Informasi dari lalu lintas berupa: arus, kecepatan, kerapatan, antrian, kemacetan, tundaan, kondisi parkir, keselamatan, konsumsi bahan bakar, dan dampak lingkungan merupakan faktor penting yang digunakan untuk mendiagnosa masalah, menemukan solusi yang tepat, serta untuk mempelajari efek dari skema implementasi lalu lintas. Sedangkan data permintaan asal-tujuan sangat bermanfaat sebagai data untuk peramalan pada proyek perencanaan transportasi. Kesemua parameter tersebut merupakan parameter lalu lintas, dan pada bab ini khusus dibahas mengenai arus lalu lintas.
5.1 PENDAHULUAN
Arus lalu lintas dibentuk oleh pengendara dan kendaraan sehingga terjalin suatu interaksi keduanya serta interksi antara kedua komponen tersebut terhadap jalan dan lingkungan. Kendaraan yang memasuki suatu arus lalu lintas tidak mungkin berjalan secara seragam karena ketidaksamaan pengemudi dalam hal ketrampilan mengemudi dan pengambilan keputusan. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada keadaan dua lalu lintas yang serupa sekalipun dalam kondisi yang setara, jalan dan kendaraan, yang hal itu diakibatkan oleh perilaku dan kebiasaan pengemudi yang sangat bervariasi.
Perilaku arus lalu lintas sangat berlainan dengan perilaku suatu aliran suatu fluida yang melalui suatu saluran terbuka atau pipa tertutup, yang perilakunya bisa diprediksi yakni mengikuti hukum hidraulis dan aliran fluida. Karakteristik aliran lalu lintas yang melewati suatu jalan merupakan variasi dari lokasi dan waktu. Suatu tantangan bagi seorang Traffic Engineer ketika harus merencanakan dan mendisain suatu lalu lintas, dia tidak cukup hanya memprediksi hal-hal yang bersifat eksak melainkan juga memperhitungkan perilaku manusia sebagai road user yang kompleks.
Walaupun demikian, perilaku pengemudi dalam suatu aliran lalu lintas akan tetap konsisten pada suatu range tertentu yang normal. Sebagai contoh pada suatu ruas jalan dengan
35
36
kecepatan disain 60 km/jam misalnya, pengemudi akan cenderung menjalankan kendaraan pada kecepatan sekitar range tersebut misalnya pada kecepatan antara 45 sampai dengan 65 km/jam, dan sedikit pengemudi yang menjalankan kendaraannya pada kecepatan 70 km/jam atau di atas 80 km/jam.
Secara kuantitatif untuk keperluan disain arus lalu lintas, sekalipun karakteristik sangat bervariasi, perilakunya tetap dapat diprediksi pada suatu rentang yang normal. Dengan kata lain parameter-parameter tersebut harus bisa didefinisikan dan diukur, sehingga seorang Traffic Engineer akan bisa menganalisis, mengevaluasi, dan merencanakan dalam batas minimal berdasarkan batasan normal parameter-parameter di atas.
5.2.
Arus lalu lintas secara prinsip dibedakan ke dalam dua kategori, yakni: 1. Arus lalu lintas tidak terganggu (Uninterrupted flow) 2. Arus lalu lintas terganggu (Interrupted flow)
Arus lalu lintas yang tidak terganggu adalah suatu kondisi arus lalu lintas yang tidak mengalami gangguan karena faktor dari luar. Dalam hal ini biasanya terjadi pada jalan bebas hambatan yang fasilitas akses keluar masuknya sangat dibatasi serta tidak terdapat lampu lalu lintas, rambu STOP maupun YIELD, atau pertemuan sebidang yang akan mengganggu. Dengan demikian arus lalu lintas merupakan produk interaksi antara kendaraan satu dengan yang lainnya dan juga dengan geometrik jalan serta lingkungan sepanjang perjalanan. Pola lalu lintas hanya ditentukan oleh tata guna lahan (land use) yang menghasilkan perjalanan (trip) yang terjadi pada jalan tersebut. Dengan demikian jika terjadi suatu kemacetan pada jalan tersebut, itu bukan karena faktor dari luar melainkan karena faktor interaksi internal, bahkan sekalipun terjadi kemacetan total (traffic jam) jalan tersebut tetap diklasifikasikan sebagai jalan dengan arus tidak terganggu.
Sedangkan arus lalu lintas yang terganggu adalah suatu arus lalu lintas dengan gangguan dari luar yang secara periodik akan mengganggu arus lalu lintas yang sedang berjalan. Ciri utama dari arus lalu lintas terganggu ini adalah adanya lampu lalu lintas pada persimpangan, rambu STOP atau rambu YIELD, gerbang tol, dan persimpangan sebidang.
37
Arus lalu lintas pada kondisi ini tidak hanya terjadi karena interaksi antara sesama kendaraan atau kendaraan dengan lingkungan saja, melainkan karena adanya gangguan tetap pada persimpangan bersinyal dengan lampu merah yang menyala secara periodik yang akan menimbulkan suatu platoon kendaraan.
Platoon adalah suatu kelompok kendaraan yang berjalan bersama-sama dalam jarak yang berdekatan, mempunyai kecepatan yang mendekati sama. Platoon terjadi di jaringan jalan arteri dengan beberapa simpang bersinyal. Platoon ini terbentuk biasanya pada saat lampu hijau menyala dan cenderung untuk menyebar sepanjang perjalanan. Jika jarak antar simpang bersinyal cukup jauh maka platoon ini cukup mengganggu bagi kendaraan lain yang akan masuk ke ruas melalui simpang yang tidak bersinyal. Tidak ada batasan jarak tertentu sebagai patokan tentang penyebaran dari platoon kendaraan ini, namun bisa disebutkan beberapa variabel sebagai penyebabnya antara lain jumlah dan pola kendaraan yang akan masuk ke lajur dari simpang yang tidak bersinyal dan dari jalan akses langsung dari perumahan dan lain-lain.
38
V
dimana: V d t = = =
d t
(5.1)
Dalam suatu arus lalu lintas tiap kendaraan berjalan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Dengan demikian dalam arus lalu lintas tidak dikenal adanya suatu karakteristik kecepatan kendaraan tunggal, melainkan distribusi dari kecepatan kendaraan secara keseluruhan. Distribusi dari kecepatan kendaraan yang berlainan itu, nilai rata-ratanya dapat digunakan sebagai dasar untuk menggolongkan arus lalu lintas secara keseluruhan.
5.4.1.1. Kecepatan rerata waktu dan Kecepatan rerata ruang Pada suatu aliran lalu lintas kendaraan tidak selalu berjalan secara seragam, melainkan bergerak pada kecepatan yang berbeda. Permasalahan yang timbul kapan, di mana, dan bagaimana mendapatkan ukuran kecepatan yang representatif pada suatu aliran lalu lintas, bukanlah hal sederhana.
Sebagai contoh kecepatan dari kendaraan-kendaraan yang diambil datanya pada sutu titik pengamatan pada periode waktu tertentu. Kecepatan ini dikenal sebagai kecepatan sesaat (spot speed). Sebagai alternatif adalah kecepatan dari seluruh kendaraan yang menempati suatu panjang jalan yang diambil pada saat yang sama atau juga dengan pemotretan udara suatu jalan yang dilakukan dua kali pada interval waktu terpisah, maka dapat diperoleh kecepatan dari tiap kendaraan dengan cara membagi jarak tempuh dengan interval waktu.
39
Metode bagaimana ukuran kecepatan diambil dan bagaiamana cara penghitungannya sangat berpengaruh pada hasil dan interpretasi dari besarnya angka yang diperoleh.
Dua metode untuk menghitung nilai rata-rata kecepatan adalah: kecepatan rerata waktu (time mean speed, TMS) dan kecepatan rerata ruang (space mean speed, SMS). Time mean speed (TMS), didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang melewati suatu titik dari jalan selama periode waktu tertentu atau nilai rata-rata dari spot speed, yang dirumuskan:
U
dimana: n
TMS
1 n
(5.2)
U
dimana: L ti
TMS
1 n
L ti
(5.3)
= pajang ruas jalan yang ditempuh kendaraan = waktu yang diperlukan tiap kendaraan yang diamati untuk menempuh jarak L
Sedangkan space mean speed (SMS), merupakan kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang menempati / melintasi penggalan jalan selama periode waktu tertentu. Penghitungan SMS didasarkan pada rata-rata waktu tempuh (ti ) yang diambil dari seluruh kendaraan yang melintasi suatu panjang jalan L. Tiap-tiap kendaraan melintas pada kecepatan Ui , sehingga waktu tempuhnya untuk melintasi jarak L adalah:
ti
L U
(5.4)
i
40
1 n
L U
(5.5)
i
sedangkan kecepatan rata-rata berdasarkan pada rata-rata waktu tempuh ( t i ), yang merupakan space mean speed (SMS), adalah rata-rata harmonis dari spot speed dirumuskan :
U SMS
1 1 n
1 U i
(5.6)
Atau:
U SMS
1 1 L
ti n
nL
ti
(5.7)
Contoh 1: Spot speed 6 kendaraan adalah : 30,40,50,60,70,80 km/jam. Hitung TMS dan SMS ! Penyelesaian:
TMS
30 + 40 + 50 + 60 + 70 + 80 6
1 1 1 1 1 1 1 1 x + + + + + 6 30 40 50 60 70 80
= 55 km/jam
SMS
= 49,27 km/jam
Contoh 2 : Diamati 6 kendaraan masing-masing menempuh jarak yang sama yakni 1000 m,
dengan waktu tempuh masing-masing adalah : 18,20,23,25,19,24 detik. Hitung TMS dan SMS!
41
Kecepatan ( m/det )
d=b/c
1 2 3 4 5 6 Total Rata-rata
U TMS U SMS
= = =
47,28 m/det
170 km/jam
5.4.1.2. Kecepatan Rata-rata Bergerak dan Kecepatan Rata-rata Perjalanan Kecepatan rata-rata bergerak (average running speed) dan kecepatan rata-rata perjalanan (average travel speed) adalah dua bentuk dari space mean speed yang sering digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran dalam bidang rekayasa lalu lintas. Prinsip keduanya sama yakni kecepatan merupakan jarak tempuh dibagi dengan rata-rata waktu untuk menempuh bagian dari suatu ruas jalan yang diukur.
Waktu perjalanan (travel time) adalah total waktu keseluruhan yang dipergunakan untuk melintasi bagian dari suatu jalan terukur. Sedangkan waktu bergerak (running time) adalah total waktu yang diperlukan oleh kendaraan pada saat bergerak untuk melintasi bagian dari jalan yang terukur. Beda prinsip keduanya adalah travel time meliputi seluruh waktu termasuk waktu berhenti sedangkan running time hanya waktu saat kendaraan bergerak saja. Sebagai gambaran disebutkan bahwa suatu kendaraan yang diamati bergerak menempuh jarak 20 km selama 15 menit termasuk diantaranya 2 kali berhenti yakni 1 menit dan 1,5 menit di persimpangan, sehingga kecepatan perjalanan dan bergerak dapat dihitung
42
V V
= =
= 80 km/jam = 96 km/jam
Beda prinsip keduanya adalah flow sangat tergantung pada suatu interval waktu yang pendek misalnya dalam 5 menitan atau 15 menitan untuk mengetahui seberapa besar fluktuasi suatu arus kendaraan yang melintasi area studi secara lebih spesifik misalnya per lajur, dan biasanya dihubungkan dengan besarnya kecepatan rata-rata kendaraan yang terjadi untuk keperluan analisis karakteristik suatu lalu lintas dan keperluan studi lainnya yang lebih spesifik. Sementara data volume lalu lintas lebih bersifat jangka panjang (long term) pada suatu ruas jalan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kendaraan yang melintasinya pada periode waktu tertentu dan tidak membedakan lajur, untuk kemudian diambil hasil rata-ratanya sesuai dengan keperluan misalnya: rata-rata harian (daily), per jam (hourly, atau per subjam (subhourly) tanpa terikat dengan data lainnya seperti kecepatan pada saat yang bersamaan. Dan selanjutnya pada bagian ini hanya akan dibahas tentang volume.
Volume dapat dibagi menjadi: 1. Volume Harian (Daily Volumes) Interval waktu yang biasa untuk volume adalah satu hari. Data volume harian ini seringkali digunakan sebagai dasar untuk perencanaan jalan dan observasi umum tentang tren lalu lintas. Proyeksi volume lalu lintas sering didasarkan pada pengukuran volume harian.
Pengukuran volume harian ini dapat dibedakan: a. Average Annual Daily Traffic (AADT) yakni volume rata-rata yang diukur selama 24 jam dalam kurun waktu 365 hari, dengan demikian maka AADT merupakan jumlah total kendaraan yang melintasi jalan terukur dibagi dengan 365.
43
b. Average Annual Weekday Traffic (AAWT) adalah volume rata-rata yang diukur selama 24 jam untuk hari-hari kerja selama kurun waktu 365 hari, sehingga AAWT merupakan jumlah total kendaraan yang terukur dibagi total hari kerja dalam satu tahun yakni 260. c. Average Daily Traffic (ADT) adalah volume rata-rata yang diukur selama 24 jam penuh dalam periode waktu tertentu yang lebih pendek dari satu tahun, misalnya dalam dalam6 bulan, satu bulan, satu minggu, atau lebih kecil dari 2 hari. d. Average Weekday Traffic (AWT) adalah volume rata-rata yang diukur selama 24 jam pada hari-hari kerja dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, misalnya dalam waktu satu bulan Satuan dari pengukuran di atas adalah kendaraan per hari dan tidak membedakan arah atau lajur, melainkan hanya berorientasi pada jumlah kendaraan total yang melintasi. Tabel 5.1. Ilustrasi Volume Harian (daily volumes) Juml. Hari Kerja (hari)
b
Bulan
Total Volume Hari Kerja (kend.) d 208.000 220.000 185.000 200.000 215.000 230.000 260.000 260.000 205.000 190.000 200.000 210.000 2.583.000 .
Total Volume 1 bulan (kend.) e 425.000 410.000 385.000 400.000 450.000 500.000 580.000 570.000 490.000 420.000 415.000 400.000 5.445.000
AWT (kph)
f=d/b
ADT (kph) g=e/c 13.710 14.643 12.419 13.333 14.516 16.667 18.710 18.387 16.333 13.548 13.833 12.903
-
a Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli Agust Sept. Okt. Nop. Des Total
22 20 22 22 21 22 23 21 22 22 21 22 260
9.455 11.000 8.409 9.091 10.238 10.455 11.304 12.381 9.318 8.636 9.523 9.545
-
= =
9.935 kph (kend. per hari) 14.918 kph (kend. per hari)
44
Sumber:
Mc.Shane, W.R, and Roes, R.P,1990,, Traffic Engineering, Pentice Hall, Inc.,New Jersey
Gambar 5.1. Tipikal Variasi volume Lalu lintas Harian 2. Volume Per-Jam (hourly volumes) Volume per hari digunakan untuk kepentingan perencanaan (planning) suatu jalan, dan tidak cocok digunakan untuk kepentingan perancangan (design) ataupun analisis operasional lainnya. Pada kenyataannya volume dalam 24 jam sangat bervariasi, dan biasanya mencapai nilai maksimum pada pagi dan sore hari oleh pemakai jalan reguler (commuter). Pada suatu jam tertentu akan terjadi kondisi dimana besarnya volume mencapai harga yang tertinggi, dan ini disebut sebagai jam puncak.
45
Volume jam puncak merupakan volume yang sangat diperhatikan oleh seorang Traffic Engineer yang biasanya dipakai sebagai dasar untuk disain dan analisis operasional lainnya seperti untuk analisis keselamatan misalnya. Biasanya volume jam puncak terjadi pada satu arah baik pada pagi hari maupun sore hari secara berkebalikan, namun untuk kedua jurusan disain tetap diperlakukan sama yang didasarkan pada jam puncak satu jurusan yang mewakili (nilai terbesar).
Untuk keperluan disain, volume jam puncak kadangkala dihitung dari proyeksi volume harian dengan rumus: DDHV = AADT x K x D dimana : DDHV K D = = = (5.8)
proporsi dari lalu lintas harian yang terjadi selama jam puncak proporsi dari lalu lintas tiap jurusan pada jam puncak
Untuk keperluan disain, nilai K sering di dianggap mewakili proporsi AADT yang terjadi pada jam puncak yang ketiga puluh. Volume jam puncak yang terjadi bervariasi setiap hari dan kemudian dirangking dari yang besar hingga yang kecil dan ditempatkan sebagai sumbu X. Sedangkan sumbu Y merupakan persentase dari lalu lintas harian rata-rata (LHR) atau AADT. Gambar 5.1. menggambarkan grafik hubungan tersebut untuk berbagai tipe jalan. Dapat dilihat bahwa nilai K pada umumnya turun dengan meningkatnya kepadatan jalan (density). Pada daerah yang padat dan kapasitas cenderung turun, demand akan menyebar pada waktu yang lebih panjang daripada pada daerah yang kurang padat.
Sedangkan nilai faktor D lebih cenderung berubah-ubah, tergantung pada perkembangan kepadatan dan pada hubungan yang lebih spesifik dari fasilitas pada daerah pembangkit lalu lintas yang besar.
Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 5.2. pada ruas jalan antarkota (rural highway), diproyeksikan bahwa LHR atau AADT selam 20 tahun ke depan adalah 30.000 kendaraan perhari (kph). Dari tipe jalan tersebut besar faktor K adalah 20 % dari LHR dan arah yang padat biasanya diambil 70 % dari jam puncak. Maka DDHV diperkirakan: DDHV = AADT x K x D = 30.000 x 0,20 x 0,70 = 4.200 kend.per jam
46
Faktor Range Normal Tipe Jalan Desa Pinggiran Kota: Rute radial Rute Lingkaran 0,07-0,12 0,07-0,12 0,55-0,60 0,50-0,55 K 0,15-0,25 0,12-0,15 D 0,65-0,80 0,55-0,65
Sumber:
Highway Capacity Manual, TRB SR 209, Transport Research Board, Washington, DC, 1985
Gambar 5.2. Karakteristik Volume Jam Puncak pada beberapa Tipe Jalan
47
Jika volume per jam merupakan basis data untuk kebutuhan disain
maka variasi volume yang terjadi dalam kurun lebih pendek lagi (short term) sangat diperlukan untuk mengukur kualitas dari arus lalu lintas dalam hubungannya dengan penyediaan fasilitas yang cukup memadai, dimana volume pada suatu kurun waktu yang lebih pendek tersebut mungkin akan melebihi kapasitas.
Volume yang disurvai dalam periode waktu lebih pendek dari satu jam pada umumnya diekspresikan sebagai laju dari arus per jam. Sebagai contoh ada 1.000 kendaraan yang disurvey dalam periode waktu 15 menit, maka dapat diekspresikan sebagai:
Laju dari arus adalah 4.000 kendaraan per jam meskipun jumlah kendaraan yang disurvai hanya 1000 kendaraan dalam interval waktu 15 menit. Namun demikian jika disurvai betul selama 1 jam untuk masing-masing interval waktu 15 menit, mungkin laju arus yan terjadi tidak 4.000 kendaraan.
Tabel 5.3. memberikan gambaran tentang perbedaan antara volume per jam dengan laju dari arus yang diekpresikan sebagai kendaraan per jam. Tabel 5.3. Ilustrasi tentang volume per jam dan laju dari arus
Interval Waktu a 05.00 - 05.15 05.15 - 05.30 05.30 - 0 5.45 05.45 - 06.00 05.00 - 06.00
Volume tiap interval waktu (kend.) b 1.000 1.100 1.200 900 4.200
Laju dari arus tiap interval waktu (kend.) c = b/0,25 4.000 4.400 4.800 3.600
48
Volume yang diamati selama satu jam adalah total volume yang diamati selama 4 kali. Untuk interval waktu 15 menitan, yakni 4.200 kend./jam yang disebut sebagai volume perjam (hourly volumes). Namun demikian laju arus tiap 15 menitan selama 1 jam sangat bervariasi. Nilai maksimumnya adalah pada interval waktu 05.30 05.45 yakni sebesar 1.200 kendaraan yang jika dijadikan volume per jam adalah 4.800 kend./jam.
Seandainya dari Tabel 5.3. di atas yakni survai selama 1 jam ditetapkan bahwa kapasitas jalan adalah 4.200 kend/jam, maka pada interval waktu yang lebih pendek yakni antara 05.3005.45 jumlah kendaraan yang lewat yakni 4.800 kend./jam akan melebihi kapasitas sehingga akan terjadi kemacetan.
Berapa besaran waktu interval minimum untuk survai lalu lintas untuk keperluan analisis, tidak ada jawaban secara pasti. Semuanya sangat tergantung pada kondisi lalu lintas dan analisis statistik. Namun demikian menurut USHCM angka interval 15 menit sangat cocok dan lebih masuk akal untuk keperluan operasional dan analisis, karena untuk waktu yang lebih pendek arus tidak stabil dan hubungan dengan variabel lain dalam aliran lalu lintas sulit dirumuskan.
Hubungan antara volume per jam dan laju maksimum dari arus selama satu jam merupakan faktor jam puncak (peak hour factor = PHF), yang dirumuskan: PHF =
volume max . per . jam . laju . arus
(5.9)
Untuk laju arus dalam periode 15 menit, persamaan menjadi: PHF Dimana : V15 = =
volume . per . jam 4 xV 15
(5.10)
= 0,875
Harga maksimum PHF adalah 1, yakni jika selama waktu 1 jam pengamatan tiap interval 15 menitan memberikan hasil yang sama, dan terendah adalah 0,25 yang terjadi jika arus lalu lintas dalam satu jam hanya ada dalam 1 interval waktu saja. Harga normal dari PHF berkisar antara 0,70 sampai 0,98.
49
Biasanya PHF akan menggambarkan karakteristik trip generation dan diterapkan pada suatu area atau porsi dari sistem jalan dan jalan raya. Jika nilai PHF diketahui maka nilainya bisa dipakai untuk mengkonversi volume per jam ke dalam laju arus puncak selama 1 jam (peak rate of flow per hour), dengan notasi F. F Dimana : =
volume . per PHF . jam
(5.11)
Gambar 5.3. memberikan gambaran variasi lalu lintas selama jam puncak. Terlihat bahwa fluktuasi arus yang terjadi pada pada interval waktu yang lebih pendek lebih bervariasi.
Sumber:
Highway Capacity Manual, TRB SR 209, Transport Research Board, Washington, DC, 1985 dalam Mc.Shane, W.R, and Roes, R.P,1990, Traffic Engineering, Pentice Hall, Inc.,New Jersey
50
Vs x d q / Vs
(5.12)
Sehingga : dimana : q Vs d
(5.13)
Ketiga unsur tersebut merupakan unsur pembentuk aliran lalu lintas, yang akan mendapatkan pola hubungan: 1. Kecepatan dengan kerapatan 2. Arus dengan kecepatan 3. Arus dengan kerapatan
51
Vf
A
qmax
Arus smp/jam
Model dari hubungan antara arus, kecepatan, dan kerapatan, dapat terlihat pada gambar di atas, pada dasarnya dapat diterangkan bahwa: 1. Pada kondisi kerapatan mendekati harga nol, arus lalu lintas juga mendekati harga nol, dengan asumsi seakan-akan tidak terdapat kendaraan bergerak. Sedangkan kecepatannya akan mendekati kecepatan rata-rata pada kondisi arus bebas. 2. Apabila kerapatan naik dari angka nol, maka arus juga naik. Pada suatu kerapatan tertentu akan tercapai suatu titik dimana bertambahnya kerapatan akan membuat arus menjadi turun. 3. Pada kondisi kerapatan mencapai kondisi maksimum atau disebut kerapatan kondisi jam (kerapatan jenuh) kecepatan perjalanan akan mendekati nilai nol, demikian pula arus lalu lintas akan mendekati harga nol karena tidak memungkinkan kendaraan untuk dapat bergerak lagi. 4. Kondisi arus di bawah kapasitas dapat terjadi pada dua kondisi, yakni:
o Pada kecepatan tinggi dan kerapatan rendah (kondisi A) o Pada kecepatan rendah dan kerapatan tinggi (kondisi B)
52
K e c e p a t a n (V)
Vx O
kx
Sumber:
Kerapatan,k
Khisty, CJ and B. Kent Lall, 1998, Transportation Engineering an introduction, Prentice Hall International, USA
Luasan dari segi empat VxPkxO menggambarkan kondisi arus pada kecepatan Vx dan kerapatan kx
53
Arus (smp/jam)
Vopt qmax
A
q maks
0 k maks
kj
Kerapatan (smp/km)
Sumber: Khisty, CJ and B. Kent Lall, 1998, Transportation Engineering an introduction, Prentice Hall International, USA
54
ke puncak kurva atau ke sembarang titik di kurva, maka invers slope atau kemiringan garis yang terjadi merupakan besaran kerapatan atau slope sama dengan 1/d. Pada puncak kurva yang merupakan arus maksimum dan kecepatan optimum ( Vopt) sedangkan semakin ke kiri garis yang dibentuk semakin tegak tegak atau sudut semakin kecil berarti kerapatan semakin kecil dan semakin mendatar kerapatan semakin besar sampai mencapai kondisi macet (jam).
Kecepatan km/jam
Vf
1/d
Vopt
0
Sumber:
Arus smp/jam
q maks
Khisty, CJ and B. Kent Lall, 1998, Transportation Engineering an introduction, Prentice Hall International, USA
5.4.6
Model Hasil Studi Empiris Hubungan Antara Arus, Kecepatan, dan Kerapatan
5.4.6.1 Model Linier Greenshield Greenshield (1934) yang mengadakan studi di jalan-jalan luar kota Ohio USA mengusulkan model linier antara space mean speed dengan kerapatan kendaraan.
55
Sumber: Khisty, CJ and B. Kent Lall, 1998, Transportation Engineering an introduction, Prentice Hall International, USA
VS Dengan:
= Vf ( Vs Vf k kmaks kj q qmaks
v k
f j
). k
(5.14)
= kecepatan = kecepatan pada saat arus bebas (free-flow speed) = kerapatan = kerapatan pada saat arus maksimum = kerapatan pada saat macet (jam density) = arus = arus maksimum
Rumus 5.14 merupakan suatu bentuk persmaan yang dapat dilinierkan dalam bentuk Y=a+X, dimana dianggap: VS = Y, Vf = a, Vf/ kj = b, dan k = X.
56
Sementara itu arus merupakan perkalian antara kecepatan dengan kerapatan atau:
q atau k
= VS x k = q/VS
(5.15)
(5.16)
VS
= vf (
v k
f j
).q/VS
(5.17)
= kj. VS (
v k
f j
). (VS)2
(5.18)
Sedangkan hubungan antara arus dan kerapatan diperoleh dengan mensubstitusikan pers. 5.15 ke pers. 5.17 sebagai berikut:
= VS x k
= {vf (
v k
f j
). k} x k
= Vf.k (
v k
f j
). k2
(5.19)
Rumus 5.18 dan 5.19 keduanya adalah persamaan tentang arus (q) yang merupakan fungsi parabola (fungsi kwadrat) dengan. Rumus 5.18 menunjukkan bahwa arus merupakan fungsi dari kecepatan (VS) atau q = f(VS) sedangkan rumus 5.19 menunjukkan bahwa arus merupakan fungsi dari kerapatan (k) atau q = f(k) .
57
Persamaan 5.19 jika diturunkan atau dideferensialkan terhadap kerapatan dan disamakan nilainya dengan nol akan diperoleh arus maksimum.
q k
Jika pers. 5.20 disubstitusikan ke pers. 5.19 maka akan diperoleh arus maksimum, yakni :
k j xV f
maks
(5.21)
Model ini memerlukan besaran dari kecepatan pada saat arus bebas (free-flow speed) dimana bisa diperoleh dengan observasi langsung yang biasanya berada diantara batas maksimum kecepatan dan kecepatan rencana. Juga diperlukan nilai kerapatan pada kondisi macet.(jam density) yang cukup sulit untuk mengestimasikannya. Model ini seringkali digunakan karena kesederhanaannya. Beberapa kelemahannya adalah kecepatan sudah mulai menurun pada saat kerapatan masih mendekati nol dan pada kenyataannya kerapatan pada saat arus maksimum adalah jauh lebih kecil dari setengah kerapatan pada kondisi macet.
5.4.6.2 Model Greenberg Greenberg mengembangkan sebuah model dengan mengambil pengukuran kecepatan, arus, dan kerapatan pada Lincoln Tunnel yang menghasilkan model kecepatan kerapatan (Speed density model) dengan analogi terhadap aliran fluida.
VS
C.ln (kj/k)
(5.22)
Sedangkan nilai Vs = q/k sehingga: q/k q q = = = C ln (k/kj) C.k ln (k/kj) C.k (ln kj Ln k)
k
(5.23)
= 0 , sehingga:
58
q k
= = =
0 0 1
Jika
(5.24)
Kec. (mil/jam) k = 48
55 kend/km
q = 145.5 V e V/32.8
Sumber: Mc.Shane, W.R, and Roes, R.P,1990,, Traffic Engineering, Pentice Hall, Inc.,New Jersey
Model Greenberg lebih memperhatikan pada kondisi macet dan menyimpulkan bahwa nonlinear model lebih tepat digunakan. Kelemahan dari model ini adalah nilai kecepatan pada saat arus bebas (free-flow speed) adalah tak hingga (infinity). Sehingga model ini tidak sesuai dengan realita pada kondisi arus lalu lintas yang rendah.
59
Contoh soal: 1. Jika diperoleh suatu model hubungan kecepatan-kerapatan pada suatu lajur jalan bebas hambatan: Vx = 18,2 ln (220/k)
a. Berapa nilai maksimum dari arus, kecepatan, dan kerapatan? b. Berapa nilai kerapatan pada kondisi macet (jam)?
Penyelesaian: a. q = V. k q = 18,2 ln (220/k). k q = 18,2 k (ln 220 ln k) nilai q akan maksimum jika (ln kj Ln k) ln 220 ln k 3,394 - ln k k =1 =1 =1 = 80,93 kend/km
q k
= 0 sehingga :
sehingga : q maks = 18,2 x 80,93 x 1 = 1473 kend/jam V = q maks / k = 1473 / 80, 93 = 18,2 km/jam
b.
2. Berikut ini adalah data-data yang diperoleh dari hasil studi: Kj = 150 kend/km k = 40 kend/ km Jika VS = 50 km/jam, berapa nilai q maks? Penyelesaian: VS VS = C.ln (kj/k) = C.ln (kj/k)
60
50 C C VS
q maks = VS x k q maks = 37,82 x 55,18 = 2087 kend/jam 5.4.6.3 Model Underwood Underwood melakukan studi lalu lintas di Merritt Parkway di Connecticut dan memberikan perhatian lebih untuk kondisi arus bebas yang oleh Greenberg nilai free-flow speed adalah tak hingga. Model ini menentukan km sebagai parameter. Persamaan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:
V =V
f
.
k km
(5.25)
km adalah kerapatan pada saat q maksimum. Apabila kedua ruas dinyatakan dalam fungsi logaritma naturalis, maka didapatkan persamaan:
ln( V ) = ln( V f .e
ln( V )=
k km
1 .k + ln( Vf ) km
61
Maka: A=
1 km atau km =
1 A
B = ln (Vf)
atau
Vf = e B
k /k
=V
didapat hubungan
q = V f .e k / k m k
q =k. V f .e k / k m
Dengan substitusi Vf = e B dan km = 1 maka didapat hubungan: A (5.26)
k ( 1 ) A
q = k .e
.e .
sehingga:
q = k .e
B + Ak
Selanjutnya, hubungan matematis antara arus-kecepatan dapat diturunkan dari beberapa persamaan sehingga persamaan pada kondisi arus maksimum, terjadi pada saat q = 0, V
ialah:
= k
V e
(5.27)
V e
(5.28)
Kelemahan model Underwood terletak pada: saat kepadatan pada kondisi macet maka kecepatannya adalah tak hingga (infinity), sehingga model ini tidak sesuai pada realita saat lalu lintas mempunyai kepadatan tinggi.
62
Kec. (mil/Jam)
Kec (mil/jam)
q=56.9Vln(76.8/V) V=76.8e-k/56.9
Arus (kend/jam)
q=76.8ke-k/56.9
Sumber: Mc.Shane, W.R, and Roes, R.P,1990,, Traffic Engineering, Pentice Hall, Inc.,New Jersey
63
Spacing (m) Headway (detik) 5.11. Hubungan Antara Kendaraan Dalam Tinjauan Makroskopis
Hubungan spacing dan headway dengan kecepatan, arus, dan kerapatan adalah:
1. Kerapatan rata-rata dalam satuan kendaraan per kilometer merupakan hasil bagi jarak dengan rata-rata spacing atau: 1.000 (m / km) kerapatan (kend./km) = rata-rata spacing (m/kend.) (5.29)
2. Rata-rata headway (det/kend) merupakan hasil bagi rata-rata spacing dengan kecepatan rata-rata atau: rata-rata spacing (m / kend.) Rata-rata headway = kecepatan rata-rata (m/det.) (5.30)
3. Arus rata-rata (kend./jam) merupakan hasil bagi waktu dengan rata-rata headway atau : 3.600 (det./jam) Arus rata-rata = Rata-rata headway (det./kend) (5.31)
64
LO = Panjang
(5.32)
Contoh penerapan : Empat buah kendaraan dengan panjang masing-masing 18,20,21, dan 20 ft terdistribusi pada bagian jalan sepanjang 500 ft. Berapa LO dan density ? LO =
( 18 + 20 + 21 + 22 ) ft 500 ft = 0 , 162
LO dapat digambarkan sebagai perbandingan dari waktu kendaraan datang pada stasiun deteksi dengan waktu percobaan. LO T0 k Atau k = = Tot .waktu .saat .detektor .ditempati .kend . = T 0
tot .waktuobser vasi T
= =
+ C V S
0
x 5280 L + C
L 0 x 1000 L + C
Arah pergerakan
(5.36)
65
Contoh penerapan : Selama 60 detik, sebuah detektor ditempati oleh kendaraan dengan masing-masing waktu 0,34 ; 0,38 ; 0,40 ; 0,32 ; dan 0,52 detik. Hitung nilai q , k, dan V dengan asumsi panjang detektor = 10 ft dan panjang rata-rata kendaraan = 20 ft.
penyelesaian : Diket : L = 20 ft ; C = 10 ft
t0 =
L0 =
L 0 x 5280 L + C
= 3 , 27 % X
5280 30
= 5 , 75
kend./mil
VS =
n (L + C ) 5 x 30 = t0 1 , 96
= 76 , 53
66
Jarak(m) 1
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100
5 6 B
l
2 3 A
20
40
60
80
100
140
160
180
200
Waktu (det)
Gambar 5.13. menggambarkan posisi 6 buah kendaraan yang melaju dengan berbagai kecepatan dan posisi. Kendaraan nomor 3 merupakan kendaraan yang melaju paling cepat yang ditunjukkan dengan posisi garis paling tegak. Kendaraan nomor 2 yang mulai bergerak pada detik yang ke-12 berjalan dan berhenti pada detik ke-44 sampai dengan detik ke-72 (ditunjukkan dengan garis datar). Kendaraan 3 menyiap kendaraan 2 pada detik ke-62, namun demikian setelah kendaraan 2 mulai bergerak kembali dapat kembali menyiap kendaraan 3 pada detik ke-80 karena kendaraan 2 berjalan dengan kecepatan yang tinggi setelah berhenti. Pada umumnya laju kendaraan tidaklah konstan, namun yang lebih realistis adalah seperti ditunjukkan pada kendaraan nomor 4 dan 5 yang selalu berubah kecepatannya.
67
Berikut ini contoh soal dan penyelesaiannya: 1. Berapa arus kendaraan dan headway rata-rata yang melintasi garis A-A selama waktu pengamatan 160 detik? 2. Berapa kecepatan rata-rata kendaraan yang menempuh jarak antara garis A dan B? 3. Dilakukan pemotretan udara dua kali pada detik ke-140(C) dan ke-151 (D) atau dengan beda waktu 11 detik untuk mengetahui posisi kendaraan. Ternyata ada 3 kendaraan yang sama dengan posisi yang berubah. Hitung berapa kecepatan dan arus rata-rata! 4. Diagram waktu-jarak Gambar 5.13 memperlihatkan 6 kendaraan yang bergerak dalam lingkup ruang waktu-jarak tertentu, berapa Arus (q), kerapatan (d), dan kecepatannya (Vs)?
No. Kendaraan 2 3 4 5 6
Individual headway
(detik)
23 16 38 52
129
32,25 detik
2. Menghitung kecepatan rata-rata kendaraan Jarak antara garis A-A dan B-B = 400 meter
68
Kecepatan rata-rata tiap kendaraan adalah jarak antara garis A-A dan B-B dibagi dengan waktu tempuh (lihat Tabel 5.5)
Time Mean Speed (UTMS) Space Mean Speed (USMS)
= =
48
, 97 5
= 9,794 m/det
m
5 x 400 247
= 8,097 m/det
A-A
2 3 4 5 6 25 48 64 92 144
B-B
75 68 125 162 190
Total
4. Menghitung rata-rata kecepatan dan arus pada dua posisi yang berbeda: Kecepatan (V) Kerapatan (k) Arus = =
285 . m 3 x 11 det
3 . kend ( 660 170 ). m
D
800 440 270
Jarak (m)
140 45 100
Total
285
69
Arus (q)
Kecepatan (V)
Kerapatan (k)
t A
494 1000
Tabel 5.7. Perhitungan Jarak dan Waktu tempuh No. Kend. 1 2 3 4 5 6 Jarak Tempuh, xi Awal 400 0 0 0 0 0 xi Akhir 1000 1000 1000 1000 1000 700 Jarak 600 1000 1000 1000 1000 700 5.300 0 12 40 50 80 100 ti Waktu Tempuh,ti Awal Akhir 52 84 88 168 184 200 Jarak 52 72 48 118 104 100 494