Disususn Oleh :
Novelin Adriana Fransisca Tumatar
1970110007
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................15
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................16
4.1 Penutup............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah.
1. Mengetahui pengertian pengertian dan pembahasan mengenai Bundaran
2. Mengetahui apa saja manfaat dari Bundaran
3. Mengetahui bentuk-bentuk dari Bundaran
4. Mengetahui bagaimana prosedur perhitungan Bundaran
1
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa didapat dari makalah ini adalah dapat memberikan informasi
serta mempermudah pembaca dalam mempelajari bundaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
keselamatan lalu lintas, untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas antara kendaraan yang
berpotongan.
4
Gambar 2.1 Bundaran Lalu Lintas Kecil
3. Bundaran Konvensional
Merupakan bundaran dengan ukuran diameter lebih dari 25 meter. Bundaran
konvensional ini biasanya oleh Pemerintah Daerah dikombinasikan dengan monumen /
patung / air mancur tertentu untuk memberi nilai estetika pada simpang. Hal ini dilakukan
selama objek tidak menggangu jarak pandang pada saat melalui bundaran.
5
Adalah kawasan tertentu yang dikelilingi oleh jalan juga dapat diperlakukan prinsip
bundaran untuk mengendalikan lalu lintas disekitar kawasan tersebut dengan
menggunkan prinsip giratori, dimana arus lalu lintas dijadikan satu arah mengelilingi
kawasan tersebut. Kawasan yang berfungsi seperti halnya bundaran lalu lintas sedang
dalam bentuk yang lebih besar dimana yang biasanya merupakan bundaran adalah suatu
kawasan dengan berbagai kegiatan contohnya lapangan golf, apartemen, pusat
perbelanjaan dan perkantoran di kelilingi oleh jalan dengan sistem lalu lintas satu arah.
Semua kendaraan yang masuk kekawasan ini diwajibkan untuk belok kiri mengikuti
giratori.
6
4) Untuk tipe bundaran R20-22 artinya jari-jari bundaran adalah 20 meter, jumlah lajur
masuk dua, lebar lajur masuk 7 meter, panjang jalinan 43 meter dan lebar jalinannya
adalah 9 meter
7
5. Peluang antrian bagian jalinan bundaran
Contoh bagian jalinan bundaran antara dua gerakan lalu lintas yang menyatu dan
memencar dengan 4 kaki dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
8
Metode MKJI menerangkan pengaruh rata-rata dari kondisi masukan yang di asumsikan.
Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk gambar sketsa yang memberikan informasi
lebar jalan, batas sisi jalan, dan lebar median serta petunjuk arah untuk tiap lengan
persimpangan. Berikut adalah sketsa masukan geometri seperti pada gambar di bawah ini.
Nilai normal rasio jalinan (Pw), rasio belok pada bundaran dan faktor smp dapat
digunakan jika informasi yang lebih baik tidak tersedia. Nilai normal lalu lintas umum
dapat di lihat pada Tabel 2.6 :
Tabel 2.6 Nilai Normal Lalu Lintas Umum
Faktor Normal
Rasio jalinan (Pw) 0,75
Rasio belok kiri (PLT) 0,15
Rasio belok kanan (PRT) 0,15
Faktor smp (FSMP) 0,83
(sumber : MKJI, 1997)
d) Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan rasio kendaraan tak
bermotor
11
Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah dan
aksebilitas jalan tersebut dari aktivitas sekitarnya. Hambatan samping menunjukan
pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpng pada arus berangkat lalu lintas
misalnya pejalan kaki berjalan atau menyebrang jalur, angkutan umum dan bis
berhenti untuk menikan dan menurunkan penumpang. Rasio kendaraan tak bermotor
di peroleh dari arus kendaraan tak bermotor dibagi arus kendaraan bermotor. Nilai
faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan rasio kendaraan tak
bermotor bisa dilihat pada tabel 2.8 :
Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Rasio Kendaraan
Tak Bermotor
Kelas tipe Rasio kendaraan tak bermotor
Kelas hambatan
lingkungan jalan
samping 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥0,2
RE
Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Komersial Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Permukiman Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Akses terbatas Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Dapat dirumuskan :
DS = V/C
dimana :
V = Arus total (smp/jam)
C = Kapasitas (sm/jam)
12
3. Hambatan Samping
Hambatan samping yaitu aktivitas samping jalan yang dapat menimbulkan konflik dan
berpengaruh terhadap pergerakan arus lalu lintas serta menurunkan kinerja jalan. Adapun
tipe kejadian hambatan samping adalah:
a) Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan.
b) Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.
c) Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan.
d) Arus kendaraan lambat, yaitu sepeda, becak, delman, dan lain-lain.
Tingkat hambatan samping dikelompokkan ke dalam lima kelas dari yang rendah sampai
sangat tinggi sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping sepanjang segmen
jalan yang diamati. Menurut MKJI 1997 kelas hambatan samping dikelompokkan seperti
yang ada pada Tabel 2.9 :
Tabel 2.9 Kelas Hambatan Samping
Kelas Jumlah berbobot
Samping Kode kejadian per 200 Kondisi Khusus
(SFC) meter per (dua sisi)
Sangat Daerah pemukiman, jalan dengan jalan
VL < 100
rendah sampng
Daerah pemukiman : beberapa tokoh di
Rendah L 100 – 299
sisi jalan
Daerah industry, beberapa tokoh di sisi
Sedang M 300 – 499
jalan
Daerah komersil, aktivitas di sisi jalan
Tinggi H 500 – 899
tinggi
Sangat Daerah komersil, dengan aktivitas pasar di
VH > 900
Tinggi jalan
(sumber : MKJI, 1997)
13
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan pada bab II di atas adalah
1. Bundaran (round-about) merupakan salah satu jenis pengendalian persimpangan yang
umumnya dipergunakan pada daerah perkotaan dan luar kota. Sebuah bundaran terdiri
dari sebuah jalur lalu lintas terarah yang mengitari sebuah pulau ditengah yang mana
dapat berupa pulau timbul atau rata.
2. Manfaat dari bundaran antara lain adalah :
a) memaksa kendaraan untuk mengurangi kecepatan, karena kendaraan dipaksa untuk
membelok mengikuti jalan yang mengelilingi bundaran.
b) menghilangkan konflik berpotongan (crossing conflick), dan digantikan dengan
konflik bersilangan (weaving conflick) yang dapat berlangsung dengan lebih lancar,
tanpa harus berhenti bila arus tidak begitu besar.
c) tidak ada hambatan tetap, karena dihentikan oleh lampu merah, tetapi dapat langsung
memasuki persimpangan dengan prioritas pada kendaraan yang berada di bundaran.
d) mudah untuk meningkatkan kapasitas persimpangan dengan cara memperlebar kaki-
kaki persimpangan.
3. Bentuk – bentuk dari bundaran adalah.
a) Bundaran lalu lintas kecil
b) Bundaran lalu lintas sedang
c) Bundaran konvensional
d) Kawasan Giratori
4. Prosedur perhitungan yang digunakan adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(Departemen PU, 1997). Dengan urutan analisis kinerja persimpangan dengan bundaran
yang digunakan adalah :
a) data masukan
b) perhitungan kapasitas
c) derajat kejenuhan
d) tundaan bagian jalinan bundaran
14
e) peluang antrian bagian jalinan bundaran
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas saran yang dapat penulis berikan yaitu bahwa bundaran juga
merupakan salah satu jenis pengendalian persimpangan yang tentunya memiliki tujuan dalam
penanganan konflik yang terjadi antara kendaraan di jalan. Sama halnya dengan makalah
sebelumnya bahwa hal tersebut juga harus terus dikembangkan agar upaya penanganan konflik
di jalan atau kemacetan dapat tertangani dengan lebih baik lagi dan pastinya lebih optimal.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
Demikian makalah terkait “Bundaran” ini telah dibuat, kurang lebihnya mohon maaf, dan
semoga makalah ini nantinya dapat menjadi referensi untuk para pembaca khususnya kepada
pembaca yang sedang mengambil mata kuliah Perencanaan Geometri Jalan. Sekian dan terima
kasih.
16
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan, RKE. (2017). “Bab I Pendahuluan…..” Universitas Bangka Belitung : Bangka Belitung.
Diakses pada : Senin, 19 Juli 2021. BAB I.pdf (ubb.ac.id)
Firmanda, M. Imam. (2019). “Bab 2 Tinjauan Pustaka….” Universitas Siliwangi : Jawa Barat.
Diakses pada : Senin, 19 Juli 2021. BAB II.pdf (unsil.ac.id)
17