Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 32
tundaan tersebut sangat mempengaruhi c. Penerapan manajemen transportasi, antara
efektivitas operasional traffic light. Selain itu, lain kebijakan perparkiran, perbaikan
kondisi geometri simpang yang tidak simetris
fasilitas pejalan kaki, dan jalur khusus
menimbulkan penambahan waktu bagi
kendaraan dalam melewati persimpangan. bus.
Berdasarkan masalah yang muncul
pada simpang bersinyal Jalan Danau Kota 2.2 Persimpangan dan Lampu
Bengkulu maka perlu adanya penelitian. Lalulintas
Secara garis besar penelitian ini dilakukan Peraturan Menteri Perhubungan
untuk mengetahui nilai derajat kejenuhan, Nomor KM Nomor 14 Tahun 2006 membagi
tingkat pelayanan simpang dan optimasi persimpangan menjadi 5 (lima) jenis yaitu
sinyal lalulintas. simpang prioritas, bundaran lalulintas,
perbaikan geometrik persimpangan,
2. TEORI pengendalian persimpangan dengan alat
2.1 Pengertian Persimpangan pemberi isyarat lalulintas, dan persimpangan
Persimpangan didefinisikan sebagai tidak sebidang.
daerah umum dimana dua jalan atau lebih Lampu lalulintas adalah suatu alat
bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan kontrol dengan menggunakan lampu yang
dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan terpasang pada persimpangan dengan tujuan
lalulintas di dalamnya (Kishty dan Lall, untuk mengatur arus lalulintas. Cara
2005). pengoperasian menurut jenis kendali, lampu
Putranto (2008) menjelaskan bahwa lalulintas terdiri dari (Suraji, 2008):
simpang merupakan pusat konflik, oleh sebab a. Fixed time traffic signal yaitu
itu, pengelolaan simpang membutuhkan pengoperasian lampu lalulintas dimana
prediksi kapasitas akurat. pengaturan waktunya tidak mengalami
Tamin (2000), dalam rekayasa perubahan.
manajemen lalulintas dapat dilakukan dengan b. Actuated traffic signal yaitu
berbagai cara yaitu: pengoperasian lampu lalulintas dimana
a. Pemasangan dan perbaikan sistem lampu pengaturan waktunya mengalami
lalulintas secara terisolasi dan mengatur perubahan dari waktu kewaktu sesuai
seluruh lampu lalulintas secara terpusat dengan kedatangan kendaraan dari
(Area Traffic Control System, ATCS). berbagai pendekat/kaki simpang.
b. Perbaikan perencanaan sistem jaringan Pada umumnya sinyal lalulintas
jalan yang ada, termasuk jaringan jalan digunakan karena berbagai alasan antara lain
kereta api, jalan raya dan bus untuk (MKJI, 1997):
menunjang Sistem Angkutan Umum a. Untuk menghindari kemacetan simpang
Transportasi Perkotaan Terpadu akibat adanya konflik arus lalulintas
(SAUTPT). sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 33
tertentu dapat dipertahankan, bahkan
selama kondisi lalulintas jam puncak. b. Geometri
b. Untuk memberi kesempatan kepada Untuk masing-masing pendekat atau
kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan sub-pendekat lebar efektif (We) ditetapkan
simpang (kecil) untuk memotong jalan dengan mempertimbangkan denah dari
utama. bagian masuk dan keluar suatu simpang dan
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan distribusi dari gerakan-gerakan membelok.
lalulintas akibat tabrakan antara c. Kondisi Lapangan
kendaraan-kendaraan dari arah yang Kondisi lapangan meliputi kondisi
bertentangan. lingkungan jalan, hambatan samping,
kelandaian dan ada atau tidaknya median.
2.3 Prosedur Optimasi Simpang Tipe lingkungan jalan terdiri dari lingkungan
Bersinyal komersial, permukiman dan akses terbatas.
Dalam Manual Kapasitas Jalan
d. Arus jenuh dan faktor penyesuaian
Indonesia Tahun 1997, prosedur optimasi
Arus jenuh adalah besarnya
simpang bersinyal secara lengkap diuraikan
keberangkatan antrian didalam suatu
dalam bab 2 tentang Simpang Bersinyal.
pendekat selama kondisi yang ditentukan
Berikut ini adalah point-point penting dalam
(smp/jam). Arus jenuh (Saturated, S)
optimasi simpang bersinyal yang diambil dari
dihitung dengan rumus:
bab 2 tersebut.
S= S0xFcsxFSFxFGxFPxFRTxFLT..................(2)
a. Arus Lalulintas
dimana:
Perhitungan dilakukan per satuan jam
S : arus jenuh, S0: arus jenuh dasar
untuk satu atau lebih periode, misalnya
Fcs: faktor penyesuaian ukuran kota
didasarkan pada kondisi arus lalulintas
FSF: faktor penyesuaian hambatan
rencana jam puncak pagi, siang dan sore.
samping
Arus lalulintas (Q) dihitung dengan rumus:
FG : faktor penyesuaian kelandaian
Q = QLV + (QHV × empHV) + (QMC
FP : faktor penyesuaian parkir
× empMC) ......................................(1)
FRT: faktor penyesuaian belok kanan
dimana:
FLT: faktor penyesuaian belok kiri
Q: arus lalulintas
QLV: arus kendaraan ringan
e. Rasio Arus
QHV: arus kendaraan berat
Rasio arus (Flow Ratio, FR) masing-
QMC: arus sepeda motor
masing pendekat dihitung dengan persamaan:
empHV:angka konversi dari
FR = Q / S.......................................(3)
kendaraan berat ke kendaraan ringan
dimana: FR : rasio arus
empMC: angka konversi dari sepeda motor
Q: arus lalulintas (smp/jam)
ke kendaraan ringan
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 34
S: arus jenuh (smp/jam) tidak berhenti sama sekali, panjang putaran
pendek dapat juga mengurangi penundaan.
f. Waktu Siklus Tingkat pelayanan B terjadi dengan
Waktu siklus (Cycle, c) dihitung adanya gerak maju yang baik atau waktu
dengan persamaan: putar pendek, kendaraan yang berhenti lebih
c= Merah Semua+Merah+Kuning banyak daripada tingkat pelayanan A, maka
+Hijau.............................................(4) penundaan rata-rata lebih tinggi.
Tingkat pelayanan C, penundaan
g. Kapasitas dan Derajat Kejenuhan biasanya disebabkan karena gerak maju
Kapasitas (Capacity, C) adalah arus kendaraa sedang-sedang saja dan panjang
lalulintas maksimum yang dapat putaran waktu lebih lama, jumlah kendaraan
dipertahankan (smp/jam). Kapasitas dihitung yang berhenti sudah cukup banyak walaupun
dengan persamaan: beberapa diantarnya masih dapat melewati
C = S × (g / c...................................(5) persimpangan tanpa henti.
Derajat kejenuhan (Degree of Tingkat pelayanan D, pengaruh
Saturation, DS) adalah rasio dari arus kemacetan mulai terlihat jelas, banyak
lalulintas terhadap kapasitas untuk suatu kendaraan yang berhenti serta proporsi
pendekat. Rumus mencari DS: kendaraan yang tidak berhenti menurun.
DS = Q / C......................................(6) Tingkat pelayanan E dianggap sebagai batas
dimana: C : kapasitas, Q: arus lalu penundaan yanga masih dapat diterima,
lintas, S: arus Jenuh (smp/jam) menunjukkan gerak maju yang tidak baik,
g : waktu hijau (det) waktu putaran yang panjang.
c : waktu siklus (det) Tingkat pelayanan F sudah tidak dapat
DS: derajat kejenuhan diterima oleh pengemudi dimana angka arus
kedatangan melebihi kapasitas persimpangan
jalan dan dapat katakana keadaan lewat
h. Perilaku Lalulintas jenuh. (Mcshane dan Roess, 1990).
Terdiri atas Jumlah kendaraan antri, jumlah Terdapat dua karakteristik utama dari
kendaraan terhenti dan tundaan arus kendaraan yang melalui ruas jalan dan
persimpangan, salah satunya ialah kapasitas
2.4 Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal
(volume maksimum) yang dapat ditampung
Ciri-ciri tingkat pelayanan
ruas jalan atau persimpangan. Apabila
berhubungan dengan tundaan terhenti tiap
volume meningkat maka tingkat pelayanan
kendaraan terlihat pada Tabel 1. Tingkat
menurun (Morlok, 1978).
pelayanan A terjadi jika gerak maju sangat
Tabel 1 menjelaskan hubungan
menguntungkan dan kebanyakan kendaraan
tundaan dengan tingkat pelayanan suatu
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 35
simpang bersinyal yang dikutip dari Highway
Capacity Manual 1994.
3.2 Tahapan Penelitian
Tabel 1. Hubungan Tundaan dengan Tingkat Dari Survai lalulintas didapat data
Pelayanan
volume dan distribusi kendaraan dengan cara
Tingkat Tundaan Henti Tiap
Pelayanan Kendaraan (det) pencatatan langsung kendaraan yang keluar
A ≤ 5,0 dari tiap pendekat saat sinyal hijau untuk arah
B 5,1-15 belok kiri, lurus, dan belok. Jika ada
C 15,1-25
D 25,1-40 kendaraan yang melintas saat sinyal merah
E 40,1–60 pada pendekat yang ditinjau maka dicatat
F ≥60,1
Sumber: Highway Capacity Manual, 1994. sebagai kendaraan yang melanggar peraturan.
Survai kondisi geometrik didapatkan lebar
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 36
Gambar 1 Bagan Alir Analisa Simpang Bersinyal
Sumber: MKJI 1997
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 37
suatu pendekat. Nilai DS, Q dan C dapat nilai yang dapat diterima (0,75). Untuk
dilihat pada Tabel 2. memperoleh nilai derajat kejenuhan ≤ 0,75
Tabel 2. Derajat Kejenuhan maka kapasitas simpang harus ditambah.
MKJI 1997 menjelaskan bahwa penambahan
Q, C,
Kode DS
smp/jam smp/jam kapasitas dapat dilakukan dengan beberapa
Pendekat
D01 315,6 329,2 0,96 tindakan yaitu, penambahan lebar pendekat,
ZA 539,0 380,1 1,42 perubahan fase sinyal dan pelarangan
D04 261,6 289,1 0,90 gerakan belok kanan.
JW 135,0 187,2 0,72
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 38
dihasilkan pada masing-masing pendekat dan tingkat pelayanan disajikan dalam Tabel
simpang tidak melebihi 0,75 sehingga 4 dan Tabel 5.
penambahan lebar jalan meningkatkan Berdasarkan informasi dalam Tabel 4
kapasitas simpang. Jalan Danau 01 diperlebar dan Tabel 5 dapat dinyatakan bahwa nilai
3 meter sebelah kiri, Jalan Zainul Arifin tundaan yang rendah membuktikan bahwa
diperlebar 1,8 meter sebelah kiri dan 1,8 optimasi sinyal lalulintas dengan langkah
meter sebelah kanan, Jalan Danau 02 perbaikan geometri mampu mempertahankan
diperlebar 1,8 meter sebelah kanan dan Jalan DS ≤ 0,75 dan memperbaiki tingkat
Jaya Wijaya diperlebar 1,5 meter sebelah pelayanan Simpang Bersinyal Jalan Danau
kiri. Kota Bengkulu.
Hasil optimasi simpang berupa
pengaturan waktu sinyal, derajat kejenuhan
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 39
simpang agar pengguna jalan memahami DAFTAR PUSTAKA
tentang peraturan larangan belok kiri saat
[1]. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997,
sinyal merah. No 036/T/BM/1997: Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Bina Karya, Jakarta.
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan [2]. Khisty, C.J dan Kent, L. 2005. Dasar-
Dasar Rekayasa Transportasi,
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Erlangga, Jakarta.
1. Simpang bersinyal pada Jalan Danau 01
[3]. Mcshane,W.R., dan Roess, R.P., 1990,
memiliki derajat kejenuhan (DS) 0,96 Traffic Engineering, Prentice-Hall,
dengan tingkat pelayanan (LOS) D. Jalan New Jerley.
[4]. Morlok, E.K., 1978, Pengantar Teknik
Zainul Arifin memiliki DS 1,42 dengan dan Perencanaan Transportasi,
LOS F. Jalan Danau 02 memiliki DS 0,90 Erlangga, Jakarta.
dengan LOS C. Jalan Jaya Wijaya [5]. Peraturan Menteri Perhubungan No KM
memiliki DS 0,72 dengan LOS B. 14 Tahun 2006 Tentang Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan,
2. Optimasi sinyal lalulintas dengan cara Biro Hukum dan KSLN, Jakarta.
penambahan lebar jalan pada semua
[6]. Putranto, L.S., 2008, Rekayasa Lalu
lengan simpang menghasilkan DS 0,75 Lintas, Macanan Jaya Cemerlang,
dengan LOS B untuk Jalan Danau 01, DS Jakarta.
0,75 dengan LOS C untuk Jalan Zainul [7]. Suraji, A., 2008, Rekayasa Lalu Lintas,
Arifin, DS 0,75 dengan LOS B untuk Universitas Widya Gama, Malang.
Jalan Danau 02 dan DS 0,75 dengan LOS
[8]. Tamin, O. Z., 2000, Perencanaan dan
B untuk Jalan Jaya Wijaya. Pemodelan Transportasi, Institut
5.2 Saran Teknologi Bandung, Bandung.
Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 40