ISSN: 23-55-9241
Adi Subandi1
M. Gugun Gunawan2
ABSTRAK Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui nilai arus jenuh pada masing-
masing lengan terpilih pada simpang-studi. Kemudian menganalisa data untuk mendapatkan
nilai ekivalensi mobil penumpang (EMP) untuk masing-masing jenis kendaraan. Kendaraan
ringan (LV), kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC).
Data-data yang dibutuhkan diperoleh dari pengamatan langsung melalui survey lapangan
selama beberapa waktu di 2 (dua) waktu sibuk, yaitu jam pagi saat waktu berangkat bekerja
dan jam sore dimana waktunya pulang dari tempat kerja masing-masing.
Simpang-simpang bersinyal yang menjadi lokasi studi adalah simpang beersinyal Terusan
Kiara Condong dimana terdapat tiga lengan terpilih, simpang bersinyal Buah Batu yang
terdapat tiga pula lengan terpilih, simpang bersinyal Batu Nunggal atau lebih dikenal dengan
simpang Tegalega yang juga memiliki tiga simpang terpilih dan simpang bersinyal M. Toha
yang memiliki satu lengan terpilih. Lengan-lengan terpilih tersebut berdasarkan pada banyak
tidaknya kendaraan berat dan sepeda motor yang melakukan aktivitas pergerakan belik kanan
yang terlindung. Sehingga diluar dari dasar acuan tersebut maka lengan-lengan tersebut tidak
dapat dipakai sebagai lokasi studi.
Kata kunci : belok kanan terlindung, arus jenuh, ekivalensi mobil penumpang (EMP),
kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC).
1) Dosen Jur. Teknik Sipil Unsub
2) Mahasiswa Teknik Sipil Unsub
1. Pendahuluan
Simpang bersinyal merupakan salah satu Untuk keperluan analisa kapasitas simpang
elemen paling kompleks pada suatu jaringan bersinyal, arus jenuh pada tiap pendekat
jalan, sedemikian sehingga area ini seringkali (MKJI, 1997), dimana emp untuk tiap jenis
digunakan sebagai objek kajian atau penelitian. kendaraan telah ditentukan berdasarkan tipe
Banyak metode telah dikembangkan untuk dari pendekat pada simpang yang ditinjau,
menganalisis kapasitas persimpangan. yaitu pendekat terlawan (tipe O) atau
Untuk mempelajari konsep kapasitas perlu pendekat terlindung (tipe P). Sedangkan
diketahui terlebih dahulu jumlah maksimum Salter (1989) melakukan perhitungan arus
kendaraan yang bisa melewati sebuah lajur atau jenuh pada tiap – tiap lajur yang disediakan
pendekat pada kondisi jalan dan lalu lintas dari pendekat yang ditinjau, emp tiap jenis
yang sedang berlaku. Dalam perhitungan kendaraan juga ditentukan. Lajur yang
kapasitas, besarnya arus jenuh dan waktu dimaksud yaitu lajur yang digunakan untuk
terjadinya arus jenuh harus diketahui sehingga pergerakan kend-araan belok kanan, lurus
menjadi penting untuk difahami. maupun belok kiri.
Beberapa faktor penyesuaian digunakan dalam Hasil penelitian membuktikan bahwa bahwa
menentukan kapasitas suatu simpang. Faktor – khususnya pergerakan untuk kendaraan
faktor penyesuaian ini akan mempengaruhi belok kanan pada simpang bersinyal,
besarnya arus jenuh terhadap kapasitas mempunyai dampak yang besar terhadap
simpang itu sendiri. Besarnya nilai hambatan pergerakan kendaraan lurus dan belok kiri.
samping, ukuran kota, gradien dan kondisi Pengaruh kendaraan belok kanan tergantung
geometrik jalan merupakan beberapa faktor dari ada atau tidaknya lajur khusus belok
yang mempengaruhi besarnya kapasitas kanan (Webster, 1966).
simpang. Peningkatan kendaraan belok kanan
menyebabkan terganggunya pergerakan
kendaraan terlawan (opposed) dan pergerakan keluar dari sebuah persimpangan dan
terlindung (unopposed). Akibat dari itu maka membentuk bagian darinya. Jalan – jalan ini
arus jenuh jenuh (saturation flow) menjadi disebut kaki persimpangan.
rendah. Tujuan dari pembuatan persimpangan adalah
Untuk pendekat terlawan, keberangkatan dari mengurangi potensi konflik di antara
antrian sangat dipengaruhi oleh kenyataan kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan
bahwa pengemudi di Indonesia tidak sekaligus menyediakan kenyamanan mak-
menghormati “aturan hak utama jalan” dari simum dan kemudahan pergerakan bagi
sebelah kiri yaitu kendaraan belok kanan kendaraan. Peralatan pengendalian lalu-
memaksa menerobos lalu lintas lurus yang lintas meliputi rambu, penghalang yang
terlawan. Model-model dari negara barat dapat dipindahkan, dan lampu lalu-lintas.
tentang teori keberangkatan ini, yaitu yang Seluruh alat tersebut dapat digunakan secara
didaarkan pada teori “penerimaan celah” (gap terpisah atau digabungkan bila perlu,
acceptance) tidak dapat diterapkan di Sebagai contoh, rambu peringatan atau
Indonesia. berhenti memberikan prioritas jalan kepada
Untuk beberapa kondisi disadari bahwa aliran lalu-lintas saja. Rambu berhenti
keberadaan kendaraan berat dan sepeda motor empat-arah secara kasar memberikan
memberikan kontribusi dalam mempengaruhi prioritas jalan pada aliran yang tiba lebih
kinerja arus jenuh pada simpang bersinyal. dulu di persimpangan dengan menggunakan
Kemampuan masing – masing jenis kendaraan lampu lalu-lintas. (C. Jotin Khisty, B. Kent
akan menghasilkan pengaruh yang berbeda Lall, 2005). Berdasarkan urutan tingkat
untuk masing – masing karakteristik kendaraan pengendalian, dari kecil ke tinggi, di
itu sendiri. Maksud dari penelitian ini, persimpangan, keenamnya adalah : tanpa
menentukan besar nilai ekivalen mobil kendali, kanalisasi, rambu pengendali
penumpang untuk kedua jenis kendaraan berat kecepatan atau rambu berhenti, bundaran,
dan sepeda motor untuk pergerakan belok dan lampu lalu-lintas. MUTCD (FHWA,
kanan pada kondisi arus jenuh pada simpang 1985).
bersinyal.
Berdasarkan pemaparan singkat diatas, penulis A. Arus Lalu lintas
tertarik untuk menganalisa simpang bersinyal Volume sering dianggap sama, meskipun
untuk mengetahui arus jenuh simpang bersinyal istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan
pada lokasi studi dan nilai Ekivalensi Mobil arus lalu lintas dan mengandung pengertian
Penumpang (EMP) untuk kendaraan berat dan jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang
sepeda motor yang melakukan aktivitas belok yang diukur dalam suatu interval waktu
kanan pada simpang studi. Sehingga penulis tertentu, tetapi konsentrasi ini kadang-
mengambil judul Tugas Akhir “Analisa Arus kadang menunjukkan kerapatan (kepadatan).
Jenuh Pada Simpang Bersinyal” dengan lokasi Kecepatan ditentukan dari jarak tempuh
studi pada 4(empat) Simpang terpilih di Jalan kendaraan pada suatu waktu tertentu
Soekarno Hatta, yaitu Simpang Terusan (kecepatan waktu rata-rata) atau kecepatan
Kiaracondong, Simpang Buah Batu, Simpang distribusi ruang (kecepatan ruang rata-rata).
Batu Nunggal dan Simpang Moh. Toha Ada tiga karakteristik primer dalam teori
Bandung. arus lalu lintas yang saling terkait, secara
makroskopik dikenal dengan : volume
2. Tinjauan Pustaka (flow), kecepatan (speed), kerapatan
Secara umum terdapat tiga jenis persimpangan, (density), yaitu ketiga variabel meng-
yaitu: (1) persimpangan sebidang, (2) gambarkan kualitas tingkat pelayanan yang
pembagian jalur jalan tanpa ramp, dan (3) dialami oleh pengemudi kendaraan. (Martin
interchange (simpang susun). Persimpangan and Brian, 1967).
sebidang (intersection at grade) adalah
persimpangan di mana dua jalan raya atau lebih
bergabung, dengan tiap jalan raya mengarah
D. Arus Jenuh
Arus jenuh didefinisikan sebagai besarnya
arus ekivalen per jam-an yang dilewatkan
pada suatu pendekat pada kondisi sinyal
yang berlaku dan saat lalu lintas
jenuh/saturated. Besaran yang digunakan
dalam menentukan arus jenuh biasanya
C. Metode Time Slice dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (
Proses dilewatkannya arus setelah dimulainya smp ) per jam waktu hijau. Arus jenuh
hijau dianalisa dengan metode time slice ( RRL, biasanya diukur pada garis henti (stopline)
1963 ). Dasar metode ini adalah membagi selama sinyal hijau ketika arus dilewatkan
setiap waktu hijau kondisi jenuh & kemudian : pada pendekat yang diamati.
dimana, S = arus jenuh dan r = jari-jari 4. Simpang Tegalega Jl. BKR Jl. M. Toha
kelengkungan.
Jl. Peta Jl. Otista
Untuk r = , yaitu lajur arus menerus, Jl. M. Toha Jl. Peta
nilai diperoleh dari kondisi tersebut adalah
1800 smp/jam dan 3000 smp/jam untuk
masing-masing satu dan dua. Ini
dibandingkan dengan 1 pengamatan arus
menerus 1850 smp/jam dan 3200 smp/jam
untuk lebar lajur 10 kaki dan 20 kaki.
3) Arus terlawan tidak ada lajur khusus belok
kanan, efek belok kanan ini akan
mengakibatkan 3 kondisi :
Tabel 3.2 Data geometri lengan terpilih masing- Dalam pengolahan data hasil pengamatan/
masing simpang survey, penulis menggunakan metode
Belok Kanan
Lebar
Radius
Belok segmentasi (Soegondo et al, 1983)
No Lokasi Dari Ke Pendek Kanan
at (m) (m) digunakan untuk keperluan ini. langkah
1. Simpang
Kiaracond
Jl. Sukarno-hatta Jl. Terusan
Kiaracondong
6,20 21,50 kerjanya adalah sebagai berikut :
ong Jl. Sukarno-hatta Jl. Ciwastra 3,20 20,50
a. Tiap siklus dibuat time slice 5 detik.
Jl. Terusan Jl. Sukarno-hatta 3,20 32,20
Kiaracondong b. Pada slice tertentu data tidak dipakai,
2. Simpang Jl. Sukarno-hatta Jl. Buah batu 3,20 18,13
karena arus lalu lintas tidak konstan
c. Pilih slice t1 – tn yang semuanya
Buah batu
Jl. Sukarno-hatta Jl. Terusan Buah 3,20 21,15
batu
Jl. Terusan Buah
batu
Jl. Sukarno-hatta 3,50 18,40 mengandung kendaraan ringan (LV)
untuk mendapatkan arus jenuh.
3. Simpang Jl. Sukarno-hatta Jl. M. Toha (arah 3,20 17,50
M. Toha Tegalega) Pemilihan pada slice tersebut
didasarkan atas pemikiran bahwa
4. Simpang
Tegalega
Jl. BKR Jl. M. Toha 3,10 12,00 sangat jarang sekali pada suatu siklus
Jl. Peta Jl. Otista 3,00 13,50 tertentu kendaraan yang lepas dari stop
Jl. M. Toha Jl. Peta 3,00 17,00
line adalah kendaraan kendaraan
ringan (LV) semua. Juga diasumsikan
bahwa pada slice t1 – tn arus lalu
Tabel 3.3 Data pengaturan waktu siklus pada lintas begerak secara konstan,
simpang studi
N Lokasi Belok Kanan Durasi Sinyal (detik)
sehingga arus jenuh dapat dipilih
o.
Dari Ke Hijau Kuning Merah
diantara slice tersebut.
1. Simpang Jl. Sukarno-hatta Jl. Terusan 150 3 184
Kiaracon Kiaracondong d. Untuk mendapatkan emp sepeda
dong
Jl. Sukarno-hatta Jl. Ciwastra 51 3 283 motor (empMC), pilih beberapa siklus
Jl. Terusan
Kiaracondong
Jl. Sukarno-hatta 60 3 274 yang tidak mengandung kendaraan
berat (HV), persamaan yg digunakan
2. Simpang
Buah
Jl. Sukarno-hatta Jl. Buah batu 52 3 146 adalah :
batu
Jl. Sukarno-hatta Jl. Terusan Buah
batu
22 3 175 nLV+nMC.empMC x __3600__= S
Jl. Terusan Buah Jl. Sukarno-hatta 32 3 165
i. N pot. waktu
batu
3. Simpang Jl. Sukarno-hatta Jl. M. Toha (arah 20 3 126 e. Untuk mendapatkan emp kendaraan
M. Toha Tegalega)
berat (empHV), rumus yang
digunakan adalah :
4. Simpang Jl. BKR Jl. M. Toha 55 3 188
Tegalega
Jl. Peta Jl. Otista 40 3 203 nLV+nHV.empHV+nMC.empMCx_3600_= S
Jl. M. Toha Jl. Peta 45 3 198 i. N pot. waktu
…. …. ….. …. ….. ….
dst.
4.6.2 Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) Tabel 3.8 Nilai Rekapitulasi EMP tiap jenis
Sepeda Motor (MC) kendaraan
Perhtiungan nilai EMP untuk slice dengan arus
jenuh 1766,4 smp/jam atau 2,6764 smp/5detik
dan nilai EMP LV = 0,93 dapat dilihat pada
contoh seperti dibawah ini :
Nilai EMP MC =(S – LV*EMP LV)/MC =
(2,6764- 2*0,93)/2 = 0,40889.
Tabel 5.6 Perhitungan EMP sepeda motor (MC)
No. Slice Kend. Kend. Berat Sepeda EMP MC
Ringan (LV) (HV) Motor
(MC)
1. 2 2 0 2 0,40889
5. 1 1 0 5 0,34941
…. …. ….. …. ….. ….
dst.
Setelah melakukan analisis mengenai nilai
EMP untuk kendaraan ringan (LV), sepeda
B. Analisis Ekivalensi Mobil Penumpang motor (MC) dan kendaraan berat (HV) pada
(EMP) Kendaraan Berat (HV) lengan-lengan terpilih di simpang-simpang
Perhtiungan nilai EMP untuk slice dengan arus studi, maka dapat penulis membuat
jenuh 1766,4 smp/jam atau 2,6764 smp/5detik rekapitulasi dari hasil-hasil analisis diatas
dan nilai EMP LV = 0,93 dan EMP MC = 0,34 agar mempermudah untuk membacanya.
dapat dilihat pada contoh berikut ini : Kemudian merata-ratakan hasil yang
Nilai EMP MC =(S – LV*EMP LV – dianalisis tersebut.
MC*EMP MC)/HV = (2,6764- 0*0,93 –
4*0,34)/1 = 1,66471. D. Ukuran Sample/Kebutuhan Data
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
Tabel 3.7 Perhitungan EMP kendaraan berat (HV)
besar sampel yang diambil dari suatu
No. Slice Kend. Kend. Sepeda EMP HV populasi sehingga dapat merepresentasikan
Ringan (LV) Berat (HV) Motor
(MC)
kondisi seluruh populasi tersebut, yaitu :
• Tingkat variabilitas dari parameter yang
1. 4 0 1 3 1,66471 ditinjau dari populasi yang ada.
2. 1 0 1 1 1,40985
• Tingkat ketelitian yang dibutuhkan untuk
mengukur parameter.
…. …. ….. …. ….. …. • Besarnya populasi dimana parameter akan
di survey.
dst.
0.45
0.40
R2 = 0.8557
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
X < 30 30 < X < 40 40 < X < 50 50 < X < 60 60 < X < 70 70 < X < 80 80 < X < 100
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang dipaparkan
pada bb sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
A. Untuk nilai arus jenuh dan nilai
ekivalensi mobil penumpang (EMP)
Berikut grafik hubungan antara nilai EMP untuk tiap-tiap jenis kendaraan.
dengan nilai linear EMP untuk kendaraan berat
1. Simpang Jl. Soekarno Hatta – Jl.
(HV) dan sepeda motor (MC). Dibawah ini Terusan Kiaracondong,
grafik hubungan antara nilai EMP dengan nilai
linear EMP tersebut : - Lengan Jalan Soekarno Hatta – Jalan
Terusan Kiara Condong memiliki
nilai arus jenuh sebesar 4272 smp.
EMP HV Untuk nilai Ekivalensi Mobil
1.80 Penumpang (EMP) adalah 1.0 untuk
1.60
kendaraan ringan (LV), 0.57 untuk
sepeda motor (MC) dan 1.61 untuk
1.40
R2 = 0.9457 kendaraan berat (HV).
- Jalan Soekarno Hatta – Jalan
1.20
1.00
Ciwastra memiliki nilai arus jenuh
0.80 2040 smp. Untuk nilai Ekivalensi
0.60
Mobil Penumpang (EMP) adalah 1.0
untuk kendaraan ringan (LV), 0.39
0.40
untuk sepeda motor (MC) dan 1.63
0.20
untuk kendaraan berat (HV).
0.00