Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN CEMPAKA-MARGAHAYU

KOTA BEKASI
ANALYSIS OF TRAFFIC JAMS ON JALAN CEMPAKA-MARGAHAYU, BEKASI
CITY
Taufan Nurrahman1, Budi Hartanto Susilo2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Kampus A, Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol, Jakarta.
Email: Taufan1214@gmail.com , budiharsus@gmail.com

ABSTRAK

Jalan Cempaka-Margahayu pada Kota Bekasi merupakan jalan lokal primer yang menghubungkan
antara Bekasi Timur dengan Cibitung. Seringkali terjadi kepadatan jumlah kendaraan yang
mengakibatkan kemacetan lalu lintas terutama pada saat jam sibuk kerja. Identifikasi penyebab
kemacetan lalu lintas yang terjadi di jalan Cempaka-Margahayu dilakukan dengan cara pengamatan
langsung yang terjadi pada lokasi kemacetan, sehingga dapat diperoleh data mengenai kondisi arus lalu
lintas, kepadatan lalu lintas, dan hambatan yang terjadi pada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore pada STA
1+000 s/d STA 1+600. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan
data dengan melakukan beberapa survei yang ada di lokasi penelitian. Setelah itu, data dianalisis
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997. Secara keseluruhan hasil penelitian
ini terjadi akibat adanya penyempitan jalan, banyaknya kendaraan yang berhenti dipinggir jalan,
banyaknya lubang pada jalan yang mengakibatkan kemacetan dan bisa menimbulkan kecelakaan di jalan.
Pada saat sore hari arus kendaraan di jalan Cempaka-Margahayu mulai mengalami peningkatan, sehingga
membutuhkan solusi alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi. Solusi alternatif yang
diperlukan adalah pemanfaatan jalan yang tidak digunakan yang pada awalnya tipe jalan 2/2 UD menjadi
4/2 D sehingga DS yang awalnya 1,01 menjadi 0,41, perbaikan jalan berlubang, dan pemasangan rambu
lalu lintas yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi di jalan Cempaka-
Margahayu.

Kata Kunci: Kemacetan Lalu Lintas, Metode Penelitian Deskriptif, Kota Bekasi, Arus Lalu Lintas, MKJI
1997

ABSTRACT
Cempaka-Margahayu street in Kota Bekasi is a primary local road that connects East Bekasi with
Cibitung. There always a density of the number of vehicles which results in traffic jams, especially during
rush hours. Identification of the causes of traffic jams that occur on Cempaka-Margahayu street is
carried out by direct observations that occur at the jams location, so that data can be obtained regarding
traffic flow conditions, traffic density, and obstacles that occur during the morning and afternoon rush
hours in STA 1+000 to STA 1+600. The research method used is descriptive method, which collects data
by conducting several surveys at the research location. After that, the data were analyzed based on the
1997 Highway Capacity Manual Project (HCMI). Overall the results of this study occur due to the
narrowing of the road, the number of vehicles that stop on the side of the road, the number of potholes
that cause congestion and can cause traffic accidents. In the afternoon the flow of vehicles on Cempaka-
Margahayu street began to increase, thus requiring alternative solutions to reduce the level of congestion
that occurred. The alternative solution needed is the utilization of unused roads which were initially 2/2
UD road type to 4/2 D so that the DS initially 1.01 became 0.41, get the potholes repaired, and
installation of traffic signs which are expected to reduce the level of congestion that occurs on Cempaka-
Margahayu street.

Keywords: Traffic Jams, Descriptive Research Method, Kota Bekasi, Flow Condition,
HCMI 1997
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang termasuk salah satu kota metropolitan di
Kota Bekasi adalah salah satu Ibukota yang Jabodetabek dan memiliki jumlah penduduk yang
terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi juga terbilang cukup banyak. Menurut Badan Pusat
Statistik Kota Bekasi (BPS), Kota Bekasi memiliki Menurut Undang-undang nomor 22 Tahun
jumlah penduduk yang memiliki angka lebih dari 3 2009 bahwa lalu lintas adalah gerak kendaraan
juta jiwa, banyak penduduk yang memiliki dan orang di ruang lalu lintas Jalan. Angkutan
kendaraan pribadi guna menunjang kehidupan adalah perpindahan orang dan/barang dari satu
sehari-hari untuk bekerja mencari nafkah, sehingga tempat ke tempat lain dengan menggunakan
lalu lintas yang ada di kota Bekasi mengalami Kendaraan di Ruang lalu lintas jalan.
kepadatan yang menimbulkan kemacetan.
Kota Bekasi memiliki aktivitas atau mobilitas 3. Kemacetan
kendaraan dan orang yang cukup tinggi, sehingga Kemacetan merupakan pelambatan suatu
penduduk di kota Bekasi lebih memilih kendaraan kecepatan pada suatu kendaraan atau turunnya
umum dan kendaraan pribadi karena lebih strategis tingkat kelancaran pada arus lalu lintas jalan yang
sebagai penunjang kehidupan sehari-hari dalam mengakibatkan kecepatan bebas pada ruas jalan
beraktivitas. Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut mendekati 0 km/jam. (MKJI, 1997).
pribadi mengakibatkan kemacetan lalu lintas pada
jalan perkotaan. 4. Volume Lalu Lintas
Kemacetan merupakan pelambatan suatu Menurut peraturan Menteri Perhubungan
kecepatan pada suatu kendaraan atau turunnya Nomor KM 14 Tahun 2006, volume lalu lintas
tingkat kelancaran pada arus lalu lintas pada jalan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik
yang ada, sehingga mempengaruhi para pengguna tertentu pada ruas jalan per satuan waktu,
jalan baik yang menggunakan kendaraan pribadi dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil
maupun yang menggunakan kendaraan umum. penumpang (smp)/jam.
Salah satu lokasi yang sering mengalami
kemacetan di Kota Bekasi yaitu di daerah Bekasi 5. Kapasitas Jalan
Timur pada Jalan Cempaka-Margahayu, seksi Kapasitas jalan didefenisikan sebagai arus lalu
Bekasi Timur – Cibitung. Jalan ini memiliki 2 lajur lintas maksimal yang dapat dipertahankan (tetap)
2 arah, tidak memiliki median atau tidak ada pada suatu bagian jalan dalam kondisi geometrik
pembatas jalan. Jalan Cempaka-Margahayu jalan, lingkungan, komposisi lalu lintas tertentu.
merupakan salah satu jalan yang menghubungkan (MKJI, 1997). Kapasitas ruas jalan kota dapat
antara Bekasi Timur dengan Cibitung. Seringkali dirumuskan seperti persamaan berikut:
terjadi kepadatan jumlah kendaraan yang
mengakibatkan kemacetan di Jalan Cempaka- C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Margahayu pada jam sibuk yaitu pada pukul
07.00-09.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB. Salah Keterangan :
satu faktor yang menjadi penyebab kemacetan
yaitu banyaknya jumlah kendaraan pribadi, C = Kapasitas (smp/jam).
kendaraan umum, dan kendaraan bermuatan besar C0 = Kapasitas dasar (smp/jam).
yang melintas di Jalan Cempaka - Margahayu. FCw = Faktor koreksi lebar jalan.
FCsp = Faktor koreksi pemisah arah.
2. Tujuan Penelitian FCsf = Faktor koreksi hambatan samping.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: FCcs = Faktor koreksi untuk ukuran kota.
1. Mengidentifikasi titik kemacetan yang terjadi
di Jalan Cempaka-Margahayu. 6. Derajat Kejenuhan
2. Mengolah dan menganalisis data yang sudah di Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai
ambil dari hasil survei di titik lokasi kemacetan rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai
di Jalan Cempaka-Margahayu. faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
3. Menentukan solusi alternatif yang tepat dalam simpang dan segmen jalan. (MKJI, 1997). Ada 3
penanganan guna mengurangi tingkat kondisi arus lalu lintas:
kemacetan di Jalan Cempaka-Margahayu.  Q/C < 0.8, Kondisi stabil.
 Q/C 0.8 - 1, Kondisi tidak stabil.
 Q/C > 1, Kondisi kritis.
Persamaan dasar untuk menentukan derajat
II. STUDI PUSTAKA
kejenuhan adalah seperti persamaan berikut:
1. Transportasi
Transportasi dapat didefenisikan sebagai usaha DS = Q/C
dan kegiatan mengangkut atau membawa barang
dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat Keterangan :
lainnya. (Nasution, 2013).
DS = Derajat kejenuhan
2. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Q = Volume (arus) lalu lintas maksimum 11. Manajemen Lalu Lintas
(smp/jam) Manajemen lalu lintas merupakan suatu
perencanaan transportasi jangka mendesak dan
C = Kapasitas (smp/jam) jangka pendek. Manajemen lalu lintas berhadapan
dengan arus-arus lalu lintas dan prasarana yang
7. Kecepatan Arus Bebas ada, serta bagaimana mengorganisasikannya agar
Kecepatan arus bebas yaitu kecepatan yang dapat mencapai kinerja secara keseluruhan yang
akan dipilih pengemudi jika mengendarai terbaik. (Susilo, B.H., 2015).
kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh
kendaraan bermotor lain di jalan. (MKJI,1997). 12. Penomoran Panjang Jalan
Kecepatan arus bebas (FV) dapat dirumuskan Penomoran Panjang Jalan (Stationing) adalah
seperti persamaan berikut: suatu tanda ukuran jarak bagi penggal ruas yang
diamati atau penggal ruas proyek. Penomoran
FV = (FV0 + FVW) FFVSF x FFVCS Panjang jalan pada tahap perencanaan adalah
memberikan nomor pada interval-interval tertentu
Keterangan : dari awal pekerjaan. (Sukirman, 1999).

FV = Kecepatan arus bebas pada III. METODE PENELITIAN


kendaraan ringan kondisi lapangan Penelitian ini diawali dengan pengumpulan
(km/jam) data yang dibutuhkan secara langsung dan secara
FV 0 = Kecepatan arus bebas dasar tidak langsung atau studi literatur. Proses
kendaraan ringan pada jalan yang penelitian secara langsung dengan cara melakukan
diamati (km/jam) survei ke lokasi studi dan mengambil beberapa
FV W data seperti survei lalu lintas, survei geometri
= Penyesuaian kecepatan untuk
jalan, dan pengambilan gambar-gambar yang ada
lebar jalan (km/jam) di lokasi studi. Setelah diperoleh data yang
FFV SF = Faktor penyesuaian kecepatan dibutuhkan, selanjutnya melakukan analisis dan
untuk hambatan samping dan lebar perhitungan terhadap kemacetan pada lalu lintas
bahu atau jarak kereb penghalang yang ada pada Jalan Cempaka-Margahayu
FFV CS= Faktor penyesuaian kecepatan untuk berdasarkan tinjauan pustaka yang digunakan
ukuran kota untuk menjadi pedoman dasar pada perhitungan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
8. Karakteristik Jalan ini menggunakan metode deskriptif. Dengan
Karakteristik utama jalan yang akan demikian dapat ditemukan alternatif dalam
mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika pemecahan masalah dan saran pada penelitian
dibebani lalu lintas terdapat pada setiap titik jalan terkait.
tertentu dimana terdapat perubahan penting dalam
rencana geometrik, karakteristik arus lalu lintas
atau aktivitas samping jalan yang menjadi batas
segmen jalan. (MKJI, 1997).

9. Arus dan Komposisi Lalu Lintas


Arus lalu lintas untuk setiap gerakan
dikonversikan dari kendaraan per-jam menjadi
satuan mobil penumpang (smp) per-jam dengan
menggunakan ekivalen kendaraan penumpang
(emp). (MKJI, 1997).

10. Tingkat Pelayanan Jalan


Tingkat pelayanan jalan (Level Of Service)
adalah suatu ukuran atau suatu ketentuan yang
digunakan untuk mengetahui kualitas dan
perbandingan dalam suatu ruas jalan tertentu
dalam melayani arus lalu lintas yang melewatinya.
(Tamin, 2000).
tersebut volume arus lalu lintas sangat padat
disebabkan aktivitas orang melakukan perjalanan
berangkat kerja maupun sebaliknya pulang dari
tempat kerja menuju ke rumah.

3. Hambatan Samping
Hambatan samping yang berpengaruh pada
kapasitas jalan adalah pejalan kaki, angkutan
umum, kendaraan berhenti, kendaraan lambat
(becak, gerobak, sepeda) dan kendaraan yang
keluar atau masuk dari lahan samping jalan. Hasil
survei hambatan samping rata-rata pada ruas jalan
Cempaka-Margahayu yang terjadi pada pagi hari
sebesar 405,43 kejadian dan sore hari sebesar
433,83 kejadian. Besarnya kejadian kedua
hambatan samping tersebut, termasuk ke dalam
kelas hambatan sedang berdasarkan MKJI 1997.
Berdasarkan kondisi lingkungan yang ada di jalan
Cempaka-Margahayu karena adanya kawasan
industri, sekolah, dan kawasan pertokoan, maka
kelas hambatan samping masuk ke dalam kategori
tinggi. Dari dua metode yang sudah diteliti, maka
yang digunakan hambatan samping dengan
kategori tinggi.
Gambar 1 Bagan Alir
4. Kecepatan Arus Bebas
IV. HASIL STUDI Rumus kecepatan arus bebas berdasarkan
MKJI 1997 sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Jl. Cempaka-
Margahayu FV = (FV0 + FVW) FFVSF x FFVCS
a) Panjang ruas Jalan Cempaka – Margahayu Dimana:
sepanjang 2,2 km seperti yang terlihat pada FV0 = 44 km/jam (dua lajur tak bermedian,
gambar untuk kendaraan ringan/low vehicle)
b) Jalan Cempaka – Margahayu termasuk FVW = 0 (kondisi jalan dua lajur tak bermedian
jalan lokal primer dengan tipe jalan 2/2 UD dengan lebar lajur sebesar 3,5 m)
c) Panjang jalan yang akan ditinjau FFVSF = 0,90 (tipe lajur 2/2 UD kondisi
kemacetannya sepanjang 600 meter pada hambatan samping tinggi dengan lebar
STA 1+000 s/d 1+600 bahu 1,5 m)
d) Volume lalu lintas puncak ditinjau pada FFVCS = 1,03 (Ukuran kota > 3,0 juta)
pukul 07.00 – 09.00 WIB dan pukul 16.00 -
18.00
FV = (FV0 + FVW) FFVSF x FFVCS
2. Arus Lalu Lintas = (44 + 0) 0,90 x 1,03
Pada perhitungan volume lalu lintas pada ruas = 40,79 km/jam
jalan Cempaka-Margahayu dilakukan perhitungan Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa
secara konkrit melalui perhitungan lalu lintas yang kecepatan arus bebas pada pagi dan sore hari
dilakukan diruas jalan tersebut. Adapun lalu lintas sebesar 40,79 km/jam.
harian rata-rata yang dilakukan adalah dengan
melakukan perhitungan sederhana, yaitu 5. Kapasitas (C)
melakukan perhitungan jumlah kendaraan yang Rumus kapasitas jalan berdasarkan MKJI 1997
ada di lapangan secara langsung. Dengan seperti berikut:
menggunakan standar jenis kendaraan yaitu Satuan
Mobil Penumpang (SMP) akan memudahkan C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
untuk menganalisa dalam perhitungan lebih lanjut, Dimana:
volume arus lalu lintas pada Jalan Cempaka- C0 = 2900 smp/jam (2 lajur tak
Margahayu dapat dibagi menjadi dua (2) periode bermedian)
waktu dengan arus tertinggi pada masing-masing FCw = 1 km/jam (2 lajur tak bermedian,
periode. Pagi sebesar 2318,33 smp/jam dan Sore lebar jalur efektif sebesar 7 m)
sebesar 2727,85 smp/jam. Pada periode waktu FCsp = 1 (pembagian arah 50%-50%)
FCsf = 0,90 (2 lajur tak bermedian, lebar pukul 07.00-09.00 WIB dan 23 km/jam pada pukul
bahu 1,5 m, dan hambatan samping 16.00-18.00 WIB, sedangkan untuk kecepatan
tinggi) berdasarkan grafik hubungan antara kecepatan
FCcs = 1,04 (Ukuran kota > 3 juta) dengan derajat kejenuhan didapat sebesar 29
km/jam pada pukul 07.00-09.00 WIB dan 23
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS km/jam pada pukul 16.00-18.00 WIB. Dari kedua
= 2900 x 1 x 1 x 0,9 x 1,04 metode yang digunakan, maka digunakan
= 2714,4 smp/jam kecepatan tempuh yang paling rendah. Untuk jam
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa 07.00-09.00 kecepatan tempuh yang digunakan
kapasitas jalan Cempaka-Margahayu pada pagi yaitu 26,75 km/jam, sedangkan untuk jam 16.00-
dan sore hari sebesar 2714,4 smp/jam. 18.00 kecepatan tempuh yang digunakan yaitu 23
km/jam.

6. Derajat Kejenuhan (DS) 9. Hasil Analisis Data


Besarnya nilai derajat kejenuhan (DS) di jalan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan,
Cempaka-Margahayu pada pukul 07.00- 09.00 diperoleh besarnya nilai derajat kejenuhan (DS)
WIB dapat ditentukan dengan persamaan berikut: dan kecepatan tempuh pada jam sibuk pagi dan
sore hari. Berikut adalah hasil analisis data:
DS = Q/C
= 2318,33/2714,4 Tabel 1Hasil Analisis Data
= 0,85

Besarnya nilai derajat kejenuhan (DS) di


jalan Cempaka-Margahayu pada pukul 16.00-
18.00 WIB dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada jam
DS = Q/C
sibuk sore nilai derajat kejenuhan sebesar 1,01
= 2727,85/2714,4
dengan kecepatan tempuh 23 km/jam, hal ini
= 1,01
menandakan bahwa kemacetan lalu lintas terparah
terjadi saat sore hari pukul 16.00-18.00 WIB.
Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui
bahwa derajat kejenuhan (DS) yang terjadi pada
ruas jalan Cempaka-Margahayu pada pukul 07.00- 10. Penentuan Solusi Alternatif Pemecahan
09.00 WIB sebesar 0,85 > 0,75, Sedangkan derajat Masalah
kejenuhan yang terjadi pada ruas jalan Cempaka- Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh,
Margahayu pada pukul 16.00-18.00 WIB sebesar jalan Cempaka-Margahayu memiliki tingkat
1,01 > 0,75. Hal ini menandakan bahwa pada jam kemacetan lalu lintas yang cukup parah pada sore
sibuk pagi, volume kendaraan yang lewat sudah hari. Tindakan yang tepat untuk mencegah
mendekati kapasitas jalan, sedangkan pada jam kemacetan lalu lintas sangat diperlukan, hal ini
sibuk sore, volume kendaraan yang lewat sudah di bisa dijadikan solusi untuk jangka pendek, jangka
atas kapasitas jalan. menengah, dan jangka panjang pada ruas jalan
Cempaka-Margahayu.
7. Tingkat Pelayanan Jalan (LoS) a. Solusi Jangka Pendek
Berdasarkan nilai derajat kejenuhan (DS) yang  Pemasangan rambu-rambu lalu lintas
sudah dihitung yaitu sebesar 0,85 maka klasifikasi  Pemberian marka jalan
tingkat pelayanan jalan untuk jalan Cempaka-  Pembuatan fasilitas pejalan kaki
Margahayu pada pukul 07.00-09.00 WIB adalah (trotoar)
kategori kelas E, sedangkan nilai DS sebesar 1,01  Perbaikan jalan yang berlubang
maka klasifikasi tingkat pelayanan jalan pada b. Solusi Jangka Menengah
pukul 16.00-18.00 WIB adalah kategori kelas F.  Pelapisan ulang jalan secara periodik
c. Solusi Jangka
8. Kecepatan  Pemanfaatan jalan yang ada pada jalan
Dalam penelitian ini terdapat dua metode yang Cempaka – Margahayu
digunakan yaitu, kecepatan tempuh lapangan dan d. Penentuan Alternatif Berdasarkan Nilai
kecepatan tempuh berdasarkan grafik hubungan DS
antara kecepatan dengan derajat kejenuhan. Dari
hasil survei di lapangan, kecepatan tempuh rata- Pelebaran jalan dilakukan selebar lajur kendaraan
rata yang didapat sebesar 26,75 km/jam pada yaitu sebesar 3,5 m, sehingga tipe jalan berubah
dari 2/2 UD menjadi 4/2 D. Berikut ini merupakan 3. Solusi untuk mengurangi tingkat kemacetan
perhitungan nilai DS pada jalan Cempaka- lalu lintas di jalan Cempaka – Margahayu yaitu
Margahyu dengan adanya pelebaran jalan sebesar :
3,5 m: a. Menggunakan pemanfaatan jalur jalan yang
belum digunakan, yang awalnya memiliki
1. Arus lalu lintas (Q) pada jam sibuk sore: tipe jalan 2/2 UD menjadi 4/2 D. Hasil
Q = 2727,85 smp/jam perhitungan nilai derajat kejenuhan (DS)
pada waktu jam sibuk sore di jalan
2. C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS Cempaka - Margahayu, semula sebesar 1,01
turun menjadi 0,41 dengan tingkat
C0 = 4 x 1650 = 6600 smp/jam (4 lajur pelayanan arus sebelumnya yaitu volume
bermedian) kendaraan yang lewat sudah di atas
FCw = 1 km/jam (4 lajur bermedian, lebar kapasitas jalan (E) menjadi tingkat
jalur efektif sebesar 7 m) pelayanan arusnya stabil (B).
FCsp = 1 (pembagian arah 50%-50%) b. Perlu menambah rambu-rambu lalu lintas
FCsf = 0,95 (4 lajur bermedian, lebar bahu dan lampu lalu lintas agar pengguna jalan
1,5 m, dan hambatan samping bisa memahami peraturan yang ada di jalan.
tinggi) c. Perlunya tindakan tegas dari para petugas
FCcs = 1,04 (Ukuran kota > 3 juta) untuk mengarahkan atau menindak para
pengendara kendaraan pribadi maupun
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS pengendara kendaraan umum yang tidak
= 6600 x 1 x 1 x 0,95 x 1,04 tertib di jalan agar tertib di jalan sehingga
= 6520,8 smp/jam tidak menimbulkan kemacetan ataupun
kecelakaan.
3. Nilai Derajat Kejenuhan
DS = Q/C VI. SARAN
= 2727,85/6520,8 1. Perlu melakukan penelitan lebih lanjut untuk
= 0,41 mengetahui penyebab dominan lainnya yang
Dengan melakukan pelebaran jalan, maka nilai DS mengakibatkan kemacetan pada jalan
yang semula 1,01 mengalami penurunan menjadi Cempaka-Margahayu.
0,41. Nilai DS 0,41 kurang dari 0,75 berarti 2. Perlu dilakukan penelitian secara khusus yang
kondisi arus lalu lintas stabil. bersifat analisis terhadap lokasi-lokasi khusus
seperti lokasi rawan kecelakaan yang dapat
V. KESIMPULAN menyebabkan kemacetan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan 3. Perlu adanya evaluasi setiap tahunnya
terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi di Jalan mengenai keefektifan penerapan alternatif
Cempaka-Margahayu didapat: penanganan yang sudah diterapkan
1. Lokasi titik kemacetan lalu lintas yang
terdapat di Jalan Cempaka – Margahayu berada DAFTAR PUSTAKA
di STA 1+000 s/d STA 1+600. Kemacetan Alhadar, A. (2011). Analisis Kinerja Jalan dalam
tersebut terjadi akibat adanya penyempitan Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas pada
jalan, banyaknya kendaraan parkir Ruas Simpang Bersinyal di Kota Palu. Jurnal
sembarangan, rusaknya bahu jalan yang dapat SMARTek, Nopember 2011, 9(4), 327–336.
menyebabkan kecelakaan sehingga dapat Cindy, N. (2015). Analisa dan Solusi Kemacetan Lalu
menimbulkan kemacetan. Lintas di Ruas Jalan Kota (Studi Kasus Jalan
2. Berdasarkan analisis data yang didapat dari Imam Bonjol - Jalan Sisingamangaraja). Teknik
hasil survei, kapasitas total (C) jalan Cempaka- Sipil Fakultas Teknik Untiversitas Lampung,
Margahayu sebesar 2714,4 smp/jam dengan 4(ISSN:2303-0011), 153–162.
tipe jalan 2/2 UD. Arus lalu lintas (Q) pada jam
sibuk pagi sebesar 2318,33 smp/jam dengan
Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual
nilai derajat kejenuhan (DS) 0,85 dan pada jam
Kapasitas Jalan Indonesia. Manual Kapasitas
sibuk sore sebesar 2727,85 smp/jam dengan
Jalan Indonesia (MKJI), 1–21.
nilai derajat kejenuhan (DS) 1,01. Kemudian
kecepatan lapangan yang diperoleh pada pagi
hari sebesar 26,75 km/jam, sedangkan pada Kayori, R. F. (2013). Analisa Derajat Kejenuhan
sore hari sebesar 23 km/jam. Saat sore hari, Akibat Pengaruh Kecepatan Kendaraan Pada
arus kendaraan meningkat sehingga Jalan Perkotaan Di Kawasan Komersil (Studi
membutuhkan solusi alternatif untuk Kasus: Di Segmen Jalan Depan Manado Town
mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi. Square Boulevard Manado). Jurnal Sipil Statik
Vol.1 No.9, Agustus 2013 (608-615), 1(9), 608– Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan
615. Transportasi. In Perencanaan dan pemodelan
transportasi.
Khairulnas, K. (2018). Analisis Derajat Kejenuhan
dan Tingkat Pelayanan Jalan Sudirman Kota UU No. 22 Tahun 2009. (2009). UU no.22 tahun
Pekanbaru. Jurnal Teknik, 12(2), 148–154. 2009. (p. 203).

KM 14 Tahun 2006. (2006). KM 14 TAHUN 2006. UU No. 36. (2006). UU NO. 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan. Peraturan Tentang Jalan, 5–65.
Kurniawan, S. (2016). Analisa Hambatan Samping
Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Raya. Jurnal UU No. 38. (2004). UU No. 38 tahun 2004 tentang
Tapak, 6(1), 51–63. Jalan. Peraturan Tentang Jalan, 3.

Kusnandar, E. (2009). Pengkinian Manual Kapasitas


Jalan Indonesia 1997. Jurnal Jalan Dan
Jembatan, 26(2), 1–11.

Kusumawaty, D. (2019). Analisis Kemacetan Lalu


Lintas di Jalan M.H. Thamrin Kota Tangerang.
Jurnal Teknik Sipil.

Metode, D., Dan, M., Sendow, T. K., & Jansen, F.


(2015). Analisa Kapasitas Ruas Jalan Sam
Ratulangi. 3(11), 737–746.

Meutia, S., & Saleh, S. M. (2017). Analisis


Kemacetan Lalu – Lintas Pada Kawasan
Pendidikan (Studi Kasus Jalan Pocut Baren Kota
Banda Aceh). Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 243–
250.

Nasution, M. N. (2013). Manajemen Transportasi.


Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Permenhub 96. (2015). Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 96
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas_524053.pdf (pp. 1–45).
Salean, S. T., Si, M., & Hadyan, M. H. (2019).
Analisis Kemacetan Lalu-Lintas Di Jalan
Matraman Raya-Jalan Bekasi Barat , Jakarta
Timur. 13(1).

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sukirman, S. (1999). Dasar-dasar Perencanaan


Geometrik Jalan.

Susilo, B. H. (2015). Rekayasa Lalu Lintas.


Universitas Trisakti.

Anda mungkin juga menyukai