Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNIK LALU LINTAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas

DISUSUN OLEH

ELMA TIANI NANI


511420045
KELAS E

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lalu lintas merupakan masalah penting karena lalu lintas adalah sarana
untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila lalu lintas terganggu
atau terjadi kemacetan, maka mobilitas masyarakat juga akan mengalami
gangguan. Gangguan ini dapat menyebabkan pemborosan bahan bakar,
pemborosan waktu dan dapat mengakibatkan polusi udara. Masalah lalu lintas
merupakan masalah yang sangat penting, karena masalah ini adalah masalah sulit
yang harus dipecahkan bersama. Apabila masalah lalu lintas tidak terpecahkan,
maka masyarakat sendiri yang akan menanggung kerugiannya, dan apabila
masalah ini dapat terpecahkan dengan baik, maka masyarakat sendiri yang akan
mengambil manfaatnya.
Masalah ini juga merupakan masalah lama yang sampai saat ini belum
ditemukan solusi yang tepat. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik antara
pemerintah dengan masyarakat agar masalah ini cepat terselesaikan. Setiap
individu berhak memikirkan masalah ini, karena sekecil apapun peran yang
diberikan oleh individu tersebut tentu akan memberikan pengaruh yang besar bagi
dunia lalu lintas agar menjadi lebih aman dan nyaman.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1992, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dijelaskan bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas serta memudahkan bagi pemakai jalan, maka jalan wajib
dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas. Di samping itu dalam tata laksana lalu
lintas upaya-upaya dalam menuntun, mengarahkan, memperingatkan, melarang
dan sebagainya atau lalu lintas yang ada dengan sedemikian rupa agar lalu lintas
dapat bergerak dengan aman, lancar dan nyaman di sepanjang jalur lalu lintas
maka dibutuhkan penggunaan rambu-rambu lalu lintas. Pada kota yang
berpenduduk dalam jumlah besar dan mempunyai kegiatan perkotaan yang sangat
luas dan intensif, maka diperlukan pelayanan transportasi berkapasitas tinggi dan
ditata secara terpadu atau dinamis. Oleh karena itu pada dasarnya transportasi
merupakan derived demand artinya permintaan akan jasa transportasi timbul dari
permintaan sektor-sektor lain.
Dengan semakin majunya perkembangan pembangunan saat ini,
kebutuhan akan penggunaan jalan amatlah penting. Baik untuk masyarakat yang
berada di perkotaan maupun di pedesaan, terlebih dalam pemenuhan
perekonomian masyarakat itu sendiri yang nantinya diharapkan dapat
menciptakan keselarasan dan kesejahteraan masyarakat sehingga negara kita dapat
maju dan dapat tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri.
Seperti diketahui bahwa sekarang ini banyak sekali alat transportasi yang
dapat digunakan, namun alat transportasi daratlah yang banyak dan sering
digunakan oleh pemakainya. Sekarang ini pengaturan lalu lintas tidak hanya
terbatas pada arus lalu lintas saja, tetapi juga dirasakan perlu diketahui hubungan
dan akibat dari adanya fasilitas-fasilitas transportasi pada keadaan lingkungan
sekitarmya, sehingga akan sesuai dengan apa yang diingini. Menajemen lalu lintas
harus dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari teknik transportasi dimana
jaringan jalan raya merupakan suatu bagian dari system transportasi secara
keseluruhan.
Untuk memenuhi hal-hal tersebut, setiap pihak- pihak yang berkaitan
sangatlah dituntut kerjasamanya yang baik. Pemerintah telah merencanakan dan
meningkatkan prasarana jalan yang sudah ada sedangkan pemakai jalan dituntut
untuk menjaga dan memelihara jalan tersebut agar tingkat pelayanan dapat
terpenuhi. Selain hal diatas perlu juga fasilitas penunjang, antara lain rambu-
rambu lalu lintas, pemisah arah dsb.Pemisah arah (Median) merupakan salah satu
fasilitas yang juga berpengaruh pada karakteristik arus lalu lintas. Penempatan
median bertujuan untuk memisahkan arus dalam lalu lintas yang berlawanan.
Jalan merupakan suatu sarana transportasi yang sangat penting karena
dengan jalanlah maka daerah yang satu dapat berhubungan dengan daerah yang
lainnya. Untuk menjamin agar jalan dapat memberikan pelayanan sebagaimna
yang diharapkan maka selalu diusahakan peningkatan-peningkatan jalan itu.
Dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini menyebabkan
meningkatnya jumlah arus lalu lintas dengan kemampuan jalan yang terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara menghitung lalu lintas dan alat alat yang digunakan?

1.3. Maksud dan Tujuan

Mengetahui cara perhitungan lalu lintas dan alat-alat yang digunakan.


BAB II
LANDASN TEORI

2.1 Perhitungan Arus Lalu Lintas

Dalam perhitungan arus lalu lintas dilakukan persatuan jam dalam satu
atau ebih periode yang sesuai dengan kondisi lalu lintas yang ada berdasarkan
pada arus lalu lintas rencana pada jam puncak pagi, siang, dan sore.

Q= {( Q LV x emp LV ) + ( Q HV x emp HV ) + ( Q MC x emc MC ) }

Dimana:

Q : Arus Kendaraan

QLV, QHV, QMC : Arus kendaraan untuk masing-masing tipe

EmpLV, empHV, empMC : Nilai emp untuk tiap-tiao kendaraan

Tabel 1. Klasifikasi Kendaraan


No Klasifikasi Jenis Kendaraan
1 Light Vehicle (LV) Sedan, jeep oplet, microbus, pick up
2 Heavy Vehicle (HV) Bus standar, bus besar, truck sedang, truk berat
3 Motor Cycle (MC) Sepeda motor dan sejenisnya
4 Unmotorised Vehicle (UM) Becak, sepeda andong, dan sejenisnya

Tabel 2. Niali ekivalen


Emp untuk tiap-tiap kendaraan
Jenis Kendaraan
Terlindung Terlawan
Kendaraan ringan (LV) 1,0 1,0
Kendaraan berat (HV) 1,3 1,3
Sepeda motor (MC) 0,2 0,4
2.1.1 Perhitungan Penilaian Arus Jenuh (S)

Arus Jenuh adalah hasil perkalian dari arus jenuh dasar (So) untuk
keadaan ideal dengan factor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari
kondisi sebenarnya dalam satuan smp/jam hijau. Perhitungan ini dapat
menggunakan rumus dibawa ini:

S=S 0 X F CS X F SF X FG X S 0 X F P X F RT X F¿
Dimana:

So : arus jenuh dasar


Fcs : faktor koreksi ukuran kota
Fcs : factor koreksi gangguan samping
FG : factor koreksi kelandaian
FP : factor koreksi parkir
FRT : factor koreksi belok kanan

FLT : factor koreksi belok kiri

2.1.2 Perhitungan Siklus dan Waktu Hijau

Waktu siklus sebelum penyesuain (Cua) adalah waktu untuk urutan


lengkap dari indikasi sinyal. Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan
kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan metode Webstar (1996) untuk
meminimumkan tundaan total pada suatu simpangan. Pertama-tama
ditentukan siklus ©, selanjutnya waktu hijau (g), pada masing –masing fase.

Penentuan waktu siklus dapat dilakukan dengan menggunakan rumus


sebagai berikut:

( 1 , 5 xLTI +5 )
C ua=
( 1−IFR )
Dimana:
Cua : waktu siklus sinyal (detik)
LTI : total waktu hilang persiklus (detik)
IFR : perbandingan arus simpang Ʃ FRcrit
Penentuan waktu hijau dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

gi=( c ua−LTI ) x PRi

Dimana:
gi : waktu hijau dalam fase –I (detik)
PRi : perbandingan fase FRcirit / Ʃ (FRcrit)
Penentuan waktu siklus yang disesuaikan:

C=Ʃg+ LTI

2.1.3 Perhitungan Kapasitas

Kapasitas adalah jumlah maksimum arus kendaraan yang dapat


melewati persimpangan jalan (intersection). Kapasitas untuk tiap lengan
simpang dihitung dengan formula di bawah ini:

C=S x g /c

Dimana:

C : kapasitas (smp/jam)

S : arus jenuh (smp/jam)

g : waktu hijau (detik)

c : waktu siklus yang ditentukan (detik)

2.1.4 Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (DS) adalah sebagai rasio arus lalu lintas terhadap
kapasitas, yang digunakan sebagai factor utama dalam menentkan tingkat
kinerja simpangan dan segmen jalan. Nilai DS menunjukan apakah segmen
jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.

Dari perhitugan kapasitas dapat dicari nilai derajat kejenuhan dengan


rumus di bawah ini:

DS=Q /C

Dimana:
DS : derajar kejenuhan
Q : arus lalu lintas (smp/jam)
C : kapasitas (smp/jam)

2.1.5 Pehitungan Panjang Antrian

Dalam MKJI 1997, antrian yang terjadi pada suatu pendekat adalah
jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) yang merupakan
jumlah antrian tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1).
Untuk DS > 0,5

[ √ 2
NQ 1=0 , 25 x C x ( DS−1 ) + ( DS−1 ) +
8 x ( DS−0 ,5 )
c ]
Untuk DS < 0,5 atau DS = 0,5;NQ1 = 0

Dimana:
NQ1 : jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebeumnya
DS : derajat kejenuhan
GR : rasio hijau
C : kapasitas (smp/jam) = S x GR
Kemudian dihitung jumlah antrian smp yang dating selama fase merah
(NQ2) dengan rumus berikut:

1−GR Q
NQ 2=c x x
1−GR x ds 3600
Dimana:
NQ2 : jumlah smp yang dating selama fase merah
Q : volume lalu lintas yang masuk di luar LTOR (smp/detik)
C : waktu siklus (detik)
DS : derajat jenuh
GR : rasio hijau (detik)
Untuk menghitung jumlah antrian total dengan menjumlahkan kedua
hasil di atas.

NQ=NQ 1+ NQ 2

Perhitungan panjang antrian (QL) didapat dari perkalian antara NQ MAX


dengan rata-rata area yang ditempati tiap smp (20 m 2) dan dibagi lebar entry
(WENTRY) yang dirumuskan di bawah ini:

NQmax x 20
QL=
Wentry

Gambar 2.1 Perhitungan Jumlah Antrian (NQmax) dalam smp

2.1.6 Perhitungan Tundaan

Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk


memalui sunpangan apabila dibandingakn dengan lintasan tanpa melalui
simpangan. Perhitungan tundaan berdasarkan MKJI (1997) dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Perhitungan tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekatan (DT) akibat


pengaruh timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya pada
simpangan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
NQ 1 x 3600
DT =c x A +
c

Dimana:

DT : tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)

c : waktu siklus yang disesuaikan (det)

2
0 , 5 x ( 1−GR )
A=
( 1−GR x ds )

Dimana:
GR : rasio hijau (g/c)

Ds : derajat jenuh

NQ1 : jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya

C : kapasitas (smp/jam)

b. Tundaan geometri rata-rata masing-masing approach (DG) akibat


perlambatan dan percepatan ketika menunggu giliran pada suatu
simpangan dana tau dihentikan oleh lampu lalu lintas dihitung
berdasarkan formula berikut.
DG=( 1−ρ ) x ρT x 6+ ( ρSV x 4 )
Dimana:
DGj : tundaan geometri rata-rata untuk approach j (derik/smp)
PSV : rasio kendaraan terhenti pada approach = min
PT : rasio kendaraan berbelok pada approach
Tundaan rata-rata (det/smp) adaah penjumlahan dari tundaan
lalu lintas rata-rata da tundaan geometri rata-rata. Sehingga
didapatkan tundaan rata-rata melalui persamaan sebagai berikut:

(D=DT + DG)

c. Tundaan total (smp.det) adalah perkalian antara tundaan rata-rata


dengan arus lalu lintas (D x Q)
d. Perhitungan tundaan rata-rata untuk seluruh simpangan (D 1) yaitu
dengan arus total dalam detik dengan mengalihkan tundaan rata-rata.
Ʃ (Q x Df )
D 1= (det/jam)
Q tot
Untuk mengetahui tingkat pelayanan suatu simpangan dapat
disimpulkan dari besarnya nilai tundaan yang terjadi. Dalam hal ini
dapat dilihat sesuai dengan table 3 sebagi berikut:
Tabel 3. Tingkat Pelayanan Berdasarkan Tundaan

Tingkat Pelayanan Tundaan (det/smp) Keterangan


A <5 Baik Sekali
B 5,1 – 15 Baik
C 15,2 – 25 Sedang
D 25,1 – 40 Kurang
E 40,2 – 60 Buruk
F > 60 Buruk Sekali

2.1.7 Program Komputer VISSIM

Menurut PTV-AG (2013, VISSIM adalah multi moda lalu lintas


perangkat lunak a;iran mikroskopis simulasi. Hal ini dikembangkan oleh
PVT (Planung Transportasi Verkehr AG) di Karlsruhe, jerman. Nama ini
berasal dari “Verkehr Stadten-SIMulationsmodell” (Bahasa Jerman untuk
“lalu lintas di kota – model simulasi”). VISSIM model simulasi telah dipilh
untuk mengkalibrasi kondisi lalu lintas.
Kemampuan VISSIM menyediakan animasi dengan perangkat
tambahan besar dalam 3-D. simulasi jenis kendaraan (yaitu dari motor,
mobil penumpang, truck, kereta api ringan dan kereta api berat). Selain itu,
klip video dapat direkam dalam program, dengan kemampuan untuk secara
dinamis mengubah pandangn dan prespektif. Elemen visual lainnya, seperti
pohon, bangunan, fasilitas transit dan rabu lalu lintas, dapat dimasukkan ke
dalam animasi 3-D.

2.2 Alat dan Bahan

a. Formulir survey, digunakan untuk mencatat data yang diperlukan.

b. meteran, digunakan untuk mengukur geometric jalan.

Gambar 2.2 Meteran

c. Tally counter, digunakan untuk menghitung jumlah kendaraan.

Gambar 2.3 Tally Counter


e. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu tempu kendaraan.

Gambar 2.4 Stopwatch


f. Speed Gun atau Lase Gun, digunakan untuk mengukur kecepatan
kendaraan.

Gambar 2.5 Speed Gun

Anda mungkin juga menyukai