Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.

7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

ANALISIS KINERJA SIMPANG TANPA SINYAL


(STUDI KASUS : SIMPANG TIGA RINGROAD - MAUMBI)
Marchyano Beltsazar Randa Kabi
Lintong Elisabeth, James A. Timboeleng
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail : march13_yano@rocketmail.com

ABSTRAK
Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang merupakan daerah terjadinya konflik lalu lintas.
Adanya konflik ini akan mengakibatkan gangguan pada pergerakan kendaraan, yang akhirnya
menimbulkan tundaan dan antrian kedaraan yang panjang. Keadaan ini umumnya dikenal dengan
kemacetan arus lalu lintas. Melihat adanya konflik yang terjadi di simpang tiga lengan Ringroad –
Maumbi, maka di rasa perlu untuk melakukan analisa. Dalam menganalisa kapsitas dan perilaku lalu
lintas di butuhkan data lapangan berupa : Kondisi geometrik meliputi lebar pendekat, kondisi arus
lalu lintas selama 3 hari dari senin 18 November 2013, Rabu 20 November 2013, dan Sabtu 23
November 2013, dengan waktu pengamatan 13 jam per hari dari jam 07.00 – 20.00 Wita, kondisi
lingkungan berupa kelas ukuran kota, tipe lingkungan jalan, dan kelas hambatan samping. Metode
yang di gunakan dalam menganalisa kapasitas dan perilaku lalu lintas pada simpang ini mengacu
pada metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 ( MKJI 1997 ).
Dari penelitian didapat arus pada jam puncak terjadi pada hari Rabu 20 November 2013 pada jam
17.00 – 18.00 Wita. Dengan volume total kendaraan 3394 kend/jam atau 2671,4 smp/jam. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa kapasitas simpang ( C ) sebesar 2728,775080 smp/jam, dengan
derajatkejenuhan ( DS ) sebesar 0,98 smp/jam yang artinya derajat kejenuhan yang terjadi > 0,75
dari yang disyratkan. Tundaan simpang ( D ) sebesar 18,1070 detik/smp, dan peluang antrian ( QP )
yang terjadi adalah 38% - 76%.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kapasitas pada simpang tiga lengan Ringroad – Maumbi,
sudah tak mampu untuk menampung arus lalu lintas atau dengan kata lain harus di adakan
perbaikan, pada waktu penelitian ini di lakukan. Kemacetan arus lalu lintas pada simpang tersebut di
sebabkan karena simpang tersebut sudah melebihi kapasitas dan tak berfungsinya arus pergeakan
memisah dan menyatu pada simpang. Solusi yang dapat di berikan adalah perlu di lakukan pelebaran
pada jalan utama dan arus pergerakan memisah dan menyatu di benahi agar dapat di maksimalkan
serta perlunya rambu-rambu jalan yang mengharuskan pengguna jalan memakai arus pergerakan
tersebut.
Kata Kunci : Simpang, Volume, Kapasitas, Derajat kejenuhan, Tundaan, Peluang antrian.

PENDAHULUAN Hal ini mangakibatkan timbulnya bangkitan


perjalanan yang akan berpengaruh pada kinerja
Latar Belakang ruas jalan. Ruas jalan akan mengalami
Studi kinerja persimpangan merupakan kemacetan, antrian atau tundaan serta
bagian dari usaha mencari alternatif pemecahan kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas yang
masalah sehingga di dapat efisiensi penggunaan dapat menggangu kelancaran dan kenyamanan
fasilitas jalan yang sudah ada dan akan di berkendara.
rencanakan. Masalah kemacetan sudah Berbagai permasalahan tersebut dapat dilihat
seharusnya menjadi perhatian serius dan pada daerah-daerah persimpangan jalan, seperti
penanganannya dibutuhkan keahlian sehingga pada simpang tiga Ujung ringroad 1 jalur,
dapat dengan cepat ditanggulangi. maumbi-ringroad, Maumbi-Kairagi dan Kairagi-
Kota Manado memiliki luas administratif ringroad. Persimpangan ini merupakan simpang
adalah 15.726 Ha atau 0,57% dari luas Provinsi tak bersinyal, simpang ini merupakan salah satu
Sulawesi Utara. Seiring dengan kemajuan titik macet di Kota Manado karena menjadi titik
perekonomian di Kota Manado berdampak pula pertemuan antara kendaraan yang berasal dari
pada semakin bertambahnya penggunaan arah Maumbi yg merupakan akses transportasi
kendaraan baik pribadi maupun angkutan umum. kendaraan seperti kontainer-kontainer yang

515
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

berasal dari arah Bitung, kendaraan dari arah di capai dalam pergerakan kendaraan, orang, dan
ringroad yang merupakan akses bebas hambatan, hewan di jalan.
mengingat banyak kendaraan yang menggunakan
jalur ini sebagai jalur cepat untuk akses ke Persimpangan Jalan
bandara dan kendaraan yang berasal dari daerah Simpang merupakan bagian yang tidak
Kairagi. Selain dari pada masalah di atas, terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah
Persimpangan ini merupakan persimpangan tak perkotaan biasanya banyak memiliki simpang,
sebidang namun dalam penelitian akan dihitung dimana pengemudi harus memutuskan untuk
sebagai persimpangan sebidang, Berdasarkan berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan
uraian singkat diatas penulis tertarik untuk untuk mencapai satu tujuan. Secara garis
mengangkat sebuah judul tugas akhir, yaitu: besarnya terdapat 2 (dua) jenis persimpangan,
“Analisis Kinerja Simpang Tanpa Sinyal” yaitu:
dengan tujuan agar dari hasil penelitian ini, 1. Persimpangan sebidang
diperoleh tingkat pelayanan dan juga kinerja Simpang sebidang (intersection at grade)
pada persimpangan yang menjadi studi kasus adalah simpang dimana dua jalan atau lebih
guna diperolehnya suatu keputusan yang tepat bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar
dalam perencanaan sebagai solusi kemacetan dari sebuah simpang dan membentuk bagian
daerah tersebut. darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/
lengan simpang atau pendekat
Tujuan Penelitian 2. Persimpangan tak sebidang
1. Menganalisa jumlah arus lalu lintas yang Persimpangan tak sebidang yaitu memisah-
lewat pada simpang yang merupakan daerah misahkan lalu lintas pada jalur yang berbeda
studi kasus, berdasarkan analisa terhadap sedemikian rupa, sehingga persimpangan jalur
kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan dari kendaraan-kendaraan hanya terjadi pada
antrian. tempat dimana kendaraan-kendaraan memisah
2. Untuk mengetahui tingkat pelayanan pada dari atau bergabung menjadi satu lajur gerak
simpang tiga ringroad-Maumbi yang menjadi yang sama (contoh jalan layang).
daerah studi kasus tersebut.
Konflik Lalu Lintas Simpang
Manfaat Penelitian Di dalam daerah simpang, lintasan kendaraan
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian akan berpotongan pada satu titik-titik konflik.
ini yaitu: Konflik ini akan menghambat pergerakan dan
a. Bagi penulis dan mahasiswa Fakultas Teknik juga merupakan lokasi potensial untuk terjadinya
khususnya Jurusan Teknik Sipil, yaitu dapat bersentuhan/tabrakan (kecelakaan).
dijadikan sebagai bahan pembelajaran
khususnya bidang transportasi, yang dalam Jenis Pertemuan Gerakan
hal ini kinerja pada daerah persimpangan Pada dasarnya ada empat jenis pertemuan
jalan berdasarkan MKJI 1997, sehingga gerakan lalu lintas adalah :
diperoleh sebuah solusi yang tepat dalam 1. Gerakan memotong (Crossing)
perencanaan simpang susun sebagai solusi 2. Gerakan memisah (Diverging)
mengatasi kemacetan. 3. Gerakan Menyatu (Merging /
b. Untuk masyarakat agar dapat meningkatkan Converging)
keamanan dan kenyamanan para pengguna 4. Gerakan Jalinan/Anyaman (Weaving)
jalan yang melalui persimpangan tersebut.
c. Bagi pemerintah yaitu sebagai masukan dan Titik Konflik Pada Simpang
bahan pertimbangan dalam hal perencanaan Di dalam daerah simpang lintasan
pembuatan simpang susun untuk mengatasi kendaraan akan berpotongan pada satu titik-titik
masalah kemacetan pada simpang ini konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan
dan juga merupakan lokasi potensial untuk
tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial titik-titik
Definisi Kinerja Lalu Lintas
Kinerja adalah sesuatu yang di capai atau konflik pada simpang tergantung dari :
sesuatu kemampuan kerja dan, lalu lintas adalah  Jumlah kaki simpang
gerak kendaraan, orang, hewan di jalan. Jadi  Jumlah lajur dari kaki simpang
kinerja lalu lintas adalah kemampuan kerja yang  Jumlah pengaturan simpang
 Jumlah arah pergerakan

516
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Daerah Konflik pada Simpang Karakteristik Arus Lalu Lintas


Daerah konflik dapat digambarkan sebagai Karakteristik arus lalu lintas adalah Volume,
diagram yang memperlihatkan suatu aliran kecepatan ( speed ) daan kepadatan ( density ).
kendaraan dan manuver bergabung, menyebar, Volume
dan persilangan di simpang dan menunjukkan Volume adalah jumlah sebenarnya dari
jenis konflik dan potensi kecelakaan di simpang. kendaraan yang diamati atau di perkirakan
Simpang tiga lengan melalui suatu titik selama rentang waktu tertentu.
Simpang dengan 3 (tiga) lengan mempunyai Volume biasanya dihitung dalam kendaraan per
titik-titik konflik sebagai berikut: hari ata kendaraan per jam. Jumlah gerakan yang
dihitung dapat meliputi hanya tiap macam atau
moda lalu lintas saja, seperti: pejalan kaki, mobil,
bus atau mobil barang.
Volume lalu lintas pada suatu jalan akan
bervariasi tergantung pada volume total dua arah,
arah lalu lintas, volume harian, volume bulanan,
volume tahunan dan pada komposisi kendaraan.
Volume lalu lintas pada jam puncak adalah
volume lalu lintas yang terjadi pada jam
tersibuk.apabila volume lalu lintas dikumpulkan
selama sehari (misalnya 10, 12 16, 18 jam) maka
Gambar 1. Aliran kendaraan di simpang tiga akan di dapatkan jumlah kendaraan paling
lengan/pendekat. (Selter, 1974) banyak dalam satu jam atau peak hour-nya.
Kecepatan
keterangan :
Kecepatan didefinisikan sebagai laju
pergerakan yang biasanya dinyatakan dalam
kilometer per jam (km/jam) dan umumnya dibagi
tiga jenis:
a Kecepatan setempat (spot speed )
Kecepatan setempat adalah kecepatan
kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu
tempat yang di tentukan.
Simpang empat lengan
b. Kecepatan bergerak (running speed )
Simpang dengan 4 (empat) lengan
Kecepatan bergerak adalah kecepatan
mempunyai titik-titik konflik sebagai berikut :
kendaraan rata-rata pada suatu jalur pada saat
kendaraan bergerak dan di dapat dengan
membagi panjang jalur dengan lama waktu
kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
c. Kecepatan perjalanan ( journey speed )
Kepadatan
Kepadatan adalah pengukuran ketiga dari
kondisi arus lalu lintas, dan diartikan sebagai
jumlah kendaraan yang ada pada suatu jalan raya
atau jalur dan biasanya dinyatakan dalam
kendaraan per mil atau kendaraan per mil per
jalur.
Gambar. 2. Aliran kendaraan di simpang empat
Kepadatan sukar untuk di ukur secara
lengan/pendekat.(Selter, 1974)
langsung, tetapi dapat dihitung dari kecepatan
Keterangan : dan volume, sebagai bagian dari hubungan antara
tiga variabel berikut:
F=SxD
D = F/S
dimana:
F = Rate of flow (vph)
S = Kecepatan (mph)
D = Kepadatan (vph)

517
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Simpang Tak Bersinyal Kondisi geometrik


(Unsignalised intersection) Jalan utama adalah yang dipertimbangkan
Simpang tak bersinyal merupakan suatu terpenting pada simpang, misalnya jalan dengan
persimpangan yang dalam pengaturannya tidak klasifikasi fungsional tertinggi. Untuk simpang 3
menggunakan lampu sinyal. Notasi, istilah dan lengan, jalan yang menerus selalu jalan utama.
definisi khusus untuk simpang tak bersinyal ada Sedangkan pada simpang yang mempunyai
beberapa istilah yang digunakan. Notasi, istilah empat lengan, penentuan jalan utama
dan defenisi dibagi menjadi 3, yaitu: Kondisi berdasarkan lengan simpang yang mempunyai
Geometrik, Kondisi Lingkungan dan Kondisi arus paling besar. Pendekatan jalan minor
Lalu Lintas. sebaiknya diberi notasi A, C, pendekat jalan
Karena metode yang diuraikan dalam MKJI utama diberi notasi B dan D pemberian notasi
1997 berdasarkan empiris, hasilnya sebaiknya dibuat searah jarum jam.
selalu diperiksa dengan penilaian teknik lalu- Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang
lintas yang baik. Hal ini sangat penting baik dari suatu simpang mengenai informasi
khususnya apabila metoda digunakan di luar tentang kerb, lebar jalan, bahu dan median. Jika
batas nilai variasi dari variabel dalam data median cukup lebar sehingga memungkinkan
empiris. melintas simpang dalam dua tahap dengan
berhenti ditengah (biasanya > 3 m), kotak
Komposisi Lalu Lintas dibawah bagian sketsa dicatat sebagai “lebar”,
Dalam survey lalu lintas, kendaraan dibagi jika tidak dicatat “sempit” atau “tidak ada” (jika
menurut pembagian jenis mobil penumpang. tidak ada)
Komposisi pembagiannya sebagai berikut:
1. Light Vehicle (LV), kendaraan ringan adalah Kondisi Lalu Lintas
kendaraan bermotor ber as 2dengan 4 roda Situasi lalu lintas untuk tahun yang dianalisa
dan dengan jarak as 2,0 – 3,0 m (meliputi : ditentukan menurut arus jam rencana, atau lalu
mobil penumpang,oplet,mikrobus,pick up, lintas harian rata-rata tahun (LHRT) dengan
dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina faktor K yang sesuai untuk konvensi dari LHRT
Marga ) menjadi arus per jam (umum untuk
2. Heavy Vehicle ( HV ), kendaraan berat adalah perencanaan). Nama pilihan alternatif lalu lintas
kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda dapat dimasukkan, sketsa arus lalu lintas
(meliputi: bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk memberikan informasi lalu lintas lebih rinci dari
kombinasi sesuai system klasifikasi Bina yang diperlukan untuk analisa simpang tak
Marga) bersinyal.
3. Motor Cycle (MC), sepeda motor adalah Jika alternatif pemasangan sinyal pada
kendaraan bermotor dengan 2 roda atau 3 simpang juga akan diuji, informasi ini akan
roda (meliputi : sepeda motor dan kendaraan diperlukam. Sketsa sebaiknya menunjukan
roda 3 sesuai system klasifikasi Bina Marga). gerakan lalu lintas bermotor dan tak bermotor
Dari berbagai jenis kendaraan,tentunya (kend/jam) pada pendekatan ALT, AST, ART dan
disetiap jenis kendaraan tersebut mempunyai seterusnya perhitungan rasio belok dan rasio arus
karakteristik yang berbeda. Karakteristik jalan minor.
kendaraan meliputi berat, dimensi, dan kecepatan Data lalu lintas berikut ini diperlukan untuk
yang sangat mempengaruhi kemampuan satu perhitungan:
ruas jalan. Oleh karena itu, untuk mempermudah 1. Hitung arus lalu lintas minor road total, QMI
dalam menganalisa maka dari setiap jenis yaitu jumlah dari seluruh arus pada
kendaraan diperlukan pembanding. Pada pendekatan C dalam smp/jam
umumnya nilai pembanding dinyatakan dalam 2. Hitung arus lalu lintas major road total, QMS
ekivalen mobil penumpang (emp). yaitu jumlah dari seluruh arus pada
Adapun angka pembanding untuk setiap jenis pendekatan C dan B dalam smp/jam
kendaraan yang ditetapkan oleh Direktorat 3. Hitung arus lalu lintas minor road + arus total,
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan QMI yaitu jumlah dari seluruh arus pada
Umum dalam satuan mobil penumpang khusus pendekatan C dan D dalam smp/jam
untuk simpang tak bersinyal, yaitu : 4. Hitung arus minor road + arus major road total
 Kendaraan ringan (LV) = 1,0 untuk masing-masing pergerakan (belok kiri,
 Kendaraan berat (HV) = 1,3 jalan terus, belok kanan) sebagai QTOT
 Sepeda motor ( MC )= 0,5

518
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

PMI = QMI/QTOT Kapasitas


MKJI (1997) mendefenisikan bahwa
Hitung rasio arus belok kiri dan belok kanan kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang
total dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian
PLT = QLT/QTOT jalan dalam kondisi tertentu dinyatakan dalam
kendaraan/jam atau smp/jam.
PRT = QRT/QTOT Kapasitas total suatu persimpangan dapat
Hitung rasio antara lalu lintas kendaraan dinyatakan sebagai hasil perkalian antara
bermotor dan yang tidak bermotor, kapasitas dasar (Co) dan faktor-faktor
dinyatakan dalam kendaraan/jam penyesuaian (F), dengan memperhitungkan
PUM = QCM/QTOT pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Perhitungan kapasitas dilakukan dengan langkah-
Kondisi Lingkungan langkah sebagai berikut :
Data lingkungan berikut diperlukan untuk
perhitungan :. Lebar pendekat dan tipe simpang
Lebar rata-rata pendekatan minor dan utama WAC
Kelas Ukuran Kota dan WBD dan lebar rata-rata pendekatan W1
Masukkan perkiraan jumlah penduduk dari  Masukan lebar pendekat masing masing WB,
seluruh elemen daerah perkotaan dalam juta. WC, dan WD. Lebar pendekatan di ukur pada
jarak 10 m dari garis imajiner yang
Tabel 1. Kelas Ukuran Kota menghubungkan tepi pekerasan dari jalan
Ukuran Kota Jumlah Penduduk berpotongan. Yang dianggap mewakili lebar
(CS) (Juta) pendekat efektif untuk masing-masing
Sangat Kecil < 0.1 pendekat.
Kecil 0.1 - 0.5  Untuk pendekat yang sering di gunakan
Sedang 0.5 – 1.0 parkir pada jarak kurang dari 20 m dari garis
Besar 1.0 – 3.0 imajiner yang menghubungkan tepi
Sangat Besar > 3.0 perkerasan dari jalan berpotongan, lebar
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 pendekat tersebut harus dikurangi 2 m.
Tabel A-3:1 Kelas Ukuran Kota, hal 3-29  Hitung lebar rata-rata pendekat jalan minor
dan jalan utama
Tipe Lingkungan  Hitung lebar rata-rata pendekat
Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam
kelas menurut tata guna lahan dan aksesibilitas
jalan tersebut dari aktifitas disekitarnya. Hal ini
ditetapkan secara kualitatif dari pertimbangan
teknik lalu lintas dengan bantuan tabel dibawah
ini.

Tabel 2. Tipe lingkungan Jalan

Gambar 3. Lebar rata-rata pendekat


Sumber: Manual Kapasitas halan Indonesia
1997 Tabel A-3: 1 hal 3-29

W = (a/2 + b + c/2 + d/2)/4

Lebar rata-rata pendekat minor dan utama


(lebar masuk)
Jumlah jalur
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Jumlah jalur yang digunakan untuk keperluan
Tabel A-3:2 Tipe Lingkungan Jalan, hal 3-29
perhitungan ditentukan dari lebar rata-rata

519
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

pendekat jalan minor dan jalan utama sebagai Faktor penyesuaian lebar pendekat
berikut. Tentukan jumlah lajur berdasarkan Penyesuaian lebar pendekat (FW) diperoleh
lebar rata-rata pendekat jalan minor dan jalan dari gambar di bawah ini. Variabel masukan
utama dari tabel 3. dibawah ini. adalah lebar rata-rata semua pendekat W1 dan
tipe simpang. Batas nilai yang diberikan dalam
Tabel 3. Lebar rata-rata pendekat minor dan utama gambar adalah rentang dasar empiris dari
terhadap jumlah lajur
manual.

Tipe Simpang
Tipe simpang menentukan jumlah lengan
simpang dan lajur pada jalan utama dan jalan
minor pada simpang tersebut dengan kode tiga Gambar 4. Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat
angka. Jumlah lengan adalah jumlah lengan
dengan lalu lintas masuk atau keluar atau Faktor penyesuaian median jalan utama
keduanya. Pertimbangan teknik lalu lintas diperlukan
untuk menentukan faktor median. Median
Tabel 4. Tipe Simpang disebut lebar jika kendaraan ringan standar dapat
berlindung pada daerah median tanpa
menganggu arus berangkat pada jalan utama, hal
ini mungkin terjadi jika lebar median 3 meter
atau lebih. Pada beberapa keadaan, misalnya jika
pendekat jalan utama lebih lebar, hal ini mungkin
terjadi jika median lebih sempit. Variabel
masukan adalah tipe median jalan utama

Tabel 6. Faktor penyesuaian median jalan utama

Kapasitas Dasar
Nilai Co diambil dari tabel dibawah ini.
Variabel masukan adalah tipe persimpangan.

Tabel 5. Kapasitas Dasar menurut Tipe Simpang

Faktor penyesuaian ukuran kota


Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan
dari tabel berikut ini. Variabel masukan adalah
ukuran kota ( CS )

520
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Tabel 7. Faktor penyesuaian ukuran kota

Sumber: MKJI 1997

Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan,


hambatan samping dan kendaraan tak
bermotor FRSU
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan,
hambatan samping dan kendaraan tak bermotor,
FRSU. Dihitung dengan menggunakan tabel Gambar 5. Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FLT)
dibawah ini. Variabel masukan adalah tipe Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
lingkungan jalan RE, kelas hambatan samping
SF dan rasio kendaraan tak bermotor UM. Faktor penyesuaian Belok Kanan
Faktor penyesuaian belok kanan ditentukan
Tabel. 8. Faktor penyesuaian tipe lingkungan dari gambar berikut ini untuk simpang 3 lengan.
jalan, hambatan samping dan
Variabel masukan adalah belok kanan, PRT.
kendaraan tak bermotor, FRSU
Batas-batas yang diberikan pada gambar adalah
rentang dasar empiris dari manual. Untuk
simpang empat lengan, FRT = 1,0

Sumber: MKJI 1997

Tabel 8. berdasarkan anggapan bahwa


pengaruh kendaraan tak bermotor terhadap
kapasitas adalah sama seperti kendaraan ringan,
yaitu empum = 1,0 persamaan berikut dapat
digunakan jika pemakai mempunyai bukti bahwa
empum = 1,0 yang mungkin merupakan keadaan
Gambar 6. Faktor penyesuaian Belok Kanan (FRT)
jika kendaraan tak bermotor tersebut berupa Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
sepeda.
Faktor penyesuaian arus jalan minor
FRSU (actual PUM) = FRSU (PUM – 0) X (1-PUM X Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
empum) ditentukan dari gambar dibawah ini. Variabel
Faktor Penyesuaian Belok Kiri masukan adalah tipe simpang IT. Batas-batas
nilai yang diberikan untuk PMC pada gambar
Variabel masukan adalah belok kiri. Batas- adalah rentang dasar empiris dari manual
batas nilai yang diberikan untuk PLT adalah
rentang dasar empiris dari manual.

521
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Tabel 9. Faktor penyesuaian arus jalan minor FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan
jalan, hambatan samping dan kendaraan
tak bermotor.
FLT = Faktor penyesuaian rasio belok kiri
FRT = Faktor penyesuaian rasio belok kanan
FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan
minor

Kinerja lalu lintas

Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) merupakan rasio arus
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas
(smp/jam), dapat ditulis dengan persamaan
sebagai berikut:

DS = QTOT/C

dimana : QTOT = arus total (smp/jam)


C = Kapasitas

Tundaan
a. Tundaan lalu lintas simpang ( DT1 )
Tundaan lalu lintas simpang adalah tundaan
lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan
bermotor yang masuk simpang. DT1
ditentukan dari kurva empiris antara DT1 dan
DS, lihat gambar berikut

Gambar 7. Faktor penyesuaian arus jalan minor


Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Kapasitas
Kapasitas yang ada, C (smp/jam) dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini, dimana
faktor-faktor lain yang berbeda sudah dihitung
sebelumnya

C = Co x FW x FM x FCS x FRSU
x FLT x FRT x FMI

Keterangan:
C = Kapasitas aktual
(sesuai kondisi yang ada) Gambar 8. Tundaan lalu lintas simpang
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Co = Kapasitas Dasar
FW = Faktor penyesuaian lebar masuk b. Tundaan lalu lintas jalan utama
Tundaan lalu lintas jalan utama adalah
FM = Faktor penyesuaian median tundaan lalu lintas rata-rata semua kendaraan
jalan utama bermotor yang masuk persimpangan jalan
utama. DTMA dari kurva empiris antara DTMA
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota dan DS

522
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Peluang Antrian (QP%)


Rentang nilai peluang antrian ditentukan dari
hubungan empiris antara peluang antrian dengan
derajat kejenuhan (DS). Variabel masukan
adalah derajat kejenuhan DS dari langkah
sebelumnya

Gambar 9. Tundaan lalu lintas Jalan Utama


Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

c. Tundaan lalu lintas jalan minor ( DTMI )


Tundaan lalu lintas jalan minor rata-rata,
ditentukan berdasarkan tundaan simpang rata-
rata dan tundaan jalan utama rata-rata :

DTMI = (QTOT x DT1 – QMA x DTMA) / QMI


Gambar 10. Peluang Antrian
Variabel masukan arus total QTOT (smp/jam), Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
tundaan lalu lintas persimpangan DT1, arus
jalan utama QMA, tundaan lalu lintas jalan
utama DTMA, dan arus jalan minor QMI Penilaian Kinerja lalu lintas
Manual ini terutama direncanakan untuk
Tundaan geometric persimpangan (DG) memperkirakan kapasitas dan kinerja lalu lintas
Tundaan geometric persimpangan DG pada kondisi tertentu berkaitan dengan rencana
(detik/smp) adalah tundaan geometrik rata- geometrik jalan, lalu lintas dan lingkungan.
rata untuk seluruh kendaraan bermotor yang Karena hasilnya biasanya tidak dapat
memasuki persimpangan. DG dihitung dari diperkirakan sebelumnya, mungkin di perlukan
rumus : beberapa perbaikan dengan pengetahuan para
ahli lalu lintas, terutama kondisi geometrik,
Untuk DS < 1.0 :
untuk memperoleh kinerja lalu lintas yang
DG = (1-DS) x (PTx6 + (1-PT)x3) + DS x 4 diinginkan berkaitan dengan kapasitas dan
Untuk DS >1.0 : DG = 4 tundaan dan sebagainya.
dengan: Cara yang paling tepat untuk menilai hasil
DG = Tundaan geometrik persimpangan perhitungan yang kita lakukan adalah dengan
melihat derajat kejenuhan (DS) untuk kondisi
(detik/smp)
yang diamati. Jika derajat kejenuhan yang
DS = Derajat Kejenuhan diperoleh melebihi nilai yang diterima (DS >
PT = Rasio belok total 0,75) maka perlu diadakan perbaikan geometrik
simpang, pengontrolan arus simpang total dan
Tundaan simpang pengaturan arus dengan rambu-rambu untuk
Hitung tundaan total rata-rata, D (detik/smp) mempertahankan derajat kejenuhan yang
D =DG + DT diinginkan (DS = 0,75). Akan terjadi nilai DS
yang didapatkan sesuai dengan nilai yang
dimana: diterima (DS < 0,75) berarti arus masuk simpang
DG=Tundaan geometrik persimpangan belum jenuh, maka tidak perlu diadakan tindakan
(detik/smp) perbaikan.
DT= Tundaan lalu lintas persimpangan
(detik/smp)

523
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Tingkat Pelayanan Jalan d. Tingkat Pelayanan D (Approach Unsteable


Flow).
Pengertian Tingkat Pelayanan Jalan LOS D mewakili kepadatan tinggi, tetapi arus
Tingkat pelayanan jalan adalah suatu ukuran stabil. Kecepatan dan kebebasan bergerak
yang digunakan untuk mengetahui kualitas suatu terbatas secara acak dan pengalaman
ruas jalan tertentu dalam melayani arus lalu lintas pengemudi umumnya memiliki tingkat
yang melewatinya. Tingkat pelayanan jalan kenyamanan dan keandalan yang buruk.
(Level Of Service/LOS) adalah gambaran kondisi e. Tingkat Pelayanan E (Unsteable Flow – Some
operasional arus lalu lintas dan persepsi Stops and Starts).
pengendara dalam terminologi kecepatan, waktu LOS E mewakili kondisi operasional pada
tempuh, kenyamanan, kebebasan bergerak, atau dekat dengan tingkat kapasitas.
keamanan dan keselamatan (Wikipedia, 2008). Operasional pada LOS E biasanya tidak
Hubungan antara kecepatan dan volume stabil, karena sedikit peningkatan arus atau
merupakan aspek penting dalam menentukan gangguan kecil dalam arus menyebabkan
tingkat pelayanan jalan. gangguan pada arus secara keseluruhan.
f. Tingkat Pelayanan F (Forced Flow – Stops,
Rumus Perhitungan Tingkat Pelayanan Jalan Quiues, Jams).
(LOS) LOS F digunakan untuk mendefinisikan arus
LOS = lalu lintas yang dipaksakan atau buruk.
Antrian terbentuk dibelakang halangan arus
dimana :
lalu lintas. Karakteristik operasi pelayanan
LOS = Level Of Service
dalam antrian adalah arus stop-and-go.
V = Volume Lalu Lintas (smp/jam)
C = Kapasitas aktual (smp/jam)
Tabel 10. Standar Tingkat Pelayanan Jalan
Standar Tingkat Pelayanan Jalan
Kualitas pelayanan jalan dapat dinyatakan
dalam tingkat pelayanan jalan (Level Of
Service/LOS) (Ditjen Bangda dan LPM
ITB.1994). Tingkat pelayanan jalan (LOS) dalam
perencanaan jalan dinyatakan dengan huruf-
huruf A sampai dengan F yang berturut-turut
menyatakan tingkat pelayanan yang terbaik
sampai yang terburuk.
a. Tingkat Pelayanan A (Free Flow).
LOS A mewakili free flow. Tingkat pelayanan
dan keandalan secara umum yang dibutuhkan
oleh pengendara atau pengguna jalan sangat METODOLOGI PENELITIAN
baik.
b. Tingkat Pelayanan B (Stable Flow – Rural Pengumpulan Data Lapangan
Road Design). Proses pengumpulan data di lapangan
LOS B berada dalam selang waktu arus stabil, dilakukan dengan cara manual, dengan beberapa
tetapi keberadaan penggunaan lain dalam arus orang surveyor yang melakukan pendataan atau
lalu lintas mulai terasa. Kebebasan memilih perhitungan terhadap jumlah kendaraan lewat,
kecepatan yang diinginkan relatif tidak kecepatan kendaraan berdasarkan klasifikasi
terpengaruh. kendaraan pada jam-jam sibuk pada pagi, siang
c. Tingkat Pelayanan C (Stable Flow – Urban dan sore hari selama tiga hari survey dalam satu
Road Design) minggu.
LOS C berada dalam selang arus stabil, tetapi
ditandai dengan awal operasi pengguna Penentuan Lokasi Penelitian
individu yang dipengaruhi oleh interaksi lain Penelitian yang dilakukan mengambil lokasi
dalam arus lalu lintas. Tingkat kenyamanan di Manado dengan mengambil sebuah sampel
dan keandalan umunnya menurun pada LOS persimpangan jalan dimana terletak pertemuan
C. antara jalan ruas ringroad dan Manado-Bitung
yang dianggap dapat mewakili salah satu titik
konflik yang mengakibatkan kemacetan

524
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

berkepanjangan pada jam-jam sibuk yang sering ANALISA DAN PEMBAHASAN


terjadi khususnya di Manado
Persimpangan jalan ujung ringroad 1 dan Analisa Arus Lalu Lintas
Manado-Bitung dipilih menjadi lokasi penelitian Data Masukan
didasarkan pada : Kondisi Geometrik
1. Lokasi tiap-tiap ruas jalan memiliki aliran Persimpangan yang di tinjau dalam penelitian
arus lalu lintas yang tinggi. ini adalah persimpangan di jalan Ringroad-
2. Lokasi ruas jalan ringroad arah Winangun Kairagi-Maumbi. Persimpangan ini merupakan
adalah arus bebas hambatan yang sering simpang tiga lengan. Jalan utama adalah jalan
digunakan oleh pengguna jalan sebagai yang di pertimbangkan terpenting pada simpang
jalan pintas. dan memiliki volume arus kendaraan yang lebih
3. Pertemuan antara arus lalu lintas pada besar. Pendekat jalan minor sebaiknya diberi
Jalan ringroad 1 arah Winangun dan arus otasi A dan C, dan pendekat jalan utama diberi
lalu lintas arah Manado – Bitung cukup notasi B dan D. Pemberian notasi dibuat searah
tinggi. jarum jam.
Untuk pendekat jalan utama yaitu jalan
Kairagi-Maumbi (B) – jalan Maumbi-Kairagi
(D), sedangkan pendekat jalan minor adalah jalan
Ringroad (C).
Kondisi geometrik pada simpang tiga jalan
ringroad, kairagi, dan maumbi, dapat dilihat pada
gambar 13.
Lebar pendekat untuk masing-masing
simpang adalah:
Lebar Pendekat B = b = 6,70 m
Lebar Pendekat C = c = 7,30 m
Lebar Pendekat D = d = 6,70 m

Jalan Manado Bitung:


Jumlah Arus Keluar : 2 arah
Gambar 11. Peta Lokasi Penelitian (Persimpangan Jumlah Arus masuk : 2 arah
ruas ringroad, kairagi, dan maumbi) Jumlah Lajur : 2 lajur

Disain penelitian disajikan dalan bentuk flow Jalan Ringroad Manado:


chart (diagram alir) berikut Jumlah Arus Keluar : 2 arah
Jumlah Arus Masuk : 2 arah
Jumlah Lajur : 2 lajur

Jalan Raya Maumbi:


Jumlah Arus Keluar : 2 arah
Jumlah Arus Masuk : 2 arah
Jumlah Lajur : 2 lajur

Gambar 13. Sketsa kondisi geometrik

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian

525
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Kondisi Lalu Lintas Total jumlah arus kendaraan adalah sebesar


1. Senin, 17 November 2013 31923 kendaraan.
Dari pengamatan di lapangan, diperoleh
waktu sibuk jam 07.00 – 08.00 dengan jumlah
arus sebagai berikut :
Arah Kairagi - Maumbi = 9275 kendaraan,
Arah Kairagi – Ringroad = 2856 kendaraan,
Arah Ringroad – Kairagi = 2441 kendaraan,
Arah Ringroad – Maumbi = 5135 kendaraan,
Arah Maumbi – Kairagi = 7796 kendaraan,
Arah Maumbi – Ringroad = 5859 kendaraan.
Total jumlah arus kendaraan adalah sebesar Untuk menganalisa persimpangan ini, diambil
33362 kendaraan. data hari tersibuk yaitu pada Hari Rabu, 19
November 2013 periode 17.00 – 18.00.
Hasil perhitungan rasio belok dan rasio arus
jalan minor yang dinyatakan dalam smp/jam
 Arus jalan minor total (QMI) yaitu arus pada
pendekat C adalah 545,8 smp/jam.
 Arus jalan utama total (QMA) yaitu jumlah
arus pada pendekat B dan D adalah 2125,6
smp/jam.
 Rasio arus jalan minor (PMI) yaitu arus jalan
minor dibagi dengan arus total.
2. Rabu, 19 November 2013 QMI = 545,8 smp/jam.
Dari pengamatan di lapangan, diperoleh QTOTAL = 2671,4 smp/jam.
waktu sibuk jam 17.00 -18.00 dengan jumlah Sehingga:
arus sebagai berikut :
PMI = QMI / QTOTAL = 0,2043
Arah Kairagi – Maumbi = 8611 kendaraan,
Arah Kairagi – Ringroad = 2876 kendaraan,  Rasio belok kiri dan kanan total (PLT dan PRT)
Arah Ringroad – Kairagi = 1991 kendaraan, dapat dihitung :
Arah Ringroad – Maumbi = 5162 kendaraan, QLT = 556,5 smp/jam
Arah Maumbi – Kairagi = 8012 kendaraan, QRT = 295,8 smp/jam,
Arah Maumbi – Ringroad = 6852 kendaraan. sehingga:
Total jumlah arus kendaraan adalah sebesar PLT = QLT / QTOTAL = 0,2083
33504 kendaraan PRT = QRT / QTOTAL = 0,0888
 Rasio antara arus kendaraan tak bermotor
dengan kendaraan bermotor (PUM) dinyatakan
dalam kendaraan per jam
QUM = 0 kend/
QTOT = 3394 kend/jam,
sehingga :
PUM = QUM / QTOT = 0

Kondisi Lingkungan
3. Sabtu, 23 November 2013 a. Kelas Ukuran Kota
Dari pengamatan di lapangan, diperoleh Penduduk kota Manado menurut data hasil
waktu sibuk jam 15.00 -16.00 dengan jumlah Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS
arus sebagai berikut : 2005) oleh BPS Kota Manado berjumlah
Arah Kairagi – Maumbi = 7812 kendaraan, 422.350 jiwa dengan angka pertumbuhan
Arah Kairagi – Ringroad = 2857 kendaraan, 3,09% per tahun serta kepadatan
Arah Ringroad – Kairagi = 2990 kendaraan, penduduknya mencapai 2.686 jiwa/Km2.
Arah Ringroad – Maumbi = 5526 kendaraan, Distribusi kepadatan penduduk Kota Manado
Arah Maumbi – Kairagi = 6730 kendaraan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Arah Maumbi – Ringroad = 6008 kendaraan.

526
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Tabel 11. Jumlah Penduduk Kota Manado Pada kondisi di lapangan, tidak ada
Jumlah pendekat yang sering dijadikan tempat parkir.
Kepadatan
No Kecamatan Penduduk Penyebabnya adalah karena lokasi penelitian
(Jiwa/Km2)
(Jiwa) selalu menjadi perhatian aparat kepolisian lalu
1 Malalayang 57.082 3334,72 lintas setempat sehingga setiap harinya akan
2 Sario 26.937 15.370,61 selalu ada aparat kepolisian yang mengawasi
3 Wanea 59.636 7594,52
simpang tersebut.
4 Wenang 40.223 11.051,79
5 Tikala 69.028 4565,95 Maka:
6 Mapanget 47.336 813,72 Lebar Pendekat Utama
7 Singkil 49.066 10.489,79 WBD
8 Tuminting 52.015 12.068,45
9 Bunaken 20.997 470,96 = 3,35 m < 5,5 m
= Jumlah lajur adalah 2
b. Tipe Lingkungan Jalan Lebar Pendekat Minor (WC)
Penentuan tipe lingkungan jalan berdasarkan
tabel 2. dan setelah dilakukan pengamatan
terhadap tipe lingkungan jalan di tempat = 1,825 m < 5,5 m
penelitian, maka diambil kesimpulan bahwa
daerah tersebut adalah daerah pemukiman. = Jumlah lajur adalah 2
Tipe lingkungan jalan pemukiman artinya Lebar rata-rata pendekat (W1)
merupakan tata guna lahan tempat tinggal
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan
kaki dan kendaraan.
c. Kelas hambatan samping
Hambatan samping menunjukan pengaruh = 3,45 m
aktivitas samping jalan di daerah simpang
pada arus berangkat lalu lintas. Hambatan
samping pada daerah penelitian tergolong b. Jumlah lajur
rendah karena pada jalan minor merupakan Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan
arus bebas hambatan sedangkan pada jalan perhitungan ditentukan dari lebar rata-rata
utama lebar jalan hanya cukup untuk satu pendekat jalan minor dan jalan utama.
kendaraan per arus lalu lintas sehingga tidak c. Tipe simpang
memungkinkan untuk kendaraan berhenti di Penentuan tipe simpang di ambil berdasarkan
tepi jalan atau mikrolet untuk menurunkan
jumlah lengan simpang dan jumlah lajur pada
dan menaikkan penumpang, sedangkan untuk
pejalan kaki sangat kurang di daerah jalan minor dan jalan utama, dengan kode tiga
penelitian pada simpang tersebut. angka. Dari tabel 4, diketahui tipe simpang
322.
Pembahasan Masalah
Kapasitas Kapasitas dasar (CO)
Nilai kapasitas dasar diambil dari tabel 5,
Lebar Pendekat (W1) dan Tipe Simpang (IT ) berdasarkan tipe simpang. Karena tipe simpang
a. Lebar rata-rata pendekat utama dan pendekat
adalah 322 maka kapasitas dasarnya adalah 2700
minor, Lebar rata-rata pendekat.
Dapat dilihat pada Gambar 13. bahwa lebar smp/jam.
untuk setiap pendekat adalah:
Pendekat B (WB) = b/2 = 6,70/2 = 3,35 Faktor penyesuaian lebar pendekat (FW)
Pendekat C (WC) = c/2 = 7,30/2 = 3,65 Penentuan faktor penyesuaian lebar pendekat
Pendekat D (WD) = b/2 = 6,70/2 = 3,35 (FW) adalah dengan menggunakan rumus dalam
Untuk pendekat yang sering digunakan gambar 4.
parkir pada jarak kurang dari 20 m dari garis FW = 0,73 + 0,0760 W1
imajiner yang menghubungkan tepi per-
dimana: W1 = 3,45 m
kerasan dari jalan berpotongan, lebar
pendekat harus dikurangi 2 m. sehingga:
FW = 0,73 + (0,0760 x 3,45) = 0,99

527
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Faktor penyesuaian median jalan utama (FM) Kapasitas


Pada lokasi persimpangan yang menjadi Kapasitas dihitung dengan menggunakan
tempat penelitian, tidak terdapat adanya median, rumus sebagai berikut :
baik itu pada jalan utama maupun pada jalan
minor. Maka nilai untuk faktor penyesuaian C= CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
median jalan utama (FM) berdasarkan tabel 6
adalah 1,00. dimana:
CO = 2700 smp/jam
Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS) FW = 0,99
Pada penjelasan sebelumnya telah disimpul- FM = 1,00
kan bahwa ukuran kota adalah kecil, sehingga FCS = 0,88
dari tabel 7 didapatkan faktor penyesuaian FRSU = 0,98
ukuran kota adalah 0,88. FLT = 1,1753
FRT = 1,0081
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan (RE), FMI = 0,9965
hambatan samping (SF) dan kendaraan tak sehingga:
bermotor (FRSU). C = 2700 x 0,99 x 1,00 x 0,88 x 0,98 x
Diketahui bahwa tipe lingkungan jalan (RE) 1,1753 x 1,0081 x 0,9965
adalah pemukiman, hambatan samping (SF) = 2728,775080 smp/jam
adalah rendah dan rasio kendaraan tak bermotor
PUM = 0. Maka nilai FRSU berdasarkan tabel 8 Perilaku lalu lintas
adalah 0,98
Derajat kejenuhan (Degree Of Saturation)
Derajat kejenuhan dihitung dengan meng-
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT)
gunakan persamaan:
Faktor penyesuaian belok kiri dihitung
dengan menggunakan persamaan pada gambar 5. DS = QTOT / C
FLT = 0,84 + 1,61 PLT dimana:
PLT = 0,2083
Sehingga: QTOT = 2671,4 smp/jam
FLT = 0,84 + 1,61(0,2083) = 1,1753
sehingga:
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) DS = 2671,4 / 2728.775080
Faktor penyesuaian belok kanan untuk
simpang tiga lengan di tentukan menggunakan = 0,98 smp/jam
persamaan pada gambar 6.
Tundaan
FRT = 1,09 – 0,922 PRT
Tundaan lalu lintas simpang (DT1)
dimana: Tundaan lalu lintas simpang dihitung dengan
PRT = 0,0888 menggunakan persamaan yang ada pada gambar
sehingga: 8.
FRT = 1,09 – 0,922 (0,0888 ) = 1,0081
Untuk DS > 0,6 digunakan rumus sebagai
Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor berikut:
(FMI)
Untuk mendapatkan nilai FMI maka digunakan DT1= 1,0504/(0,2742 – 0,2042 – DS) – 2 (1- DS)
rumus sebagai berikut untuk tipe simpang 322 : dimana:
FMI = ( 1,19 x PMI2 ) – ( 1,19 x PMI ) + 1,19
DS = 0,98
dimana :
PMI = 0,2043 Sehingga:
Sehingga : DT1 = 1,0504/(0,2742–0,2042–0,98)–2 (1-0,98)
FMI = (1,19 x 0,20432) – (1,19 x 0,2043) + 1,19
= 14,10 detik/smp
= 0,9965

528
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

Tundaan Lalu Lintas Jalan Utama (DTMA) Tundaan Simpang (D)


Tundaan lalu lintas jalan utama dapat dihitung Tundaan Simpang dapat dihitung dengan
dengan menggunakan persamaan yang ada pada menggunakan persamaan pada gambar 12
gambar 9. sebagai berikut :
Untuk DS > 0,6 digunakan persamaan sebagai
D= DG + DT1
berikut :
dimana :
DTMA = 1,05034/(0,346–0,246xDS)–(1–DS)x1,8 DG= 4,0105 detik/smp
DT1= 14,10 detik/smp
= 1,05034/(0,346–0,246x0,98)–(1–0,98)x1,8
sehingga :
= 9,95 detik/smp D= 4,0105 + 14,10= 18,1070 detik/smp

Tundaan Lalu Lintas Jalan Minor (DTMI) Peluang Antrian (QP%)


Tundaan lalu lintas jalan minor di hitung Peluang antrian dapat dihitung dengan
berdasarkan persamaan pada gambar 10. : menggunakan persamaan yang ada pada gambar
13 yaitu sebagai berikut:
QP= 47,71 x DS – 24,68 x DS2 + 56,47 x DS3
DTMI=
QP= 9,20 x DS – 20,66 x DS2 + 10,49 x DS3
dimana:
dimana: DS= 0,98
sehingga:
QTotal = 2671,4 smp/jam
QP= 47,71 x 0,98 – 24,68 x 0,982 + 56,47 x 0,983
DT1` = 14,10 detik/smp = 76 % (batas atas)
QP= 9,20 x 0,98– 20,66 x 0,982 + 10,49 x 0,983
QMA = 2125,6 smp/jam = 38 % (batas bawah)
DTMA = 9,95 detik/smp Ini berarti peluang antrian yang terjadi pada
persimpangan ruas Ringroad, Maumbi dan
QMI = 1331,9 smp/jam Kairagi, dari data arus lalu lintas pada hari rabu
adalah sebesar 38 % - 76 %.
sehingga:
Tingkat pelayanan ( Level Of Service )
DTMI =
LOS=
= 12,40 detik/smp
dimana:
Tundaan Geometrik Simpang (DG) V= 2671,4 smp/jam
Tundaan geometrik simpang dihitung dengan
C= 2728.775080 smp/jam
menggunakan persamaan pada gambar 11.
Untuk DS < 1,0 digunakan rumus sebagai sehingga:
berikut:
LOS= = 0,98
DG= (1 – DS) x (PT x 6 + (1 – PT) x 3 ) + DS x 4

dimana : Maka dengan hasil ini standar tingkat


pelayanan jalan pada simpang tersebut
DS = 0,98
berdasarkan pada tabel 10 di dapat standar
PT = Rasio belok total tingkat pelayanan tipe E (Unsteable Flow – some
= 0,50 stop and starts), arus tidak stabil, kecepatan
Sehingga : rendah, volume pada kondisi operasional pada
atau dekat dengan kapasitas. Operasional pada
DG = (1–0,98)x(0,50 x 6 + (1–0,50)x 3 + 0,98x4 LOS E biasanya tidak stabil, karena sedikit
peningkatan arus atau gangguan kecil dalam arus
= 4,0105 detik/smp menyebabkan gangguan pada arus secara
keseluruhan.

529
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (515-530) ISSN: 2337-6732

PENUTUP arus menyebabkan gangguan pada arus


secara keseluruhan.
Kesimpulan
Saran
1.a. Waktu sibuk di persimpangan Jalan ruas Dengan hasil ini terdapat beberapa hal yang
Ringroad – Maumbi – Kairagi yaitu pada dapat disarankan untuk meminimumkan ataupun
hari rabu , 19 November 2013 pukul 17.00 – mengatasi permasalahan yang terdapat pada
18.00 dengan jumlah arus total 2671,4 simpang tiga lengan ruas jalan Kairagi- Ringroad
smp/jam, dan nilai kapasitas sebesar – Maumbi Manado adalah sebagai berikut:
2728.775080 smp/jam. 1. Pelebaran pada jalan utama (Kairagi –
b. Diperoleh nilai derajat kejenuhan ( DS ) Maumbi), melihat ruas jalur pada jalan utama
sebesar 0,98. Nilai ini lebih besar dari nilai yang mempunyai lebar jalan lebih kecil dari
yang di isyaratkan dalam MKJI 1997 yaitu jalan minor maka perlu diadakan pelebaran
0,75 yang artinya kapasitas dari simpang pada ruas jalan ini.
sudah tak mampu menampung jumlah 2. Mengoptimalkan arus pergerakan memisah
kendaraan yang melewati simpang, pada (diverging) dan mengumpul (merging), pada
saat penelitian di laksanakan. persimpangan di lokasi penelitian terdapat
c. Tundaan simpang ( D ) adalah sebesar arus pergerakan memisah dan mengumpul
18,1070 detik/smp dan nilai peluang antrian namun sayangnya arus pergerakan ini sering
sebesar 38 % - 76 %. Artinya terjadi di abaikan oleh pengguna jalan karena kondisi
penambahan waktu berhenti untuk setiap jalan pada arus pergerakan yang sangat
kendaraan yang mendekati persimpangan memprihatinkan, serta tak adanya aturan
sebesar waktu pada tundaan simpang, dan rambu lalu lintas yang mengharuskan
peluang antrian kendaraan sebesar nilai pengguna jalan melewati arus pergerakan
peluang antrian yang telah di dapat. memisah dan mengumpul tersebut.
2. Nilai LOS yang di dapat adalah sebesar 0,98 3. Perencanaan jalan layang (fly over),
yang artinya berdasarkan tabel standar sebaiknya perencanaan yang telah di lalukan
tingkat pelayanan di dapat tingkat pelayanan pada persimpangan tersebut dilakukan
tipe E (Unsteable Flow – some stop and sesegera mungkin karena masalah kemacetan
starts), arus tidak stabil, kecepatan rendah, di Manado adalah pertumbuhan jalan yang
volume pada kondisi operasional pada atau kurang sebanding dengan kendaraan,
dekat dengan kapasitas. Operasional pada sehingga dengan adanya jalan baru (fly over)
LOS E biasanya tidak stabil, karena sedikit dapat meminimalisir kemacetan pada simpang
peningkatan arus atau gangguan kecil dalam yang menjadi lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga.

Anonimus, 1998. Buku Ajar Rekayasa Lalu Lintas. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat
Perguruan Tinggi Swasta, Cisarua Bogor.

Clarkson, O dan Hicks, G. R., 1999. Teknik Jalan Raya, jilid IV, Erlangga, Jakarta.

Hobs F. D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penterjemah: Suprapto dan Waldjono.
Penerbit Gajah Mada University Press.

Warpani. S., 1998. Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit Bharata, Jakarta.

Morlok, Edward. K, 1998, Pengantar Teknik jalan raya. Alih bahasa oleh Johan K. Haiumun.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tamin, O. Z., 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Institut Teknologi Bandung.

530

Anda mungkin juga menyukai