sebagai “distribusi eksponensial”.
Distribusi ini didasarkan pada asumsi GAP ACCEPTANCE
bahwa kedatangan kendaraan yang acak
tanpa adanya ketergantungan waktu dengan Volume Lalu Lintas
dengan kedatangan kendaraan sebelumnya. Dalam Kajian gap acceptance,
Asumsi dasar yang dibuat di dalam kondisi Kapasitas penyerapan (absorption
analisis adalah bahwa kedatangan capacity) yang paling ideal adalah saat
kendaraan pada jalan utama digambarkan volume lalu lintas pada simpang mencapai
dengan distribusi Poisson. Asumsi ini dapat puncak.
diterima untuk arus lalulintas bersifat Pada survey gap acceptance ini
rendah dan sedang, tetapi tidak dapat data kendaraan dikelompokan berdasarkan
jenis kendaraan dominan yang terdapat

59
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

pada lokasi penelitian, yaitu : kendaraan penerimaan dan penolakan, sedangkan


ringan (light vehicle), sepeda motor sumbu-X sebagai ukuran gap (s).
(motorcycle) dan kendaraan berat (heavy Hasil dari perpotongan kurva gap
vehicle). Volume kendaraan dihitung pada diterima dan gap ditolak merupakan nilai
2 jam sibuk masing-masing untuk pagi, gap kritis. Hasil penelitian dengan
siang dan sore, yang dibagi tiap 15 menit. menggunakan metode ini digolongkan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan hari dapat dilihat pada tabel 4
diperoleh hasil volume maksimum menurut Tabel 4. Gap kritis berdasarkan metode
hari pada jam sibuk tiap 15 menit dapat Raff
GAP KRITIS (s)
dilihat pada table 3 berikut : HARI
LEFT TURN RIGHT TURN
Tabel 3 Volume lalulintas jam sibuk SENIN 2.3 2.7
SELASA 2.1 2.5
RABU 2.2 2.4
KAMIS 2.7 3.2
JUMAT 2.2 2.7
SABTU 2.6 2.3
MINGGU 2.4 2.1
Sumber : Hasil Penelitian
Sumber : Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan tabel 3
Hasil gap kritis yang diperoleh
memperlihatkan, jam puncak maksimum
dengan metode ini menunjukkan besar gap
untuk hari senin sampai dengan kamis
kritis untuk kendaraan yang bebelok ke kiri
terjadi pada pagi hari sedangkan jam
berkisar dari 2.1 detik sampai 2.7 detik
puncak maksimum hari jumat s/d hari
sedangkan untuk kendaraan berbelok kanan
minggu terjadi pada sore hari.
berkisar 2.3 sampai 3.2 detik
Gap Kritis
Metode Greenshield
Nilai gap kritis yang dapat si
Metode Greenshields
pertimbangkan sebagai salah satu
menggunakan sebuah histogram dengan
parameter dalam kapasitas penyerapan
kisaran gap sebagai sumbu-X dimana nilai
(absorption capacity) sebaiknya
positif menunjukkan gap yang diterima dan
menggunakan lebih dari satu analisis
pada sumbu Y menunjukkan gap yang
karena nilai gap kritis yang nantinya
ditolak berada pada nilai negatif.
didapatkan akan berbeda-beda sesuai
Histogram memungkinkan untuk
dengan metode yang akan digunakan.
menunjukkan kisaran gap kritis dengan
Metode-metode yang digunakan yaitu :
jumlah yang sama atau nilai yang paling
metode Raff, metode Greenshields, dan
dekat antara gap yang diterima dan gap
metode Acceptance Curve. Ketiga metode
yang ditolak. Jumlah gap yang diterima dan
ini dirinci menurut periode hari senin,
gap yang ditolak diintervalkan dalam
selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan
rentang 1 detik. Tabel 5 menunjukan nilai
minggu.
gap kritis dari metode Greenshields.
Tabel 5 Gap kritis berdasarkan metode
Metode Raff
Greenshields
Data yang digunakan pada metode GAP KRITIS (s)
HARI
ini adalah data gap diterima dan gap LEFT TURN RIGHT TURN
SENIN 2.5 2.5
ditolak. Dengan metode ini data gap SELASA 2.5 2.5
diterima diakumulasikan mulai dari nilai RABU 3.5 2.5
gap terkecil sampai yang terbesar. KAMIS 3.5 2.5
JUMAT 3.5 2.5
Sedangkan untuk gap ditolak SABTU 2.5 2.5
diakumulasikan dari nilai gap terbesar MINGGU 2.5 2.5

sampai nilai gap terkecil. Sumber : Hasil Penelitian


Dengan begitu kurva penerimaan Hasil gap kritis yang didapatkan
bisa dilihat sebagai kurva kumulatif dengan dengan metode Greenshields menunjukan
kurva penolakan sebagai kurva terbalik- besar gap kritis untuk kendaraan yang
kumulatif. Semua titik data yang diplot bebelok ke kiri berkisar 2,5 detik sampai
dengan sumbu-Y sebagai jumlah

60
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

3.5 dan untuk kendaraan berbelok kanan time dihasilkan dari persamaan tf = 0,6 tc.
adalah 2.5 detik Kapasitas penyerapan dihitung hanya untuk
kendaraan dari jalan minor yang berbelok
Metode Acceptance Curve ke kanan, sehingga follow-up time yang di
Metode acceptance curve hitung merupakan follow-up time untuk
mengidentifikasi ukuran gap dengan kendaraan yang berbelok ke kanan. Follow-
probabilitas 0.5 (kemungkinan 50%) dari up time dihitung berdasarkan gap kritis
gap yang diterima oleh pengemudi arus yang diperoleh dari metode Acceptance
minor dengan membagi jumlah gap yang Curve. Tabel 7 menunjukan hasil follow-up
diterima per interval waktu dengan jumlah time dari gap kritis yang didapat dari
total gap yang diterima. Tabel 6 metode Acceptance Curve.
menunjukan nilai gap kritis dari metode Tabel 7 Follow-up Time
GAP KRITIS (s)
acceptance curve. HARI
LEFT TURN RIGHT TURN
Tabel 6 Gap kritis metode Acceptance SENIN 2.16 2.61
Curve SELASA 2.46 2.67
GAP KRITIS (s) RABU 2.46 2.55
HARI KAMIS 3.42 2.37
LEFT TURN RIGHT TURN
SENIN 3.6 4.4 JUMAT 2.94 2.49
SELASA 4.1 4.5 SABTU 4.56 2.49
RABU 4.1 4.3 MINGGU 3.39 2.4
KAMIS 5.7 4,0 Sumber : Hasil Penelitian
JUMAT 4.9 4.2
SABTU 7.6 4.2
MINGGU 5.7 4,0

Sumber : Hasil Penelitian Distribusy Headway


Hasil gap kritis yang didapatkan Dari hasil gap kritis yang didapatkan
dengan metode Acceptance Curve dengan metode Acceptance Curve, rumus
menunjukan besar gap kritis untuk perhitungan distribusi headway pada arus
kendaraan yang bebelok ke kiri berkisar utama :
dari 3,6 detik sampai 7.6 detik dan untuk 𝐹𝑟𝑒𝑘(ℎ ≥ 𝑡) = (𝑞𝑝 − 1). 𝑒 −𝜆.𝑡𝑐
kendaraan yang berbelok ke kanan.berkisar
4,0 detik sampai 4.5 detik Persentase frek h  t  > arus
Dari ketiga metode ini akan di minor :
pilih salah satu metode yang nantinya akan 0
digunakan dalam analisa kapasitas Senin = 24
. 100% = 0%
0
penyerapan (absorption capacity) dan Selasa = . 100% = 0%
24
distribusi headway adalah gap kritis dengan 0
metode Acceptance Curve. Metode yang Rabu = 24
. 100% = 0%
0
dipilih harus menghasilkan nilai gap kritis Kamis = 24
. 100% = 0%
yang besar karena di anggap lebih aman 0
Jumat = 24
. 100% = 0%
bagi pengemudi dari arus minor untuk
3
melintasi/bergabung ke arus utama. Metode Sabtu = 24
. 100% = 12.5%
Acceptance Curve adalah metode yang di 2
Minggu = 24
. 100% = 8,333%
pilih karena nilai gap kritis yang dihasilkan
lebih besar dari 2 metode lainnya. Dan juga Dari hasil perhitungan distribusi
nilai yang didapat dengan metode ini headway, terlihat bahwa 𝐹𝑟𝑒𝑘(ℎ ≥ 𝑡𝑐 )
dianggap lebih sesuai dengan nilai Gap dengan persentase yang lumayan kecil
Kritis Dasar yang disarankan oleh HCM terjadi pada hari minggu dan hari sabtu.
2000. Dari hasil analisis yang di dapat terlihat
Follow-Up Time bahwa semakin besar voume kendaraan di
Follow-up time (tf) adalah headway jalan utama, maka semakin kecil tingkat
minimum antara kendaraan pertama dan peluang headway yang lebih besar dari gap
kendaraan kedua yang masuk ke dalam kritis (h  tc) terjadi, begitu juga peluang
arus utama yang sama ketika terjadi antrian headway lebih kecil dari gap kritis (h < tc)
pada pendekat arus minor. Data follow-up semakin besar.

61
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

Kapasitas Penyerapan (Absorption MANUAL KAPASITAS JALAN


Capacity) INDONESIA 1997
Kapasitas peyerapan adalah besar
volume kendaraan arus dari jalan minor Data Volume Lalu Lintas
yang dapat diserap oleh arus dari jalan Pengambilan data volume lalulintas
utama. Parameter yang digunakan dalam diambil berdasarkan tiap-tiap jenis
menghitung kapasitas penyerapan adalah kendaraan yaitu LV, HV, MC dalam selang
volume konflik lalulintas jalan utama (qP), waktu 15 menit, di tiga pendekat:
gap kritis (tc) dan follow-up time (tc). a) Pendekat Sam Ratulangi
Kapasitas penyerapan yang dihitung adalah Pendekat Sam Ratulangi adalah semua
kapasitas penyerapan untuk kendaraan kendaraan yang dari arah Sam Ratulangi
yang berbelok ke kanan, karena memiliki ke Garuda dan ke arah Toar. Pada hari
konflik arus yang paling tinggi. Sesudah Kamis, jam puncak pendekat ini terjadi
didapat kapasitas penyerapan, hasilnya pada jam 17.00-1800 untuk MC,
kemudian dibandingkan dengan volume sedangkan jam 15.00-16.00 puncak
arus dari jalan minor yang terukur di untuk LV + HV. Ditampilkan dalam
lapangan. Jika kapasitas penyerapan lebih bentuk gambar di bawah ini :
besar dari volume terukur jalan minor yang
ada dilapangan (qN > qPminor) maka
persimpangan belum disarankan untuk
dapat menggunakan sinyal lalulintas.
Tetapi jika kapasitas penyerapan kurang
dari volume terukur jalan minor yang ada
dilapangan (qN < qPminor) maka
persimpangan sudah harus disarankan
untuk menggunakan sinyal/lampu
lalulintas.
Dalam praktek umum nilai Gambar 9 Volume Jam Perencanaan pada
kapasitas penyerapan hanya sebesar 80% Pendekat Sam Ratulangi Hari Kamis
Persentase qN > arus minor :
4
Senin = . 100% = 16,6667% b) Pendekat Garuda
24
0 Pendekat Garuda adalah semua
Selasa = 24
. 100% = 0%
1 kendaraan yang dari arah Garuda ke
Rabu = . 100% = 4,16% Sam Ratulangi dan ke arah Toar. Pada
24
1 hari Kamis, jam puncak pendekat ini
Kamis = 24
. 100% = 4,16%
0 terjadi pada jam 08.00- 09.00 untuk
Jumat = . 100% = 0% MC, sedangkan jam 11.00-12.00 adalah
24
8
Sabtu = 24
. 100% = 33,333% jam puncak untuk LV + HV.
23 Ditampilkan dalam bentuk gambar di
Minggu = 24
. 100% = 95,833% bawah ini :
Dari hasil analisis kapasitas
penyerapan (absorption capacity)
didapatkan bahwa kapasitas penyerapan
jalan utama dengan jumlahnya lebih besar
dari arus dari jalan minor (qN > qPminor)
terjadi pada hari sabtu dan minggu. Pada
hari lainnya, besar kapasitas penyerapan
(absorption capacity) kurang dari volume
terukur dari jalan minor (qN < qPminor)
banyak terjadi.
Gambar 10 Volume Jam Perencanaan pada
Pendekat Garuda Hari Kamis

62
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

c) Pendekat Toar
Pendekat Toar adalah semua kendaraan
yang dari arah Toar ke Sam Ratulangi
dan ke arah Garuda. Pada hari Kamis,
jam puncak pendekat ini terjadi pada
jam 08.00- 09.00 untuk MC, sedangkan
jam 07.00-08.00 adalah jam puncak
untuk LV + HV. Ditampilkan dalam
bentuk gambar di bawah ini :
Gambar 14 Rata-rata Kendaraan Per Jam
pada Pendekat Toar

Perhitungan Kinerja Persimpangan


Perhitungan Kinerja Persimpangan
ditampilkan dalam Tabe Sesuai MKJI 1997
Simpang Tak Bersinyal (Formulir USIG-I
dan USIG-II). Dengan penjelasan sebagai
Gambar 11 Volume Jam Perencanaan pada berikut :
Pendekat Toar Hari Kamis
Formulir USIG-I
Kemudian dibuat rata-rata dalam satu Geometrik, dan Arus Lalulintas. Tiap
minggu untuk tiap-tiap pendekat yang jenis kendaraan LV,HV,MC yang masih
ditampilkan dalam bentuk gambar di bawah dalam satuan kendaraan per jam, kemudian
ini : dikonversikan ke dalam smp/jam
dilakukan dengan mengalikan emp yang
tercatat pada formulir (LV=1,0 ; HV = 1,3 ;
MC = 0,5).
Perhitungan Rasio belok, yaitu belok
kiri dan Belok Kanan sesuai masing-
masing pendekat. Perhitungan Rasio Jl.
Minor / total Jl. Utama dan Minor juga
diikut sertakan. Perhitungan rasio UM/MV
tidak dihitung karena tidak ada kendaraan
tak bermotor (UM) yang melalui
Gambar 12 Rata-rata Kendaraan Per Jam persimpangan ini.
pada Pendekat Sam Ratulangi
Formulir USIG-II
Lebar pendekat digunakan sesuai
yang diukur di lapangan, yaitu Jln. Mayor
10 m dan Jln. Minor 6.4 m. Karena
persimpangan memliki 3 lengan dan 2 ljur
di jalan mayor dan minor, maka kode
simpang yang digunakan adalah 322
dengan menggunakan kode simpang 322
maka Kapasitas Dasar (𝐶𝑜 ) yang di
gunakan adalah 2700 smp/jam.
Gambar 13 Rata-rata Kendaraan Per Jam Kemudian dibuat rekapitulasi
pada Pendekat Garuda Derajat Kejenuhan, Tundaan dan Peluang
Antrian dari jam 07.00 – 19.00 disajikan
dalam bentuk Gambar di bawah ini :

63
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

Derajat Kejenuhan pada persimpangan


tanpa lampu lalulintas.
a. Dengan Analisa Gap Acceptance
menunjukkan bahwa :
1. Berdasarkan pendekatan
deterministik, nilai gap kritis dari
metode Acceptance Curve dipilih
yang untuk selanjutnya digunakan
dalam perhitungan kapasitas
Gambar 15 Derajat Kejenuhan dan penyerapan (absorption capacity)
Tundaan di Persimpangan Jln Toar-Jln dan distribusi headway. Metode ini
Garuda dipilih karena menghasilkan nilai
gap kritis yang lebih besar dari
kedua metode yang lain. Dan nilai
gap kritis yang dihasilkan dianggap
lebih sesuai dengan nilai yang
disarankan oleh HCM (2000)
2. Hasil perhitungan distribusi
headway menunjukan persentase
frek h  t  dengan presentase
yang lumayan kecil terjadi pada hari
Gambar 16 Peluang Antrian di minggu dan sabtu. Dari analisis
Persimpangan Jalan Toar – Jalan Garuda terlihat pula bahwa semakin besar
volume kendaraan di jalan utama
Gambar DS dan Tundaan diatas maka semakin kecil tingkat peluang
adalah rekapitulasi perhitungan kinerja headway yang lebih besar dari gap
persimpangan dari jam 06.00 sampai kritis (h  tc) terjadi dan semakin
dengan 19.00 pada kondisi eksisting, yang besar tingkat peluang headway lebih
menunjukkan derajat kejenuhan (DS) sudah kecil dari gap kritis (h < tc) terjadi.
diatas 0,75 selama 13 jam, yang artinya Dengan kata lain, pada penelitian
pada jam tersebut sudah terjadi gangguan ini jumlah gap yang aman dari arus
lalu lintas. utama kurang dari jumlah volume
Kemudian gambar peluang antrian arus minor belok kanan.
menunjukan, di sekitar jam 06.00 sampai 3. Hasil perhitungan kapasitas
dengan jam 19.00 pada kondisi eksisting, penyerapan (absorption capacity)
yang menunjukkan pada 07.00 sampai menunjukan bahwa kapasitas
dengan pukul 19.00 berpeluang terjadinya penyerapan jalan utama dengan
antrian karena nilai peluang antrian sudah jumlahnya lebih besar dari arus dari
lebih besar dari 50%. jalan minor (qN > qPminor) hanya
Melihat dari Gambar 4.10 diatas, terjadi pada hari sabtu dan minggu
kinerja persimpangan yang digambarkan b. Dengan Analisa Metode Manual
oleh Derajat Kejenuhan sudah lebih besar Kapasitas Jalan Indonesia 1997
dari 0,75 (MKJI 1997) Nilai derajat menunjukkan bahwa;
kejenuhan yang didapat masih belum 1. Pada variasi volume lalulintas tiap
memenuhi nilai yang disarankan oleh MKJI jam selama penelitian (rata-rata
1997 yaitu DS ≤ 0,75. selama 7 hari), menunjukkan bahwa
derajat kejenuhan mempunyai nilai
PENUTUP lebih besar dari 0,75. Nilai derajat
Kesimpulan kejenuhan yang didapat masih
Dari hasil analisis, diperoleh suatu belum memenuhi nilai yang
gambaran tentang nilai gap kritis dan disarankan oleh MKJI 1997 yaitu
DS ≤ 0,75.

64
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

Dari hasil kedua metode di atas ➢ Pada persimpangan sudah dapat


disimpulkan bahwa pada simpang tak disarankan untuk menggunakan
bersinyal lengan tiga jln. Toar – jln. Garuda sinyal/lampu lalulintas. Untuk hari
sudah terjadi gangguan lalu lintas berupa minggu tidak terlalu di butuhkan.
tundaan akibat perpotongan kendaraan dari ➢ Jenis kendaraan yang dianalisis dalam
berbagai arus. Solusi yang dapat diberikan penelitian ini adalah kendaraan ringan
adalah perlu adanya pengaturan lalu lintas (light vehicle). Akan lebih baik bila
dengan memperhatikan sistem pada penelitian berikutnya jenis
pengendaliannya. kendaraan berat (heavy vehicle) dan
pejalan kaki (pedestrian) dapat
Saran dianalisis untuk menentukan nilai gap
Sehubungan dengan hasil kritisnya.
penelitian yang diperoleh serta untuk lebih
menyempurnakan penelitian ini,
disampaikan beberapa rekomendasi :

DAFTAR PUSTAKA

Bawangun, Vrisilya. 2015. ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL


UNTUK SIMPANG JALAN W.R. SUPRATMAN DAN JALAN B.W. LAPIAN DI
KOTA MANADO

Gattis and Low. 1998. Gap Acceptance at Non-Standard Stop-Controlled Intersections.


Highway Design and Operation Practices Related to Highway Safety. Wichita,
Kansas.

Jorge, Rivera Rodríguez. 2006. Gap Acceptance Studies and Critical Gap Times for Two-
Way Stop Controlled Intersections in the Mayagüez Area. Magister of Engineering
University of Puerto Rico . Puerto Rico

Kota Manado dalam Angka, 2016. . Badan Pusat Statistik Kota Manado.

Luttinen, Tapio. 2009. Capacity at Unsignalized Intersections. TL Consulting Engineers,


Ltd. Svinhufvudinkatu, Findland.

Maxwell, Lay. 2009. Handbook of Road Technology 4th Edition. Taylor & Francis.
Melbourne.

Pollatcheck, Polus and Livneh. 2002. A Decision Model for Gap Acceptance and
Capacity at Intersections. Tansportation Research, Part B (Methodological), Vol.
36B

Pasinggi, Yakin. 2011. ANALISA GAP ACCEPTANCE PADA PERSIMPANGAN TAK


BERSINYAL LENGAN TIGA

Raff, Morton. 1950. A Volume Warrant For Urban Stop Sign. The Eno Foundation For
Highway Traffic Control. Connecticut

Tampubolon, Libertinus. 2006. Pengembangan Model Kapasitas Persimpangan Tanpa


Lampu Lalulintas. Tesis Magister Teknik Sipil. Program Pasca Sarjana Univesitas
Indonesia. Jakarta

65
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.2 April 2017 (51-66) ISSN: 2337-6732

Wesara, Oktorino. 2016. ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO –


BITUNG – JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

________. 2016. Kota Manado dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Manado.

________. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jendral


Bina Marga. Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum.

66

Anda mungkin juga menyukai