ABSTRAK
Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang merupakan daerah terjadinya konflik lalu lintas.
Adanya konflik ini akan mengakibatkan gangguan pada pergerakan kendaraan, yang akhirnya
menimbulkan tundaan dan antrian kedaraan yang panjang. Keadaan ini umumnya dikenal dengan
kemacetan arus lalu lintas. Melihat adanya konflik yang terjadi di simpang tiga lengan Ringroad –
Maumbi, maka di rasa perlu untuk melakukan analisa. Dalam menganalisa kapsitas dan perilaku lalu
lintas di butuhkan data lapangan berupa : Kondisi geometrik meliputi lebar pendekat, kondisi arus
lalu lintas selama 3 hari dari senin 18 November 2013, Rabu 20 November 2013, dan Sabtu 23
November 2013, dengan waktu pengamatan 13 jam per hari dari jam 07.00 – 20.00 Wita, kondisi
lingkungan berupa kelas ukuran kota, tipe lingkungan jalan, dan kelas hambatan samping. Metode
yang di gunakan dalam menganalisa kapasitas dan perilaku lalu lintas pada simpang ini mengacu
pada metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 ( MKJI 1997 ).
Dari penelitian didapat arus pada jam puncak terjadi pada hari Rabu 20 November 2013 pada jam
17.00 – 18.00 Wita. Dengan volume total kendaraan 3394 kend/jam atau 2671,4 smp/jam. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa kapasitas simpang ( C ) sebesar 2728,775080 smp/jam, dengan
derajatkejenuhan ( DS ) sebesar 0,98 smp/jam yang artinya derajat kejenuhan yang terjadi > 0,75
dari yang disyratkan. Tundaan simpang ( D ) sebesar 18,1070 detik/smp, dan peluang antrian ( QP )
yang terjadi adalah 38% - 76%.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kapasitas pada simpang tiga lengan Ringroad – Maumbi,
sudah tak mampu untuk menampung arus lalu lintas atau dengan kata lain harus di adakan
perbaikan, pada waktu penelitian ini di lakukan. Kemacetan arus lalu lintas pada simpang tersebut di
sebabkan karena simpang tersebut sudah melebihi kapasitas dan tak berfungsinya arus pergeakan
memisah dan menyatu pada simpang. Solusi yang dapat di berikan adalah perlu di lakukan pelebaran
pada jalan utama dan arus pergerakan memisah dan menyatu di benahi agar dapat di maksimalkan
serta perlunya rambu-rambu jalan yang mengharuskan pengguna jalan memakai arus pergerakan
tersebut.
Kata Kunci : Simpang, Volume, Kapasitas, Derajat kejenuhan, Tundaan, Peluang antrian.
515
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
berasal dari arah Bitung, kendaraan dari arah di capai dalam pergerakan kendaraan, orang, dan
ringroad yang merupakan akses bebas hambatan, hewan di jalan.
mengingat banyak kendaraan yang menggunakan
jalur ini sebagai jalur cepat untuk akses ke Persimpangan Jalan
bandara dan kendaraan yang berasal dari daerah Simpang merupakan bagian yang tidak
Kairagi. Selain dari pada masalah di atas, terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah
Persimpangan ini merupakan persimpangan tak perkotaan biasanya banyak memiliki simpang,
sebidang namun dalam penelitian akan dihitung dimana pengemudi harus memutuskan untuk
sebagai persimpangan sebidang, Berdasarkan berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan
uraian singkat diatas penulis tertarik untuk untuk mencapai satu tujuan. Secara garis
mengangkat sebuah judul tugas akhir, yaitu: besarnya terdapat 2 (dua) jenis persimpangan,
“Analisis Kinerja Simpang Tanpa Sinyal” yaitu:
dengan tujuan agar dari hasil penelitian ini, 1. Persimpangan sebidang
diperoleh tingkat pelayanan dan juga kinerja Simpang sebidang (intersection at grade)
pada persimpangan yang menjadi studi kasus adalah simpang dimana dua jalan atau lebih
guna diperolehnya suatu keputusan yang tepat bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar
dalam perencanaan sebagai solusi kemacetan dari sebuah simpang dan membentuk bagian
daerah tersebut. darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/
lengan simpang atau pendekat
Tujuan Penelitian 2. Persimpangan tak sebidang
1. Menganalisa jumlah arus lalu lintas yang Persimpangan tak sebidang yaitu memisah-
lewat pada simpang yang merupakan daerah misahkan lalu lintas pada jalur yang berbeda
studi kasus, berdasarkan analisa terhadap sedemikian rupa, sehingga persimpangan jalur
kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan dari kendaraan-kendaraan hanya terjadi pada
antrian. tempat dimana kendaraan-kendaraan memisah
2. Untuk mengetahui tingkat pelayanan pada dari atau bergabung menjadi satu lajur gerak
simpang tiga ringroad-Maumbi yang menjadi yang sama (contoh jalan layang).
daerah studi kasus tersebut.
Konflik Lalu Lintas Simpang
Manfaat Penelitian Di dalam daerah simpang, lintasan kendaraan
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian akan berpotongan pada satu titik-titik konflik.
ini yaitu: Konflik ini akan menghambat pergerakan dan
a. Bagi penulis dan mahasiswa Fakultas Teknik juga merupakan lokasi potensial untuk terjadinya
khususnya Jurusan Teknik Sipil, yaitu dapat bersentuhan/tabrakan (kecelakaan).
dijadikan sebagai bahan pembelajaran
khususnya bidang transportasi, yang dalam Jenis Pertemuan Gerakan
hal ini kinerja pada daerah persimpangan Pada dasarnya ada empat jenis pertemuan
jalan berdasarkan MKJI 1997, sehingga gerakan lalu lintas adalah :
diperoleh sebuah solusi yang tepat dalam 1. Gerakan memotong (Crossing)
perencanaan simpang susun sebagai solusi 2. Gerakan memisah (Diverging)
mengatasi kemacetan. 3. Gerakan Menyatu (Merging /
b. Untuk masyarakat agar dapat meningkatkan Converging)
keamanan dan kenyamanan para pengguna 4. Gerakan Jalinan/Anyaman (Weaving)
jalan yang melalui persimpangan tersebut.
c. Bagi pemerintah yaitu sebagai masukan dan Titik Konflik Pada Simpang
bahan pertimbangan dalam hal perencanaan Di dalam daerah simpang lintasan
pembuatan simpang susun untuk mengatasi kendaraan akan berpotongan pada satu titik-titik
masalah kemacetan pada simpang ini konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan
dan juga merupakan lokasi potensial untuk
tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial titik-titik
Definisi Kinerja Lalu Lintas
Kinerja adalah sesuatu yang di capai atau konflik pada simpang tergantung dari :
sesuatu kemampuan kerja dan, lalu lintas adalah Jumlah kaki simpang
gerak kendaraan, orang, hewan di jalan. Jadi Jumlah lajur dari kaki simpang
kinerja lalu lintas adalah kemampuan kerja yang Jumlah pengaturan simpang
Jumlah arah pergerakan
516
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
517
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
518
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
519
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
pendekat jalan minor dan jalan utama sebagai Faktor penyesuaian lebar pendekat
berikut. Tentukan jumlah lajur berdasarkan Penyesuaian lebar pendekat (FW) diperoleh
lebar rata-rata pendekat jalan minor dan jalan dari gambar di bawah ini. Variabel masukan
utama dari tabel 3. dibawah ini. adalah lebar rata-rata semua pendekat W1 dan
tipe simpang. Batas nilai yang diberikan dalam
Tabel 3. Lebar rata-rata pendekat minor dan utama gambar adalah rentang dasar empiris dari
terhadap jumlah lajur
manual.
Tipe Simpang
Tipe simpang menentukan jumlah lengan
simpang dan lajur pada jalan utama dan jalan
minor pada simpang tersebut dengan kode tiga Gambar 4. Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat
angka. Jumlah lengan adalah jumlah lengan
dengan lalu lintas masuk atau keluar atau Faktor penyesuaian median jalan utama
keduanya. Pertimbangan teknik lalu lintas diperlukan
untuk menentukan faktor median. Median
Tabel 4. Tipe Simpang disebut lebar jika kendaraan ringan standar dapat
berlindung pada daerah median tanpa
menganggu arus berangkat pada jalan utama, hal
ini mungkin terjadi jika lebar median 3 meter
atau lebih. Pada beberapa keadaan, misalnya jika
pendekat jalan utama lebih lebar, hal ini mungkin
terjadi jika median lebih sempit. Variabel
masukan adalah tipe median jalan utama
Kapasitas Dasar
Nilai Co diambil dari tabel dibawah ini.
Variabel masukan adalah tipe persimpangan.
520
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
521
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
Tabel 9. Faktor penyesuaian arus jalan minor FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan
jalan, hambatan samping dan kendaraan
tak bermotor.
FLT = Faktor penyesuaian rasio belok kiri
FRT = Faktor penyesuaian rasio belok kanan
FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan
minor
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) merupakan rasio arus
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas
(smp/jam), dapat ditulis dengan persamaan
sebagai berikut:
DS = QTOT/C
Tundaan
a. Tundaan lalu lintas simpang ( DT1 )
Tundaan lalu lintas simpang adalah tundaan
lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan
bermotor yang masuk simpang. DT1
ditentukan dari kurva empiris antara DT1 dan
DS, lihat gambar berikut
Kapasitas
Kapasitas yang ada, C (smp/jam) dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini, dimana
faktor-faktor lain yang berbeda sudah dihitung
sebelumnya
C = Co x FW x FM x FCS x FRSU
x FLT x FRT x FMI
Keterangan:
C = Kapasitas aktual
(sesuai kondisi yang ada) Gambar 8. Tundaan lalu lintas simpang
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Co = Kapasitas Dasar
FW = Faktor penyesuaian lebar masuk b. Tundaan lalu lintas jalan utama
Tundaan lalu lintas jalan utama adalah
FM = Faktor penyesuaian median tundaan lalu lintas rata-rata semua kendaraan
jalan utama bermotor yang masuk persimpangan jalan
utama. DTMA dari kurva empiris antara DTMA
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota dan DS
522
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
523
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
524
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
525
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
Kondisi Lingkungan
3. Sabtu, 23 November 2013 a. Kelas Ukuran Kota
Dari pengamatan di lapangan, diperoleh Penduduk kota Manado menurut data hasil
waktu sibuk jam 15.00 -16.00 dengan jumlah Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS
arus sebagai berikut : 2005) oleh BPS Kota Manado berjumlah
Arah Kairagi – Maumbi = 7812 kendaraan, 422.350 jiwa dengan angka pertumbuhan
Arah Kairagi – Ringroad = 2857 kendaraan, 3,09% per tahun serta kepadatan
Arah Ringroad – Kairagi = 2990 kendaraan, penduduknya mencapai 2.686 jiwa/Km2.
Arah Ringroad – Maumbi = 5526 kendaraan, Distribusi kepadatan penduduk Kota Manado
Arah Maumbi – Kairagi = 6730 kendaraan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Arah Maumbi – Ringroad = 6008 kendaraan.
526
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kota Manado Pada kondisi di lapangan, tidak ada
Jumlah pendekat yang sering dijadikan tempat parkir.
Kepadatan
No Kecamatan Penduduk Penyebabnya adalah karena lokasi penelitian
(Jiwa/Km2)
(Jiwa) selalu menjadi perhatian aparat kepolisian lalu
1 Malalayang 57.082 3334,72 lintas setempat sehingga setiap harinya akan
2 Sario 26.937 15.370,61 selalu ada aparat kepolisian yang mengawasi
3 Wanea 59.636 7594,52
simpang tersebut.
4 Wenang 40.223 11.051,79
5 Tikala 69.028 4565,95 Maka:
6 Mapanget 47.336 813,72 Lebar Pendekat Utama
7 Singkil 49.066 10.489,79 WBD
8 Tuminting 52.015 12.068,45
9 Bunaken 20.997 470,96 = 3,35 m < 5,5 m
= Jumlah lajur adalah 2
b. Tipe Lingkungan Jalan Lebar Pendekat Minor (WC)
Penentuan tipe lingkungan jalan berdasarkan
tabel 2. dan setelah dilakukan pengamatan
terhadap tipe lingkungan jalan di tempat = 1,825 m < 5,5 m
penelitian, maka diambil kesimpulan bahwa
daerah tersebut adalah daerah pemukiman. = Jumlah lajur adalah 2
Tipe lingkungan jalan pemukiman artinya Lebar rata-rata pendekat (W1)
merupakan tata guna lahan tempat tinggal
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan
kaki dan kendaraan.
c. Kelas hambatan samping
Hambatan samping menunjukan pengaruh = 3,45 m
aktivitas samping jalan di daerah simpang
pada arus berangkat lalu lintas. Hambatan
samping pada daerah penelitian tergolong b. Jumlah lajur
rendah karena pada jalan minor merupakan Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan
arus bebas hambatan sedangkan pada jalan perhitungan ditentukan dari lebar rata-rata
utama lebar jalan hanya cukup untuk satu pendekat jalan minor dan jalan utama.
kendaraan per arus lalu lintas sehingga tidak c. Tipe simpang
memungkinkan untuk kendaraan berhenti di Penentuan tipe simpang di ambil berdasarkan
tepi jalan atau mikrolet untuk menurunkan
jumlah lengan simpang dan jumlah lajur pada
dan menaikkan penumpang, sedangkan untuk
pejalan kaki sangat kurang di daerah jalan minor dan jalan utama, dengan kode tiga
penelitian pada simpang tersebut. angka. Dari tabel 4, diketahui tipe simpang
322.
Pembahasan Masalah
Kapasitas Kapasitas dasar (CO)
Nilai kapasitas dasar diambil dari tabel 5,
Lebar Pendekat (W1) dan Tipe Simpang (IT ) berdasarkan tipe simpang. Karena tipe simpang
a. Lebar rata-rata pendekat utama dan pendekat
adalah 322 maka kapasitas dasarnya adalah 2700
minor, Lebar rata-rata pendekat.
Dapat dilihat pada Gambar 13. bahwa lebar smp/jam.
untuk setiap pendekat adalah:
Pendekat B (WB) = b/2 = 6,70/2 = 3,35 Faktor penyesuaian lebar pendekat (FW)
Pendekat C (WC) = c/2 = 7,30/2 = 3,65 Penentuan faktor penyesuaian lebar pendekat
Pendekat D (WD) = b/2 = 6,70/2 = 3,35 (FW) adalah dengan menggunakan rumus dalam
Untuk pendekat yang sering digunakan gambar 4.
parkir pada jarak kurang dari 20 m dari garis FW = 0,73 + 0,0760 W1
imajiner yang menghubungkan tepi per-
dimana: W1 = 3,45 m
kerasan dari jalan berpotongan, lebar
pendekat harus dikurangi 2 m. sehingga:
FW = 0,73 + (0,0760 x 3,45) = 0,99
527
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
528
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
529
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga.
Anonimus, 1998. Buku Ajar Rekayasa Lalu Lintas. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat
Perguruan Tinggi Swasta, Cisarua Bogor.
Clarkson, O dan Hicks, G. R., 1999. Teknik Jalan Raya, jilid IV, Erlangga, Jakarta.
Hobs F. D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penterjemah: Suprapto dan Waldjono.
Penerbit Gajah Mada University Press.
Morlok, Edward. K, 1998, Pengantar Teknik jalan raya. Alih bahasa oleh Johan K. Haiumun.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tamin, O. Z., 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Institut Teknologi Bandung.
530