Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL

JALAN DANAU KOTA BENGKULU


Samsul Bahri), Mawardi2), Lestarida3)
1, 2)
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu
3)
Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu
Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu Telp. (0736) 344087
Email: sbahri1972@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study aims to evaluate the performance of the signalized intersection of Danau street Bengkulu City.
The Evaluation method is using Indonesian Highway Capacity Manual (MKJI) 1997. The results show the
approach of Danau 01 street has a degree of saturation (DS) of 0.96 with the level of service (LOS) D; the
approach of Zainul Arifin street has a DS of 1.42 with the LOS F; the approach of Danau 02 street has a
DS of 0.90 with the LOS C and the approach of Jaya Wijaya street has a DS 0.72 with the LOS B. This
condition needs the optimization of traffic signal by adding the width of the intersection of the approach so
that the DS ≤ 0.75. The optimization results conslude that the approach of Danau 01 street has a DS of 0.75
with the LOS D; the approach of Zainul Arifin street has a DS of 0.75 with the LOS C; the approach of
Danau 02 street has a DS of 0.75 with the LOS B and the approach of Jaya Wijaya street has a DS 0.75 with
the LOS B.
Keywords: degree of saturation, level of service, traffic signal

1. PENDAHULUAN manajemen lalulintas, diantaranya adalah


Peran penting transportasi darat dalam penggunaan lampu lalulintas (traffic light)
mendukung terwujudnya kesejahteraan dengan sinar tiga warna yaitu merah, kuning,
masyarakat tidak diragukan lagi hijau. Lampu lalulintas diterapkan pada suatu
keberadaannya. Sarana dan prasarana persimpangan dengan berbagai pertimbangan
transportasi darat yang meliputi kendaraan, antara lain, menghindari kemacetan,
jaringan jalan raya dan sistem manajemen menyediakan fasilitas penyeberangan bagi
pengaturan menjadi sangat penting untuk pejalan kaki dan mengurangi jumlah
menjadi perhatian. Keterpurukan kondisi kecelakaan yang diakibatkan dari kendaraan
sarana dan prasarana transportasi darat yang konflik.
menjadi salah satu indikator tertinggalnya Persimpangan pada Jalan Danau-Jalan
tingkat kesejaheraan suatu wilayah. Zainul Arifin-Jalan Jaya Wijaya merupakan
salah satu persimpangan yang sudah
Dalam sistem jaringan jalan,
menerapkan lampu lalulintas. Persimpangan
persimpangan adalah bagian terpenting yang ini berada di lingkungan komersial yang
harus diperhatikan dalam sistem manajemen tidak terlalu jauh dari pusat kota Bengkulu
dan dekat dengan tempat wisata danau
pengaturan jalan. Persimpangan merupakan
Dendam Tak Sudah. Persimpangan ini terdiri
ruang dimana kendaraan saling bertemu dari dari empat pendekat/lengan. Lengan jalan
berbagai ruas jalan yang ada. Bertemunya Zainul Arifin dan jalan Danau banyak dilalui
oleh kendaraan bermotor baik roda 2 maupun
kendaraan pada suatu simpang dapat
roda 4 atau lebih.
menyebabkan konflik yang berakibat pada Ruas Jalan ini merupakan jalan
penurunan tingkat keamanan dan pintas yang sering digunakan oleh
kenyamanan perjalanan. MKJI (1997) masyarakat untuk pergi ke pasar dan
beberapa pusat kegiatan lainnya. Volume
menyarankan agar konflik kendaraan pada lalulintasnya cukup tinggi khususnya
suatu persimpangan harus dipisahkan dengan saat jam sibuk sehingga mengakibatkan
tundaan lalulintas. Adanya

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 32
tundaan tersebut sangat mempengaruhi c. Penerapan manajemen transportasi, antara
efektivitas operasional traffic light. Selain itu, lain kebijakan perparkiran, perbaikan
kondisi geometri simpang yang tidak simetris
fasilitas pejalan kaki, dan jalur khusus
menimbulkan penambahan waktu bagi
kendaraan dalam melewati persimpangan. bus.
Berdasarkan masalah yang muncul
pada simpang bersinyal Jalan Danau Kota 2.2 Persimpangan dan Lampu
Bengkulu maka perlu adanya penelitian. Lalulintas
Secara garis besar penelitian ini dilakukan Peraturan Menteri Perhubungan
untuk mengetahui nilai derajat kejenuhan, Nomor KM Nomor 14 Tahun 2006 membagi
tingkat pelayanan simpang dan optimasi persimpangan menjadi 5 (lima) jenis yaitu
sinyal lalulintas. simpang prioritas, bundaran lalulintas,
perbaikan geometrik persimpangan,
2. TEORI pengendalian persimpangan dengan alat
2.1 Pengertian Persimpangan pemberi isyarat lalulintas, dan persimpangan
Persimpangan didefinisikan sebagai tidak sebidang.
daerah umum dimana dua jalan atau lebih Lampu lalulintas adalah suatu alat
bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan kontrol dengan menggunakan lampu yang
dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan terpasang pada persimpangan dengan tujuan
lalulintas di dalamnya (Kishty dan Lall, untuk mengatur arus lalulintas. Cara
2005). pengoperasian menurut jenis kendali, lampu
Putranto (2008) menjelaskan bahwa lalulintas terdiri dari (Suraji, 2008):
simpang merupakan pusat konflik, oleh sebab a. Fixed time traffic signal yaitu
itu, pengelolaan simpang membutuhkan pengoperasian lampu lalulintas dimana
prediksi kapasitas akurat. pengaturan waktunya tidak mengalami
Tamin (2000), dalam rekayasa perubahan.
manajemen lalulintas dapat dilakukan dengan b. Actuated traffic signal yaitu
berbagai cara yaitu: pengoperasian lampu lalulintas dimana
a. Pemasangan dan perbaikan sistem lampu pengaturan waktunya mengalami
lalulintas secara terisolasi dan mengatur perubahan dari waktu kewaktu sesuai
seluruh lampu lalulintas secara terpusat dengan kedatangan kendaraan dari
(Area Traffic Control System, ATCS). berbagai pendekat/kaki simpang.
b. Perbaikan perencanaan sistem jaringan Pada umumnya sinyal lalulintas
jalan yang ada, termasuk jaringan jalan digunakan karena berbagai alasan antara lain
kereta api, jalan raya dan bus untuk (MKJI, 1997):
menunjang Sistem Angkutan Umum a. Untuk menghindari kemacetan simpang
Transportasi Perkotaan Terpadu akibat adanya konflik arus lalulintas
(SAUTPT). sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 33
tertentu dapat dipertahankan, bahkan
selama kondisi lalulintas jam puncak. b. Geometri
b. Untuk memberi kesempatan kepada Untuk masing-masing pendekat atau
kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan sub-pendekat lebar efektif (We) ditetapkan
simpang (kecil) untuk memotong jalan dengan mempertimbangkan denah dari
utama. bagian masuk dan keluar suatu simpang dan
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan distribusi dari gerakan-gerakan membelok.
lalulintas akibat tabrakan antara c. Kondisi Lapangan
kendaraan-kendaraan dari arah yang Kondisi lapangan meliputi kondisi
bertentangan. lingkungan jalan, hambatan samping,
kelandaian dan ada atau tidaknya median.
2.3 Prosedur Optimasi Simpang Tipe lingkungan jalan terdiri dari lingkungan
Bersinyal komersial, permukiman dan akses terbatas.
Dalam Manual Kapasitas Jalan
d. Arus jenuh dan faktor penyesuaian
Indonesia Tahun 1997, prosedur optimasi
Arus jenuh adalah besarnya
simpang bersinyal secara lengkap diuraikan
keberangkatan antrian didalam suatu
dalam bab 2 tentang Simpang Bersinyal.
pendekat selama kondisi yang ditentukan
Berikut ini adalah point-point penting dalam
(smp/jam). Arus jenuh (Saturated, S)
optimasi simpang bersinyal yang diambil dari
dihitung dengan rumus:
bab 2 tersebut.
S= S0xFcsxFSFxFGxFPxFRTxFLT..................(2)
a. Arus Lalulintas
dimana:
Perhitungan dilakukan per satuan jam
S : arus jenuh, S0: arus jenuh dasar
untuk satu atau lebih periode, misalnya
Fcs: faktor penyesuaian ukuran kota
didasarkan pada kondisi arus lalulintas
FSF: faktor penyesuaian hambatan
rencana jam puncak pagi, siang dan sore.
samping
Arus lalulintas (Q) dihitung dengan rumus:
FG : faktor penyesuaian kelandaian
Q = QLV + (QHV × empHV) + (QMC
FP : faktor penyesuaian parkir
× empMC) ......................................(1)
FRT: faktor penyesuaian belok kanan
dimana:
FLT: faktor penyesuaian belok kiri
Q: arus lalulintas
QLV: arus kendaraan ringan
e. Rasio Arus
QHV: arus kendaraan berat
Rasio arus (Flow Ratio, FR) masing-
QMC: arus sepeda motor
masing pendekat dihitung dengan persamaan:
empHV:angka konversi dari
FR = Q / S.......................................(3)
kendaraan berat ke kendaraan ringan
dimana: FR : rasio arus
empMC: angka konversi dari sepeda motor
Q: arus lalulintas (smp/jam)
ke kendaraan ringan

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 34
S: arus jenuh (smp/jam) tidak berhenti sama sekali, panjang putaran
pendek dapat juga mengurangi penundaan.
f. Waktu Siklus Tingkat pelayanan B terjadi dengan
Waktu siklus (Cycle, c) dihitung adanya gerak maju yang baik atau waktu
dengan persamaan: putar pendek, kendaraan yang berhenti lebih
c= Merah Semua+Merah+Kuning banyak daripada tingkat pelayanan A, maka
+Hijau.............................................(4) penundaan rata-rata lebih tinggi.
Tingkat pelayanan C, penundaan
g. Kapasitas dan Derajat Kejenuhan biasanya disebabkan karena gerak maju
Kapasitas (Capacity, C) adalah arus kendaraa sedang-sedang saja dan panjang
lalulintas maksimum yang dapat putaran waktu lebih lama, jumlah kendaraan
dipertahankan (smp/jam). Kapasitas dihitung yang berhenti sudah cukup banyak walaupun
dengan persamaan: beberapa diantarnya masih dapat melewati
C = S × (g / c...................................(5) persimpangan tanpa henti.
Derajat kejenuhan (Degree of Tingkat pelayanan D, pengaruh
Saturation, DS) adalah rasio dari arus kemacetan mulai terlihat jelas, banyak
lalulintas terhadap kapasitas untuk suatu kendaraan yang berhenti serta proporsi
pendekat. Rumus mencari DS: kendaraan yang tidak berhenti menurun.
DS = Q / C......................................(6) Tingkat pelayanan E dianggap sebagai batas
dimana: C : kapasitas, Q: arus lalu penundaan yanga masih dapat diterima,
lintas, S: arus Jenuh (smp/jam) menunjukkan gerak maju yang tidak baik,
g : waktu hijau (det) waktu putaran yang panjang.
c : waktu siklus (det) Tingkat pelayanan F sudah tidak dapat
DS: derajat kejenuhan diterima oleh pengemudi dimana angka arus
kedatangan melebihi kapasitas persimpangan
jalan dan dapat katakana keadaan lewat
h. Perilaku Lalulintas jenuh. (Mcshane dan Roess, 1990).
Terdiri atas Jumlah kendaraan antri, jumlah Terdapat dua karakteristik utama dari
kendaraan terhenti dan tundaan arus kendaraan yang melalui ruas jalan dan
persimpangan, salah satunya ialah kapasitas
2.4 Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal
(volume maksimum) yang dapat ditampung
Ciri-ciri tingkat pelayanan
ruas jalan atau persimpangan. Apabila
berhubungan dengan tundaan terhenti tiap
volume meningkat maka tingkat pelayanan
kendaraan terlihat pada Tabel 1. Tingkat
menurun (Morlok, 1978).
pelayanan A terjadi jika gerak maju sangat
Tabel 1 menjelaskan hubungan
menguntungkan dan kebanyakan kendaraan
tundaan dengan tingkat pelayanan suatu

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 35
simpang bersinyal yang dikutip dari Highway
Capacity Manual 1994.
3.2 Tahapan Penelitian
Tabel 1. Hubungan Tundaan dengan Tingkat Dari Survai lalulintas didapat data
Pelayanan
volume dan distribusi kendaraan dengan cara
Tingkat Tundaan Henti Tiap
Pelayanan Kendaraan (det) pencatatan langsung kendaraan yang keluar
A ≤ 5,0 dari tiap pendekat saat sinyal hijau untuk arah
B 5,1-15 belok kiri, lurus, dan belok. Jika ada
C 15,1-25
D 25,1-40 kendaraan yang melintas saat sinyal merah
E 40,1–60 pada pendekat yang ditinjau maka dicatat
F ≥60,1
Sumber: Highway Capacity Manual, 1994. sebagai kendaraan yang melanggar peraturan.
Survai kondisi geometrik didapatkan lebar

3. METODOLOGI pendekat, rambu lalulintas, setting traffic

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian light.

Penelitian dilakukan di simpang


bersinyal yang memiliki 4 (empat) pendekat, 3.3 Pengolahan dan Perhitungan Data
pertemuan antara lengan Jalan Danau 01 Pengolahan dan perhitungan
(D01), Jalan Zainul Arifin (ZA), Jalan Danau menggunakan metode Manual Kapasitas
02 (D02) dan Jalan Jaya Wijaya Kota Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, yang
Bengkulu. Waktu penelitian dilaksanakan meliputi volume lalulintas jam puncak,
pada hari Senin dan Selasa pada jam sibuk komposisi lalulintas, sinyalisasi dan optimasi
yaitu saat pagi (06.45-08.45), siang (14.00- traffic light. Bagan alir dalam Gambar 1
15.00) dan sore (16.15-17.15) WIB. Kondisi berikut adalah prosedur Analisa simpang
ini diharapkan dapat mewakili hari–hari kerja bersinyal menurut MKJI 1997.
dengan anggapan volume lalulintas tiap
harinya stabil.

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 36
Gambar 1 Bagan Alir Analisa Simpang Bersinyal
Sumber: MKJI 1997

4. PEMBAHASAN (10,79 %). Sepeda motor (MC) dan


4.1 Geometri Simpang kendaraan ringan (LV) mendominasi
Hasil survai menunjukkan bahwa pergerakan kendaraan pada simpang tersebut.
kondisi simpang bersinyal Jalan Danau Kota
Bengkulu memiliki lengan simpang yang 4.3 Waktu Sinyal Lalulintas
tidak simetris. Tiap lengan tidak memiliki Tipe pengaturan sinyal lalulintas
median, tanpa LTOR (Left Turn On dengan sistem waktu tetap (fixed time
Red)/larangan belok kiri saat sinyal merah. operation). Pengaturan model fixed time
Tipe lingkungan jalan pada persimpangan operation menerapkan sistem waktu siklus
termasuk daerah permukiman (RES), yang sama panjang baik pada kondisi arus
umumnya berdiri bangunan rumah penduduk padat maupun arus normal. Jumlah
dan beberapa toko kecil. pengaturan menggunakan pola empat fase,
dimana setiap pendekat memperoleh satu kali
4.2 Arus Lalu-Lintas Simpang
hak jalan.
Hasil survai lalulintas dapat diketahui
4.4 Derajat Kejenuhan
bahwa ruas jalan yang paling ramai dilalui
Derajat kejenuhan (Degree of
kendaraan bermotor yaitu Jalan Zainul Arifin
Saturation, DS) adalah rasio dari arus
(43,08 %), Jalan Danau 01 (25,22 %), Jalan
lalulintas (Q) terhadap kapasitas (C) untuk
Danau 02 (20,91 %) dan Jalan Jaya Wijaya

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 37
suatu pendekat. Nilai DS, Q dan C dapat nilai yang dapat diterima (0,75). Untuk
dilihat pada Tabel 2. memperoleh nilai derajat kejenuhan ≤ 0,75
Tabel 2. Derajat Kejenuhan maka kapasitas simpang harus ditambah.
MKJI 1997 menjelaskan bahwa penambahan
Q, C,
Kode DS
smp/jam smp/jam kapasitas dapat dilakukan dengan beberapa
Pendekat
D01 315,6 329,2 0,96 tindakan yaitu, penambahan lebar pendekat,
ZA 539,0 380,1 1,42 perubahan fase sinyal dan pelarangan
D04 261,6 289,1 0,90 gerakan belok kanan.
JW 135,0 187,2 0,72

4.5 Tingkat Pelayanan Simpang


Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
Penilaian tingkat pelayanan simpang
nilai derajat kejenuhan Jalan Danau 01, Jalan
ditinjau dari jumlah antrian (NQ), panjang
Zainul Arifin dan Jalan Danau 02 melebihi
antrian (QL), jumlah kendaraan terhenti
0,75 sedangkan Jalan Jaya Wijaya masih
(NSV) dan tundaan (D) yang terdapat pada
dibawah 0,75. Menurut MKJI 1997, bahwa
tiap pendekatnya. Adapun tingkat pelayanan
rencana dan bentuk pengaturan lalulintas
simpang bersinyal Jalan Danau 01, Jalan
pada simpang harus dengan tujuan
Zainul Arifin, Jalan Danau 02 dan Jaya
memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi
Wijaya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Pelayanan Simpang


Jumlah Kendaraan Panjang Jumlah
Kode Antri (smp/jam) Antrian Kendaraan Tundaan Tingkat
Pendekat (QL)(m) Terhenti (det/smp) Pelayanan
NQ1 NQ2 NQ
D01 5,9 9,6 15,5 103,5 453,5 28,4 D
ZA 81,5 18,9 100,4 627,8 2932,4 357,8 F
D02 3,4 7,9 11,3 70,6 330,0 19,1 C
JW 0,7 3,9 4,7 33,9 138,8 7,0 B

4.6 Optimasi Sinyal LaluLintas beberapa diantarnya masih dapat melewati


Kondisi operasional simpang yang persimpangan tanpa henti.
dikehendaki dalam sistem manajemen Dengan melihat data pada Tabel 3
pengaturan lalulintas setidak-tidaknya berada perlu dilakukan optimasi pengaturan waktu
pada tingkat pelayanan C. Pada tingkat sinyal melalui langkah perbaikan geometri
pelayanan C terjadinya penundaan biasanya simpang. Perbaikan geometri yang dimaksud
disebabkan karena gerak maju kendaraa adalah penambahan lebar jalan pada semua
sedang-sedang saja dan panjang putaran lengan simpang, pembuatan marka jalan dan
waktu lebih lama, jumlah kendaraan yang garis penyeberangan. Penentuan tambahan
berhenti sudah cukup banyak walaupun lebar jalan dilakukan dengan cara coba-coba
agar nilai derajat kejenuhan (DS) yang

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 38
dihasilkan pada masing-masing pendekat dan tingkat pelayanan disajikan dalam Tabel
simpang tidak melebihi 0,75 sehingga 4 dan Tabel 5.
penambahan lebar jalan meningkatkan Berdasarkan informasi dalam Tabel 4
kapasitas simpang. Jalan Danau 01 diperlebar dan Tabel 5 dapat dinyatakan bahwa nilai
3 meter sebelah kiri, Jalan Zainul Arifin tundaan yang rendah membuktikan bahwa
diperlebar 1,8 meter sebelah kiri dan 1,8 optimasi sinyal lalulintas dengan langkah
meter sebelah kanan, Jalan Danau 02 perbaikan geometri mampu mempertahankan
diperlebar 1,8 meter sebelah kanan dan Jalan DS ≤ 0,75 dan memperbaiki tingkat
Jaya Wijaya diperlebar 1,5 meter sebelah pelayanan Simpang Bersinyal Jalan Danau
kiri. Kota Bengkulu.
Hasil optimasi simpang berupa
pengaturan waktu sinyal, derajat kejenuhan

Tabel 4. Pengaturan Waktu Sinyal Hasil Optimasi


Kondisi Sebelum Pelebaran Setelah Pelebaran
Kode M H K MS Siklus M H K MS Siklus
Pendekat
(det) (det) (det) (det) (det) (det) (det) (det) (det) (det)
D01 79 25 3 4 111 58 15 3 3 79
ZA 80 25 3 3 111 53 22 3 1 79
D02 84 20 3 4 111 59 14 3 3 79
JW 90 15 3 3 111 67 8 3 1 79
Waktu Hilang (LTI)= 26 detik Waktu Hilang (LTI)= 20 detik

Tabel 5. Tingkat Pelayanan Simpang Hasil Optimasi


Jumlah Kendaraan
Antri (smp/jam)
Kode Tundaan, C,
Panjang Jumlah DS Tingkat
Pendekat det/smp smp/jam
NQ1 NQ2 NQ Antrian, Kendaraan Pelayanan
QL (m) Terhenti
D01 0,9 6,4 7,3 32,8 303,3 10,1 423,3 0,75 B
ZA 1,0 11,0 11,9 47,8 490,8 15,9 722,9 0,75 C
D02 0,9 5,4 6,3 31,8 261,7 9,2 350,9 0,75 B
JW 0,9 2,8 3,7 21,5 154,9 6,0 181,0 0,75 B

4.7 Prilaku Pengguna Jalan Pemberi Isyarat Lalulintas (APIL)


Banyak penguna jalan khususnya pengemudi kendaraan dilarang langsung
pengendara sepeda motor menerobos belok berbelok kiri , kecuali ditentukan lain oleh
kiri saat pendekat/lengan simpang rambu lalulintas.
bersangkutan mendapat giliran sinyal merah. Jumlah kendaraan yang melanggar
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 pasal peraturan larangan belok kiri mencapai 30%.
112 ayat 3 menyatakan bahwa pada Kondisi ini meng-haruskan rambu larangan
persimpangan jalan yang dilengkapi Alat belok kiri perlu dibuat pada semua lengan

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 39
simpang agar pengguna jalan memahami DAFTAR PUSTAKA
tentang peraturan larangan belok kiri saat
[1]. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997,
sinyal merah. No 036/T/BM/1997: Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Bina Karya, Jakarta.
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan [2]. Khisty, C.J dan Kent, L. 2005. Dasar-
Dasar Rekayasa Transportasi,
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Erlangga, Jakarta.
1. Simpang bersinyal pada Jalan Danau 01
[3]. Mcshane,W.R., dan Roess, R.P., 1990,
memiliki derajat kejenuhan (DS) 0,96 Traffic Engineering, Prentice-Hall,
dengan tingkat pelayanan (LOS) D. Jalan New Jerley.
[4]. Morlok, E.K., 1978, Pengantar Teknik
Zainul Arifin memiliki DS 1,42 dengan dan Perencanaan Transportasi,
LOS F. Jalan Danau 02 memiliki DS 0,90 Erlangga, Jakarta.
dengan LOS C. Jalan Jaya Wijaya [5]. Peraturan Menteri Perhubungan No KM
memiliki DS 0,72 dengan LOS B. 14 Tahun 2006 Tentang Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan,
2. Optimasi sinyal lalulintas dengan cara Biro Hukum dan KSLN, Jakarta.
penambahan lebar jalan pada semua
[6]. Putranto, L.S., 2008, Rekayasa Lalu
lengan simpang menghasilkan DS 0,75 Lintas, Macanan Jaya Cemerlang,
dengan LOS B untuk Jalan Danau 01, DS Jakarta.
0,75 dengan LOS C untuk Jalan Zainul [7]. Suraji, A., 2008, Rekayasa Lalu Lintas,
Arifin, DS 0,75 dengan LOS B untuk Universitas Widya Gama, Malang.
Jalan Danau 02 dan DS 0,75 dengan LOS
[8]. Tamin, O. Z., 2000, Perencanaan dan
B untuk Jalan Jaya Wijaya. Pemodelan Transportasi, Institut
5.2 Saran Teknologi Bandung, Bandung.

1. Perlu adanya perbaikan geometrik [9]. Transportation Research Board, 1994,


simpang berupa pelebaran pada mulut Highway Capacity Manual, Spesial
Report No. 209, Third Edition,
pendekat Jalan Danau 01 sebesar 3 m
Washington D.C., U.S.A.
sebelah kiri, Jalan Zainul Arifin diperlebar
1,8 m sebelah kiri dan 1,8 m sebelah [10]. Undang-undang No 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
kanan, Jalan Danau 02 diperlebar 1,8 m
Jalan, 22 Juni 2009, Lembaran Negara
sebelah kanan dan Jalan Jaya Wijaya Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 96, Jakarta.
diperlebar 1,5 m sebelah kiri.
2. Disarankan untuk membuat marka jalan,
garis penyeberangan dan memasang
rambu larangan belok kiri saat sinyal
merah pada semua lengan simpang.

Jurnal Ilmiah Bidang Sain-Teknologi Multi Disiplin dan Antar Disiplin Voi. 2, No. 12, Tahun VII, September 2013 40

Anda mungkin juga menyukai