Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN KONFLIK LALU LINTAS DI SIMPANG BERSINYAL

(STUDI KASUS UNTUK EVALUASI SIMPANG BERSINYAL


JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KOTA TEGAL)

Taruna DIV MKTJ


Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

ABSTRAK
Persimpangan sebagai titik pertemuan atau percabangan jalan harus dapat mengakomodasi
kebutuhan pengguna jalan yang melintas dengan aman, selamat, tertib dan lancar. Untuk mengetahui
bagaimana kinerja suatu persimpangan dapat dilakukan studi konflik lalu lintas di persimpangan.
Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan jumlah konflik yang terjadi dengan
karakteristik pergerakan di persimpangan, yaitu pergerakan membelok, waktu siklus, kapasitas,
kecepatan kendaraan, dan aktifitas pejalan kaki. Jalan Perintis Kemerdekaan memiliki satu simpang
bersinyal yang mempertemukan jalan tersebut dengan jalan Hanoman. Dari hasil survey lapangan
menunjukkan bahwa walaupun simpang tersebut diatur dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
masih banyak terjadi konflik lalu lintas. Faktor lebar lajur lalu lintas efektif yang relatif sempit menjadi
salah satu penyebab. Selain itu, kecepatan kendaraan yang terlalu pelan juga berpengaruh terhadap
jenis konflik yang paling sering terjadi. Tercatat 171 konflik dua kendaraan yang belok kiri dari arah
yang sama pada keempat lengan simpang sebagai jenis konflik yang paling banyak terjadi. Kecepatan
kendaraan rata-rata yang masuk ke mulut simpang melalui lengan simpang timur dan barat lebih dari
30 km/jam, sehingga direkomndasikan untuk pemasangan rambu pembatas kecepatan di bawah 30
km/jam di 100 meter sebelum mulut simpang. Lengan simpang barat dengan lebar jalu efektif 2,5 meter
direkomendasikan untuk ditutup karena sedikitnya kendaraan yang melintas dan seringnya terjadi
pelanggaran lampu merah.
Kata kunci : simpang bersinyal, karakteristik pergerakan, konflik lalu lintas, lengan simpang

PENDAHULUAN
Persimpangan merupakan titik pertemuan
atau percabangan jalan. Persimpangan harus
dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna
jalan yang melintas agar aman, selamat, tertib
dan lancar. Untuk mengetahui bagaimana
kinerja suatu persimpangan dapat dilakukan
dengan melakukan studi konflik lalu lintas di
persimpangan. Studi konflik lalu lintas dapat
dilakukan dengan membandingkan jumlah
konflik yang terjadi dengan karakteristik
pergerakan persimpangan.
Di jalan Perintis Kemerdekaan terdapat
satu simpang bersinyal yang mempertemukan
jalan tersebut dengan Jalan Hanoman, Kota
Tegal. Evaluasi kinerja simpang bersinyal ini
perlu dilakukan karena volume lalu lintas di

persimpangan cukup tinggi sehingga dapat


diketahui apakah pengaturan yang ada masih
sesuai dapat mengatur lalu lintas kendaraan
dengan baik.
Simpang tersebut memiliki satu lengan
simpang kecil dengan sedikit kendaraan yang
melintas dan pengguna jalan yang masuk dari
lengan simpang tersebut sering melakukan
pelanggaran lampu merah. Oleh karena itu,
keberadaan lengan simpang tersebut perlu
dikaji.

METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam studi
konflik lalu lintas ini adalah membandingkan
jumlah konflik yang terjadi dengan
1

karakteristik pergerakan di persimpangan.


Konflik lalu lintas terjadi pada saat seorang atau
lebih pengguna kendaraan atau lebih saling
mendekati atau mendekati objek lain pada
ruang dan waktu yang sedemikian rupa
sehingga menyebabkan resiko tabrakan jika
pergerakan tidak dapat dirubah (Baguley,
1984). Karakteristik pergerakan yang dimaksud
antara lain: pergerakan membelok, kapasitas
simpang, waktu siklus (fase), kecepatan, dan
pergerakan pejalan kaki.

adalah dari kaki simpang barat dengan 27


satuan mobil penumpang.

Data-data karakteristik pergerakan di


persimpangan ddapatkan dengan melakukan
survey lapangan.

Dari hasil pencatatan waktu siklus pada


tiap lengan simpang, didapatkan diagram fase
sebagai berikut.

2. Waktu Siklus
Manajemen pergerakan kendaraan di
persimpangan sangat berpengaruh terhadap
konflik yang terjadi di persimpangan, terutama
simpang bersinyal. Penentuan jumlah dan
waktu fase yang tidak sesuai akan berdampak
pada tidak lancarnya pergerakan yang dapat
menimbulkan konflik.

Fase I : Lengan Simpang Selatan


79

PEMBAHASAN

24

1. Pergerakan Membelok
Pergerakan kendaraan di persimpangan
merupakan penyebab utama terjadinya konflik
lalu lintas. Jumlah konflik yang terjadi
dipengaruhi oleh jumlah pergerakan membelok
pada tiap lengan simpang.
Hasil survey pergerakan membelok
terklasifikasi menunjukkan bahwa pergerakan
kendaraan di simpang bersinyal Jalan Perintis
Kemerdekaan adalah sebagai berikut.

Fase II : Lengan Simpang Utara


43

40

22

Fase III : Lengan Simpang Timur dan Barat


43

60

2
<---------------------- Waktu Siklus = 105 detik ------------------->

Gambar 2. Diagram Fase Simpang


Dapat dilihat pada gambar 2 bahwa simpang
bersinyal
Jalan
Perintis
Kemerdekaan
menggunakan 3 (tiga) fase pergerakan dengan
waktu siklus 105 detik. Fase I diatur dengan
waktu hijau yang paling lama yaitu 79 detik,
dikarenakan arus kendaraan di lengan simpang
utara adalah yang paling banyak diantara
lengan simpang yang lain. Lengan simpang
timur dan barat diatur menjadi 1 fase pada fase
II dan fase III untuk lengan simpang utara.

3. Kapasitas

Gambar 1. Kondisi Pergerakan Membelok


Gambar 1 menunjukkan volume pergerakan
kendaraan pada tiap lengan simpang yang
didapatkan dari survey lapangan. Diketahui
bahwa volume terbesar berasal dari kaki
simpang selatan, yaitu 788 satuan mobil
penumpang, sedangkan yang paling sedikit

Salah satu faktor yang mempengaruhi


banyaknya jumlah konflik yang terjadi di
persimpangan adalah ruang gerak kendaraan
yang sempit. Ruang gerak kendaraan berkaitan
dengan lebar efektif tiap lengan simpang,
sehingga bisa dihitung seberapa banyak
kendaraan yang dapat ditampung oleh tiap
lengan simpang simpang.

Lengan
Simpang
Timur
Selatan
Barat
Utara

S
525 x We
1575
2100
656,25
2100

g
c
(detik) (detik)
60
79
60
65

105
105
105
105

Kapasitas
C
S x g/c
(smp/jam)
900
1580
375
1300

Berdasarkan grafik pada Gambar 3, selanjutnya


akan dianalisis bagaimana tingkat keparahan
yang ditimbulkan pada kecepatan tersebut
terhadap pejalan kaki. Berdasarkan Speed
management: a road safety manual for
decision-makers and practitioner (Global Road
Safety Partnership, 2008), dampak kecepatan
kendaraan bila bertabrakan dengan pejalan kaki
digambarkan dalam gambar 3 berikut ini.

Tabel 1. Kapasitas Tiap Lengan Simpang


Berdasarkan tabel penghitungan kapasitas tiap
lengan simpang (pendekat) didapatkan bahwa
lengan simpang selatan memiliki kapasitas
yang paling besar karena waktu hijaunya juga
yang paling lama, yaitu 79 detik. Apabila
ditinjau dari volume kendaraan yang melintas
di tiap lengan simpang, volumenya masih
dikatakan jauh dari kapasitas yang dapat
ditampung lengan simpang. Artinya tiap lengan
memiliki ruang gerak yang cukup untuk
kendaraan.
Gambar 4. Grafik Kemungkinan Pejalan Kaki
Meninggal Saat Ditabrak Kendaraan

4. Kecepatan
Kecepatan kendaraan yang memasuki
persimpangan melalui keempat lengan simpang
diukur untuk mengetahui tingkat keparahan
yang ditimbulkan dengan kecepatan kendaraan
yang sedemikian rupa.

KECEPATAN (KM/JAM)

Kecepatan kendaraan pada tiap lengan simpang


ditunjukkan pada grafik berikut ini.

140
120
100
80
60
40
20
0

56

68
35

37

25

24

36

25

20

20

20

Timur

Selatan

Barat

Utara

38

LENGAN SIMPANG
Kecepatan Terendah

Kecepatan Rata-rata

Kecepatan Tertinggi

Gambar 3. Grafik Kecepatan Tiap Lengan


Simpang

Grafik pada gambar 4 menunjukkan bahwa


pejalan kaki mengalami resiko meninggal dunia
(>80%) apabila ditabrak oleh kendaraan yang
nelaju dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam,
kecepatan di bawah 30 km/jam hanya
berpeluang
kurang
dari
10%
dapat
menyebabkan kematian.
Kecepatan tertinggi di simpang Jalan
Perintis Kemerdekaan adalah 68 km/jam
(>50km/jam) yaitu dari lengan simpang utara.
Untuk kecepatan rata-rata, lengan simpang
timur dan utara memiliki nilai yang cukup
berbahaya karena kecepatan rata-rata lebih dari
30 km/jam, artinya kemungkinan menyebabkan
korban meninggal antara 10 80%.

5. Pejalan Kaki
Pejalan kaki yang melintas di tiap lengan
simpang juga memiliki pengaruh terhadap
pergerakan kendaraan yang memasuki
simpang, hubungannya dengan kecepatan
kendaraan dan keparahan yang ditimbulkan
dari kemungkinan tabrakan dengan kendaraan
3

yang melintas, yaitu pejalan kaki yang


menyeberangi jalan.
Data pejalan kaki didapatkan dengan
melakukan survey lapangan, yaitu menghitung
pejalan kaki yang menyusuri dan menyeberang
di tiap lengan simpang selama 1 (satu) jam
dengan jarak 100 meter dari mulut simpang.
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut.
Lengan
Menyusuri Menyeberang
Simpang
Timur
Selatan
Barat
Utara
Total

29
15
0
8
52

10
6
0
4
20

Total

demikian ada 20 potensi konflik yang mungkin


terjadi kecelakaan.

6. Konflik Lalu Lintas di Persimpangan


Dengan karakteristik pergerakan seperti
yang disampaikan pada poin 1 sampai 5
pembahasan, didapatkan bahwa konflik lalu
lintas yang terjadi di persimpangan dalam 1
(satu) jam adalah sebagai berikut. (Tabel 3)

39
21
0
12
72

Tabel 2. Data Pejalan Kaki


Berdasarkan tabel data pejalan kaki, dari
72 pejalan kaki 20 orang diantaranya
menyeberang di lengan simpang. Dengan
NO

Jenis Konflik

1
Belok kiri dari arah yang sama
2
Belok kanan dari arah yang sama
3
Kendaraan terlalu pelan
4
Kendaraan berganti lajur
5
Belok kanan dari arah berlawanan
6
Belok kiri jalan terus
7
Belok kiri dari kiri
TOTAL

Konflik
Utama
101
96
96
80
93
7
68
541

Jumlah Kejadian
Prosentase
Konflik Prosentase TOTAL
(%)
Sekunder
(%)
59
58
55
59
58
100
61
59

70
70
77
55
68
0
43
383

41
42
45
41
42
0
39
41

171
166
173
135
161
7
111
924

Tabel 3. Data Konflik Lalu Lintas


Dapat diketahui dari tabel 2, bahwa dari total
924 konflik yang terjadi dari keempat lengan
simpang, 59% adalah konflik utama dan
menyebabkan terjadinya konflik sekunder
sebanyak 41% dari total konflik yang terjadi.
Konflik yang paling sering terjadi adalah konflik
jenis nomor 1, yaitu belok kiri dari arah yang
sama. Hal ini dapat terjadi karena kondisi lebar
efektif tiap lengan simpang yang relatif sempit,
sehingga arus kendaraan sedikit terhambat
karena harus menunggu kendaraan yang ada di
depannya., terutama untuk kendaraan yang akan
menuju ke lengan simpang timur.

KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang simpang bersinyal
di Jalan Perintis Kemerdekaan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik pergerakan kendaraan di
persimpangan bersinyal berkaitan dengan
pergerakan membelok kendaraan, ruang gerak
kendaraan, pengaturan simpang, kecepatan
kendaraan, dan aktifitas pejalan kaki. Kondisi
karakteristik
pergerakan
berpengaruh
terhadap konflik lalu lintas di simpang
bersinyal.
4

2. Kecepatan rata-rata kendaraan di lengan


simpang timur dan utara lebih dari 30 km/jam,
memiliki resiko kematian terhadap pejalan
kaki antara 10% sampai dengan 80%.
3. Konflik yang paling sering terjadi adalah
konflik akibat kendaraan belok kiri dari arah
yang sama dengan konflik utama sebanyak
101 kejadian yang menyebabkan konflik
sekunder sebanyak 70 kejadian. Faktor lebar
lajur efektif yang tergolong sempit menjadi
salah satu penyebab banyak terjadi konflik
tersebut, terutama kendaraan yang akan
menuju lengan simpang timur.

REKOMENDASI
1. Penutupan lengan simpang barat agar tidak
dimasukan dalam fase Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas karena lebar efektif yang hanya
2,5 meter dengan lalu lintas kendaraan yang
relatif sedikit dan kurangnya jarak pandang
pada lengan simpang tersebut. Selain itu,

banyak pengguna jalan yang menerobos


lampu merah di lengan simpang tersebut
membuat resiko kecelakaan yang tinggi.
2. Pemasangan rambu pembatas kecepatan 30
km/jam 100 meter sebelum mulut simpang
pada lengan simpang timur dan utara, karena
hasil survey menunjukkan bahwa kendaraan
yang melintas di lengan simpang tersebut
kecepatan rata-ratanya lebih dari 30 km/jam.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta.
Global Road Safety Partnership, 2008, Speed
management: a road safety manual for
decision-makers and practitioner .
Genewa.
US Department of Transportation. 1989. Traffic
Conflict Techniques for Safety and
Operations -- Observers Manual.
Virginia.

Anda mungkin juga menyukai