Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 3, No.

1, April 2017

STUDI KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMI


SIMPANG TAK SEBIDANG KOTA PEKANBARU
(Studi Kasus : Persimpangan Jl. Soekarno Hatta – Jl. Riau)
Mhd. Islah
Program Studi Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Riau
Jalan HR. Soebrantas Panam Pekanbaru
E-mail : iingislah95@gmail.com

Abstrak

Semakin padat dan ramainya kendaraan di Kota Pekanbaru semakin tak sebanding
dengan pelebaran jalan yang dilakukan pemerintah. Alhasil, kemacetan di setiap
persimpangan, terus mengancam. Di beberapa ruas jalan seperti Jalan Soekarno-Hatta
dan Jalan Riau, hampir setiap pagi dan sore hari selalu terjadi kemacetan panjang. Hal
ini tidak dapat dihindari karena kondisi jalan tidak bisa menampung jumlah kendaraan.
Untuk itu persimpangan Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau dijadikan suatu daerah
kajian dampak kemacetan terhadap aktifitas kendaraan, karena jalan tersebut saat ini
sudah terjadi kemacetan, kecelakaan, antrian, tundaan dan lain sebagainya. Hipotesa
awal adalah perencanaan persimpangan Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau yang semula
persimpangannya sebidang menjadi persimpangan tidak sebidang dengan membangun
fly over dan juga adanya rencana pemerintah Kota Pekanbaru untuk membangun fly
over di beberapa titik persimpangan, salah satunya Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau.
Metodologi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan,
survey pendahuluan, survey manual dan kompilasi data. Studi pendahuluan adalah
menentukan parameter data yang akan disurvey dan juga menentukan metode yang
diperlukan untuk mengumpulkan data dimaksud. Survey pendahuluan adalah survey
pada skala kecil yang dilakukan sebelum survey besar. Survey manual adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai kondisi lalu lintas di persimpangan jalan Soekarno
Hatta – jalan Riau dilakukan perhitungan lalu lintas. Kompilasi data adalah suatu proses
pengumpulan data dan pengolahan data untuk mendapatkan hasil akhir berupa data
setengah matang yang siap untuk diolah pada tahap analisis.

Kata Kunci : Analisa Teknis dan Ekonomi, Derajat Kejenuhan, Simpang Tak
Sebidang

Abstract

The more dense and crowded vehicles in the city of Pekanbaru increasingly comparable
to road widening by the government. As a result, traffic jams at every intersection,
continue to threaten. On some roads like Soekarno-Hatta street and Riau street,
almost every morning and evening always happen a long traffic jam. This is
unavoidable because of the road conditions can not accommodate the number of
vehicles. For the crossroads Soekarno Hatta - Riau road used as a study area the
impact of congestion on the activities of the vehicle, because the road is now happening
congestion, accidents, queues, delays and so forth. The initial hypothesis is planning a

27
Islah, M.,/ Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Simpang Tak Sebidang/ pp. 27 – 38

crossroads Soekarno Hatta - Riau original road junction intersection plot becomes not
a plot to build a flyover at some point of intersection, one way Soekarno Hatta – Riau
street. The research methodology used in this study are a preliminary study,
preliminary surveys, user surveys and data compilation. Preliminary study is to
determine the parameters of the data that will be surveyed and also determine the
method required to collect the data in question. Preliminary survey is a survey on a
small-scale survey conducted before large. Survey manual is to get an idea of traffic
conditions at the crossroads Soekarno Hatta - Riau road traffic calculation.
Compilation of data is a process of data collection and data processing to get the final
result of the half-baked data is ready for processing at the analysis stage.

Keywords : The Technical and Economic Analysis, The Degree of Saturation


Intersection No Plot

A. PENDAHULUAN suatu daerah kajian terhadap dampak


Semakin padat dan ramainya kemacetan terhadap aktifitas kendaraan,
kendaraan di kota Pekanbaru semakin karena jalan tersebut saat ini sudah
tak sebanding dengan pelebaran jalan terjadi kemacetan, kecelakaan, antrian,
yang dilakukan Pemerintah. Alhasil, tundaan dan lain sebagainya. Hipotesa
kemacetan di setiap persimpangan, terus awal adalah perencanaan persimpang
mengancam. Di beberapa ruas jalan Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau yang
seperti Soekarno-Hatta dan Jalan Riau, semula persimpangannya sebidang
hampir setiap pagi dan sore hari selalu menjadi persimpang tidak sebidang
terjadi kemacetan panjang. Hal ini tidak dengan membangun fly over setelah
dapat dihindari karena kondisi jalan penelitian dilakukan, dan juga adanya
tidak bisa menampung jumlah rencana pemerintah Kota Pekanbaru
kendaraan. Semakin pesatnya untuk membangun fly over di beberapa
pertumbuhan penduduk kota Pekanbaru titik persimpangan, salah satunya adalah
setiap tahunnya yang disebabkan salah Jalan Soekarno Hatta-Jalan Riau.
satu faktor dari urbanisasi, hal ini akan
juga berpengaruh terhadap banyak B. TINJAUAN PUSTAKA
faktor salah satunya kepadatan lalu 1. Pengertian Simpang
lintas pengguna jalan umum. Menurut PP 43/ 1993 tentang
Kemacetan adalah resiko yang harus Prasarana dan Lalu Lintas Jalan,
dihadapi menyebabkan efektifitas waktu simpang adalah pertemuan atau
akan tersita dengan iklim sosial percabangan jalan baik sebidang
kehidupan perkotaan. Faktor kemacetan maupun yang tak sebidang. Simpang
lalu lintas selain tingginya kuantitas merupakan tempat yang rawan terhadap
pengguna jalan, terbatasnya ketersedian kecelakaan karena terjadinya konflik
jalan, dan juga faktor yang tak kalah antara pergerakan kendaraan dengan
pentingnya adalah budaya berlalu lintas pergerakan kendaraan lainnya.
masyarakat suatu wilayah. Budaya Menurut Hendarto dkk., (2001),
berlalu lintas yang buruk selain persimpangan adalah daerah dimana dua
menyebabkan kemacetan juga akan atau lebih jalan bergabung atau
menyebabkan kecelakaan lalu lintas
berpotongan/bersilangan.
yang tinggi.
Untuk itu persimpangan Jalan
Soekarno Hatta – Jalan Riau dijadikan

28
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 3, No. 1, April 2017

Menurut Hobbs (1995), 4. Derajat Kejenuhan


persimpangan jalan merupakan simpul
transportasi yang terbentuk dari Derajat kejenuhan untuk seluruh
beberapa pendekat dimana arus simpang (DS) dihitung sebagai berikut :
kendaraan dari beberapa pendekat
tersebut bertemu dan memencar DS = Q smp C (2)
meninggalkan persimpangan.
Menurut Abubakar dkk., (1995), Qsmp adalah arus total (smp/jam)
persimpangan adalah simpul pada dihitung sebagai berikut :
jaringan jalan dimana jalan-jalan
bertemu dan lintasan kendaraan Q smp = Q kend  Fsmp (3)
berpotongan. Lalu lintas pada masing-
masing kaki persimpangan
5. Tundaan
menggunakan ruang jalan pada
persimpangan secara bersama-sama Tundaan pada simpang dapat
dengan lalu lintas lainnya. terjadi karena dua sebab :
a. Tundaan lalu lintas (DT) akibat
2. Jenis-Jenis Persimpangan interaksi lalu lintas dengan gerakan
yang lain dalam simpang.
Menurut MKJI (1997),
b. Tundaan geometri (DG) akibat
berdasarkan geometriknya (ukuran dari
perlambatan dan percepatan
kondisi yang ada) persimpangan dapat
kendaraan yang terganggu dan tak
dibedakan atas :
terganggu.
a. Persimpangan sebidang, adalah
pertemuan dan perpotongan dari
beberapa ruas jalan pada satu Tundaan geometrik (DG) dihitung
bidang yang sama. dengan rumus :
b. Persimpangan tidak sebidang, Untuk DS < 1,0
adalah pertemuan dua atau lebih DS = (1 - DS)  ( T  6 + (1 -  T )  3)
ruas jalan dimana satu atau lebih + DS  4
ruas jalan berada di atas dan di ...... (4)
bawah ruas jalan yang lain. Dengan :
DS = Derajat kejenuhan
3. Kapasitas (Capacity) (det/smp)
Kapasitas total untuk seluruh T = Rasio arus belok terhadap
lengan simpang adalah hasil perkalian arus total
antara kapasitas dasar (CO) yaitu 6 = Tundaan geometrik normal
kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) untuk kendaraan belok
dan faktor-faktor penyesuaian (F), yang tak terganggu
dengan memperhitungkan pengaruh (det/smp)
kondisi lapangan terhadap kapasitas. 4 = Tundaan geometrik normal
untuk kendaraan yang
C = C O  FW  FM  FCS  FRSU  terganggu (det/smp)
FLT  FRT  FMI
...... (1)

29
Islah, M.,/ Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Simpang Tak Sebidang/ pp. 27 – 38

6. Biaya Operasi Kendaraan 4). Biaya-biaya awal untuk


Biaya transportasi terdiri dari 3 kendaraan komersial
macam, yaitu: 5). Depresiasi kendaraan
a. Biaya Operasional Kendaraan,
BOK (Vehicle Operating Cost, b. Biaya tetap (standing cost), adalah
VOC) biaya-biaya yang tetap harus
b. Nilai waktu (Time Value) dikeluarkan dibutuhkan secara rutin
c. Ongkos-ongkos (Fare) untuk jangka waktu tertentu dan
tidak terpengaruh oleh operasi
Komponen biaya operasi kendaraan tersebut. Biaya tetap
kendaraan dibagi menjadi 6 (enam) tersebut meliputi :
kategori, yaitu: 1). Biaya akibat interest
a. Konsumsi bahan bakar 2). Biaya-biaya asuransi
b. Konsumsi minyak pelumas 3). Overhead cost
c. Konsumsi ban
d. Depresiasi Biaya operasional kendaraan
e. Bunga modal tersebut adalah sebagai berikut:
f. Asuransi a. Persamaan untuk konsumsi bahan
bakar :
1). Sedan (PC)
7. Biaya Operasional Kendaraan
(BOK) Metode PCI Y = 0,03719S  S - 4.19966S
Biaya operasi kendaraan adalah + 175.9911
biaya yang digunakan kendaraan untuk ...... (5)
beroperasi dari satu tempat menuju ke 2). Bus kecil atau sedang
tempat yang lain (aktivitas transportasi). Y = 0,06846S  S - 8.02987S
Metode yang digunakan untuk + 340.6040
menghitung biaya operasi kendaraan ...... (6)
yang dikeluarkan pada saat kendaraan 3). Bus besar
beroperasi di jalan raya adalah metode
Pacific Consultants International Inc. Y = 0,12922S  S - 13.68742S
Tokyo, Jepang (PCI). Dalam metode ini + 541.0279
biaya operasi kendaraan merupakan ...... (7)
penjumlahan dari biaya gerak (running 4). Truk kecil
cost) dan biaya tetap (standing cost), Y = 0,06427S  S - 7.06130S
yang masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut : + 318.3326
...... (8)
a. Biaya gerak (running cost), adalah
biaya yang harus dikeluarkan sesuai 5). Truk besar
dengan jarak tempuhnya. Y = 0,11462S  S - 12.85594S
Komponen-komponen biaya gerak + 503.7179
tersebut adalah : ...... (9)
1). Konsumsi bahan bakar dan oli Dengan :
mesin Y = Konsumsi bahan
2). Pemakaian ban bakar (liter/1000 km)
3). Biaya pemeliharaan onderdil S = Running speed
kendaraan dan pekerjaannya (Km/Jam)

30
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 3, No. 1, April 2017

b. Persamaan untuk konsumsi oli 1). Sedan (PC)


mesin : =
Y (0.0008848 S - 0.0045333)
1). Sedan (PC)
...... (16)
Y = 0,00025S  S - 0.02664S 2). Bus kecil atau sedang
+ 1.441710 Y = (0.0012356 S - 0.0064667)
...... (10)
...... (17)
2). Bus kecil atau sedang 3). Bus besar
Y = 0,00057S  S - 0.06130S =
Y (0.0012356 S - 0.0064667)
+ 3.317530 ...... (18)
...... (11) 4). Truk kecil
3). Bus besar
Y = (0.0011553 S - 0.0005933)
Y = 0,00130S  S - 0,12968S
...... (19)
+ 7.062390 5). Truk besar
...... (12)
4). Truk kecil Y = (0.0011553 S - 0.0005933)
...... (20)
Y = 0,00048S  S - 0.05608S
+ 3.073830 Y' = Y  jumlah ban 
...... (13)
harga ban/1000 km
5). Truk besar
...... (21)
Y = 0,00100S  S - 0.11715S
+ 6.409620 C. DATA DAN ANALISA DATA
...... (14) 1. Lokasi Penelitian
c. Persamaan untuk pemakaian ban : Lokasi penelitian arus lalu lintas
ini berada di Jalan Soekarno Hatta –
Perbandingan konsumsi ban di jalan Jalan Riau yang terletak di wilayah Kota
tol dan jalan arteri. Biaya di jalan Pekanbaru Kecamatan Payung Sekaki
tol dan biaya di jalan arteri. terdiri dari tiga ruas jalan, yaitu :
Jenis = biaya di jalan arteri
a. Ruas Jalan Soekarno Hatta
biaya di jalan tol b. Ruas Jalan Riau
...... (15) c. Ruas Jalan Riau Ujung

Dengan : Gambar lokasi seperti terlihat


Kendaraan penumpang = 1,94 pada gambar 1.
Bus = 1,10
Truck = 1,10 2. Bagan Alir Penelitian
Bagan alir penelitian dapat dilihat
d. Persamaan untuk pemakaian ban pada gambar 2.
yang lewat di jalan tol :

31
Islah, M.,/ Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Simpang Tak Sebidang/ pp. 27 – 38

Gambar 1. Lokasi Persimpang Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau

START

IDENTIFIKASI
MASALAH
MASAL
AH

PENGUMPULAN
DATA

DATA PRIMER : DATASEKUNDER :


SURVEY LAPANGAN STUDI LITERATUR

PENGOLAH DATA

DATA TEKNIS : DATA EKONOMI :


1. LHR 1. BOK
2. KAPASITAS 2. BCR
3. DEARAJAT KEJENUHAN 3. NPV

ANALISA HASIL PERHITUNGAN

LAYAK / TIDAK LAYAK SECARA TEKNIS DAN EKONOMI

SELESAI

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

32
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 3, No. 1, April 2017

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan 3 hari tersebut, dapat


disimpulkan kendaraan terbanyak yakni
1. Analisa Kelayakan Teknis
pada hari Jum’at 14/08/15 jam 07.00 –
Berdasarkan hasil survey pada 08.00 yaitu 3681.
simpang Jalan Soekarno Hatta – Jalan Berdasarkan hasil survey jumlah
Riau yang dilakukan selama 3 hari kendaraan yang terbanyak pada hari
(sabtu, senin dan jum’at), maka Jum’at 14/08/2015 jam 07.00 – 08.00
diperoleh jam puncak sebagai berikut : sebanyak 3681, dapat dibuat alternatif
a. Sabtu (08/08/15) : 3258 Kendaraan sebagai berikut :
(17.00 – 18.00) Alternatif 1
b. Senin (10/08/15) : 3536 Kendaraan Asumsi jalan pendekatan ke simpang
(07.00 – 08.00) diperlebar masing masing 1 meter.
c. Jumat (14/08/15) : 3681 Kendaraan
(07.00 – 08.00) Alternatif 2
Alternatif penyelesaian 2 adalah melalui
pembangunan fly over.

Gambar 3. Fluktuasi Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau Hari Jum’at 14/08/2015
dari jam 06.00 – 23.00

Gambar 4. Site Plan Fly Over Persimpangan Jalan Soekarno Hatta - Jalan Riau

33
Islah, M.,/ Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Simpang Tak Sebidang/ pp. 27 – 38

Gambar 5. Site Plan Fly Over Persimpangan Jalan Soekarno Hatta - Jalan Riau

2. Analisa Kelayakan Ekonomi = Rp. 140.000 /1000 Km


a. Analisa biaya operasional
kendaraan pada ruas persimpangan d). Biaya pemeliharaan (suku
Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau cadang)
Golongan I (MC atau Sepeda Y = [0,0000064  V
Motor) + 0,0005567]  Harga
1). Biaya tidak tetap (running cost) Kendaraan
a). Biaya konsumsi bahan bakar = [0,0000064  40
Y = [(0,0284V 2 - 3,0644V + + 0,0005567]
141,68)  (1 ± (kl + kk +  14.000.000
= Rp. 11.377,80 /1000 Km
kr)]  harga bahan bakar
= [(0,0284(40) 2 - 3,0644 e). Biaya pemeliharaan (jam kerja
(40) + 141,68)  (1 ± (0,050 montir)
+ 0,400 + 0,035)]  7.300 Y = [0,02311 V + 1,97733]
= Rp. 699.689,23 /1000 Km  Upah montir
= [0,02311  40 + 1,97733]
b). Biaya konsumsi minyak  10.000
pelumas = Rp. 29.015,10 /1000 Km
Y = 0,0028 lt/km  harga
minyak pelumas 2). Biaya tetap (fixed cost)
= 0,0028 lt/km  1000 a). Biaya depresiasi
Y = (1/(2,5v + 125)  0,5  harga
 7.300
= Rp. 140.000 /1000 Km kendaraan
= (1/(2,5(40 ) + 125)  0,5
c). Biaya konsumsi ban  14.000.000
Y = [0,0008848  V = Rp. 31.111,11 /1000 Km
- 0,0045333]  harga ban
 jumlah ban
b). Bunga modal
Y = 0,22%  harga kendaraan
= [0,0008848  40 -
= 0,22%  14.000.000
0,0045333]  150.000  2 = Rp. 30.800,- /1000 Km

34
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 3, No. 1, April 2017

c). Asuransi b). Biaya konsumsi minyak


Y = 38 / (500 V)  harga pelumas
kendaraan Y = 0,0055 lt/km  harga
= 38 / (500 (40)) minyak pelumas
 14.000.000 = 0,0055 lt/km  1000
= Rp. 26.600,- /1000 Km  100.000
= Rp. 550.000,00 /1000 Km
Maka total biaya gerak kendaraan per
1000 km + Biaya Overhead sebesar 10 c). Biaya konsumsi ban
% adalah : Y = [0,0012356  V - 0,0064667]
Rp. 977.850,85,- + Rp. 97.785,09,- =
 harga ban  Jumlah Ban
Rp. 1.075.635,94,-
= [0,0012356  30 - 0,0064667]
BOK/hari = (BOK/1000Km  Panjang  1.200.000  4
Jalan  Vol. Kendaraan) = Rp. 146.886,24 /1000 Km
/ 1000
= (Rp.1.075.635,94,- 0,32 Km d). Biaya pemeliharaan (suku
cadang)
 41.665 Kendaraan)/ 1000 Y = [0,0000332  V + 0,0020891]
= Rp.14.341.238,84
 Harga Kendaraan
= [0,0000332 30 + 0,0020891]
BOK/hari = BOK / Hari  365
= Rp.14.341.238,84  365  180.000.000
= Rp. 555.318,00 /1000 Km
= Rp. 5.234.552.176,53

e). Biaya pemeliharaan (jam kerja


b. Analisa Biaya operasional
montir)
kendaraan pada ruas persimpangan = [0,00362  V + 0,36267]
Y
Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau
Golongan II (LV atau Mobil  Upah montir
Penumpang) = [0,00362  30 + 0,36267]
1). Biaya tidak tetap (running cost)  30.000
a). Biaya konsumsi bahan bakar = Rp. 14.138,10/ 1000 Km
Y = 2,26533  [(0,0284V 2
2). Biaya tetap (fixed cost)
- 3,0644V + 141,68) a). Biaya depresiasi
 (1 ± (kl + kk + kr)] Y = (1/(2,5v + 125)  0,5  harga
 harga bahan bakar kendaraan
= 2,26533  [(0,0284(30) 2 = (1/(2,5(30 ) + 125)  0,5
- 3,0644(30) + 141,68)  180.000.00 0
= Rp. 450.000,00 /1000 Km
 (1 ± (0,050 + 0,400
+ 0,035)]  7.300
= Rp. 1.849.361, 89/1000Km

35
Islah, M.,/ Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Simpang Tak Sebidang/ pp. 27 – 38

b). Bunga modal = 2,90805  [(0,0284(30) 2


Y = 0,22%  harga kendaraan
- 3,0644(30) + 141,68)
= 0,22%  180.000.00 0
 (1 ± (0,050 + 0,400
= Rp. 396.000,00 ,- /1000 Km
+ 0,035)]  6.900
c). Asuransi = Rp. 2.243.977, 65/1000 Km
Y = 38 / (500 V)  harga
kendaraan b). Biaya konsumsi minyak
= 38 / (500 (30))
pelumas
Y = 0,0044 lt/km  harga
 180.000.00 0
= Rp. 456.000,- /1000 Km minyak pelumas
= 0,0044 lt/km  1000
Maka total biaya gerak kendaraan per  150.000
1000 km + Biaya Overhead sebesar 10 = Rp. 660.000,00 /1000 Km
% adalah :
Rp. 4.417.704,23 + Rp. 441.770,42 = c). Biaya konsumsi ban
Rp. 4.859.474,65 Y = [0,0015553  V - 0,0059333]
 harga ban  Jumlah Ban
BOK/hari = (BOK/1000Km  Panjang
= [0,0015553  30 - 0,0059333]
Jalan  Vol. Kendaraan)
 2.700.000  6
/ 1000 = Rp. 659.756,34 /1000 Km
= (Rp.4.859.474,65 0,32 Km
 36.010 Kendaraan)/ 1000 d). Biaya pemeliharaan (suku
= Rp. 55.996.698,34 cadang)
Y = [0,0000191  V + 0,0015400]
BOK/hari = BOK / Hari  365  Harga Kendaraan
= Rp. 55.996.698,34  365 = [0,0000191 30 + 0,0015400]
= Rp. 20.438.794.893,41  400.000.000
= Rp. 845.200,00 /1000 Km
c. Analisa biaya operasional
kendaraan pada ruas persimpangan e). Biaya pemeliharaan (jam kerja
Jalan Soekarno Hatta – Jalan Riau montir)
Golongan III (HV atau Mobil Y = [0,01511  V + 1,21200]
Berat)
 Upah montir
1). Biaya tidak tetap (running cost) = [0,01511  40 + 1,21200]
a). Biaya konsumsi bahan bakar
Y =  50.000
2,90805  [(0,0284V 2 = Rp. 83.265,00/ 1000 Km
- 3,0644V + 141,68)  (1
± (kl + kk + kr)]  harga
bahan bakar

2). Biaya tetap (fixed cost)

36
Jurnal Teknik Sipil Siklus, Vol. 3, No. 1, April 2017

a). Biaya depresiasi = Rp. 5.234.552.176,53+


Y = (1/(2,5v + 125)  0,5  harga Rp. 20.438.794.893,41 +
kendaraan
Rp.1.903.479.745,82
= (1/(2,5(30 ) + 125)  0,5
= Rp. 27.576.826.816
 400.000.000
= Rp. 1.000.000,00 /1000 Km
E. KESIMPULAN
b). Bunga modal Dari hasil analisis dan
Y = 0,22%  harga kendaraan pembahasan dapat diambil kesimpulan
= 0,22%  400.000.000 sebagai berikut :
1. Alternatif 1 (pelebaran jalan 1 m).
= Rp. 880.000,00,- /1000 Km
2. Alternatif 2, yakni melalui
pembangunan fly over.
c). Asuransi 3. Penghematan BOK sesudah
Y = 38 / (500 V)  harga dilakukan pembangunan fly over
kendaraan pada ruas persimpangan Jalan
= 38 / (500 (30)) Soekarno Hatta – Jalan Riau selama
 400.000.00 0 umur rencana 20 tahun adalah
= Rp. 1.013.333,33 /1000 Km sebesar Rp 843.845.980.023,13 dan
untuk penghematan nilai waktu
Maka total biaya gerak kendaraan per sesudah dilakukan pembangunan fly
1000 km + Biaya Overhead sebesar 10 over selama umur rencana 20 tahun
% adalah : adalah Rp 36.932.938.212,64
Rp. 4.385.532,33 + Rp 738.553,23 =
Rp. 8.124.085,56 DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1997,
BOK/hari = (BOK/1000Km  Panjang Manual Kapasitas Jalan
Jalan  Vol. Kendaraan) Indonesia (MKJI), Direktorat
/ 1000 Jendral Bina Marga, Jakarta.
Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah,
= (Rp.8.124.085,56  0,32 Km
2004, Pedoman Perencanaan
 2.006 Kendaraan)/ 1000 Persimpangan Jalan Tidak
= Rp. 5.215.013,00 Sebidang, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992,
BOK/hari = BOK / Hari  365 Standar Perencanaan Geometrik
= Rp. 5.215.013,00  365 Untuk Jalan Perkotaan, Jakarta.
= Rp.1.903.479.745,82 Direktorat Jenderal Bina Marga, 2004,
Undang-undang No. 38 Tahun
2004 Tentang Jalan, Pustaka
Dari perhitungan yang telah dipaparkan
Widyatama,Yogyakarta.
diatas maka BOK Total untuk semua
McShane W.R., Roess R.P., 1990,
jenis kendaraan adalah sebagai berikut :
Traffic Engineering, Prentice
BOK Total
Hall Inc, New Jersey.
= BOK Gol. I + BOK Gol. II
Oglesby C.H., Hicks R.G., 1990,
+ BOK Gol. III Teknik Jalan Raya, Erlangga,
Jakarta.

37
Islah, M.,/ Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Simpang Tak Sebidang/ pp. 27 – 38

Saodang H., 2004, Konstruksi Jalan Tamin O.Z., 2000, Perencanaan dan
Raya, Nova, Bandung. Pemodelan Transportasi, Institut
Sukirman S., 1994, Dasar-dasar Teknologi Bandung, Bandung.
Perencanaan Geometrik Jalan,
Nova, Bandung.

38

Anda mungkin juga menyukai