Anda di halaman 1dari 12

Vol. 011, No.

02, Oktober 2018

EVALUASI KINERJA DAN TINGKAT PELAYANAN SIMPANG


BERSINYAL (Studi Kasus: Simpang Kediri Kabupaten Tabanan)

A.A.A Made Cahaya Wardani, Made Novia Indriani, I Nengah Merta Saputra

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Hindu Indonesia
Jl. Sangalangit, Tembawu, Penatih, Denpasar (0361) 464700
agungmadecahaya@yahoo.com madenovia@gmail.com
mertamerta9@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Simpang Kediri Kabupaten Tabanan karena
tingginya aktifitas masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor. Sehingga
perlu dilakukan penelitian khususnya pada simpang bersinyal, Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi apakah penggunaan sinyal (Traffic Light) pada
simpang masih mempunyai kinerja yang baik.
Perhitungan evaluasi dan alternatif yang diterapkan dalam penelitian ini
berpedoman pada metode MKJI 1997. Data primer yang diambil dalam
penelitian berupa geometrik simpang, data arus lalu lintas, data sinyal, dan
hambatan samping. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah tipe
lingkungan jalan, jumlah penduduk Kabupaten Tabanan. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan,
dan dapat dijadikan pertimbangan perencanaan di masa yang akan datang
Berdasarkan hasil perhitungan data dapat diketahui bahwa kinerja dan
tingkat pelayanan simpang bersinyal pada kondisi exsisting melebihi ketentuan
MKJI 1997 dengan nilai derajat kejehunan 2.46. Tundaan simpang rata – rata
1096.31 det/smp yang berarti bahwa simpang Kediri Kabupaten Tabanan
termasuk dalam tingkat pelayanan F. Dari hasil alternatif perbaikan didapat 4
alternatif perbaikan. Alternatif Perbaikan 1 perubahan waktu hilang (LTI) 12
detik. Alternatif perubahan waktu hijau (g) pada pendekat Utara 8 detik,
pendekat Timur 23 detik dan pendekat Barat 14 detik. Alternatif
3 perubahan waktu siklus (c) 100 detik. Alternatif 4 perubahan waktu siklus
(c) 100 detik dengan waktu hilang (LTI) 12 detik. Dari 4 alternatif dicobakan ,
maka alternatif 4 merupakan alterntif yang baik karena dapat menurukan derajat
kejenuhan, panjang antrian dan tingkat pelayanan simpang D.

Kata kunci : Simpang Bersinyal, kinerja simpang, tingkat pelayanan,


MKJI 1997
menggunakan ruang jalan pada
I PENDAHULUAN persimpangan secara bersama – sama
Simpang adalah Simpul pada dengan lalu lintas lainnya.
jaringan jalan dimana jalan – jalan Persimpangan merupakan faktor
bertemu dan lintasan kendaraan penting dalam menentukan kapasitas
berpotongan lalu lintas pada dan waktu perjalanan pada suatu
masing–masing kaki persimpangan jaringan jalan, khususnya daerah

57
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

perkotaan. Salah satu titik ruas fase sinyal dan empat lengan
jalan yang mempunyai peranan persimpangan, pada Gambar 1.
besar di Kabupaten Tabanan adalah
Simpang Kediri. Simpang Kediri
merupakan simpang yang terletak di
Kecamatan Kediri Kabupaten
Tabanan yang mempunyai empat
lengan simpang bersinyal dan
memiliki tiga fase dimana ditengah –
tengah simpang terdapat bundaran
yang harus dilewati oleh kendaraan
bermotor. Pada simpang Kediri
merupakan pertemuan dari empat arah
yaitu lengan sebelah utara Jalan
Ngurah Rai, lengan sebelah timur
Gambar 1 Lokasi Penelitian
Jalan Ahmad Yani, lengan sebelah
Sumber: Google maps (2018)
selatan Jalan MH Thamrin, lengan
sebelah barat Jalan Dr. Ir. Soekarno. Arus jenuh nyata (S)
Dari hasil pengamatan dilapangan Yang dimaksud dengan arus jenuh
kemacetan pada simpang diperkirakan nyata adalah hasil perkalian dari
oleh pengturan waktu lampu lalu arus jenuh dasar (So) untuk keadaan
lintas kurang optimal. Penelitian ini standar, dengan faktor penyesuaian
bertujuan untuk mengevaluasi kinerja (F). Dinyatakan dengan rumus:
dan tingkat pelayanan simpang S = SO x FCS x FSF x FG x FP x
ekisisting dan mencari alternatif FRT x FLT......................................(1)
perbaikan pada simpang Kediri Keterangan:
Kabupaten Tabanan. SO = arus jenuh dasar
FCS = faktor koreksi ukuran kota
II TINJAUAN PUSTAKA FSF = faktor koreksi hambatan samping
Simpang bersinyal adalah FG = faktor koreksi kelandaian
simpang yang dikendalikan oleh FP = faktor koreksi parkir
sinyal lalu lintas, sinyal lalu lintas FRT = faktor koreksi belok kanan
adalah semua peralatan pengatur lalu FLT = faktor koreksi belok kiri
lintas yang menggunakan tenaga
listrik, rambu dan marka jalan. Faktor Ukuran Kota (FCS)
Untuk mengarahkan atau Yaitu ukuran besarnya jumlah
memperingatkan pengemudi penduduk yang tinggal dalam suatu
kendaraan bermotor, pengendara daerah perkotaan (MKJI 1997).
sepeda, atau pejalan kaki (Oglesby Untuk menentukan nilai faktor ukuran
dan Hick,1982). kota digunakan Tabel 1
Persimpangan ini termasuk
simpang bersinyal yang memiliki tiga

58
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Tabel 1 Faktor koreksi ukuran kota Faktor Belok Kanan (FRT)


(FCS) untuk simpang Faktor koreksi terhadap arus belok
kanan pada pendekat yang ditinjau,
dapat dihitung dengan rumus:
FR = 1 + PRT x 0,26.......................(3)
Keterangan
PRT= rasio arus belok kanan pada
pendekat

Faktor Belok Kiri (FLT)


Pengaruh arus belok kiri dihitung
dengan rumus:
FLT = 1 – PLT x
0,16.......................(4)
Keterangan
PLT = rasio arus belok kiri pada
Faktor Hambatan Samping (FSF) pendekat
Yaitu interaksi antara arus lalu lintas
dan kegiatan samping jalan yang Faktor Kelandaian (FG)
menyebabkan pengurangan terhadap Pada pendekat dengan gradien positif
arus jenuh didalam pendekat (MKJI (naik), maka arus jenuh berkurang.
1997). Dari jenis lingkungan jalan, Sebaliknya pada persimpangan yang
tingkat hambatan samping dan rasio menurun, maka arus jenuh meningkat.
kendaraan tak bermotor didapat Faktor penyesuaian kelandaian
faktor penyesuaian hambatan samping. pendekat atau gradien ditentukan
Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh dengan menggunakan Gambar 2.
ParkirFaktor penyesuaian untuk
pengaruh parkir dapat disesuaikan
dengan rumus sebagai berikut:
Fp = [Lp/3 – (Wa -2)x(Lp/3-
g)/Wa]……………………………..(2)

Keterangan
Fp = faktor Penyesuaian untuk pengaruh
parkir dan lajur belok kiri yang pendek
Wa = lebar pendekat (m) Gambar 2 Grafik Faktor Penyesuaian
G = waktu hijau (detik) untuk kelandaian
Lp = jarak antara garis henti dan Sumber: MKJI (1997)
kendaraan parker pertama (m)
Rasio Arus (FR)
Rasio arus (FR) merupakan rasio arus
lalu lintas terhadap arus jenuh masing

59
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

– masing pendekat (MKJI 1997). yang direkomendasikan seperti pada


Rasio arus (FR) dihitung dengan Tabel 2
rumus: Tabel 2 Waktu siklus yang layak
FR = Q/S..........................................(5) untuk simpang
Keterangan
FR = rasio arus
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
S = arus jenuh (smp/jam)

Untuk arus kritis dihitung dengan


rumus:
PR = FRcrit/ IFR..............................(6)
Keterangan Waktu Hijau (g)
IFR = perbandigan arus simpang Waktu hijau adalah waktu nyala
Σ(FRcrit) hijau dalam suatu pendekat (MKJI,
PR = rasio fase
1997). Perhitungan waktu hijau
FRerit = nilai FR tertinggi dari semua
untuk setiap fase dapat dihitung
pendekat yang berangkat pada suatu
dengan rumus:
fase sinyal
gi = (cua − LTI )× PRi................(8)
Waktu Siklus Sebelum keterangan
gi = waktu hijau dalam fase-i (detik)
Penyesuaian (cuaca)
LTI = total waktu hilang per siklus
Waktu siklus adalah waktu untuk
(detik)
urutan lengkap dan indikasi sinyal Cua =waktu siklus pra penyesuaian
waktu siklus yang telah disesuaikan sinyal (detik)
(c) berdasarkan (MKJI 1997). Waktu PRi = perbandingan fase
siklus sebelum penyesuaian (Cua) FRkritis/Σ(FRkritis)
untuk pengendalian waktu tetap
dapat dihitung menggunakan rumus: Waktu Siklus yang Disesuaikan (c)
Cua = (1,5 x LTI+ 5)/(1- IFR).........(7) Waktu siklus yang disesuaikan (c)
Keterangan dihitung pada waktu hijau yang
cua = waktu siklus pra penyesuaian diperoleh dan telah dibulatkan
sinyal (detik) dengan waktu hilang. Dinyatakan
LTI = total waktu hilang per siklus (detik)
dengan rumus sebagai berikut:
FRcrit =Nilai FR tertinggi dari semua
(MKJI 1997)c = Σ g + LTI ..............(9)
pendekat yang berangkat pada
Keterangan
suatu fase sinyal
c = Waktu siklus (detik)
IFR = Σ(FRcrit) = Rasio arus simpang
Σ g = Jumlah waktu hijau (detik)
= Jumlah FRcrit dari seluruh fase
LTI = Waktu hilang total (detik)
pada siklus tersebut.

Kapasitas Persimpangan (C)


Waktu siklus yang didapat kemudian
Kapasitas adalah arus lalu lintas
disesuaikan dengan waktu siklus
maksimum yang dapat dipertahankan.

60
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Kapasitas simpang dinyatakan dengan Keterangan


rumus: NQ2 = jumlah antrian smp yang datang
C = S x g/c ....................................(10) selama fase merah
Keterangan: DS = derajad kejenuhan
C = kapasitas (smp/jam) Q = volume lalu lintas (smp/jam)
S = arus jenuh (smp/jam) c = waktu siklus (detik)
g = waktu hijau (detik)
c = waktu siklus (detik) GR = gi/c
Jumlah kendaraan antrian total
Derajat Kejenuhan (DS) menjadi
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan NQ = NQ1 +
sebagai rasio volume (Q) terhadap NQ.............................(14)
kapasitas (C) (MKJI 1997) Rumus
untuk menghitung derajat kejenuhan Maka panjang antrian kendaraan
adalah: adalah dengan mengalikan NQmax
DS = Q / C.....................................(11) dengan luas rata–rata yang diperlukan
Keterangan per smp (10m2) kemudian dibagi
Q = arus lalu lintas (smp/jam) dengan lebar masuknya. NQmax
C = kapasitas (smp/jam) didapat dengan menyesuaikan nilai
NQ dalam hal perluang yang
Panjang Antrian (QL) diinginkan untuk terjadinya
Yang dimaksud dengan Panjang pembebanan lebih POL (%) dengan
antrian adalah banyaknya kendaraan menggunakan Gambar 2 untuk
yang berada pada persimpangan tiap perencanaan dan perancangan
jalur saat nyala lampu merah disarankan POL < 5%, untuk
(MKJI 1997). Rumus untuk operasi suatu nilai POL = 5 – 10%
menentukan rata – rata panjang antrian mungkin dapat diterima:
adalah:Untuk derajat kejenuhan QL = (NQmax x
(DS) > 0,5, maka: 20)/Wmasuk..........................(15)

Untuk derajat kejenuhan (DS) <


0,5, maka: NQ1 = 0
Keterangan
NQ1 = jumlah smp yang tertinggal dari
fase hijau sebelumnya
C = kapasitas (smp/jam)
DS = derajat kejenuhan
Jumlah antrian satuan mobil
penumpang yang datang selama fase
merah (NQ2) dengan formula: Gambar 3. perhitungan jumlah antrian
(NQmax) dalam smp
Sumber: MKJI (1997)

61
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Tundaan (Delay) III METODE PENELITIAN


Tundaan adalah rata–rata waktu Penelitian yang digunakan
tunggu tiap kendaraan yang masuk dalam penelitian ini mengacu pada
dalam pendekat. Tundaan pada penelitian deskriptif kuantitatif.
persimpangan terdiri dari 2 yaitu Metode penelitian deskriptif
tundaan lalu lintas (DT) dan tundaan kuantitatif ini dengan spesifikasi
geometrik (DG): sistematis, terencana dan terstruktur.
D = DT + DG................................(16) Penelitian ini banyak memerlukan
Keterangan penggunaan angka, mulai dari
D = Tundaan rata-rata tiap pendekat pengumpulan data, penafsiran
DT = rata-rata tundaan lalu lintas tiap terhadap data tersebut, serta
pendekat (detik/smp) penampilan dari hasilnya. Data
DG = rata-rata tundaan geometrik tiap
berupa angka–angka diperoleh dari
pendekat (detik/smp)
hasil survei di lapangan sebagai data
primer.
Tingkat Pelayanan Persimpangan
Waktu pelaksanaan penelitian Waktu
Tingkat pelayanan persimpangan
penelitian dilakukan pada masing-
adalah ukuran kuantitatif yang
masing lengan persimpangan jalan
memberikan gambaran dari pengguna
terdiri dari beberapa orang pengamat
jalan mengenai kondisi lalu lintas,
untuk mengamati kendaraan belok
aspek dari tingkat pelayanan dapat
kiri, lurus, dan belok kanan. Waktu
berupa kapasitas, tundaan
penelitian di ambil selama 40 jam
kenyamanan, keamanan, dan lain –
(MKJI 1997) yaitu:
lain (MKJI 1997). Hubungan tundaan
a. Pagi hari antara pukul 06.00
dengan tingkat pelayanan sebagai
sampai dengan 09.00 WITA
acuan penelian persimpangan, seperti
dimana waktu tersebut di anggap
Tabel 3.
sebagai waktu awal melakukan
beraktifitas
Tabel 3 Hubungan tundaan dengan
b. Siang hari antara pukul 11.00
tingkat pelayanan
sampai dengan 14.00 WITA
dimana waktu tersebut di anggap
sebagai waktu istirahat setelah
melakukan aktifitas
c. Sore hari antara pukul 16.00
sampai dengan 19.00 WITA
dimana waktu tersebut di anggap
sebagai waktu kepulangan
setelah melakukan aktifitas.

Survei volume arus lalu lintas


dilaksanakan selama 5 hari yaitu hari
senin, selasa, rabu mewakili hari kerja

62
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

dan hari Sabtu dan minggu mewakili


hari libur.

Gambar 5 Geometrik Simpang


Sumber: Hasil survei (2018)

Tabel. 4 Data geometrik simpang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Geometrik
Data geometrik simpang meliputi Data Lampu Lalu Lintas
pengukuran lebar setiap ruas jalan Survei pada Simpang Kediri
dan lebar pendekat pada simpang Kabupaten Tabanan meliputi
bersinyal. Dari hasil penelitian pada pencatatan lama nyala waktu hijau,
Simpang Kediri Kabupaten Tabanan kuning dan merah untuk setiap
diperoleh data geometrik pada Gambar sinyal lampu lalu lintas (traffic
5. Light). Data hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 5.

63
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Tabel 5 Hasil penelitian waktu


sinyal (Kondisi ekisting)

Data Arus Lalu Lintas


Volume arus lalu lintas pada jam
puncak terdapat pada sore hari pada Arus lalu lintas untuk setiap gerakan
tanggal 2 Juli 2018 sebesar 5178 belok kiri (QLT), belok kanan (QRT)
dan lurus (QST) di konversi per jam
kend/jam. Ditunjukan pada Gambar
menjadi satuan mobil penumpang
6. (smp) per jam dengan menggunakan
ekivalen mobil penumpang (emp)
untuk masing masing pendekat
terlindung dan terlawan.

Tabel 7 Hasil perhitungan arus lalu


lintas

Gambar 6 Diagram Survei kendaraan


bermotor
Sumber: Hasil survei (2018)

Dari hasil diagram survei kendaraan


bermotor volume arus lalu lintas.
Ditunjukan pada Tabel 6

64
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Nilai Kinerja dan Tingkat karena jalan Dr. Ir. Soekarno (Barat)
Pelayanan Simpang Bersinyal dan Jl. Ahmad Yani (Timur)
dengan menggunakan Metode merupakan jalan penghubung dari
MKJI 1997 Kinerja Simpang satu Kabupaten Ke Kabupaten
Eksisting Lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
nilai derajat kejenuhan pada pendekat
Dengan menggunakan metode MKJI barat melebihi batas standar
1997 kinerja simpang eksisting pada ketentuan MKJI 1997 dimana DS >
Simpang Kediri Kabupaten Tabanan 0.85. Dari hasil nilai tundaan
dapat dilihat pada Tabel 8 dengan simpang rata- rata 1096.31 detik/smp
tingkat pelayanan simpang dihasilkan maka tingkat pelayanan simpang
F. katagori F.

Alternatif Perbaikan Simpang


Bersinyal Alternatif I

Alternatif I
Alternatif I dirancang dengan
merubah waktu hilang (LTI) sebesar
12 detik

Alternatif II
Alternatif II dirancang dengan
merubah waktu hijau (g) pada masing
– masing pendekat yaitu pada
pendekat utara sebesar 8 detik,
pendekat timur sebesar 23 detik dan
pendekat barat 14 detik.

Alternatif III
Alternatif III dirancang dengan
Keterangan merubah waktu siklus (c) maksimal
S = Arus Jenuh (smp/jam) untuk tiga fase yaitu 100 detik
C = Kapasitas (smp/jam)
DS = Derajat kejenuhan Alternatif IV
NQ= Jumlah antrian (smp) Alternatif IV dirancang dengan
QL = Panjang antrian (m)
D = Tundaan (detik/smp) merubah waktu siklus (c) sebesar
TP = Tingkat Pelayanan 100 detik dan waktu hilang (LTI)
sebesr 12 detik
Dari tabel kinerja simpang eksisting
dengan metode MKJI 1997 didapat Rekapitulasi Hasil Kinerja Simpang
derajat kejenuhan pada semua
dengan Alternatif Perbaikan
pendekat yaitu pendekat utara
sebesar 1.13, pendekat timur 0.63 dan
pendekat barat 2.46, panjang antrian
pendekat utara 168 m, pendekat
timur 176 m dan pendekat barat
180 m. Panjang antrian ini terjadi

65
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Kinerja (DS) untuk semua pendekat dan


Simpang dengan Alternatif Perbaikan panjang antrian (QL) untuk masing –
masing pendekat turun dari kondisi
eksisting dan tundaan rata – rata
simpang (D) 38.72 detik/smp yang
masuk dalam katagori tingkat
pelayanan simpang D (agak macet).

V SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil evaluasi pada
Simpang Kediri Kabupaten Tabanan
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kinerja simpang bersinyal pada
kondisi eksisting menunjukan
bahwa nilai derajat kejenuhan
pada pendekat Jl. Dr. Ir.
Soekarno sebesar 2.46 melebihi
kententuan MKJI 1997 sebesar
0.85. Panjang antrian tertinggi
pada simpang diperoleh sebesar
180 m. Tundaan rata – rata
simpang yang dihasilkan sebesar
1096.31 detik/smp dan masuk
dalam tingkat pelayanan
simpang F sesuai dengan
Permenhub No. 14 Tahun 2006.
2. Alternatif yang optimal untuk
Sumber: Hasil analisis (2018) pemecahan masalah kemacetan
Keterangan lalu lintas pada simpang
C = Kapasitas (smp/jam) tersebut adalah alternatif 4 yaitu
DS = Derajat kejenuhan dengan merubah waktu siklus
QL = Panjang antrian (m) 100 detik dengan waktu hilang
D = Tundaan (detik/smp) 12 detik, maka kinerja simpang
TP = Tingkat Pelayanan bersinyal diperoleh derajat
kejenuhan tertinggi pada
Dari Tabel 6 rekapitulasi hasil kinerja pendekat utara sebesar 0,75,
simpang dengan alternatif perbaikan pendekat timur sebesar 0.71 dan
didapat alternatif IV menunjukan pendekat barat sebesar 0.73.
kinerja yang lebih baik dari kondisi Panjang antrian tertinggi 103 m.
eksisting dimana derajat kejenuhan Tundaan rata – rata simpang

66
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

didapat sebesar 38.38 detik/smp Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas


dan tingkat pelayanan simpang Angkutan Kota, 1999.
D sesuai dengan Permenhub No. Rekayasa Lalu Lintas, Ditjen
Perhubungan Darat, Jakarta
14 Tahun 2006.
Khisty, C.J. 2003 Dasar – Dasar
Rekayasa Transportasi, `Jilid I,
Saran Erlangga, Jakarta
Berdasarkan penelitian yang Morlok Edward. K, 1991.
dilakukan dapat diberikan saran Penghantar Teknik dan
sebagai berikut: Perencanaan Transpotasi,
1. Sesuai hasil alternatif penelitian Erlangga, Jakarta
Mubarak, H. 2016. Analisis
ini dapat menjadi usulan agar
Kapasitas dan Tingkat Kinerja
simpang tersebut mempunyai Simpang Bersinyal Lampu
kinerja yang maksimal dan dapat Lalu Lintas Pada Persimpangan
menambah kenyamanan dalam Jalan Pasir Putih Jalan
berkendara bagi pengguna jalan. Kaharuddin Nasution Kota
2. Perlu dilakukan penelitian Pekanbar, Jurnal Teknik Sipil,
selanjutnya guna mengetahui ada Vol.1, No. 1, Juli
Munawar, Ahmad. 2004. Manajemen
tidaknya pengaruh hambatan
Lalu Lintas Perkotaan, Beta
samping akibat aktivitas Offset, Yogyakarta
menaikan atau menurunkan Oglesby, C.H. dan Hicks, R. G.
penumpang oleh angkutan 1982. Highway Engineering,
umum pada lokasi yang diamati. Fourth Edition, John Wiley &
3. Displin pengemudi dalam Sons, Terjemahan Purwo
Setianto, 1996, Teknik Jalan
mentaati peraturan lalu lintas
Raya, Edisi 4, Erlangga,
perlu lebih ditingkatkan karena Jakarta.
banyak pelanggaran yang Peraturan Menteri Perhubungan.
dilakukan terutama di daerah 2006. Nomor 14 Tahun 2006
persimpangan Tentang Mananjemen dan
Rekayasa Lalu Lintas di Jalan.
Kementrian Perhubungan .
DAFTAR PUSTAKA Jakarta
Abubakar et al, 1995. Sistem Surbakti, M. 2011. Evaluasi Kinerja
Transportasi Kota, Direktorat Simpang Bersinyal, Jurnal
Jendral Perhubungan Darat, Teknik Sipil, Universitas
Departemen Perhubungan, Sumatera Utara
Jakarta Wikrama, J. 2011, Analisis Kinerja
Badan Pusat Statistik, 2018. Simpang Bersinyal, Jurnal
Tabanan Dalam Angka Tahun Teknik Sipil, Vol. 15, No. 1,
2017, Kantor Statistik Tabanan Januari
Departemen Pekerjaan Umum, 1997. Winarta, E. 2016. Analisis Simpang
Manual Kapasitas Jalan Bersinyal. Tugas Akhir,
Indonesia, Ditjen Bina Marga, Program Studi Teknik Sipil
Jakarta Fakultas Universitas Udayana,
Denpasar

67
Vol. 011, No. 02, Oktober 2018

Online http://goggle.maps. Provinsi


Bali/Komputer diakses tanggal
8 maret 2018

68

Anda mungkin juga menyukai