Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan

Lingkungan Terbangun ,11 April 2019, hal:284-289, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti.
MOHAMMAD IQBAL FAZLURRAHMAN

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS PADA


SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Ir. H.
Juanda – Raya Bogor)

ANALYSIS OF TRAFFIC JAM IN SIGNALIZED


INTERSECTIONS (Case Study: Intersection Ir. H. Juanda –
Raya Bogor)

Mohammad Iqbal Fazlurrahman*1, Budi Hartanto Susilo2


1,2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta
*e-mail: 1iqbalfzlr@gmail.com

ABSTRAK

Bentuk simpang yang tidak sejajar menjadi faktor utama terjadinya kemacetan karena terjadi
beberapa konflik di simpang Ir.H.Juanda – Raya Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kinerja simpang Ir.H.Juanda – Raya Bogor. Hasil analisis kinerja simpang
menggunakan MKJI 1997 didapatkan nilai Level of Service sebesar 104.9 detik/smp atau dapat
dikategorikan pada nilai F. Alternatif yang digunakan adalah gabungan dari kedua alternatif yaitu
dengan Level of Service sebesar 34.9 detik/smp atau dapat dikategorikan pada nilai D.

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Tundaan, Level of Service

ABSTRACT
Uneven intersection forms a major factor in congestion due to several conflicts at the intersection
of Ir. H.Juanda - Raya Bogor. The purpose of this study is to evaluate the performance of the
intersection of Ir. H.Juanda - Raya Bogor. The results of the intersection performance analysis
using MKJI 1997 found the Level of Service value of 104.9 seconds / smp or can be categorized as
the F value. The alternative used is a combination of the two alternatives, namely with Level of
Service of 34.9 seconds / pcu or can be categorized as D

Keywords : Signalized Intersection, Delay, Level of Service

A. PENDAHULUAN meningkatnya jumlah kendaraan di ruas-ruas


Semakin banyaknya permintaan dari jalan ini menimbulkan susah nya mobilitas bagi
konsumen kendaraan, semakin banyak pula masyarakat.
produksi kendaraan di Indonesia. Biaya cicilan Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu
kendaraan yang murah menjadi salah satu masalah yang sampai saat ini belum ditemukan
alasan masyarakat lebih memilih menggunakan solusi yang tepat. Semakin padat kendaraan yang
kendaraan pribadi di banding kendaraan umum. ada di jalan menyebabkan penumpukan kendaraan
Bertambahnya volume kendaraan secara drastis pada titik-titik tertentu yang mengakibatkan
yang tidak diiringi dengan penambahan kemacetan. Selain itu ada beberapa faktor
ruasxjalan menjadi salah satu penyebab penyebab kemacetan, antara lain adalah
kemacetan di berbagai kota, salah satu nya di keberadaan lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas
kota Depok. Kemacetan yang di timbulkan dari adalah lampu yang digunakan untuk

284
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Terbangun ,11 April 2019, hal:284-289, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti.
MOHAMMAD IQBAL FAZLURRAHMAN

mengatur kelancaran lalu lintas di suatu


persimpangan jalan dengan cara memberi
berbelok atau bercabang dari yang lurus.
kesempatan pengguna jalan dari masing-masing
Persimpangan adalah simpul dalam jaringan
arah untuk berjalan secara bergantian. Lampu
transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan
lalu lintas diharapkan dapat mengatur arus lalu
bertemu, disini arus lalu lintas mengalami
lintas dan mencegah terjadinya kemacetan.
konflik. Untuk mengendalikan konflik ini
Tetapi untuk saat ini pengaturan lampu lalu
ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan
lintas di Indonesia belum merata dan belum
siapa yang mempunyai hak terlebih dahulu
menyesuaikan dengan tinggi rendahnya arus
untuk menggunakan persimpangan.
lalu lintas, sedangkan kepadatan yang terjadi di
setiap ruas jalan pasti berbeda, hal ini membuat B.2. Jenis Persimpangan
pembagian durasi lampu lalu lintas kurang
efisien. Persimpangan menurut jenis nya terbagi
menjadi dua, yaitu:
Lokasi yang akan dibahas pada penelitian ini
ialah lampu lalu lintas yang terletak di 1. Simpang tak bersinyal (Unsignalized
persimpangan yang menghubungkan antara Intersection), yaitu simpang yang tidak
Jalan Raya Bogor KM 31, jalan Juanda, dan memakaixsinyal lalu lintas. Pada simpang
gerbang tol Cijago. Persimpangan inixadalah ini pemakai jalan harus memutuskan apakah
akses utama untuk menuju tol Cijago yang mereka cukup aman untuk melewati
menghubungkan ke jalan tol lain nya. simpang atau harus berhenti terlebih dahulu
Kemacetan pada persimpangan ini biasanya sebelum melewati simpang tersebut.
terjadi pada jam pulang kerja atau biasanya jam 2. Simpang bersinyal (Signalized Intersection),
18.00-20.00, dimana pada jam tersebut terjadi yaitu simpang yang memiliki sinyal lalu lintas,
penumpukan kendaraan dikarenakan volume jadi pemakai jalan hanya boleh lewat pada saat
kendaraan yang terlalu besar dan pembagian sinyal lalu lintas menunjukan warna
waktu pada lampu lalu lintas yang kurang hijau pada lengan simpang nya.
efisien. Bentuk dari simpang yang tidak sejajar B.3. Manuver Lalu Lintas pada
membuat munculnya beberapa konflik yang Persimpangan
membuat kemacetan pada simpang tersebut
bertambah. Selain itu perilaku pengendara yang Permasalahan yang terjadi pada
tidak menaati rambu lalu lintas pun menjadi persimpangan terjadi karena adanya pergerakan
salah satu alasan dari kemacetan pada simpang lalu lintas dari setiap lengan simpang. Semua
tersebut. akan menggunakan ruang atau tempat yang
Berdasarkan alasan tersebut maka perlu sama dan pada waktu yang bersamaan, sehingga
adanya studi penelitian sebagai upaya menimbulkan titik-titik konflik pada simpang
menanggulangi kemacetan di ruas jalan tersebut tersebut. (Ofyar Z. Tamrin, 2008).
agar memudahkan pengguna jalan yang ingin Ada beberapa manuver pada persimpangan,
melintasi ruas jalan tersebut. yaitu:

1. Memisah (Diverging)
B. STUDI PUSTAKA Diverging adalah peristiwa memisah nya
B.1. Pengertian Simpang suatu kendaraan dengan kenaraan lain nya
dari suatu arus yang sama ke jalur yang
Menurut Departemen Pendidikan dan
berbeda.
Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa
2. Menggabung (Merging)
Indonesia (1995), simpang adalah tempat

Merging adalah peristiwaxbergabung nya


kendaraan dari jalur yang berbeda ke jalur
yangxbersamaan.
285
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Terbangun ,11 April 2019, hal:284-289, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti.
MOHAMMAD IQBAL FAZLURRAHMAN

3. Memotong (Crossing)
Crossing adalah peristiwa perpotongan yang terjadi. Dalam observasi ini dibagi
antara arus kenderaan dari satu jalur ke jalur menjadi beberapa pengamatan karena ada
yang lain pada persimpangan dimana beberapa elemen yang berbeda-beda, yaitu:
keadaan yang demikian akan menimbulkan
titik konflik pada persimpangan tersebut. 1. Survey Volume dan Arus Simpang
4. Menyilang (Weaving) Bersinyal
Weaving adalah pertemuan dua arus lalu lintas 2. Survey Kecepatan
atau lebih yang berjalan menurut arah yang 3. Survey Panjang Antrian
4. Survey Geometrik
sarna sepanjang suatu lintasan dijalan raya
tanpa bantuan rambu lalu lintas. Gerakan ini Setelah mendapatkan data-data dari hasil
sering terjadi pada suatu kenderaan yang survey, maka dapat dilakukan pengolahan dan
berpindah dari suatu jalur kejalur lain misalnya analisis. Analisis dan pengolahan data dilakukan
pada saat kenderaan masuk kesuatu jalan raya berdasarkan data-data yang dibutuhkan,
dari jalan masuk, kemudian bergerak kejalur selanjutnya dikelompokkan sesuai identifikasi
lainnya untuk mengambil tujuan permasalahan sehingga diperoleh analisa
jalan keluar dari jalan raya tersebut keadaan pemecahan yang efektif dan terarah.
ini juga akan menimbulkan titik konflik.
B.4. Konflik pada Simpang D. HASIL STUDI
D.1. Tundaan Rata-Rata
Menurut Hobbs (1995), arus lalu lintas dari
berbagai arah akan bertemu pada suatu titik Tundaan rata-rata dihitung menggunakan
persimpangan, kondisi tersebut menyebabkan rumus dibawah ini:
terjadinya konflik antara pengendara dari arah
D = DT + DGj
yang berbeda. Konflik antara pengendara
dibedakan menjadi dua titik konflik yang Dengan menggunakan rumus di atas maka
meliputi beberapa hal sebagai berikut: didapatkan nilai tundaan rata-rata dari setiap
lengan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini
1. Konflik Utama/Primer, yaitu konflik antara
lalu lintas dari arah memotong

2. Konflik Kedua/Sekunder, yaitu konflik Tabel 1. Tundaan Rata-Rata


antara arus lalu lintas kanan dan arus lalu lintas
arah lainnya atau antara arus lalu lintas belok DT DGj D
No Kode Pendekat
kiri dengan pejalan kaki.
detik/smp detik/smp detik/smp
C. METODE
Jalan Raya
Observasi adalah metode pengumpulan data 1 Bogor (Arah 152.86 3.775 156.635
yang kompleks karena melibatkan berbagai Bogor)

faktor dalam pelaksanaannya. Metode Akses Keluar


2 93.474 4.39 97.864
pengumpulan data ini tidak hanya mengukur Tol Cijago

sikap dari responden, namun juga dapat Jalan Raya


3 Bogor (Arah 161.98 3.82 165.8
digunakan untuk merekam berbagai kegiatan Jakarta)

Jalan
4 97.62 4.34 101.96
Ir.H.Juanda

Jalan Raya
5 Bogor (Akses 17.83 3.22 21.05
Masuk Tol)

286
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Terbangun ,11 April 2019, hal:284-289, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti.
MOHAMMAD IQBAL FAZLURRAHMAN

D.2. Tundaan Total Berdasarkan perhitungan tundaan rata-rata


Tundaan Total dapat dihitung menggunakan seluruh simpang didapatkan nilai DI sebesar
persamaan dibawah yaitu: 104.9 detik/smp yang menunjukan simpang Ir.
H. Juanda – Raya Bogor termasuk dalam
DxQ kategori tingkat pelayanan F atau buruk sekali
Dengan menggunakan persamaan diatas hasil pada pukul 18.00-19.00.
perhitungan tundaan total pada masing-masing Tabel 3. Nilai Tingkat Pelayanan
lengan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tundaan Tingkat
Waktu
Tabel 2. Tundaan Total (detik/smp) Pelayanan

Tundaan 18.00 – 19.00 104.9 F


No Kode D Q Total
Pendekat
detik.smp
D. Analisis Kinerja Simpang Menggunakan
Jalan Raya
1 Bogor (Arah 156.635 813.1 127353.6531 Alternatif
Bogor)
1. Alternatif Pertama
Akses Keluar
2 97.864 691.1 67633.8104
Tol Cijago
Pada alternatif pertama dilakukan pelebaran
Jalan Raya di beberapa ruas jalan dan optimalisasi lampu
3 Bogor (Arah 165.8 925.7 153481.06
lalu lintas. Pelebaran di lakukan pada Jalan
Jakarta)
Raya Bogor (Arah Jakarta) dan Jalan Raya
Jalan Bogor (Arah Bogor) karena kapasitas jalan
4 101.96 413.4 42154.3424
Ir.H.Juanda
tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan
Jalan Raya
5 Bogor (Akses 21.05 1101.4 23183.628
volume kendaraan yang melintas. Pelebaran
Masuk Tol) yang dilakukan adalah sebesar 3 m di masing –
Jumlah 3944.7 413806.4939 masing ruas jalan.

D.3. Tundaan Rata Rata Seluruh Simpang

Tundaan rata-rata seluruh simpang (DI)


dapat dihitung menggunakan rumus yaitu:
∑(Q×D)
DI = QTOT

413806.4939 detik
DI = = 104.9
3944.7 smp

Gambar. 1. Pelebaran Jalan

D.4. Level of Service (LOS)


detik/smp yang menunjukan kinerja simpang Ir.
H. Juanda – Raya Bogor termasuk dalam kategori
323227.04 F. Nilai tundaan yang besar ini di akibatkan oleh
DI = = 81.9 detik/smp
3944.7 siklus lampu lintas yang terlalu lama, maka
Pada perhitungan di atas di dapatkan nilai alternatif selanjutnya di lakukan optimalisasi
tundaan rata-rata seluruh simpang sebesar 81.9
287
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Terbangun ,11 April 2019, hal:284-289, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti.
MOHAMMAD IQBAL FAZLURRAHMAN

lampu lalu lintas agar nilai tundaan rata-rata


seluruh simpang berkurang.

151360.4
DI = = 38.4 detik/smp
3944.7

Setelah dilakukan optimalisasi lampu lalu


lintas di dapatkan nilai tundaan rata-rata seluruh
simpang yang lebih kecil karna ada nya
pengurangan waktu lampu hijau. Nilai tundaan
rata-rata seluruh simpang sebesar 38.4 detik/smp
yang menunjukan kinerja simpang Ir.H.Juanda –
Raya Bogor termasuk dalam kategori D.

2. Alternatif Kedua Gambar 3. Pengalihan Mulut Simpang

Pada alternatif kedua di lakukan pengalihan


mulut simpang, yaitu simpang akses keluar tol Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa
cijago yang dikarnakan ada nya beberapa titik posisi simpang menjadi sejajar dan tidak ada
konflik jika posisi simpang seperti sekarang. lagi titik konflik seperti posisi simpang yang
Pengalihan mulut simpang ini dilakukan dengan sebelumnya. Penyatuan jalan tersebut membuat
menyatukan Jalan akses keluar tol dengan jalan lebar dari mulut simpang bertambah, sebelum
non tol agar posisi simpang sejajar. dilakukan penyatuan jalan lebar mulut simpang
adalah 8m, sedangkan setelah di lakukan
penyatuan jalan menjadi 12m. Alternatif ini
dilakukan agar arus kendaraan yang akan
menuju simpang menjadi lebih teratur karna
terdapat 4 lajur yang berbeda kegunaan nya.
Terdapat 1 lajur untuk belok kiri, 1 lajur untuk
belok kanan, dan 2 lajur untuk lurus ke Jalan Ir.
H. Juanda.
137681
DI = = 34.9 detik/smp
3944.7

Pada alternatif kedua di dapatkan nilai


tundaan rata-rata seluruh simpang sebesar 34.9
Gambar 2. Konflik pada kondisi eksisting
detik/smp, dan tidak ada nya konflik yang
terjadi akibat posisi simpang yang tidak sejajar.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang sudah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai tundaan rata-rata seluruh simpang
yang didapat setelah menganalisis dengan
MKJI tahun 1997 pada simpang Ir. H.
Juanda- Raya Bogor adalah 104.9 detik/smp.

288
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Terbangun ,11 April 2019, hal:284-289, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti.
MOHAMMAD IQBAL FAZLURRAHMAN

2. Setelah dilakukan analisa maka didapatkan Ibrahim, Mohd I.T, Meliyana dan Saifannur.
faktor yang menyebabkan kemacetan pada (2015). Analisa Kinerja Simpang
simpang tersebut yaitu, bentuk simpang Bersinyal Berlengan Empat (Studi
yang tidak sejajar dan waktu siklus lampu Kasus Simpang Surabaya, Banda
lalu lintas yang kurang efisien. Aceh).. Universitas Abulyatama
3. Dari hasil nilai tundaan rata-rata seluruh Khisty,C. J, Lall, B. K. (2003). Dasar - Dasar
simpang dapat dikategorikan Simpang Ir. Rekayasa Transportasi/Edisi ke -3/Jilid
H.Juanda – Raya Bogor memiliki nilai Level 1. Jakarta: Erlangga.
of Service F. Munawar, A. (2009), Manajemen Lalu Lintas
4. Berdasaarkan kedua alternatif yang Perkotaan. Yogyakarta : Beta Offset.
disarankan, solusi terbaik adalah dengan Susilo, B.H, (2015), Rekayasa Lalu Lintas,
menggabungkan kedua alternatif tersebut. Universitas Trisakti, Jakarta
Alternatif pertama akan mengurangi tundaan Susilo, B.H, (2015), Dasar-Dasar Rekayasa
karna kapasitas jalan meningkat dan waktu Transportasi, Universitas Trisakti,
siklus berkurang, sedangkan pada alternative Jakarta
kedua akan mengurangi titik konflik yang ada.
Pada kondisi eksisting terdapat 3 titik konflik
yang di sebabkan oleh posisi simpang yang
tidak sejajar dan adanya kendaraan yang
melawan arus lalu lintas agar lebih cepat
melewati simpang tersebut dan menyebabkan
interlocking. Setelah melakukan alternative
kedua maka tidak ada lagi titik konflik yang
menyebabkan interlocking sehingga
kemacetan pada simpang tersebut akan
berkurang. Nilai tundaan rata-rata seluruh
simpang berkurang dari 104.9 detik/smp
menjadi 34.9 detik/smp. Pada kedua
alternatif menghasilkan nilai Level of Service
D, hasil dari kedua alternatif lebih baik di
banding kondisi eksisting yang mempunyai
nilai Levelxof Service F.

REFERENSI
Adisasmita, R. (2015). Analisis Kebutuhan
Transportasi. Yogyakarta, Graha Ilmu
Ahmad, S. 2014. Analisa Kinerja Simpang
Bersinyal pada Simpang PCI Cilegon.
Cilegon : Universitas Sultan Agung
Tirtayasa.
Furi, R.P. (2011), Evaluasi Kinerja Simpang
Empat Bersinyal Perkotaan Kota
Serang. Cilegon : Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa

289

Anda mungkin juga menyukai