Ariesa Ertamy
Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Kalimantan
Email: 08151004@itk.ac.id
ABSTRAK
Permasalahan kemacetan pada simpang Jalan Jendral Sudirman khususnya simpang tiga
Markoni, simpang tiga Le Grendeur, dan simpang tiga Beruang Madu, mengakibatkan
konflik, tundaan, serta antrian akibat bertemunya arus lalu lintas antara lengan-lengan
disimpangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan koordinasi simpang
untuk menangani kemacetan lalu lintas pada Jalan Jendral Sudirman, Kota Balikpapan.
Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi kinerja simpang pada empat simpang
bersinyal di Jalan Jendral Sudirman. Lalu, penanganan kemacetan lalu lintas simpang
dilakukan dengan merencanakan waktu siklus baru dengan memperhatikan teori
koordinasi. Dari hasil analisis kinerja simpang, diketahui bahwa Simpang Tiga Markoni,
Simpang Tiga Le Grendeur, dan Simpang Tiga Beruang memiliki nilai derajat kejenuhan
≥ 0.5 dan nilai tundaan simpang rata-rata ≥ 60 det/smp yang menunjukan bahwa
simpang-simpang di Jalan Jendral Sudirman mengalami kejenuhan sehingga arus pada
simpang tidak stabil atau simpang mengalami kemacetan. Dari hasil analisis koordinasi
simpang, diketahui bahwa simpang pada Jalan Jendral Sudirman belum terkoordinasi,
dan yang memenuhi syarat koordinasi simpang adalah simpang tiga Markoni, simpang
tiga Le Grendeur, dan simpang tiga Beruang. Dari hasil perencanaan waktu siklus
simpang, waktu siklus terpanjang yang akan digunakan adalah 140 detik. Sehingga
waktu hijau masing-masing lengan pada simpang tiga Markoni yaitu; utara 30 detik,
selatan 55 detik, dan barat 40 detik. Waktu hijau masing-masing lengan pada simpang
tiga Le Grendeur yaitu; Utara 65 detik, Selatan 35 detik, dan Timur 25 detik. Waktu
hijau masing-masing lengan pada simpang tiga Beruang Madu yaitu; utara 45 detik,
selatan 46 detik, dan timur 34 detik.
A. PENDAHULUAN
Komposisi jenis kendaraan di Kota Balikpapan pada Tahun 2018 adalah
79% sepeda motor, 10% mobil penumpang, 10% mobil barang, dan 0.2%
angkutan kota (angkot) (Ditlantas Polda Kaltim, 2018). Laju pertumbuhan
kendaraan di Kota Balikpapan cukup tinggi, khususnya kendaraan roda dua yaitu
sebanyak 2500 unit/tahun, sedangkan kendaraan roda empat sebayak 500
unit/tahun. Peningkatan jumlah kendaraan telah terjadi dalam lima tahun terakhir
(Satlantas Kota Balikpapan, 2018). Sehingga menjadi salah satu penyebab
terjadinya kemacetan di Kota Balikpapan.
Permasalahan kemacetan terjadi pula terhadap simpangan yang ada pada
jalan Jendral Sudirman, seperti pada simpang tiga Markoni, simpang tiga Le
Grendeur, dan simpang tiga Beruang Madu (Ramadhani, 2018). Dengan adanya
permasalahan kemacetan pada simpangan di Jalan Jendral Sudirman, maka akan
mengakibatkan konflik, tundaan, serta antrian akibat bertemunya arus lalu lintas
antara lengan-lengan disimpangan tersebut (MKJI, 1997). Sehingga, penanganan
kemacetan pada simpang Jalan Jendral Sudirman dapat dilakukan dengan
mengkoordinasikan sinyal lampu lalu-lintas pada tiap-tiap simpang di jalan
tersebut. Perlakuan ini dilakukan dengan mengutamakan jalur utama yang
bervolume lebih besar sehingga dapat menghindari tundaan akibat lampu merah
agar kelambatan dan antrian panjang dapat diminimalisir (Kirono et.al, 2018).
Dengan mengkoordinasikan simpang pada Jalan Jendral Sudirman, maka
kendaraan yang lepas dari satu simpang diupayakan tidak mendapati sinyal merah
pada simpang berikutnya, melainkan terus-menerus mendapati sinyal hijau,
sehingga mengurangi antrian pada simpang karena dapat terus berjalan dengan
kecepatan normal (Cahyaningrum, 2013). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan
perencanaan koordinasi simpang untuk mengangani kemacetan di Jalan Jendral
Sudirman, Kota Balikpapan.
B. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak pada Jalan Jendral Sudirman sepanjang ± 1335
meter. Yang dibagi menjadi beberapa segmen berdasarkan tingkat pelayanan jalan
kelas F dan di pisahkan 4 simpang bersinyal, yaitu; simpang tiga, simpang tiga
Markoni, simpang tiga Le Grendeur, dan simpang tiga Beruang Madu. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
(1)
Keterangan:
S = Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif)
S0 = Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif)
FCS = Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FSF = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping
FG = Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan
FP = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya kegiatan perparkiran
dekat lengan persimpangan
FLT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
- Derajat Kejenuhan
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), derajat kejenuhan
diperoleh dari;
(3)
Keterangan:
DS = Derajat kejenuhan (Degree of saturation)
Q = Volume lalu lintas jalan (smp/jam)
C = Kapasitas jalan (smp/jam)
- Panjang Antrian
Panjang antrian adalah banyaknya kendaraan yang berada pada
simpang tiap jalur saat nyala lampu merah Panjang antrian, dihitung dengan:
(4)
Keterangan;
QL = Panjang antrian
- Tundaan
Menurut MKJI, tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua
hal, yaitu:
1. Tundaan lalu lintas (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan
lainnya pada suatu simpang.
2. Tundaan geometri (DG) karena perlambatan dan percepatan saat
membelok pada suatu simpang dan/atau terhenti karena lampu merah.
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j merupakan jumlah tundaan
lalu lintas rata-rata (DTj) dengan tundaan geometrik rata-rata (DGj) dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut:
(5)
Keterangan;
Dj = Tundaan rata-rata untuk pendekat j (detik/smp)
DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (detik/smp)
DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (detik/smp)
Berdasarkan pada (MKJI, 1997) tundaan lalu lintas rata-rata (DT) pada
suatu pendekat j dapat ditentukan dengan rumus berikut:
(6)
Keterangan;
DT = Tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)
c = Waktu siklus yang disesuaikan (det)
GR = Rasio hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
C = Kapasitas (smp/jam)
Tundaan geometri rata-rata (DG) pada suatu pendekat dapat
diperkirakan dengan persamaan sebagai berikut:
(7)
Keterangan;
DGj = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp)
psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
pT = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
b. Koordinasi Simpang
Untuk mengkoordinasikan beberapa sinyal, diperlukan beberapa syarat yang
harus dipenuhi yaitu, jarak antar simpang yang dikoordinasikan tidak lebih dari
800 meter, semua sinyal harus mempunyai panjang waktu siklus (cycle time) yang
sama, digunakan pada jaringan jalan utama (arteri, kolektor) dan juga dapat
digunakan untuk jaringan jalan yang berbentuk grid, dan terdapat sekelompok
kendaraan (platoon) sebagai akibat lampu lalu lintas di bagian hulu (Mc Shane
dan Roess, 1990).
Untuk mendapatkan cycle time baru, akan dilakukan perencanaan waktu hijau
pada masing-masing simpang di Jalan Jendral Sudirman dengan tahapan; (1)
Menganalisis kondisi koordinasi simpang pada kondisi eksisting, dengan
memperhatikan syarat-syarat dari terkoordinasinya simpang; (2) Merencanakan
pengkoordinasian simpang dengan mengambil waktu siklus terpanjang pada
simpang di Jalan Jendral Sudirman, dengan pertimbangan kecepatan rata-rata
kendaraan dan waktu tempuh antar simpang; dan (3) Menentukan waktu hijau
simpang berdasarkan trial and error atau melakukan percobaan berulang kali
dengan memasukkan waktu hijau pada tiap lengan simpang yang akan di
koordinasikan hingga mendapatkan kinerja simpang yang lebih baik, dengan
pertimbangan yang dilihat dari nilai perhitungan derajat kejenuhan, panjang
antrian dan tundaan (delay).
Setelah melakukan traffic counting pada jam sibuk di pagi, siang, dan
sore di hari kerja dan hari libur, didapatkan jam puncak simpang tiga
Markoni terjadi pada jam 13.30 – 14.30 siang di hari kerja dan 07.00 – 08.00
pagi di hari libur. Selanjutnya hasil perhitungan kinerja simpang tiga
Markoni pada hari kerja dan hari libur dapat dilihat pada tabel berikut;
pada jam 14.00 – 15.00 siang di hari kerja dan 13.00 – 14.00 siang di hari libur.
Selanjutnya hasil perhitungan kinerja simpang tiga Le Grendeur pada hari kerja
dan hari libur dapat dilihat pada tabel berikut.
Setelah melakukan traffic counting pada jam sibuk di pagi, siang, dan sore
di hari kerja dan hari libur, didapatkan jam puncak simpang tiga Beruang Madu
terjadi pada jam 17.00 – 18.00 sore di hari kerja dan 13.15 – 14.15 siang di hari
libur. Selanjutnya hasil perhitungan kinerja simpang tiga Beruang Madu pada hari
kerja dan hari libur dapat dilihat pada tabel berikut;
Pada kondisi eksisiting waktu siklus untuk simpang tiga Markoni sebesar 79
detik, simpang tiga Le Grendeur sebesar 128 detik dan 140 detik untuk simpang
tiga Beruang Madu. Sehingga, perencanaan pengkoordinasian waktu siklus
simpang akan menggunakan waktu siklus terpanjang pada ketiga simpang, yaitu
140 detik. Pemilihan waktu siklus ini berdasarkan pertimbangan dari kecepatan
rata-rata kendaraan dan waktu tempuh antar simpang di Jalan Jendral Sudirman.
Dalam melakukan perencanaan ini dilakukan dengan trial and error waktu hijau
pada ketiga simpang untuk mendapatkan kinerja simpang yang lebih baik, dengan
Tabel 14. Perbandingan kinerja simpang Tiga Markoni kondisi eksisting dengan
hasil perencanaan
Eksisting Trial and Error
Pendekat Green Green
DS QL Delay DS QL Delay
Time Time
U 0.349 20 31.49 0.330 35 50.98
16 30
U-STOR 0.455 48 14.82 0.379 68 15.87
B 18 1.076 247 227.6 40 0.858 147 70.96
S 24 0.974 133 62.17 55 0.753 150 42.28
Sumber: hasil analisis, 2019
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai derajat
kejenuhan, panjang antrian dan tundaan (delay), khususnya pada arus-arus utama
Jalan Jendral Sudirman yaitu arah arus Utara (Markoni) dan Selatan (Pasar Baru).
Namun, tingkat pelayanan simpang masih kelas F.
Tabel 15. Perbandingan kinerja simpang Tiga Le Grendeur kondisi eksisting
dengan hasil perencanaan
Eksisting Trial and Error
Pendekat Green Green
DS QL Delay DS QL Delay
Time Time
U 67 0.751 165 28.53 80 0.847 205 40.54
T 19 0.604 40 57.18 10 0.502 40 56.28
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai derajat
kejenuhan, panjang antrian dan tundaan (delay), khususnya pada arus-arus utama
Jalan Jendral Sudirman yaitu arah arus Utara (Balikpapan Permai) dan Selatan
(Markoni). Namun, tingkat pelayanan simpang masih kelas F.
Tabel 16. Perbandingan kinerja simpang Tiga Beruang Madu kondisi eksisting
dengan hasil perencanaan
Eksisting Trial and Error
Pendekat Green Green
DS QL Delay DS QL Delay
Time Time
U 46 0.483 73 40.95 45 0.494 73 41.77
T 26 1.607 1040 1178.4 34 1.229 615 494.7
S-RT 1.295 1040 602.8 1.323 1095 653.7
47 46
S-STOR 0.642 145 16.93 0.656 150 18.4
Sumber: hasil analisis, 2019
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai derajat
kejenuhan, panjang antrian dan tundaan (delay), khususnya pada arus-arus utama
Jalan Jendral Sudirman yaitu arah arus Utara (DAM) dan Selatan (Balikpapan
Permai). Namun, tingkat pelayanan simpang masih kelas F. Setelah dilakukan
analisis terkait koordinasi simpang pada simpang tiga Markoni, simpang tiga Le
Grendeur, dan simpang tiga Beruang Madu terlihat bahwa tidak terjadi penurunan
yang signifikan pada nilai derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan pada
simpang-simpang tersebut, sehingga tingkat pelayanan simpang masih di kelas F.
Dimana seharusnya simpang di Jalan Jendral Sudirman memiliki tingkat
pelayanan kelas B dengan nilai derajat kejenuhan ≤ 0.5 dan nilai tundaan ≤ 15.0.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan tingkat pelayanan, serta menurunkan nilai
derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Peningkatan kapasitas jalan pada tiap lengan simpang yang memiliki kelas
jalan arteri primer. Dengan menyesuaikan lebar jalan arteri primer yaitu
paling sedikit 11 meter.
- Simpang Le Grendeur; lengan Markoni dan Balikpapan Permai pada
kondisi eksisting memiliki lebar jalan 8.7 meter, dimana berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan lebar jalan
tersebut tidak sesuai dengan lebar jalan arteri primer. Sehingga perlu
dilakukan pelebaran jalan ± 3.0 meter. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 17. Perencanaan lebar jalan pada simpang Le Grendeur
Lebar Eksisting Lebar Perencanaan
Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar
Simpang Lengan
Pendekat Masuk LTOR Pendekat Masuk LTOR
(meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
BP 8 8 - 11 11 -
Le
Le Grendeur 7 7 - 7 7 -
Grendeur
Markoni 8 4 4 11 8 3
Sumber: hasil analisis, 2019
D. KESIMPULAN
Kinerja simpang tiga Markoni memiliki derajat kejenuhan ≥ 0.5 dan tundaan
simpang 126.96 det/smp tingkat pelayanan F. Simpang tiga Le Grendeur memiliki
derajat kejenuhan ≥ 0.5 dan tundaan simpang 178.37 det/smp tingkat pelayanan F.
Simpang tiga Beruang Madu memiliki derajat kejenuhan ≥ 0.5 dan tundaan
simpang 300.68 det/smp tingkat pelayanan F. Perencanaan waktu koordinasi
simpang menggunakan waktu siklus simpang eksisting terpanjang yaitu 140 detik.
Sehingga waktu hijau masing-masing lengan pada simpang tiga Markoni yaitu;
Utara (Markoni) 30 detik, Selatan (Pasar Baru) 55 detik, dan Barat (Gunung
Malang) 40 detik. Waktu hijau masing-masing lengan pada simpang tiga Le
Grendeur yaitu; Utara (Balikpapan Permai) 65 detik, Selatan (Markoni) 35 detik,
dan Timur (Le Grendeur) 25 detik. Waktu hijau masing-masing lengan pada
simpang tiga Beruang Madu yaitu; Utara (DAM) 45 detik, Selatan (Balikpapan
Permai) 46 detik, dan Timur (BSB) 34 detik.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningrum, F. P (2013). Koordinasi Simpang Bersinyal (Studi Kasus:
Simpang Kentungan-Simpang Monjali, Yogyakarta). Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.