Anda di halaman 1dari 19

FISIKA DALAM TRANSPORTASI

JALAN
KELOMPOK 2
TAUFIK RIZKI MUSTAFA 511420035
ADITIA INGGOLALO 511420040
WULAN RUFTIANI 511420060
MELISA YUNISARI 511420067
MOHAMMAD ALIF P HADJU 511420068
ZIKRAN KATILI 511420069
WARDAH PUTRI 511420070
AERODINAMIKA KENDARAAN
Aerodinamika diambil dari kata Aero dan
Dinamika yang bisa diartikan udara dan
perubahan gerak dan bisa juga ditarik sebuah
pengertian yaitu suatu perubahan gerak dari
suatu benda akibat dari hambatan udara
ketika benda tersebut melaju dengan kencang.
Aspek aerodinamika sebuah kendaraan menjadi salah satu
parameter yang sangat penting dalam desain otomotif,
karena itu berkaitan dengan timbulnya gaya hambat (drag).
pada kendaraan tersebut akan mempengaruhi pada jumlah
konsumsi daya listrik atau bahan bakar yang digunakan dan
stabilitas hasil kali dari koefisien hambat (drag), tekanan
dinamis aliran bebas dan luas permukaan (Sutantra, N. 2001).
Persamaan tersebut dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut :
𝑫 = 𝟎, 𝟓 (𝑪𝑫 . 𝝆. 𝑼² .𝑨)
Dimana :
𝐶𝐷 = koefisien drag
𝜌.𝑈² = tekanan dinamis arus bebas
A = luas karakteristik (luas daerah yang mengalami geseran)
AERODINAMIKA PADA MOBIL
• Mengenal Coefficient of Drag
Aerodinamika pada mobil juga dikenal
dengan istilah Coefficient of Drag (COD),
hambatan angin atau bisa disebut dengan
ketahanan udara ketika mobil bergerak.
Umumnya, satuan COD dibuat untuk
mengukur nilai hambatan udara kendaraan
yang bergerak cepat seperti pesawat, mobil,
dan motor.
• Hubungan Coefficient of Drag dan Konsumsi BBM
Para pabrikan mobil, saat ini banyak melakukan
perubahan pada desain body agar memperoleh
nilai hambatan yang sekecil mungkin. Hal ini
dilakukan agar mesin kendaraan tidak perlu
mengeluarkan tenaga lebih untuk membelah
angin, hal itu akan membuat konsumsi BBM
menjadi lebih irit. Hal itu dapat anda temukan
pada mobil Toyota C-HR yang memiliki COD rendah
sehingga pemakaian power mesin berkurang.
Otomatis mobil jadi lebih hemat BBM.
• Tingkat Coefficient of Drag yang Baik
Ukuran rata-rata COD untuk mobil produksi
massal berkisar antara 0,3-0,6, sementara
untuk sports car berada di rentang antara 0,2-
0,3 dan bus 0,6-0,7. Angka-angka tersebut
didapat setelah mempertimbangkan desain
lengkung bagian depan, samping, dan belakang.
Nominal-nominal tersebut juga didasari
beragam perhitungan matematis, supaya tidak
menghambat pergerakan suatu kendaraan.
Penerapan Hukum Bernoulli Pada
Kendaraan
Pengaturan prinsip aerodinamika ini berhubungan dengan
hukum Bernoulli. Hukum Bernoulli ini mengatakan, bahwa
bertambahnya kecepatan aliran fluida akan menurunkan
tekanan udara diarea tersebut.
Jadi jika kecepatan udara tinggi maka tekanan kecil, dan
sebaliknya jika kecepatan udara rendah maka tekanan besar.
Tekanan ini akan sebanding dengan gaya yang beroperasi di
suatu obyek.
Pada kendaraan bermotor dan mobil penerapan hukum
bernoulli ini ada pada karburatornya. Pada dasarnya
karburator bekerja menggunakan Prinsip Bernoulli: semakin
cepat udara bergerak maka semakin kecil tekanan statis-nya
namun makin tinggi tekanan dinamis-nya.
Rumus Hukum Bernoulli:  
P + 𝝆gh + ½ 𝝆 v² = konstan
Keterangan :
P : Tekanan (pascal)
V : kecepatan (m/s)
𝝆 : massa jenis fluida (kg/m³)
h : ketinggian (m)
g : percepatan gravitasi (9,8 m/s²)
Gaya Aerodinamika
Tiga gaya aerodinamik yaitu :
 Gaya hambat (drag force) aerodinamik
(Fᴅ) yaitu gaya yang menahan gerak
benda
 klasifikasi gaya hambat total : hambatan
bentuk, hambatan pusaran, hambatan
tonjolan dan hambatan aliran dalam
Secara umum perumusan gaya hambat seperti
persamaan berikut :
Fᴅ = Cᴅ ∙ ρ ∙ V² ∙ A, maka
𝑪ᴅ = Fd / 0,5 ρ . V² ∙ A
Dimana :
D = Hambatan Udara (N)
Cᴅ = Koefisien gaya hambat (drag)
A = Luas frontal kendaraan (m²)
ρ = Massa jenis udara (1,2 Kg/m³)
V = Kecepatan kendaraan (Km/Jam)
 Gaya angkat (lift Force) aerodinamik (Fʟ) yaitu
gaya yang bekerja dalam arah vertikal dan
biasanya arah ke atas ditandai sebagai arah
positif dan ke bawah sebagai arah negatif.
Gaya lift dapat dirumuskan dengan
persamaan sebagai berikut :
Fʟ = C𝚤 ∙ ρ ∙ V² ∙ A
𝑪𝚤 = Fʟ / ½ 𝝆 ∙ V² ∙ 𝑨
Dimana : C𝚤 = koefisien gaya angkat
 Gaya samping (side force) aerodinamik (Fs) Gaya yang
bekerja dalam arah horizontal dan transversal sehingga
bersifat mendorong kendaraan ke samping dan juga
terjadi pada kondisi kendaraan berbelok atau selip ke
samping.
Gaya samping dapat dirumuskan dengan persamaan
sebagai berikut :
Fs = Cs ∙ ρ ∙ V² ∙ A ∙ βa
𝑪𝒔 = 𝑭𝒔 / ½ 𝝆 ∙ V² ∙ 𝑨 ∙ βa²
Dimana :
βa = sudut serang angin
𝐶𝑠 = koefisien samping
 Koefisien Aerodinamika
Koefisien aerodinamik suatu kendaraan
dapat dicari secara eksperimen dan dengan
simulasi komputer memakai prinsip dinamika
fluida. Salah satu eksperimen yang umum
dipakai adalah metode percobaan jalan yang
disebut metode “coast down”. Umumnya
metode tersebut hanya digunakan untuk
mencari koefisien hambat (Cᴅ) aerodinamik.
(Sutantra,N., 2001)
Contoh Soal
1. Diketahui :  Lebar kendaraan : 1,69 m
Tinggi kendaraan      : 1,5 m
Hambatan udara       : 4542,72 N
Luas penampang       : 2,535 m2
Massa jenis udara      : 1,2 Kg/m3
Kecepatan kendaraan: 120 km/jam
Ditanya : 𝑪ᴅ ?
Jawab :  
𝑪ᴅ = Fd / 0,5 ρ . V² ∙ A
= 4542,72 N / 0,5 . 1,2 . (120) ² . 2,535
= 4542,72 / 21,902.4
= 0,21
2. Diketahui : luas kendaraan: 2,525 m2
kecepatan kendaraan : 80 Km/Jam
koefisien hambatan : 1,8
Ditanya : Hambatan Udara ?
Jawab :
Fᴅ = Cᴅ ∙ ρ ∙ V² ∙ A
= 1,8 . 1,2 . (80) 2 . 2,525
= 34,905.6 N
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai