Diusulkan Oleh:
KARNIDI RAHMAT
NIM : 1104101010026
Bidang : Transportasi
Jurusan : Teknik Sipil
PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Diketahui/disahkan oleh,
Ketua Jurusan Teknik Sipil,
B. RINGKASAN PROPOSAL
Simpang merupakan titik pertemuan dari beberapa ruas jalan yang terdiri dari dua
cabang atau lebih. Pertemuan dari beberapa ruas jalan pada simpang ini
menyebabkan terjadinya konflik dan kemacetan yang disebabkan oleh berbagai
pergerakan. Dewasa ini dengan semakin bertambahnya percepatan pertumbuhan
dan meningkatnya taraf ekonomi masyarakat yang diiringi dengan pertumbuhan
kepemilikan kendaraan di Banda Aceh menyebabkan kualitas simpang dinilai
semakin buruk. Sejauh ini penggunaan nilai emp di Indonesia pada umumnya
hanya berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) yang
merupakan nilai emp hasil penilitian berdasarkan kondisi jalan pada tahun 1991
hingga 1995. MKJI 1997 mengadopsi konsep manual dari Amerika Serikat yaitu
Highway Capacity Manual (HCM) tahun 1985. Model analisa yang digunakan
pada HCM 1985 didasarkan pada kondisi aliran lalu lintas seragam (homogenous
traffic) dan didominasi oleh kendaraan mobil penumpang dengan konsep
pergerakan kendaraannya iring-iringan perlajur (lane based). Pada persimpangan
khususnya simpang bersinyal terdiri dari berbagai komposisi kendaraan yang
beraneka ragam perlu dilakkukan studi ulang faktor konversi berbagai jenis
kendaraan dibandingkan dengan sebuah kendaraan ringan/mobil penumpang atau
dikenal dengan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp). Tujuan dari penelitian
ini adalah menghitung ulang nilai emp berdasarkan kondisi lokal dan
membandingkan dengan MKJI 1997 untuk proses validasinya. Sehingga dengan
tetap berpedoman pada MKJI namun didapatkan hasil kalibrasi yang sesuai
dengan kondisi dipersimpang dengan objek penelitiannya adalah simpang satu
lajur efektif. Lokasi penelitian dilakukan di Simpang Darma (Jalan Pocut Baren-
Jalan Darma-Jalan Tgk Banta Muda) di Kota Banda Aceh yang mempunyai
lengan efektif satu lajur pada masing-masing lengannya. Metode yang dipakai
untuk mengestimasi parameter model dari ekivalen mobil penumpang pada
penelitian ini adalah metode Synchronous Linear Regression (SLR) dengan
menggunakan video data yang direkam pada simpang di lokasi penelitian. Dari
hasil penelitian diperoleh nilai emp baru untuk jenis sepeda motor (MC),
kendaraan berat (HV) dan becak mesin (RS) serta deviasinya terhadapa MKJI
1997.
C. OUTLINE PROPOSAL
I. PENDAHULUAN
Simpang merupakan titik pertemuan dari beberapa ruas jalan yang terdiri
dari dua cabang atau lebih. Pertemuan dari beberapa ruas jalan pada simpang ini
menyebabkan terjadinya konflik dan kemacetan yang disebabkan oleh berbagai
pergerakan. Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan, kemacetan,
dan meningkatkan kapasitas dari persimpangan yang arusnya padat maka
dikendalikan dengan lampu lalu lintas.
Dewasa ini dengan semakin bertambahnya percepatan pertumbuhan dan
meningkatnya taraf ekonomi masyarakat yang diiringi dengan pertumbuhan
kepemilikan kendaraan di Banda Aceh menyebabkan kualitas simpang dinilai
semakin buruk. Kualitas dan tingkat pelayanan simpang dapat dinilai dari
kemampuan simpang melayani kelancaran arus lalu lintas dan meminimalkan
tundaan yang dialami oleh pengemudi menjadi tolak ukur dengan mengkaji
pengoperasian simpang tersebut.
Arus lalu lintas pada persimpangan khususnya simpang bersinyal terdiri
dari berbagai komposisi kendaraan yang beraneka ragam. Oleh karena itu
diperlukan faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan sebuah
kendaraan ringan/mobil penumpang atau sering dikenal dengan faktor ekivalensi
mobil penumpang (emp). Sejauh ini penggunaan nilai emp di Indonesia pada
umumnya hanya berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,
1997) yang merupakan nilai emp hasil penilitian berdasarkan kondisi jalan pada
tahun 1991 hingga 1995. MKJI 1997 mengadopsi konsep manual dari Amerika
Serikat yaitu Highway Capacity Manual (HCM) tahun 1985. Model analisa yang
digunakan pada HCM 1985 didasarkan pada kondisi aliran lalu lintas seragam
(homogenous traffic) dan didominasi oleh kendaraan mobil penumpang dengan
konsep pergerakan kendaraannya iring-iringan perlajur (lane based).
Di Banda Aceh aliran lalu lintas tergolong campuran (mixed-traffic) yang
didominasi oleh kendaraan roda dua. Pergerakan arus lalu lintas tidak bergerak
3
dalam satu baris, sering dijumpai perilaku pengemudi yang melakukan tindakan
perpindahan antar lajur (lane changing) atau mendahului kendaraan lain (over
taking) sangat sering terjadi terutama oleh pengendara roda dua. Faktanya pada
persimpangan sering dijumpai pengendara roda dua berusaha mengisi antrian
paling depan pada garis henti persimpangan, pada bahu jalan yang masih bisa
dilalui oleh kendaraan roda dua dan tidak beraturan proporsinya. Kondisi ini
sangat mempengaruhi pelepasan arus (discharge flow) terutama pada simpang
yang mempunyai lengan efektif satu lajur yang masuk dalam kategori simpang
kecil (MKJI,1997).
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung ulang nilai emp berdasarkan
kondisi lokal dan membandingkan dengan MKJI 1997 untuk proses validasinya.
Dengan tetap berpedoman pada MKJI namun didapatkan hasil kalibrasi yang
sesuai dengan kondisi dipersimpangan dengan objek penelitiannya adalah
simpang bersinyal dengan lengan efektif satu lajur.
Lokasi penelitian dilakukan di Simpang Darma, dengan penjelasan
masing-masing lengannya, yaitu:
1. Lengan simpang sebelah utara adalah Jalan Tgk Banta Muda (arah ke
Gampong Mulia)
2. Lengan simpang sebelah barat adalah Jalan Pocut Baren yang menuju ke
arah simpang MAN Model Banda Aceh.
3. Lengan simpang sebelah selatan adalah Jalan Darma (arah ke Gampong
Laksana)
4. Lengan simpang sebelah barat adalah Jalan Pocut Baren arah ke
Peunayong.
Simpang ini berada di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh yang
mempunyai lengan efektif satu lajur pada masing-masing lengannya. Peta dan
detail lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran A halaman 22-24.
Metode yang dipakai untuk mengestimasi parameter model dari ekivalen
mobil penumpang pada penelitian ini adalah metode Synchronous Linear
Regression (SLR) dengan menggunakan video data yang direkam pada simpang
di lokasi penelitian.
4
Pada bab ini diuraikan mengenai beberapa landasan teori yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Berdasarkan teori-teori tersebut maka
dapat dilakukanstudi ekivalensi mobil penumpang pada simpang bersinyal dengan
lengan efektif satu lajur di Banda Aceh. Lokasi penelitian ini diambil sampel dari
persimpangan bersinyal yaitu Simpang Darma yang merupakan titik pertemuan
dari Jalan Pocut Baren, Jalan Darma, dan Jalan Tgk Banta Muda.
2.1 Simpang
Morlok (1984 : 736) menyebutkan persimpangan jalan terdiri dari 2 (dua) kategori
utama, yaitu:
1. Persimpangan Sebidang
Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana berbagai jalan atau
ujung jalan masuk persimpangan mengarahkan lalu lintas masuk ke jalur
yang dapat berlawanan dengan lalu lintas lainnya.
2. Persimpangan Tak Sebidang
Persimpangan tak sebidang adalah persimpangan yang memisah-misahkan
lalu lintas pada jalur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga
persimpangan jalur dari kendaraan-kendaraan hanya terjadi pada tempat
dimana kendaraan-kendaraan memisah dari atau bergabung menjadi satu
pada jalur gerak yang sama.
Berdasarkan pengaturan arus lalu lintas pada simpang, simpang dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Simpang Bersinyal
Pada simpang bersinyal arus kendaraan yang memasuki persimpangan
diatur secara bergantian untuk mendapatkan prioritas dengan berjalan
terlebih dahulu yang dikendalikan oleh lampu lalu lintas (traffic light).
2. Simpang Tak Bersinyal
Pada simpang tak bersinyal berlaku suatu aturan yang disebut “general
priority route” yaitu kendaraan yang terlebih dahulu berada
dipersimpangan tersebut mempunyai hak untuk berjalan terlebih dahulu
dari pada kendaraan yang baru memasuki persimpangan.
Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu
titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend), smp/jam
(Qsmp) atau Lalu lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT) (Anonim 1997 :1-7).
6
Khisty dan Lall (2003 : 115-117) menyebutkan ada tiga variabel utama
yang digunakan untuk menjelaskan arus lalu lintas dan karakteristiknya, yaitu:
1. Kecepatan, didefinisikan sebagai suatu laju pergerakan, seperti jarak
persatuan waktu, umumnya dalam mil/jam atau kilometer/jam.
2. Volume adalah jumlah sebenarnya dari kendaraan yang diamati atau
diperkirakan melalui suatu titik selama rentang waktu tertentu.
3. Kepadatan didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu
panjang tertentu dari lajur atau jalan, dirata-ratakan terhadapat waktu,
biasanya dinyatakan dengan kendaraan per mil.
Menurut Bukhari dan Saleh (2002 : 20), komposisi lalu lintas yang
terdapat pada aliran lalu lintas bervariasi, sejak dari pejalan kaki sampai truk
berat. Pada dasarnya komposisi tersebut akan berbeda-beda menurut lokasi ruas
jalan, perbatasan-berbatasan baik berdasar perencanaan maupun menurut
peraturan yang diterapkan pada jalan tertentu.
Menurut Anonim (1997 : 1-6) kendaraan dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Light Vehicle (LV) adalah kendaraan bermotor 2 as dengan empat roda
dan dengan jarak as 2-3 m. Meliputi mobil penumpang, oplet, mikrobis,
pick-up dan truk kecil sesuai sistim klasifikasi Bina Marga.
2. Heavy Vehicle (HV) adalah kendaraan dengan lebih dari empat roda.
Meliputi bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistim
klasifikasi Bina Marga.
3. Motorcycle (MC) adalah kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda.
Meliputi sepeda motor dan kendaraan roda tiga sesuai sistim klasifikasi
Bina Marga.
4. Unmotorized (UM) adalah kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh
orang atau hewan. Meliputi sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong
sesuai sistim klasifikasi Bina Marga.
7
Waktu hijau efektif = tampilan waktu hijau – kehilangan awal + tambahan akhir
2.3.1 Pendekat
Lebar Pendekat (WA) adalah lebar dari bagian pendekat yang diperkeras,
yang digunakan oleh lalu lintas buangan setelah melewati persimpangan jalan (m)
(Anonim, 1997:2-8).
Lebar Efektif (We) adalah lebar dari bagian pendekat yang diperkeras,
yang digunakan dalam perhitungan kapasitas yaitu dengan pertimbangan terhadap
WA, WMasuk dan W Keluar dan gerakan lalu-lintas membelok (m). WMasuk adalah
Lebar dari bagian pendekat yang diukur pada garis henti dan W Keluar adalah Lebar
dari bagian pendekat yang digunakan oleh lalu lintas buangan setelah melewati
persimpangan jalan (Anonim, 1997:2-8).
Waktu siklus (c) adalah waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal
Table 2.1 waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda
Pengaturan dua-fase 40 - 80
Pengaturan tiga-fase 50 – 100
Pengaturan empat-fase 80- 130
Sumber: Anonim,1997.
10
Nilai-nilai yang lebih rendah dipakai untuk simpang dengan lebar jalan
<10 m, nilai yang lebih tinggi untuk jalan yang lebih lebar. Waktu siklus lebih
rendah dari nilai yang disarankan, akan menyebabkan kesulitan bagi para pejalan
kaki untuk menyeberang jalan. Waktu siklus yang melebihi 130 detik harus
dihindari kecuali pada kasus sangat khusus (simpang sangat besar), karena hal ini
sering kali menyebabkan kerugian dalam kapasitas keseluruhan.
Waktu hijau (g) adalah fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan
(det). Biasanya kinerja suatu simpang bersinyal pada umumnya lebih peka
terhadap kesalahan-kesalahan dalam pembagian waktu hijau dari pada terhadap
terlalu panjangnya waktu siklus (Anonim, 1997:2-9, 2-14).
berikut:
Y= a + bX …………………………………………………………………….…2.1
Dimana,
Y = peubah tidak bebas
X =peubah bebas
a = konstanta regresi
b = koefisien regresi
a0 = intercept;
a1,a2,a3,a4 = koefisien untuk jenis mobil penumpang , sepeda motor, becak
mesin dan kendaraan berat;
x1,x2,x3,x4 = jumlah kendaraan untuk masing-masing jenis dalam interval
waktu T.
kemudian nilai emp untuk jenis kendaraan i diperoleh dengan menggunakan
persamaan berikut :
empi = ………………………………………………………………………...2.3
Dimana,
ai = koefisien regresi untuk jenis kendaraan i;
a1= koefisien regresi untuk kendaraan ringan (LV).
Metode regresi lebih mudah digunakan untuk kondisi lalu lintas campuran
yang pergerakan lalu lintasnya sembarang dan tidak mengikuti sistem aliran
platooning.
2.7 Studi Ekivalen Mobil Penumpang Pada Simpang Bersinyal yang Pernah
Dilakukan
regression HV = 2.02
3. Adams dkk Kota Tamale di Ghana Synchronous LV = 1
multiple MC = 0,41
Regression RS = 0,71
Method HV = 1,59
Lokasi penempatan kamera video dan surveyor dapat dilihat pada Lampiran A
Gambar A.2 halaman 24.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan di
lapangan. Adapun data yang diambil langsung di lapangan yaitu:
1. Geometrik jalan diperoleh dengan mengukur menggunakan pita meter;
2. Waktu hijau;
3. Komposisi arus lalu lintas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber rerferensi
penelitian terdahulu dan melalui instansi-instansi terkait, meliputi:
1. MKJI 1997;
15
2. Peta Kota Banda Aceh dan lokasi penelitian, dapat dilihat pada Lampiran A
Gambar A.1.1 dan Gambar A.1.2 halaman 22-23.
saat waktu hijau dan dicatat pada formulir Lampiran B tabel B.1 halaman 26
dengan memutar ulang rekaman video. Komposisi pergerakan kendaraan yang
melewati garis henti dihitung dan dicatat berdasarkan klasifikasi sepeda motor
(MC), becak mesin (RS), kendaraan ringan (LV) dan kendaraan berat (HV). Hasil
rekaman video selama 30 siklus setiap lengan simpang yang telah diekstrak
selanjutnya ditabulasikan. Waktu jenuh setiap siklus diperoleh dengan
mengurangi waktu akhir siklus dengan waktu awal siklus. Data arus jenuh yang
diperoleh dari proses ekstrak data tersebut akan dijadikan sebagai input data
dalam analisis regresi linier.
Pada saat proses pengambilan data, dapat diketahui secara visual lengan
simpang yang mengalami kondisi jenuh atau sangat jenuh dengan melihat
lamanya waktu jenuh teramati di lapangan.
Proses Ekstraksi
(dengan potongan waktu 4 detik)
Komposisi kendaraan
Waktu hijau
Proses validasi
Emp MKJI 1997 dibandingkan dengan
emp hasil analisis
Diketahui nilai deviasi emp MKJI 1997.
Pada bab ini dikemukakan seluruh hasil dari pengolahan data survei di
lapangan dan perhitungan yang ada berdasarkan metodelogi penelitian pada bab
III dan pembahasan yang didasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan
pada bab II tinjauan kepustakaan.
2.1 Hasil
Hasil yang akan diperoleh pada penelitian ini berupa kesimpulan terhadap
perbandingan dari nilai emp MKJI dengan nilai emp hasil penelitian yang
dilakukan kalibrasi dan diperoleh hasil aktualisasi emp yang bisa
direkomendasikan kepada instansi terkait.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data pada bab IV, maka akan
diambil beberapa kesimpulan dan saran tentang emp pada simpang bersinyal
dengan lengan efektif satu lajur.
19
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
JADWAL (BULAN)
NO KEGIATAN
DES JAN FEB MAR APR MEI
1 Studi awal/literatur
2 Penyusunan proposal skripsi
3 Seminar proposal skripsi
4 Pengambilan data
5 Pengolahan data dan penyusunan skripsi
6 Seminar skripsi
(Karnidi Rahmat)
NIM : 1104101010026
Menyetujui,
Lampiran A
Lokasi
Penelitian
Lampiran A
S
U
Lokasi Penelitian
(Simpang Darma)
Jalan Darma
(arah ke Gampong Laksana)
Lampiran A
U
A
4,5 m 4,5 m
Kantor Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, Perlindungan Masyarakat
dan Penanggulangan Bencana
Komplek gudang peralatan
Dinas Kebersihan
Banda Aceh
4,5 m
4,5 m B
D 4,5 m
4,5 m
Kantor Dinas
Kebersihan Kota
Banda Aceh
Pertokoan
3m 3m
Keterangan:
C
Penempatan Kamera video A = Jalan Tgk. Banta Muda
Surveyor B = D = Jalan Pocut Baren
Sinyal lalu lintas C = Jalan Darma
Arah sorotan kamera
Pergerakan arus
Gambar A.2 Layout lokasi penelitian dan lokasi penempatan kamera video
Sumber : Dokumentasi Penulis
25
Lampiran A
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Selesai
Lampiran B
siklus Waktu Waktu Waktu Jumlah kendaraan per 4 detik Jumlah kendaraan
awal akhir jenuh 4 detik 8 detik 12 detik 16 detik 20 detik 24 detik selama waktu jenuh
MC RS LV HV MC RS LV HV MC RS LV HV MC RS LV HV MC RS LV HV MC RS LV HV MC RS LV HV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Total
catatan : * = coret yang tidak perlu